Lektor.
Arti kata “Lektor” berasal dari bahasa Latin (Lectito), atau dalam dari bahasa Perancis, “Lecteur, artinya
membacakan. Dalam Perayaan liturgi Ekaristi seorang lektor adalah orang yang mendapat kewenangan untuk
bertugas membacakan Sabda Tuhan atau mempunyai tugas untuk melakukan pembacaan dari Alkitab, dengan kata
lain lektor adalah “Juru Bicara Allah” / “Penyampai Sabda Allah” / “Duta Allah”. (Bukan sekedar pembaca atau
petugas baca)
Membawa Kitab Evangeliarium pada saat perarakan masuk. (bila tidak ada diakon tertahbis)
Membaca bacaan-bacaan sebelum Injil. Dan bila tidak ada pemazmur, Lektor dapat membawakan mazmur
tanggapan sesudah saat hening, selesai membaca bacaan pertama.(PUMR 196)
Kalau tidak ada diakon, lektor boleh membawakan ujud-ujud doa umat, sesudah imam membuka doanya.
(PUMR 197)
PUMR 138 ujud ujud doa umat dimaklumkan oleh diakon, solis, lektor atau pelayan lain dari mimbar atau
dari tempat lain yang cocok.
Komentator (PUMR 105b), Komentator bertugas, memberikan penjelasan dan petunjuk singkat kepada umat yang
hadir, supaya mereka lebih siap merayakan Ekaristi dan memahaminya dengan lebih baik. Petunjuk-petunjuk itu
harus disiapkan dengan baik, dirumuskan dengan singkat dan jelas. Dalam menjalankan tugas itu komentator
berdiri di depan umat, di tempat yang kelihatan, tetapi tidak di mimbar injil atau di panti Imam.
Dari pengertian di atas,maka amatlah penting tugas pelayanan seorang lektor dan komentator dalam perayaan
Ekaristi. Agar mereka dapat menjalankan tugas pelayanan dengan baik, maka diperlukan suatu sistim / pedoman
bagi para lektor dan komentator dalam bertugas.
2 Orang lektor
1 Orang komentator
(PUMR 339) Akolit, lektor, dan pelayan awam lain boleh mengenakan alba atau busana lain yang disahkan oleh
Konfrensi Uskup untuk wilayah gerejawi yang bersangkutan.
Untuk Pria :
Di sarankan memakai celana panjang berbahan kain / bukan jean dan berwarna netral.
Pakailah kemeja yang berlengan dan berkerah.
Rambut di tata dengan baik dan rapi.
Pakailah sepatu yang nyaman, disarankan untuk menggunakan sepatu yang tertutup depan dan
belakang (pantofel) dengan warna netral (hitam, coklat atau biru tua). Usahakan agar tidak
menggunakan sepatu sandal. Hak sepatu yang bersuara nyaring akan menarik perhatian umat dan
mengganggu perhatian pada isi bacaan.
Untuk warna busana dapat di sesuaikan dengan warna liturgi / putih – hitam / batik.
1. Lektor duduk di bangku umat barisan paling depan, dekat dengan mimbar sabda, atau di sisi
kanan/kiri, panti imam disesuaikan dengan bentuk dan ruang gereja masing-masing.
Bila mengikuti PUMR 195 maka sebaiknya di panti imam agar sedekat mungkin dengan Mimbar
Sabda, bila tidak memungkinkan, dapat disesuaikan dengan ruang gereja masing-masing, namun tetap
diusahakan sedekat mungkin dengan Mimbar Sabda.
2. Komentator duduk di bangku umat barisan paling depan, dekat dengan mimbar tempatnya membaca.
Bisa di sisi kanan atau kiri, di sesuaikan dengan bentuk dan ruang masing-masing gereja.
Tugas Lektor dalam perayaan Ekaristi.
1. Membawakan Kitab Evangeliarium. Di dalam perarakan masuk menuju altar, bila tidak ada diakon, lektor
dapat menggantikan membawa Kitab Injil (Evangeliarium), lektor berjalan di depan imam; bila tidak
membawa Kitab Injil, dapat berjalan bersama para pelayan yang lain. (PUMR 194)
(Cara membawa Evangeliarium, di angkat dengan kedua tangan sebatas dahi.)
2. Lektor membacakan bacaan-bacaan sebelum Injil dari mimbar. Dan bila tidak ada pemazmur, lektor dapat
membawakan mazmur tanggapan sesudah saat hening selesai membaca bacaan pertama. (PUMR 196)
3. Kalau tidak ada diakon, lektor boleh membawakan ujud-ujud doa umat, sesudah imam membuka doanya.
(PUMR 197)
Ketika rombongan prosesi sudah sampai di depan Altar, lektor pembawa Evangeliarium masuk sesuai dengan
urutan prosesi, kemudian pembawa Evangeliarium dan Imam berdiri berdampingan dengan Imam masih dibawah
altar. Imam dan semua petugas liturgis berlutut (bila ada Tabernakel di belakang Altar), dan membungkukkan
badan menghormat altar, pembawa Evangeliarium hanya menundukan kepala saja dengan tetap mengangkat
Evangeliarium (kira kira sebatas dahi). Lektor yang membawa Evangeliarium langsung naik ke Panti Imam (lewat
sebelah kanan/kiri Altar) memutar altar setengah lingkaran menuju Altar bagian belakang/menghadap umat, dan
meletakan Evangeliarium di tengah altar dengan posisi menghadap umat, lalu kembali ke barisan petugas liturgi
atau langsung ke tempat duduk lektor di panti imam. Imam kemudian naik melalui arah yang berbeda ke Panti
Imam (lewat sebelah kiri/kanan Altar) menuju Altar bagian belakang/menghadap umat,ke altar, memutar altar
setengah lingkaran, dan mencium altar. Petugas liturgi tidak membungkuk pada saat imam mencium altar, karena
mencium altar merupakan penghormatan pribadi imam kepada altar. Setelah itu seluruh petugas liturgis langsung
menuju ke tempat duduk masing masing. (PUMR 195 : semua petugas liturgi dan imam hormat ke altar. Lalu
Imam mencium altar sebagai penghormatan pribadi karena altar adalah pusat Ekaristi.)
B. Liturgi Sabda.
Pada saat lektor menyampaikan bacaan, lektor yang tidak bertugas membaca dan pemazmur serta seluruh
umat, duduk mendengarkan.
Pada saat pemazmur menyanyikan Mazmur semua umat dan koor duduk (PUMR no. 61)
Setiap lektor menghormat (dengan cara membungkukan badan ) ke altar sebelum maju ke mimbar dan
setelah bacaan selesai dibacakan, lektor menghormat kembali ke altar sebelum menuju ketempat duduknya.
Lektor maupun pemazmur tidak menghormat pada Imam
Sikap & Rumusan Lektor dalam membaca Sabda Allah.
Sikap tubuh berdiri tegak (posisi kaki berdiri keduanya menapak di tempat, tidak jinjit, di tekuk
ataupun di mainkan).
Atur microphone pada posisi on, dan sedikit di bawah mulut jarak mulut dengan Microphone 1
kepalan tangan atau di sesuai dengan tempat suara dihasilkan dengan level ketinggian volume.
Letakan kedua tangan di pinggir buku Lectionarium (untuk memastikan lembaran halaman tidak
terbalik atau tertiup udara saat membaca, dan bila di perlukan dapat di pergunakan jari-jari tangan
untuk menunjukan posisi bacaan sudah sampai di mana.)
Membacalah dengan suara lantang, jelas dan tegas.
Lektor menyapa umat melalui kontak mata, artinya pada saat membaca lektor tidak sepenuhnya
melihat buku Lectionarium.
Awalilah membaca dengan rumusan , “Bacaan dari ………..bukan Pembacaan, (tidak perlu
menyebutkan/membacakan rubric, bab maupun ayatnya dan kalimat yang di cetak miring) kata-
kata “Bacaan pertama atau Bacaan kedua” tidak perlu di bacakan. Selesai membacakan ‘Bacaan
dari ......’, beri jeda sejenak (5 detik) sebelum memulai bacaan. Usahakan saat membaca ‘Bacaan
dari .....’ lektor dapat berkontak mata dengan umat.
Disarankan Umat wajib mendengarkan lektor dan Imam saat mereka menyampaikan bacaan (PUMR 128).
Karenanya baik bila ada lembaran misa / Kitab Suci yang disediakan, disampaikan kepada umat oleh komentator
sebelum misa dimulai, bahwa lembaran misa dan Kitab Suci dipakai sebagai persiapan sebelum misa dimulai atau
setalah misa selesai saja. dihimbau agar umat sudah membaca bacaan sebelum Perayaan Ekaristi berlangsung.
Dalam misa harian perlu dikoordinir bacaan pertama dan kedua (kalau ada) dibacakan oleh lektor yang sudah
mengikuti pelatihan, karena saat liturgi Sabda, Tuhan sendiri yang berbicara. Jadi tidak asal comot, siapa yang
hadir misa diminta baca. PUMR 128 lectionarium tetap diletakkan di ambo (catatan: sudah saya tambahkan di
bagian bacaan-bacaan Alkitab )
Diakon / Imam setelah selesai membacakan Evangeliarium, lalu meletakkannya diletakkan dalam keadaan tertutup
di meja clayden/mimbar acrylic. Kredens bukan di Altar lagi, karena Altar akan dipakai sebagai meja persembahan
dalam Liturgi Ekaristi.
Dalam membaca Kitab Suci / menyampaikan Sabda Allah, seorang Lektor perlu memperhatikan hal-
hal sbb:
1. Penjiwaan, seorang lektor harus menjiwai dengan mantap dari apa yang di bacakannya,
apakah bacaan itu berupa kisah, surat, nubuat, sastra kebijaksanaan dsbnya.
2. Pengaturan nafas, sebelum membacakan Kitab Suci, cobalah mengkontrol pernafasan,
dengan menarik nafas panjang secara sadar, kemudian baru mulai membaca, dengan
lebih tenang dan kecepatan yang tidak terlalu tinggi.
3. Artikulasi, pengucapkan/lafal harus jelas dan baik pada setiap kata / kalimat yang di
sampaikan.
4. Intonasi, dalam membacakan satu kalimat nada suara lektor ada dua yaitu Arsis (Kalimat
yang tekanan kalimat akhirnya di naikan) dan Thesis (Kalimat yang tekanan kalimat pada
akhir kalimat di turunkan).
5. Jeda / pause kalimat, lektor harus memahami unsur ini, agar umat yang mendengarkan
sabda Allah dapat meresapi dengan telinga, budi dan hati sehingga pesan yang
terkandung dalam bacaan tersebut dapat dipahami seutuhnya.
6. Prasering, adalah pengelompokan kata atau pemenggalan kata dalam satu kalimat.
7. Setelah selesai membaca, beri jeda sejenak saat hening(cukup 5 detik) kemudian
dibacakan “Demikianlah Sabda Tuhan, lalu umat menanggapi dengan jawaban ”Syukur
kepada Allah” setelah itu lektor meninggalkan Mimbar.
Doa Umat
Setelah pernyataan iman (Syahadat Panjang / Singkat / Pembaharuan Janji Baptis) selesai dinyatakan,
sampai dengan kata “Amin”, petugas pembaca doa umat berdiri dan menuju ke mimbar yang telah
disediakan, menghormat Altar dengan cara membungkukkan badan (berlutut atau menundukkan kepala) ke
tabernakel sebelum maju ke mimbar dan setelah doa umat selesai dibacakan, petugas menghormat kembali
ke Altar dengan cara membungkukkan badan tabernakel sebelum menuju ke tempat duduknya. (catatan:
dibawah sudah ada tidak perlu diulang)
Doa Umat di bacakan oleh Lektor, tetapi bisa juga di bacakan oleh wakil umat. Dan wakil umat yang
membacakan doa umat sebaiknya juga mendapat pelatihan agar dapat membacakan doa dengan baik dan
benar.
Tata gerak dan cara membacakan Doa Umat:
Setelah pernyataan iman (Syahadat Panjang/Singkat/Pembaharuan janji baptis)selesai di nyatakan
dengan kata “Amin”
Petugas Doa Umat, berjalan menuju mimbar untuk membacakan ujud-ujud doa umat, berhenti di
depan altar membungkuk /berlutut memberi penghormatan kepada altar/tabernakel (cukup 2 detik)
menghormat Altar dengan cara membungkukkan badan
Sikap tubuh berdiri tegak, membacakan dengan tegas,jelas dan benar setiap kalimat (tidak di perlukan
suara yang terlalu lantang), menjiwai bacaan dengan sikap doa yang sesungguhnya. Saat membacakan
doa umat, tidak perlu kontak mata dengan umat. Baru ketika sampai kepada ajakan Marilah kita
mohon (disini memandang umat)
Setelah Imam selesai menutup doa umat, dan umat seraya berkata “Amin”,petugas doa umat
meninggalkan mimbar menghormat Altar dan menuju tempat duduknya.
Doa Umat : Dengan memanjatkan Doa Umat, seluruh jemaat menampakkan imamat umumnya, artinya sebagai
“imam” (jemaat = kaum imami), mereka mendoakan semua orang. Urutan ujud- ujudnya :
a) untuk kepentingan Gereja;
Dalam perayaan khusus seperti Misa Krisma, Perkawinan atau Arwah dapat pula diperhatikan
kepentingannya (PUMR 70).
Ujud-ujud yang sesuai dengan perayaan itu dapat ditambahkan atau mengganti beberapa unsur tsb.
1) Doa Umat bukanlah doa pribadi, maka perlu diperhatikan aspek-aspek yang membangun terciptanya unsur
kebersamaan (oleh karena itu intensi yang diminta umat tidak dibacakan dalam Doa Umat, tapi dibacakan
oleh Komentator sebelum Misa);
2) Ada kaitan antara isi doa umat dengan isi/tema bacaan Kitab Suci yang dipakai dalam Misa;
3) Isi doa umat selaras dengan situasi atau kebutuhan Gereja setempat dan dikaitkan dengan tema yang sedang
dirayakan;
4) Doa umat jangan bernada kateketis, dogmatis, atau ajaran moral yang mengurui;
5) Disusun dalam gaya bahasa yang padat, tidak menjemukan, kalau bisa memikat;
6) Intensi / ujud ditujukan kepada Allah Bapa, namun bukan dalam bentuk doa yang menyapa
langsung “Ya Bapa …… Lebih baik, misalnya, “Kita berdoa bagi Gereja, semoga Allah senantiasa
menuntun Gereja untuk menjadi terang bagi dunia ..” Marilah kita mohon .....
Dibawakan dengan cara : Imam selebran membuka dengan AJAKAN, BUKAN DOA, lalu diakon atau
lektor membawakan ujud-ujudnya.. Secara bersama jemaat menanggapi setiap ujud dengan aklamasi sbb :
Kabulkanlah doa kami ya Tuhan; Tuhan, dengarkanlah kami; Kristus, dengarkanlah kami; Tuhan,
kasihanilah kami (TPE umat halaman 37-41). Dan akhirnya , imam selebran menutup dengan suatu DOA
sambil kedua tangannya terentang. Lalu umat menjawab dengan aklamasi “Amin”.,
C. Ritus Penutup.
Setelah Imam selesai menyampaikan Doa Sesudah Komuni dan umat menjawab “Amin”, komentator berjalan
menuju mimbar untuk mendoakan Doa Sisipan bila ada dan membacakan pengumuman / warta gereja.
Setelah Imam selesai memberikan berkat penutup dan perutusan bagi seluruh umat, kemudian Imam mencium
Altar. Saat Imam selesai mencium altar, semua lektor serta pelayan misa lainnya didahului Putera Altar berjalan ke
depan altar, kemudian bersama-sama dengan Imam menghormat Altar dengan cara membungkukkan badan dan
berlutut (bila ada Tabernakel di belakang Altar) memberi hormat kepada Tabernakel, dan lalu masuk kedalam
sakristi dengan tertib dan rapi.
1. Pada misa di hari Sabtu dan Minggu biasa, lektor dan komentator yang bertugas, diharapkan hadir 30 menit
sebelum perayaan Ekaristi di mulai. Agar dapat melihat kesiapan sarana pendukung seperti buku doa,
Lectionarium, pengumuman, juga berlatih sebentar membaca bacaan yang akan di bacakan.
2. Pada misa besar seperti Misa Natal / Pekan Suci lektor dan komentator wajib hadir 1 jam sebelum perayaan
Ekaristi di mulai.
3. Komentator harus proaktif, misalnya mencari tahu nama Imam pemimpin Perayaan Ekaristi, berkoordinasi
dengan petugas koor ( untuk memberi tahu lagu Pembuka) dan petugas tatib.
4. Komentator mempersiapkan buku Doa Umat sesuai dengan kalender liturgi. (diberi tanda pada halaman
tersebut agar siap dibacakan oleh petugas doa umat dengan benar pada saatnya di mimbar).
5. Komentator mempelajari terlebih dahulu isi pengumuman agar dapat memahami hal apa yang akan
disampaikan kepada umat.
6. Semua lektor diharapkan sejak menerima jadwal tugas seminggu sebelum bertugas sudah mencari tahu dan
mempelajari bacaan yang akan disampaikan terlebih dahulu. Mempelajari dan membacanya dari Kitab Suci.
Bacalah konteksnya juga, dan semua bacaan pada minggu tersebut. Baccan I, Mazmur, bacaan II dan Injil
serta Doa Umat. Dan seminggu atau beberapa hari sebelum bertugas bacalah dari Lectionarium. Bila lektor
telah memahami/menghayati bacaan tersebut dan berlatih membaca, pada saat Sabda Allah disampaikan,
diharapkan seluruh umat yang hadir dalam Perayaan Ekaristi dapat mendengar, mengerti, memahami apa
yang disampaikan lektor dan meresapkannya di dalam hati.
7. Lektor dan komentator, hendaknya melakukan persiapan batin sebelum bertugas dengan melakukan ritual
doa, yang isinya memohon karunia Roh Kudus agar berkenan memberkati dan menyertai dalam tugas
pelayanan.
8. Jika 15 menit sebelum misa di mulai lektor / komentator belum hadir, maka dapat diganti dengan lektor /
komentator lainnya yang sudah terlebih dahulu hadir. (dalam hal ini pengurus lektor harus menyiapkan
lektor cadangan).
9. Pada Misa Besar (Natal / Pekan Suci) bila diadakan Gladi bersih, maka lektor dan komentator yang
dijadwalkan akan bertugas harus hadir untuk mengikuti gladi bersih, jika tidak dapat mengikuti gladi bersih
sebaiknya digantikan oleh lektor dan komentator lainnya yang hadir dalam Gladi bersih itu.
10.Gerak-gerik dan penampilan lektor semestinya mendukung kewibawaan Sabda Allah yang akan dibacakan,
lektor tidak tampil untuk membawakan dirinya sendiri, maka perlu dicermati dan diperhatikan cara berjalan,
sikap berdiri, memandang umat, berpakaian, ber-make up, pada saat bertugas.
11.Jika lektor / komentator berhalangan tugas (pada waktu yang sudah dijadwalkan) harus mencari
penggantinya.
12.Lektor / komentator selesai bertugas wajib mengisi absensi.
Harus beriman Katolik, sudah dibaptis secara Katolik, menerima Komuni Pertama dan menerima Sakramen
Penguatan (untuk lektor dewasa)
Dapat membaca dengan lancar dan baik. (tidak cadel / gagap)
Memiliki kerinduan dan kesanggupan berkomitmen tinggi untuk mengabdi atau melayani dengan tulus dan
sungguh sungguh.
Bersedia dengan sungguh-sungguh untuk belajar dan berlatih, demi peningkatan pengetahuan untuk
menyampaikan Sabda Allah dan kualitas pelayanannya.
Lektor harus berjiwa besar dan bersikap rendah hati, yang artinya berani dengan jiwa besar menerima kritik
atau input dari umat maupun anggota gereja, (pasca menjalankan tugas) dan dengan sikap rendah hati
memperbaiki diri guna meningkatkan kualitas pelayanan.
Hendaknya setiap lektor mendaftar di Paroki tempat di mana ia berdomisili.
Dalam suatu team, lektor harus dikelola dengan tata manajemen yang berkualitas, untuk mendidik
dan melatih para lektor secara terprogram dan berkesinambungan, agar dalam menjalankan tugas
pelayanannya lektor menyadari dirinya sebagai bagian yang integral dalam liturgi sabda dan
ekaristi yang bertanggung jawab kepada gereja dan umat separoki tempat lektor berdomisili dan
berkarya.
Pengurus / pembina lektor menyusun jadwal tugas lektor secara teratur, lektor yang bertugas wajib
mematuhi jadwal tugas yang sudah di susun oleh pengurus / pembina lektor setempat.
Pengurus / pembina lektor dapat menanyakan mengapa tidak bertugas, kepada lektor jika tidak
bertugas sesuai jadwal. (bisa dipakai sistem “reward & punishment”misalnya lektor yg rajin dalam
bertugas diberikan penghargaan untuk bertugas di Misa Natal / Pekan Suci) dan melakukan
evaluasi pasca pelaksanaan tugas para lektor. Lektor yang tidak bias bertugas harap mencari
pengganti
Lektor secara pribadi harus bersahabat akrab dengan Kitab Suci, hal ini dilakukan agar semakin
memahami dan menjiwai bacaan pada saat lektor membacakan Sabda Allah.
Secara berkala lektor perlu dibekali dengan pemahaman liturgis, biblis dan ketrampilan teknisnya
Untuk penyegaran iman dan keharmonisan antar anggota lektor, perlunya diadakan rekoleksi atau
retret. (waktu dpt diatur oleh pengurus / pembina lektor)
Latihan membaca sebaiknya rutin dilakukan (waktu dapat di tentukan oleh Paroki masing-masing
misalnya setiap minggu pada hari Jumat sebelum bertugas atau sebulan sekali)
Perlu diketahui, bahwa komentator adalah bagian dari lektor, artinya orang yang bertugas sebagai komentator
sebaiknya juga seorang lektor. Karena seorang lektor lebih mengetahui tehnik membaca dan terbiasa
menyampaikan bacaan di depan orang banyak, karena setiap orang mempunyai cara membaca dan memiliki
intonasi yang berbeda-beda, maka perlu diadakan pemahaman dan pelatihan secara bersama-sama antara lektor dan
komentator.
Contoh Bacaan salam pembuka/pengantar singkat sebelum misa di mulai.
Hari ini adalah hari minggu biasa ke 22,Perayaan Ekaristi akan di pimpin oleh Pastor Sergio CICM.(RP Sergio
CICM)
Intensi misa untuk pagi/siang/sore/malam hari ini adalah untuk mendoakan saudara,saudari kita yang terkena
bencana alam gempa bumi di daerah Aceh barat, pada hari jumat 3 juni kemarin.
Dan diadakan kolekte kedua untuk membantu saudara,saudari kita yang terkena musibah bencana alam di Aceh
barat.
Marilah kita berdiri dan mengawali perayaan Ekaristi dengan menyanyikan lagu pembuka dari puji syukur no 553
“KAU raja mahakuasa”
Baru gong / kliningan Bel/Lonceng gereja di bunyikan oleh Putra/i Altar pertanda Misa di Mulai.(Catatan:
Lonceng gereja hanya dibunyikan saat doa Angelus pukul 06.00, 12.00 dan 18.00, tidak setiap misa)