Anda di halaman 1dari 222

PLAGIAT

PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRAK

Judul skripsi ini “PERAN WALI BAPTIS TERHADAP


PERKEMBANGAN IMAN ANAK BAPTIS USIA REMAJA DI PAROKI
KRISTUS RAJA BACIRO YAGYAKARTA”, dipilih berdasarkan
pengalaman, keprihatinan dan refleksi penulis bahwa wali baptis kurang memiliki
pemahaman yang benar mengenai peran, tugas, dan tanggungjawabnya. Para wali
baptis dalam melaksanakan peran dan tugas mereka selama ini masih belum
merupakan suatu kesadaran. Kehadiran mereka hanya sebatas memenuhi
persyaratan litugis pembaptisan. Pemahamanan ini disebabkan oleh kurangnya
keterlibatan dan pengetahuan akan tugas dan tanggungjawab sebagai wali baptis.
Sebab dalam teori dikatakan bahwa wali baptis wajib mendampingi iman anak
mulai sejak dibaptis sampai pada tingkat iman yang dewasa.
Bertitik tolak dari alasan tersebut di atas, skripsi ini dimaksudkan untuk
membantu para wali baptis paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta, agar
menyadari dan mengingat kembali peran, tugas, dan tanggungjawab mereka
dalam mendampingi dan mengembangkan iman anak pada zaman ini. Maka
dalam skripsi ini dibahas dua hal seputar peran, tugas, dan tanggungjawab wali
baptis dan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan peran, tugas, dan
tanggungjawab wali baptis dalam mengembangkan iman anak. Di samping itu
juga disertakan hasil penelitian mengenai peran wali baptis dalam
mengembangkan iman anak baptis usia remaja di paroki Kristus Raja Baciro
Yogyakarta. Dalam penelitian tersebut terungkap bahwa secara keseluruhan
belum semua wali baptis menjalankan peran, tugas, dan tanggungjawabnya dalam
mengembangkan iman anak baptis selama ini.
Dalam skripsi ini ditawarkan suatu bentuk penyegaran kembali panggilan
sebagai pendamping dan pendidik iman bagi para wali baptis di paroki Kristus
Raja Baciro Yogyakarta melalui rekoleksi. Tujuannya para wali baptis kembali
diajak untuk menyegarkan semangat pelayanannya dalam salah satu tugas
perutusan Yesus Kristus yakni sebagai pelayan. Sehingga di masa yang akan
datang para wali baptis lebih serius, bersemangat dalam melaksanakan peran,
tugas, dan tanggungjawab mereka sebagai wali baptis.

viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT

The thesis’ title, namely “THE ROLE OF GODPARENTS IN THE


FAITH DEVELOPMENT OF TEENAGE GODCHILDREN IN THE
PARISH OF KRISTUS RAJA BACIRO YOGYAKARTA”, has been chosen
based on the writer’s experience, concern and reflection that some godparentshave
no sufficient knowledge about their role, duty and responsibility. The writer saw
that some godparents did not have full awareness of their role. Their presence is
of liturgical formality only. It is suspected that the lack of involvement and
knowledge related to their duty and responsibility as godparents as the causes.
Theoretically godparents have responsibility to guide their godchildren spiritually,
starting from the act of baptism until grownups.
Hence, this thesis is meant to help the godparents of Kristus Raja Baciro
Parish in Yogyakarta to re-realize and recall their role, duty and responsibility in
guiding and nurturing the faith of their godchildren today. Therefore, this thesis
discusses two things related to the role, duty and responsibility of godparents and
the effort to enhance the role, duty and responsibility of godparents in nurturing
their godchildren’s faith. Meanwhile, the result of the research on the role of
godparents in nurturing the faith of the teenagers in Kristus Raja Baciro parish in
Yogyakarta is also attached.
This writing also offers a refreshment in a form of recollection moment for
the godparents in Kristus Raja Baciro parish in Yogyakarta related to their calling
as guides and preceptors of faith. The aim of the refreshment moment is to give
the godparents new energy in ministering the people in accordance to Jesus
Christ’s command of becoming servants of the others. It is supposed that through
this moment the godparents will be more spirited and concerned in carrying out
their role, duty and responsibility as godparents.

ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERAN WALI BAPTIS


TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN ANAK BAPTIS USIA REMAJA
DI PAROKI KRISTUS RAJA BACIRO YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:
Festina Asnawati Mendröfa
NIM : 111124041

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN


KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015

i
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

SKRIPSI

PERAN WALI BAPTIS


TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN ANAK BAPTIS USIA REMAJA
DI PAROKI KRISTUS RAJA BACIRO YOGYAKARTA

Oleh

Festina Asnawati Mendröfa

NIM : 111124041

Telah disetujui oleh:

Dosen Pembimbing

Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ Tanggal, 14 Agustus 2015

ii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

SKRIPSI

PERAN WALI BAPTIS


TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN ANAK BAPTIS USIA REMAJA
DI PAROKI KRISTUS RAJA BACIRO YOGYAKARTA

Dipersiapkan dan ditulis oleh

Festina Asnawati Mendröfa

NIM : 111124041

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji

Pada tanggal 31 Agustus 2015

dan dinyatakan memenuhi syarat

SUSUNAN PANITIA PENGUJI

Nama Tanda tangan

Ketua : Drs. F.X. Heryatno W.W, SJ., M.Ed ………...........


Sekretaris : Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd ………….......
Anggota : Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ ……………...
Y. H. Bintang Nusantara, SFK, M.Hum ……………...
P. Banyu Dewa HS, S.Ag., M.Si ………………

Yogyakarta, 31 Agustus 2015


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma

Dekan,

iii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada seluruh anggota

persaudaraan Suster-suster Fransiskanes dari Reute (OSF Sibolga-Jerman)

di manapun berada yang telah memberi kesempatan kepada saya

untuk menerima ilmu dan bagi siapa saja yang telah

mendukung saya dengan caranya masing-masing

selama kuliah di IPPAK Yogyakarta hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

MOTTO

“Segala perkara

dapat kutanggung dalam Dia

yang memberikan kekuatan kepadaku”.

(Filipi 4:13)

v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 31Agustus 2015


Penulis

Festina Asnawati Mendröfa

vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN


PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata


Dharma Yogyakarta:

Nama : Festina Asnawati Mendröfa


Nomor Mahasiswa : 111124041

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan


Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul PERAN
WALI BAPTIS TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN ANAK BAPTIS USIA
REMAJA DI PAROKI KRISTUS RAJA BACIRO YOGYAKARTA beserta
perangkat yang diperlukan (bila ada) saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma hak menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media
lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas
dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 31 Agustus 2015


Penulis,

vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRAK

Judul skripsi ini “PERAN WALI BAPTIS TERHADAP


PERKEMBANGAN IMAN ANAK BAPTIS USIA REMAJA DI PAROKI
KRISTUS RAJA BACIRO YAGYAKARTA”, dipilih berdasarkan
pengalaman, keprihatinan dan refleksi penulis bahwa wali baptis kurang memiliki
pemahaman yang benar mengenai peran, tugas, dan tanggungjawabnya. Para wali
baptis dalam melaksanakan peran dan tugas mereka selama ini masih belum
merupakan suatu kesadaran. Kehadiran mereka hanya sebatas memenuhi
persyaratan litugis pembaptisan. Pemahamanan ini disebabkan oleh kurangnya
keterlibatan dan pengetahuan akan tugas dan tanggungjawab sebagai wali baptis.
Sebab dalam teori dikatakan bahwa wali baptis wajib mendampingi iman anak
mulai sejak dibaptis sampai pada tingkat iman yang dewasa.
Bertitik tolak dari alasan tersebut di atas, skripsi ini dimaksudkan untuk
membantu para wali baptis paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta, agar
menyadari dan mengingat kembali peran, tugas, dan tanggungjawab mereka
dalam mendampingi dan mengembangkan iman anak pada zaman ini. Maka
dalam skripsi ini dibahas dua hal seputar peran, tugas, dan tanggungjawab wali
baptis dan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan peran, tugas, dan
tanggungjawab wali baptis dalam mengembangkan iman anak. Di samping itu
juga disertakan hasil penelitian mengenai peran wali baptis dalam
mengembangkan iman anak baptis usia remaja di paroki Kristus Raja Baciro
Yogyakarta. Dalam penelitian tersebut terungkap bahwa secara keseluruhan
belum semua wali baptis menjalankan peran, tugas, dan tanggungjawabnya dalam
mengembangkan iman anak baptis selama ini.
Dalam skripsi ini ditawarkan suatu bentuk penyegaran kembali panggilan
sebagai pendamping dan pendidik iman bagi para wali baptis di paroki Kristus
Raja Baciro Yogyakarta melalui rekoleksi. Tujuannya para wali baptis kembali
diajak untuk menyegarkan semangat pelayanannya dalam salah satu tugas
perutusan Yesus Kristus yakni sebagai pelayan. Sehingga di masa yang akan
datang para wali baptis lebih serius, bersemangat dalam melaksanakan peran,
tugas, dan tanggungjawab mereka sebagai wali baptis.

viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT

The thesis’ title, namely “THE ROLE OF GODPARENTS IN THE


FAITH DEVELOPMENT OF TEENAGE GODCHILDREN IN THE
PARISH OF KRISTUS RAJA BACIRO YOGYAKARTA”, has been chosen
based on the writer’s experience, concern and reflection that some godparentshave
no sufficient knowledge about their role, duty and responsibility. The writer saw
that some godparents did not have full awareness of their role. Their presence is of
liturgical formality only. It is suspected that the lack of involvement and
knowledge related to their duty and responsibility as godparents as the causes.
Theoretically godparents have responsibility to guide their godchildren spiritually,
starting from the act of baptism until grownups.
Hence, this thesis is meant to help the godparents of Kristus Raja Baciro
Parish in Yogyakarta to re-realize and recall their role, duty and responsibility in
guiding and nurturing the faith of their godchildren today. Therefore, this thesis
discusses two things related to the role, duty and responsibility of godparents and
the effort to enhance the role, duty and responsibility of godparents in nurturing
their godchildren’s faith. Meanwhile, the result of the research on the role of
godparents in nurturing the faith of the teenagers in Kristus Raja Baciro parish in
Yogyakarta is also attached.
This writing also offers a refreshment in a form of recollection moment for
the godparents in Kristus Raja Baciro parish in Yogyakarta related to their calling
as guides and preceptors of faith. The aim of the refreshment moment is to give
the godparents new energy in ministering the people in accordance to Jesus
Christ’s command of becoming servants of the others. It is supposed that through
this moment the godparents will be more spirited and concerned in carrying out
their role, duty and responsibility as godparents.

ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang maha baik, karena kasih-Nya penulis

mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul PERAN WALI BAPTIS

TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN ANAK BAPTIS USIA REMAJA

DI PAROKI KRISTUS RAJA BACIRO YOGYAKARTA.

Skripsi ini merupakan karya ilmiah dan sumbangan terhadap paroki-paroki

secara khusus tim kerja bidang pewartaan paroki dan kepada para wali baptis yang

ada di paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta dan sekaligus untuk memenuhi

salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Pendidikan di FKIP-JIP-Prodi IPPAK

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Proses penulisan skripsi ini tidak berjalan dengan mulus, namun penulis

dapat belajar untuk semakin tekun, sabar dan tidak mudah putus asa. Penulis

sangat berterimakasih kepada berbagai pihak yang telah menyumbangkan ide dan

gagasannya, kemudahan dan kesempatan sehingga memungkinkan

terselesaikannya skripsi ini. Secara khusus terima kasih penulis sampaikan

kepada:

1. Drs. F.X. Heryatno W.W. SJ.,M.Ed. selaku Kaprodi IPPAK Universitas

Sanata Dharma yang telah berkenan dan sabar membimbing penulis

selama kuliah di kampus IPPAK.

2. Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ., sebagai pembimbing utama, yang penuh

kesabaran dan kerelaan untuk mendampingi, membimbing, dan

x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

memberikan masukkan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini dari

awal hingga selesai.

3. Y.H. Bintang Nusantara, SFK, M.Hum sebagai dosen penguji II sekaligus

pembimbing akademik yang memberi semangat, masukan dan dukungan

baik selama kuliah maupun dalam penyusunan skripsi ini.

4. P. Banyu Dewa HS, S.Ag., M.Si sebagai dosen penguji III yang bersedia

meluangkan waktu dan memberikan masukan dan dukungan kepada

penulis.

5. Para dosen dan staf karyawan yang telah membimbing dan memberi

dukungan selama penulis kuliah di IPPAK Sanata Dharma Yogyakarta.

6. Dewan Pimpinan Regio dan seluruh persaudaraan OSF Sibolga yang

memberikan kepercayaan dan kesempatan bagi penulis untuk studi di

IPPAK Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

7. Teman-teman angkatan 2011yang telah memberi dukungan, semangat,

kegembiraan selama bersama studi dan membantu penulis menyelesaikan

skripsi ini.

8. Para suster OSF Sibolga komunitas saudara Leo Demangan Yogyakarta,

yang mendukung dan menyemangati penulis selama studi dan saat

penulisan skripsi ini.

9. Orang tua (ibu) dan segenap anggota keluarga saya yang memberikan

semangat dan dukungan selama penulis menempuh studi di Yogyakarta.

xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

10. Semua sahabat dan kenalan secara khusus Pastor Ando Gurning, Pr yang

terlibat mendukung, menyemangati dan membantu penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis menyadari, bahwa dalam skripsi ini masih banyak

kekurangan yang membutuhkan koreksi dari pembaca, baik dari segi penulisan

maupun dari segi isi. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran dari para

pembaca demi perbaikan skripsi ii. Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat

memberikan manfaat bagi para pembaca sekalian. Terimakasih.

Yogyakarta, 31 Agustus 2015

Penulis

Festina Asnawati Mendröfa

xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
PERSEMBAHAN ............................................................................................ iv
MOTTO ........................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... vi
LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN........................................... vii
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
ABSTRACT ....................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ..................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xviii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Permasalahan ...................................................................... 7
C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 8
D. Manfaat Penulisan .............................................................................. 9
E. Metode Penulisan ............................................................................... 9
F. Sistematika Penulisan ......................................................................... 10
BAB II. PERAN WALI BAPTIS TERHADAP PERKEMBANGAN
IMAN ANAK BAPTIS USIA REMAJA DAN GAMBARAN
UMUM PAROKI KRISTUS RAJA BACIRO YOGYAKARTA 12
A. SAKRAMEN BAPTIS ....................................................................... 12
1. Baptis, Gerbang Sakramen Lain ................................................... 12
2. Buah Rahmat dari Sakramen Baptis ............................................. 14
3. Makna Teologis Sakramen Baptis ................................................ 15
a. Baptis Mempersekutukan Orang Beriman dengan Kristus .... 15
b. Baptis Mempersatukan Orang Beriman dengan

xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Allah Tritunggal .................................................................... 15


c. Baptis Memasukkan Orang Beriman dalam Gereja ............... 16
d. Baptis Sebagai Ikatan Kesatuan Ekumenis ............................ 17
4. Simbol, Liturgi Sakramen Baptis, dan Nama Baptis .................... 17
a. Simbol..................................................................................... 17
b. Liturgi ..................................................................................... 18
c. Nama Baptis ........................................................................... 19
5. Pelayanan dan Petugas Sakramen Baptis ..................................... 19
a. Pelayan Sakramen Baptis ....................................................... 19
b. Petugas Sakramen Baptis........................................................ 20
1) Orang Tua ......................................................................... 20
2) Wali Baptis ....................................................................... 21
3) Penjamin (Fakultatif) ........................................................ 21
4) Umat ................................................................................. 22
B. TUGAS DAN PERAN WALI BAPTIS ............................................. 22
1. Sejarah Wali Baptis ...................................................................... 23
2. Pengertian Wali Baptis ................................................................. 25
3. Peran, Tanggungjawab, dan Partisipasi Wali Baptis .................... 27
a. Peran Wali Baptis ................................................................... 27
b. Tangungjawab Wali Baptis .................................................... 29
c. Partisipasi Wali Baptis dalam Liturgi Pembaptisan ............... 30
1. Partisipasi Wali Baptis dalam Pembaptisan Bayi dan
Anak-Anak........................................................................ 31
2. Partisipasi Wali Baptis dalam Pembaptisan Dewasa ........ 32
3. Pasca Pembaptisan ( Mistagogi dan Krisma) ................... 33
C. PERKEMBANGAN IMAN ............................................................... 33
1. Pengertian Iman - Perkembangan Iman........................................ 34
2. Beberapa Sumber Pokok untuk Memperkembangkan Iman ........ 40
a. Ekaristi .................................................................................... 40
b. Doa.......................................................................................... 41
c. Kitab Suci ............................................................................... 42

xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

d. Devosi ..................................................................................... 42
e. Bacaan Rohani ........................................................................ 44
f. Pengalaman Pribadi Seseorang ............................................... 45
D. PERAN KHAS WALI BAPTIS TERHADAP PERKEMBANGAN
IMAN ANAK BAPTIS USIA REMAJA ........................................... 45
1. Kebutuhan Perkembangan Iman Usia Remaja ............................. 45
2. Peran Wali Baptis dalam Perkembangan Iman Usia Remaja ....... 49
E. GAMBARAN UMUM PAROKI KRISTUS RAJA BACIRO
YOGYAKARTA ................................................................................ 50
1. Sejarah Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta........................... 50
2. Tata Penggembalaan Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta ..... 54
a. Bidang Liturgi dan Peribadatan .............................................. 54
b. Bidang Pewartaan ................................................................... 55
c. Bidang Pelayanan Kemasyarakatan........................................ 56
d. Bidang Paguyuban dan Tata Organisasi ................................. 57
e. Bidang Sarana dan Prasarana ................................................. 57
f. Bidang Penelitian dan Pengembangan ................................... 58
BAB III METODOLOGI LAPORAN DAN PEMBAHASAN HASIL
PENELITIAN ................................................................................... 59
A. Metodologi Penelitian ....................................................................... 59
1. Rumusan Permasalahan .............................................................. 59
2. Tujuan Penelitian ........................................................................ 60
3. Manfaat Penelitian ...................................................................... 61
4. Jenis Penelitian ............................................................................ 61
5. Metode Penelitian........................................................................ 62
6. Pengumpulan Data ...................................................................... 62
7. Analisis Data ............................................................................... 63
8. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 64
9. Responden Penelitian .................................................................. 65
10. Variabel Penelitian ...................................................................... 66
11. Instrumen Penelitian.................................................................... 68
B. LAPORAN HASIL PENELITIAN ................................................... 70

xv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

1. Hasil Dokumen ........................................................................... 70


2. Hasil Observasi ........................................................................... 71
3. Hasil Wawancara ........................................................................ 72
a. Pengertian Responden Tentang Wali Baptis ......................... 72
b. Peran dan Tanggungjawab Wali Baptis ................................ 75
c. Pelaksanaan Peran, Tugas dan Tanggungjawab Wali
Baptis .................................................................................... 78
d. Kepentingan Kehadiran Wali Baptis Terhadap
Perkembangan Iman Remaja................................................. 81
e. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat dalam
Menjalankan Peran, Tugas dan Tanggungjawab sebagai
Wali Baptis ............................................................................ 84
f. Keteladanan Hidup Wali Baptis ............................................ 86
g. Pengetahuan Wali Baptis tentang Makna, Simbol,
Liturgi Baptis ........................................................................ 88
h. Perasaan karena Terpilih Sebagai Wali Baptis ..................... 91
i. Pendampingan yang Khas bagi Iman Remaja ....................... 92
j. Harapan-harapan Para Responden ........................................ 94
k. Nasehat yang Diterima Anak Baptis dari Wali Baptis .......... 96
l. Bentuk Pendampingan yang Diharapkan Anak Baptis
Kepada Wali Baptis............................................................... 97
C. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN TENTANG TENTANG
PERAN WALI BAPTIS TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN
ANAK BAPTIS USIA REMAJA DI PAROKI KRISTUS RAJA
BACIRO YOGYAKARTA .............................................................. 98
1. Pemahaman Tentang Peran dan Tugas Wali Baptis Terhadap
Perkembangan Iman Anak Baptis Usia Remaja ......................... 98
2. Pelaksanaan Peran, Tugas dan tanggungjawab Wali Baptis dalam
Mengembangkan Iman Anak Usia Remaja................................. 104
3. Kepentingan Kehadiran Wali Baptis dalam Mengembangkan
Iman Anak Baptis Usia Remaja di Paroki Kristus Raja Baciro .. 113
4. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Peran dan

xvi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Tugas Wali baptis dalam Mengembangkan Iman Anak Baptis .. 117


5. Upaya Meningkatkan Peran Wali Baptis dalam
Mengembangkan Iman Anak Baptis Usia Remaja ..................... 121
6. Rangkuman ................................................................................. 125
BAB IV USULAN PROGRAM REKOLEKSI BAGI WALI BAPTIS
PAROKI KRISTUS RAJA BACIRO YOGYAKARTA ................... 129
A. Latar Belakang Program ................................................................... 129
B. Alasan Pemilihan Program ................................................................ 131
C. Tujuan Program ................................................................................. 133
D. Usulan Program ................................................................................. 134
E. Persiapan Rekoleksi Wali Baptis Kristus Raja BaciroYogyakarta ... 140
a. Pembukaan .................................................................................. 141
b. Kegiatan Inti I ............................................................................. 143
c. Kegiatan Inti II ............................................................................ 150
d. Kegiatan Inti III ........................................................................... 154
e. Kegiatan Inti IV........................................................................... 156
f. Penutup........................................................................................ 156
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 157
A. Kesimpulan ......................................................................................... 157
B. Saran ................................................................................................... 159
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 161
Lampiran 1: Permohonan Izin Penelitian ........................................... (1)
Lampiran 2: Laporan Hasil Wawancara ............................................. (2)
Lampiran 3: Tesk Lagu Hati Sebagai Hamba .................................... (34)
Lampiran 4: Gambar Yesus yang Menggendong Domba .................. (35)
Lampiran 5: Teks Injil Yohanes ......................................................... (36)
Lampiran 6: Foto Responden ............................................................. (37)
Lampiran 7: Teks Lagu Jadilah Saksi Kristus .................................... (39)

xvii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Semua singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti singkatan

Kitab Suci sesuai dengan daftar singkatan Perjanjian Baru dalam Alkitab

Katolik Deutrokanonik cetakkan tahun 2000 oleh Bimas Katolik

Departemen Agama, Repuplik Indonesia dalam rangka PELITA IV. Ende:

Arnoldus, 1984/1985, hal. 8.

Mat : Matius

Mrk : Markus

Yoh : Yohanes

Kis : Kisah para rasul

Rm : Roma

Gal : Galatia

Ef : Efesus

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

KGK : Katekismus Gereja Katolik. Dicetak oleh Percetakan Arnoldus,

Ende, 1995.

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia.

KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan

oleh Paus Yohanes Paulus II, 25 Januari 1983.

UR : Unitatis Redintegratio, Dekrit Konsili Vatikan ke II tentang

Ekumenisme, 21 November 1965.

xviii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

MAWI : Majelis Agung Waligereja Indonesia

GE : Gravissimum Educationis. Pernyataan Konsili Vatikan II

tentang Pendidikan Kristen, 28 Oktober 1965.

KKGK : Kompendium Katekismus Gereja Katolik, diterbitkan oleh

Penerbit Dioma, 2005.

GS : Gaudium Et Spes. Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II

tentang Gereja Dewasa ini, 7 Desember 1965.

AG : Ad Gentes, Dekrit Konsili Vatikan II InI mengenai Kegiatan

Misioner Gereja, 7 Desember 1965.

LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II

tentang Gereja, 21 November 1965.

OICA : Ordo Initiation Christianei Adultorum (Ritus Inisiasi Kristen

Orang Dewasa).

Kan : Kanon.

C. Singkatan Lain:

PIA : Pendampingan Iman Anak

PIR : Pendampingan Iman Remaja

KAS : Keuskupan Agung Semarang

Komkat : Komisi Kateketik

Bdk : Bandingkan

CREBO : Crew Multimedia Baciro

KAM : Keuskupan Agung Medan

xix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sakramen inisiasi terdiri dari tiga sakramen yakni: Sakramen Baptis,

Sakramen Ekaristi, dan Sakramen Krisma. Sakramen-sakramen inisiasi memiliki

kesatuan hubungan sebagai sakramen-sakramen yang menandai kehidupan dan

perkembangan hidup manusia sejak lahir, tumbuh, dan berkembang karena

terpenuhinya seluruhnya kebutuhan manusiawinya (Martasudjita, 2003:214).

Sakramen baptis adalah awal kehidupan baru, sakramen Krisma (penguatan) yang

menguatkan kehidupan ini, dan sakramen Ekaristi yang mengenyangkan umat

beriman dengan tubuh dan darah Kristus untuk mengubahnya kedalam Kristus

(KGK 1275).

Dengan pembaptisan orang diinisiasikan atau diantar ke dalam Gereja

sebagai anggotanya (KWI, 1996: 418). Pembaptisan suci merupakan dasar seluruh

kehidupan Kristen, pintu masuk menuju kehidupan dalam Roh (Vitae spiritualis

ianua) dan menuju sakramen-sakramen yang lain. Oleh pembaptisan kita

dibebaskan dari dosa dan dilahirkan kembali sebagai putera-puteri Allah. Kita

menjadi anggota-anggota Kristus, dimasukkan ke dalam Gereja dan ikut serta

dalam tugas perutusan-Nya (KGK 1213).

Orang yang dibaptis menjadi serupa dengan Kristus, karena melalui

pembaptisan seseorang digabungkan bersama Kristus. Pembaptisan menandai

warga Kristiani dengan satu meterai (character) rohani yang tidak dapat

dihapuskan, satu tanda bahwa orang tersebut masuk bilangan Kristus. Tanda ini
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2

tidak dihapuskan oleh dosa manapun, meskipun dosa menghalangi-halangi

pembaptisan untuk menghasilkan buah keselamatan (KGK 1272). Meterai Tuhan

(“Dominicus character”) menurut Agustinus adalah meterai yang dengannya Roh

Kudus telah memeteraikan kita untuk hari penyelamatan (Ef 4:30). Orang beriman

yang telah mempertahankan “meterai” sampai akhir, artinya setia kepada tuntunan

yang diberikan bersama pembaptisannya (KGK 1274).

Pemberian sakramen baptis kepada anak-anak tidak dengan sendirinya

menjadi jaminan bahwa iman anak bertumbuh dan berkembang. Pemeteraian Roh

Kudus yang terjadi lewat pembaptisan dan terlebih pengurapan minyak pada dahi

anak, membutuhkan usaha manusia untuk mengembangkan iman anak yang sudah

dibaptis. Oleh karena itu, Gereja sangat menganjurkan agar iman anak didampingi

baik oleh orang tua maupun wali baptis. Kitab Hukum Kanonik (KHK) sangat

menggarisbawahi betapa pentingnya peranan orang tua dan wali baptis dalam

pengembangan iman anak. KHK mengatakan:

“Umat yang akan menerima sakramen baptis sedapat mungkin diberi wali
baptis, yang berkewajiban mendampingi calon baptis dewasa dalam inisisi
Kristiani dan mengajukan bersama orang tua calon baptis bayi untuk
dibaptis, dan juga wajib berusaha agar yang dibaptis hidup secara Kristiani
yang sesuai dengan baptisnya serta memenuhi dengan setia kewajiban-
kewajiban yang melekat pada baptisan itu” (KHK, kan. 872).

Berkaitan dengan tugas umat beriman yang tertuang dalam KHK di atas,

Katekismus Gereja Katolik (KGK) juga menggarisbawahi betapa pentingnya

peranan orang tua/wali baptis. Tugas mereka adalah jabatan gerejani yang

sebenarnya (officium). Seluruh persekutuan Gereja ikut bertanggungjawab untuk

pengembangan dan perlindungan rahmat pembaptisan (KGK 1255). Baik


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3

pengertian KHK maupun KGK, nampak bahwa rahmat pembaptisan ini dapat

berkembang atas bantuan orang tua dan wali baptis. Baik orang tua maupun wali

baptis harus menjadi orang Kristiani yang baik yang mampu dan siap

mendampingi anak dan orang dewasa yang baru dibaptis pada jalan kehidupan

Kristiani.

Menanggapi begitu pentingnya peran dan tanggung jawab wali baptis dan

seluruh persekutuan Gereja dalam pengembangan dan perlindungan rahmat

pembaptisan ini serta bertitik tolak dari Injil Markus 16:15-16a. Yesus berkata

kepada para murid-Nya: “Pergilah keseluruh dunia, beritakanlah Injil kepada

segala mahkluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan.”

Atas dasar pemikiran di atas, penulis mencoba melihat peranan wali baptis

di gereja paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta. Sebagai paroki yang terhimpun

dalam satu wilayah tertentu, Paroki Kristus Raja Baciro berusaha untuk

mewujudkan cita-cita Injili yang coba diterjemahkan baik dalam KHK, KGK dan

terlebih buku Pedoman Dewan Paroki Kristus Raja Baciro. Buku Pedoman

tersebut tidak pernah lepas dari konteks Keuskupan Agung Semarang yang

mempunyai buku Pedoman juga. Dewan Paroki mencoba mengkonkretkan unsur

Tritugas Kristus: imam (menguduskan), Nabi (pewartaan), dan sebagai Raja

(menggembalakan).

Secara khusus sebagai nabi (pewartaan), paroki Kristus Raja Baciro

Yogyakarta memberikan perhatian dengan membentuk tim kerja di bidang

pewartaan, diantaranya adalah: tim kerja baptisan bayi, tim kerja inisiasi, tim

pendampingan iman anak (PIA), tim kerja pendampingan iman remaja (PIR), tim
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4

kerja pendampingan iman orang dewasa, tim kerja kerasulan Kitab Suci, dan tim

kerja katekis (Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki, 2011: 39-40).

Wujud konkrit yang telah dilakukan di paroki Kristus Raja Baciro

Yogyakarta selama ini adalah memilih beberapa orang yang menjadi penanggung

jawab dalam bidang tersebut dan dipercayakan untuk melaksanakan apa saja yang

berkaitan dengan pembaptisan baik itu sebelum maupun sesudahnya. Misalnya,

sebelum upacara pembaptisan dilaksanakan, terlebih dahulu diadakan pembekalan

kepada para orang tua anak yang akan dibaptis dan bagi para wali baptis yang

akan menjadi orang tua kedua bagi anak baptis dalam pendampingan iman anak

baptis untuk selanjutnya. Wali baptis yang dipilih menjadi orang tua kedua dalam

perkembangan iman anak baptis untuk selanjutnya bekerjasama dengan orang tua

anak baptis harus mampu menjadi teladan hidup. Bagi penulis dipilih menjadi

wali baptis menunjukkan suatu penghargaan dan kepercayaan dari keluarga yang

dibaptis. Wali baptis dipilih berdasarkan keteladanan hidup, kualitas pribadi dan

persahabatan (OICA 11, Ordo Initiation Christianei Adultorum).

Penulis memahami bahwa keberadaan wali baptis tidak hanya penting

pada saat pembaptisan, tetapi juga bertanggung jawab mendampingi calon baptis

secara terus menerus. Tanggung jawab untuk memperkembangkan iman umat

bukan hanya menjadi tanggung jawab romo, suster, katekis namun wali baptis dan

orang tua juga mempunyai tanggungjawab yang besar pula untuk kehidupan

beriman umat. Orang tua dan wali baptis sendiri harus menjadi orang Kristiani

yang baik yang mampu dan siap mendampingi anak dan orang dewasa yang baru

dibaptis pada jalan kehidupan Kristiani (KGK 1255). Melalui perkataan dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5

terlebih teladan hiduplah orang tua dan wali baptis membina anak baptis mereka

dalam iman dan praktek kehidupan Kristani (KHK, kan. 774 §2). Wali baptis

harus mengusahakan kebajikan dalam dirinya sendiri dan memberikan teladan

dalam hidup doa kepada seluruh umat. Karena seorang wali baptis telah berjanji

untuk membantu orang yang baru dibaptis dan setuju untuk mewakili komunitas

iman dan mendorong anak baptisnya untuk tetap berada dalam persekutuan penuh

dengan Gereja Katolik sendiri.

Penulis melihat bahwa pada umumnya wali baptis masih kurang berperan

dalam perkembangan hidup iman anak baptis. Perkembangan iman sering

bersamaan dengan perkembangan kepribadian seseorang. Misalnya, pada usia

remaja, menurut para ahli psikologi (Feist, 2008: 233), anak berada dalam

masalah identitas diri (ego identity). Dalam kaitan dengan iman dan sesuai

dengan perkembangan kemampuan kritis psikologi remaja, anak remaja sering

menyoroti nilai-nilai agama dengan cermat. Mereka mulai membawa nilai-nilai

agama ke dalam hati dan praksis hidup. Mereka juga mengamati secara kritis

kepincangan-kepincangan di masyarakat yang gaya hidupnya kurang

memperdulikan nilai agama, bersifat munafik, tidak jujur, dan perilaku amoral

lainnya. Di sinilah idealisme keimanan dan spiritual remaja mengalami benturan-

benturan dan tantangan yang membutuhkan seorang pendamping. Pendamping

yang di maksud dalam konteks liturgi adalah orang tua dan wali baptis (sebagai

orang tua kedua).

Bila pendampingan orang tua dan wali baptis berlangsung, tentu

tingkat partisipasi remaja bersangkutan dalam bentuk kehadiran pada pertemuan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6

atau pendalaman iman di lingkungan (bdk.KWI, 1996: 353-355) dapat dilihat atau

dirasakan. Pernyataan di atas dapat juga kita buat dalam bentuk pertanyaan

apakah fenomena partisipasi remaja dalam kegiatan-kegiatan yang ada di

lingkungan dan gereja disebabkan oleh peranan wali baptis? Untuk asumsi

sementara dan berdasarkan tugas dan tanggung jawabnya, penulis melihat bahwa

peranan wali baptis belum optimal.

Selama ini penulis merefleksikan bahwa wali baptis kurang memiliki

pemahaman yang benar mengenai peran dan tugasnya. Para wali baptis dalam

melaksanakan tugas dan peran mereka selama ini belum merupakan suatu

kedasaran. Kehadiran mereka hanya sebatas memenuhi persyaratan liturgis, yaitu

menggendong pada saat bayi hendak dibaptis; sebagian besar beranggapan bahwa

mereka hanya berperan dalam proses baptisan. Pemahaman ini sedikit terlalu

sempit karena kurangnya keterlibatan dan pengetahuan akan tugas dan

tanggungjawab sebagai wali baptis. Sebab dalam teori dikatakan bahwa wali

baptis wajib mendampingi iman anak mulai sejak dibaptis sampai pada tingkat

iman yang dewasa.

Seperti yang pernah terjadi ketika penulis mengikuti proses pembekalan

bagi para orang tua anak baptis dan wali baptis di paroki Kristus Raja Baciro

Yogyakarta, saat itu wali baptis tidak hadir. Suatu hal yang sangat

memprihatinkan karena pembekalan sesungguhnya merupakan hal yang sangat

penting bagi wali baptis. Melalui pembekalan wali baptis mengetahui dan

memahami peran dan tanggungjawabnya baik pada saat upacara penerimaan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7

sakramen baptis maupun selanjutnya (Mistagogi) sampai anak dewasa dalam

imannya.

Penulis melihat bahwa merupakan hal yang sangat penting bagi para wali

baptis untuk mengikuti pembekalan sebelum perayaan sakramen pembaptisan

dilaksanakan. Peran mereka sebagai pendamping iman bagi anak baptis tidak

berhenti pada saat upacara pembaptisan saja melainkan berkelanjutan sampai pada

anak yang telah dibaptis dewasa dalam imannya. Penulis melihat bahwa masih

ada wali baptis yang tidak mengetahui perkembangan iman anak baptis. Banyak

wali baptis kurang menjadi teladan iman terhadap anak baptis dalam penghayatan

iman Kristiani yang diwujudkan dalam kehidupan nyata. Sering terjadi bahwa

hubungan yang berkelanjutan dengan anak yang dibaptis tidak ada kelanjutannya.

Berdasarkan pengalaman konkret ini, penulis merasa tertarik untuk

meneliti lebih lanjut dan mengambil judul skripsi PERAN WALI BAPTIS

TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN ANAK USIA REMAJA DI PAROKI

KRISTUS RAJA BACIRO YOGYAKARTA.

B. RUMUSAN PERMASALAHAN

Berdasarkan pemaparan di atas, permasalahan yang akan dibahas

dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pemahaman wali baptis tentang peran dan tugasnya terhadap

perkembangan iman anak baptis selama ini?

2. Bagaimana pelaksanaan peran wali baptis dalam pengembangan iman untuk

remaja di paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta?


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8

3. Sejauh mana kepentingan peran wali baptis dalam pengembangan iman remaja

selama ini?

4. Faktor-faktor pendukung dan penghambat manakah yang dialami oleh wali

baptis ketika melaksanakan peran dan tugasnya dalam pengembangan iman

anak baptisnya ?

5. Upaya apa yang dilakukan untuk meningkatkan peran wali baptis dalam

pengembangan iman anak baptis usia remaja supaya anak baptisnya dapat

mencapai kedewasaan dalam iman Kristiani?

C. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk memahami sejauh mana wali baptis mempunyai wawasan tentang

tugas dan perannya sebagai wali baptis.

2. Mengetahui bagaimana pelaksanaan peran wali baptis selama ini

dilaksanakan di paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta.

3. Mengetahui sejauh mana kepentingan kehadiran wali baptis dalam

mengembangkan iman anak baptis usia remaja.

4. Mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat yang dialami oleh wali

baptis ketika melaksanakan peran dan tugasnya dalam mengembangakan

iman anak baptisnya.

5. Mengetahui upaya yang dilakukan untuk meningkatkan peran wali baptis

dalam mengembangkan iman anak baptis usia remaja supaya mencapai

kedewasaan dalam imannya.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9

D. MANFAAT PENULISAN

Manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Membantu para wali baptis agar dapat memahami dan menjalankan tugas dan

tanggungjawab sebagai wali baptis yang berperan dalam perkembangan iman

anak baptis selanjutnya.

2. Mendorong pihak Gereja, yakni pastor paroki dan katekis untuk memberikan

pengajaran atau pembinaan kepada orang tua dan wali baptis agar mereka

mengetahui tugas dan tanggungjawab mereka sebagai orang tua dan wali baptis

dalam perkembangan iman anak yang dibaptis.

3. Memberi sumbangsih bagi wali baptis agar mampu meningkatkan peran

mereka sebagai wali baptis sehingga senantiasa setia dalam membantu

perkembangan iman anak yang dibaptis. Dengan demikian, kelak anak

baptisnya menjadi dewasa dalam iman serta mampu melihat peran Allah yang

hadir dalam kehidupan ini.

4. Sebagai sumber pembelajaran bagi penulis dalam merencanakan,

melaksanakan dan menyusun suatu penelitian agar hasilnya dapat bermanfaat

bagi banyak pihak yang berkepentingan.

E. METODE PENULISAN

Metode penulisan yang digunakan adalah metode deskriptif analitis.

Untuk memperlancar penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode

penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif melibatkan tiga unsur pokok,

yakni: teknik wawancara, teknik observasi, pencatatan dan penggunaan dokumen.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10

Ketiga teknik pengumpulan data ini akan digunakan untuk memperkaya temuan

yang ada di lapangan (paroki Kristus Raja Baciro).

Tujuan utama metode penulisan ini terletak pada usaha untuk

menggambarkan dan mengungkap dan kedua adalah untuk menjelaskan apa yang

menjadi temuan penulis di lapangan. Ada tiga prinsip berkenaan dengan

pengumpulan dan penggunaan data yang dipakai oleh penulis yakni, pertama:

penggunaan multi sumber; kedua: penciptaan data dasar bagi studi kualitatif; dan

ketiga adalah pemeliharaan rangkaian terbukti. Sehubungan dengan itu lima

sumber data yang akan dipakai penulis dalam penenelitian ini yakni: pertama

dokumentasi, kedua: rekaman arsip, ketiga: wawancara, keempat: observasi

langsung, dan kelima adalah observasi partisipan.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Judul yang dipilih yaitu: peran wali baptis terhadap perkembangan iman

anak baptis usia remaja di Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta. Secara

keseluruhan penulisan ini terbagi dalam lima bab. Adapun perinciannya sebagai

berikut:

Bab I berisi Pendahuluan yang menguraikan latar belakang penelitian,

rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penelitian, metode penulisan, dan

sistematika penulisan.

Bab II berisi peran wali baptis terhadap perkembangan iman anak baptis

usia remaja di paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta. Bab kedua ini merupakan

kajian teori yang menyajikan teori-teori dari berbagai buku dan literatur untuk
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11

melandasi pemikiran dan gagasan tentang peran wali baptis terhadap

perkembangan iman anak baptis usia remaja di paroki Kristus Raja Baciro

Yogyakarta. Kajian teori juga meliputi: sakramen baptis, buah rahmat dari

sakramen baptis, empat makna teologis sakramen baptis, simbol-liturgi sakramen

baptis dan nama baptis, pelayan dan petugas sakramen baptis, sejarah wali baptis,

pengertian wali baptis, partisipasi serta peran dan tugas wali baptis, pengertian

perkembangan iman, beberapa sumber untuk mengembangkan iman, peran khas

wali baptis terhadap perkembangan iman anak baptis usia remaja, dan gambaran

umum paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta. Pengertian remaja serta sejarah

paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta.

Bab III berisi metodologi penelitian, laporan dan hasil penelitian tentang

peran wali baptis terhadap perkembangan iman anak baptis usia remaja di paroki

Kristus Raja Baciro Yogyakarta. Dengan pemahaman ini diharapkan para wali

baptis di paroki Kristus Raja Baciro di masa yang akan datang semakin serius,

setia menghayati dan melaksanakan peran mereka sebagai wali baptis.

Bab IV berisi usulan program yang efektif berdasarkan hasil penelitian,

sehingga penelitian ini sungguh teraktualisasi.

Bab V berisi penutup. Pada bab V penulis akan membuat kesimpulan

umum dan saran sebagai penutup.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12

BAB II

PERAN WALI BAPTIS TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN ANAK

BAPTIS USIA REMAJA DAN GAMBARAN UMUM PAROKI KRISTUS

RAJA BACIRO YOGYAKARTA

Mengetahui bahwa calon baptis sedapat mungkin diberi wali baptis, yang

berkewajiban mendampingi calon baptis dewasa dalam inisisi Kristiani dan

mengajukan bersama orang tua calon baptis bayi untuk dibaptis, dan juga wajib

berusaha agar yang dibaptis hidup secara Kristiani yang sesuai dengan baptisnya

serta memenuhi dengan setia kewajiban-kewajiban yang melekat pada baptisan itu

(KHK, kan.872). Oleh karena itu pada bab II ini pada variabel pertama penulis

akan menjelaskan tentang sakramen baptis, buah rahmat dari sakramen baptis,

empat makna teologis sakramen baptis, simbol- liturgi sakramen baptis dan nama

baptis, pelayan dan petugas sakramen baptis, sejarah wali baptis, pengertian wali

baptis, partisipasi serta peran dan tugas wali baptis. Variabel kedua membahas

mengenai pengertian perkembangan iman remaja serta sejarah paroki Kristus

Raja Baciro Yogyakarta.

A. SAKRAMEN BAPTIS

1. Baptis, Gerbang Sakramen lain

Dalam Gereja Katolik, ada tujuh sakramen yang dipahami dan dihayati

sebagai “Tanda dan sarana yang mengungkapkan dan menguatkan iman,

mempersembahkan penghormatan kepada Allah, serta menghasilkan pengudusan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13

manusia” (KHK kan. 840). Salah satuya adalah sakramen baptis. Baptis berasal

dari kata Yunani baptizein yang berarti membenamkan, mencemplungkan, atau

menenggelamkan kedalam air, entah seluruh atau sebagian (Martasudjita, 2013:

217). Sakramen ini selalu ditempatkan di awal ketujuh sakramen yang ada karena

sakramen baptis dipahami sebagai pintu gerbang sakramen-sakramen lain. Hal

tersebut didasarkan pada KHK kan. 849 yang berbunyi: “Baptis, gerbang

sakramen-sakramen lain, yang perlu untuk keselamatan”. Hal ini berarti bahwa

orang dapat menerima sakramen-sakramen lain yang disediakan oleh Gereja

Katolik kalau orang tersebut sudah menerima sakramen baptis terlebih dahulu,

sebab sakramen ini menjadi syarat mutlak untuk menyambut sakramen-sakramen

lain secara sah. Hal tersebut juga dikatakan dalam KHK kan. 842 § 1 bahwa:

“Orang yang belum dibaptis tidak dapat diizinkan menerima sakramen-sakramen

lain dengan sah”. Hal ini selaras dengan kehendak Kristus, bahwa semua orang

yang dibaptis memiliki kehidupan kekal (Yoh 3:5). Seorang yang menjadi

Kristiani berarti menggabungkan diri atau menjalani suatu masa perkenalan dan

masa latihan yang biasa disebut dengan inisiasi. Inisiasi Kristiani ini merupakan

perkembangan yang berlangsung cukup lama mengikuti suatu pola yang kurang

lebih sama, pola tersebut dapat dibedakan dalam tiga tahap empat masa. Tiga

tahap tersebut adalah, tahap pertama: pelantikkan katekumenat, tahap ke dua

pemilihan calon baptis, dan tahap ke tiga sakramen-sakramen inisiasi. Ada empat

masa yakni: masa prakatekumenat, masa katekumenat, masa photizomenat (masa

persiapan akhir), dan masa mistagogi (Komkat KAS, 2012: 17-18).


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14

Sakramen baptis merupakan salah satu dari tiga sakramen inisiasi.

Sakramen baptis menginisiasi, memasukan, mengantar orang ke dalam Gereja

sebagai anggotanya (Iman Katolik, 1996: 418). Umat yang akan menerima

sakramen baptis hendaknya didampingi oleh wali baptis.

“Calon baptis sedapat mungkin diberi wali baptis, yang berkewajiban


mendampingi calon baptis dewasa dalam inisiasi kristiani, dan bersama
orang tua mengajakcalon baptis bayi untuk dibaptis, dan juga wajib
berusaha agar yang dibaptis menghayati hidup kristiani yang sesuai
dengan baptisnya dan memenuhi dengan setia kewajiban-kewajiban yang
melekat pada baptis itu” (KHK, kan. 872).

2. Buah Rahmat dari Sakramen Baptis

Bertitik tolak pada KGK 1263-1268, Komisi Kateketik Keuskupan Agung

Semarang dalam buku Katekese Inisiasi (2012: 28) menguraikan buah-buah

rahmat dari sakramen baptis, yakni:

a. Seseorang yang dibaptis telah menjadi manusia baru dan tentu saja

mempunyai tujuan hidup yang jelas, yaitu menjadikan hidupnya sebagai

sarana berkat dan keselamatan bagi orang di sekitarnya.

b. Seseorang yang dibaptis telah mendapatkan pengampunan dosa asal dan dosa

pribadi, maka seseorang telah mendapatkan anugerah dan rahmat untuk

mengenakan busana kebakaan karena telah ditutupi dari noda-noda dosa serta

dipermandikan karena dibersihkan dari segala dosa.

c. Seseorang yang dibaptis telah menjadi anak angkat Allah, anggota Kristus

dan kenisah Roh Kudus. Orang yang dibaptis digabungkan dengan Gereja,

dengan Tubuh Kristus, dan mengambil bagian dalam imamat Kristus.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15

Seseorang mendapatkan rahmat pengurapan karena ia adalah kudus dan

rajawi, berpartisipasi dalam tugas Kristus.

3. Makna Teologis Sakramen Baptis

E. Martasudjito, dalam buku Sakramen-sakramen Gereja menuliskan

empat makna teologis sakramen baptis (Martasudjita, 2003: 228-232). Empat

makna teologis sakramen baptis itu adalah:

a. Baptis Mempersekutukan Orang Beriman dengan Kristus

Baptisan mempersekutukan kita bukan hanya dengan pribadi Yesus

Kristus tetapi juga memasukkan orang ke dalam seluruh peristiwa Yesus Kristus

yang meliputi sengsara, wafat, hingga kebangkitan serta hidup-Nya bagi Allah.

Dengan baptisan kita mengenakan Kristus (Gal 3:27), artinya apa yang terjadi

dalam diri Kristus juga terlaksana dalam diri kita.

Dari kutipan rasul Paulus kepada jemaat di Roma 6:1-14 terdapat tiga hal

yang terjadi dalam baptisan: pengampunan atau pembersihan dosa, senasib

dengan Kristus yang wafat dan bangkit, dan persatuan orang beriman dengan

Allah sendiri.

b. Baptis Mempersatukan Orang Beriman dengan Allah Tritunggal

Baptisan mempersatukan orang Kristiani dengan Allah sendiri, karena

melalui pembaptisan orang Kristiani dimasukkan kedalam komunitas Trinitas:

relasi kasih antara Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Dalam diri Allah ada relasi

komunikatif antara Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus. Komunikasi Trinitas berarti

komunikasi kasih antara Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus sedemikian rupa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16

sehingga ketiga pribadi tetap merupakan satu keilahian (Allah Yang Maha Esa)

dan sekaligus masing-masing pribadi tidak pernah terpisah dan tidak pernah

tercampur. Komunikasi kasih yang membangun komunitas Ilahi dalam Trinitas ini

diwahyukan dalam sejarah keselamatan. Sang Putra menjadi manusia dalam

Yesus Kristus, di mana keseluruhan hidup Yesus tetap bersama dengan Allah

Bapa dan yang menyatukan Bapa dengan Yesus adalah Roh Kudus. Pada saat

wafat Putra Allah menyerahkan diri secara total kepada Allah Bapa dalam Roh

dan dalam kebangkitan-Nya Bapa menerima persembahan dan penyerahan diri

Putra-Nya. Melalui baptis orang beriman menggabungkan diri dalam dinamika

kasih Trinitas tersebut. Berkat Roh Kudus yang dianugerahkan kepada orang

beriman, orang Kristiani masuk ke dalam dinamika hubungan kasih Allah Bapa

dan Putra. Dengan baptis, orang beriman mengalami kesatuan dan kebersamaan

dengan Allah Tritunggal yang merupakan anugerah semata, bukan karena jasa

kita.

c. Baptis Memasukkan Orang Beriman dalam Gereja

Dengan baptis, seseorang dimasukkan dalam Gereja sebagai warga baru.

Proses inisiasi merupakan suatu saat di mana orang harus tetap bertumbuh dan

berkembang dalam iman Gereja. Baptis meliputi dua macam gerak yang

merupakan satu realitas komunikasi dan perjumpaan. Pertama: melalui baptis,

seseorang masuk dalam Gereja, diterima dan diakui sebagai warga baru dengan

segala hak dan kewajibannya. Kedua, dalam baptis Gereja menjadi hidup dan

tumbuh dalam orang Kristiani. Artinya dalam diri orang Kristiani terjadi

internalisasi seluruh hidup Gereja: iman, tradisi, dan ungkapannya.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17

d. Baptis sebagai Ikatan Kesatuan Ekumenis

Dari ketujuh sakramen dalam Gereja Katolik, baptis merupakan salah

satu sakramen yang diterima dan diakui oleh Gereja. Gereja yang satu sudah

semakin dapat mengakui validitas praktek baptisan dari Gereja lain. Meskipun

pengakuan itu tidak selalu terjadi, mengingat masing-masing Gereja terkadang

memiliki ritus yang berbeda. Dokumen Lima mengatakan bahwa pada umumnya

Gereja-Gereja memandang pernyataan mengenai baptisan sebagai pernyataan

yang baik dan sesuai dengan tradisi para rasul. Yang dipermasalahkan hanyalah

baptisan bayi. Meskipun demikian, baptisan diterima oleh semua Gereja dan

dengan demikian umat Kristiani menyebut baptisan sebagai ikatan kesatuan

ekumenis. Dari pihak Gereja Katolik, pengakuan akan makna baptis sebagai

kesatuan ekumenis tercermin dalam UR 22, yang berbunyi “Baptis merupakan

ikatan sakramen antara semua orang yang dilahirkan kembali karenanya”.

4. Simbol, Liturgi Sakramen Baptis, dan Nama Baptis

a. Simbol

Dalam sakramen baptis ada simbol atau lambang dan liturgi yang

digunakan seperti sakramen-sakramen Gereja pada umumnya. Adapun lambang

dan simbol yang digunakan adalah:

1) Air

Air melambangkan pembersihan, kesucian dan kelahiran kembali dalam

Roh Kudus. Dengan demikian baptisan hanya dapat diterimakan secara sah

dengan pencurahan air dan dengan rumusan kata-kata yang diwajibkan, yaitu:
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18

“Aku membaptis engkau dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus”. Air yang

harus dipergunakan dalam menerimakan baptis, diluar keadaan terpaksa, haruslah

air yang diberkati menurut ketentuan-ketentuan buku liturgi ( KHK kan. 853). Air

yang digunakan dalam keadaan terpaksa adalah air baptis yang sudah diberkati

atau sekurang-kurangnya diberkati sewaktu upacara baptisan. Baptisan

dilaksanakan dengan memasukkan ke dalam air atau dengan dituangi air.

2) Lilin yang Bernyala

lilin yang bernyala yang diterima oleh baptis baru dalam upacara sakramen

baptis merupakan lambang bahwa seseorang yang dibaptis diterangi oleh Kristus

dan harus senantiasa berusaha hidup dalam terang Kristus (Komisi Kateketik

KAS, 2012: 27).

3) Minyak Krisma

Minyak wangi yang telah diberkati Uskup, berarti bahwa Roh Kudus

diserahkan kepada yang baru dibaptis. Ia menjadi seorang Kristen, artinya seorang

yang diurapi oleh Roh Kudus, digabungkan sebagai anggota dalam Kristus, yang

telah diiurapi menjadi imam, nabi, dan raja (KGK 1241).

4) Kain Putih

Kain putih (KGK 1243) berarti bahwa orang yang telah dibaptis

mengenakan Kristus (sebagai busana).

b. Liturgi

Ritus utama dalam upacara baptis meliputi: litani dan pemberkatan air,

penyangkalan setan, pengurapan dengan minyak katekumen, pengakuan iman,


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19

baptis, pengurapan sesudah baptis sesudah menggunakan pakaian putih serta

penyerahan lilin bernyala (Komisi Kateketik KAS, 2012: 27). Namun, dalam

keadaan darurat, setiap orang dapat membaptis, sejauh ia mempunyai niat untuk

melakukan apa yang dilakukan Gereja, dan menuangkan air diatas kepala orang

yang dibaptis dan berkata: “Aku membaptis engkau dalam nama Bapa dan Putera

dan Roh Kudus” (KGK 1240).

c. Nama Baptis

Pemberian nama baptis yang dipilih diambil dari deretan nama-nama

orang kudus yang ada dalam Gereja Katolik, mempunyai makna pertama, agar

keutamaan, kesucian,dan keteladanan orang kudus itu terpancar pada orang yang

menyandang nama orang kudus itu. Kedua, agar orang kudus itu membantu calon

baptis melalui doa dan relasi secara khusus dengan calon baptis sehingga calon

baptis dapat hidup pantas di hadapan Allah. Ketiga, nama baptis juga merupakan

simbol anugerah hidup baru yang diterima (Komisi kateketik KAS, 2012: 27).

5. Pelayan dan Petugas Sakramen Baptis

a. Pelayan Sakramen Baptis

Sakramen baptis dapat diterimakan baik dalam keadaan normal maupun

darurat, dengan tetap mengindahkan aspek keabsahan sakramen baptis itu sendiri,

yaitu mencurahkan air tiga kali di dahi, sambil mengucapkan”(Nama calon

baptis), Aku membaptis engkau dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus”.

Dalam keadaan normal, sakramen baptis dapat diterimakan uskup, imam, dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20

diakon tertahbis: “Pelayan baptis adalah uskup, imam, dan diakon” (KHK kan.861

§1). Sedangkan dalam keadaan darurat, sakramen baptis dapat diterimakan semua

orang Katolik yang sudah dibaptis seperti yang dikatakan dalam KHK kan. 861 §

2: “Bilamana pelayan tidak ada atau berhalangan, baptisan dapat dilaksanakan

secara licit oleh katekis ataupun oleh orang lain yang oleh Ordinaris wilayah yang

ditugaskan untuk fungsi itu, bahkan dalam darurat oleh siapapun yang mempunyai

maksud yang semestinya;…”atau dengan ungkapan “Setiap orang beriman dapat

memberikan sakramen baptis kepada orang yang berada dalam bahaya maut atau

dalam sakrat maut, kalau tidak ada imam ataupun diakon” (Ga I, 2014:95).

b. Petugas Sakramen Baptis

1) Orang Tua

Dalam peristiwa pembaptisan bayi, kehadiran orang tua sangat penting dan

menentukan dibandingkan dengan wali baptis, karena merekalah yang akan

membesarkan dan mendidik anak-anaknya, khususnya dalam pembinaan iman

anak-anaknya termasuk mempersiapkan mereka untuk menerimakan sakramen-

sakramen lain seperti komuni pertama, Ekaristi, dan sakramen penguatan

(Prasetya, 2008:25-26). Mengingat pentingnya peranan orang tua baik pada saat

pembaptisan maupun sesudah pembaptisan, kehadiran orang tua dalam

penerimaan sakramen baptis sangat diharapkan:

“Sangatlah diharapkan supaya orangtua menghadiri upacara pembaptisan


anaknya dan menyaksikan kelahirannya kembali dari air dan Roh Kudus”,
termasuk untuk memberikan persetujuan atas pembaptisan ini: Orang tuanya,
sekurang-kurangnya satu dari mereka atau secara legitim menggantikan
orangtuanya, menyetujuinya” (KHK kan. 868 §1, 10).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21

2) Wali Baptis

Pembaptisan adalah sakramen iman. Iman membutuhkan persekutuan

umat beriman. Setiap orang beriman hanya dapat beriman dalam iman Gereja.

Iman yang dituntut untuk pembaptisan tidak harus sempurna dan matang,

cukuplah satu tahap awal yang hendak berkembang. Kepada para katekumen dan

wali baptis disampaikan pertanyaan: “Apa yang kamu minta dalam Gereja

Allah?” dan ia menjawab; “Iman” (KGK 1253).

Berdasarkan pernyataan tersebut, Wali baptis tidak hanya bertugas pada

saat penerimaan sakramen baptis, tetapi mendampingi terus-menerus sampai

akhirnya bayi atau anak baptis dapat hidup secara Kristiani dan setia

melaksanakan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan baptisan yang telah

diterimanya (KHK. Kan 872).

3) Penjamin (fakultatif)

Menurut Prasetya (2008: 28), Penjamin dalam sakramen baptis adalah

seorang beriman Katolik baik laki-laki ataupun perempuan yang berani

memberikan jaminan bahwa bayi ini pantas diterima dalam Gereja Katolik dan

akan dididik dalam iman Katolik. Oleh karena itu, keberadaan penjamin hanya

berkaitan dengan kasus-kasus khusus agar bayi tersebut dapat dibapits; misalnya,

keberadaan bayi yang tidak diketahui siapa orang tuanya atau keberadaan bayi

yang berasal dari perkawinan yang tidak sah atau keberadaan bayi disebabkan

karena kehamilan di luar nikah atau pada saat pembaptisan, orang tuanya tidak

dapat hadir karena alasan berat.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22

Dalam situasi biasa, keberadaan penjamin tidak diperlukan karena oleh

orang tua sendiri, bayi tersebut akan dibesarkan dan dididik imannya secara

Katolik dan itu sesuai dengan maksud baptisan yang telah diterimanya.

Berdasarkan kasus-kasus seperti itu, kehadiran penjamin sangat penting dan

diperlukan dalam peristiwa pembaptisan.

4) Umat

Pentingnya kehadiran umat dalam peristiwa pembaptisan selain

menunjukkan aspek perhatian dan cintanya kepada mereka yang hendak

menerima sakramen baptis dan meneguhkan pengakuan iman yang dilakukan oleh

orang tua dan wali baptis, juga sebagai perwujudan pengakuan iman Gereja. Umat

Allah ikut serta secara aktif untuk menampakkan penerimaan para baptisan baru

ke dalam Gereja. Dengan demikian, iman yang menjadi dasar pembaptisan bukan

hanya milik keluarganya saja, melainkan milik seluruh Gereja (Prasetya, 2008:

29).

B. TUGAS DAN PERAN WALI BAPTIS

Pada bagian ini penulis akan memaparkan mengenai pokok-pokok wali

baptis. Penulis akan mengajak melihat beberapa pendapat tentang wali baptis.

Pada bagian awal ini penulis akan membahas mengenai sejarah wali baptis,

pengertian wali baptis, peran-tugas dan partisipasi wali baptis.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23

1. Sejarah Wali Baptis

Adanya wali baptis atau saksi baptis dalam sakramen pembaptisan tidak

menjadi syarat mutlak bagi sahnya sakramen baptis. Dalam keadaan darurat,

baptisan tetap sah bila dilakukan tanpa ada wali baptis. Namun, adanya wali

baptis atau saksi baptis ini merupakan kebiasaan lama yang sudah mengakar

dalam tradisi katolik. Oleh karena itu, keberadaan wali baptis atau saksi baptis

tetap diusahakan (Irwanto, 2005: 25).

Sejarah wali baptis bermula dari adanya penjamin dalam tradisi

pembaptisan Gereja Purba. Sebelum menjadi wali baptis para penjamin saat

upacara pelantikkan katekumen disebut sebagai penobat (Komisi Liturgi MAWI,

48). Sebagai penobat, penjamin bertindak sebagai saksi para calon baptis. Setelah

upacara pelantikkan para penjamin dapat menjadi wali baptis. Mereka dapat

bertindak sebagai wali baptis terutama karena mereka telah menjadi saksi untuk

Gereja dan untuk Kristus di hadapan manusia.

Nama wali baptis dalam masa awal Gereja disebut dengan

penjamin/sponsor. Peran wali baptis sebagai penjamin/sponsor dilakukan oleh St.

Barnabas terhadap St. Paulus yang baru bertobat (Kis 9:27). Peran wali baptis

sebagai penjamin/sponsor seperti St. Barnabas sudah berkembang pada awal

sejarah Gereja, terlebih ketika Gereja mengalami masa penganiayaan dari

kekaisaran Romawi sampai munculnya Edict Milan (313 M). Pada masa itu

menjadi Kristen berarti mesti siap untuk menjadi martir, dibunuh demi iman,

karena kekristenan dianggap sebagai musuh negara yang harus ditumpas. Maka

ibadahpun dilakukan secara sembunyi-sembunyi di katakombe-katakombe.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
24

Pewartaan Injil tidak bisa dilakukan secara terang-terangan (Bagiyowinadi, 2009:

20). Untuk mengetahui apakah lawan bicara juga Kristen digunakan gambar ikan

sebagai sandi (Yun, ikan = ICHTUS singkatan dari Yesus Kristus, Anak Allah,

Penyelamat). Bila ada seseorang yang tertarik menjadi Kristen, dia akan

menghadap Uskup setempat. Dan Uskup meminta dia mencari teman seorang

Kristen yang menjadi penjamin/sponsor baginya (Bagiyowinadi, 2009: 21).

Sebelum abad IX beberapa orang tua sudah memilih orang lain bertindak

sebagai wali baptis anaknya. Baru pada abad IX ada peraturan resmi sponsor

haruslah di luar kedua orang tuanya. Maka muncullah istilah latin patrinus (bapa

baptis) dan Matrina (ibu baptis). Melalui kelahiran baru dalam pembaptisan itu

mereka menjadi orang tua spiritual bagi anak baptisnya. Dengan adanya wali

baptis yang bukan orang tuanya, pembinaan iman bisa berkelanjutan, kalaupun

orang tua tiba-tiba meninggal. Sejak awal relasi spiritual antara wali baptis dan

anak baptis sedemikian erat sehingga Kaisar Yustinus (abad VI) mengeluarkan

larangan penikahan antara wali baptis dengan anak baptis (Bagiyowinadi, 2009:

22).

Dalam liturgi pembaptisan bayi masa itu, wali baptis berperan untuk

menerimakan anak baptis dari bejana baptis. Selanjutnya Karel Agung, raja Frank

yang memerintah tahun 751-758, berusaha menjadikan institusi wali baptis

sebagai pendidikan iman bagi kaum awam. Dia menggaris bawahi tugas wali

baptis sebagai pendidik iman bagi anak baptisnya termasuk untuk mengajarkan

doa-doa dasar kepada mereka (Bagiyowinadi, 2009: 23).


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
25

Dari penjelasan tersebut di atas, gereja Katolik tetap mempertahankan

bahwa setiap calon baptis yang akan dibaptis sedapat mungkin diberi wali baptis

yang mendampingi calon baptis menghayati hidup Kristiani yang sesuai dengan

baptisannya dan memenuhi dengan setia kewajiban-kewajiban yang melekat pada

baptis itu.

2. Pengertian Wali Baptis

Kamus Liturgi mendefiniskan bahwa wali baptis adalah orang beriman

Katolik yang dipilih oleh katekumen untuk menjadi pendampingnya dalam tahap-

tahap terakhir inisiasi Ktisten. Sesudah katekumen dibaptis, ia tetap harus

memperhatikan perkembangan hidup baptisan baru tersebut. Wali baptis

berkewajiban menolong anak baptis sebaik mungkin dengan kata dan teladan

dalam perkembangan hidup rohani. Kewajiban seorang wali baptis sangat penting

terlebih-lebih jika orang tua anak baptis tidak mau mengembang tanggung

jawabnya dan dengan demikian wali baptis dapat menjadi orang tua kedua bagi

anak baptis tersebut. Wali baptis wajib berusaha supaya orang anak baptis yang

mendapat pendampingan darinya menerima pembinaan dan pendidikan Katolik

dan tetap setia pada janji baptis (Ernest Mariyanto, 2004: 226).

Wali baptis adalah seorang beriman Katolik, baik laki-laki maupun

perempuan, yang sudah dewasa usia dan imannya yang ditunjuk untuk

mendampingi proses perkembangan iman orang yang dibaptis, baik kanak-kanak

maupun orang dewasa. Menurut Prasetya (2011: 49), wali baptis adalah orang

yang dianggap tepat untuk menjadi penjamin pada sakramen penguatan ketika
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
26

anak sudah cukup besar untuk menerimanya. Apabila terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan atau sesuatu yang menghalangi orang tua untuk membesarkan anaknya

dalam iman Katolik, wali baptis mempunyai tanggung jawab untuk memastikan

bahwa anak memperoleh pendidikan iman yang diperlukan. Dengan demikian,

keberadaan dan tugas wali baptis tidak hanya penting pada saat pembaptisan,

tetapi juga bertugas untuk mendampingi calon baptis terus menerus sampai dapat

hidup secara kristiani dan setia melaksanakan kewajiban-kewajibannya sesuai

dengan baptisan yang telah diterimanya (Prasetya, 2011: 49).

Wali baptis oleh Yohanes Chrysostomus yang dikutip dalam buku Bina

liturgia 5 juga disebut “Bapa rohani” hal ini mau menunjukkan sifat kemesraan

seorang ayah yang mendidik anak-anaknya dalam hal-hal rohani dan mendorang

mereka kepada kebajikan (MAWI, 1986: 49).

Dari pengertian di atas, Kitab Hukum Kanonik 874 menuliskan syarat-

syarat untuk menjadi seorang wali baptis yakni:

1. Ditunjuk oleh calon baptis atau orang tuanya atau oleh orang yang mewakili

mereka, atau bila mereka itu tidak ada, oleh pastor paroki atau pelayan baptis,

serta memiliki kecakapan dan maksud untuk melaksanakan tugas itu;

2. Telah berumur genap enambelas tahun, kecuali jika umur lain ditentukan oleh

Uskup diosesan, atau pastor paroki ataupun pelayan baptis menilai bahwa

kekecualian atas alasan wajar dapat diterima;

3. Seorang Katolik yang telah menerima penguatan dan sakramen Ekaristi Maha

Kudus, lagi pula hidup sesuai dengan iman dan tugas yang diterimanya;

4. Tidak dijatuhi atau dinyatakan ternoda oleh suatu hukuman kanonik;


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
27

5. Bukan ayah atau ibu dari calon baptis; seseorang yang telah dibaptis dalam

suatu jemaat gerejawi bukan Katolik hanya dapat diizinkan tampil hanya

bersama dengan seorang wali baptis Katolik, dan itu sebagai saksi baptis.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa wali

baptis adalah orang yang sungguh mempunyai kewajiban penting untuk menjaga,

mendampingi dan membantu orang tua dalam mendampingi anak sehingga

semakin hari anak semakin memiliki iman yang kokoh sehingga tidak mudah

untuk mengikuti arus zaman yang semakin deras serta semakin hari semakin aktif

dalam mengikuti kegiatan menggereja. Kunci utama mengemban tanggungjawab

sebagai wali baptis adalah kemauan dan kerelaan.

3. Peran, Tugas, dan Partisipasi Wali Baptis

a. Peran Wali Baptis

Setiap calon baptis hendaknya mempunyai wali baptis namun bukan demi

sahnya pembaptisan karena tanpa wali wali baptis, pembaptisan tetap sah. Dalam

keadaan darurat, baptisan tetap sah bila dilakukan tanpa adanya wali baptis.

Namun adanya wali baptis atau saksi baptis ini merupakan kebiasaan lama yang

sudah mengakar dalam tradisi Katolik. Oleh karena itu, keberadaan wali baptis

atau saksi baptis sebaiknya tetap diusahakan (Irwanto, 2005: 25). Dalam Kitab

Hukum Kanonik ditegaskan bahwa:

“Calon baptis sedapat mungkin diberi wali baptis yang berkewajiban


mendampingi calon baptis dewasa dalam inisiasi Kristiani, dan bersama
orangtua mengajukan calon baptis bayi untuk dibaptis menghayati hidup
Kristiani yang sesuai dengan baptisannya dan memenuhi kewajiban yang
melekat pada baptis itu” (KHK 872).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
28

Dengan demikian wali baptis diharapkan dapat menunjukkan jalan kepada

katekumen untuk mewujudkan (menerapkan) Injil dalam hidupnya sendiri dan

dalam hubungannya dengan masyarakat. Wali baptis diharapkan dapat

mendampingi dalam keragu-raguan dan kebimbangan, memberi kesaksian dan

menjaga perkembangan hidup Kristiani para baptis baru agar tetap setia pada janji

baptis. Dengan melihat begitu besarnya tugas seorang wali baptis, seorang wali

baptis tidak begitu saja lepas dari tanggungjawabnya karena hal ini sangat

berpengaruh bagi perkembangan iman anak baptis (KWI, 1996: 426). Supaya

rahmat pembaptisan dapat berkembang, bantuan orang tua dan wali baptis sangat

penting. Mereka harus turut bertangung jawab dan harus menjadi orang Kristiani

yang baik, yang mampu dan siap mendampingi anak dan orang dewasa yang baru

dibaptis pada jalan kehidupan Kristiani. Tugas mereka adalah jabatan gerejani

yang sebenarnya officium (KGK 1255).

Bila yang dibaptis adalah seorang bayi atau anak kecil yang orang tuanya

adalah umat beriman Katolik, wali baptis membantu orang tuanya di mana orang

tua tetap merupakan pengajar iman utama bagi anaknya (Gravissimus

Educationis, GE 3). Bila yang dibaptis adalah seorang bayi atau anak kecil yang

orang tuanya bukan Katolik, atau yang dibaptis adalah seorang dewasa, wali

baptis harus menjadi teladan utama dalam pertumbuhan spiritual anak baptisnya.

Pertolongan yang dapat diberikan oleh seorang wali baptis adalah teladan iman.

Seorang wali baptis tidak dapat memberikan teladan iman bila ia tidak berbagi

(sharing) mengenai imanya. Dengan demikian, wali baptis harus mengusahakan

kebajikan dalam dirinya sendiri dan memberikan teladan dalam hidup doa kepada
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
29

seluruh umat. Karena seorang wali baptis telah berjanji untuk membantu orang

yang baru dibaptis dan setuju untuk mewakili komunitas iman dan mendorong

anak baptisnya untuk tetap berada dalam persekutuan penuh dengan Gereja

Katolik sendiri.

b. Tanggung Jawab Wali Baptis

Berdasarkan penegasan diatas, Herman Yosef Ga I dalam buku Sakramen

dan Sakramentali menurut Kitab Hukum Kanonik (2011: 125) memaparkan apa

yang merupakan tanggung jawab ibu/bapa wali baptis itu sendiri yaitu:

1) Mengajar atau mendidik dengan memperlihatkan kepada calon baptis

dewasa, atau membantu orang tua calon baptis bayi, bagaimana

mempraktekkan ajaran Allah dan Injil Suci dalam hidup pribadi dan sosial.

Di samping itu, ibu/bapa wali baptis bertugas juga serentak sebagai pembawa

dan pemberi kesaksian Kristiani dan menjadi pelindung atas pertumbuhan

hidup beriman calon baptis sebagai buah dari sakramen baptis.

2) Membantu calon baptis dewasa atau orang tua calon baptis bayi yang

sekurang-kurangnya dilakukan pada tahap akhir persiapan pembaptisan (masa

pemurnian).

3) Menyertai calon baptis dewasa dalam mengajukan diri menjadi calon wali

baptis dan serantak berdiri sebagai seorang saksi atas hidup dan perilaku

iman, moral, dan maksud baik calon baptis.

4) Mewakili Gereja dalam meneriman calon baptis menjadi anggota baru

Keluarga Kerajaan Allah secara spiritualitas dan memainkan peran nyata


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
30

Gereja kepada calon baptis sebagai seorang bunda. Ibu/bapa wali baptis

menjadi anggota baru dari keluarga spiritual baptisan baru.

Konferensi Wali Gereja Indonesia dalam Iman Katolik menjelaskan bahwa

peran wali baptis adalah mendampingi katekumen pada hari “pemilihan”, dalam

perayaan sakramen-sakramen inisiasi dan pada “mistagogi”, artinya wali baptis

menunjukkan jalan kepada katekumen supaya menerapkan Injil dalam

kehidupannya sendiri dan dalam hubungannya dengan masyarakat. Wali baptis

pun harus memberi kesaksian dan menjaga perkembangan hidup Kristianinya

(Iman Katolik, 1996: 426).

Melihat keberadaan peran wali baptis yang berlangsung selama hidup ini,

sebaiknya ditanggapi dengan upaya pencarian wali baptis secara bijaksana, jangan

asal-asalan, sesuai dengan syarat wali baptis. Khususnya untuk baptisan anak-

anak, tidaklah bijaksana jika orang tua memilih wali baptis yang sudah lanjut

usianya karena yang sering terjadi adalah wali baptis tersebut sakit-sakitan,

bahkan meninggal dunia, pada saat anak sangat memerlukan kehadirannya itu.

Itulah sebabnya, keberadaan wali baptis jangan dipahami sebatas formal saja,

tetapi harus ditempatkan dalam kerangka pendampingan terus-menerus bagi anak

dalam menatap masa depannya yang masih panjang dengan segala tantangan dan

kesulitan zamannya (Prasetya, 2011: 51).

c. Partisipasi Wali Baptis dalam Liturgi Pembaptisan

Di atas telah diuraikan apa yang menjadi peran dan tanggung jawab wali

baptis. Bagiyowinadi (2009: 63-74) dalam buku Wali Baptis peran dan tanggung
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
31

jawabnya, menguraikan apa saja yang merupakan partisipasi wali baptis dalam

liturgi pembaptisan, antara lain yaitu:

1. Partisipasi Wali Baptis dalam Pembaptisan Bayi dan Kanak-Kanak

a. Mengikuti pembekalan bersama dengan orangtua anak baptis

Bersama dengan orangtua anak yang dibaptis, wali baptis mengikuti

pembekalan. Kegiatan pembekalan ini cukup penting bagi wali baptis karena akan

dibicarakan tanggung jawab mendidik anak setelah pembaptisan serta dalam

pembekalan akan disampaikan bagaimana pelaksanaan liturgi pembaptisan

misalnya: siapa yang memasang busana putih pada baptisan baru, siapa yang

menyalakan lilin baptis pada lilin paska, dan lain sebagainya (Bagiyowinadi,

2009: 64).

b. Pada saat upacara pembaptisan

Sama halnya dengan orangtua anak yang dibaptis, wali baptis dalam

upacara pembaptisan mempunyai peran (Bagiyowinadi 2009: 66), yakni:

1) Pada saat upacara pembaptisan secara puplik wali baptis menyatakan

kesanggupannya untuk membantu orang tua menjalankan tugasnya,

2) Wali baptis ikut membubuhkan tanda salib pada dahi calon baptis setelah

orangtua,

3) Bersama orangtua memperbaharui janji baptis dengan menolak setan dan

mengakui iman. Kemudian masih dimungkinkan dengan:

4) Ikut memegang anak baptis setelah penuangan air baptis,

5) Menyeka kepala anak baptis dengan handuk sesudah penuangan air baptis,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
32

6) Membantu memasangkan busana putih pada anak baptis,

7) Membantu menyalakan lilin baptis pada lilin Paskah.

2. Partisipasi Wali Baptis dalam Pembaptisan Dewasa

a. Upacara Pemilihan Calon Baptis

Pada upacara pemilihan calon baptis untuk baptis dewasa yang juga

disebut sebagai inisiasi tahap ke dua, wali baptis mulai ambil peran dalam liturgi.

Pada bagian awal upacara pemilihan calon baptis dewasa, wali baptis akan

diminta kesaksiannya apakah calon baptis dewasa tersebut sudah siap untuk

menerima baptisan.

b. Pada Saat Upacara Pembaptisan

Pada saat upacara pembaptisan dewasa, setelah calon baptis mengucapkan

janji baptis, wali baptis mempunyai peran (Bagiyowinadi: 2009: 71-72), yakni:

1) Pada penuangan air baptis pada kepala calon baptis, salah satu atau kedua

wali baptis mendampinginya dengan tangan kanan memegang bahu anak

baptis (OICA 226 B).

2) Wali baptis membantu memasangkan busana putih pada anak baptisnya

(OICA 229).

3) Wali baptis menyalakan lilin baptis dari api lilin paskah dan memberikan

kepada anak baptisnya (OICA 230).

4) Bila upacara pembaptisan ini dilanjutkan dengan penerimaan sakramen

Krisma, salah satu atau kedua wali baptis mendampingi anak baptis dengan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
33

tangan kanan memegang pundaknya dan menyebutkan nama krismanya

kepada pelayan baptis-krisma.

3. Pasca Pembaptisan (Mistagogi dan Krisma)

Setelah penerimaan sakramen inisiasi, para baptisan baru memasuki masa

mistagogi, yakni masa pembinaan lebih lanjut setelah pembaptisan yang

diselenggarakan baik dalam liturgi (tujuh kali misa mistagogi selama masa Paskah

hingga hari raya Pentakosta) maupun dalam pertemuan kateketis. Wali baptis

diharapkan ikut mendampingi anak baptisnya selama masa mistagogi, khususnya

dalam rangkaian misa mistagogi (Bagiyowinadi, 2009: 73).

Dari teori di atas penulis melihat bahwa adanya wali baptis meskipun tidak

merupakan syarat mutlak bagi sebuah sakramen baptis dalam Gereja Katolik,

namun menjadi seorang wali baptis adalah tugas penting dalam Gereja Katolik.

Maka orangtua dan wali baptis sendiri harus menjadi orang Kristiani yang baik

yang mampu dan siap mendampingi anak dan orang dewasa yang baru dibaptis

pada jalan kehidupan Kristen (KGK 1255). Melalui perkataan dan terlebih

teladan hiduplah orang tua dan wali baptis membina anak baptis mereka dalam

iman dan praktek kehidupan Kristani (KHK, kan. 774 §2).

C. PERKEMBANGAN IMAN

Pada pembahasan sebelumnya sudah membahas menganai wali baptis,

sekarang penulis akan memaparkan mengenai perkembangan iman. Pada bagaian

pertama ini akan dibahas mengenai iman-perkembangan iman serta tahap-tahap


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
34

perkembangan iman dan beberapa sumber pokok untuk memperkembangkan

iman.

1. Pengertian Iman-Perkembangan Iman

Dalam Kompendium Katekismus Gereja Katolik dikatakan bahwa “setiap

orang yang mau dibaptis diminta untuk mengucapkan pengakuan iman” (KKGK,

259). Bagi anak yang dibaptis, pengakuan itu dilakukan oleh orang tua dan

Gereja. Sekalipun dilakukan oleh orangtua dan Gereja, perkembangan iman anak

diserahkan kepada wali baptis dan seluruh komunitas gerejawi.

Menurut KGK, iman adalah ikatan pribadi manusia dengan Allah. Iman

merupakan persetujuan manusia secara bebas terhadap segala kebenaran yang

diwahyukan Allah. Manusia menyerahkan diri seluruhnya terhadap Allah dan

mengimani secara absolut, bahwa apa yang oleh Allah adalah tepat dan benar

(KGK 150). Adapun yang merupakan ciri-ciri iman menurut KKGK 28 adalah,

pertama: iman merupakan anugerah cuma-cuma dari Allah dan tersedia bagi

semua orang yang memintanya dengan rendah hati. Kerendahan hati adalah

keutamaan adikodrati yang perlu untuk memperoleh keselamatan. Ciri iman yang

kedua, yakni: iman adalah tindakan manusiawi, yaitu tindakan akal budi manusia

yang atas dorongan kehendak yang digerakkan oleh Allah mengimani dengan

bebas kebenaran Ilahi.

Thomas H. Groome dalam bukunya Cristian Religious Education (2010:

97-100) memaparkan beberapa pengertian iman menurut Fowler yang telah

melakukan penelitian mengenai iman dari perspektif strukturalis, yang

menyatakan bahwa cara beriman seseorang juga berkembang melalui tahap-tahap


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
35

yang berurutan dan dapat dikenali. Adapun pemahaman Fowler mengenai iman

yakni:

1) Iman sebagai yang utama

Bagi Fowler, iman adalah inti manusia yang mendasar, disposisi

fundamental yang mewarnai dan membentuk segala sesuatu yang datang setelah

iman. Dengan demikian bagi Fowler iman adalah fokus utama, disposisi atau

orientasi utama berada di dunia dengan mana seseorang membuat,

mempertahankan, atau mengubah makna manusia. Iman adalah orientasi utama

keberadaan seseorang.

2) Iman sebagai kegiatan mengetahui yang aktif

Fowler memahami iman bukanlah sebagai keadaan atau milik statis, tetapi

sebagai kegiatan mengetahui, mengartikan, dan menafsirkan pengalaman. Dengan

demikian orang mampu memaknai kehidupan. Iman adalah proses mengetahui

partisipatoris, dan pengetahuan dalam setiap pengalaman seseorang

3) Iman sebagai hubungan

Bagi Fowler iman adalah fenomena hubungan yang mutlak. Dalam

pengertian ini, bagi Fowler iman mempunyai dua kutub yakni hubungan antara

diri kita dengan dunia sehari-hari dan orang lain. Dalam penelitiannya, Fowler

menemukan bahwa hubungan seseorang dengan sebuah kutup manapun dari tiga

serangkai (diri kita, sesama kita, Allah) mempengaruhi hubungan dengan kutup

yang lain. Dengan demikian, hubungan kita dengan dunia sehari-hari dan dengan

orang lain membentuk dan dibentuk oleh hubungan kita dengan pusat-pusat nilai

(Kristus) dalam lingkungan akhir kita (finalitas hidup, yakni keselamatan,


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
36

kebahagiaan, hidup kekal, kebangkitan), dan hubungan kita dengan lingkungan

akhir kita membentuk dan dibentuk oleh hubungan kita dengan dunia sehari-hari

dan orang lain.

4) Iman sebagai sesuatu yang rasional dan bersifat “perasaan”

Bagi Fowler, karena iman adalah mengetahui dunia secara aktif dan cara

berhubungan dengan dunia luar, maka kegiatan beriman berdimensi baik kognitif

maupun afektif. Fowler menjelaskan bahwa iman adalah kegiatan mengetahui

atau mengartikan di mana “kognisi” (sang rasional) tidak dapat dipisahkan dengan

“afeksi” (sang perasaan). Dimensi perasaan adalah aspek emosional afektif yang

muncul dari iman sebagai cara berhubungan. Dimensi perasaan berarti mengasihi,

memperhatikan, dan menghargai orang lain.

5) Iman sebagai hal yang universal yang ada dalam diri manusia

Iman yang universal dibagikan Fowler kedalam pelbagai ekspresi oleh

perbedaan-perbedaan cara seseorang memahami “lingkungan dasar” (kerajaan

Allah) dan “pusat-pusat nilai” (Allah). Keputusan seseorang untuk terus

berpartisipasi di dalam dunia adalah perwujudan dari iman.

Crapps (1994: 37) berpendapat, Fowler mendefinisikan bahwa iman

merupakan orientasi dasar, “inti struktural” keberadaan manusia. Bagi Fowler

iman mencakup bentuk-bentuk yang dipergunakan orang untuk berpikir dan

mengambil keputusan moral, cara yang dipakai untuk mengatur dunia, peran yang

sudah diambil, tempat outoritas mereka, batas-batas kesadaran sosial mereka, dan

cara yang diambil dalam menggunakan lambang-lambang.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
37

Di atas penulis telah menguraikan beberapa definisi tentang iman.

Berkaitan dengan definisi iman, penulis mengikuti definisi yang dikatakan oleh

Ernest Maryanto dalam Kamus Liturgi (Maryanto, 2004:78). Ia mengatakan

bahwa iman adalah

“Jawaban positif “ya” dari manusia terhadap Allah yang terdorong oleh
hasrat menyelamatkan manusia, mewahyukan Diri dan rencanaNya kepada
manusia. Iman juga merupakan perjumpaan diagonal antara Allah dan
manusia; Allah menyapa, manusia menjawab; Allah menyatakan diri,
manusia menanggapi”.

Tentu saja pandangan tentang iman menurut Ernest Maryanto tidak jauh berbeda

dengan apa yang dikatakan oleh Buku Iman Katolik. Dalam Iman Katolik sangat

digaris bawahi bahwa iman itu merupakan jawaban atas panggilan Allah, yang

sangat menekankan penyerahan pribadi manusia kepada Allah dalam perjumpaan.

Iman Abraham menjadi contoh utama untuk mengungkapkan relasi manusia

dengan Allah sendiri (KWI, 1996:129).

Dari penjelasan di atas, perkembangan iman yang dimaksud oleh penulis

dalam skripsi ini lebih tertuju kepada formatio iman berjenjang sebagaimana

dijelaskan oleh Dewan Karya Pastoral KAS. Formatio iman secara berjenjang

artinya formatio iman dilaksanakan melalui tahap-tahap usia, mulai dari balita

sampai usia lanjut (Dewan Karya Pastoral KAS, 2014: 39). Tujuan utama dari

formatio iman adalah orang mencapai kepenuhan di dalam Kristus. Orang

menjadikan Kristus sebagai dasar, pusat dan arah hidupnya. Dengan demikian

formatio iman tidak sekedar memperkenalkan, tetapi mengajak orang untuk

masuk, berelasi dan bersatu dengan Yesus sehingga dari pengalaman itu,

seseorang mengalami keselamatan. Untuk itu kepenuhan hidup mengandung


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
38

unsur-unsur kemuridan, kedewasaan, dan kesaksian (Dewan karya pastoral KAS,

2014: 26). Kemuridan yang menjadi tujuan dari formasi iman adalah kesadaran

diri dipanggil oleh Yesus untuk berrelasi dan tinggal bersama-Nya, belajar

mengalami kehidupan-Nya, sampai pada akhirnya hidupnya diperbaharui menjadi

tanda kehadiran Yesus yang mewartakan keselamatan (Dewan Karya Pastoral

KAS, 2014: 27). Dalam kemuridan ada inisiasi, relasi, imitasi, dan misi. Seorang

murid adalah seorang yang dipanggil untuk masuk dalam persekutuan dengan

Allah, tinggal bersama dengan-Nya, meneladan hidup-Nya, dan akhirnya diutus

untuk melanjutkan karya penyelamatan.

Formatio iman membantu orang untuk mengalami pendewasaan iman.

Orang semakin berakar dan bertumbuh dalam Kristus sampai akhirnya hidupnya

menjadi sebuah tanda kehadiran Kristus sendiri (Dewan Karya Pastoral KAS,

2014: 28). Kristus tidak hanya diterima, tetapi dibatinkan sampai akhirnya

merasuki seluruh hidupnya. Hal ini sama seperti yang dikatakan oleh Paulus

sendiri kepada jemaat di Galatia: “Sekarang bukan lagi aku yang hidup, tetapi

Kristus yang hidup di dalam aku” (Gal 2: 20). Sedangkan formatio iman misioner

menyangkut gerak keluar untuk memberikan kesaksian akan imannya. Iman

bukan sebagai sesuatu yang diletakkan di bawah gantang, tetapi ditempatkan di

atas gantang. Misioner berarti seseorang berani bersaksi tentang imannya, berani

berbicara tentang Kristus kepada orang lain (Dewan Karya Pastoral KAS, 2014:

31).

Berkaitan dengan perkembangan iman, penulis akan menguraikan tahap-

tahap perkembangan iman menurut James Fowler yang dikutip oleh Dewan Karya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
39

Pastoral KAS, dari buku Tahap-tahap Perkembangan Kepercayaan Eksistensial

menurut James Fowler (Dewan Karya Pastoral KAS, 2014: 40-41), yaitu:

1. Tahap iman intuitif (2-6 tahun)

Dalam tahap ini, di mana orang mengalami Tuhan sebagai yang perkasa

yang menuntut kepatuhan dan memberikan hukuman, surga imaginatif dan nereka

yang mengerikan.

2. Tahap iman mistis literal (7-12 tahun)

Dalam tahap kedua ini, menurut Fowler, orang mulai percaya melalui

simbol-simbol religius dan mengalami Tuhan yang adil.

3. Tahap iman sintesis konvensional (13-21 tahun)

Dalam tahap ini orang mulai membentuk ideologi (sistem kepercayaan)

dan mulai mencari identitas diri dalam hubungannya dengan Tuhan, namun

identitas itu belum terbentuk secara penuh.

4. Tahap iman individual-reflektif (22-30 tahun)

Orang yang berada dalam tahap ini, mulai memeriksa imannya secara

kritis dan merefleksikan imannya secara serius.

5. Tahap iman konjungtif (31-60 tahun)

Menurut Fowler, mereka yang berada dalam tahap ini sering mengalami

memahami adanya paradoks dan kontrakdiksi dalam hidup, imannya telah

diintegrasikan dalam hidupnya.

6. Tahap iman universal (60 tahun ke atas)

Dalam tahap keenam ini, di mana orang telah mencapai kepenuhan hidup

rohani, hidupnya menyatu dengan Tuhan sehingga berani berkorban demi iman.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
40

Dari uraian tersebut di atas, formatio iman berjenjang merupakan

formation iman yang memperhatikan perkembangan psikologi dan perkembangan

iman. Adanya perhatian terhadap perkembangan psikologi seseorang dapat

membantu keberhasilan sebuah pendampingan. Setiap usia jenjang memiliki

karakter psikologi yang berbeda-beda, untuk itulah formatio iman berjenjang

memperhatikan perkembangan psikologi umat yang didampingi.

2. Beberapa Sumber Pokok untuk Memperkembangkan Iman

Perkembangan iman seseorang hanya akan terjadi dengan bantuan rahmat

dan pertolongan dari roh kudus, karena iman adalah suatu kegiatan manusia.

Menurut Mardi Prasetya (1992: 140) perjalanan rohani seseorang merupakan

usaha masing-masing pribadi untuk mengubah diri atau mentransformasikan

hidup dalam Kristus sampai dapat mengatakan bersama Paulus: “Aku hidup,

tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup melainkan Kristus yang hidup di dalam

aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang ini di dalam daging adalah hidup oleh

iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya

untuk aku” (Gal 2:22).

Ada beberapa sumber yang dapat membantu seseorang untuk dapat

memperkembangkan iman, antara lain:

a. Ekaristi

Ekaristi adalah sumber dari puncak hidup Kristiani (LG, 11). Ekaristi

adalah Gereja dalam bentuk sakramen. Ekaristi merupakan tanda dan sarana

persatuan mesra dengan Allah dan kesatuan umat manusia (LG 1). Ekaristi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
41

merupakan tanda dan sarana, artinya “Sakramen” persatuan dengan Allah dan

kesatuan antara manusia. Ekaristi itu perayaan iman bersama umat. Suatu

perayaan yang mempertandakan kehadiran Tuhan dalam umat. Dalam perayaan

Ekaristi umat sungguh menghayati dalam iman kesatuan dengan Tuhan yang hadir

di tengah-tengah umat. Dengan demikian terungkap dua dimensi Ekaristi, sama

seperti Gereja yaitu segi Ilahi dan segi insani atau gerejawi. Ekaristi tidak hanya

menghubungkan masing-masing orang secara pribadi dengan Allah, tetapi juga

menjadi ikatan antara umat sendiri (KWI, 1996: 402). Pusat perayaan Ekaristi

bukanlah roti dan anggur, melainkan Kristus yang karena iman hadir dalam

seluruh umat. Dengan demikian, Penghayatan seseorang terhadap Ekaristi dan

sakramen lainnya merupakan suatu pengalaman iman. Dalam iman orang

dipersatukan dengan Tuhan dan sesama (KWI, 1996: 412).

b. Doa

Doa adalah pertemuan antara pribadi Allah dan manusia yang saling

mengasihi, saling mencari dan saling merindukan. Doa adalah bersatu dengan

Allah membangun persahabatan dengan-Nya, menyampaikan permohonan

kepada-Nya. Bagi jiwa, doa mirip dengan makanan bagi tubuh. Bagi para

pengikut Kristus doa adalah kehidupan (Hadrys, 2007: 1). Doa dapat timbul dari

kesusahan hati yang bingung, tetapi juga dari kegembiraan jiwa menuju kemasa

depan yang bahagia. Doa tidak membutuhkan banyak kata (Mat 6:7), tidak terikat

pada waktu dan tempat tertentu, tidak menuntut sikap badan atau gerak-gerik yang

khusus, meskipun dapat didukung olehnya (KWI, 1996: 194). Kesetiaan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
42

seseorang dalam membangun relasi yang erat dengan Tuhan dalam doa dapat

membantu seseorang memperkembangkan imannya.

c. Kitab Suci

Ketekunan seseorang membaca dan merenungkan Kitab Suci akan sangat

membantu untuk bisa menemukan kekayaan imannya. Kitab Suci merupakan

Sabda Allah yang mengundang siapa saja untuk dapat berdialog dengan Tuhan,

dengan demikian dialog itu mampu membangkitkan iman seseorang untuk selalu

berelasi dengan Tuhan yang adalah tujuan hidup sebagai umat beriman ( Kis 1:11;

Yoh 3:21). Hidup rohani lahir dari perjumpaan antara Allah yang

mengkomunikasikan hidup-Nya kepada manusia dan manusia secara aktif

menerima tawaran dari Allah itu sendiri (Darminta, 2007: 17).

d. Devosi

Devosi merupakan sikap iman yang dinamis dalam budaya manusia.

Karena itu, devosi memerlukan penerapan atau perwujudan konkrit dari aspirasi

rohani, entah secara pembatinan ataupun secara penghayatan dalam kehidupan

nyata sehari-hari. Legitimasi kehidupan devosional adalah perlunya konkretisasi

hidup rohani, yang secara indrawi dapat dirasakan, disentuh, dipandang, serta

diresapkan. Unsur penting di dalam devosi ialah penggerakkan hati atau

kehidupan afektif. Kehidupan devosional mempunyai makna dan nilai bila bentuk

devosi itu mampu menunbuhkan dan menyuburkan hidup seseorang


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
43

(Darminta,1995: 36-37). Adapun beberapa devosi yang dapat dilakukan seseorang

untuk mengembangkan hidup beriman, antara lain:

1) Doa Rosario

Doa Rosario adalah sebuah doa yang paling sederhana yang dapat

didoakan secara bersama-sama atau pribadi. Dengan mengulang mendoakan doa

Salam Maria, kita masuk dalam suasana doa dan renungan. Dalam doa Rosario

seseorang diajak untuk merenungkan hidup Yesus bersama dengan Bunda Maria.

Dengan ketekunan dan kesetiaan memelihara devosi kepada Bunda Maria

semakin memampukan seseorang untuk tekun dan setia memelihara iman bersama

Bunda Maria. “Memelihara devosi khusus kepada Santa Perawan Bunda Allah,

teladan dan pelindung segenap hidup bakti, juga dengan doa “ KHK 662, 4).

Bakti atau devosi kepada Bunda Maria bersumber pada iman yang sejati,

mengajak siapa saja yang mendoakannya mengakui keunggulan Bunda Allah, dan

mendorong kita sebagai putra-putra-Nya mencintai Bunda kita dan meneladan

keutamaan-keutamaannya (LG 67).

2) Adorasi

Adorasi atau pujian kepada Sakramen Maha Kudus merupakan praktek

devosi sembah sujud di hadapan sakramen Maha Kudus. Pentakhtaan Sakramen

Maha Kudus muncul dalam hubungannya dengan kerinduan umat beriman untuk

memandang Kristus yang hadir dalam Sakramen Maha Kudus (Martasudjita,

2005: 424).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
44

3) Ziarah

Ziarah adalah salah satu jalan yang memampukan manusia Kristiani pada

khususnya menemukan makna pencarian tujuan hidup. Bagi umat Katolik, tujuan

berziarah adalah: Pertama, untuk bersyukur kepada Allah, dengan menghormati

tempat yang terkait dengan peristiwa kehidupan Yesus dan Bunda Maria. Kedua,

mengunjungi situs makam para kudus, tempat mereka hidup dengan relikwi

mereka. Ketiga, untuk merayakan Sakramen Tobat dan Ekaristi di tempat tertentu

guna memperoleh indulgensi (Majalah Hidup No. 20 Tahun ke-36, 2009: 11).

4) Litani

Kata `litani' berasal dari bahasa Latin `litania', `letania'. Artinya suatu

bentuk doa tanggapan yang meliputi serangkaian seruan atau permohonan,

mengenai suatu subyek utama atau suatu tema suci utama. Litani biasanya

didoakan dalam perayaan liturgis yang penting: baptis, tahbisan imam, kaul

biarwan-biarawati, dan lain-lain. adapun maksud dari doa litani adalah sebelum

menghadap Allah, Gereja menggabungkan diri dengan Kristus Sang Pengantara

dan para kudus-Nya (Puji Syukur, 1992: 128).

e. Bacaan Rohani

Bacaan rohani merupakan salah satu sumber hidup rohani. Tulisan-tulisan

dalam bacaan rohani sangat inspirataif dan menarik baik itu pengalaman yang

dialami oleh pengarang sendiri maupun pengalaman orang lain yang membantu

untuk memperkembangkan hidup beriman (Darminta, 2007:19).


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
45

f. Pengalaman Pribadi Seseorang

Pengalaman pribadi seseorang dianggap penting karena merupakan

pengalaman hidup konkrit yang secara langsung bisa diolah dan dipahami oleh

manusia itu sendiri. Dari pengalaman itulah seseorang bisa melihat dan mengolah

hidupnya sehingga wujud dari seseorang bisa berarti dan dapat dirasakan bila itu

sungguh merupakan pengalaman iman. Orang baru dapat merasakan apa makna

kontemplasi, bila dipraktekkan cara kontemplasi itu, dari usaha itulah orang baru

dapat mengerti dan merasakan makna kesukaran-kesukaran hidup rohani yang

harus diperjuangkan untuk dapat menuju pada kesempurnaan hidup (Darminta,

2007: 14).

D. PERAN KHAS WALI BAPTIS TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN


ANAK BAPTIS USIA REMAJA

Pada bagian sebelumnya penulis telah memaparkan mengenai sakramen

baptis, iman-perkembangan iman serta tugas dan peran wali baptis. Pada bagian

ini penulis akan memaparkan sekilas tentang remaja dalam kaitannya dengan

perkembangan imannya.

1. Kebutuhan Perkembangan Iman Usia Remaja

Para psikolog masih berbeda pendapat sehubungan dengan definisi dari

remaja. Secara etimologis kata remaja berasal dari kata Latin adolescere

(adolescintia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi

dewasa” (Hurlock, 1990: 206). Batasan umur pertumbuhan dan kedewasaan

seorang remaja juga tetap masih diperdebatkan. Namun dalam skripsi ini, penulis
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
46

tidak masuk pada perdebatan para ahli, hanya untuk memberi batasan sejauh

berkaitan dengan skrispsi ini.

Remaja adalah suatu masa dimana individu berjuang untuk tumbuh dan

menjadi orang yang mampu diterima dalam masyarakat pada umumnya, menggali

serta memahami arti dan makna dari panggilan yang ada. Wihtherington membagi

dua masa remaja yaitu masa remaja awal (pre adolence) yang berkisar usia 12-15

tahun dan masa remaja akhir (late adolence) yang berkisar pada usia 15-18 tahun

(Hurlock 1990:206). Teori Erik Erikson (Feist, 2008: 223-225) mengatakan

bahwa manusia sering berada dalam konflik. Pada usia 12-18 (pre dan late

adolence), Erik Erikson mengatakan bahwa manusia sedang berada dalam konflik

identitas dan kacau peranan. Penyebab utama dari identitas-kacau peran ialah

karena sedang terjadi prose peralihan yang sukar dari masa remaja menuju

dewasa. Juga termasuk menyangkut kepekaan sosial dan sejarah yang sebelumnya

kurang disadari. Konflik ini dapat menjadi penyebab bagi remaja merasa kosong,

cemas dan tidak pasti.

Dengan usia yang demikian remaja harus mengambil keputusan yang

penting yang sangat berguna untuk dirinya, tetapi ia merasa tidak mampu

melakukannya. Dorongan untuk mengambil keputusan selalu datang dari

masyarakat, yang dalam arti negatif dapat menyebabkan remaja menolak untuk

mengambil keputusan yang tampak dalam sikap kekanak-kanakan. Belajar

mengambil keputusan sering juga terlihat dari usahanya untuk memahami dan

memiliki pandangan tokoh atau figur yang dikaguminya yang terlihat dalam

bentuk partisipasinya berkumpul.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
47

Bila dilihat dari sudut tingkah laku, umumnya remaja inkonsisten dan

tidak dapat diduga. Pada suatu saat ia mempunyai reservasi dari dalam untuk tidak

melibatkan dirinya pada orang lain, dan masuk dalam rasa takut untuk ditolak,

dikecewakan atau salah arah. Pada saat berikutnya ia dapat menjadi penurut,

pencinta/pengagum, murid, tanpa peduli akan apa konsekuensinya (bdk. Dewan

Karya Pastoral KAS, 2014: 44). Ketakutan oleh perubahan besar yang dialami

dalam dirinya sendiri, apalagi bila dorongan masyarakat yang tidak berfungsi

positif demi pembentukan identitas diri menyebabkan timbulnya krisis identitas.

Krisis identitas ini dapat sangat berbahaya, karena seluruh masa depan

seseorang dan generasi berikutnya tergantung padanya. Apalagi krisis itu semakin

terarah pada perkembangan identitas yang negatif, yakni rasa memiliki sejumlah

kemampuan yang jelek atau ciri-ciri yang tak panta seperti terungkap dalam

ungkapan remaja: “Merekalah yang jahat, bukan saya” (Feist, 2008: 223-225).

Dalam skripsi ini identitas berarti kepercayaan/keyakinan diri yang

berkembang, kemampuan untuk mempertahankan kesamaan batin dan kontinuitas

sesuai dengan kesamaan dan kontinuitas dari arti seseorang bagi orang lain.

Dengan perkataan lain, identitas adalah kesadaran menjadi “diri yang koheren”.

Ciri khas dari kesadaran “diri yang koheren” adalah adanya kesinambungan,

kesamaan akan kesadaran diri. Yang dituntut dari “diri yang koheren” ialah proses

identifikasi dan internalisasi sebagai pembentuk dasar yang kokoh dan tetap bagi

kepribadian.

Dalam kaitannya dengan iman kepercayaan, remaja mulai membentuk

ideologi (sistem kepercayaan) dan komitmen terhadap hal-hal yang ideal terutama
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
48

menyangkut usahanya untuk menjalin hubungan pribadi dengan Allah. Rujukan

utama relasi yang intim antara manusia dengan Allah sering dilihat pada diri

orang sekitarnya (Dewan Karya Pastoral KAS, 2014: 44).

James Fowler sendiri melihat bahwa iman seperti yang disebut di atas

adalah tahap Iman Sintesis Konvensional (13-21 Tahun). Dalam kaitannya dengan

formasio iman terutama untuk jenjang remaja yang mengalami krisis identitas

(Erik Erikson) dan iman yang sintetis dan konvensional (Fowler), Keuskupan

Agung semarang sangat mengharapkan agar pada usia 13-21 tahun, para remaja

sudah mampu mengakui/mengungkapkan imannya secara pribadi dan melibatkan

diri dalam tugas-tugas Gereja serta mengembangkan komunio. Untuk mendukung

itu, formasio sangat penting untuk memperhatikan pertemanan di antara mereka.

Pada masa ini remaja lebih senang berkegiatan kalau ada teman sebayanya yang

juga hadir dan terlibat. Dorongan teman lebih kuat dari pada anjuran dan ajakan

orang tua (Dewan Karya Pastoral KAS, 2014: 44).

Dari uraian tersebut di atas, penulis melihat bahwa kehadiran atau

pendampingan dari orang dewasa (wali baptis) sangat dibutuhkan oleh para

remaja. Pendampingan yang dimaksud adalah pendamping harus bisa masuk

dalam pertemanan dengan remaja. Dalam hal ini pendamping tidak tampil

sebagai guru yang memerintah, tetapi sebagai sahabat yang mengajak dan

melibatkan mereka. Menjadi sahabat yang bisa mengerti kehidupan mereka.

Sehingga dengan demikian mereka terbuka untuk menshringkan pengalaman-

pengalaman hidup mereka baik itu pengalaman yang menggembirakan maupun

pengalaman yang kurang menggembirakan.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
49

2. Peran Wali Baptis dalam Perkembangan Iman Usia Remaja

Melihat bahwa betapa pentingnya pendampingan iman bagi

perkembangan iman usia remaja, peran wali baptis yang menjadi orangtua kedua

sangat dibutuhkan untuk menjadi pendamping bagi mereka. Pendampingan bagi

para remaja misalnya pendampingan melalui kelompok. Di sana ada gerak

bersama, permainan, refleksi, dan akhirnya peneguhan. Karena itu dibutuhkan

pendampingan yang memiliki hati untuk anak-anak, kreatif dan inovatif.

Pendampingan memahami masalah-masalah remaja agar bisa menjadi teman

bertukar pengalaman/wawasan, pendamping, dan peneguh. Pendamping

memanfaatkan media digital, seni dan hobby untuk mengembangkan iman remaja.

Melalui cara-cara yang unik anak dilibatkan dalam kehidupan menggereja,

misalnya: ikut misdinar, lektor, paduan suara, atau kelompok teater (Dewan Karya

Pastoral KAS, 2014: 44). Secara sakramental, anak diajak untuk bertekun dalam

Ekaristi dan penerimaan sakramen pengampunan dosa serta dipersiapkan untuk

menerima Sakramen Penguatan. Sakramen Penguatan yang mereka terima

diharapkan memberikan kebanggaan akan kekatolikkan dan memberi daya

semangat yang lebih untuk terlibat dalam Gereja bersama dengan teman-teman

sebayanya (Dewan Karya Pastoral KAS, 2014: 45).

Secara konkrit para wali baptis dapat memperkenalkan kehidupan seminari

atau biara suster/bruder/frater yang juga merupakan salah satu acara dalam

persiapan penerimaan Sakramen Penguatan. Sangat lebih baik lagi apa bila anak-

anak remaja didorong untuk terlibat dalam kegiatan sosial kemasyarakatan

misalnya: kegiatan kampung/perumahan serta ditumbuhkan kepekaan akan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
50

permasalahan lingkungan hidup dan lain sebagainya (Dewan Karya pastoral KAS,

2014: 45).

E. GAMBARAN UMUM PAROKI KRISTUS RAJA BACIRO


YOGYAKARTA

Penelitian ini akan dilaksanakan di Paroki Kristus Raja Baciro

Yogyakarta. Paroki Kristus Raja Baciro dipilih sebagai tempat untuk mengadakan

penelitian karena berdasarkan pertimbangan bahwa selain lokasi mudah

dijangkau, penulis adalah salah seorang umat paroki Kristus Raja Baciro. Dengan

demikian penulis lebih mudah memperoleh izin melakukan penelitian. Pada

bagian ini penulis membahas tentang sejarah paroki Kristus Raja Baciro

Yogyakarta dan tata penggembalaan paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta.

1. Sejarah Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta

Untuk menjelaskan sejarah Paroki Kristus Raja Baciro, penulis

menggunakan dua sumber utama yakni Buku Pedoman Pelaksanaan Dewan

Paroki Gereja Kristus Raja Baciro Yogyakarta Keuskupan Agung Semarang dan

dari website www.parokibaciro.org.

Umat Allah di Paroki Kristus Raja Baciro adalah persekutuan umat beriman

yang merupakan bagian dari umat Allah Keuskupan Agung Semarang yang

disatukan berdasarkan kesatuan Bapa dan Putera dan Roh Kudus (LG 4). Umat

yang disatukan dalam persekutuan Gereja (Yoh. 17:21-22) tetapi juga sumber dan

tujuan hidup seluruh umat manusia (LG: GS 19). Dalam peziarahannya, umat

Allah paroki Baciro dipanggil untuk terlibat dalam karya keselamatan yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
51

bersumber pada persekutuan Tritunggal Mahakudus, melalui Kristus menuju Bapa

dalam Roh Kudus (Pedoman pelaksanaan Dewan Paroki, 2011: 14).

Cikal bakal paroki Kristus Raja Baciro berasal dari salah satu kring paroki

Santo Antonius Kota Baru yang dirintis pada tahun 1943. Saat itu paroki Kristus

St.Antonius Kota Baru berusaha menambah tempat ibadat di Kring Baciro karena

perambahan penduduk. Banyak umat Katolik baik yang datang dari Pulau Jawa

maupun dari daerah Jawa sendiri berpindah ke wilayah ini sehingga pemekaran

demi pemekaran pun harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pastoral umat.

Pada tanggal 27 Oktober 1963 beberapa kring yang berdekatan digabung

menjadi satu paroki dan diresmikan dengan bangunan Panti Paroki yang berpusat

pada jalan Melati Wetan No. 13 Yogyakarta. Bersamaan dengan hari berdirinya,

salah satu ordo yang ikut dalam pelayanan pastoral adalah para suster dari Ordo

Dominikan (OP). Sebagai pimpinan komunitasnya adalah Moeder Tomasiana.

Dalam usaha untuk ikut ambil bagian dalam mencerdaskan kehidupan

bangsa, pada tahun 1964 Paroki Kristus Raja Baciro mengembangkan pendidikan

dasar di tengah masyarakat. Wilayah Sorowajan, Colombo dan Baciro sendiri

dijadikan sebagai pusat pendidikan. Sampai sekarang, para suster mengelola

lembaga pendidikan yang berada di bawah Yayasan Katamso.

Sebelum dibubarkan sebagai partai terlarang, Barisan Tani Indonesia (BTI)

sebagai ormas Partai Komunis Indonesia menentang rencana pembangunan

pastoran dan susteran di lahan persawahan milik paroki sendiri. Anggota Barisan

Tani Indonesia menanami tanaman secara paksa di lahan tersebut. Konflik ini
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
52

berakhir dengan dibubarkannya Partai Komunis Indonesia oleh pemerintah.

Pembangunan pun berjalan dengan lancar.

Perkembangan umat Katolik di Paroki ini juga menunjukkan suatu

pertumbuhan yang cukup menggembirakan sebab sejak tahun 1995 hingga 1996

paroki Kristus Raja Baciro telah berkembang menjadi 17 Kring. Karena

pertumbuhan umat yang semakin pesat, paroki ini dimekarkan kembali ke dalam

beberapa paroki yakni paroki santo Yohanes Pringulung, Paroki Babarsari dan

Gereja Pangkalan TNI AU Adisucipto.

Pada tahun 2006, satu tahun setelah gempa di Nias, wilayah Yogyakarta

mengalami gempa dengan kekuatan 5,8 scala righter (SR). Cukup banyak

bangunan yang rusak sebagai akibat gempa. Bagian altar dari gereja Kristus Raja

misalnya, runtuh dan menyebabkan konstruksi bangunan gereja tidak aman untuk

dipergunakan. Untuk menghindari jatuhnya korban, dibangunlah gereja sementara

di atas gereja lama. Karena umat tidak tertampung maka dibangunlah gereja baru

yang berlokasi di belakang gereja sementara.

Pada tahun 2010 pembangunan gereja baru masih berjalan dan aktivitas

paroki semakin berkembang. Baik aktivitas kehidupan beriman maupun aktivitas

umat untuk berjuang bersama, bahu-membahu berusaha menyelesaikan proses

pembangunan gereja baru. Harapan ini telah terwujud, pada tanggal 25 November

2012 diadakan pemberkatan dan peresmian gedung baru Gereja Kristus raja

Baciro Yogyakarta. Bagi masyarakat yang berbudaya Jawa, pemberkatan diakui

sungguh sempurna bukan karena kehadiran Gubernur DIY tetapi Hamengku

Buwono X sendiri dihormati masyarakat sebagai raja.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
53

Pada bulan September 2013, pembangunan gereja baru (relokasi) dimulai

kembali. Gereja Kristus Raja Baciro dibangun dengan menyerap budaya

Yogyakarta. Bentuk bangunan kubah yang berbentuk Joglo, bangunan rumah adat

Yogyakarta. Gereja yang sangat indah dengan sentuhan budaya Jawa yang khas.

Sejak diberlakukannya Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki (PPDP) Gereja

Kristus Raja Baciro Yogyakarta, jumlah lingkungan dimekarkan menjadi 36 (tiga

puluh enam) lingkungan yang tergabung dalam 6 (enam) wilayah. Secara

administratif pemerintahan keenam wilayah tersebut berada di tiap-tiap

lingkungan. Wilayah pertama yang terdiri dari lima lingkungan berada di sebelah

utara gereja paroki Kristus Raja Baciro. Wilayah kedua terdiri dari enam

lingkungan berada sebelah Timur dan Utara gereja Baciro. Wilayah tiga berada di

sebelah Selatan dan Barat Gereja Baciro. Wilayah empat berada di bagian Timur

laut dari gereja Baciro. Waliyah Lima berada dibagian Timur kali dan wilayah

enam berada di bagian paling Timur gereja paroki Kristus Raja Baciro.

Pemekaran lingkungan ini dilakukan agar pelayanan iman kepada umat

semakin luas dan sedekat mungkin menyentuh setiap individu umat. Untuk di

paroki sendiri cukup banyak kegiatan-kegiatan pastoral berjalan. Sebagai sumber

dan puncak hidup, umat paroki Baciro merayakan ekaristi pada hari Sabtu sore

dan tiga kali pada hari minggu. Menariknya, setiap hari minggu pagi perayaan

Ekaristi dirayakan dalam bahasa Jawa dengan tujuan untuk lebih menyentuhkan

iman Katolik kepada seluruh umat yang berbudaya Jawa sebagai salah satu usaha

memenuhi teks Kitab Yohanes: “Sabda telah menjadi daging, dan tinggal di antara

kita” (bdk. Yoh 1:1-18).


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
54

2. Tata Penggembalaan Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta

Panggilan dan tugas perutusan Gereja untuk mewartakan dan

menghadirkan persekutuan hidup Ilahi dalam setiap paguyuban yang ada, itu

dilaksanakan melalui karya kegiatannya yang konkrit (AG 5), baik itu di bidang

liturgi dan peribadatan, pewartaan, kemasyarakatan, maupun bidang paguyuban

dan tata organisasi. Untuk melaksanakan panggilan dan perutusannya, umat Allah

paroki menghayati Roh dan jiwa communio dalam tata penggembalaan umat

beriman. Intisari atau Roh communio adalah persekutuan Allah Tritunggal sendiri.

Jiwa communio tampak pada keterlibatan setiap orang beriman pada tingkat

apapun dan bentuk apapun dalam mewartakan dan menghadirkan communio Allah

Tritunggal itu. Konkritnya, dalam tata penggembalaannya, paroki melibatkan,

mengembangkan, dan memperdayakan seluruh umat (Tritugas Kristus).

Sedangkan dalam hubungannya dengan masyarakat, umat Allah bersikap terbuka

untuk bekerjasama dengan siapapun yang berkendak baik. Segala bentuk

kepengurusan dalam Gereja menjadi tanda dan sarana keterlibatan seluruh umat

dalam melaksanakan panggilan dan tugas perutusan umat. Keterlibatan umat

paroki dapat dilihat dari keenam bidang kerja berikut ini.

a. Bidang Liturgi dan Peribadatan

Gereja tidak pernah lepas dari liturgi dan peribadatan. Untuk mendukung

pelaksanaan Liturgi dan peribadatan, paroki Kristus Raja Baciro membentuk tiga

belas tim yakni: tim kerja koor/paduan suara dan dirigen; kerja musik liturgi; tim

kerja lektor; tim kerja pemazmur; tim kerja putra altar; tim kerja prodiakan paroki;

tim kerja Ekaristi harian; tim kerja devosi; tim kerja panduan liturgi; tim kerja
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
55

paramenta/peralatan misa; tim kerja kolekte; tim kerja dekorasi altar; tim kerja

tata laksana.

Terlihat bahwa paroki Baciro menyadari betapa pentingnya liturgi. Banyak

hal yang dapat ditimba dari tiap-tiap tim. Setiap tim membuat rencana program

kerja dan anggaran kegiatan tahunan; pelatihan, pendampingan, menentukan dan

menyusun lagu liturgi bahkan inovasi terhadap panduan liturgi sesuai dengan

kebutuhan dan aturan misalnya merupakan salah satu usaha untuk

mengkontekstualkan liturgi.

b. Bidang Pewartaan

Iman tanpa pewartaan merupakan kesia-sian belaka. Oleh karena itu, iman

harus diwartakan. Pewartaan itu dilaksanakan dalam pelbagai cara. Untuk paroki

Kristus Raja Baciro, pewartaan itu membutuhkan persiapan dengan membentuk

tim kerja sehingga terfokus dengan baik.

Tim bidang pewartaan terdiri dari: Tim kerja katekis; Tim kerja baptisan

bayi; Tim kerja inisiasi; Tim kerja pendampingan iman anak (PIA); Tim kerja

pendampingan iman remaja (PIR); Tim kerja pendampinan iman orang dewasa

Tim kerja kerasulan Kitab Suci; Tim kerja pemandu; Tim kerja komunikasi sosial.

Para pewarta perlu melakukan pengembangan diri dan secara bersama

melakukan kaderisasi merupakan tugas utama para katekis. Para pendamping

orang tua baptis perlu mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan demi

terlaksananya baptisan bayi. Dalam konteks tim kerja inisiasi, pendampingan dan

pemberian pelajaran juga termasuk tugas penting sehingga nantinya Iman anak
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
56

yang akan didampingi oleh Tim Kerja Pendampingan Iman Anak berjalan dengan

baik sampai pada pendampingan Iman orang dewasa.

Agar pewartaan tetap berakar menurut semangat Injil Tuhan kita Yesus

Kristus, maka Tim Kerasulan Kitab Suci perlu melakukan suatu koordinasi mulai

dari tingkat lingkungan sampai ke keuskupan. Segala sarana perlu dipakai agar

Injil yang sering tertuang dalam ajaran Gereja terkomunikasikan dengan efektif,

efisien, dan realistis baik secara internal (umat) maupun eksternal (masyarakat).

c. Bidang Pelayanan Kemasyarakatan

Dalam bidang Pelayanan Kemasyarakatan, Paroki Kristus Raja Baciro

Yogyakarta membentuk tim: kerja kesehatan; kerja pangruktilaya; kerja PSE;

pendampingan keluarga; Aksi Puasa Pembangunan (APP) ; pendidikan; hubungan

antar agama dan kepercayaan; dan karya kerasulan kemasyarakatan.

Beberapa program umum dari bidang Pelayanan Kemasyarakatan yakni:

melaksananan pelayanan yang murah untuk membantu umat dan masyarakat,

bekerjasama dengan personal atau lembaga terkait di lingkup paroki, memberikan

bantuan dana duka kepada salah satu anggota yang meninggal, melakukan

pendampingan terhadap keluarga-keluarga pada umumnya baik dari sisi moral-

spiritual maupun intelektual, membantu umat yang terancam puutus sekolah

karena tidamk adanya biaya. Peningkatan kesejahteraan umat juga pokok

perhatian tim sehingga pemberdayaan ekonomi umat dengan melakukan

pelatihan-pelatihan untuk menggali potensi bahkan untuk menambah wawasan

umat juga menjadi program tim.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
57

d. Bidang Paguyuban dan Tata Organisasi

Pengelompokan umat beriman berdasarkan usia, harus dipandang sebagai

salah satu usaha untuk mencoba menangkap apa yang menjadi kebutuhan umat

berdasarkan usia. Tiap-tiap tim yang tergabung dalam bidang paguyuban dan tata

organisasi perlu melakukan suatu usaha untuk mewujudkan program sesuai

dengan bidang masing-masing. Mengkoordinasi umat lansia misalnya, merupakan

salah satu usaha agar umat yang lansia dapat berperan dalam berbagai segi

kehidupan umat beriman.

Selanjutnya, potensi kaum muda digali oleh tim kerja mudika lewat

pendampingan dan kaderisasi sedangkan dari tim kerja ibu-ibu Paroki juga

berusaha untuk melakukan pendampingan dan kaderisasi. Terlihat jelas bahwa

kaderisadi dan pendampingan menjadi program umum di bidang Paguyuban dan

tata organisasi.

e. Bidang Sarana dan Prasarana

Bidang sarana dan Prasarana terdiri dari tim: kerja inventarisasi harta benda;

pemeliharaan gedung; pemeliharaan taman; keamanan; rumah tangga pastoran;

rumah tangga paroki; listrik, telepon, dan air; dan sound system

Seluruh tim yang bergabung dalam sarana dan prasarana berusaha

memelihara apa yang sudah ada terutama yang berkaitan dengan fasilitas parokial.

Bidang sarana dan prasarana juga berusaha untuk menciptakan rasa nyaman di

gereja agar umat dapat memuji dan memuliakan Allah, misalnya: mengusahakan

fasilitas sound system siap dan layak untuk digunakan.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
58

f. Bidang Penelitian dan Pengembangan

Jika paroki sebagai lembaga tetap mengembangkan diri, maka ia harus

berusaha untuk menga-update diri sesuai dengan tuntutan zaman. Yesus yang

bertanya kepada para murid-Nya: “menurut orang siapakah anak manusia... dan

menurut kamu siapakah aku?” merupakan salah satu usaha untuk mengkaji apa

yang sudah dilakukan-Nya. Demikian juga halnya dengan paroki Baciro yang

membentuk bidang Penelitian dan Pengembangan untuk melakukan pengkajian

terhadap perkembangan dan dinamika umat. Lebih spesifik tim kerja sumber daya

melakukan pendataan sumber daya manusia untuk pengembangan umat bahkan

mengolahnya untuk mencari kemungkinan-kemungkinan pengembangan umat.

Untuk mendukung satu sama lain, tim kerja Pengembangan Teritori, tim

kerja Data bahkan tim kerja sumber daya harus bahu membahu mewujudkan tiap-

tiap program antara yang satu dengan yang lain. Kerjasama antar tim akan

menjadi kekuatan dari bidang ini.

Dari seluruh programa kerja dari setiap bidang dan tim, penulis akan

mencoba untuk melihat secara spesifik point-poin yang berkaitan dengan

pembinaan iman remaja. Tujuan utamanya, untuk lebih mudah melihat hal-hal

yang menolong pendampingan. Juga yang paling utama ialah apakah poin-point

program kerja itu melibatkan para wali baptis di dalamnya.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
59

BAB III

METODOLOGI, LAPORAN

DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Bab ini menguraikan tiga bagian pokok, yaitu metodologi penelitian,

laporan, dan pembahasan hasil penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk

memperoleh data tentang peran wali baptis terhadap perkembangan iman anak

baptis usia remaja di paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta.

A. METODOLOGI PENELITIAN

Pada bagian ini akan dipaparkan tentang rumusan permasalahan, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, jenis penelitian, metode penelitian, pengumpulan

data, analisis data, tempat dan waktu penelitian, responden penelitian, variabel

penelitian dan instrumen penelitian.

1. Rumusan Permasalahan

a. Bagaimana pemahaman tentang peranan dan tugas wali baptis terhadap

perkembangan iman anak baptis usia remaja di paroki Kristus Raja Baciro.

b. Bagaimana pelaksanaan peran wali baptis dalam pengembangan iman remaja

di paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta.

c. Sejauh mana kepentingan peran wali baptis dalam pengembangan iman

remaja di paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
60

d. Faktor-faktor pendukung dan penghambat manakah yang dialami oleh wali

baptis ketika melaksanakan peran dan tugasnya dalam pengembangan iman

anak baptis di paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta.

e. Upaya apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan peran wali baptis dalam

mengembangkan iman anak baptis usia remaja supaya anak baptisnya dapat

mencapai kedewasaan dalam iman Kristiani.

2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan:

a. Mengetahui pemahaman tentang peran dan tugas wali baptis dalam

mengembangkan iman anak baptis.

b. Mengetahui bagaimana pelaksanaan peran wali baptis dalam

mengembangkan iman anak baptis usia remaja di paroki Kristus Raja Baciro.

c. Mengetahui sejauh mana kepentingan kehadiran wali baptis dalam

mengembangkan iman anak baptis usia remaja di paroki Kristus Raja Baciro.

d. Mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat yang dialami oleh wali

baptis ketika melaksanakan peran dan tugasnya dalam mengembangkan iman

anak baptis.

e. Mengetahui upaya yang dilakukan untuk meningkatkan peran wali baptis

dalam mengembangkan iman anak baptis usia remaja supaya mencapai

kedewasaan dalam imannya.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
61

3. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian yang dilaksanakan di paroki

Kristus Raja Baciro Yogyakarta adalah:

a. Setelah memahami peran wali baptis terhadap perkembangan iman anak baptis

usia remaja paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta, penelitian ini diharapkan

dapat memperluas wawasan, ketrampilan dan kemampuan penulis dalam

bidang pewartaan baik sebagai religius maupun sebagai katekis dalam hidup

menggereja di masa mendatang.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi input bagi paroki Kristus Raja

Baciro secara khusus bidang pewartaan untuk meningkatkan peran wali baptis

dalam pelaksanaan pendampingan iman untuk anak baptis usia remaja di paroki

Kristus Raja Baciro.

c. Semoga penelitian ini dapat menjadi sumbangan bagi prodi IPPAK Sanata

Dharma dalam bidang pewartaan yang didukung melalui penelitian di paroki

Kristus Raja Baciro.

4. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian ex post facto. Sugiyono

dalam Riduwan (2008: 50) menyatakan penelitian ex post facto adalah suatu

penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan

kemudian melihat ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat

menimbulkan kejadian tersebut.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
62

5. Metode Penelitian

Metode penelitian yang gunakan oleh penulis adalah metode penelitian

kualitatif. Metode penelitian kaulitatif adalah metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat post positivisme/interpretif, digunakan untuk meneliti

pada kondisi obyek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) di mana

peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara

trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil

penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono,

2014: 347).

6. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah melalui wawancara

terstruktur. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara penulis telah menyiapkan

insrtumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan. Dalam melakukan wawancara,

selain harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, penulis juga

menggunakan alat bantu seperti Handphone (untuk merekam), kamera yang dapat

membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar (Sugiyono, 2014: 387).

Melalui data yang terkumpul penulis secara selektif akan memperoleh

informasi tentang keadaan responden. Penulis akan mencatat data yang diperoleh

melalui wawancara kemudian mendiskripsikan masalah-masalah yang ada di

lingkungan responden. Teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi

(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian lebih

menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono,2014: 386). Dalam penelitian


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
63

ini penulis melibatkan tiga unsur pokok, yakni; teknik wawancara, teknik observasi,

dan pencatatan melalui dokumen. Ketiga teknik pengumpulan data ini akan

digunakan untuk memperkaya temuan yang ada di lapangan (paroki Kristus Raja

Baciro Yogyakarta).

Sugiyono, mengutip dari Esterberg (2002) menuliskan bahwa wawancara

adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui

tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik (Sugiyono,

2014: 384). Dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih

mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena

yang terjadi yang tidak bisa ditemukan melalui observasi (Sugiyono, 2014: 386).

7. Analisis Data

Dalam rangka penelitian kualitatif, analisis data adalah proses mencari

dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil observasi,

wawancara, catatan di lapangan, dan dokumentasi, dengan cara

mengorganisasikan data dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan

yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh

diri sendiri dan orang lain (Sugiyono, 2014: 402).

Setelah data-data terkumpul melalui observasi, wawancara dan

pencatatan melalui dokumen, penulis mengelompokkan jawaban-jawaban

responden menurut kelompok variabel. Kemudian penulis akan mendeskripsikan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
64

jawaban-jawaban dari responden dan akan diuraikan pada bagian laporan dan

hasil penelitian.

8. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan di paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta.

Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta dipilih sebagai tempat atau lokasi

penelitian, karena berdasarkan pertimbangan: Pertama, lokasi mudah dijangkau

oleh penulis. Kedua: penulis lebih mudah memperoleh izin melakukan penelitian

karena penulis adalah salah seorang umat paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta.

b. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dan awal bulan

Juni 2015. Adapun alasan penelitian dilakukan pada bulan ini yakni, pertama:

bulan ini merupakan bulan Maria. Kedua: Keuskupan Agung Semarang

menetapkan bulan Mei ini sebagai Bulan Katekese Liturgi yang memasuki tahun

ke- 17 dengan tema “Liturgi sebagai Syukur atas Iman dan Panggilan”. Dengan

himbauan tersebut, Gereja Kristus Raja Baciro mempunyai moment untuk lebih

mendalami tentang liturgi sebagai syukur atas iman dan panggilan. Dan sebagai

wujud konkritnya umat paroki Kristus Raja Baciro mengadakan pertemuan di

setiap lingkungan untuk memahami tema tersebut melalui bahan yang telah

disediakan oleh KAS. Penulis juga turut ambil bagian dalam kegiatan tersebut.

Pada awal bulan juni ada penerimaan komuni pertama bagi anak-anak serta ada

baptisan bayi. Dengan demikian penulis bisa lebih mudah untuk bertemu dengan

para responden dan umat yang hendak diwawancarai.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
65

9. Responden penelitian

a. Populasi

Sugiyono mengutip dari Spradley, istilah populasi disebut dengan “social

situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen, yaitu: tempat (place),

pelaku (actors), dan aktivitas (aktivity) yang berinteraksi secara sinergis

(Sugiyono, 2014: 363). Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah,

pertama: wali baptis yang pernah menjadi wali baptis, remaja Katolik Kristus Raja

Baciro Yogyakarta, ketua bidang pewartaan, prodiakon paroki Kristus Raja Baciro

Yogyakarta yang masih aktif dalam kegiatan menggereja sehingga membantu

penulis untuk memperoleh data-data yang hendak diperoleh. Dalam penelitian ini

penulis telah mewawancarai romo paroki Kristus Raja Baciro untuk memperoleh

berbagai informasi yang berkaitan dengan penelitian ini.

b. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendaknya

diselidiki dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi (jumlah lebih sedikit

dari pada jumlah populasi (Sunyoto, 2009: 125). Sampel penelitian ini adalah

umat (representatif) paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta) yang terdiri dari:

tujuh orang anak baptis usai remaja (13-21 tahun) yang telah dibaptis di paroki

Kristus Raja Baciro Yogyakarta dan delapan orang wali baptis yang masih aktif

dalam kehidupan menggereja serta masih menjadi wali baptis selama tiga tahun

terakhir dan tidak tertutup kemungkinan bagi mereka yang pernah menjadi wali

baptis di paroki Baciro. Selain itu romo paroki, ketua bidang pewartaan, dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
66

prodiakon Kristus Raja Baciro juga menjadi sampel dalam penelitian ini. Sampel

yang berjumlah 20 orang ini dipilih karena dianggap mampu mewakili populasi

dan mampu memberikan informasi data yang dibutuhkan oleh penulis.

Adapun alasan penulis mengapa penelitian ini memfokuskan pada tiga

tahun terakhir (2012-2015), karena dalam kurung waktu tersebut (2012-2013)

merupakan tahun iman dan dikeluarkannya surat Apostolik bapak Paus

Benediktus XVI tentang PORTA FIDEI (pintu kepada iman). Bapak Paus

Benediktus melihat krisis iman yang mendalam yang dialami oleh umat Kristiani

dibanyak bangsa sebagai akibat dari sekularisasi global. Menanggapi ini, KAS

menegaskan dan memberi perhatian pada formation iman berjenjang yang telah

dibagi menjadi enam tahap sebagai gema dari Tahun Iman (Oktober 2012-

November 2013) sekaligus mengarahkan umat untuk memasuki Jubileum

Teragung tahun 2033 dalam mengenangkan 2.000 tahun penebusan oleh Yesus

Kristus.

10. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

obyek, organisasi atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2014: 96). Dalam skripsi terdiri dari dua variabel, yakni:

a. Variabel Independen

Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor,

antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
67

Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam penelitian

ini yang menjadi variabel independen yakni peran wali baptis di paroki Kristus

Raja Baciro Yogyakarta.

b. Variabel Dependen

Variabel ini sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen.

Dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel terikat. Variabel terikat

merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya

variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen yakni

perkembangan iman anak baptis usia remaja di paroki Kristus Raja Baciro

Yogyakarta.

Tabel 1. Variabel Penelitian

NO Variabel Indikator
yang
diungkap
(1) (2) (3)
1 Peran wali 1. Pengertian wali baptis.
baptis
2. Peran, tugas, dan tanggungjawab wali baptis sebelum,
pada saat pembaptisan, dan sesudah pembaptisan.
3. Pelaksanaan peran, tugas, dan tanggungjawab wali
baptis.
4. Kepentingan kehadiran wali baptis terhadap
pendampingan iman.
5. Faktor pendukung dan penghambat dalam
melaksanakan peran, tugas dan tanggungjawab sebagai
wali baptis.
6. Pengetahuan wali baptis tentang simbol-simbol liturgis
dalam upacara baptisan.
7. Keteladanan hidup wali baptis.
8. Perasaan karena terpilih sebagai wali baptis.
9. Pesan atau harapan kepada para wali baptis
10. Pendampingan yang khas bagi iman remaja.
2 Perkembangan 1. Pengetahuan tentang wali baptis
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
68

iman anak
baptis
2. Nasehat yang masih mereka ingat dari wali baptis.
3. Bentuk pendampingan yang diharapkan dari wali
baptis.
4. Teladan hidup dari wali baptis
5. Kepentingan kehadiran wali baptis.
6. Harapan remaja kepada para wali baptis.

11. Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari observasi

baik langsung maupun partisipan, dokumentasi, dan wawancara terstruktur

(sructured interview). Dalam melakukan wawancara penulis telah menyiapkan

instrumen peneliti berupa pedoman pertanyaan-pertanyaan. Dalam wawancara

ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan penulis mencatatnya

(Sugiyono, 2014: 386).

Hasil wawancara akan direkam dengan Handphone (HP) sebagai alat

bantu pada saat wawancara agar penulis dapat berkonsentrasi pada proses

pengambilan data tanpa harus berhenti mencatat jawaban-jawaban dari subyek.

Hasil rekaman kemudian ditulis kembali dalam bentuk print out sebagai

dokumen. Instrumen penelitian ini adalah pedoman pertanyaan wawancara.

Adapun butir-butir pokok yang dijadikan penulis dalam wawancara adalah

sebagai berikut:

11.1 Instrumen Penelitian Untuk Wali Baptis dan Responden lainnya:

1. Menurut bapak/ibu pengertian wali baptis itu apa?


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
69

2. Menurut bapak/ibu apa yang menjadi peran, tugas, dan tanggungjawab

seorang wali baptis baik sebelum pembaptisan, pada saat upacara

pembaptisan, dan sesudah pembaptisan?

3. Bagaimana bapak/ibu melaksanakan peran, tugas, dan tanggungjawab sebagai

wali baptis terhadap anak baptis bapak/ibu selama ini?

4. Menurut bapak/ibu mengapa penting kehadiran wali baptis terhadap

pendampingan iman anak?

5. Faktor-faktor pendukung dan penghambat manakah yang bapak/ibu alami

sebagai wali baptis ketika melaksanakan peran dan tugas bapak/ibu dalam

mengembangkan iman anak baptis?

6. Menurut bapak/ibu apa saja simbol-simbol yang dipakai dalam upacara

pembaptisan dan apa makna dari simbol-simbol tersebut?

7. Menurut bapak/ibu keteladanan hidup macam apakah yang harus dihidupi oleh

seorang wali baptis?

8. Menurut bapak/ibu pendampingan yang khas macam apa yang diberikan bagi

bagi iman remaja pada zaman ini?

9. Apakah bapak/ibu bangga atau senang karena terpilih menjadi wali baptis?

10. Apakah bapak/ibu mempunyai pesan atau harapan kepada para wali baptis?

11.2 Instrumen Penelitian untuk Anak Baptis

1. Menurut saudara/saudari siapa wali baptis?

2. Sesuai pengalaman selama ini, bagaimana pelaksanaan peran wali baptis

saudara/saudari alami?
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
70

3. Nasehat-nasehat apa yang masih saudara/saudari ingat dari wali baptis.

4. Bentuk pendampingan macam apa yang saudara/saudari harapkan dari wali

baptis.

5. Keteladanan hidup macam apakah yang saudara/saudari harapkan dari wali

baptis.

6. Menurut saudara-saudari apakah penting kehadiran wali baptis bagi

perkembangan iman anak baptis.

7. Apa yang menjadi harapan saudara/i kepada wali baptis?

B. LAPORAN HASIL PENELITIAN

1. Hasil Dokumen

Dokumen yang dipakai penulis untuk mengetahui perihal data-data

diambil dari buku induk paroki Kristus Raja Baciro, buku pedoman pelaksanaan

dewan paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta 2011 dan dari lampiran SK

No.001/SK/DP. Baciro/1/2015 tentang susunan pengurus dewan paroki inti

Kristus Raja Baciro Yogyakarta periode 2015-2017. Menurut dokumen laporan

tiga tahun terakhir (2012-2015) Paroki Kristus Raja Baciro menunjukkan bahwa

jumlah anak yang dibaptis terdiri dari 70 jiwa. Secara liturgis-kanonik dari

ketujuh puluh jiwa terdapat 58 orang baptisan bayi dan 22 orang termasuk sebagai

baptisan dewasa. Dari jumlah tersebut laki-laki berjumlah 43 orang dan

perempuan berjumlah 27 orang. Dari dokumen ini, baptisan bayi berarti mereka

yang lahir dalam tahun yang bersangkutan atau satu dan dua tahun sebelum anak

menerima baptisan. Sedangkan baptisan dewasa berarti mereka yang lahir dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
71

dibaptis tidak termasuk pada tahun yang telah didefenisikan oleh penulis.

Sedangkan yang menjadi wali baptis bagi peserta baptis berjumlah 63 orang.

Nampak bahwa terdapat peserta wali baptis menjadi emban baptis tidak hanya

untuk satu orang anak baptis.

2. Hasil Observasi

Setiap minggu ke II dalam bulan, paroki Kristus Raja Baciro memberikan

pembekalan bagi orangtua dan wali baptis yang didampingi oleh ibu Monika

Chandra Wahyu HP dari lingkungan Santo Andreas Rasul Miliran sebagai

koordinator tim kerasulan baptisan bayi. Pembekalan di mulai pukul 09.30-11.00

WIB. Dalam kegiatan pembekalan ada sessi tanya-jawab. Pelaksanaan

pembaptisan dilaksanakan pada minggu ke III pukul 08.00-09.30 pada saat misa

kudus oleh romo yang bertugas pada minggu yang bersangkutan.

Dari observasi yang dilakukan oleh penulis ketika mengikuti pembekalan

bersama dengan orang tua dan wali baptis yang diadakan di paroki Kristus Raja

Baciro ada keprihatinan yang dirasakan dan dialami oleh penulis. Pertama, pada

saat pembekalan peserta yang hadir tidak diberikan buku panduan. Pendamping

dalam menyampaikan materi lebih berupa informasi. Menurut penulis untuk

mempermudah dan memperdalam pemahamam orang tua dan wali baptis tentang

materi pembekalan bisa ditampilkan dalam bentuk power point dan diberikan

Hand out kepada peserta. Kedua: pada saat pembekalan para wali baptis tidak

semuanya hadir. Dari tujuh orang calon baptisan baru hanya ada satu orang wali

baptis yang hadir. Akibat dari tidak hadirnya wali baptis pada saat pembekalan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
72

ini, maka pada saat pembaptisan berlangsung ada wali baptis yang tidak tahu apa

yang seharusnya dilakukan, mereka serba canggung. Wali baptis ada yang hanya

berdiri sebagai pelengkap upacara liturgis pembaptisan. Ketiga: upacara liturgis

penerimaan baptisan baru pada saat itu berlangsung kurang hikmah. Romo yang

bertugas pada saat itu serba buru-buru sehingga menimbulkan kesan bahwa

makna terdalam dari penerimaan baptisan baru menjadi anggota Tubuh Kristus

dalam keluarga Gereja menjadi hilang.

Dalam penelitian ini penulis memilih sepuluh responden yang berperan

sebagai wali baptis dan tujuh responden sebagai anak baptis. Untuk lebih

memperoleh data yang lebih valid, penulis telah mewawancarai ketua tim bidang

pewartaan, prodiakon dan romo paroki Kristus Raja Baciro. Dalam penelitian ini

penulis sebut sebagai responden lain.

3. Hasil Wawancara

Berikut ini akan dipaparkan laporan hasil wawancara berdasarkan

pertanyaan yang diajukan penulis kepada wali baptis, anak baptis usia remaja, ketua

tim bidang pewartaan, prodiakon dan romo paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta.

a. Pengertian Responden Tentang Wali Baptis

Pak Tresno (R5) memahami wali baptis sama dengan saksi dalam

pernikahan. Mereka adalah orang yang bertanggungjawab terutama dalam

perkembangan iman anak. Pengertian ini sama dengan apa yang dikatakan Dewa

(R11) bahwa wali baptis adalah saksi ketika Dewa dibaptis, orang yang

bertangungjawab dan sebagai pendamping waktu upacara baptisan karena wali


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
73

baptis menyaksikan anak baptis ketika dibaptis. Dan mereka adalah orang yang

berperan dalam kehidupan anak baptis.

Beberapa responden memahami bahwa wali baptis adalah mereka yang

telah dipilih dan dipercaya oleh orang tua anak yang dibaptis, mereka yang

mendampingi anak baptis bersama orangtua saat pembaptisan, sebagai polisi iman,

mereka yang membimbing dan mengarahkan anak baptis, sebagai orang tua kedua,

ibu atau bapak wali, orang yang memberi kekuatan dan contoh kepada anak baptis.

Orang yang berperan dalam kehidupan iman anak baptis, orang yang

bertanggungjawab untuk anak baptis, mereka yang membimbing dan mendidik

selain orangtua. Sedangkan responden lain memberikan pengertian tentang wali

baptis, yakni: sebagai penyeimbang dari sebuah keluarga, orang tua dari sisi iman,

mereka yang mendampingi katekumen yang dibaptis untuk ke depan disamping

orangtuanya dan orang tua secara rohani.

Dalam tabel 2, 3 dan 4 di bawah ini, secara lengkap penulis akan

memaparkan hasil wawancara mengenai pengertian responden tentang wali baptis.

Tabel 2: Pengertian Wali Baptis Menurut Wali Baptis

NO Responden Jawaban Responden


1 R1,R2,R5,R6, Mereka yang telah dipilih dan dipercaya oleh orang tua anak
yang dibaptis untuk mendampingi anak baptis pada saat
R9
upacara pembaptisan dan sudah berjanji akan menjadi
pendamping iman bagi anak baptisnya sampai dewasa
dalam imannya. Dalam upacara pembaptisan wali baptis
yang mengendong anak baptis.
R3 Mereka yang mendampingi anak baptis bersama dengan
orang tuanya pada saat upacara pembaptisan. Maka mereka
berhak untuk membimbing iman anak tersebut sampai
dewasa atau sampai mereka menikah.
R4 Sebagai saksi sama dengan saksi dalam pernikahan. Sebagai
saksi, mereka yang bertanggungjawab mendampingi dalam
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
74

perkembangan iman anak tersebut sesudah pembaptisan.


R5,R7 Wali baptis itu diistilahkan sebagai “Polisi iman” yakni:
mereka yang membimbing, mangarahkan iman anak seperti
polisi sehingga iman anak tersebut tidak meleset atau
nyleneh kemana-kemana sehingga terarah.
R8 Sebagai orangtua kedua kalau dia baptis bayi. Dia
mendampingi perkembangan iman anak baptis. Bagi mereka
yang dibaptis dewasa wali baptis sebagai teman yang
memberikan dorongan, semangat kepada anak baptis.
R10 Orang yang memberi kekuatan kepada anak baptis,
memberi contoh kepada anak baptis dan mengingat mereka
untuk ke gereja. Wali baptis membantu orang tua untuk
mengembangkan iman anak.

Tabel : 3 Pengertian Wali Baptis Menurut Anak Baptis

NO Responden Jawaban Responden


R11, Saksi pada saat pembaptisan. Orang yang bertanggungjawab
R12,R14, dan sebagai pendamping waktu upacara pembaptisan. Orang
R15 yang berperan dalam kehidupan iman anak baptis.
R13 Mereka yang mewakili orang tua saat menerima sakramen
baptis. Mereka adalah orang tua kedua.

R16 Mereka yang menguatkan iman anak baptisnya.

R17, Mereka yang membimbing, yang mendidik selain orang tua.


Wali baptis berperan sebagai orang tua kedua.

Tabel : 4 Pengertian Menurut Responden lain

NO Responden Jawaban Responden


R18 Sebagai penyeimbang dari sebuah keluarga. Wali baptis
bukan hanya sebagai pelengkap, tempelan upacara
pembaptisan.
R19 Wali baptis itu adalah orang tua dari sisi iman.
R20 Mereka yang mendampingi katekumen yang dibaptis untuk
ke depan disamping orang tuanya. Mereka sebagai
bapak/ibu rohani. Mereka membantu mendidik, mendorong
baptisan baru.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
75

b. Peran dan Tanggungjawab Wali Baptis

Menurut ibu Ning (R5) peran, tugas dan tanggungjawab seorang wali

baptis sebelum pembaptisan adalah: mengikuti pembekalan bersama dengan orang

tua dan mereka yang dibaptis. Peran wali baptis long live. Ibu Ananta (R6)

mengatakan sebelum pembaptisan berlangsung bagi calon baptis dewasa saya

menanyakan motivasi mengapa mau menjadi Katolik. Pak Rudi (R7) dan bu

Harni berperan mengarah mereka (baptis dewasa) untuk aktif ke lingkungan dan

siap-siap untuk mengikuti upacara pembaptisan. Membantu jika orang tua

meminta untuk mencarikan nama baptis bagi calon baptis itulah yang menjadi

peran dan tanggungjawab wali baptis menurut pak Mantri (R20).

Pada saat liturgi pembaptisan berlangsung, menurut ibu Debby (R1) yang

menjadi peran wali baptis adalah: mengendong anak yang dibaptis, mendampingi

anak baptis dan melayani romo. Beberapa responden mengatakan pada saat

pembaptisan mereka menyaksikan bahwa pembaptisan itu benar-benar terlaksana

secara resmi, mendampingi mereka yang dibaptis, hening dalam mengikuti proses

pembaptisan, memberikan tanda salib di kening baptisan baru dan menjawab

pertanyaan dari romo tentang kesanggupan dalam mendampingi anak baptis

selanjutnya.

Peran, tugas dan tangungjawab wali baptis sesudah pembaptisan menurut

pak Anung (R3) dan pak Windu (R19) yakni menjadi pendamping iman bagi

anak baptisnya dan ini berlangsung seumur hidup (long live). Memantau anak

baptis, sebagai teman yang bisa memberikan dorongan dan semangat,

mengingatkan mereka yang dibaptis supaya iman yang dibaptis itu jangan sampai
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
76

hilang, mengingatkan apakah anak baptis sudah ke gereja atau belum, sebagai

oasis atau penyeimbang dan sebagai bapak/ibu rohani.

Dalam tabel 5, 6 dan 7 di bawah ini penulis akan memaparkannya secara

lengkap.

Tabel : 5 Peran Wali Baptis Sebelum Pembaptisan Menurut Wali Baptis

NO Responden Jawaban Responden


R2, R3,R4, Mengikuti pembekalan bersama dengan orang tua dan
R5, R8 mereka yang dibaptis
R6 Secara khusus bagi mereka yang dibaptis dewasa
menanyakan motivasi mengapa mau menjadi Katolik
R7 Mengarah mereka yang dibaptis dewasa untuk aktif ke
lingkungan untuk mengikuti pendalaman iman dan rajin ke
gereja.
R10 Siap-siap untuk mengikuti upacara pembaptisan.

Tabel : 6 Peran Wali Baptis Sebelum Pembaptisan Menurut Responden


lain
NO Responden Jawaban Responden
R18 Mengikuti pembekalan bersama dengan orang tua dan
mereka yang dibaptis.
R19 Peran wali baptis itu long live.
R20 Membantu jika orangtua meminta mencarikan nama baptis
bagi calon baptis.

Tabel : 7 Peran Wali Baptis Pada Saat Liturgi Pembaptisan Menurut Wali
Baptis
NO Responden Jawaban Responden
R1 Mengendong anak yang dibaptis, membantu memegang saat
anak dituangi air, membantu romo.
R2, R3, R6, Berdiri mendampingi pada saat upacara pembaptisan,
R8, R9, R10 membawakan lilin. Memberikan tanda salib di kening
baptisan baru, melap kepala anak baptis setelah air
dituangkan di kepala anak baptis, melap setelah kepala anak
diminyaki, meletakkan kain putih di dada anak baptis dan
memegang dan kemudian menyerahkan lilin yang bernyala
kepada orang tua yang dibaptis.
R4 Menyaksikan bahwa pembaptisan itu benar-benar terlaksana
secara resmi. Ikut membubuhkan tanda salib pada dahi anak
baptis.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
77

R5 Mendampingi mereka yang dibaptis, ikut maju saat anak


yang dibaptis disirami air dan diberi minyak.
R7 lebih hening dalam mengikuti proses pembaptisan, supaya
lebih menghayati arti pembaptisan itu.

Tabel : 8 Peran Wali Baptis Pada Saat Liturgi Pembaptisan Menurut


Anak Baptis

NO Responden Jawaban Responden


Semua anak Mendampingi anak yang dibaptis.
baptis

Tabel : 9 Peran Wali Baptis Pada Saat Liturgi Pembaptisan Menurut


Responden lainnya
NO Responden Jawaban Responden
R20 Sebagai wali mendampingi dan menjawab pertanyaan dari
romo tentang kesanggupan dalam mendampingi anak baptis
selanjutnya.

Tabel: 10 Peran dan Tanggungjawab Wali Baptis Sesudah Liturgi


Pembaptisan Menurut Wali Baptis
NO Responden Jawaban Responden
R1, R2, R3, Berlangsung seumur hidup. Menjadi pendamping iman bagi
R4, R5, R7 anak baptisnya. Mendidik iman anak, menjadi orangtua,
menjadi tempat/teman curhat (sharing), mendoakan mereka,
dan memberikan nasehat sejauh itu diterima oleh anak
baptis.
R6 Memantau anak baptis, yakni: mendorong dan membantu
perkembangan iman anak baptis.
R8 sebagai teman yang bisa memberikan dorongan, semangat
bagi mereka yang dibaptis (dewasa), menegur dengan cara
yang tidak menyakiti hati mereka.
R9 Sebagai pendamping calon baptis. Mengingatkan mereka
supaya iman yang dibaptis itu jangan sampai hilang.
R10 Mengingatkan apakah anak baptis sudah ke gereja atau
belum. Diajak untuk ikut komuni pertama dan menjadi putra
altar.

Tabel: 11 Peran dan Tanggungjawab Wali Baptis Sesudah Liturgi


Pembaptisan Menurut Responden lain

NO Responden Jawaban Responden


R18 “Oasis/penyeimbang”. Ketika ada kecenderungan ketika
anak tidak mendapatkan haknya untuk memperoleh
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
78

pendampingan iman secara khusus dari orang tua karena


berbagai kelalaian. Disitulah pentingnya adanya wali baptis.
Tugas seorang wali baptis adalah: menjadikan seseorang
menjadi Katolik penuh, kalau sudah menerima kelengkapan
inisiasi. Sampai mengantar anak menjadi Katolik yang
penuh.
R19 Peran wali baptis itu long live. Ia harus siap mendampingi
orang yang dibaptis, di mana itu seumur hidup.
R20 Secara khusus pada masa mistagogi bagi mereka yang
dibaptis dewasa wali mendampingi agar baptisan baru lebih
mendalami dalam praktek. Misalnya, di lingkungan, gereja
dan di wilayah. Selanjtunya, wali baptis bersikap sebagai
bapak/ibu rohani.

c. Pelaksanaan Peran, Tugas dan Tanggungjawab Wali Baptis

Responden menyampaikan secara jujur dan terbuka bagaimana

pelaksanaan peran mereka selama ini dijalankan. Ada berbagai macam cara yang

telah responden lakukan. Ibu Debby (R1) dan bu Candra (R8) masih tetap

menjalin komunikasi dengan anak baptis dalam bentuk sharing pengalaman. Ibu

Thersia (R2) dan Pak Tresno (R4) bersikap sebagai orang tua, yakni menyapa,

mengunjungi, memotivasi dan mengingatkan kehidupan kerohanian anak baptis,

mengajak ikut terlibat dalam kegiatan rohani seperti koor dan misdinar, komuni

pertama, dan krisma. Mengkonsultasikan keadaan anak baptis kepada kepada

orang tua anak baptis. Pak Anung (R3) membuat pertemuan sekali sebulan

dengan anak baptis (Trah). Bagi ibu Ning (R5) komunikasi dengan anak baptis

berhenti karna kehilangan jejak di mana mereka berada. Selain itu beberapa

responden mengatakan mereka menggunjungi dan mengingatkan anak baptis

untuk rajin berdoa dan ke Gereja, kepoh positif. Sedangkan ibu Harni ((R10)

mengatakan bahwa selama ini sama sekali belum melaksanakan perannya. Peran,

tugas dan tanggungjawabnya berhenti pada saat upacara pembaptisan saja.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
79

Data yang diperoleh penulis dari anak baptis bahwa pelaksanaan peran

wali baptis ada yang sudah terlaksana dan ada juga yang belum terlaksana. Tidak

terlaksana menurut Dewa (R11) karena wali baptis sudah meninggal dunia.

Terlaksana pada saat ada acara keluarga (Trah) wali baptis membimbing dan

memberi nasehat. Venti (R12) mengatakan bahwa wali baptisnya pada acara

“Trah” hanya menanyakan bagaimana kabar dan situasi keluarga, tidak

menanyakan mengenai perkembangan iman anak serta bagaimana keaktifan Venti

di gereja. Tifani (R13) mengatakan wali baptisnya selalu membimbing dan

mengajak supaya lebih aktif ikut kegiatan-kegiatan di gereja dan lingkungan.

Sedangkan Prasetyo (R15) dengan berani dan jujur mengatakan bahwa

pendampingan dari wali baptis selama ini tidak pernah ada atau putus karena

jarang ketemu.

Romo paroki (R18), pak Windu (R19) dan pak Mantri (R20) mengatakan

satu atau dua orang sudah melaksanakan peran itu. Wali baptis masih belum

menjalankan perannya. kehadiran mereka masih sekedar formalitas dan

seremonial saja. Hanya asal memenuhi persyaratan upacara.

Dalam tabel 12, 13 dan 14 di bawah ini penulis menguraikan dengan

jelas jawaban dari responden mengenai pelaksanaan peran, tugas dan

tanggungjawab wali baptis selama ini.

Tabel : 12 Pelaksanaan Peran, tugas dan tanggungjawab Wali Baptis


Menurut Wali Baptis

NO Responden Jawaban Responden


Wali baptis dianggap sebagai orang tua sendiri. Segala
R 1, R6 kesulitan yang dialami anak baptis disharingkan kepada wali
baptis. Dengan demikian, komunikasi tetap berjalan.
R2,R4 Bersikap sebagai orang tua: menyapa, mengunjungi,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
80

memotivasi dan mengingatkan kehidupan kerohanian anak


baptis, mengajak ikut terlibat dalam kegiatan rohani seperti
koor dan misdinar, komuni pertama, dan krisma.
Mengkonsultasikan keadaan anak baptis kepada orang tua
baptis.
R3 Membuat pertemuan sekali sebulan dengan anak baptis.
perkumpulan keluarga yang disebut dengan “TRAH”.
R5 Ada usaha untuk menjalankan tugas sebagai wali baptis
namun komunikasi dengan anak baptis berhenti karna
kehilangan jejak di mana mereka berada.
R7 Dikunjungi dan mengingatkan anak baptis untuk rajin
berdoa dan ke gereja.
R8 Sering ketemu dengan anak baptis karena masih satu
lingkungan. Mengajak anak baptis untuk ikut doa
lingkungan terlebih-lebih pada bulan Mei ini ada rosario
setiap malam. Jadi ada kesempatan untuk bertemu dengan
mereka.
R9 “Kepoh positif” pingen tahu perkembangan anak baptis.
R10 Belum menjalankan perannya. Kehadirannya masih sekedar
formalitas saja.

Tabel : 13 Pelaksanaan Peran, Tugas dan Tanggungjawab Wali Baptis


Menurut Anak Baptis

NO Responden Jawaban Responden


R11, R14, Peran wali baptis tidak berkelanjutan karena wali baptis
R15 sudah meninggal dunia, pendampingan tidak ada karena
jarang ketemu dengan wali baptis. Peran wali baptis putus
pada saat upacara pembaptisan.
R12 Dalam pertemua keluarga misalnya: misa syukuran atau jika
ada acara dalam keluarga, wali baptis hanya menanyakan
bagaimana kabar dan situasi keluarga anak baptisnya. Wali
baptis tidak menanyakan mengenai perkembangan iman dan
untuk menanyakan bagaimana keaktifan Venti di gereja
jarang.
R13, R16, Membimbing anak baptisnya supaya lebih aktif ikut
R17 kegiatan-kegiatan di Gereja dan lingkungan supaya lebih
dekat pada Tuhan. Selama ini ibu Candra (wali baptis saya)
selalu mengajak ikut aktif dalam kegiatan lingkungan (ikut
kegiatan doa rosario), rajin ke gereja. Waktu saya mau
menerima Krisma, yang membimbing adalah ibu Candra
sendiri. Ibu Candra juga mengingatkan orang tua saya
tentang tugas dan tanggungjawab mereka sebagai orang tua.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
81

Tabel : 14 Pelaksanaan Peran, Tugas dan Tanggungjawab Wali Baptis


Menurut Responden lain

NO Responden Jawaban Responden


R18 Satu atau dua orang sudah melaksanakan peran itu. Namun
ini masih merupakan pekerjaan rumah yang tidak gampang
karena pasti dalam jangka waktu yang sudah cukup lama
peran wali baptis sebagai hanya sebagai pelengkap upacara
pembaptisan.
R19 Wali baptis masih belum menjalankan perannya. Kehadiran
mereka masih sekedar formalitas saja.
R20 Kehadiran wali baptis pada saat upacara pembaptisan
sekadar untuk seremoni, hanya asal memenuhi persyaratan
upacara.

d. Kepentingan Kehadiran Wali Baptis Terhadap Perkembangan Iman


Anak Remaja

Ibu Ananta (R6) mengatakan bahwa kepentingan kehadiran wali baptis

adalah Sebagai orang tua kedua bagi anak. Maka wali baptis juga

bertanggungjawab dalam pendampingan iman bagi anak. Selain itu responden

melihat kehadiran wali baptis adalah sebagai orang tua yang harus mendampingi

remaja dengan segala kegiatannya dalam organisasi, menjadi pendamping iman

bagi anak baptis sampai dewasa dalam imannya, membuka hati atau jiwa anak

baptis untuk dekat pada Tuhan, mendampingi anak dalam menghadapi kemajuan

zaman (IT), mengingatkan anak baptis bahwa dia sudah dibaptis dan dengan

sendirinya dia telah menjadi anggota Gereja dan menjadi anak Tuhan, menjadi

orang tua kedua bagi anak baptis, anak remaja masih labil dan gampang

terpengaruh maka kepercayaan mereka belum kuat dengan demikian mereka perlu

didampingi.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
82

Menurut Dewa (R11) kepentingan kehadiran wali baptis adalah sebagai

orang tua yang mengakrabkan dan memperkenalkan para remaja yang belum

saling kenal dalam kegiatan menggereja karena sifatnya dalam kelompok-

kelompok ada wajah-wajah baru. Wali baptis menjadi pembimbing apalagi jika

orang tua sibuk dan tidak tahu bagaimana membimbing anak, menguatkan iman

anak baptis supaya tidak goyah. Sedangkan jawaban yang diberikan oleh

responden lain tentang kepentingan kehadiran wali baptis adalah kehadiran wali

baptis sejajar dengan orang tua, mereka sebagai orang tua dari sisi iman bagi anak

yang dibaptis dan menjadi pendamping bagi remaja.

Jawaban para responden secara rinci penulis uraikan pada tabel 15, 16 dan

17 di bawah ini.

Tabel : 15 Kepentingan Kehadiran Wali Baptis Terhadap Perkembangan


Iman Menurut Wali Baptis

NO Responden Jawaban Responden


R1 Menjadi pendamping iman bagi anak baptisnya sampai
dewasa dalam imannya.
R3 “Iman anak itu rapuh”, anak itu tidak punya pegangan.
Apalagi dalam situasi keluarga yang sedang bermasalah.
Kehadiran seorang wali baptis sangat penting. Membuka
hati/jiwa anak itu untuk dekat pada Tuhan.
R5 Untuk mengingatkan anak baptis bahwa dia sudah dibaptis
dan dengan sendirinya dia telah menjadi anggota Gereja dan
menjadi anak Tuhan. Anak perlu didampingi supaya dia
mengetahui apa yang merupakan ajaran Gereja Katolik dan
dengan demkian dia mengetahui apa itu ajaran Tuhan.
R6, R2 Wali baptis adalah orang tua kedua bagi anak baptis. Maka
wali baptis juga bertanggungjawab dalam pendampingan
iman.
R7 Mereka mempunyai tanggungjawab, beban moral kepada
anak baptisnya dalam hal iman.
R10, R8, Kebutuhan anak remaja akan kemajuan IT. Anak remaja itu
R9, R4 masih labil dan gampang terpengaruh. Kepercayaan mereka
belum kuat. Mereka menghadapi banyak godaan dalam
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
83

pergaulan. Jika tidak didampingi maka iman mereka akan


melenceng.

Tabel : 16 Kepentingan Kehadiran Wali Baptis Terhadap Perkembangan


Iman Menurut Wali Baptis Menurut Anak Baptis

NO Responden Jawaban Responden


R11, R12 Mereka adalah sebagai orang tua, sebagai sarana untuk
mengingatkan anak baptis dan juga mendampingi anak
baptisnya. Terutama mengajak untuk aktif dalam kegiatan-
kegiatan yang ada di lingkungan, gereja, dan masyarakat.
Selain itu, kepentingan wali baptis itu adalah
mengakrapkan, memperkenalkan para remaja yang belum
saling kenal dalam kegiatan menggerja karena sifatnya
dalam kelompok-kelompok ada wajah-wajah baru.
R13 Mereka adalah orang tua kedua. Jadi kalau misalnya orang
tua utama sibuk bekerja dan kadang tidak ada waktu untuk
memberi nasehat kepada anaknya, dan ada juga orang tua
yang tidak selalu bisa mengajari anaknya, maka wali baptis
bisa membimbing kita. Jadi wali baptis itu penting banget.
R16, R15 Untuk menguatkan iman anak baptisnya supaya tidak goyah
imannya. Membantu mengembangkan iman supaya hidup,
bertumbuh dan berkembang.
R17 Kalau orang tua sibuk dan seiring ditinggalkan sendirian di
rumah, maka eyang (sebagai orang tua kedua) yang
menggantikan orang tua.

Tabel : 17 Kepentingan Kehadiran Wali Baptis Terhadap Perkembangan


Iman Menurut Responden lain
NO Responden Jawaban Responden
R18 Kedudukan wali baptis sejajar dengan orang tua,
tanggungjawab kepada anak yang dibaptis itu besar sekali.
Sebagai penyeimbang dari sebuah keluarga. Gereja
mengizinkan orang tua membaptis anak-anak dan ini
terimbas kepada pendampingan yang penuh kepada anak-
anak dimana anak-anak sendiri tidak bisa
mempertanggungjawabkan imannya disaat dia baptis bayi.
Untuk memelihara kepastian bahwa sianak nanti akan
didampingi dalam proses pendidikan imannya
penanggungjawab utamanya adalah orang tua lalu dibantu
oleh orang yang lebih cukup netral, yang bisa sewaktu-
waktu memainkan peran untuk memastikan bahwa si anak
itu mendapatkan pendampingan yang cukup dalam
kehidupan, imannya sampai pada kedewasaan/kepenuhan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
84

sebagai seorang Katolik ketika menerima sakramen inisiasi


secara penuh. Maka tanggungjawab sedemikian pangjang
dan lama itu membutuhkan semacam “Oasis/penyeimbang”.
Ketika ada kecenderungan ketika anak tidak mendapatkan
haknya untuk memperoleh pendampingan iman secara
khusus dari orang tua karena berbagai kelalaian. Disitulah
pentingnya adanya wali baptis.
R19 Wali baptis itu posisinya penting. Maka, karena penting,
wali baptis itu tidak asal copot, besok dibaptis dan sekarang
dicopot wali baptisnya. Peran wali baptis itu sebagai orang
tua dari sisi iman bagi anak yang dibaptis.
R20 Pendampingan kepada remaja selama ini kurang
diperhatikan. Maka mereka perlu untuk didampingi.

e. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Menjalankan Peran,


Tugas dan Tanggungjawab sebagai Wali Baptis

Jawaban ibu Theresia (R2) dan ibu Debby (R1) tentang faktor pendukung

yang mereka alami dalam menjalankan peran sebagai wali baptis yakni: adanya

dukungan dari anggota keluarga dan niat yang tulus dalam melaksanakan peran

tersebut, peran orang tua anak baptis, adanya pembekalan yang diadakan di Paroki

Baciro, kerjasama antara orang tua dengan ketua lingkungan dan wali baptis,

media elektronik seperti Handphone, relasi personal yang sudah dijalankan sejak

terpilih sebagai wali baptis, keterlibatan anak dalam perkumpulan atau kegiatan

gerejani.

Faktor penghambat dalam menjalankan peran, tugas dan tanggungjawab

sebagai wali baptis selama ini menurut pak Anung (R3) adalah: privasi orang

sangat berpengaruh, kecenderungan orang jika tidak sesuai di hatinya maka dia

akan berontak dengan mengatakan: siapa kamu? Maka jika wali baptis sering

bertemu dengan anak baptisnya sangat berbeda dengan mereka yang jarang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
85

ketemu. Masalah keterbatasan waktu menurut pak Anung juga menjadi

penghambat dalam melaksanakan peran sebagai wali baptis. Budaya pekewoh

menurut pak Tresna (R4) termasuk faktor penghambat dalam melaksanakan peran

sebagai wali baptis. Ada orang tua yang tidak mendukung kegiatan wali baptis,

jarak yang jauh (pindah tempat tinggal) dan hilangnya HP anak baptis, situasi

yang kurang mengenakkan dalam keluarga, orang tua yang masih sibuk mencari

nafkah. Orang tua anak baptis tidak menganjurkan atau tidak mengharuskan agar

mengikuti pembekalan sebelum pembaptisan menurut ibu Harni (R10) merupakan

faktor penghambat dalam menjalankan perannya sebagai wali baptis untuk

selanjutnya selama ini. Tidak tahu bahwa tugas sebagai wali baptis itu

berlangsung seumur hidup sampai anak dewasa dalam imannya.

Pada tabel 18 dan 19 dibawah ini penulis memaparkan lebih rinci

afaktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan peran, tugas dan

tanggungjawab wali baptis selama ini.

Tabel : 18 Faktor Pendukung dalam Melaksanakan Peran dan Tugas untuk


Mengembangkan Iman Remaja Menurut Wali Baptis

NO Responden Jawaban Responden


R1, R2, R7 Adanya dukungan dari anggota keluarga, niat atau ketulusan
hati dalam menjalankan tugas sebagai wali baptis.
R4 Adanya pembekalan merupakan faktor pendukung bagi wali
baptis dalam menjalankan perannya sebagai wali baptis
untuk selanjutnya. Oleh karena itu, pembekalan menjadi
sangat penting.
R5, R3 Kalau ada kerjasama orang tua, ketua lingkungan,wali
baptis, tugas pendampingan perkembangan iman anak bisa
berjalan dengan baik, bisa memperlancar iman anak itu.
R6 Media elektronik seperti Handphone menjadi sangat
mendukung untuk menjalankan peran sebagai wali baptis.
Berpindahnya anak baptis ke daerah lain tidak lagi menjadi
penghalang untuk menjalankan peran sebagai wali baptis
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
86

R7,R8 Relasi personal yang sudah dijalankan sejak terpilih sebagai


wali baptis sehingga tidak ada rasa sungkan bila hendak
menegur dan mengingatkan anak baptis.
R9 Keterlibatan anak dalam perkumpulan atau kegiatan
gerejani (koor, misdinar) akan mendukung proses
“pendampingan” anak baptis bagi wali baptis.

Tabel : 18 Faktor Penghambat dalam Melaksanakan Peran dan Tugas


UntuK Mengembangkan Iman Remaja Menurut Wali Baptis

NO Responden Jawaban Responden


R3 Individualime dan privasi orang sangat ditekankan.
R4 “Pekewoh” (karakter Jawa). Jika orang tidak membutuhkan
saya maka untuk apa saya datang; kepedulian orang tua,
tidak memperkenalkan wali baptis kepada anak baptis dan
juga begitu sebaliknya; tempat yang tidak ada untuk
mengadakan kegiatan bagi anak-anak di lingkungan.
R5 Orang tua tidak mendukung kegiatan wali baptis yang
berusaha mengajak anak baptis untuk aktif dalam kegiatan
lingkungan. Orang tua tidak mendukung, orang tua tidak
bisa diajak kompromi.
R6, R7 Jarak yang jauh, pindah tempat tinggal ketika Handphone
anak baptis hilang.
R8 Situasi yang kurang mengenakkan dalam keluarga.
R9 Orang tua yang masih sibuk mencari nafkah untuk
memenuhi kebutuhannya.
R10 Orang tua anak baptis tidak menganjurkan atau
mengharuskan wali baptis untuk mengikuti pembekalan,
komuniksi dengan keluarga anak baptis kurang.

f. Keteladanan Hidup Wali Baptis

Seorang wali baptis diharapkan mampu menjadi teladan kepada siapa saja.

Dari hasil wawancara bu Candra dan bu Ananta mengatakan bahwa keteladanan

hidup seorang wali baptis adalah teladan dalam hal iman, aktif di gereja dan di

lingkungan, menjadi teladan dalam bertutur kata dan bersikap ataupun dalam

bergaul, dewasa dalam berpikir dan bijaksana, tidak suka bertengkar dan

mengomongkan orang lain, jarkoni, mau melayani. Sedangkan keteladanan hidup


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
87

seorang wali baptis menurut Laras (R17) adalah rajin berdoa, mau berbagi kepada

sesama, membacakan cerita sabagai pengantar tidur, mendidik baik dalam segi

iman maupun moral yang sifatnya harus “balance” karena iman tanpa perbuatan

adalah sia-sia dan seorang wali baptis mampu memberi inspirasi. Beberapa anak

baptis juga mengatakan keteladan hidup dari wali baptis adalah: keteladanan yang

dapat dilihat dari sikap, peduli, aktif ikut kegitan di gereja dan di lingkungan

walaupun banyak kesibukkan, sabar, tidak hanya memikirkan dirinya sendiri,

menjadi pendidik baik dari segi moral maupun dari segi iman dan memberi

inspirasi.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh romo paroki dan pak Windu bahwa

seorang wali baptis harus bisa menjadi teladan dalam hal ikut ambil peran serta

dalam masyarakat, beriman teguh, minimal tiap hari minggu ke gereja, aktif di

lingkungan syukur-syukur di gereja. Atau lebih idealnya lagi bahwa hidupnya

selalu mengikuti 10 perintah Allah, menyapa dan mengajak anak baptis untuk

aktif ikut dalam kegiatan menggereja. Sedangkan menurut pak Mantri seorang

wali baptis menjadi teladan dalam kehidupan sehari-hari, menyapa dan mengajak

anak baptis untuk rajin dan aktif ke lingkungan dan gereja.

Dalam Tabel 19, 20 dan 21 berikut penulis memaparkan hasil yang

diperoleh dari wawancara dengan responden secara lengkap.

Tabel : 19 Keteladanan Hidup Wali Baptis Menurut Wali Baptis

NO Responden Jawaban Responden


R3, R8 Teladan dalam iman, teladan bagi hidup menggereja. Aktif
di lingkungan dan kegiatan-kegiatan yang ada. Dalam
kehidupan sehari-hari, dalam pergaulan. Tidak suka
bertengkar dan tidak mengomongkan orang lain.
R4 Mempunyai pemikiran yang dewasa, mempunyai iman yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
88

kuat dan bijaksana.


R5 Bertutur kata yang baik, bersikap sebagai orang yang
dicontoh.
R6 Jarkoni, iso ujar ora iso lakoni, gajah diblangkoni. Wali
baptis jika mau melangkah atau jika mau mengucapkan
sesuatu harum lebih hati-hati atau punya rem.
R7 Aktif di lingkungan, gereja dan mau melayani.

Tabel : 20 Keteladanan Hidup Wali Baptis Menurut Anak Baptis

NO Responden Jawaban Responden


R13 Aktif ikut kegitan di gereja dan di lingkungan walaupun
banyak kesibukkan (sebagai pendidik), pengertian, tidak
hanya memikirkan dirinya sendiri, sangat sabar apalagi
kalau sudah kelelahan dari sekolah.
R16, R12 Mempunyai iman yang kuat, rajin ke gereja, peduli.
R17 Rajin berdoa, mau berbagi kepada sesama, membacakan
cerita sebagai pengantar tidur, mendidik baik dalam segi
iman maupun moral yang sifatnya harus “balance” karena
iman tanpa perbuatan adalah sia-sia, memberi inspiirasi
R10 Ikut ambil peran serta dalam masyarakat, beriman teguh.

Tabel : 21 Keteladanan Hidup Wali Baptis Menurut Responden lain

NO Responden Jawaban Responden


R10 Ikut ambil peran serta dalam masyarakat, beriman teguh.
R19 Minimal tiap minggu ke gereja. Kalau wali baptis setiap
minggu datang ke Gereja, maka dia pun harus menerapkan
itu di tengah-tengah masyarakat dan umat. Iman tanpa
perbuatan adalah sia-sia”. Aktif di lingkungan, syukur-
syukur di gereja. Lebih idealnya lagi, hidupnya selalu
mengikuti 10 perintah Allah.
R20 Menjadi teladan dalam kehidupan sehari-hari, menyapa dan
mengajak anak baptis untuk rajin dan aktif ke lingkungan
dan gereja.

g. Pengetahuan Wali Baptis Tentang Makna Simbol Liturgi Baptis

Dalam Liturgi pembaptisan Gereja Katolik ada banyak simbol atau lambang

yang digunakan pada saat proses pembaptisan berlangsung seperti: air, minyak,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
89

kain putih dan lilin. Masing-masing dari lambang atau simbol tersebut tentu

mengandung makna. Pada saat penenlitian ada wali baptis yang bisa memberi

makna atau arti dari lambang tersebut. Namun ada juga wali baptis yang kurang

paham tentang makna dari lambang atau simbol-simbol tersebut. Menurut ibu

Harni makna dari simbol air adalah: air merupakan sumber kehidupan yang selalu

dibutuhkan oleh setiap orang. Dengan air menurut ibu Harni seseorang mendapat

kesegaran rohani atau siraman rohani. Siraman rohani diartikan dengan Firman

Tuhan dan Tubuh Kristus yang kita santap dalam perayaan Ekaristi. Ada juga

responden yang mengatakan bahwa dengan air seseorang dibersihkan dari dosa

asal. Pak Mantri mengatakan air merupakan syarat utama dari pembaptisan. Air

dicurahkan sebanyak tiga kali pada formulasi pembaptisan.

Makna dari minyak Krisma menurut ibu Candra adalah: pengurapan seperti

Yesus diurapi menjadi nabi. Maka kitapun menjadi nabi di manapun kita berada.

Beberapa wali baptis memahami makna dari minyak krisma adalah: dilahirkan

kembali, Roh Kudus mulai berkarya pada mereka yang baru menerima baptisan,

iman diperbaharui lagi sebagai Katolik, sebagai tanda pembebasan manusia dari

dosa, pengurapan atau diurapi seperti Yesus. Dengan demikian mereka yang telah

dibaptis ikut ambil bagian dalam tugas Yesus Kristus, minyak menguatkan iman

seseorang.

Kain putih menurut pak Tresno melambangkan Kristus, dengan demikian

anak yang baru dibaptis itu telah mengenakan Kristus, lambang kesucian (kita

bersih). Untuk membersihkan atau melap. Baju menurut pak Mantri merupakan

“jati diri”. Pakaian yang kotor, yaitu dosa-dosa diganti dengan pakaian baru. Dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
90

makna dari lilin yakni: lambang kebangkitan Kristus, sebagai penerang,

hendaknya anak baptis bisa juga menjadi terang di tengah keluarga dan

masyarakat. Seseorang yang dibaptis menjadi keluarga baru, dan diharapkan

cahaya itu terus bersinar.

Secara lengkap dalam tabel 22 di bawah ini penulis memaparkannya.

Tabel : 22 Makna Simbol Air Baptis Menurut Wali Baptis dan Responden
Lain

Menurut Wali Baptis


NO Pernyataan Responden Jawaban Responden
Makna R5, R6, R8 Dibersihkan dari dosa asal.
Simbol Air
R10 Air merupakan sumber kehidupan yang selalu
dibutuhkan oleh setiap orang. Dengan air
seseorang mendapat kesegaran
rohani/siraman rohani. Siraman rohani
diartikan dengan Firman Tuhan, tubuh Kristus
yang kita santap.
Makna R4 Dilahirkan kembali, roh kudus mulai berkarya
Simbol pada mereka yang baru menerima baptisan.
Minyak
R5 Iman diperbaharui lagi sebagai Katolik.
Krisma
R6 Sebagai tanda pembebasan manusia dari dosa.
R8 Pengurapan, seperti Yesus diurapi menjadi
nabi. Maka kitapun menjadi nabi di manapun
kita berada.
R10 Minyak menguatkan iman seseorang supaya
kuat memanggul salib.
Makna R4 Lambang kebangkitan Kristus.
Simol Lilin
R5, R6,R8 Jika kita sudah dibersihkan dari dosa, maka
kitapun mampu menjadi terang atau cahaya.
Para baptisan baru diharapkan sebagai
penerang.
R10 Lilin itu kecil, namun dalam ruangan gelap
bisa menerangi. Hendaknya anak baptis bisa
juga menjadi terang di tengah keluarga,
masyarakat.
Makna R4 Kain putih ini bukan sembarangan kain putih.
Simbol Kain putih itu melambangkan Kristus. Maka
Kain Putih anak yang baru dibaptis itu telah mengenakan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
91

Kistus mulai saat ini.

R3,R5, R10 Lambang kesucian, kita bersih.

R6 Untuk membersihkan atau melap.

Menurut Responden Lain


NO Pernyataan Responden Jawaban Responden
Makna Simbol R20 Air merupakan syarat utama dari
Air pembaptisan. Air dicurahkan
sebanyak tiga kali pada saat formulasi
pembaptisan (N..aku membaptis kamu
dalam nama Bapa, Putra, dan Roh
Kudus).
Makna Simbol R20 Diurapi dengan minyak berarti ambil
Minyak Krisma bagian dalam tugas Yesus Kristus
yaitu sebagai imam, nabi, dan raja.
Makna Simbol R20 Seseorang yang dibaptis menjadi
Lilin keluarga baru, dan diharapkan cahaya
itu terus bersinar.
Makna Simbol R20 Baju merupakan “jati diri”. Pakaian
Kain Putih yang kotor, yaitu dosa-dosa diganti
dengan pakaian baru.

h. Perasaan Karena Terpilih Sebagai Wali Baptis

Menjadi wali atau emban baptis tidak semua orang bisa terpilih. Pada saat

wawancara penulis mengetahui bagaimana perasaan responden secara khusus wali

baptis ketika dipilih menjadi wali baptis. Mereka dengan jujur, ceria dan penuh

semangat mengatakan bahwa mereka bangga karena dipilih dan dipercaya oleh

orang tua anak yang dibaptis untuk menjaga, mendampingi iman anak

selanjutnya. Menjadi wali baptis menurut pak Tresno ada “kepuasan bathin”,

senang karena berguna bagi orang lain. Pak Anung mengatakan tidak terlalu

bangga karena dipilih menjadi wali baptis karena menjadi seorang wali baptis

adalah merupakan kewajiban sebagai orang Katolik. Dan ada wali baptis (Pak
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
92

Rudi, R7) yang dengan spontan mengatakan bahwa tidak bangga menjadi wali

baptis karena menjadi wali baptis itu merupakan beban. Kualitas bangga adalah

bagaimana supaya ke depan anak baptis lebih baik, tetap teguh pada imannya.

Dalam tabel 23 di bawah ini penulis memaparkan lebih jelas jawaban dari

responden bagaimana perasaan mereka ketika terpilih menjadi wali baptis.

Tabel 23: Perasaan Karena Terpilih Sebagai wali Baptis

NO Responden Jawaban Responden


R2,R5, R6, Bangga, senang karena dipilih dan dipercaya oleh orang tua
R8, R9 anak yang dibaptis untuk menjaga, mendampingi iman anak
selanjutunya. Tidak semua orang dipilih menjadi wali
baptis.
R3 Kalau bangga tidak, karena itu sebagai kewajiban yang
harus dilakukan. Konotasi dari bangga adalah pamer.
Menjadi seorang wali baptis adalah merupakan kewajiban
sebagai orang Katolik.
R4 Tidak bangga tetapi ada “kepuasan bathin”, membuat hati
senang karena berguna bagi orang lain.
R7 Bangga-tidak, karena menjadi wali baptis itu merupakan
beban. Kualitas bangga bagaimana supaya kedepan anak
baptis lebih baik, teguh pada imannya.

i. Pendampingan yang Khas Bagi Iman Remaja

Bentuk pendampingan itu menurut ibu Debby, ibu Theresia dan

prodiakon, yakni : pendampingan harus dimulai dari keluarga, dibiasakan ke

gereja, hendaknya anak disekolahkan di sekolah Katolik supaya ada

kesinambungan proses pendampingan iman, perlu penegasan bagi remaja apa

yang seharusnya dilakukan, pendampingan yang berkualitas, pendampingan

dalam bentuk rekoleksi dan ada out bound, anak remaja diberikan pendalaman

iman baik itu dalam keluarga maupun lingkungan, mereka diajak untuk terlibat

dalam kegiatan putra-putri altar jika mereka sudah menerima komuni.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
93

Menurut pak Windu, bentuk pendampingan yang khas bagi remaja harus

dicari kegiatan yang sesuai dengan usia mereka, misalnya : Gedget. Ilmu

teknologi harus bisa dimanfaatkan untuk pendampingan. Artinya anak diajari

bagaimana cara menggunakan media komunikasi yang baik dan benar. Bagaimana

menggunakan facebook dengan benar. Juga harus disadari bahwa anak remaja

adalah anak sekolah, maka pendampingan harus disesuaikan dengan agenda

mereka.

Tabel 26 : Pendampingan yang Khas bagi Iman Remaja


Tabel : 26.1 Pendampingan yang Khas bagi Iman Remaja Menurut Wali
Baptis
No Responden Pernyataan Responden
R1,R2 Pendampingan harus dimulai dari keluarga. Iman
seorang anak remaja jauh lebih kuat dan teguh bila
mendapat pendidikan dasar dari keluarga sendiri.
R3 Pendidikan iman bagi remaja serba dilematis apalagi jika
yang menjadi wali baptis tidak dari keluarga.Orang tua
tidak terlalu memperhatikan sisi iman anak dengan
memperkenalkan wali baptis. Pendampingan iman anak
remaja juga menyangkut relasi antara orang tua baptis
dan wali baptis. Dibiasakan ke gereja.
R4 Titik tolak pendampingan yang harus dibuat adalah sesuai
dengan ARDAS KAS. Dalam Aras Dasar Keuskupan
Agung Semarang ditegaskan dengan jelas bahwa keluarga
merupakan Gereja basis. Sebagai Gereja Basis, keluarga
Katolik setidak-tidaknya menunjukkanya dalam bentuk
doa bersama. Doa bersama ini menjadi bahan utama
dalam mengembangkan dan mendampingi iman anak.
Dalam konteks pendidikan iman, anak dibimbing secara
dialogis seperti menanyakan kegiatan anak sepanjang
hari”. Mendapat pendidikan secara Katolik juga
merupakan suatu kesinambungan proses pendidikan
iman. Sekalipun demikian tetap juga disadari bahwa
kurangnya minat remaja terhadap kegiatan hidup
menggeraja. Hal ini bisa saja diakibatkan oleh kurikulum
sekolah yang juga ikut menyita perhatian anak.
R5 Gereja pusing mengarahkan kaum muda karena sangat
sulit menemukan apa yang menjadi kebutuhan dasar dari
remaja. Apalagi remaja mempunyai kebutuhan yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
94

cukup dinamis.
R6 Pendampingan ini dimulai dari keluarga. Pencarian jati
diri merupakan ciri khas remaja. Dengan ciri khas ini
perlu penegasan bagi remaja apa yang seharusnya
dilakukan. Ketegasan itu juga menuntut suatu keteladanan
dari orangtua, bukannya hanya kata-kata tetapi juga
perbuatan. Dalam situasi yang seperti ini sangat tepat bila
anak remaja diperlakukan sebagai teman
R7 Pendampingan yang berkualitas akan membuat anak
bertahan pada iman yang sudah diterimanya sejak
pembaptisan
R8 Dalam bentuk rekoleksi dan ada out bound.
R9 Anak-anak remaja diberikan pendalaman iman baik itu
dalam keluarga maupun lingkungan
R10 Anak diajak untuk terlibat dalam kegiatan putra-putri
altar jika mereka sudah menerima komuni.

Tabel : 26.2 Pendampingan yang Khas bagi Iman Remaja Menurut


Responden Lain

No Responden Pernyataan Responden


R19 Dicari kegiatan yang sesuai dengan usia mereka,
misalnya: Gadget, IT (Ilmu Teknologi) harus bisa
dimanfaatkan untuk pendampingan. Artinya anak diajari
bagaimana cara menggunakan media komunikasi yang
baik dan benar. Bagaimana menggunakan facebook
dengan benar. Juga harus disadari bahwa anak remaja
adalah anak sekolah, maka harus disesuaikan dengan
agenda mereka
R20 Dididik di sekolah Katolik dan didampingi di segala
bidang, misalnya: kesenian, olah raga, dsb.

j. Harapan-Harapan Para Responden

Harapan wali baptis kepada para wali baptis yang lainnya adalah: supaya

menjadi teladan/contoh, tidak cukup hanya berperan pada saat pesta pembaptisan

saja, supaya para wali baptis mendorong dan menggerakkan anak-anak baptisnya

ikut serta dalam kegiatan lingkungan dan gereja, supaya tidak begitu saja
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
95

mengabaikan anak-anak baptis, menjadi wali baptis itu tidak hanya formalitas,

mari kita tunjukkan bahwa kita bisa mendidik anak baptis.

Harapan anak baptis kepada wali baptis adalah: sekali dalam sebulan ada

pendampingan atau pertemuan kepada anak baptis, supaya wali baptis tetap

membimbing sampai tua, jangan lelah dalam mendidik anak baptisnya, karena

sepanjang hidup manusia itu terus belajar. Tetap ada perhatian, kepedulian kepada

anak baptis, Berilah waktu untuk bercerita kepada anak.

Dalam tabel 24 di bawah ini penulis dengan rinci menuliskan jawaban-

jawaban yang diperoleh dari para responden melalui wawancara.

Tabel 24 : Harapan-Harapan

Tabel 24.1: Harapan Wali Baptis kepada Wali Baptis


NO Responden Jawaban Responden
R1, Supaya para wali baptis menjadi teladan/contoh. Tidak
R2,R3,R4 cukup hanya berperan pada saat pesta pembaptisan saja
apalagi peran ini sangat berkaitan dengan tugas sebagai
saksi iman bagi anak yang dibaptis sehingga dengan rasa
tanggung jawab tersebut, para wali baptis tahu perjalanan
anak tersebut.
R5 Supaya para wali baptis mendorong dan menggerakkan
anak-anak baptisnya ikut serta dalam kegiatan lingkungan
dan gereja.
R6 Supaya para wali baptis tidak begitu saja mengabaikan
anak-anak baptisnya. Sesekali mungkin/intensif
memperhatikan mereka supaya mereka tetap teguh dalam
imannya.
R7 Menjadi wali baptis itu tidak hanya formalitas. Wali baptis
itu membimbing, mengarahkan anak baptis agar lebih
berkualitas terutama dalam iman karena mereka adalah anak
Tuhan. Menjadi teladan, melayani, rendah hati.
R8, R9 Kita berperan tidak hanya pada saat pembaptisan, tetapi kita
berperan terus mendampingi anak-anak baptis sampai
mereka dewasa. Kita dapat juga berperan saat mereka
menentukan pilihan hidup. Kita adalah pendamping iman.
R10 Mari kita gunakan peran kita sebagai wali baptis. Mari kita
tunjukkan bahwa kita bisa mendidik anak baptis.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
96

Tabel 24.2: Harapan Anak Baptis kepada Wali Baptis

NO Responden Jawaban Responden


R11  Hendaknya ditengah-tengah kesibukkannya para wali baptis
paling tidak sekali dalam sebulan ada pendampingan atau
pertemuan kepada anak baptis. Dalam pertemuan tersebut,
ada sharing pengalaman dari anak baptis terutama sharing.
Jika para wali baptis mengalami kesulitan dalam mengatasi
kesulitan yang dihadapi oleh para anak baptis, hendaknya
dibawa dalam kegiatan lingkungan dan diolah bersama-
sama.
R13 Supaya wali baptis tetap membimbing sampai tua.
R17 Jangan lelah dalam mendidik anak baptisnya, karena
sepanjang hidup manusia itu terus belajar.

Tabel 24.2: Harapan Responden lain Kepada Wali Baptis

NO Responden Jawaban Responden


R18  Supaya mereka memahami tugasnya dan menjalankan
tugasnya.
R19 Wali baptis harus sadar posisinya. Kalau dulu hanya
formalitas, maka sekarang dia harus belajar. Dia juga harus
mengikuti perkembangan zaman sama seperti para guru, dan
juga orang tua. Supaya tidak dibodoh-bodohi oleh anak-
anak itu.
R20 Tetap ada perhatian, kepedulian kepada anak baptis, apalagi
jika itu berhubungan dengan gereja, lingkungan. Beri waktu
untuk bercerita kepada anak baptis.

k. Nasehat yang Diterima Anak Baptis dari Wali Baptis

Dari data yang telah diperoleh, bagi sebagian anak baptis ada nasehat-

nasehat dari wali baptis yang pernah mereka terima dan masih mereka ingat

sampai sekarang. Dalam wawancara secara spontan Venti mengungkapkan

nasehat-nasehat yang sampai sekarang masih dia ingat dari wali baptis yaitu:

belajar yang baik dan diingatkan untuk tidak pacaran dulu. Selain itu bagi Tifani
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
97

nasehat yang sampai sekarang masih diingat dari wali baptis adalah: jangan hanya

belajar tetapi ikut jugalah dalam kegiatan-kegiatan yang ada di lingkungan dan

Gereja, rajin berdoa. Dalam hal sopan-santun Laras juga dinasehati misalnya:

kalau makan kakinya jangan naik-naik, biasakan mengucapkan terima kasih

Pada tabel 25 penulis akan menuliskan dengan jelas jawaban dari anak

baptis tentang nasehat yang masih mereka ingat dari wali baptis.

Tabel 25: Nasehat-Nasehat yang Diterima Anak Baptis dari Wali Baptis

No Responden Pernyataan Responden


R12 Belajar yang baik. Diingatkan untuk tidak pacaran dulu
sekarang, tetapi sekolah dulu.
R13 Jangan hanya belajar terus, tetapi ikut jugalah dalam
kegiatan-kegiatan yang ada di lingkungan dan gereja.
Apalagi pada bulan Mei ini selalu ada kegiatan doa
rosario di lingkungan.
R 17 Rajin berdoa baik sebelum dan sesudah makan maupun
kalau mau tidur. Diajari sopan-santun misalnya
membiasakan mengucapkan terima kasih.

l. Bentuk Pendampingan yang Diharapkan Anak Baptis kepada Wali


Baptis

Dari wawancara dengan anak baptis, penulis memperoleh data bahwa

bentuk pendampingan yang diharapkan Dewa kepada wali baptis adalah: dalam

bentuk sharing pengalaman iman dengan anak baptis dan menjadi jembatan antara

teman, orang tua dan anak karena dalam kelompok anak remaja masih belum

saling kenal. Bagi Venti dan Tifani bentuk pendampingan yang diharapkan dari

wali baptis adalah mengajak agar rajin mengikuti kegiatan gerejani, yakni: diajak

untuk melibatkan diri dalam kegiatan gerejani. Dalam tabel 26 di bawah ini

penulis memaparkan dengan jelas.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
98

Tabel : 26 Bentuk Pendampingan yang Diharapkan Anak Baptis Kepada


Wali Baptis

No Responden Pernyataan Responden


R11 Sharing pengalaman iman dengan anak baptis. Wali
Baptis menjadi jembatan, antara teman, orang tua, dan
anak.

R 12, R13, R17 Supaya mengajak agar rajin ke gereja, ikut kegiatan yang
ada di lingkungan, rajin doa Rosario.

C. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN TENTANG PERAN WALI


BAPTIS TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN ANAK BAPTIS USIA
REMAJA DI PAROKI KRISTUS RAJA BACIRO YOGYAKARTA

1. Pemahaman Tentang Peran dan Tugas Wali Baptis Terhadap


perkembangan Iman Anak Baptis Usia Remaja

Keterkaitan antara peran-tugas seorang wali baptis dengan pengetahuan

wali baptis tentang siapa wali baptis menjadi kunci utama untuk memahami

tentang peran dan tugas seorang wali baptis. Pemahaman diri ini akan mendorong

para wali baptis menjalankan peran dan tugas mereka semaksimal mungkin.

Pemaparan berikut ini terarah pada paham para wali baptis tentang wali baptis itu

sendiri.

a. Pengertian Wali Baptis, Peran dan Tugas Wali Baptis

Dari hasil penelitian responden mengatakan wali baptis ialah orang yang

menjadi saksi atas pembaptisan seorang anak. Karena mereka adalah sebagai saksi

maka menurut pak Tresno (R4) dan Dewa (R11) mereka bertanggungjawab

mendampingi perkembangan iman anak tersebut sesudah pembaptisan. Ibu Debby

(R1) dan beberapa responden mendefinisikan bahwa wali baptis adalah mereka
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
99

yang telah dipilih dan dipercaya oleh orang tua anak untuk mendampingi anak

baptis pada saat upacara pembaptisan dan sudah berjanji akan menjadi

pendamping iman bagi anak baptis sampai dewasa dalam imannya bahkan sampai

anak menikah (pak Unang, R3).

Pemahaman responden tentang wali baptis sama dengan apa yang

dituliskan oleh Ernest Maryanto dalam kamus Liturgi. Selain wali baptis seorang

beriman Katolik yang dipilih oleh orang tua menjadi pendamping pada saat

pembaptisan, wali baptis mempunyai kewajian untuk menolong anak baptis

sebaik mungkin dengan kata dan teladan dalam perkembangan hidup rohani.

Kewajiban seorang wali baptis dalam mendampingi iman anak menurut Tifani

(R13) dan romo paroki (R18) sangat penting terlebih-lebih jika orang tua anak

baptis tidak mau mengemban tanggungjawabnya dan dengan demikian wali baptis

dapat menjadi orang tua kedua bagi anak baptis tersebut. Wali baptis wajib

berusaha supaya anak baptis mendapat pendampingan darinya, menerima

pembinaan dan pendidikan Katolik dan tetap setia pada janji baptis (bdk. Ernest

Maryanto).

Penentuan atau pemilihan wali baptis yang terpercaya dari pihak orang

tua untuk mendampingi anak baptis secara implisit berkaitan dengan kesediaan

wali baptis untuk mendampingi iman anak sampai iman anak mencapai usia yang

dewasa. Secara konkret liturgis pendampingan itu tampak pada saat upacara

pembaptisan berlangsung wali baptis mengendong anak bahkan menandai dahi

anak dengan salib Kristus (Ibu Debby (R1) dan pak Tresno (R4)). Penggendongan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
100

itu menunjukkan suatu hak dan tanggungjawab untuk membimbing iman anak

tersebut sampai dewasa bahkan sampai anak baptis menikah (pak Anung, R3).

Hak dan tanggungjawab untuk membimbing dan mengarahkan dari

seorang wali baptis akan lebih tampak apabila kualitas iman anak baptis semakin

bertumbuh dan berkembang. Apalagi berkat baptisannya anak telah menjadi anak

Tuhan seperti yang dikatakan oleh pak Rudi (R7). Setidak-tidaknya kualitas iman

itu tampak dari kesanggupan anak, berkat pendampingan wali baptis, menerima

sakramen yang lain seperti komuni pertama, pengakuan dosa dan sakramen

krisma.

Dalam hidup sehari-hari, tidak berkaitan dengan sakramen, nasehat-

nasehat bijak yang datang dari wali baptis tentu menjadi sangat penting. Sebab

iman sama sekali tidak bisa dipisahkan dengan kepribadian anak. Pengalaman

seperti ini terungkap dari responden yang berstatus sebagai anak baptis (Venti, R

12) dan Tifani (R13)). Nasehat-nasehat bijak dari wali baptis mengajak supaya

anak rajin berdoa, terlibat dalam kegiatan yang ada di lingkungan dan kegitatan-

kegiatan praktis gerejani. Apalagi pada bulan Mei selalu ada kegiatan doa rosario

bersama di lingkungan. Salah satu alasan mengapa anak baptis selalu diarahkan

kepada kegiatan menggereja yakni timbulnya suatu kecemasan yang dialami oleh

bu Ning (R5). Kecemasan itu berupa anak menjauh dari Tuhan. Ibu Ning

mengatakan: “ anak-anak remaja tidak aktif di lingkungan. Para remaja “mati

suri” dari tahun ke tahun tidak ada gemanya”. Ketidak aktifnya para remaja dalam

kegitan hidup menggereja disebabkan oleh ego remaja yang tinggi dan kurangnya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
101

sapaan dari romo. Satu prinsip bahwa orang muda membutuhkan sapaan yang bisa

memberikan motivasi kepada mereka”.

Pola pendampingan yang dilakukan oleh ibu Candra (R8) dan bu Debby

(R1) terhadap anak baptis menyikapi hal di atas adalah dengan menjadikan anak

baptis sebagai anak sendiri dan teman yang memberi dorongan dan semangat,

menjadi orang tua kedua dari sisi iman bagi anak (pak Windu, R19).

Sebagai “polisi iman” juga termasuk bagian integral dari pola

pendampingan yang ditunjukkan oleh ibu Ning (R5). Sama seperti Polisi Lalu

Lintas yang menentukan dan membuat lancarnya jalan lalu lintas, demikian juga

wali baptis membimbing, mengarahkan iman anak seperti polisi sehingga iman

anak tersebut “tidak meleset” atau nyeleneh ke mana-mana sehingga terarah. Di

sinilah, dalam arti tertentu wali baptis berperan sebagai penyeimbang dari sebuah

keluarga; bukan sebagai pelengkap atau tempelan pada saat upacara liturgi

pembaptisan sebagaimana diungkapkan oleh romo paroki (R18).

Keseimbangan itu dapat dilihat dalam arti bahwa orang tua yang lebih

banyak memikirkan kebutuhan material dari anak sedangkan wali baptis

mengusahakan kebutuhan rohani anak baptis (bdk. Bina Liturgi 5); menunjukkan

sifat kemesraan seorang ayah/ibu yang mendidik anak-anaknya dalam hal-hal

rohani dan mendorong mereka dalam kebajikan. pemahaman ini senada dengan

apa yang dikatakan oleh pak Mantri (R20) bahwa wali baptis adalah mereka yang

mendampingi katekumen yang dibaptis disamping orang tua bagi kehidupan anak

untuk selanjutnya. Mereka sebagai bapak/ibu rohani yang membantu mendidik

dan mendorong baptisan baru supaya dewasa dalam imannya.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
102

b. Mengenal dan Memahami Simbol Liturgi

Tiga unsur penting simbol dalam liturgi pembaptisan yakni: pertama,

tentang air. Responden memahami air sebagai sumber hidup yang dibutuhkan oleh

setiap orang. Sebagai sumber hidup, air juga mempunyai fungsi membersihkan

dan menyegarkan sehingga dalam arti rohani air menyegarkan roh.

Dalam konteks teologi-liturgis, pencurahan air pada dahi anak baptis

menandakan pembersihan dosa asal anak seperti yang dikatakan oleh bu Ning

(R5), bu Ananta (R6) dan ibu Candra (R8). Sebagaimana diimani Gereja Katolik,

anak yang lahir berada dalam keadaan status berdosa yang merupakan warisan

dari manusia pertama. Penjelmaan Allah menjadi manusia yang tinggal di antara

kita memutus rantai dosa. Atas perintah Tuhan Yesus, setiap orang yang percaya

kepada-Nya harus dibaptis sehingga pemakaian air menjadi syarat utama yang

dipakai oleh Gereja untuk sakramen Baptis (Pak Mantri (R5)). Air dicurahkan

sebanyak tiga kali pada saat formulasi pembaptisan sekaligus imam

mengungkapkan “N…aku membaptis engkau dalam nama Bapa, Putra dan Roh

Kudus.

Air yang dicurahkan pada dahi anak menyimbolkan siraman rohani yang

menguduskan tubuh-jiwa dan raga anak baptis. Ritus air yang dicurahkan pada

dahi disertai dengan pengucapan Sabda Allah (bdk. Baptislah mereka dalam nama

Bapa, dan Putra dan Roh Kudus, Matius 28:19). Pada saat anak mencapai usia

dewasa anak yang sudah menerima pencurahan air akan mendapat kesempatan

pertama menerima Tubuh Kristus sebagai makanan yang paling menyegarkan

hidup umat beriman (bdk. bu Harni, (R10)). Setelah pembaptisan, para wali
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
103

baptis mempunyai tugas agar anak baptis tetap berada dalam kesegaran iman atau

membantu memberikan siraman rohani kepada anak baptis. Dengan demikian

hati, pikiran dan budi anak tetap suci dan bersih.

Simbol yang ke dua adalah minyak Krisma. Pengurapan minyak Krisma

pada dahi anak baptis berarti menjadikan anak sama seperti Yesus sebagai Nabi,

Imam dan Raja (Pak Mantri (R20) dan Ibu Candra R8)). Anak baptis ambil bagian

dalam tugas Perutusan Yesus. Tiga misi keselamatan Yesus, mulai berkarya sejak

anak baptis menerima pengurapan minyak Krisma (Pak Tesno, R4). Makna

pengurapan harus dihidupkan oleh orang tua dan wali baptis pada diri anak.

Pengurapan minyak Krisma membebaskan diri anak baptis dari segala dosa dan

pada saat mencapai usia dewasa anak baptis sendiri terlibat dalam pembebasan

manusia dari dosa (Ibu Ananta, R7). Nilai simbolis dari pengurapan harus terus

menerus diperbarui lewat iman sebagai Katolik (Ibu Ning, R5) yang mencapai

puncak pada pemikulan salib (Ibu Harni).

Simbol ke tiga adalah lilin. Lilin tidak akan pernah lepas dari setiap

perayaan liturgi Gereja Katolik. Lilin menyingkapkan arti kebangkitan Kristus

yang menjadi cahaya dan terang bagi yang percaya kepadanya (Pak Tresno, R4).

Penyerahan lilin kepada orang tua anak baptis mengingatkan keluarga agar tetap

mengandalkan cahaya Kristus sebagai penerang dalam “ruang” gelap (Ibu Harni,

R10). Berkat pendampingan wali baptis dan orang tua maka anak baptis bisa juga

menjadi terang di tengah keluarga dan masyarakat. Dengan lilin seseorang yang

dibaptis menjadi keluarga baru dan diharapkan cahaya itu terus bersinar (Pak

Mantri, R20).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
104

Simbol ke empat adalah kain putih. Pak Tresno (R4) mengatakan:

“Kain putih ini bukan sembarangan kain putih. Kain putih tersebut

melambangkan Kristus. Maka anak yang baru dibaptis itu telah mengenakan

Kristus mulai saat ini. Anak tersebut jangan dinodai. Anak merupakan titipan

Tuhan. Maka hendaknya dikembalikan kepada Tuhan. Untuk itu anak tersebut

didik supaya menjadi anak yang saleh, anak yang soleha”. Sebagai pakaian iman,

kain putih menandakan dimulainya hidup baru dalam terang Kristus, simbol

kesucian. Perbandingannya dengan baju yang merupakan simbol “jati diri”

manusia (Pak Mantri, R20). Kain putih melambangkan kebangkitan Kristus dari

kubur. Beriman secara kristiani berarti mengikuti jejak Kristus.

2. Pelaksanaan Peran, Tugas dan Tangungjawab Wali Baptis dalam

Mengembangkan Iman Usia Remaja

Dalam praktek sehari-hari beberapa wali baptis berperan sebagai orang

tua bagi anak baptis. Mereka menyapa, mengunjungi, memotivasi dan

mengingatkan kehidupan kerohanian anak baptis, mengajak ikut terlibat dalam

kegiatan rohani seperti koor, ikut misdinar, komuni pertama dan krisma,

mengkonsultasikan keadaan anak baptis kepada orang tua.

Peran wali baptis menurut pak Anung (R3) dan pak Windu (R19)

berlangsung seumur hidup. Peran mereka sama seperti orang tua yang mendidik,

mendampingi iman anak baptis. Wujud konkrit peran dan tanggungjawab seorang

dapat diwujudkan dengan menjadi teman atau tempat curhat/sharing bagi anak,

mengingatkan supaya rajin ke gereja dan ikut komuni pertama dan menjadi putra
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
105

Altar, mendoakan anak baptis (ibu Debby, R1) dan memberikan nasehat sejauh itu

diterima oleh anak baptis (pak Tresno, R4).

Wali baptis juga menunjukkan peran sebagai komunikator yang

mendengarkan bahkan membuat jadwal pertemuan dengan anak baptis (Trah).

Sebagai komunikator, wali baptis terlibat dalam pesan yang didengarnya dari

orang tua anak baptis sehingga perhatian pada dirinya dan aspek-aspek yang tidak

terlalu penting bagi wali baptis menjadi hilang. Tujuan komunikasi antara wali

baptis dan anak baptis lebih merangsang anak baptis untuk bertindak. Unsur

penting yang perlu dihayati wali baptis sebagai komunikator adalah empati.

Dalam konteks peran wali baptis, empati berarti wali baptis berusaha

menempatkan diri pada apa yang sedang dialami oleh anak baptis sekarang ini dan

saat ini. Dengan komunikasi yang empatif, jarak geografis tidak menjadi

penghalang dalam menjalankan peran sebagai wali baptis (ibu Ananta, R6).

Responden menyatakan sikap empati ini dalam istilah “kepoh positif” (Ibu Titik,

R9). Dengan adanya “kepoh positif” yang empati pada diri wali baptis akan ada

sikap kontrol sosial pada anak baptis dan orang tua baptis yang akan memudahkan

proses penanaman nilai-nilai iman pada diri anak. Sehingga dengan demikian

setiap saat orang tua dan anak baptis bisa lebih peduli terhadap kegiatan gerejani.

Pelaksanaan peran wali baptis secara konkret sering sejalan dengan

pelaksanaan masa-masa liturgi. Hal ini jauh lebih mudah untuk dijalankan

misalnya: mengajak anak baptis mengikuti devosi dan Rosario, ziarah atau

pendalaman tema-tema iman yang dikeluarkan oleh Komisi Liturgi Keuskupan

Agung Semarang.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
106

Tidak dipungkiri juga bahwa pelaksanaan peran wali baptis berjalan

hanya sebatas formalitas-liturgis. Sebab banyak wali baptis tidak lagi menjalankan

komunikasi dengan anak baptis. Terhadap pernyataan ini Pastor Paroki (R18)

menyatakan bahwa satu atau dua orang sudah melaksanakan peran itu. Namun ini

masih merupakan pekerjaan rumah yang tidak gampang karena pasti dalam jangka

waktu yang cukup lama peran wali baptis hanya sebagai pelengkap upacara

pembaptisan. Ada kecenderungan dimana anak tidak mendapat hak untuk

memperoleh pendampingan iman secara khusus dari orang tua karena kelalaiaan.

Sebelum berlangsung pembaptisan, peran utama seorang wali baptis

ialah kesiapannya untuk mengikuti pembekalan bersama dengan orang tua sesuai

dengan program paroki Kristus Raja Baciro (Pak Tresno (R4), bu Candra (R8),

pak Anung, R3). Keikutsertaan untuk mengikuti pembekalan sendiri dapat dipakai

oleh wali baptis sebagai sarana untuk menjelaskan arti menaati ajaran-ajaran

Gereja sebagai pedoman hidup yang perlu dihayati oleh setiap orang yang

memeluknya.

Ibu Harni (R10) mengatakan selama beberapa kali menjadi emban baptis

tidak pernah mengikuti pembekalan karena orang tua yang dibaptis tidak pernah

mengajak untuk mengikuti pembekalan. Apalagi mengikuti pembekalan tidak

menjadi keharusan untuk mengikutinya. Ketidak hadiran wali baptis dapat

menjadi indikator tersendatnya proses formatio iman berjenjang sebab dalam

pembekalan para wali baptis dapat mengetahui apa yang menjadi peran, tugas dan

tanggungjawab sebagai orang yang dipilih dan dipercaya untuk mendampingi

perkembangan iman anak. Secara efektif, partisipasi dalam pembekalan sudah


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
107

menunjukkan awal mula komunikasi dan akan berlanjut pada saat anak baptis

semakin dewasa.

Komunikasi yang partisipatif (Bagiyowinadi, 2009: 64) anak baptis lewat

pembekalan bersama dengan orang tua menjadi kesempatan untuk mengenal latar

belakang anak. Di dalam kegiatan pembekalan akan dibicarakan tanggungjawab

mendidik anak baptis yang berjenjang mulai dari sejak pembaptisan serta dalam

pembekalan akan disampaikan bagaimana pelaksanaan liturgi pembaptisan,

misalnya: siapa yang memasangkan busana putih pada baptisan baru, siapa yang

menyalakan lilin paskah, apa makna simbol-simbol yang dipakai dalam liturgi

pembaptisan.

Secara simbolis wali baptis berdiri mendampingi pada saat upacara

pembaptisan; menggendong anak baptis; memberikan tanda salib di kening

baptisan baru, melap kepala anak baptis setelah air dituangkan di kepala anak

baptis, meletakkan kain putih di dada anak, memegang dan menyerahkan lilin

yang bernyala kepada orang tua yang dibaptis dan menyaksikan bahwa

pembaptisan itu benar-benar terlaksana secara resmi dalam keheningan,

menyatakan kesanggupan mendampingi anak.

Pemahaman para responden tentang tugas wali baptis pada saat

pembaptisan berlangsung hampir sama dengan apa yang telah diuraikan oleh

Bogiyowinadi dalam bukunya “Wali baptis peran dan tanggungjawabnya” yang

dipakai oleh penulis untuk memaparkan partisipasi wali baptis pada saat upacara

pembaptisan berlangsung yang telah dipaparkan oleh penulis pada bab

sebelumnya. Selain dari apa yang diungkapkan oleh para responden di atas,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
108

Bagiyowinadi menuliskan tugas wali baptis adalah bersama orang tua

memperbaharui janji baptis dengan menolak setan dan mengakui iman.

Secara garis besar para responden mengatakan bahwa peran, tugas dan

tanggungjawab seorang wali baptis itu berlangsung seumur hidup (Long Live).

Mereka menjadi pendamping iman bagi anak baptis. Mendidik iman anak

sebagaimana orang tua terhadap anak kandungnya sendiri. Mereka bisa menjadi

tempat untuk curhat (sharing), mendoakan mereka dan memberikan nasehat

kepada mereka sejauh itu diterima oleh anak baptis (Debby, (R1), pak Anung,

(R3) dll ). Pernyataan para responden ini senada dengan apa yang telah dituliskan

oleh Ga I dalam buku Sakramen dan sakramentali menurut Kitab Hukum Kanonik

bahwa wali baptis mewakili Gereja dalam menerima calon baptis menjadi anggota

keluarga Kerajaan Allah secara spiritualitas dan memainkan peran nyata Gereja

kepada calon baptis sebagai seorang bunda. Peran wali baptis tidak sederhana,

seorang yang menjadi wali baptis tugasnya tidak ringan.

Iman anak yang sudah dibaptis yang dimasukkan menjadi anggota Gereja

perlu dipelihara secara terus menerus. Untuk memperlancar pemeliharaan tersebut

para wali baptis ikut ambil bagian. Partisipasi yang dimaksud dapat dibandingkan

dengan peran sebagai “polisi iman” dan pemelihara iman anak baptis seperti yang

dinyatakan oleh ibu Ning. Sebagai “Polisi iman” berarti wali baptis mengarahkan,

memperlancar perkembangan iman bahkan mengawasi iman anak baptis supaya

tidak meleset kemana-mana.

Pada tahap pertama orientasi pendampingan diarahkan kepada orang tua

agar sesering mungkin membawa anak dalam kehidupan gerejani entah


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
109

membawanya pada setiap hari minggu maupun dalam kegiatan lingkungan.

Apabila anak tidak dibawa ke dalam kegiatan imani seperti yang disebutkan, wali

baptis mempunyai tanggungjawab untuk mencari anak yang bersangkutan kepada

orang tuanya sehingga sampai pada waktunya anak sanggup untuk mengatakan

pergi ke Gereja sebagai pertanda bertumbuhnya iman anak.

Pada tahap kedua, orientasi pendampingan iman anak baptis selama

kurang lebih tujuh tahun sejak dibaptis terarah kepada orang tua anak sendiri.

Rentang waktu yang demikian sering membuat wali baptis bisa kehilangan kontak

sehingga tidak dapat mengenali lebih dalam siapakah anak baptis dan sebaliknya

siapakah wali baptisnya seperti pengalaman ibu Ning sendiri (R5).

Setelah anak mencapai usia yang cukup umur sebagaimana diharapkan

oleh Gereja untuk menerima komuni pertama, wali baptis mengingatkan orang tua

dan terlebih anak sendiri untuk ikut belajar menerima komuni pertama. Peran

yang seperti ini sangat sederhana tetapi bagi wali baptis sangat perlu, mengingat

usia anak baptis yang sudah bertumbuh dan berkembang. Walaupun tidak formal,

menganjurkan anak baptis untuk mengikuti komuni pertama justru bagi wali

baptis membutuhkan pengetahuan iman yang benar. Secara amat sederhana dan

sangat singkat, wali baptis dapat memberikan katekese singkat untuk apa

mengikuti komuni pertama bagi anak. Juga pada saat belajar komuni pertama,

wali baptis dapat bertanya kepada anak apakah sudah ikut pengakuan dosa atau

pelajaran apa yang diperoleh selama kursus. Dalam hal ini pun wali baptis secara

personal ikut membantu pemandu komuni pertama melakukan pendampingan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
110

akan makna sakramen pengakuan dosa dan sakramen Ekaristi sebagai sakramen

Gerejani.

Syukuran atas komuni pertama akan membuat anak mengingat peristiwa

itu sebagai moment penting dalam perkembangan imannya. Tahap berikutnya

menganjurkan anak untuk ikut dalam organisasi-organisasi yang berada di bawah

naungan paroki. Perkumpulan yang demikian membuat anak akan semakin

bergaul dengan orang yang seiman dan seusia. Pada usia komuni pertama, tugas

dan tanggungjawab wali baptis semakin intensif karena akan mengontrol

kehadiran anak baptis ke gereja. Relasi personal pun akan terbentuk bila anak

baptis dicari dan ditanya.

Pak Anung dan ibu Theresia mengatakan bahwa wali baptis “berhak

membimbing iman anak itu sampai ia dewasa”. Kedewasaan yang dimaksudnya

adalah kesanggupan anak menerima sakramen krisma bahkan untuk memutuskan

pilihan hidup menikah atau hidup menjadi kaum berjubah (bu Candra, R8).

Dengan demikian, tugas wali baptis tidak semata-mata cukup hanya pada saat

upacara liturgi baptis saja.

Bentuk konkret dari pendampingan itu, misalnya menghadiri penerimaan

sakramen perkawinan dari anak baptis itu sendiri. Pendapat ini nyata dikatakan

oleh pak Tresno (R4). Setiap orang yang memasuki jenjang atau tahap-tahap

kedewasaan iman itu menunjukkan suatu bentuk kedewasaan. Bagi pak Tresno

anak baptis yang sudah memasuki jenjang perkawinan tentulah menunjukkan

tanda kedewasaan iman. Karena keputusan untuk menikah, membutuhkan suatu

kesadaran penuh akan tugas dan tanggungjawab dalam bentuk-bentuk sakramen.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
111

Seorang wali baptis harus mendidik dan menyarankan hal-hal yang berharga bagi

anak baptis. Pendidikan yang dimaksud tidaklah menyangkut pendidikan formal

tetapi non formal.

Pemahaman yang perlu dipegang oleh wali baptis ialah perkembangan

kepribadian anak. Anak yang berada dalam usia remaja akan cenderung

berkelompok (peer group). Oleh karena kebutuhan ini, wali baptis perlu

menganjurkan anak untuk masuk dalam kelompok yang seusia dengan usia anak.

Menjadi anggota misdinar merupakan salah satu usaha untuk menyalurkan

kebutuhan psikologis anak. Di dalam kelompok ini, anak akan dilatih disiplin dan

menjadi pelayan. Keberanian untuk tampil di muka umum juga merupakan salah

satu usaha pendewasaan diri secara baik. Dengan masuk kelompok misdinar anak

bebas dari pengaruh negatif lingkungan yang tidak disadari.

Pemahaman para wali baptis terhadap tugas dan perannya sebagai wali

baptis persis sama dengan apa yang diketahui oleh anak baptis. Sebagai responden

anak baptis, Dewa (R11) misalnya mengungkapkan bahwa yang menjadi tugas

dan peran wali baptis yakni: mengingatkan, mengarahkan, menyarankan anak

baptis untuk terlibat aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang bersifat kerohanian.

Kegiatan kerohanian yang dimaksud berupa ikut kegiatan PA (Putra Altar), OMK

(Orang Muda Katolik), ikut doa devosi mis: doa rosario apa lagi pada saat ini

yang kebetulan bulan rosario, ikut koor anak, lingkungan, PIA, PIR). Dewa

menambahkan lagi bahwa dalam berbagai kegiatan yang diikuti oleh anak-anak

baptis (remaja, OMK), wali baptis dapat menjadi fasilitator untuk mengakrabkan

anak-anak yang seiman dan sebaya.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
112

Perkembangan dunia IT yang sangat pesat dan gaya pergaulan orang

muda pada zaman ini tidak bisa dipungkiri bahwa anak usia remaja yang masih

labil dalam pencarian jati diri lepas dari situasi ini. Iman yang masih rapuh dan

belum matang jika tidak didampingi dan diarahkan maka anak remaja akan lebih

mudah terjerumus ke dalam hal-hal yang bertentangan dengan etika kristiani.

Seperti yang dikatakan oleh ibu Candra (R8) dan beberapa responden lainnya

bahwa anak-anak remaja dengan kemajuan IT tanpa mempertimbangkan atau

memikirkan sejauh mana pengaruhnya. Maka untuk menyikapi hal tersebut

kehadiran wali baptis sangat dibutuhkan.

Melihat bahwa tugas dan peran wali baptis dalam pendampingan anak

sangat penting dan itu berlangsung seumur hidup, maka seperti yang diungkapkan

hampir semua responden bahwa untuk memilih seorang wali baptis tidak hanya

asal dicopot begitu saja. Hendaknya diperhatikan kriteria untuk menjadi wali

baptis. Pak Windu (R19) dan beberapa responden lainnya dalam wawancara

sepikiran dengan apa yang dikatakan oleh romo paroki (R18) tentang kriteria jika

seseorang menjadi wali baptis. Kriteria tersebut adalah, pertama: sudah disebut

dewasa dalam iman. Ke dua: orang yang sudah menerima sakramen inisiasi secara

penuh. Ke tiga: tidak menjadi batu sandungan bagi keluarga itu sendiri maupaun

umat beriman lainya. Ke empat: bukan orang yang terkena hukum Gereja

(ekskomuniksi). Ke lima: dekat dengan keluarga anak yang dibaptis (bdk KHK

874).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
113

3. Kepentingan Kehadiran Wali Baptis Dalam Mengembangkan Iman Anak

Baptis Usia Remaja di Paroki Kristus Raja Baciro.

Kepentingan kehadiran wali baptis menurut responden lebih dari

keikutsertaan mereka untuk memperkembangkan iman anak. Wali baptis menjadi

rekan utama orang tua membentuk pribadi anak baptis yang mengenal kasih

Allah. “Iman anak itu rapuh, anak itu tidak punya pegangan. Apalagi dalam situasi

keluarga yang sedang bermasalah. Kehadiran wali baptis sangat penting.

Membuka hati/jiwa anak itu untuk semakin dekat dengan Tuhan” (Pak Anung,

R3). Anak remaja itu masih labil dan gampang terpengaruh. Kepercayaan mereka

belum kuat. Mereka menghadapi banyak godaan dalam pergaulan. Jika tidak

didampingi maka iman mereka akan melenceng” (Ibu Harni, R10).

Mewariskan iman bukan merupakan pekerjaan yang mudah untuk

dilakukan. Ibu Ananta (R6) mengatakan seiring dengan perkembangan teknologi

yang begitu cepat pada zaman ini jika tidak didasari dengan iman yang kuat, maka

akan sia-sia. Kenyataan bahwa orang pada zaman sekarang ini banyak orang tidak

takut akan Tuhan. Ada banyak kejadian kriminal yang terjadi yang tidak sesuai

dengan kehendak Tuhan pada zaman ini. Orang tidak lagi segan mengorbankan

sesamanya hanya demi kepentingannya sendiri. Orang zaman ini lebih gampang

untuk putus asa dan kehilangan pegangan hidup. Menghadapi situasi konkrit ini,

dibutuhkan suatu usaha yang besar dan usaha yang sangat kuat agar iman

bertumbuh dalam diri anak baptis. Perkenalkanlah Tuhan setiap saat kepada

mereka. Janganlah jemu, apalagi lalai memperdengarkan firman Tuhan, sebab


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
114

melalui pendengaran akan firman Tuhan, iman akan timbul di dalam hati mereka

(Roma 10:17).

Keluarga menurut pak Tresno (R4) merupakan Gereja basis. Tempat

pertama untuk menerima pendidikan iman dan mempraktekkannya bahkan

keluarga sebagai sekolah iman. Untuk menampakkan kasih Allah, orang tua

menjadi pemeran utama menampilkan kasih Allah. Landasan utama terhadap

tugas ini karena orang tua telah menyalurkan kehidupan kepada anak-anak,

sehingga orang tua terikat kewajiban amat serius untuk mendidik anak-anak

mereka. Maka orang tualah yang harus diakui sebagai pendidik yang pertama dan

utama bagi anak- anak mereka” (Gravissimum Educationis 3, lihat juga KGK

1653). Dengan demikian, orang tua harus menyediakan waktu bagi anak- anak

untuk membentuk mereka menjadi pribadi-pribadi yang mengenal dan mengasihi

Allah. Kewajiban dan hak orang tua untuk mendidik anak-anak mereka tidak

dapat seluruhnya digantikan ataupun dialihkan kepada orang lain (Paus Yohanes

Paulus II, Familiaris Consortio 36, 40).

Sekalipun kedudukan orang tua tidak tergantikan, wali baptis dapat

membantu perkembangan pendidikan iman anak baptis apalagi bila orang tua

sangat sibuk untuk mencari nafkah. Apalagi berhadapan dengan kuatnya pengaruh

negatif dari mass media maupun lingkungan pergaulan di sekitar; terlalu banyak

menonton TV tidak memberikan efek yang baik pada anak; bermain video game

yang bersifat kekerasan yang sadis yang secara tidak langsung merangsang sifat

agresif seperti kemarahan, kekerasan, tidak mau ngalah, kebiasaan bermain FB

(face book). Jika terlalu banyak „bermain‟ sendiri, lama kelamaan ia menjadi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
115

tidak terbiasa untuk berinteraksi dengan orang lain, berpusat pada diri sendiri.

Tidak berarti bahwa TV, game internet dan FB memberikan efek buruk semuanya.

Efek negatif itu terjadi jika yang ditonton, atau yang dimainkan tidak sesuai

dengan ajaran iman dan moral; atau yang diajak berkomunikasi adalah orang-

orang yang tidak membangun iman, atau malahan menjerumuskan mereka; atau

jika hal menonton TV dan bermain komputer tersebut sampai menyita hampir

semua waktu luang. Mengapa? Sebab jika ini yang terjadi, hati dan pikiran anak

tidak lagi terarah kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya (Pak Rudi (R7), bu Ananta

(R6), ibu Deby (R1), bu Candra (R8),pak Tresno (R4)). Control terhadap perilaku

anak seperti yang disebut di atas, tidak cukup hanya diserahkan kepada orang tua,

sangat membutuhkan tenaga lain yang sifatnya “hampir sama dengan tenaga

kedua orang tua”. Dalam hal ini sangatlah penting kehadiran wali baptis yang

telah dipilih orang tua untuk ikut mendampingi anak (Tifani (R13) dan Laras,

(R17)).

Tugas sebagai wali baptis untuk mendampingi iman anak baptis merupakan

perutusan yang diberikan oleh Gereja kepada umat beriman seperti yang

dikatakan oleh pak Rudi (R7) dan Dewa (R11). Karena itu merupakan tugas dari

Gereja maka wali baptis mempunyai kepentingan untuk mengakrapkan,

memperkenalkan para remaja yang belum saling kenal dalam kegiatan menggerja

karena sifatnya dalam kelompok-kelompok ada wajah-wajah baru.

Menurut pak Windu (R19), wali baptis itu posisinya penting. Karena

penting, wali baptis itu tidak asal copot, besok dibaptis dan sekarang dicopot wali

baptisnya. Romo paroki Kristus Raja Baciro (R18) mengatakan: “ kedudukan wali
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
116

baptis sejajar dengan orang tua, tanggungjawab kepada anak yang dibaptis itu

besar sekali. Sebagai penyeimbang dari sebuah keluarga. Gereja mengizinkan

orang tua membaptis anak-anak dan ini terimbas kepada pendampingan yang

penuh kepada anak-anak dimana anak-anak sendiri tidak bisa

mempertanggungjawabkan imannya di saat dia baptis bayi. Untuk memelihara

kepastian bahwa sianak nanti akan didampingi dalam proses pendidikan imannya

penanggungjawab utamanya adalah orang tua lalu dibantu oleh orang yang lebih

cukup netral, yang bisa sewaktu-waktu memainkan peran untuk memastikan

bahwa anak mendapatkan pendampingan yang cukup dalam kehidupan, imannya

sampai pada kedewasaan/kepenuhan sebagai seorang Katolik ketika menerima

sakramen inisiasi secara penuh. Oleh karena itu tanggungjawab sedemikian

pangjang dan lama itu membutuhkan semacam “OASIS/PENYEIMBANG”.

Ketika ada kecenderungan anak tidak mendapatkan haknya untuk memperoleh

pendampingan iman secara khusus dari orang tua karena berbagai kelalaian.

Disitulah pentingnya adanya wali baptis”.

Melihat bahwa betapa pentingnya pendampingan iman bagi perkembangan

iman usia remaja, peran wali baptis sebagai orang tua kedua sangat dibutuhkan.

Untuk menyikapi hal tersebut remaja membutuhkan figur pendamping yang bisa

dijadikan sebagai teladan atau panutan. Dibutuhkan pendamping yang memiliki

hati untuk anak-anak, kreatif dan inovatif, pendamping yang mampu memahami

masalah-masalahremaja agar bisa menjadi teman bertukar pengalaman/wawancara

dan pendamping yang bisa memanfaatkan media digital, seni dan hobby untuk
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
117

mengembangkan iman remaja seperti yang dipaparkan dalam buku Formation

Iman Berjenjang, 2014: 45.

4. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Peran dan Tugas

dalam mengembangkan Iman Anak Baptis

a. Faktor pendukung:

Pak Tresna (R4) mengungkapkan bahwa pembekalan yang diadakan oleh

tim bidang pewartaan paroki Kristus Raja Baciro merupakan faktor pendukung

dalam menjalankan peran dan tugas sebagai wali baptis. Dalam pembekalan

disampaikan apa yang merupakan peran dan tanggungjawab orang tua dan wali

baptis. Maka sangat penting untuk dihadiri oleh orang tua dan wali baptis.

Kesadaran yang diperoleh melalui pembekalan menjiwai wali baptis dalam

melaksanakan peran dan tugasnya untuk selanjutnya. Relasi personal dan kerja

sama yang sudah terjalin selama ini sejak terpilih sebagai wali baptis baik

terhadap orang tua dan anak baptis sendiri menurut pak Rudi (R7) dan bu Candra

(R8) juga menjadi faktor pendukung dalam proses menjalankan peran sebagai

wali baptis. Relasi yang baik ini tidak menimbulkan ada rasa sungkan dari wali

baptis bila hendak menegur dan mengingatkan anak baptis. Bahkan wali baptis

tidak hanya anak baptisnya saja yang diingatkan, tetapi kedua orang tua mereka

juga diingatkan untuk datang ke Gereja dan aktif mengikuti kegiatan-kegiatan

yang ada di lingkungan (ibu Theresia, R2). Dengan demikian keterlibatan anak

untuk aktif terlibat dalam perkumpulan atau kegitan-kegiatan gerejani seperti


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
118

koor, misdinar akan mendukung proses pendampingan anak baptis bagi wali

baptis sesuai dengan pengalaman ibu Titik ( R9).

Sebagai seorang wali baptis perlu mempunyai integritas diri atau dalam

bahasa Jawa “Jarkoni (Iso ujar, ora iso lakonia), Gajah diblangkoni, iso khotbah

ora iso nglakoni” (Ibu ananta (R6) dan Theresia Sumartini (R2)). Sebagai

pendamping iman, wali baptis mampu menjadi teladan dalam kehidupan sehari-

hari. Sederhananya, wali baptis mempunyai sikap dan tutur kata yang baik, ikut

secara aktif dalam berbagai kegiatan menggereja dan bermasyarakat (bdk, KGK

1255). Baik kegiatan menggereja maupun bermasyarakat merupakan unsur

fundamen untuk menunjuk pada suatu bobot keberimanan secara kristiani (ibu

Harni dan pak Mantri, Candra). Keteladanan wali baptis dapat menjadi ragi,

garam dan terang. Ketiga unsur yang disebut terakhir dalam praksis hidup

manusia mengandaikan bahwa tiap-tiap pribadi yang dewasa secara Kristiani tidak

hanya memikirkan dirinya sendiri (Ibu Candra) tetapi juga siap sedia berbagi

dengan sesama (bdk, KHK, kan.774 §2).

Selain hal tersebut di atas, ibu Ananta (R6) mengatakan bahwa media

elektronik seperti Handphone juga menjadi pendukung untuk menjalankan peran

sebagai wali baptis. Perpindahan anak baptis ke daerah lain dan sebaliknya tidak

lagi menjadi penghalang untuk menjalankan peran sebagai wali baptis dalam

mendampingi perkembangan iman anak. Ibu Theresia Sumartini (R2) sendiri

mengungkapkan bahwa ketulusan hati dalam menjalankan peran dan

tanggungjawab dan dukungan dari anggota keluarga sendiri adalah merupakan

faktor pendukung dalam menjalankan tugas tersebut.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
119

Berhadapan dengan perkembangan kepribadian, sebagai anak baptis, anak

remaja berpribadi labil, mudah marah, dan terkadang sangat sulit memahami

orang lain. Apalagi anak remaja yang sedang mencari identitas diri sangat

membutuhkan public pigure sebagai penuntun. Kesetiaan pada komitmen,

konsistensi hidup juga menjadi modal besar bagi wali baptis yang dapat ditiru

oleh anak baptis. Dalam situasi zaman sekarang, tidaklah mudah bertahan dalam

suatu komitmen tertentu apalagi bila hal tersebut menyangkut kesaksian hidup

tentang hidup abadi (Venti, R12).

Dimensi iman tidak hanya terletak pada masalah sakramental. Iman

berkaitan dengan hidup atau perkembangan kepribadian anak. Pada tahap

perkembangan usia remaja, para wali baptis memberikan nasehat-nasehat tidak

hanya bersifat kerohanian melulu tetapi juga menyangkut masalah perkembangan

kepribadian. Rasa tertarik terhadap lawan jenis atau berpacaran misalnya, kalau

tidak didampingi maka akan membuat anak baptis tidak fokus pada masa depan

sesuai dengan pengalaman Venti (R12), Tifani (R13), Laras (R17) dan

Dewa(R11). Terhadap masalah remaja yang dialami oleh anak baptis, wali baptis

dapat memberi kesaksian hidupnya bagaimana cara untuk membuat suatu skala

prioritas.

b. Faktor Penghambat

Responden mengatakan ada beberapa faktor yang menjadi penghambat

dalam menjalankan peran sebagai wali baptis selama ini. Pertama, menurt pak

Tresno (R4) filosofi Jawa yang mengatakan “Pekewoh” sering menghalangi tugas
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
120

sebagai wali baptis. “Jika orang tidak membutuhkan saya maka untuk apa saya

datang,”. Makna Pekewoh menurut pak Tresno yakni saya menunggu dimintai

bantu maka baru saya mau membantu. Selain itu, menurut ibu Ning (R5) dan pak

Anung (R3) adalah: orang tua sendiri juga tidak memperkenalkan kepada anak

siapa yang menjadi wali baptisnya dan juga sebaliknya. Ada orang tua yang tidak

mendukung dan tidak bisa diajak kompromi. Usaha wali baptis untuk mengajak

anak baptis aktif dalam lingkungan tidak ditanggapi dengan baik oleh orang tua.

Tempat yang tidak ada untuk mengadakan kegiatan bagi anak-anak di

lingkungan. Jarak yang berjauhan dengan anak baptis. Banyak anak-anak baptis

sudah berada di luar kota Yogyakarta (ibu Ning). Sebagian ada yang berada di

Purwokerto, Malang, Tangerang bahkan ada mereka yang sudah pindah ke agama

lain. Usaha untuk mendapatkan kontak pun mengalami kesulitan.

Selain responden yang berperan sebagai wali baptis, romo paroki (R18),

pak Windu (R19) dan pak Mantri (R20) melihat bahwa yang menjadi faktor

penghambat dalam menjalankan peran wali baptis selama ini disebabkan oleh wali

baptis dipilih tanpa pertimbangan yang matang oleh orang tua dan kurangnya

katekese. Pengetahuan yang kurang akan pendidikan iman membuat wali baptis

tidak mengetahui perannya.

Dari jawaban yang disampaikan oleh responden di atas, maka penulis

merangkumkan bahwa wali baptis kurang menjalankan perannya selama ini

disebabkan karena pemahaman, pengetahuan dan kesadaran tentang peran wali

baptis itu sangat minim. Mengikuti pembekalan dan katekese tentang pendidikan

iman masih belum menjadi prioritas. Sehingga kesan bahwa kehadiran para wali
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
121

baptis hanya merupakan formalitas belaka. Kepentingan mereka pada saat upacara

pembaptisan merupakan seremonial saja.

5. Upaya Meningkatkan Peran Wali Baptis dalam Mengembangkan Iman

Anak Baptis Usia Remaja

a. Pembekalan Bagi Wali Baptis dan Orang Tua

Upaya yang akan dilakukan untuk meningkatkan peran wali baptis dalam

pengembangan iman anak sekarang dan selanjutnya membutuhkan suatu

kesadaran dan pemahaman bagi umat bahwa wali baptis itu mempunyai peran

yang penting bagi pendidikan iman anak baptis. Untuk menyikapi ini, dilakukan

pendidikan iman terutama pada saat pembekalan bagi orang tua dan wali baptis

anak. Pada saat pembekalanlah tempatnya untuk mengajukan kepada keluarga

untuk memilih secara serius yang menjadi wali baptis, di mana diharapkan untuk

memiliki cukup kedekatan kepada keluarga dan memberikan teladan kepada anak-

anak baptis supaya mereka bertumbuh menjadi anak yang baik dan teguh pada

imannya akan Kristus.

b. Perlunya Kerjasama antara Orang Tua dan Wali Baptis

Relasi personal serta kerjasama yang baik antara orang tua, anak dan wali

baptis selama ini perlu menjadi perhatian dalam proses pendidikan iman anak.

Orang tua perlu memperkenalkan wali baptis kepada anaknya. Jika perlu diundang

dalam acara-acara tertentu misalnya: ulang tahun kelahiran, ulang tahun baptisan,

ulang tahun krisma dan jika perlu ulang tahun perkawinan. Dalam pertemuan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
122

tersebut kesempatan untuk mensharingkan pengalaman satu dengan yang lain

dimungkinkan untuk bisa terlaksana (Pak Tresna, R5).

c. Pendampingan Iman Berkelanjutan

Responden mengungkapkan bahwa ada keprihatinan dan kecemasan

tersendiri terhadap iman para remaja dalam konteks perkembangan teknologi.

Anak remaja lebih aktif dalam dunia maya bila dibandingkan dengan kegiatan

gerejani. Lebih sibuk main handphone dari pada menghadiri perayaan ekaristi dan

berbagai kegiatan-kegiatan yang telah disediakan oleh paroki Kristus Raja Baciro.

Beberapa saja remaja yang kelihatan aktif mengikuti kegiatan yang ada di paroki.

Sama halnya seperti yang diungkapkan oleh ibu Ning (R5) bahwa para remaja

sekarang “ mati suri”, tidak kelihatan, tidak ada gemanya. Kecemasan utama dari

para wali baptis terhadap anak baptis menyangkut dunia teknologi di samping

efek positifnya, teknologi juga mempunyai pengaruh negatif terhadap manusia itu

sendiri. Teknologi dengan segala kecanggihannya dapat membuat anak semakin

tidak beriman. Belum lagi anak juga disibukkan dengan sekolah. Kurikulum

sekolah juga ikut menyita perhatian anak. Hampir seluruh kegiatan sekolah

menyedot perhatian anak-anak dan kurang memperhatikan kegiatan-kegiatan

iman.

Iman anak rapuh, anak tidak mempunyai pegangan (pak Anung, R3). Jika

anak tidak mempunyai pendampingan atau orang yang bisa mengarahkan kearah

yang lebih baik, terlebih dalam mengahadapi masalah-masalah dalam keluarga


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
123

dan masalah dalam menempatkan diri dalam menyikapi dunia IT dengan segala

kemungkinannya maka iman anak sering menjadi korban.

Untuk menyikapi hal tersebut di atas, dari responden yang diwawancarai,

titik tolak pendampingan yang harus dibuat adalah sesuai dengan ARDAS KAS.

Dalam Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang ditegaskan dengan jelas bahwa

keluarga merupakan Gereja Basis. Sebagai Gereja Basis, keluarga Katolik setidak-

tidaknya menunjukkan dalam bentuk doa bersama. Doa bersama ini menjadi

bahan utama dalam mengembangan dan mendampingi iman anak. Dalam konteks

pendidikan iman, iman anak dibimbing secara dialogis seperti menanyakan

kegiatan anak sepanjang hari.

Sikap dialogis ini menjadi modal utama dalam keterlibatan wali baptis

dalam proses pendampingan iman sekalipun misalnya anak tidak berada dalam

suatu lingkungan namun dengan perkembangan teknologi wali baptis dapat

menjalin komunikasi dengan anak baptis sendiri. Kehadiran wali baptis

sehubungan dengan dunia teknologi cukup menarik dengan apa yang dilakukan

oleh Ananta dan Ibu Debby dengan menggunakan dunia facebook, BBM dan SMS.

Tentu saja dengan dunia face book sebagai wali baptis dapat mengetahui isi dari

face book dan juga BBM tersebut. Etika sopan santun dalam menggunakan kata

akan jauh terarah dengan dunia menggunakan dunia maya tersebut. Nasehat-

nasehat rohani dan biblis tersampaikan lewat dunia IT tanpa harus melakukan

perjumpaan secara personal.

Idealnya pendampingan jauh lebih mudah terlaksana bila anak berada di

sekolah Katolik karena pendidikan iman sungguh-sungguh berkesinambungan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
124

(Bu Theresia, R2). Kehadiran wadah di Paroki Kristus Raja Baciro untuk

menampung anak remaja juga mempunyai tantangan tersendiri. Anak remaja

dengan usia yang serba tanggung, agak sulit menempatkan diri dalam wadah

terebut. “Mau ke PIA tidak juga, mau ke OMK juga tidak” demikian ungkapan

seorang responden sehubungan dengan wadah yang sekarang ini. Kehadiran

kelompok CREBO dalam bentuk teater, tarian, ziarah dan dokumentasi peristiwa

lewat video membuat anak remaja berkumpul. Kreativitas dan imajinasi secara

teknologis anak tersalurkan secara tepat dalam kelompok ini.

Dari hasil wawancara romo paroki Kristus Raja Baciro (R18)

mengusulkan agar apa yang telah ditemukan penulis dalam penelitian ini

disampaikan kepada tim inisiasi paroki dalam bentuk sharing pengalaman atau

mengadakan seminar yang nantinya akan disampaikan kepada para wali baptis

pada saat pembekalan.

Kenyataan bahwa para wali baptis kurang menghayati peran dan tanggug

jawabnya sebagai emban baptis, maka ibu Ning (R5) mengharapkan agar

dibentuk wadah/paguyuban bagi wali baptis sehingga jika ada baptisan orang tua

tidak perlu lagi mencari-cari siapa yang menjadi wali baptis bagi calon baptisan

baru. Dari kelompok wali baptis inilah orang tua bisa memilih yang menjadi

emban baptis. Selain itu, Pak Windu (R19) mengharapkan agar penulis membuat

sebuah buku kecil sebagai rezume dari hasil penelitian yang di dalam buku

tersebut berisi tentang apa yang menjadi peran dan tanggung jawab wali baptis.

Selain ibu Debby (R1) mengusulkan supaya penulis mengadakan pertemuan

kepada PASUTRI muda yang ada di paroki Kristus Raja Baciro bersama dengan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
125

wali baptis dan tim pewartaan. Dalam pertemuan itu hendaknya diberi

pemahaman agar PASUTRI Muda lebih selektif dalam memilih siapa yang akan

menjadi emban baptis bagi anak mereka. Ini demi pendampingan iman bagi anak

untuk selanjutnya (ibu Debby, R1).

6. Rangkuman

Pada umumnya para wali baptis mengetahui apa yang merupakan peran,

tugas, dan tanggungjawab mereka sebagai wali baptis. Pemahaman tentang apa

yang menjadi peran, tugas, dan tanggungjawab wali baptis sangat berkaitan

dengan pengetahuan tentang siapa wali baptis. Wali baptis adalah mereka yang

dipilih karena dipercayai oleh orang tua anak untuk menjadi saksi pada saat

upacara pembaptisan dan membantu mendampingi perkembangan iman anak

untuk selanjutnya sampai anak dewasa dalam imannya. Tugas wali baptis adalah

sebagai orang tua kedua dari sisi iman bagi anak, menjadi oasis/penyeimbang

dalam sebuah keluarga ketika ada kecenderungan di mana anak tidak

mendapatkan haknya untuk memperoleh pendampingan iman secara khusus dari

orang tua karena berbagai kelalaian.

Pemahaman wali baptis akan peran, tugas, dan tanggungjawab sebagai

pendamping dan pendidik iman ini tersirat melalui empat simbol yang dipakai

dalam upacara liturgi pembaptisan, yakni: air, minyak, kain putih, dan lilin. Untuk

menjaga keutuhan makna dari keempat simbol tersebut kehadiran wali baptis

membantu memberikan pendampingan iman berkelanjutan bagi anak, misalnya


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
126

dalam bentuk siraman rohani, menjadi teman sharing bagi anak dan keteladanan

hidup yang baik.

Pelaksanaan peran, tugas, dan tanggungjawab sebagai wali baptis selama

ini satu atau dua orang sudah melakukannya. Dari penelitian penulis menemukan

bahwa masih banyak wali baptis yang masih belum melaksanakan peran, tugas,

dan tanggungjawabnya selama ini. Kehadiran para wali baptis masih hanya

sebatas formalitas untuk memenuhi persyaratan liturgis pembaptisan. Pemahaman,

kesadaran dan pembathinan yang serius tentang peran, tugas, dan tanggungjawab

wali baptis masih sebatas pengetahuan semata.

Faktor pendukung dalam pelaksanaan peran, tugas, dan tanggungjawab

selama ini, misalnya adanya pembekalan yang diselenggarakan oleh paroki

Kristus Raja Baciro Yogyakarta, relasi pribadi yang baik antara anak, orang tua

dan wali baptis selama ini sangat membantu para wali baptis dalam melaksanakan

peran dan tanggungjawabnya. Namun adanya faktor penghambat yang ditemukan

dalam pelaksanan peran, tugas, dan tanggungjawab selama ini sering membuat

putusnya relasi rohani dengan anak baptis. Jarak yang jauh, mentalitas pekewoh,

relasi yang kurang baik dengan orang tua, dan pengetahuan yang kurang akan

pendidikan iman membuat peran, tugas, dan tanggungjawab sebagai wali baptis

tidak berkelanjutan. Komunikasi iman dengan anak baptis putus. Dari kenyataan

tersebut banyak anak baptis yang tidak mengetahui siapa wali baptisnya.

Masa remaja adalah suatu masa dimana individu berjuang untuk tumbuh

dan menjadi orang yang dewasa. Dalam kaitannya dengan iman kepercayaan,

remaja mulai membentuk ideologi (sistem kepercayaan) dan komitmen terhadap


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
127

hal-hal yang ideal terutama menyangkut usahanya untuk menjalin hubungan

pribadi dengan Allah. Dalam rentang usia tersebut iman anak masih belum kuat

dan iman anak rapuh, labil dan mudah goyah. Pada masa tersebut remaja sangat

membutuhkan pendampingan dari orang dewasa (orang tua-wali baptis) yang

mampu menemani dan mengarahkan mereka sehingga iman mereka tidak akan

melenceng kemana-mana. Remaja yang masih mekar-mekarnya dengan

perkembangan dunia IT yang sangat pesat seringkali tidak tahu bagaimana

menempatkan diri dalam menyikapinya. Disinilah letak kepentingan kehadiran

wali baptis adalah menjadi rekan utama orang tua untuk membantu membentuk

kepribadian anak terutama untuk lebih mengenal kasih Allah dalam hidup mereka.

Keluarga yang disebut sebagai Basis Gereja adalah tempat pertama dan yang

utama bagi anak untuk menerima pendidikan dan pendampingan iman yang

mendasar. Keluarga adalah tempat menumbuh kembangkan kayakinan iman

secara alami melalui kebiasaan dan pengalaman dalam hidup sehari-hari di tengah

keluarga. Perhatian orang tua turut menjadi faktor kunci sukses perkembangan

iman anak.

Menanggapi bahwa kehadiran wali baptis yang menjadi rekan orang tua

dalam membimbing dan mendidik iman anak sangat dibutuhkan pada proses

perkembangan iman anak baptis usia remaja dan mengingat bahwa regenerasi

iman itu sangat penting untuk dilakukan bagi anak, maka perlu adanya upaya yang

dilakukan oleh wali baptis untuk meningkatkan peran, tugas, dan

tanggungjawabnya. Wali baptis kembali diajak, diingatkan, dan disadarkan

bagaimana mereka dalam melaksanakan perannya selama ini sebagai pendamping


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
128

dan pendidik iman anak. Dan untuk ke depan, wali baptis lebih serius,

bersemangat dan setia dalam menjalankan peran, tugas dan tanggungjawabnya

sebagai pendidik iman. Oleh karena itu, dalam bab IV ini penulis mengusulkan

diadakan penyegaran kembali panggilan sebagai pendamping dan pendidik iman

bagi wali baptis yang ada di paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta. Penyegaran

ini dilaksanakan dalam bentuk rekoleksi bersama dengan para wali baptis paroki

Kristus Raja Baciro Yogyakarta.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
129

BAB IV

USULAN PROGRAM REKOLEKSI BAGI WALI BAPTIS

PAROKI KRISTUS RAJA BACIRO YOGYAKARTA

1. Latar Belakang Program

Wali baptis ialah orang yang menjadi saksi atas pembaptisan bagi baptisan

baru. Karena mereka adalah sebagai saksi, maka wali baptis bertanggungjawab

untuk mendampingi perkembangan iman anak tersebut sesudah pembaptisan

sampai anak dewasa dalam imannya. Terpilihnya seorang menjadi wali baptis

karena dipercaya oleh orang tua. Oleh karena itu, wali baptis wajib berusaha agar

yang dibaptis menghayati hidup Kristiani yang sesuai dengan baptisannya dan

memenuhi dengan setia kewajiban-kewajiban yang melekat pada baptisan itu

(KHK, kan. 872).

Dari hasil penelitian, penulis mengetahui bahwa para wali baptis secara

garis besar mengetahui apa yang merupakan tugas, peran dan tanggung mereka

mereka sebagai wali baptis. Tugas mereka adalah sebagai orang tua kedua dari

sisi iman bagi anak, menjadi oasis/penyeimbang dalam sebuah keluarga ketika

ada kecenderungan anak tidak mendapat haknya untuk mrmperoleh

pendampingan iman secara khusus dari orang tua karena berbagai kelalaian.

Terpilihnya mereka sebagai wali baptis merupakan kebanggaan tersendiri

bagi mereka karena merasa dipercayai oleh orang tua anak yang dibaptis untuk

menjaga dan mendampingi iman anak untuk selanjutnya. Para wali baptis

menganggap bahwa anak yang mereka dampingi merupakan tanggungjawab


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
130

mereka sebagai orang Katolik. Dengan pemahaman tersebut, ada wali baptis yang

telah melakukan pendampingan iman berkelanjutan bagi anak baptis selama ini.

Namun tidak dipungkiri juga bahwa pelaksanaan peran wali baptis selama ini

berjalan hanya sebatas formalitas-liturgis saja. Kenyataan mengatakan bahwa

banyak wali baptis tidak lagi menjalankan komunikasi dengan anak baptisnya.

Relasi dengan anak baptis sama sekali tidak ada lagi. Bahkan ada wali baptis yang

sampai saat ini tidak mengetahui lagi di mana anak baptisnya berada dan tidak

mengetahui bagaimana kehidupan mereka. Janji yang telah diungkapkan oleh para

wali baptis kepada Gereja pada saat liturgi pembaptisan untuk mendampingi iman

anak kini telah dilupakan.

Selanjutnya, bertitik tolak dari faktor penghambat yang dialami oleh para

wali baptis dalam pelaksanaan peran dan tugas dalam mengembangkan iman anak

baptis selama ini, yakni, pertama: Filosofis orang Jawa yang mengatakan

“pekewoh” yang artinya jika orang tidak membutuhkan kehadiran saya atau

meminta bantuan saya maka untuk apa saya datang. Kedua, orang tua anak baptis

kurang mendukung peran wali baptis itu sendiri. Adanya harapan-harapan yang

telah diungkapkan oleh responden baik kepada penulis maupun untuk para wali

baptis secara umum. Salah satu yang menjadi harapan responden kepada penulis,

yakni supaya diadakan pertemuan dengan para wali baptis yang ada di paroki

Kristus Raja Baciro. Dan untuk para wali baptis yakni, pertama: supaya wali

baptis betul-betul menjalankan tugas mereka sebagai wali baptis, karena tugas

mereka adalah sebagai saksi bagi iman anak yang dibaptis. Sehingga dengan rasa

tanggungjawab tersebut, para wali baptis mengetahui perjalanan anak baptis.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
131

Kedua: supaya wali baptis harus sadar akan posisinya. Kalau dulu hanya

formalitas saja, maka sekarang mereka harus belajar. Para wali baptis juga harus

mengikuti perkembangan zaman sama seperti para guru dan juga orang tua.

Dikaitkan dengan kepentingan kehadiran wali baptis, responden

mengatakan bahwa wali baptis adalah sebagai orang tua, sebagai sarana untuk

mengingatkan dan mendampingi anak baptis. Terutama mengajak untuk aktif

dalam kegiatan yang ada di lingkungan, gereja dan masyarakat. Kehadiran wali

baptis adalah untuk menguatkan iman anak baptis supaya teguh dalam imannya.

Mengingat juga bahwa iman anak itu rapuh, apalagi dengan perkembangan zaman

jika anak tidak didampingi maka iman mereka akan mudah beralih.

Untuk menindaklanjutkan apa yang telah penulis uraikan tersebut di atas

dan secara khusus harapan para responden, maka penulis tertarik untuk

mengadakan penyegaran kembali panggilan sebagai pendidik iman bagi para wali

baptis paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta melalui rekoleksi. Dalam rekoleksi

wali baptis kembali diajak untuk menyegarkan semangat pelayanannya dalam

salah satu tugas TrinitasYesus Kristus yakni sebagai pewarta.

B. Alasan Pemilihan Program

Dengan melihat situasi yang ada dimana wali baptis banyak yang belum

menjalankan peran, tugas dan tanggungjawabnya sebagai wali baptis dan

kesadaran wali baptis untuk mengikuti pembekalan ataupun kursus-kursus yang

berkaitan dengan tema pembaptisan masih sangat kurang, penulis merasa tertarik

untuk mengadakan penyegaran rohani dalam bentuk rekoleksi kepada wali baptis
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
132

paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta yang akan dilaksanakan pada tanggal 26

September 2015

Kata “rekoleksi” berasal dari dua kata yaitu “re” yang berarti kembali dan

“koleksi” berarti mengumpulkan. Dengan demikian, rekoleksi berarti sebuah

usaha untuk mengumpulkan kembali. Apa yang dikumpulkan? Banyak hal yang

bisa dikumpulkan. Secara khusus, rekoleksi mau mengajak peserta untuk

mengumpulkan kembali pengalaman-pengalaman akan kasih Allah. Pengalaman-

pengalaman itu dihadirkan kembali, direnungkan, dimaknai dan diolah agar

sungguh-sungguh berguna untuk hidup selanjutnya (Hartana, 2008:12).

Dalam rekoleksi para wali baptis kembali dibekali baik dari segi

pengetahuan, ketrampilan, dan spiritualitas bagaimana supaya peran, tugas, dan

tanggungjawab sebagai wali baptis tidak berhenti pada saat upacara liturgi

pembaptisan. Melalui materi dan pendalam Kitab Suci yang akan direnungkan

secara pribadi dan bersama selama rekoleksi diharapkan para wali baptis untuk ke

selanjutnya lebih serius, bersemangat, dan setia dalam melaksanakannya. Di

samping remaja membutuhkan kehadiran dan pendampingan dari orang-orang

yang jauh lebih berpengalaman dari mereka yang bisa membimbing dan

meneguhkan langkah mereka sebagai generasi penerus Gereja di masa yang akan

datang.

Usulan program ini juga didasarkan pada Tema skripsi dan hasil

wawancara. Para responden memberikan usul dan harapan kepada penulis dan

kepada para wali baptis pada umumnya. Kepada penulis responden

menyampaikan supaya diadakan pertemuan dengan para wali baptis yang ada di
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
133

paroki Kristus Raja Baciro. Dan kepada wali baptis umumnya responden berpesan

supaya di masa yang akan datang para wali baptis tetap setia dalam menjalankan

tugasnya dalam mendampingi dan mengembangkan iman anak. Untuk itu, dalam

rekoleksi akan dipaparkan mengenai sakramen baptis, wali baptis, spiritualitas

seorang wali baptis, dan pola penggembalaan Yesus.

Semoga dengan diadakannya rekoleksi ini wali baptis lebih serius dalam

menjalankan perannya sebagai wali baptis di masa yang akan datang. Wali baptis

semakin bertambah pengetahuan, ketrampilannya dan semakin memiliki ide-ide

untuk ikut ambil bagian dalam mengembangkan iman umat Katolik.

C. Tujuan Program

Regenerasi iman dari wali baptis dan para pendidik iman selama ini masih

sangat kurang. Kehadiran dan pendampingan iman dari para wali baptis dalam

mengembangkan iman anak sangat dibutuhkan pada zaman ini. Wali baptis bukan

hanya semata-mata sebagai tempelan atau hanya sebagai pelengkap upacara

liturgis pembaptisan semata. Wali baptis mempunyai peran dan tanggungjawab

yang sangat penting. Kehadiran mereka adalah sebagai penyeimbang dalam

sebuah keluarga. Kepekaan hati merupakan syarat utama untuk menjadi

pendamping dan pembimbing iman sehingga tidak terjadi sikap “ pekewoh “. Wali

baptis disebut sebagai pelayan dan pendidik iman yang mengarahkan dan menjadi

gembala supaya domba-domba-Nya tidak tersesat.

Dari uraian tersebut di atas, tujuan program ini dimaksudkan supaya di

masa yang akan datang para wali baptis lebih serius, bersemangat, dan setia dalam
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
134

menjalankan tugasnya sebagai pendamping dan pendidik iman. Juga program ini

disusun sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya tumpang tindih akan

materi yang akan disajikan kepada peserta.

D. Usulan Program

Dengan tujuan yang sudah dipaparkan di atas, maka yang menjadi usulan

program rekoleksi adalah:

Tema : Menjadi Wali Baptis yang Mempunyai Hati sebagai

Pelayan dan Tanggap akan Perkembangan Iman Remaja

masa kini

Tujuan : Bersama pendamping pesera semakin menyadari tugas

dan panggilannya sebagai pelayan dan pendidik iman

sehingga peserta terdorong untuk semakin aktif, serius

dalam melaksanakan pendampingan iman bagi remaja

untuk selanjutnya

Sub Tema I : Sakramen Baptis

Tujuan Sub Tema : Agar peserta mengenal dan memahami lebih mendalam

pengertian sakramen baptis

Sub Tema II : Wali Baptis

Tujuan Sub Tema : Agar peserta semakin memahami peran, tugas, dan

tanggungjawab wali baptis

Sub Tema III : Spiritualitas Wali Baptis

Tujuan Sub Tema : Peserta semakin menyadari bahwa dalam pelayanan perlu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
135

memiliki hati sebagai pelayan, semangat siap berbagi, siap

diutus, rela berkorban, dan yang menjadi inti pewartaan

adalah Yesus Kristus sendiri

Sub Tema IV : Belajar dari Pola Kepemimpinan Kegembalaan Yesus

Tujuan Sub Tema : Agar Peserta Mengenal dan Memahami Pola

Kepemimpinan Kegembalaan Yesus


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
136

MATRIKS PROGRAM REKOLEKSI BAGI PARA WALI BAPTIS


KRISTUS RAJA BACIRO YOGYAKARTA

NO TEMA TUJUAN MATERI METODE SARANA SUMBER


PERTEMUAN PERTEMUAN
01 Sakramen Agar peserta  Wali-baptis  Informasi  Laptop  Bagiyowinadi (2009). “Wali-
baptis memahami peran dan  Tanya-jawab  LCD baptis peran dan tangung
makna sakramen tanggungjawab jawabnya”
baptis nya  Martasudjita (20113)
 Sakramen- “Sakramen-sakramen
sakramen Gereja”
Gereja  Iman Katolik (1994)
 Kitab Hukum  Katekese Inisiasi (2012)
Kanonik  KGK
 Iman Katolik  Prasetyo (2008).“Baptis
 Katekese gerbang sakramen lain”
inisiasi
 Katekismus
Gereja Katolik
 Baptis gerbang
sakramen lain
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
137

02 Tugas dan Agar peserta  Panduan  Metode  Laptop  Irwanto (2005) “Panduan
peran wali memahami peran, pelayanan umat  Informasi  LCD pelayanan umat di paroki”
baptis tugas, dan di paroki  penugasan  Mariyanto (2004) “Kamus
tanggungjawab  Kamus liturgi Liturgi sederhana”
sebagai wali sederhana  Ga I (2014) “ Sakramen dan
baptis  Baptis gerbang sakramen tali menurut KHK
sakramen lain  Bagiyowinadi (2009).
 Bina liturgia “Wali-baptis peran dan
 Sakramen dan tangung jawabnya”
sakramen tali  Kitab Hukum Kanonik
menurut KHK (2006)
 wali-baptis
peran dan
tanggungjawab
nya
 KHK
03 Spiritualitas Bersama  1 Ptr 5,1-4  Informasi  Teks lagu  Dianne Bergant, SCA dan
seorang wali pendamping “Sikap kerelaan  Refleksi “jangan Robert J. Karris, OFM,
baptis peserta dalam pribadi lelah” dan 2002” Tafsiran Alkitap
menghayati sikap melayani” dan  Tanya jawab betapa Perjanjian Baru”
seorang pelayan Mrk 12:41-44  Diskusi Baiknya  Kitap Suci Perjanjain Baru
yang mempunyai ”Persembahan kelompok  Gitar Jakarta, 2002, Lembaga
hati dalam seorang janda  Sharing  Laptop Alkitab Indonesia.
melayani, siap miskin” pengalaman  LCD Yogyakarta: Kanisius
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
138

sedia, rela  Mrk 15:20b-  Kertas flap  Madah Bakti


berkorban, dan 32”Yesus dan spidol  Penglaman peserta
tanggap akan disalibkan”
perkembangan, Yesus menjadi
kebahagiaan dan seorang sahabat
keselamatan yang
sesamanya. memberikan
nyawa-Nya
untuk semua
orang yang
dikasihi-Nya
 Yoh 3:22-36
“Dia semakin
besar dan aku
semakin kecil
04 Belajar dari Bersama peserta  Yoh 10:11-13  Mengamati  LCD  Dianne Bergant, CSA dan
pola berusaha “Gembala yang gambar  Laptop Robert J. Karris, OFM, 2002,
kepemimpinan menghayati baik” Yesus yang  Gambar Tafsiran Alkitab Perjanjian
kegembalaan semangat  (Yoh 5:1-9, menggendon Yesus baru
Yesus kepemimpinan Mrk 2:1-12, g domba mengendo  Hadiwiyata, 2008, Tafsiran
Yesus yang Mat 8:14-17)  Tanya jawab ng domba Injil Yohanes. Yogyakarta:
bersikap sebagai “Yesus  Diskusi  Teks lagu Kanisius
seorang gembala, menyembuhkan kelompok “Tuhan  Kitab Suci Perjanjian Baru.
terlibat melayani orang sakit,  Rangkuman/ lah Jakarta, 2002, Lembaga
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
139

dan melakukan (membebaskan informasi Gembala” Alkitab Indonesia


pelayanan dari kesulitan).  Gitar  Soenarto, dkk, 2006 “Yesus
 Mat 6-4 “Hal Pokok Anggur” Yogyakarta:
member Kanisius
sedekah”  Pengalaman peserta
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
140

E. Persiapan Rekoleksi Tim Inisiasi Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta

Tabel Langkah-langkah kegiatan rekoleksi

NO Hari/ Waktu Kegiatan


tanggal
 08.00-08.30 Check in dan Ice Breaking
 08.30-08.44  Pembuka
Sabtu/26  Lagu pembuka
September  Doa pembuka
1  Pengantar
2015
 Kegiatan Inti I
 08.45-10
 Penjelasan mengenai
sakramen baptis
 Ice Breaking (chicken dance)
 10.00-10.30  Snack
 10.30-12.00 Kegiatan inti II
 “Tugas, peran, dan
tangungjawab wali baptis”.
2  11.45-12.00  Menyaksikan Video singkat
“Children see children do”.
 Reflkeksi pribadi/diskusi
dari materi dan dari video
singkat.
 12.00-15.00  Ibadat siang
 Makan siang
 istrahat
3  15.00-16.00 Kegiatan Inti III
“ Spiritualitas seorang wali baptis”.
 Peserta diajak untuk masuk
dalam kelompok (3
orang/kelompok) dan
merenungkan teks Kitab Suci
yang berbicara tentang
pelayanan dan membahasnya
dalam kelompok.
 Peserta memplenokan hasil
pengalaman diskusi dalam
kelompok besar.
 16.00-16.30  Snack

4  16.30-17.00 Kegiatan IV
“Belajar dari pola kepemimpinan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
141

kegembalaan Yesus”.
 Peserta diajak mengamati
gambar Yesus yang
menggendong domba.
 Peserta diajak untuk
mengambil makna dari
gambar tersebut secara
pribadi (refleksi pribadi).
 Peserta memplenokan hasil
 17.00-17.45 refleksi/makna dari gambar
“Yesus mengendong domba”.
 Peneguhan
 17.45-18.00  Penutup:
 Doa penutup
 Lagu penutup “jadilah saksi
Kristus”.
 Bubar

Langkah-langkah:

1. Tema : Menjadi wali baptis yang mempunyai hati sebagai pelayan

dan tanggap akan perkembangan iman remaja masa kini.

2. Tujuan : Peserta semakin menyadari tugas dan panggilannya

sebagai pelayan dan pendidik iman yang mempunyai hati

sehingga dengan demikian semakin terdorong untuk semakin

aktif, serius dan bersemangat dalam melaksanakan

pendampingan iman bagi remaja untuk selanjutnya.

3. Waktu : Sabtu, 26 September 2015 Pkl 08.00-18.00 WIB

4. Peserta : Para wali baptis paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta

5. Proses Pelaksanaan

a. Pembukaan

1) Doa Pembuka:
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
142

Ya Tuhan kami bersyukur kepada-Mu atas kasih-Mu dalam hidup kami

sehingga kami para wali baptis dapat berkumpul di tempat ini dan dapat

memulai rekoleksi ini. Dalam rekoleksi ini kami ingin merenungkan

bagaimana kami sebagai wali baptis yang telah dipercaya oleh Gereja dan

orang tua calon baptisan baru untuk menjadi pendamping iman bagi

perkembangan iman anak-anak mereka, sehingga kamipun boleh belajar untuk

mewujudkankan dalam pelayanan kami untuk selanjutnya. Tuhan Bapa kami

yang Maha kasih, kami menyadari bahwa Engkau memilih kami dalam tugas

sebagai pendidik iman karena Engkau mempercayai kami. Syukur kami

haturkan kepada-Mu, atas kepercayaan itu. Tuhan Bapa yang Maha baik,

semoga lewat rekoleksi ini kami disadarkan dan semakin aktif, serius, dan

bersemangat dalam melaksanakan pelayanan dan pendampingan bagi orang-

orang yang telah Engkau percayakan kepada kami. Demi Yesus Kristus Tuhan

dan pengantara kami. Amin

2) Lagu Pembuka : “Hati sbagai hamba” (Lampiran 3)

3) Pengantar

Bapak/ibu yang terkasih dalam Tuhan, dalam pertemuan ini kita secara

bersama-sama memahami dan merenungkan bagaimana peran, tugas, dan

tanggungjawab kita sebagai wali baptis dalam mengembangkan iman anak

selama ini. Semoga melalui kesempatan mempelajari, memahami hingga

merenungkan, kita sebagai pendamping dan pendidik iman semakin mampu

belajar dan serius dalam melaksanakan tugas kita sehingga setiap pelayanan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
143

yang kita lakukan dijiwai oleh semangat pelayan yang sungguh dijiwai oleh

semangat Yesus Kristus.

b. Kegiatan Inti I:

Materi Pertemuan : Sakramen Baptis

Tujuan Pertemuan : Agar peserta mengenal dan memahami lebih

mendalam pengertian sakramen baptis.

1) Penjelasan mengenai sakramen baptis

a) Baptis merupakan gerbang sakramen lain.

Baptis berasal dari kata Yunani baptizein yang berarti membenamkan,

mencemplungkan, atau menenggelamkan kedalam air, entah seluruh atau

sebagian. Sakramen ini selalu ditempatkan di awal ketujuh sakramen yang ada

karena sakramen baptis dipahami sebagai pintu gerbang sakramen-sakramen

lain. Hal tersebut didasarkan pada KHK kan. 849 yang berbunyi: “Baptis,

gerbang sakramen-sakramen lain, yang perlu untuk keselamatan”. Hal ini

berarti bahwa orang dapat menerima sakramen-sakramen lain yang disediakan

oleh Gereja Katolik kalau orang tersebut sudah menerima sakramen baptis

terlebih dahulu, sebab sakramen ini menjadi syarat mutlak untuk menyambut

sakramen-sakramen lain secara sah. Hal tersebut juga dikatakan dalam KHK

kan. 842 § 1 bahwa: “Orang yang belum dibaptis tidak dapat diizinkan

menerima sakramen-sakramen lain dengan sah”. Hal ini selaras dengan

kehendak Kristus, bahwa sesungguhnya jika seseorang tidak dilahirkan dari

air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Semua orang yang

dibaptis memiliki kehidupan kekal (Yoh 3:5).


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
144

b) Buah rahmat dari sakramen baptis

Bertitik tolak pada KGK 1263-1268, Komisi Kateketik Keuskupan

Agung Semarang dalam buku Katekese Inisiasi (2012: 28) menguraikan buah-

buah rahmat dari sakramen baptis, yakni:

 Seseorang yang dibaptis telah menjadi manusia baru dan tentu saja

mempunyai tujuan hidup yang jelas, yaitu menjadikan hidupnya sebagai

sarana berkat dan keselamatan bagi orang di sekitarnya.

 Seseorang yang dibaptis telah mendapatkan pengampunan dosa asal dan

dosa pribadi, maka seseorang telah mendapatkan anugerah dan rahmat

untuk mengenakan busana kebakaan karena telah ditutupi dari noda-noda

dosa serta dipermandikan karena dibersihkan dari segala dosa.

 Seseorang yang dibaptis telah menjadi anak angkat Allah, anggota Kristus

dan kenisah Roh Kudus. Orang yang dibaptis digabungkan dengan Gereja,

dengan Tubuh Kristus, dan mengambil bagian dalam imamat Kristus.

Seseorang mendapatkan rahmat pengurapan karena ia adalah kudus dan

rajawi, berpartisipasi dalam tugas Kristus.

c) Makna Teologis sakramen baptis

 Baptis Mempersekutukan Orang Beriman dengan Kristus

Baptisan mempersekutukan kita bukan hanya dengan pribadi Yesus

Kristus tetapi juga memasukkan orang ke dalam seluruh peristiwa Yesus

Kristus yang meliputi sengsara, wafat, hingga kebangkitan serta hidup-Nya

yang bagi Allah. Dengan baptisan kita mengenakan Kristus (Gal 3:27), artinya

apa yang terjadi dalam diri Kristus juga terlaksana dalam diri kita.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
145

 Baptis Mempersatukan Orang Beriman dengan Allah Tritunggal

Baptisan mempersatukan orang Kristiani dengan Allah sendiri, karena

melalui pembaptisan orang Kristiani dimasukkan kedalam komunitas Trinitas:

relasi kasih antara Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Dalam diri Allah ada

relasi komunikatif antara Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus. Komunikasi

Trinitas berarti komunikasi kasih antara Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus

sedemikian rupa sehingga ketiga pribadi tetap merupakan satu keilahian

(Allah yang Maha Esa) dan sekaligus masing-masing pribadi tidak pernah

terpisah dan tidak pernah tercampur. Komunikasi kasih yang membangun

komunitas Ilahi dalam Trinitas ini diwahyukan dalam sejarah keselamatan.

Sang Putra menjadi manusia dalam Yesus Kristus, di mana keseluruhan hidup

Yesus tetap bersama dengan Allah Bapa dan yang menyatukan Bapa dengan

Yesus adalah Roh Kudus. Pada saat wafat Putra Allah menyerahkan diri

secara total kepada Allah Bapa dalam Roh dan dalam kebangkitan-Nya Bapa

menerima persembahan dan penyerahan diri Putra-Nya. Melalui baptis orang

beriman menggabungkan diri dalam dinamika kasih Trinitas tersebut. Berkat

Roh Kudus yang dianugerahkan kepada orang beriman, orang Kristiani masuk

ke dalam dinamika hubungan kasih Allah Bapa dan Putra. Dengan baptis,

orang beriman mengalami kesatuan dan kebersamaan dengan Allah Tritunggal

yang merupakan anugerah semata, bukan karena jasa kita.

 Baptis Memasukkan Orang Beriman dalam Gereja

Dengan baptis, seseorang dimasukkan dalam Gereja sebagai warga

baru. Proses inisiasi merupakan suatu saat di mana orang harus tetap
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
146

bertumbuh dan berkembang dalam iman Gereja. Baptis meliputi dua macam

gerak yang merupakan satu realitas komunikasi dan perjumpaan. Pertama:

melalui baptis, seseorang masuk dalam Gereja, diterima dan diakui sebagai

warga baru dengan segala hak dan kewajibannya. Kedua, dalam baptis Gereja

menjadi hidup dan tumbuh dalam orang Kristiani. Artinya dalam diri orang

Kristiani terjadi internalisasi seluruh hidup Gereja: iman, tradisi, dan

ungkapannya.

 Baptis sebagai Ikatan Kesatuan Ekumenis

Dari ketujuh sakramen dalam Gereja Katolik, baptis merupakan

salah satu sakramen yang diterima dan diakui oleh Gereja. Gereja yang satu

sudah semakin dapat mengakui validitas praktek baptisan dari Gereja lain.

Meskipun pengakuan itu tidak selalu terjadi, mengingat masing-masing

Gereja terkadang memiliki ritus yang berbeda.

d) Simbol liturgi sakramen baptis dan nama sakramen baptis

1) Simbol Liturgi sakramen baptis

 Air

Air melambangkan pembersihan, kesucian dan kelahiran kembali dalam

Roh Kudus. Dengan demikian baptisan hanya dapat diterimakan secara sah

dengan pencurahan air dan dengan rumusan kata-kata yang diwajibkan, yaitu:

“Aku membaptis engkau dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus”. Air yang

harus dipergunakan dalam menerimakan baptis, diluar keadaan terpaksa,

haruslah air yang diberkati menurut ketentuan-ketentuan buku liturgi ( KHK

kan. 853). Air yang digunakan dalam keadaan terpaksa adalah air baptis yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
147

sudah diberkati atau sekurang-kurangnya diberkati sewaktu upacara baptisan.

Baptisan dilaksanakan dengan memasukkan ke dalam air atau dengan dituangi

air.

 Lilin yang Bernyala

lilin yang bernyala yang diterima oleh baptis baru dalam upacara

sakramen baptis merupakan lambang bahwa seseorang yang dibaptis diterangi

oleh Kristus dan harus senantiasa berusaha hidup dalam terang Kristus.

 Minyak Krisma

Minyak wangi yang telah diberkati Uskup, berarti bahwa Roh Kudus

diserahkan kepada yang baru dibaptis. Ia menjadi seorang Kristen, artinya

seorang yang diurapi oleh Roh Kudus, digabungkan sebagai anggota dalam

Kristus, yang telah diiurapi menjadi imam, nabi, dan raja.

 Kain Putih, berarti bahwa orang yang telah dibaptis mengenakan Kristus

(sebagai busana).

2) Nama Baptis

Pemberian nama baptis yang dipilih diambil dari deretan nama-nama orang

kudus yang ada dalam Gereja Katolik, mempunyai makna pertama, agar

keutamaan, kesucian,dan keteladanan orang kudus itu terpancar pada orang yang

menyandang nama orang kudus itu. Ke dua, agar orang kudus itu membantu calon

baptis melalui doa dan relasi secara khusus dengan calon baptis sehingga calon

baptis dapat hidup pantas di hadapan Allah. Ke tiga, nama baptis juga merupakan

simbol anugerah hidup baru yang diterima.

e) Pelayan dan Petugas Sakramen Baptis


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
148

1) Pelayan Sakramen Baptis

Sakramen baptis dapat diterimakan baik dalam keadaan normal maupun

darurat, dengan tetap mengindahkan aspek keabsahan sakramen baptis itu sendiri,

yaitu mencurahkan air tiga kali di dahi, sambil mengucapkan”(Nama calon

baptis), Aku membaptis engkau dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus”.

Dalam keadaan normal, sakramen baptis dapat diterimakan uskup, imam, dan

diakon tertahbis: “Pelayan baptis adalah uskup, iman, dan diakon” (KHK kan.861

§ 1). Sedangkan dalam keadaan darurat, sakramen baptis dapat diterimakan

semua orang Katolik yang sudah dibaptis seperti yang dikatakan dalam KHK kan.

861 § 2: “Bilamana pelayan tidak ada atau berhalangan, baptisan dapat

dilaksanakan secara licit oleh katekis ataupun oleh orang lain yang oleh Ordinaris

wilayah yang ditugaskan untuk fungsi itu, bahkan dalam darurat oleh siapapun

yang mempunyai maksud yang semestinya;…”atau dengan ungkapan “Setiap

orang beriman dapat memberikan sakramen baptis kepada orang yang berada

dalam bahaya maut atau dalam sakrat maut, kalau tidak ada imam ataupun

diakon” (Bagiyowinadi, 2009:24-24).

2) Petugas Sakramen Baptis

 Orang Tua

Dalam peristiwa pembaptisan bayi, kehadiran orang tua sangat penting dan

menentukan dibandingkan dengan wali baptis, karena merekalah yang akan

membesarkan dan mendidik anak-anaknya, khususnya dalam pembinaan iman

anak-anaknya termasuk mempersiapkan mereka untuk menerimakan sakramen-

sakramen lain seperti komuni pertama, Ekaristi, dan sakramen penguatan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
149

(Prasetya, 2008:25-26). Mengingat pentingnya peranan orang tua baik pada saat

pembaptisan maupun sesudah pembaptisan, kehadiran orang tua dalam

penerimaan sakramen baptis sangat diharapkan;

“Sangatlah diharapkan supaya orangtua menghadiri upacara pembaptisan


anaknya dan menyaksikan kelahirannya kembali dari air dan Roh Kudus”,
termasuk untuk memberikan persetujuan atas pembaptisan ini: “Orang
tuanya, sekurang-kurangnya satu dari mereka atau secara legitim
menggantikan orangtuanya, menyetujuinya” (KHK kan. 868 §1, 10).

 Wali Baptis

Kepada para ketekumen dan wali baptis disampaikan pertanyaan: “Apa

yang kamu minta dalam Gereja Allah?” dan ia menjawab; “Iman” (KGK 1253).

Berdasarkan pernyataan tersebut, wali baptis tidak hanya bertugas pada saat

penerimaan sakramen baptis, tetapi mendampingi terus-menerus sampai akhirnya

bayi atau anak baptis dapat hidup secara Kristiani dan setia melaksanakan

kewajiban-kewajibannya sesuai dengan baptisan yang telah diterimaknya (KHK.

Kan 872).

 Penjamin (fakultatif)

Penjamin dalam sakramen baptis adalah seorang beriman Katolik baik

laki-laki ataupun perempuan yang berani memberikan jaminan bahwa bayi ini

pantas diterima dalam Gereja Katolik dan akan dididik dalam iman Katolik. Oleh

karena itu, keberadaan penjamin hanya berkaitan dengan kasus-kasus khusus agar

bayi tersebut dapat dibapits; misalnya, keberadaan bayi yang tidak diketahui

siapa orang tuanya atau keberadaan bayi yang berasal dari perkawinan yang tidak

sah atau keberadaan bayi disebabkan karena kehamilan di luar nikah atau pada

saat pembaptisan, orang tuanya tidak dapat hadir karena alasan berat.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
150

Dalam situasi biasa, keberadaan penjamin tidak diperlukan karena oleh

orang tua sendiri, bayi tersebut akan dibesarkan dan dididik imannya secara

Katolik dan itu sesuai dengan maksud baptisan yang telah diterimanya.

Berdasarkan kasus-kasus seperti itu, kehadiran penjamin sangat penting dan

diperlukan dalam peristiwa pembaptisan.

 Umat

Pentingnya kehadiran umat dalam peristiwa pembaptisan selain

menunjukkan aspek perhatian dan cintanya kepada mereka yang hendak

menerima sakramen baptis dan meneguhkan pengakuan iman yang dilakukan oleh

orangtua dan wali baptis, juga sebagai perwujudan pengakuan iman Gereja. Umat

Allah ikut serta secara aktif untuk menampakkan penerimaan para baptisan baru

ke dalam Gereja. Dengan demikian, iman yang menjadi dasar pembaptisan bukan

hanya milik keluarganya saja, melainkan milik seluruh Gereja.

c. Kegiatan Inti II:

Sub Tema II : Wali Baptis.

Tujuan Pertemuan : Agar peserta semakin memahami peran, tugas, dan

tanggungjawab wali baptis.

1) Penjelasan tentang wali baptis

a) Sejarah wali baptis

Sejarah wali baptis bermula dari adanya penjamin dalam tradisi

pembaptisan Gereja Purba. Sebelum menjadi wali baptis para penjamin saat

upacara pelantikkan katekumen disebut sebagai penobat. Sebagai penobat,

penjamin bertindak sebagai saksi para calon baptis. Setelah upacara pelantikkan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
151

para penjamin dapat menjadi wali baptis. Mereka dapat bertindak sebagai wali

baptis terutama karena mereka telah menjadi saksi untuk Gereja dan untuk Kristus

di hadapan manusia. Nama wali baptis dalam masa awal Gereja disebut dengan

penjamin/sponsor. Peran wali baptis sebagai penjamin/sponsor dilakukan oleh St.

Barnabas terhadap St. Paulus yang baru bertobat (Kis 9:27). Peran wali baptis

sebagai penjamin/sponsor seperti St. Barnabas sudah berkembang pada awal

sejarah Gereja, terlebih ketika Gereja mengalami masa penganiayaan dari

kekaisaran Romawi sampai munculnya Edict Milan (313 M).

b) Wali baptis

wali baptis adalah orang beriman Katolik yang dipilih oleh katekumen

untuk menjadi pendampingnya dalam tahap-tahap terakhir inisiasi Kristen.

Sesudah katekumen dibaptis, ia tetap harus memperhatikan perkembangan hidup

baptisan baru tersebut. Wali baptis berkewajiban menolong anak baptis sebaik

mungkin dengan kata dan teladan dalam perkembangan hidup rohani. Kewajiban

seorang wali baptis sangat penting terlebih-lebih jika orang tua anak baptis tidak

mau mengemban tanggung jawabnya dan dengan demikian wali baptis dapat

menjad orang tua kedua bagi anak baptis tersebut. Wali baptis wajib berusaha

supaya orang anak baptis yang mendapat pendampingan darinya menerima

pembinaan dan pendidikan Katolik dan tetap setia pada janji baptis.

c) Syarat-syarat menjadi Wali Baptis

Kitab Hukum kanonik 874 menuliskan syarat-syarat untuk menjadi

seorang wali baptis yakni:


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
152

 Ditunjuk oleh wali baptis atau orang tuanya atau oleh orang yang mewakili

mereka, atau bila mereka itu tidak ada, oleh pastor paroki atau pelayan baptis,

serta memiliki kecakapan dan maksud untuk melaksanakan tugas itu;

 Telah berumur genap enambelas tahun, kecuali jika umur lain ditentukan oleh

Uskup diosesan, atau pastor paroki ataupun pelayan baptis menilai bahwa

kekecualian atas alasan wajar dapat diterima;

 Seorang Katolik yang telah menerima penguatan dan sakramen Ekaristi Maha

Kudus, lagi pula hidup sesuai dengan iman dan tugas yang diterimanya;

 Tidak dijatuhi atau dinyatakan ternoda oleh suatu hukuman kanonik;

 Bukan ayah atau ibu dari calon baptis; seseorang yang telah dibaptis dalam

suatu jemaat gerejawi bukan Katolik hanya dapat diizinkan tampil hanya

bersama dengan seorang wali baptis Katolik, dan itu sebagai saksi baptis.

d) Peran dan Tugas Wali Baptis

5) Mengajar atau mendidik dengan memperlihatkan kepada calon baptis dewasa,

atau membantu orang tua calon baptis bayi, bagaimana mempraktekkan

ajaran Allah dan Injil Suci dalam hidup pribadi dan sosial. Di samping itu,

ibu/bapa wali baptis bertugas juga serentak sebagai pembawa dan pemberi

kesaksian Kristiani dan menjadi pelindung atas pertumbuhan hidup beriman

calon baptis sebagai buah dari sakramen baptis.

6) Membantu calon baptis dewasa atau orang tua calon baptis bayi yang

sekurang-kurangnya dilakukan pada tahap akhir persiapan pembaptisan (masa

pemurnian).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
153

7) Menyertai calon baptis dewasa dalam mengajukan diri menjadi calon wali

baptis dan serantak berdiri sebagai seorang saksi atas hidup dan perilaku

iman, moral, dan maksud baik calon baptis.

8) Mewakili Gereja dalam meneriman calon baptis menjadi anggota baru

Keluarga Kerajaan Allah secara spiritualitas dan memainkan peran nyata

Gereja kepada calon baptis sebagai seorang bunda. Ibu/bapa wali baptis

menjadi anggota baru dari keluarga spiritual baptisan baru.

Partisipasi wali baptis dalam pembaptisan bayi dan kanak-kanak adalah:

a. Mengikuti pembekalan bersama dengan orang tua anak baptis

b. Pada saat upacara pembaptisan:

8) Secara puplik wali baptis menyatakan kesanggupannya untuk membantu

orang tua menjalankan tugasnya,

9) Wali baptis ikut membubuhkan tanda salib pada dahi calon baptis setelah

orang tua,

10) Bersama orang tua memperbaharui janji baptis dengan menolak setan dan

mengakui iman,

11) Ikut memegang anak baptis setelah penuangan air baptis,

12) Menyeka kepala anak baptis dengan handuk sesudah penuangan air baptis,

13) Membantu memasangkan busana putih pada anak baptis,

14) Membantu menyalakan lilin baptis pada lilin Paskah.

Partisipasi wali baptis dalam pembaptisan dewasa adalah:

Pada saat upacara pembaptisan dewasa, setelah calon baptis mengucapkan janji

baptis, wali baptis mempunyai peran (Bagiyowinadi: 2009: 71-72), yakni:


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
154

5) Pada penuangan air baptis pada kepala calon baptis, salah satu atau kedua

wali baptis mendampinginya dengan tangan kanan memegang bahu anak

baptis.

6) Wali baptis membantu memasangkan busana putih pada anak baptisnya.

7) Wali baptis menyalakan lilin baptis dari api lilin paskah dan memberikan

kepada anak baptisnya.

8) Bila upacara pembaptisan ini dilanjutkan dengan penerimaan sakramen

Krisma, salah satu atau kedua wali baptis mendampingi anak baptis dengan

tangan kanan memegang pundaknya dan menyebutkan nama krismanya

kepada pelayan baptis-krisma.

9) Pasca pembaptisan (Mistagogi dan Krisma), wali baptis diharapkan ikut

mendampingi anak baptisnya selama masa mistagogi, khususnya dalam

rangkaian misa mistagogi.

d. Kegiatan Inti III

Tema : Spiritualitas wali baptis

Sub Tema : Peserta semakin menyadari bahwa dalam pelayanan perlu

memiliki hati sebagai pelayan, semangat siap berbagi, siap

diutus, rela berkorban, dan yang menjadi inti pewartaan adalah

Yesus Kristus.

1) Pengertian Spiritualitas

Spiritualitas adalah Roh Allah yang memotivasi dan menyemangati,

menjiwai, memberi kekuatan, membimbing serta meneguhkan agar tidak mudah

putus asa dalam melaksanakan tugasnya. Para wali baptis mampu setia dalam
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
155

melaksanakan tugasnya sebagai pendamping dan pendidik iman bagi tunas-tunas

muda Gereja.

Seorang pendamping dan pendidik iman perlu mengetahui dan

menghidupi apa yang seharusnya menjadi spiritualitas pelayanan. Spiritualiatas

pelayanan merupakan semangat yang menjiwai untuk selalu memotivasi dan

menyemangati, menjiwai, memberi kekuatan, memberi serta meneguhkan agar

tidak mudah putus asa dalam melaksanakan tugasnya dengan setia dan penuh

kerelaan. Dapat dikatakan bahwa spiritualitas seorang wali baptis merupakan

spiritualitas Injil yang dihayati yakni ”Bukan aku sendiri yang hidup dalalm

diriku, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku” (Gal 3:27).

2) Kegiatan

Peserta diberi waktu masuk dalam kelompok. Kemudian peserta diberi

tugas untuk merenungkan bersama dalam kelompok kecil teks Kitab Suci yang

berbicara tentang sikap seorang pelayan. Pemandu memberikan kebebasan kepada

kelompok untuk memilih teks Kitab Suci yang menjadi bahan permenungan,

yaitu:

 1 Petrus 5,1-4 “Sikap kerelaan dalam melayani”.

 Markus 12:41-44 “Persembahan seorang janda”.

 Markus 15:20b-32 “Yesus yang disalib”.

 Yohanes 3:22-36 “ Dia semakin besar dan aku semakin kecil”.

(Untuk saling memperkaya satu sama lain, setelah peserta membahas teks

Kitab Suci dalam kelompok kecil, kemudian pendamping meminta 2 (dua)

kelompok untuk memplenokan hasil diskusi dalam kelompok besar).


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
156

e. Kegiatan Inti IV:

Sub Tema :Belajar dari pola kepemimpinan kegembalaan Yesus.

Tujuan sub tema :Agar peserta mengenal dan memahami pola

kepemimpinan kegembalaan Yesus.

a) Peserta diajak mengamati gambar Yesus yang mengendong domba.

b) Membaca teks Kitab Suci Yohanes 10:11-13 “Gembala yang baik”.

c) Peserta diajak untuk merefleksikan makna dari gambar dan teks Kitab Suci

tersebut dengan panduan pertanyaan:

 Dengan mengamati gambar tersebut, bagaimana sikap Yesus dalam

menggembalakan domba-domba-Nya?

 Sikap-sikap apa saja yang perlu kita perjuangkan untuk menjadi pelayan

yang tanggap akan perkembangan iman remaja masa kini.

d) Niat-niat apa saja yang hendak kita lakukan untuk meningkatkan peran,

tugas, dan tangungjawab kita sebagai pendamping dan pendidik iman anak

remaja pada masa kini.

e) Kemudian pendamping membagikan kertas dan pulpen kepada peserta untuk

menuliskan aksi konkrit. Peserta dibagi dalam kelompok masing-masing

kelompok berjumlah 3 orang. Dalam kelompok peserta menggabungkan

sikap dan niat yang telah dibuat dan menyimpulkannya menjadi komitmen.

f) Pengendapan dari seluruh kegiatan rekoleksi.

f. Penutup:

1) Doa penutup : spontan

2) Lagu penutup “jadilah saksi Kristus” (lampiran 7) – Bubar.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
157

BAB V

Penutup

A. Kesimpulan

Peran, tugas, dan tanggungjawab wali baptis bekerja sama dengan orang

tua adalah merupakan jabatan gerejani yang sebenarnya officium (KGK 1255).

Tanggungjawab mereka adalah mengajar dan mendidik calon baptis dan

membantu orang tua bagaimana mempraktekkan ajaran Allah dan Injil Suci dalam

hidup pribadi dan sosial. Di samping itu, ibu/bapak wali baptis bertugas sebagai

pembawa dan pemberi kesaksian Kristiani dan menjadi pelindung atas

pertumbuhan hidup beriman calon baptis sebagai buah dari sakramen baptis.

Untuk itu, kehadiran wali baptis sebagai pendampingan dan pendidikan iman

bagi perkembangan iman anak usia remaja pada zaman ini sangat dibutuhkan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada awal bulan Mei 2015

sampai awal Juni 2015 yang lalu dinyatakan bahwa sebagian besar wali baptis

masih belum melaksanakan peran, tugas, dan tanggungjawabnya dalam

mengembangkan iman anak baptis usia remaja di paroki Kristus Raja Baciro

Yogyakarta. Kehadiran wali baptis selama ini di paroki Kristus Raja Baciro masih

sebatas formalitas saja atau tempelan pada saat litugi pembaptisan. Janji yang

telah mereka ucapkan di hadapan Tuhan dan umat pada saat upacara pembaptisan

berhenti pada saat upacara pembaptisan juga. Kesadaran, penghayatan

pembathinan akan peran, tugas, dan tanggungjawab sebagai seorang wali baptis

selama ini masih belum merupakan suatu kesadaran penuh. Namun meskipun

demikian tidak dapat dipungkiri bahwa ada satu atau dua orang wali baptis di
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
158

paroki Kristus Raja Baciro yang telah melaksanakan peran, tugas, dan

tanggugjawabnya sebagai wali baptis, yakni menjadi pendamping dan pendidik

iman bagi anak baptis.

Berdasarkan penelitian dari wawancara para responden memberikan usul

dan harapan kepada penulis dan kepada para wali baptis umumnya. Kepada penulis

responden menyampaikan supaya diadakan pertemuan dengan wali baptis yang ada

di paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta. Dan kepada wali baptis pada umumnya

responden menyampaikan supaya di masa yang akan datang wali baptis sungguh-

sungguh menjalankan tugasnya sebagai wali baptis karena tugas seorang wali baptis

adalah sebagai saksi bagi iman anak baptis dan tugas tesebut berlangsung seumur

hidup sampai anak dewasa dalam imannya akan Kristus.

Bentuk penyegaran kembali panggilan sebagai pendamping dan pendidik

iman yang diperkenalkan kepada para wali baptis atau yang mau ditawarkan dalam

skripsi ini adalah rekoleksi bagi wali baptis. Berpedoman pada spiritualitas Yesus

Kristus dalam tugas pelayanan dan kegembalaan-Nya. Seorang pelayan yang

mempunyai hati adalah seorang pribadi yang rela berkorban, siap berbagi, dan siap

diutus.

Agar sampai pada sasarannya, bentuk penyegaran rohani yang digunakan

adalah rekoleksi. Dengan rekoleksi mau mengajak para wali baptis untuk

mengumpulkan kembali pengalaman-pengalaman akan kasih Allah selama ini

dalam tugas pangilan sebagai wali baptis. Pengalaman-pengalaman itu dihadirkan

kembali, direnungkan, dimaknai dan diolah agar sungguh-sungguh berguna bagi

hidup untuk selanjutnya. Dengan demikian para wali baptis semakin serius,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
159

bersemangat, kreatif, dan setia dalam melaksanakan peran, tugas, dan

tanggungjawab sebagai wali baptis untuk selanjutnya.

A. Saran

Demi peningkatan mutu tugas pelayanan pastoral di paroki Kristus Raja

Baciro Yogyakarta dan berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh penulis dari

lapangan, maka untuk itu diharapkan kepada:

1. Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta

 Sangat baik bila pembinaan berupa pembekalan, katekese iman bagi para

wali baptis dan umat lebih ditingkatkan.

 Perlu melengkapi buku pegangan berupa buku pedoman tentang wali baptis-

peran dan tanggungjawabnya dan diberikan kepada para wali baptis ataupun

tim bidang pewartaan paroki.

 Kiranya berkenan menerima tawaran program rekoleksi bagi wali baptis

yang telah disusun oleh penulis.

2. Para wali baptis sebagai pendidik iman

Supaya lebih serius, bersemangat dalam meningkatkan peran, tugas, dan

tanggungjawab sebagai pendidik iman bagi tunas-tunas muda Gereja di masa

yang akan datang.

3. Orang Tua

 Supaya membina kerjasama yang baik dengan para wali baptis agar

pendidikan dan pengembangan iman anak dapat berjalan dengan baik.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
160

 Supaya pendampingan dan pendidikan iman bagi anak dapat

berkesinambungan, maka diharapkan supaya orang tua memperkenalkan

kepada anak siapa wali baptisnya dan juga sebaliknya. Sehingga dalam

pendampingan baik wali baptis, anak baptis dan orang tua sudah saling

mengenal satu dengan yang lain. Dalam momen-momen tertentu dalam

keluarga misalnya: ulang tahun anak, ulang tahun baptisan anak, kegiatan

rohani, dsb perlu mengundang wali baptis.

 Bertitik tolak dari ARDAS KAS, bahwa keluarga merupakan Gereja Basis.

Untuk itu hendaknya di dalam keluarga dibiasakan budaya dialog dalam

mendidik anak-anak agar proses pengembangan iman kepada anak dapat

tercapai dengan baik, hendaknya orang tua membiasakan membawa anak

ke gereja.

4. Kaum Remaja

Supaya kaum remaja Katolik sedapat mungkin melibatkan diri dalam segala

kegiatan yang ada baik di gereja, lingkungan, dan masyarakat.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
161

DAFTAR PUSTAKA:

Agus Cremers, (1995,Terjemahan), Tahap-Tahap Perkembangan Kepercayaan


Eksistensial menurut James W. Fowler. Yogyakarta: Kanisius.

Bergant, Dianne CSA dan Robert J. Karris, OFM. (2002). Tafsiran Alkitab
Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius.

Benediktus XIV. (2011). Surat Apostolik “Motu Proprio Data-Porta Fidei”


tentang “Pintu Kepada Iman” dalam http// www.katolisitas.org.
Diakses tgl 15 Oktober 2015.

Crapps, Robert. (1994). Perkembangan Kepribadian & Keagamaan. Yogyakarta:


Kanisius.

Cahyo Irwanto Ignasius, Pr. (2005). Panduan Pelayanan Umat di Paroki.


Yogyakarta: Kanisius.

Darminta, J. SJ. (1995). Mistik, Devosi dan Hidup Rohani. Yogyakarta: Kanisius.

_________ (2007). “Spiritualitas Dasar Kristiani”. Diktat mata kuliah


Spiritualitas Kristiani untuk mahasiswa semester VII.Yogyakarta:
IPPAK-USD.

Didik Bagiyowinadi, F.X. Pr. (2009). Wali-Baptis Peran dan Tanggungjawabnya.


Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama.

Dewan Keuskupan Agung Semarang (2004). Formasio Iman Berjenjang.


Yogyakarta: Kanisius.

Dewan Paroki Gereja Kristus Raja Baciro Yogyakarta. (2011). Pedoman


Pelaksanaan Dewan Paroki. Yogyakarta: Paroki Kristus Raja
Baciro.

Feist Gregory, J. (2008). Theories Of Personality. Pustaka Pelajar Yogyakarta.

Ga I, Herman Yosef. (2004). Sakramen dan Sakramentali Menurut Kitab Hukum


Kanonik. Jakarta: Obor.

Gromme, Thomas. (2010). Christian Religionus Education. Jakarta: Gunung


Mulia.

Hurlock, Elisabet(1990). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga, cetakan


kelima.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
162

Hartana. (2008). Sebelas Langkah Menuju Pribadi Unik, Cerdas, Solider, dan
Beriman. Yogyakarta: Kanisius.

Hadiwiyata. (2008). Tafsiran Injil Yohanes. Yogyakarta: Kanisius.

Rukyanto, B. A. (2009). Makna Ziarah. Majalah Hidup No. 20, Thn. Ke-63 Mei
2009. Hal. 11. Jakarta: Obor.

Jacek Hadrys . (2007). 101 Tanya-Jawab Tentang Doa. Dari: Fidei Press.

Martasudjita, E. Pr.(2003). Pengantar Liturgi – Makna, Sejarah dan Teologi


Liturgi. Yogyakarta: Kanisius.

Mariyanto, Ernest. (2004). Kamus Liturgi Sederhana. Yogyakarta: Kanisius.

Mardi Prasetya, SJ. (1992). Psikologi Hidup Rohani. Yogyakarta: Kanisius.

Komisi Liturgi MAWI. (1986). Bina Iman Liturgia 5. Jakarta: Obor.

KGK, (1995). Katekismus Gereja Katolik. Ende: Arnoldus.

KWI, (1996). Buku Iman Katolik. Yogyakarta: Kanisius.

Kitab Hukum Kanonik (2005). (V. Kartosiswo, Lic. Iur. Can. Dkk, penerjemah).

KKGK, (2011). Kompendium Katekismus Gereja Katolik. Yogyakarta: Kanisius.

Komisi Kateketik KAS. (2012). Katekese Inisiasi. Yogyakarta: Kanisius.

KAM. (1992). Puji Syukur. Jakarta: Obor.

Lembaga Alkitab Indonesia. 2002. Kitab Suci Perjanjian Baru. Jakarta: LAI.

Lembaga Biblika Indonesia. 2002. Tafsiran Alkitab Perjanjian Baru. (Editor:


Bergant, CSA dan Karris, OFM).

Prasetya, L. (2008). Baptis: Gerbang Sakramen Baptis. Yogyakarta: Kanisius.


__________ (2011). Pelayanan Sakramen Baptis. Yogyakarta: Kanisius.

Sunyoto Danang. (2009). Analisis Regresi dan Uji Hipotesi. Yogyakarta: Media
Pressindo.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Lampiran 2
Hasil Wawancara

Wawancara dengan semua responden dalam penelitian ini berlangsung


dengan lancar. Para responden yang diwawancarai dapat menanggapi pertanyaan
yang diajukan oleh pewawancara (penulis) dengan baik bahkan mereka dapat
bercerita dengan terbuka tanpa ada rasa sungkan. Jumlah wali baptis yang
diwawancarai sebanyak 10 (sepuluh) orang, anak baptis usai remaja sebanyak 7
(tujuh) orang dan responden lain sebanyak 3 (tiga) orang. Responden lain dalam
hal ini yakni; romo paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta, ketua tim bidang
pewartaan, dan prodiakon. Para respnden sebagian ada yang sudah kenal
sebelumnya dengan penulis dan ada juga yang baru kenal pada saat penelitian.
Dari wawancara tersebut data yang diperoleh sesuai dengan beberapa point
pertanyaan yang telah disediakan oleh penulis. Berikut ini adalah hasil wawancara
dengan responden.
Responden 1 (R1):
a. Identitas Responden :
 Nama : Ibu Debby
 Usia : 45 tahun
 Waktu pelaksanaan wawancara : Minggu, 03 Mei 2015

b. Hasil wawancara:
Penulis : Menurut ibu siapa itu wali baptis?
Responden : Mereka yang telah dipilih dan dipercaya oleh orang tua anak
untuk mendampingi anak baptis pada saat upacara pembaptisan
dan sudah berjanji pada saat upacara pembaptisan akan menjadi
pendamping iman bagi anak baptisnya.
Penulis : Menurut ibu apa yang merupakan tugas, peran, dan
tanggungjawab wali baptis pada saat pembaptisan, dan sesudah
pembaptisan?
Responden : Pada saat pembaptisan, mereka yang menggendong anak baptis
dan membantu memegang saat anak dituangi air, membantu romo.
Sesudah pembaptisan menjadi tempat cuhat/sharing, mendoakan
mereka, memberi nasehat sejauh itu diterima.
Penulis : Bagaimana peran, tugas dan tanggungjawab sebagai wali
baptis ibu jalankan selama ini?
Responden : Anak baptis telah menggangap saya sebagai orang tua. Segala
kesulitan yang dialami oleh anak baptis disharingkan kepada saya.
Dengan demikian, komunikasi tetap berjalan. Hubungan
kekeluargaan di anrara kami semakin akrab dan bahkan say
dianggap sebagai keluarga sendiri.
Penulis : Menurut ibu mengapa penting kehadiran wali baptis terhadap
pendampingan iman anak remaja pada zaman masa kini?
Responden : Menjadi pendamping iman bagi anak baptis sampai dewasa dalam
imannya.

(2)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Penulis : Sesuai dengan pengalaman ibu, apa yang merupakan faktor


pendukung dan penghambat dalam melaksanakan peran, tugas dan
tanggungjawab ibu sebagai wali baptis selama ini?
Responden : Adanya dukungan dari anggaota keluarga, adanya niat yang tulus
dalam menjalankan tugas sebagai wali baptis. Dan faktor
penghambat tidak ada.
Penulis : Menurut ibu, pendampingan iman khas macam apa yang harus
diberikan kepada para remaja pada zaman ini, mengingat mereka
adalah generasi penerus Gereja?
Responden : Pendampingan iman itu dimulai dari keluarga sendiri.
Penulis : Apakah ibu mempunyai pesan atau harapan kepada wali baptis,
anak remaja Katolik, kepada penulis?
Responden : Saya berpesan kepada wali baptis supaya menjadi teladan/contoh.
Supaya penulis mengadakan pertemuan kepada PASUTRI muda,
wali baptis, dan tim bidang pewartaan yang ada di paroki Kristus
Raja Baciro. Dalam pertemuan tersebut, penulis memberikan
pemahaman agar PASUTRI muda lebih selektif dalam memilih
siapa yang akan menjadi emban baptis bagi anak mereka. Ini demi
pendapingan iman bagi anak untuk selanjutnya.
Penulis : Terima kasih ibu atas informasi dan waktunya.

Responden II (R2)
a. Identitas responden :
 Nama : Ibu Theresia Sumartini.
 Usia : : 58 Tahun
 Waktu pelaksanaan wawancara : 15 Mei 2015

b. Hasil wawancara:
Penulis : Menurut ibu siapa itu wali baptis?
Responden : Untuk menjawab siapa itu wali baptis, dapat dilihat dari tugas,
peran, dan tanggungjawab seorang wali baptis
Penulis : Kalau begitu, menurut ibu apa yang merupakan tugas, peran, dan
tanggungjawab wali baptis?
Responden :
 Seorang wali baptis mempunyai kewajiban untuk menguatkan iman anak
tersebut. Kewajiban ini berkesinambungan sampai mereka dewasa, jangan
sampai meleset dari iman mereka.
 Seorang wali baptis juga mendidik, dan menyarankan agar anak bersekolah di
sekolah Katolik agar pendidikan iman anak tersebut berkesinambungan.
 Seorang wali baptis mengingatkan anak baptisnya apakah sudah ke Gereja
atau belum, sudah komuni atau belum, diberi motivasi agar ikut terlibat dalam
kegiatan-kegiatan yang bersifat rohani misalnya: ikut koor.
 Saya tidak hanya mengingatkan anak baptis, tetapi saya juga mengingatkan
orang tua anak baptis karena yang lebih berperan dalam perkembangan iman
anak adalah orang tua.
 Jadi, yang menjadi tugas wali baptis sebelum pembaptisan adalah;

(3)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ikut pembekalan. Pembekalan ini penting diikuti oleh para wali baptis karena:
pada saat pembekalan disitu akan dijelaskan apa yang menjadi
tanggungjawab seorang wali baptis terhadap anak baptis, dan apa yang akan
dilakukan oleh oleh wali baptis pada saat proses pembaptisan terjadi. Pada
saat pembaptisan yakni: mendampingi, melayani romo, melap, membawakan
lilinnya. Dan tugas selanjutnya adalah: mendampingi anak baptis.
Penulis : Menurut ibu apakah penting kehadiran wali baptis terhadap
pendampingan iman anak remaja pada zaman masa kini?
Responden : Penting, mengingat pada zaman sekarang banyak pergaulan
bebas. Maka dalam situasi tersebut, wali baptis sebagai orang tua
harus mendampingi remaja dengan segala kegiatannya atau
organisasi. Tetapi sekali lagi saya menekankan bahwa orang tualah
yang lebih berperan. Anak tidak perlu dibiarkan begitu saja, jika
perlu mengantar dan mendampingi mereka di mana tempat
kegiatan anak berlangsung. Anak tidak hanya disuruh begitu saja.
Penulis : Sesuai dengan pengalaman ibu, apa yang merupakan faktor
pendukung dan penghambat dalam melaksanakan peran, tugas dan
tanggungjawab selama ini?
Responden : Yang merupakan faktor pendukung adalah saya menjalankan
tugas itu dengan tulus hati, tidak merasa itu seperti beban, keluarga
juga sangat memberi dukungan kepada saya. Selama ini saya tidak
menemukan faktor pengambat dalam pelaksanaan peran sebagai
wali baptis.
Penulis : Menurut ibu, pendampingan yang khas macam apa yang
diberikan bagi pendampingan iman remaja pada zaman ini?
Responden : Pendampingan iman itu dimulai dari dasar (keluarga),wali baptis
mengingatkan orang tua. Iman seorang anak itu akan menjadi
teguh jika pendidikan dasarnya kuat. Pendidikan dasar itu sangat
penting dan pendidikan dasar ini diterima/diperoleh oleh anak-
anak di dalam keluarga mereka sendiri. Anak disekolahkan di
sekolah-sekolah Katolik, supaya pendidikan itu berkesinambungan
Penulis : Apakah ibu bangga karena terpilih menjadi wali baptis?
Responden : Ya..bangga karena, saya dipilih dan dipercaya oleh orang tua anak
yang dibaptis untuk mendampingi iman anak ini selanjtunya. Tidak
semua orang dipilih menjadi wali baptis. Seorang wali baptis
mempunyai kewajiban untuk mendampingi iman anak.
Penulis : Apakah ibu mempunyai pesan atau harapan kepada wali baptis,
anak baptis, dan penulis:
Responden :
a. Harapan kepada wali baptis:
 Supaya para wali baptis menjadi teladan/contoh.
 Para wali baptis tidak hanya berperan pada saat pesta pembaptisan saja.
 Supaya wali baptis betul-betul menjalanan tugas mereka sebagai wali
baptis, karena tugas mereka adalah sebagai saksi bagi iman anak yang
dibaptis. Sehingga dengan rasa tanggung jawab tersebut, para wali baptis
tahu perjalanan anak tersebut.

(4)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

b. Harapan kepada para remaja:


 Hendaknya para remaja menjadi anak yang kuat, teguh imannya.
 Jadilah anak yang berbakti kepada Gereja, keluarga.
 Jadilah anak yang mempunyai dasar yang kuat dalam iman.

Responden III (R3)


a. Identitas Responden:
Nama : pak Anung
Usia : 38 Tahun
Waktu wawancara : 18 Mei 2015
b. Hasil wawancara:
Penulis : Menurut bapak siapa itu wali baptis?
Responden : Untuk menjawab siapa itu wali baptis, dapat dilihat dari
tugas, peran, dan tanggungjawab seorang wali baptis.
Penulis : Menurut bapak apa yang merupakan peran, tugas, dan
tanggungjawab seorang wali baptis?
Responden : Ia bertanggung jawab untuk perkembangan iman anak yang
dibaptis untuk selanjutnya. Selama ini, hal ini kurang diperhatikan,
terutama dari orang tua anak itu sendiri. Yang terjadi selama ini,
kadang orang tua tidak memperkenalkan wali baptis itu kepada
anaknya/orang tua tidak berusaha untuk mendekatkan anak baptis
itu. Kepedulian orang tua kurang. Dan ini juga yang merupakan
keprihatinan di mana wali baptis menjadi formalitas saja. Seorang
wali baptis berhak membimbing iman anak itu sampai dewasa.
Kadang sampai menikah. Maka yang menjadi peran wali baptis
sebelum pembaptisan, pada saat pembaptisan, dan sesudah
pembaptisan adalah: Sebelum: karena hubungan saya dengan anak
baptis masih sebagai keluarga, maka sebelum pembaptisan
pendampingan kepada si anak baptis sudah ada. Saya juga
mengikuti pembekalan (seminggu sebelum pembaptisan). Bagi
saya mengikuti pembekalan ini penting karena, pada saat
pembekalanlah diberitahukan apa yang menjadi tugas dan
tanggungjawab seorang wali baptis. Pada saat pembaptisan: saya
mendampingi anak baptis bersama dengan orang tua. Berdiri di
sebelah kiri anak baptis. Dan sesudah pembaptisan, saya
mendampingi iman anak.
Penulis : Bagaimana peran sebagai wali baptis bapak jalankan selama ini?
Responden : Intensitas pertemuan keluarga minimal sekali dalam sebulan
istilahnya “Trah” (biar nanti tidak kepaten obor) saya pergunakan
untuk menyapa anak baptis. Pada kesempatan ini juga, orang tua
mengingatkan atau mengeluh kepada saya “iniloh pak
de…anakmu..begini-begini…”. dan pada kesempatan tersebut saya
memberikan nasehat kepada anak baptis.
Penulis : Menurut bapak, mengapa penting dilaksanakan pendampingan
iman kepada remaja saat ini?

(5)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Responden : Banyak anak yang tidak mengenal wali baptisnya. Penting karena
iman anak itu rapuh, anak itu tidak punya pegangan, tidak ada
pendampingan. Apalagi dalam situasi keluarga yang sedang
bermasalah itu. Kehadiran seorang wali baptis sangat penting.
Pendampingan itu juga penting demi iman anak itu sendiri.
Penulis : Apakah bapak menemukan faktor pendukung dan penghambat
dalam melaksanakan peran sebagai wali baptis selama ini?
Responden : Ya, saya menemukan.
 Faktor penghambat adalah:
 prefasi seseorang sangat berpengaruh. Kecenderungan orang, jika itu tidak
sesuai di hatinya, maka dia tidak akan berontak dengan mengatakan “kamu
siapa”?. Maka jika seorang wali baptis sering bertemu dengan anak
baptisnya sangat berbeda dengan mereka yang jarang bertemu. Kepedulian
seseorang jika sesuatu hal tidak diinginkan dari orang tersebut, maka akan
berontak.
 Masalah waktu/keterbatasan waktu. Seharusnya saya mau mengadakan
pendampingan, karena sesuatu hal, maka pendampingan tidak terjadi.
Apalagi jika ada hal yang penting untuk ditanggapi tetapi karena
keterbatasan waktu, maka tertunda.
 Faktor pendukung:
 Peran dari orang tua. Jika orang tua memahami, menyadari mengenai
baptisan, khususnya pendampingan terhadap iman anak maka
hubungannya dengan wali baptis, itu semuanya akan berjalan dengan baik-
baik saja. Tetapi jika orang tua tidak memahami, menyadari mengenai
baptisan maka persis hanya sebagai formalitas, itulah merupakan
kesalahan besar.
Penulis : Menurut bapak, apa makna dari simbol-simbol yang dipakai
dalam sakramen pembaptisan?
Responden : Minyak. Lilin, sebagai lambang penerang. Air sebagai sarana dan
kain putih lambang kesucian.
Penulis : Menurut bapak, keteladanan hidup macam apa yang perlu
diberikan oleh wali baptis?
Responden : Wali baptis harus menjadi teladan dalam iman, para wali baptis
hendaknya menjadi teladan bagi hidup menggereja.
Penulis : Menurut bapak pendampingan iman yang khas yang harus
diberikan kepada para remaja pada zaman ini, mengingat mereka
adalah generasi penerus Gereja?
Responden : Ini dilematis, apalagi jika yang menjadi emban baptisnya tidak
dari keluarga. Karena ada orang tua yang tidak memperkenalkan
wali baptis kepada anaknya dan akhirnya anak baptis kurang
menerima dan jika permasalahan ada, maka bisa terjadi bahwa ini
adalah urusan saya. Pendampingan yang khas menurut saya adalah
dibiasakan anak untuk rajin ke gereja.
Penulis : Apakah bapak bangga karena dipilih sebagai wali baptis?
Responden : Kalau bangga tidak, karena itu sebagai kewajiban yang harus saya
lakukan. Jika itu saya artikan sebagai kebanggaan, konotasinya

(6)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

adalah kesombongan. Menjadi seorang wali baptis adalah


merupakan tugas dan tanggung jawab sebagai orang Katolik.
Penulis : Apakah bapak mempunyai pesan atau harapan kepada wali baptis,
anak remaja Katolik?
Responden : Pesan atau harapan saya kepada wali baptis adalah supaya para
wali baptis memahami tugas dan tanggung jawabnya sebagai wali
baptis. Dan kepada para remaja pesan saya adalah: semoga para
remaja tidak meninggalkan Gereja dan teguh dalam imannya.

Responden IV(R4)
a. Identitas :
Nama: pak Tresno
Umur: 58 tahun
Waktu pelaksanaa wawancara : 18 Mei 2015

b. Hasil wawancara:
Penulis : Menurut bapak siapa itu wali baptis?
Responden : Wali baptis adalah sama dengan saksi dalam pernikahan
Penulis : Menurut bapak apa yang merupakan tugas, peran, dan
tanggungjawab wali baptis?
Responden : Wali baptis bertanggung jawab terutama dalam perkembangan
iman anak tersebut. Itulah yang menjadi inti dari tugas, peran dan
tanggung jawab seorang wali baptis. Wali baptis itu itu sama
dengan saksi dalam pernikahan. Dan yang menjadi peran, tugas,
dan tanggungjawab wali baptis
 Sebelum pembaptisan adalah : para wali baptis mengikuti pembekalan.
 Pada saat pembaptisan:
 Wali baptis menyaksikan bahwa pembaptisan itu benar-benar terlaksana
secara resmi.
 Sesudah romo membubuhi tanda salib pada kening mereka uyang
dibaptis, maka wali baptis juga memberikan tanda salib pada dahi anak
yang dibaptis.
 Mengikuti proses pembaptisan selanjutnya.
 Sesudah pembaptisan: bertanggungjawab dalam perkembangan iman anak
tersebut.
Penulis : Bagaimana peran sebagai wali baptis bapak jalankan selama ini?
Responden : Mengingatkan anak baptis (jika itu masih anak) apakah sudah ke
gereja. Mengingatkan anak baptis untuk komuni pertama, ikut
misdinar (sejauh itu masih satu daerah). Sesudah SMP
mengingatkan anak baptisya untuk mempersiapkan diri untuk
menyambut Krisma. Tidak hanya anak baptis orang tua anak juga
diingatkan. Bagi mereka yang dibaptis secara dewasa, ada banyak
yang menjadi harapan saya, yakni: supaya memberikan hadiah
kepada saya yaitu mereka menjadi Suster, Romo, Bruder. Bagi
mereka yang sudah dewasa, pak Tresno juga membimbing mereka

(7)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

dalam permasalahan-permasalahan hidup terutama untuk


menentukan pilihan hidup.
Penulis : Menurut bapak pentingkah kehadiran wali baptis terhadap
pendampingan iman anak remaja pada masa kini?
Responden : Penting dilakukan pendampingan iman bagi anak, karena: anak-
anak zaman sekarang dengan segala kecaggihan teknologi. Jika
anak tidak didampingi maka anak bisa melenceng dari imanya.
Penulis : Sesuai dengan pengalaman bapak, apa yang merupakan faktor
pendukung dan penghambat yang bapak alami dalam
melaksanakan peran, tugas dan tanggungjawab selama ini?
Responden : Yang menjadi faktor pendukung adalah: adanya pembekalan bagi
para wali baptis. Pembekalan ini merupakan sesuatu yang penting.
Faktor penghambat adalah: “Pekewoh” (karakter jawa). Jika orang
tidak membutuhkan saya maka untuk apa saya datang.
Kepedulian orang tua, tidak memperkenalkan wali baptis kepada
anak baptis dan juga begitu sebaliknya. Jarak yang berjauhan
dengan anak baptis. Untuk itu saya sarankan agar yang menjadi
wali baptis adalah tetangga. Tempat yang tidak ada untuk
mengadakan kegiatan bagi anak-anak di lingkungan.
Penulis : Menurut bapak, apa makna dari simbol-simbol yang dipakai
dalam sakramen pembaptisan?
Responden :
 Kain putih, kain putih ini bukan sembarangan kain putih. Kain putih itu
melambangkan Kristus. Maka anak yang baru dibaptis itu telah mengenakan
Kristus mulai saat ini. Maka anak tersebut jangan dinodai. Anak merupakan
titipan Tuhan maka hendaknya dikembalikan kepada Tuhan. Untuk itu anak
tersebut dididik supaya menjadi anak yang saleh, anak yang soleha.
 Minyak Krisma, merupakan simbol dilahirkan kembali, Roh Kudus mulai
berkarya pada mereka yang baru menerima baptisan.
 Lilin: cahaya paskah sebagai lambang kebangkitan Kristus.
Penulis : Menurut bapak, keteladanan hidup macam apa yang perlu
diberikan oleh wali baptis?
Responden : Para wali baptis harus menjadi teladan dalam iman, para wali
baptis hendaknya menjadi teladan bagi hidup menggereja.
Penulis : Menurut bapak pendampingan iman yang khas macam apa yang
harus diberikan kepada para remaja pada zaman ini, mengingat
mereka adalah generasi penerus Gereja?
Responden :
 Bertitiik tolak dari ARDAS KAS: keluarga merupakan Gereja basis. Apakah
keluarga sudah menjadi Gereja basis selama ini. Ini bisa dilihat dari apakah di
dalam keluarga-keluarga Katolik masih ada doa bersama.
 Anak dididik melalui dialog misalnya: orang tua menanyakan apa yang
merupakan kegiatan anak sepanjang hari. Untuk itu, wali baptis perlu
dilibatkan dalam pendampingan iman anak.
Penulis : Apakah bapak bangga karena dipilih sebagai wali baptis?

(8)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Responden : Bangga tidak, tetapi ada “kepuasan bathin”, dimana membuat hati
senang karena berguna bagi orang lain.
Penulis : Apakah bapak mempunyai pesan atau harapan kepada wali baptis,
anak remaja Katolik, dan kepada orang tua?
Responden : Pesan saya kepada wali baptis, supaya wali baptis menjalankan
tugasnya dalam mendapingi iman anak untuk selanjutnya. Kepada
para remaja, kalau ada kegiatan-kegaitan hendaknya diikuti.
Kepada orang tua, hendaknya orang tua mendukung anak-anaknya.
Kepentingan anak jangan dikalahkan oleh kepentingan orang tua.
Orang tua hendaknya memperkenalkan wali baptis kepada
anaknya. Jika perlu mengundang dalam acara-acara tertentu
sehingga terjalin relasi yang baik dan berkelanjutan antara wali
baptis dengan anak baptisnya. Dan kepada pemberi materi
persiapan wali baptis, hendaknya lebih melibatkan orang tua dan
wali baptis.
Penulis : Terima kasih bapak atas waktunya.

Responden V (R5)
a. Identitas :
Nama : Ibu Ning.
Usia : 50 tahun.
Waktu pelaksanaan wawancara : 19 Mei 2015

b. Hasil wawancara :
Penulis : Menurut ibu siapa itu wali baptis?
Responden : Wali baptis itu diistilahkan dengan “polisi iman” yakni mereka
yang membimbing, mengarahkan iman anak seperti polisi sehingga
iman anak tidak meleset atau nyleneh ke mana-mana.
Penulis :Menurut ibu apa yang merupakan peran, tugas dan tanggungjawab
wali baptis?
Responden : Mendampingi iman anak sejak anak tersebut dibaptis. Seharusnya
sampai nanti, nanti dan nanti, setiap saat. Sampai sekarang saya
mengalami kehilangan arah kemana anak baptis berada. Karena
selama saya kehilangan kontak dengan anak baptis saya. Tidak
terlacak di mana mereka berada. Dengan demikian sampai saat ini,
saya tidak ada kelanjutan dari peran, tugas, dan tanggungjawab
saya sebagai wali baptis. Tidak berkelanjutan, berhenti saat
upacara pembaptisan terjadi. Sesuai dengan apa yang saya
mengerti dan pahami bahwa menurut romo sebagai emban baptis
harus terus dan terus mengingatkan anak baptisnya tentang ajaran
Gereja. Mereka perlu didampingi terus menerus sampai nanti
supaya mereka tidak kehilangan arah karena tidak ada kontak atau
sapaan. Jadi, yang menjadi peran atau tanggungjawab wali baptis:
 Sebelum pembaptisan adalah:
Para wali baptis mengikuti pembekalan. Pada saat pembekalan tersebut, para
wali baptis diberi pengertian dan informasi tentang apa yang merupakan tugas,

(9)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

peran dan tanggungjawab mereka sebagai wali baptis. Menurut saya


pembekalan ini penting untuk dihadiri oleh para wali baptis. Jujur saya sendiri
belum pernah mengikuti pembekalan.
 Saat upacara pembaptisan:
Wali baptis mendampingi mereka yang dibaptis, ikut maju saat anak yang
dibaptis disirami air dan diberi minyak. Pemberian tanda salib di dahi anak
baptis itu merupakan tugas gereja (romo).
 Sesudah pembaptisan: Mendampingi perkembangan iman anak.
Penulis : Bagaimana pelaksanaan peran sebagai wali baptis ibu jalankan
selama ini?
Responden : Saya ada usaha untuk menjalankan tugas sebagai wali baptis,
namun komunikasi dengan anak baptis berhenti karena kehilangan
jejak di mana mereka berada.
Penulis : Menurut ibu apakah penting kehadiran wali baptis bagi
pendampingan perkembangan iman anak remaja pada masa kini?
Responden : Sangat penting. Untuk mengingatkan anak baptis bahwa dia
sudah dibaptis dan dengan sendirinya dia telah menjadi anggota
Gereja dan anak Tuhan. Anak perlu didampingi supaya dia
mengetahui apa yang merupakan ajaran Gereja Katolik dan dengan
demikian dia mengerti ajaran Tuhan. Kalau iman anak tidak
dibimbing, maka iman anak bisa meleset ke mana-mana. Wali
baptis adalah sebagai polisi iman.
Penulis : Sesuai dengan pengalaman ibu, apa yang merupakan faktor
pendukung dan penghambat dalam melaksanakan peran, tugas dan
tanggungjawab sebagai wali baptis selama ini?
Responden : Faktor pendukung adalah: kalau ada kerjasama orang tua, ketua
lingkungan,wali baptis maka tugas pendampingan perkembangan
iman anak bisa berjalan dengan baik, bisa memperlancar iman anak
itu. Faktor penghambat, yakni: orang tua tidak mendukung
kegiatan wali baptis yang berusaha mengajak anak baptis untuk
aktif dalam kegiatan lingkungan. Orang tua tidak mendukung,
orang tua tidak bisa diajak kompromi.
Penulis : Menurut ibu keteladanan hidup macam apa yang perlu diberikan
oleh wali baptis?
Responden : Bertutur kata yang baik, bersikap sebagai orang yang dicontoh,
aktif di lingkungan.
Penulis : Menurut ibu, apa makna dari simbol-simbol yang dipakai dalam
sakramen pembaptisan?
Responden : Air, dibersihkan dari dosa. Lilin, para baptisan baru diharapkan
sebagai penerang. Minyak, menjadi atau iman diperbaharui lagi
sebagai Katolik. Kain putih lambang kesucian, kita bersih.
Penulis : Menurut ibu pendampingan iman yang khas macam apa yang
harus diberikan kepada para remaja pada zaman ini, mengingat
mereka adalah generasi penerus Gereja?
Responden : Gereja pusing mengarahkan kaum muda karena sangat sulit
menemukan apa yang menjadi kebutuhan dasar dari remaja. Apa

(10)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

lagi remaja mempunyai kebutuhan yang cukup dinamis. Mulai dari


tindakan sehari-hari, lebih aktif di lingkungan. Ada keprihatinan
mengapa para remaja, OMK tidak aktif di lingkungan. Para remaja
“mati suri”. Dari tahun ketahun tidak ada.Wadah penampungan
bagi remaja sudah ada. Misalnya: ziarah, sinetron. Saya melihat
bahwa keterlibatan para remaja kurang karena: kurangnya sapaan
dari romo, orang muda butuh sapaan/butuh disapa.
Penulis : Apakah ibu bangga karena dipilih sebagai wali baptis?
Responden : Bangga, senang menjadi wali baptis karena wali baptis bertugas
untuk menjaga iman anak. Mengapa saya yang dipilih/atau
dipercayakan menjaga iman anak.
Penulis : Apakah ibu mempunyai pesan atau harapan kepada wali baptis,
anak remaja Katolik, dan penulis?
Responden : Pesan saya saya kepada wali baptis supaya para wali baptis
mendorong anak-anak baptis supaya tidak lari dari kegiatan
lingkungan atau gereja, ikut aktif dalam kegiatan lingkungan dan
gereja. Dan pesan saya kepada penulis adalah: supaya wali baptis
diberi wadah /ada paguyuban wali baptis. Hendaknya diadakan
pertemuan dengan wali baptis.Yang menjadi wali baptis itu
hendaknya ditetapkan supaya tidak asal copot sana-copot sini. Ada
kesan bahwa para wali itu dicopot begitu saja. Adanya kelompok
wali baptis, sehingga jika ada baptisan orang tua tidak perlu lagi
mencari-cari siapa yang menjadi wali baptis anaknya. Dari
kelompok wali baptis inilah orang tua bisa memilih siapa yang
menjadi wali baptis bagi anaknya. Yang menjadi wali baptis itu
hendaknya dipilih tidak dari lingkungan keluarga (famili).

Responden VI (R6)
a. Identitas responden:
Nama : Ibu Titik Ananta
Usia : 55 Tahun
Waktu pelaksanaan wawancara: 20 Mei 2015

b. Hasil wawancara:
Penulis : Menurut ibu siapa itu wali baptis?
Responden : Mereka yang telah berjanji dan dipercaya oleh orang tua
anak yang dibaptis untuk mendampingi dan mengarahkan
iman anak baptis.
Penulis : Menurut ibu apa yang merupakan tugas, peran, dan
tanggungjawab wali baptis baik sebelum pembaptisan, pada
saat pembaptisan dan sesudah pembaptisan?
Responden : Seharusnya mendampingi secara iman, mengarahkan cara
hidup anak baptis. Sampai sekarang meskipun berjauhan jaraknya,
saya masih ada kontak dengan anak baptis. Saya menanyakan
bagaimana hidupnya, bukan bagaimana kehidupannya. Maka yang
menjadi peran wali baptis sebelum pembaptisan secara khusus

(11)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

baptis dewasa, saya menanyakan motivasi mengapa mau menjadi


Katolik karena sebelumnya anak baptis beragama Muslim dan
Konguju. Saya memberikan motivasi dan memberikan penjelasan
bahwa menjadi Katolik itu tidak mudah. Menanyakan kebenaran
apakah menjadi Katolik benar-benar atau hanya karena terpaksa.
Jawaban diberikan bahwa, mereka tertarik masuk Katolik karena
perkawinan secara Katolik adalah monogami dan tidak terceraikan
oleh apapun. Pada saat pembaptisan terjadi tugas wali baptis
adalah: mengikuti tata cara pembaptisan. Secara moral ibu Ananta
mempunyai beban dan tanggung jawab untuk mendampingi orang
tersebut secara rohani. Sesudah pembaptisan saya memantau
anak baptis. Dan ternyata saya shock dan merasa prihatin karena
anak baptisnya itu ada yang pindah agama karena alasan usaha atau
alas an ekonomi. Melihat kenyataan tersebut, saya merasa berdosa
karena anak baptis ada yang sudah pindah agama. Dan bertanya
bagaimana pendampingan yang menjadi tanggungjawab saya
sebagai wali baptis, yakni: mendorong dan membantu
perkembangan iman anak baptis?
Penulis : Bagaimana peran sebagai wali baptis ibu jalankan selama ini?
Responden : Komunikasi lewat BBM, FB, menanyakan kabar mereka
bagaimana. Jarak yang berjauhan antara kami tidak menjadi
penghalang. Saya menanyakan bagaimana hidupnya bukan
kehidupannya.
Penulis : Menurut ibu apakah penting kehadiran wali baptis terhadap
pendampingan iman anak remaja pada zaman masa kini?
Responden : Sangat penting. Wali baptis adalah orang tua kedua bagi anak
baptis. Maka wali baptis juga bertanggungjawab dalam
pendampingan iman. Kenyataan bahwa: fungsi wali baptis itu
kurang, wali baptis itu hanya sebagai simbol saja. Peran wali
baptis seakan-akan berhenti pada saat pembaptisan.
Penulis : Sesuai dengan pengalaman ibu, apa yang merupakan faktor
pendukung dan penghambat dalam melaksanakan peran, tugas dan
tanggungjawab selama ini?
Responden : Yang menjadi faktor penghambat: jarak yang jauh (tidak terlalu
menghambat banget). Faktor pendukungm adalah media elektronik
seperti Handphone menjadi sangat mendukug untuk menjalankan
peran sebagai wali baptis. Berpindahnya anak baptis ke daerah lain
tidak lagi menjadi penghalang dalam menjalankan peran sebagai
wali baptis.
Penulis : Menurut ibu, apa makna dari simbol-simbol yang dipakai dalam
sakramen pembaptisan?
Responden : Lilin, terang jika kita sudah dibersihkan dari dosa, maka kitapun
mampu menjadi terang. Minyak: sebagai tanda pembebasan
manusia dari dosa. Kain putih: untuk membersihkan atau melap.
Air: pembersihan, penyucian sendiri dari dosa.

(12)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Penulis : Menurut ibu, keteladanan hidup macam apa yang perlu diberikan
oleh wali baptis?
Responden : Jarkoni…iso ujar ora iso lakoni, gajah diblangkoni. Wali baptis
jika mau melangkah atau jika mau mengucapkan sesuatu harus
lebih hati-hati atau punya rem.
Penulis : Apakah ibu bangga karena dipilih sebagai wali baptis?
Responden : Sangat bangga dan bersyukur karena terpilih menjadi wali baptis.
Tidak setiap orang terpilih menjadi wali baptis. Saya lebih
bersyukur menjadi wali baptis dari pada sebagai saksi pengantin.
Karena menjadi wali baptis lebih bisa melihat proses dan
perkembangan iman anak selanjutnya. Proses ini saya lambangkan
sebagai “Embrio” yang secara pelan-pelan menjadi badan manusia.
Penulis : Menurut ibu, pendampingan iman yang khas macam apa yang
harus diberikan kepada para remaja pada zaman ini, mengingat
mereka adalah generasi penerus Gereja?
Responden : Pendampingan iman dimulia dari keluarga. Sekarang para remaja
sedang pencarian jati diri, maka ada banyak hal yang mau dicoba-
coba oleh anak remaja. Sejak dini ditegaskan kepada anak, ini yang
boleh dan ini yang harus dan sebaliknya. Dari awal harus ada
ketegasan-ketegasan kepada anak supaya anak tidak mengalami
kebingungan. Keteladanan hidup dari orang tua, bukan hanya
OMDONG (omong doang). Memperlakukan anak sebagai teman.
Penulis : Apakah ibu mempunyai pesan atau harapan kepada wali baptis,
anak remaja Katolik
Responden :
 Usul/harapan untuk para remaja:
supaya kaum remaja lebih mengeksplor talenta yang mereka miliki. Sedapat
mungkin digali, diwujudkan dengan perbuatan-perbuatan yang positfi. Peran
orang tua sangat besar karena orang tualah yang mengenal mereka secara
penuh.
 Harapan kepada para wali baptis:
Supaya para wali baptis tidak begitu saja mengabaikan anak-anak baptisnya.
Sesekali mungkin/intensif memperhatikan mereka supaya mereka tetap teguh
dalam imannya. Tugas menjadi emban baptis bukan merupakan formalitas.
 Usul untuk Sr.Martina: untuk lebih mendaya gunakan para wali baptis entah
bagaimana caranya. Pembekalan sangat penting bagi para wali baptis.
Penulis : Terima kasih ibu atas waktu dan informasinya.

Responden VII (R7)


a. Identitas:
Nama : Yohanes Rudi
Umur : 45 Tahun
Waktu pelaksanan wawancara: 20 Mei 2015

b. Hasil wawancara:
Penulis : Menurut bapak siapa itu wali baptis?

(13)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Responden : pembimbing anak dalam hal iman sampai anak dewasa dalam
iman dan dalam rohani. Sebagai orang tua pembimbing dalam hal
iman.
Penulis :Menurut bapak apa yang merupakan tugas peran, dan
tanggungjawab wali baptis baik sebelum pembaptisan, pada saat
upacara pembaptisan dan sesudah pembaptisan?
Responden:
 Sebelum pembaptisan :
mengarahkan (baptis dewasa) untuk aktif ke lingkungan, mengikuti
pendalaman iman.
 Pada saat pembaptisan :
Lebih hening dalam mengikuti proses pembaptisan, supaya lebih menghayati
arti pembaptisan itu.
 Setelah upacara pembaptisan:
Mengingatkan anak baptis supaya jangan lupa berdoa, rajin ke Gereja, jadilah
manusia yang kuat dalam imannya.
Penulis : Bagaimana peran sebagai wali baptis bapak jalankan selama ini?
Responden : Setiap ketemu dikunjungi dan mengingatkan mereka untuk rajin
ke gereja.
Penulis : Menurut bapak apakah penting kehadiran wali baptis terhadap
pendampingan iman anak remaja pada zaman masa kini?
Responden : Penting, agar anak remaja tidak lepas dari koridor imannya. Wali
baptis mempunyai tanggungjawab dalam pendampingan iman
kepada anak.
Penulis : Sesuai dengan pengalaman bapak apa yang merupakan faktor
pendukung dan penghambat dalam melaksanakan peran, tugas dan
tanggungjawab selama ini?
Responden : Faktor pendukung adalah: keluarga, adanya kesadaran akan peran
dan tugas sebagai wali baptis. Faktor penghambat, yaitu: jarak
yang jauh dengan anak baptisnya terutama mereka yang menerima
baptisan dewasa.
Penulis : Menurut bapak, keteladanan hidup macam apa yang perlu
diberikan oleh wali baptis?
Responden : Aktif di gereja dan lingkungan, mau melayani.
Penulis : Apakah bapak bangga karena dipilih sebagai wali baptis?
Responden : Bangga (tidak), karena menjadi wali baptis itu merupakan beban.
Tetapi, kualitas bangga bagaimana supaya kedepan anak baptis itu
lebih baik, lebih teguh dalam hal imannya.
Penulis : Menurut bapak pendampingan iman yang khas macam apa yang
harus diberikan kepada para remaja pada zaman ini, mengingat
mereka adalah generasi penerus Gereja?
Responden : Dalam bentuk pendampingan umum supaya mereka tumbuh
dalam iman, agar tidak keluar dari koridor imannya. Pendampingan
yang berkualitas agar anak itu tidak terlepas dari imannya.
Penulis : Apakah bapak mempunyai pesan atau harapan kepada wali baptis,
anak remaja Katolik?

(14)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Responden : Menjadi wali baptis itu tidak hanya formalitas. Wali baptis itu
membimbing, mengarahkan anak baptis agar lebih berkualitas
terutama dalam iman karena mereka adalah anak Tuhan. Menjadi
teladan, melayani, rendah hati. Dan pesan saya kepada anak remaja
adalah: ikutlah apa yang menjadi aturan, ajaran Gereja.
Penulis : Terima kasih bapak atas info dan waktunya.

Responden VIII (R8)


a. Identitas:
Nama : Ibu Monika Candra
Usia : 47 Tahun
Waktu pelaksanaan wawancara: 20 Mei 2015

b. Hasil wawancara:
Penulis : Menurut ibu siapa itu wali baptis?
Reponden : Sebagai orang tua ke dua (kalau dia baptis bayi), mendampingi
perkembangan iman anak tersebut. Sebagai teman yang bisa
memberikan dorongan, semangat bagi mereka yang dibaptis
dewasa, menegur dengan cara yang tidak menyakiti hati mereka
yang ditegur.
Penulis : Menurut ibu apa yang merupakan tugas, peran, dan
tanggungjawab wali baptis sebelum pembaptisan, pada saat
pembaptisan dan sesudah pembaptisan?
Responden : Sebelum pembaptisan wali baptis mengikuti pembekalan. Pada
saat pembaptisan wali baptis sebagai pendamping, tidak hanya di
gereja tetapi mendamping terus menerus sampai anak itu menjadi
dewasa. Memberikan tanda salib di dahi anak baptis sesudah romo.
Sesudah pencurahan air baptis, wali baptis membersihkan air dari
dahi anak baptis, dan pada saat menerima minyak krisma, wali
baptis juga membersihkan. Dan selanjutnya, wali baptis berperan
sebagai orang tua kedua. Maka mereka mendampingi anak, paling
tidak mengingatkan anak (karena ada mereka yang cuek) misalnya:
ikut komuni pertama, diajak untuk didaftarkan kalau belum (kelas
III SD). Dan kalau krisma, juga mereka diingatkan.
Penulis : Bagaimana peran, tugas, dan tanggungjawab sebagai wali baptis
ibu laksanakan selama ini?
Responden :Saya sering ketemu dengan anak baptis, setiap malam
mengadakan doa lingkungan terlebih-lebih pada bulan Mei ini ada
rosario setiap malam. Jadi ada kesempatan untuk bertemu dengan
anak baptis.
Penulis : Menurut ibu apakah penting kehadiran wali baptis dalam
mendapingi perkembangan iman anak pada zaman ini? mengapa?
Responden : Perkembangan zaman ini makin melaju. Jadi para remaja yang
masih mekar-mekarnya membutuhkan pendampingan. Penting
karena anak-anak remaja dengan adanya kamajuan IT. Mereka
banyak yang mengikuti perkembangan itu tanpa memikirkan

(15)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

sejauh mana pengaruhnya. Maka pendampingan itu perlu, dalam


bentuk rekoleksi yang ada Outboandnya dan juga ada
rekoleksinya. Ada keprihatinan bahwa anak remaja kurang adanya
pendampingan apalagi itu mereka yang ada di lingkungan.
Penulis :Sesuai dengan pengalaman ibu, apa yang merupakan faktor
pendukung dan penghambat dalam melaksanakan peran, tugas dan
tanggungjawab sebagai wali baptis selama ini?
Responden :Yang menjadi faktor penghambat adalah: situasi yang tidak
mengenakkan dalam keluarga. Dan yang menjadi faktor
pendukungnya adalah: adanya keterbukaan, komunikasi dengan
anak baptis.
Penulis :Menurut ibu, keteladanan hidup macam apa yang perlu diberikan
oleh wali baptis?
Responden : Teladan dalam kehidupan sehari-hari, pergaulan, dalam hal iman,
rajin ke Gereja dan aktif dalam kegiatan-kegitatan. Kalau kerja
wali baptis hanya bertengkar terus dan mengomongkan orang lain
dan ini tidak baik.
Penulis : Menurut ibu, apa makna dari simbol-simbol yang dipakai
dalam sakramen pembaptisan?
Responden : Air berarti dibersihkan dari dosa asal. Lilin, setelah diterima
menjadi anak Tuhan, kita diharapkan menjadi terang, cahaya. Kain
putih merupakan lambang hati yang suci, kita diterima sebagai
keluarga dan minyak Krisma sebagai lambang pengurapan, seperti
Yesus diurapi menjadi nabi. Maka kitapun menjadi nabi di
manapun kita berada.
Penulis : Menurut ibu, pendampingan iman yang khas macam apa yang
harus diberikan kepada para remaja pada zaman ini, mengingat
mereka adalah generasi penerus Gereja?
Responden : Menurut saya pendampingan dalam bentuk rekoleksi dan ada Out
boandnya.
Penulis : Apakah ibu bangga karena dipilih sebagai wali baptis?
Responden : Senang karena dipercaya, dipilih. Karena memandang saya. Saya
tidak menyangka… kok memilih saya?
Penulis : Apakah ibu mempunyai pesan atau harapan kepada wali baptis,
dan anak remaja Katolik?
Responden : Pesan saya kepada para wali baptis adalah: kita berperan tidak
hanya pada saat pembaptisan, tetapi kita berperan terus
mendampingi anak-anak baptis sampai mereka dewasa. Kita
berperan saat mereka menentukan pilihan hidup. Kita adalah
pendamping iman. Dan kepada anak remaja saya berpesan: bergaul
boleh, tetapi dilihat juga dari sisi positifnya, karena diluar sana ada
banyak hal-hal yang negatif. Maka ambillah yang baiknya. Ketika
mau berkeluarga, pilihlah pasangan hidup yang seiman. Jika mau
menjadi suster, ya..itu betul-betul panggilan, bukan karena ikut-
ikutan atau karena terpaksa.
Penulis : Terima kasih ibu atas informasi dan waktu yang telah diberikan.

(16)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Responden IX (R9)
a. Identitas:
Nama : Ibu Fransiska Titik
Usia :52 Tahun
Waktu pelaksanaan wawancara : 3 Juni 2015

b. Hasil wawancara:
Penulis : Menurut ibu siapa itu wali baptis?
Responden : Sebagai pendamping calon baptis. Mereka adalah ibu atau bapak
wali dari calon baptisan. Bagi saya menjadi wali berarti mereka
bertanggungjawab, mengingatkan mereka yang dibaptis supaya
iman yang dibaptis itu jangan sampai hilang.
Penulis : Menurut ibu apa yang merupakan tugas, peran, dan
tanggungjawab wali baptis?
Responden : Sebagai orang tua, saya mengingatkan anak yang dibaptis jika ada
rasa malas dan menanyakan kepada orang tua jika tidak rajin ke
gereja.
Penulis : Bagaimana peran sebagai wali baptis ibu jalankan selama ini?
Responden : Di lingkungan Muja-muji ada istilah “KEPOH POSITIF”. jadi
dengan demikian umat yang tidak hadir di gereja diingatkan, itu
loh..kok nggak pernah ke gereja atau tidak pernah aktif ke
lingkungan…yuk…kita jenguk.
Penulis : Menurut ibu apakah penting kehadiran wali baptis terhadap
pendampingan iman anak remaja pada zaman masa kini?
Responden : Penting, anak-anak remaja dengan adanya kamajuan IT, mereka
banyak yang mengikuti perkembangan itu tanpa memikirkan
sejauh mana pengaruhnya. Maka pendampingan itu perlu.
Pergaulan anak remaja pada zaman ini sangat berbeda dengan
zamana ketika saya masih muda dulu. Sekarang ini pergaulan
muda-mudi sangat bebas dan diharapkan mereka dalam memilih
pasangan hidup, pilihlah pasangan yang seiman.
Penulis : Sesuai dengan pengalaman ibu, apa yang merupakan faktor
pendukung dan penghambat dalam melaksanakan peran, tugas dan
tanggungjawab selama ini?
Responden : Faktor penghambat yang saya temukan adalah: komunikasi yang
kurang, anak-anak ada yang sudah pindah agama karena kurang
pendampingan dari keluarga sendiri. Orang tua yang masih sibuk
mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhannya. Dan yang menjadi
faktor pendukung adalah: kalau anak-anak itu aktif dalam kegiatan
misalnya: koor, jadi gampang untuk ditemui.
Penulis : Menurut ibu, pendampingan iman yang khas macam apa yang
harus diberikan kepada para remaja pada zaman ini, mengingat
mereka adalah generasi penerus Gereja?
Responden : pendampingan yang bersifat positf supaya anak-anak tersebut
tidak terjerumus. Anak-anak remaja diberikan pendalaman iman

(17)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

baik itu dalam lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan


sendiri.
Penulis : Apakah ibu bangga karena dipilih sebagai wali baptis?
Responden : tidak bangga, tetapi senang karena keluarga menunjuk dan
mempercayai saya untuk menjadi wali baptis.
Penulis : Apakah ibu mempunyai pesan atau harapan kepada wali baptis,
anak remaja Katolik?
Responden : pesan saya kepada para wali baptis yaitu: aktiflah terhadap anak
baptis dan ingatkanlah mereka. Dan pesan saya kepada orang tua:
pilihlah yang menjadi wali baptis yang bisa menjadi teladan dan
bisa membimbing iman anak.
Penulis : Terima kasih ibu atas waktu dan informasinya.

Respnden X (R10)
a. Identitas :
Nama : Ibu Harni
Usia :44 Tahun
Waktu pelaksanaan wawancara : 14 Juni 2015

b. Hasil wawancara:
Penulis : Menurut ibu siapa itu wali baptis?
Responden : Orang yang memberi kekuatan kepada anak baptis, memberi
contoh kepada anak baptis dan mengingat mereka untuk ke gereja.
Wali baptis membantu orang tua untuk mengembangkan iman
anak.
Penulis :Menurut ibu apa yang merupakan tugas, peran, dan
tanggungjawab wali baptis sebelum pembaptisan, dan pada saat
upacara pembaptisan, dan sesudah pembaptisan?
Responden : Karena saya diminta oleh keluarga, maka tugas saya sebelum
pembaptisan adalah siap-siap untuk mengikuti upacara
pembaptisan. Pada saat pembaptisan: saya mendampingi waktu
upacara pembaptisan. Duduk/berdiri di sebelah anak yang dibaptis,
maju dan membawa lilin. Saya memberikan tanda salib di kening,
menahan air dengan kain putih supaya air tidak kemana-mana,
meletakkan kain putih di dada anak yang dibaptis, memberikan
lilin kepada orang tua. Dan sesudah pembaptisan tugas
mengingatkan supaya anak ke gereja.
Penulis : Bagaimana peran sebagai wali baptis ibu jalankan selama ini?
Responden : Sampai sekarang saya belum menjalankan peran saya sebagai
wali baptis. Peran saya hanya berhetin pada saat upacara
pembaptisan saja. Selain itu anak baptis sudah pada pindah dan
tidak ada lagi komunikasi dengan mereka.
Penulis : Menurut ibu apakah penting kehadiran wali baptis terhadap
pendampingan iman anak remaja pada zaman ini?
Responden : Penting, karena anak remaja itu masih labil dan gampang
terpengaruh. Jadi kepercayaan mereka belum kuat. Mereka banyak

(18)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

menghadapi godaan dalam dunia pergaulan. Ya..bila tidak


didampingi, bisa melenceng.
Penulis : Sesuai dengan pengalaman ibu, apa yang merupakan faktor
pendukung dan penghambat dalam melaksanakan peran, tugas dan
tanggungjawab selama ini?
Responden : Yang menjadi faktor penghambat adalah: orang tua anak baptis
tidak menganjurkan atau mengharuskan wali baptis untuk
mengikuti pembekalan, komunikasi dengan keluarga anak baptis
kurang….komunikasi hanya seputar “Hello saja”. Kalau ditanya
faktor pendukung, saya tidak menemukannya.
Penulis : Menurut ibu, apa makna dari simbol-simbol yang dipakai dalam
sakramen pembaptisan?
Responden : Air merupakan sumber kehidupan yang selalu dibutuhkan oleh
setiap orang. Dengan air seseorang mendapat kesegaran
rohani/siraman rohani. Siraman rohani diartikan dengan Firman
Tuhan, tubuh Kristus yang kita santap. Minyak menguatkan iman
seseorang supaya kuat memanggul salib. Kain putih lambang
kesucian, kita bersih. Lilin itu kecil, namun dalam ruangan gelap
bisa menerangi. Hendaknya anak baptis bisa juga menjadi terang di
tengah keluarga, masyarakat.
Penulis : Menurut ibu, keteladanan hidup macam apa yang perlu diberikan
oleh wali baptis?
Responden : Rajin ke gereja, ikut ambil peran serta dalam kegiatan
kemasyarakatan, beriman teguh.
Penulis : Menurut ibu pendampingan iman yang khas macam apa yang
harus diberikan kepada para remaja pada zaman ini, mengingat
mereka adalah generasi penerus Gereja?
Responden : Anak diajak untuk terlibat dalam kegiatan putra-putri Altar jika
mereka sudah menerima komuni.
Penulis : Apakah ibu mempunyai pesan atau harapan kepada wali baptis,
anak remaja Katolik?
Responden : Supaya peran kita sebagai wali baptis kita gunakan, kita
tunjukkan bahwa kita bisa mendidik anak baptis. Dan usul saya
kepada orang tua: setiap ada pembaptisan, wali baptis harus diikut
sertakan untuk ikut pembekalan. Jangan hanya orang tua yang
mengikuti pembekalan.
Penulis : Terima kasih ibu atas waktu dan informasinya.

Responden XI (R11)
a. Identitas:
Nama : Dewa
Usia : 16 Tahun
Waktu pelaksanaan wawancara : 24 Mei 2015

b. Hasil wawancara:
Penulis : Menurut saudara siapa wali baptis?

(19)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Responden : Wali baptis ialah: saksi ketika saya dibaptis. Orang yang
bertanggungjawab dan sebagai pendamping waktu upacara
baptisan karena wali baptis menyaksikan anak baptisnya ketika
dibaptis. Orang yang berperan dalam kehidupan iman anak baptis.
Penulis : Sesuai pengalaman selama ini, bagaimana pelaksanaan peran wali
baptis saudara alami?
Responden : Peran wali baptis tidak ada karena sudah meninggal dunia. Tapi
sepengetahuan saya bahwa yang merupakan peran wali baptis
adalah: orang yang mendampingi saat menerima sakramen baptis
dan seterusnya. Orang yang mengingatkan, mengarahkan untuk
mengikuti kegiatan-kegiatan yang bersifat kerohanian (ikut
kegiatan OMK, disarankan untuk mengikuti kegiatan yang ada di
lingkungan, ikut doa devosi mis: doa rosario apa lagi pada saat ini
yang kebetulan bulan rosario, ikut koor anak, lingkungan, PIA).
Dalam kegiatan-kegiatan yang diikuti oleh anak-anak baptis
(remaja, OMK), wali baptis bisa menjadi alat untuk mengakrabkan
anak-anak yang belum saling kenal dalam kelompok tersebut.
Karena ada kesan, bahwa ada banyak anak merasa canggung untuk
masuk dalam kelompok-kelompok yang ada karena mereka masih
belum saling kenal. Jadi wali baptis bisa berperan di dalamnya
untuk mengakrapkan mereka.
Penulis : Nasehat-nasehat apa yang masih saudara ingat dari wali baptis?
Reponden : Tidak ada nasehat-nasehat yang diberikan, karena wali baptis
saya sudah meninggal dunia ketika saya masih kecil.
Penulis : Bentuk pendampingan macam apa yang saudara harapkan dari
wali baptis?
Responden : Sharing pengalaman iman dengan anak baptis dan menjadi
jembatan, antara teman, orang tua, dan anak.
Penulis : Keteladanan hidup macam apakah yang saudara harapkan dari
wali baptis?
Responden : Rajin ke gereja, peduli pada sesama.
Penulis : Menurut saudara, apakah penting kehadiran wali baptis bagi
perkembangan iman anak remaja pada zaman ini?
Responden : Cukup penting. Mereka adalah sebagai orang tua, sebagai sarana
untuk mengingatkan dan mendampingi anak baptisnya. Terutama
mengajak untuk aktif dalam kegiatan-kegiatan yang ada di
lingkungan, gereja,dan masyarakat. Selain itu, kepentingan wali
baptis itu adalah mengakrapkan, memperkenalkan para remaja
yang belum saling kenal dalam kegiatan menggerja karena sifatnya
dalam kelompok-kelompok ada wajah-wajah baru.
Penulis : Apa yang menjadi harapan saudara kepada wali baptis?
Responden : Hendaknya ditengah-tengah kesibukkannya para wali baptis
paling tidak sekali dalam sebulan ada pendampingan atau
pertemuan kepada anak baptis. Dalam pertemuan tersebut, ada
sharing pengalaman dari anak baptis. Jika para wali baptis
mengalami kesulitan dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi oleh

(20)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

para anak baptis, hendaknya dibawa dalam kegiatan lingkungan


dan diolah bersama-sama.
Responden : Terima kasih atas informasi yang telah diberikan.

Responden XII (R12)


a. Identitas :
Nama : Cornelia Venti
Usia : 19 Tahun
Waktu pelaksanaan wawancara: 26 Mei 2015

b. Hasil wawancara:
Penulis : Menurut saudari siapa wali baptis?
Responden : Mereka yang mendampingi saat kita menerima sakramen
pembaptisan selain orang tua. Ini sama juga dengan saat kita
menerima komuni pertama dan Krisma.
Penulis : Sesuai pengalaman selama ini, bagaimana pelaksanaan peran wali
baptis saudara alami?
Responden : Sampai sekarang masih ada kontak dengan wali baptis. Kalau ada
acara keluarga, misalnya: ada hari raya besar, misa arwah dalam
keluarga ada kesempatan untuk bertemu dengan wali baptis. Selain
itu, wali baptis saya, masih tinggal di Yogyakarta dan gampang
untuk dijumpai atau ketemunya. Dalam pertemuan tersebut, Budde
paling bertanya tentang kabar saya dan kabar orang tua saya. Untuk
menanyakkan perkembangan iman dan mengenai keaktifan di
gereja dan lingkungan, Budde jarang menanyakan.
Penulis : Nasehat-nasehat apa yang masih saudari ingat dari wali baptis?
Reponden : Belajar yang baik. Saya diingatkan untuk tidak pacaran dulu
sekarang, tetapi sekolah dulu. Wali baptis saya sangat senang jika
saya dan keponakkan lainnya bisa menyelesaikan studi dengan
baik.
Penulis : Bentuk pendampingan macam apa yang saudari harapkan dari
wali baptis?
Responden : Supaya mengajak agar rajin ke Gereja.
Penulis : Keteladanan hidup macam apakah yang saudari harapkan dari
wali baptis?
Responden : Wali baptis saya sampai sekarang hidup sendirian atau tidak
menikah. Yang masih saya ingat bahwa pernah suatu saat ketika
salah satu anggota keluarga meninggal dunia, maka Budde inilah
yang mempersiapkan segalanya terutama pakaian yang dibutuhkan
oleh yang meninggal itu. Selain itu, bagi saya yang bisa dijadikan
teladan dari wali baptis adalah Bude saya itu tidak menikah,
padahal zaman sekarang banyak orang yang membutuhkan
pendamping, butuh keramaian/tidak mau hidup sendiri. Tetapi
Bude saya mau.
Penulis : Menurut saudari, apakah penting kehadiran wali baptis bagi
perkembangan iman anak remaja pada zaman ini?

(21)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Responden : Seharusnya itu perlu, karena yang mendampingi dari waktu kecil
sampai sekarang adalah para wali baptis. Namun, saya sendiri
sampai sekarang masih belum mempunyai relasi yang cukup
mendalam dengan wali baptis saya.
Penulis : Apa yang menjadi harapan saudari kepada wali baptis?
Responden : Tidak ada. Tapi mungkin kedepan saya yang lebih membina lagi
komunikasi dengan Bude saya.
Responden :Terima kasih atas waktu dan informasi yang telah diberikan.

Responden XIII (R13)


a. Identitas:
Nama : Maria Margareta Tifani
Usia : 16 Tahun

b. Hasil wawancara: 27 Mei 2015


Penulis : Menurut saudari siapa wali baptis?
Responden : Yang mewakili orang tua saat menerima sakramen baptis. Mereka
adalah orang tua kedua. Jadi kalau misalnya orang tua utama sibuk
bekerja dan kadang tidak ada waktu untuk memberi nasehat kepada
anaknya, dan ada juga orang tua yang tidak selalu bisa mengajari
anaknya maka wali baptis bisa membimbing kita. Jadi wali baptis
itu penting banget.
Penulis : Sesuai pengalaman selama ini, bagaimana pelaksanaan peran wali
baptis saudari alami?
Responden : Selama ini ibu Candra (wali baptis saya) selalu mengajak ikut
aktif dalam kegiatan lingkungan (ikut kegiatan doa rosario), rajin
ke Gereja. Waktu saya mau menerima krisma, yang membimbing
adalah ibu Candra sendiri. Ibu Candra juga mengingatkan orang
tua saya tentang tugas dan tanggungjawab mereka sebagai orang
tua. Dengan demikian anak tetap teguh pada agamanya. Soalnya di
sekolah-sekolah negeri banyak campuran agama. Dengan demikian
seseorang harus teguh pada agamanya/teguh pada imanya. Karena
kalau tidak teguh, maka gampang pindah keyakinan/kepercayaan.
Jadi harus ada pendirian supaya tidak pindah-pindah ke agama lain.
Penulis : Nasehat-nasehat apa yang masih saudari ingat dari wali baptis?
Reponden :Wali baptis selalu mengingatkan supaya saya jangan hanya belajar
terus, tetapi supaya ikut juga dalam kegiatan-kegiatan yang ada di
lingkungan dan gereja. Apalagi pada bulan Mei ini selalu ada
kegiatan doa rosario di lingkungan.
Penulis : Bentuk pendampingan macam apa yang saudari harapkan dari
wali baptis?
Responden : Mengajak ikut aktif dalam kegiatan lingkungan (ikut kegiatan doa
rosario), rajin ke gereja.
Penulis : Keteladanan hidup macam apakah yang saudari harapkan dari
wali baptis?

(22)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Responden : Wali baptis saya sangat aktif dalam kegiatan-kegaitan


menggereja. Padahal beliau sendiri itu seorang guru SD yang pasti
mempunyai pasti kesibukkan. Tetapi itu tidak menjadi penghalang
untuk aktif terlibat dalam kegiatan menggereja. Dan itu perlu ditiru
dan diteladani. Selain itu, ibu Candra juga seorang pribadi yang
sangat pengertian dengan anaknya. Semua kegitan keagamaan
sejauh mungkin diikuti. Ibu Candra seorang pribadi yang tidak
hanya memikirkan dirinya sendiri, sangat sabar apalagi kalau sudah
kelelahan dari sekolah, dia tidak suka marah-marah. Dibandingkan
dengan saya sendiri, saya susah untuk ngerti orang lain, Fani
gampang marah.
Penulis : Menurut saudari, apakah penting kehadiran wali baptis bagi
perkembangan iman anak remaja pada zaman ini?
Responden : Penting, mereka adalah orang tua kedua. Jadi kalau misalnya
orang tua utama sibuk bekerja dan kadang tidak ada waktu untuk
memberi nasehat kepada anaknya, dan ada juga oarngtua yang
tidak selalu bisa mengajari anaknya..maka wali baptis bisa
membimbing kita. Jadi wali baptis itu penting banget.
Penulis : Apa yang menjadi harapan saudari kepada wali baptis?
Responden : Supaya wali baptis tetap membimbing sampai tua.
Penulis :Terima kasih atas waktu dan informasi yang telah diberikan.

Responden XIV (R14)


a. Identitas :
Nama : Fredi
Usia : 14 Tahun
Waktu pelaksanaan wawancara: 26 Mei 2015

b. Hasil wawancara:
Penulis : Menurut saudara siapa wali baptis?
Responden : Orang yang bertanggungjawab untuk anak yang dibaptis. Dan
tanggungjawab mereka adalah menemani anak baptis pada waktu
menerima baptisan.
Penulis : Sesuai pengalaman selama ini, bagaimana pelaksanaan peran wali
baptis saudara alami?
Responden : Pernah disapa oleh wali baptis ketika saya ikut doa di lingkungan.
Pada saat itu wali baptis menegur “ mengapa selama ini tidak aktif
ikut kegiatan lingkungan”? Tegurannya hanya sebatas itu saja.
Untuk menanyakan tentang bagaimana di sekolah, tidak pernah.
Penulis : Nasehat-nasehat apa yang masih saudara ingat dari wali baptis?
Reponden : Tidak ada.
Penulis : Bentuk pendampingan macam apa yang saudara harapkan dari
wali baptis?
Responden : (Responden tidak memberi jawaban).
Penulis : Keteladanan hidup macam apakah yang saudara harapkan dari
wali baptis?

(23)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Responden : (Responden tidak memberi jawaban).


Penulis : Menurut saudara, apakah penting kehadiran wali baptis bagi
perkembangan iman anak remaja pada zaman ini?
Responden : Amat sangat penting. Selanjutnya penulis melanjutkan bertanya,
mengapa kehadiran mereka begitu penting? Responden tidak bisa
menjawab. Maka ibunya yang hadir pada saat itu, memberikan
pendapat. Mengapa kehadiran wali baptis penting, karena kalau
mereka tidak ada, siapa yang menegur kamu nanti, siapa yang
membimbing kamu nanti? Wali baptis adalah tempat untuk
bertanya tentang apa saja.
Penulis : Apa yang menjadi harapan saudara kepada wali baptis?
Responden : (Responden tidak memberi jawaban).
Penulis :Terima kasih atas waktu dan informasi yang telah diberikan.

Responden XV (R15)
a. Identitas :
Nama : Agung Prasetyo
Usia : 14 Tahun
Waktu pelaksanaan wawancara: 28 Mei 2015

b. Hasil wawancara:
Penulis : Menurut saudara siapa wali baptis?
Responden : Orang yang mendampingi saat dibaptis.
Penulis : Sesuai pengalaman selama ini, bagaimana pelaksanaan peran wali
baptis saudari alami?
Responden : Pendampingan dari wali baptis tidak ada. Karena jarang ketemu
dan tempat sangat berjauhan.
Penulis : Nasehat-nasehat apa yang masih saudara ingat dari wali baptis?
Reponden : Tidak ada, karena jarang bertemu dengan wali baptis saya.
Penulis : Bentuk pendampingan macam apa yang saudara harapkan dari
wali baptis?
Responden : Tidak tahu.
Penulis : Keteladanan hidup macam apakah yang saudari harapkan dari
wali baptis?
Responden : (Responden tidak memberi jawaban).
Penulis : Menurut saudara, apakah penting kehadiran wali baptis bagi
perkembangan iman anak remaja pada zaman ini?
Responden : Tugas wali baptis adalah mendampingi dan mengarahkan anak
baptisnya. Orang yang membantu mengembangkan iman supaya
iman lebih hidup. Selanjutnya penulis menanyakan maksudnya
iman supaya lebih hidup maksudnya apa? Responden menjawab:
supaya iman lebih bertumbuh, lebih berkembang.
Penulis : Apa yang menjadi harapan saudara kepada wali baptis?
Responden : (Responden tidak memberi jawaban).
Penulis :Terima kasih atas waktu dan informasi yang telah diberikan.

(24)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Responden XI (R16)
a. Identitas :
Nama : Feni
Usia : 12 Tahun
Waktu wawancara : 03 Juni 2015

b. Hasil wawancara :
Penulis : Menurut saudari siapa itu wali baptis?
Responden :Yang menguatkan iman anak baptisnya. Mereka yang
mendampingi anak baptisnya saat dibaptis.
Penulis : Sesuai pengalaman selama ini, bagaimana pelaksanaan peran wali
baptis saudari alami?
Responden : Sampai sekarang masih ada hubungan dengan anak baptis dalam
bentuk ajakkan untuk rajin ke gereja.
Penulis : Nasehat-nasehat apa yang masih saudari ingat dari wali baptis?
Reponden : (Responden tidak memberi jawaban).
Penulis : Bentuk pendampingan macam apa yang saudari harapkan dari
wali baptis?
Responden : (Responden tidak memberi jawaban).
Penulis : Keteladanan hidup macam apakah yang saudari harapkan dari
wali baptis?
Responden : Rajin ke gereja, imannya kuat.
Penulis : Menurut saudari, apakah penting kehadiran wali baptis bagi
perkembangan iman anak remaja pada zaman ini?
Responden : Ya, penting, di dalam menguatkan iman anak baptisnya. Mengapa
perlu dikuatkan: supaya tidak goyah imannya.
Penulis : Apa yang menjadi harapan saudari kepada wali baptis?
Responden : (Responden tidak memberi jawaban).
Penulis :Terima kasih atas waktu dan informasi yang telah diberikan.

Responden XVII (R17)


a. Identitas :
Nama : Laras
Usia : 18 Tahun
Waktu wawancara : 05 Juni 2015

b. Hasil wawancara :
Penulis : Menurut saudari siapa itu wali baptis?
Responden : Mereka yang membimbing, yang mendidik selain orang tua. Wali
baptis berperan sebagai orang tua kedua.
Penulis : Sesuai pengalaman selama ini, bagaimana pelaksanaan peran wali
baptis saudari alami?
Responden : Ketika wali baptis saya (Eyang) masih hidup Eyang sering
membacakan cerita sebelum tidur. Ada banyak nasehat-nasehat
dari eyang.
Penulis : Nasehat-nasehat apa yang masih saudari ingat dari wali baptis?

(25)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Reponden : Saya diajari supaya rajin berdoa baik sebelum dan sesudah makan
maupun kalau mau tidur. Diajari sopan-santun, misalnya: kalau
makan kakinya jangan naik-naik. Diajari etiket makan: cuci tangan
sebelum makan dan sesudah makan, pakai tangan yang benar
(tangan kanan). Biasakan mengucapkan terima kasih.
Penulis : Keteladanan hidup macam apakah yang saudari harapkan dari
wali baptis?
Responden : Eyang rajin berdoa, mau berbagi kepada sesama. Sebelum tidur
dibacakan cerita sebagai penghantar tidur. Mendidik iman dan
moral harus balance (seimbang). Disamping iman berkembang,
perbuatan juga harus berkembang atau sinkron. Iman tanpa
perbuatan adalah sia-sia.
Penulis : Menurut saudari, apakah penting kehadiran wali baptis bagi
perkembangan iman anak remaja pada zaman ini?
Responden : penting, dimana seperti pengalaman saya sendiri karena kedua
orang tua sibuk dan saya sering ditinggalkan sendirian di rumah,
maka Eyang (sebagai orangtua kedua yang menggantikan orang
tua).
Penulis : Apa yang menjadi harapan/pesan saudari kepada wali baptis dan
teman-teman remaja?
Responden : Jangan lelah dalam mendidik anak baptisnya, karena sepanjang
hidup manusia itu terus belajar. Dan untuk teman-teman remaja
saya berpesan supaya Lebih terlibat lagi dalam kegiatan
menggereja terutama terlibatlah dalam kegiatan yang ada di
lingkungan. Hasilnya tidak langsung besar, pedulilah di
lingkungan. Kita adalah generasi penerus di lingkungan dan juga di
gereja.
Penulis :Terima kasih atas waktu dan informasi yang telah diberikan.

Responden XIII (R 18)


a. Identitas :
Nama : Romo Adolfus Suratmo, Pr
Usia : 46 Tahun
Status : Romo Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta
Waktu pelaksanaan wawancara :07 Juni 2015
b. Hasil Wawancara :
Penulis : Menurut pendapat romo, siapa sebenarnya wali baptis itu?
Responden : Menurut saya wali baptis adalah: sebagai penyeimbang dari
sebuah keluarga. Sekarang, Gereja mengizinkan orang tua
membaptis anak-anak dan ini terimbas kepada pendampingan yang
penuh kepada anak-anak dimana, anak-anak sendiri tidak bisa
mempertanggungjawabkan imannya disaat dia dibaptis bayi. Untuk
memelihara kepastian bahwa si anak nanti akan didampingi dalam
proses pendidikan imannya penanggungjawab utamanya adalah
orang tua lalu dibantu oleh orang yang lebih cukup netral, yang
bisa sewaktu-waktu memainkan peran untuk memastikan bahwa si

(26)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

anak itu mendapatkan pendampingan yang cukup dalam


kehidupan, imannya sampai pada kedewasaan/kepenuhan sebagai
seorang Katolik ketika menerima sakramen inisiasi secara penuh.
Maka tanggungjawab sedemikian panjang dan lama itu
membutuhkan semacam “Oasis/penyeimbang”. Ketika ada
kecenderungan ketika anak tidak mendapatkan haknya untuk
memperoleh pendampingan iman secara khusus dari orang tua
karena berbagai kelalaian. Disitulah pentingnya adanya wali baptis.
Tugas seoang wali baptis adalah: menjadikan seseorang menjadi
katolik penuh, kalau sudah menerima kelengkapan inisiasi. Tugas
seorang wali baptis sepenuhnya itu, sampai disitu. Sampai
mengantar anak menjadi Katolik yang penuh. Maka untuk memilih
siapa wali baptis itu, dilihat usianya. Maka seorang wali baptis
adalah pasti seorang Katolik yang dikenal baik, cukup dekat dan
kenal dengan keluarga itu, supaya dapat memberikan bantuan
rohani maupun suppot spiritual bagi keluarga itu dan bagi anak
yang didampingi. Di sini bukan hanya sebagai “tokoh”. Tetapi
yang paling penting adalah orang yang memiliki kedekatan dengan
keluarga itu sendiri, wali baptis bukan hanya sebagai pelengkap,
tempelan upacara pembaptisan.
Penulis : Menurut romo apa yang merupakan kualifikasi/kritetia seperti apa
untuk menjadi seorang wali baptis?
Responden : Sudah disebut dewasa dalam iman, orang yang sudah menerima
sakramen inisiasi secara penuh. Tidak menjadi batu sandungan
bagi keluarga itu sendiri maupun bagi umat beriman lainnya, bukan
orang yang terkena hukum Gereja, ekskomunikasi dan dekat
dengan keluarga anak yang dibaptis.
Penulis : Apa perbedaan kemendesakkan fungsi peran wali baptis antara
baptisan dewasa dan bayi?
Responden : Kemendesakkan fungsi peran wali baptis di dalam proses
pendampingan iman cukup berbeda antara baptisan dewasa dan
bayi. Kemendesakkan baptisan dewasa ialah: orang itu sendiri
sudah bisa melalui proses wawancara, proses pendekatan-
pendekatan lainnya. Orang itu sendiri secara sungguh-sungguh
sudah bisa mengelola kehidupan imannya kepada kedewasaan
rohani. Kemendesakkan bagi baptisan bayi berbeda dengan
baptisan dewasa. Pendampingan sangat dibutuhkan oleh bayi.
Mulai dari awal sampai dewasa dalam imannya. Pendampingan
iman yang cukup sangat diharapkan/dibutuhkan.
Penulis : Sebagai romo paroki di paroki Kristus Raja Baciro ini, bagaimana
romo melihat para wali baptis dalam menjalankan/melaksanakan
peran, tugas dan tanggungjawab mereka sebagai wali baptis?
Responden : Satu atau dua orang ada yang sudah mejalankan peran itu. Namun
ini masih menjadi pekerjaan rumah yang tidak mudah karena pasti
dalam jangka waktu yang sudah cukup lama peran wali baptis
sebagai pelengkap upacara pembaptisan (ini yang harus disadari

(27)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

betul), maka dibutuhkan kesadaran kepada umat bahwa wali baptis


itu mempunyai peran yang penting bagi pendidikan iman anak
baptis. Untuk menyikapi ini, dilakukan pendidikan iman terutama
disaat pembekalan orang tua dan wali baptis anak. Pada saat
pembekalanlah tempatnya untuk mengajukan kepada keluarga
untuk memilih secara serius wali baptis, di mana diharapkan untuk
memiliki cukup/memiliki kedekatan kepada keluarga dan
memberikan teladan kepada anak-anak yang dibaptis itu supaya
mereka tumbuh, mekar menjadi anak yang baik. Dan ini belum
sepenuhnya dilaksanakan. Sekarang Keuskupan Agung Semarang
sudah mulai mensosialisasikan supaya memilih entah saksi manten,
wali krisma, wali baptis adalah mereka yang memiliki peran bagi
kehidupan orang yang bersangkutan. Dan itu akan mendapatkan
dampak yang baik.
Penulis : Mengapa para wali baptis belum sepenuhnya menjalankan peran
mereka selama ini?
Responden : Pengalaman saya mengatakan bahwa para wali baptis belum
sepenuhnya menjalankan perannya selama ini. faktor-faktor apa
yang menyebabkan demikian adalah: katekese kurang, para wali
baptis tidak tahu perannya apa, pendampingan secara serius
terhadap keluarga-keluarga yang mau dibaptis juga belum lama,
Orang tua tidak cukup memahami tugasnya. Orang tua mempunyai
pemahaman bahwa dengan membaptis anak tugasnya sudah
selesai. Padahal baptisan merupakan pintu masuk bagi sakramen-
sakramen lain yang harus diterima anak-anak, pembekalan tidak
cukup. Itu belum lama ada pembekalan. Peran wali baptis dalam
sakramen insisasi itu memainkan peran penting. Kedudukan wali
baptis sejajar dengan orang tua, tanggungjawab kepada anak yang
dibaptis itu besar sekali. Maka, merekapun perlu mendapatkan
pendampingan, pembekalan supaya para wali baptis mengetahui
persis apa yang harus dilakukan ketika seorang anak dibaptis.
Penulis : Menurut romo keefektifan pendampingan, yang menjadi wali
baptis itu dari keluarga atau saudara dalam keluarga atau orang
lain?
Responden : Orang yang netral, dia ideal, bukan saudara dan bukan familli
dekat. Karena jika famili dekat akan kesulitan jika ada konflik
rumah tangga. Wali baptis tidak nyaman untuk mendidik. Kalau
orang netral, apaun situasinya dia memiliki kedekatan dengan
keluarga sehingga tegur sapa dan komunikasinya lancar.
Penulis : Apakah ada pesan/harapan romo kepada para wali baptis dan
kepada penulis?
Responden : Supaya mereka memahami tugasnya dan menjalankan tugasnya.
Dan pesan/usul kepada penulis adalah: apa yang telah ditemukan
dalam penelitian, itu disampaikan kepada tiem inisiasi paroki
(omong-omong atau mengadakan seminar).

(28)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Penulis : Terima kasih romo atas informasi dan waktunya yang telah
diberikan kepada saya.

Responden XIX (R 19)


a. Identitas :
Nama : Pak Windu
Usia : 43 Tahun
Status : ketua bidang pewartaan paroki Kristus Raja Baciro
Waktu pelaksanaan wawancara: 08 Juni 2015

b. Hasil Wawancara :
Penulis : Menurut bapak siapa itu wali baptis?
Responden : Siapa wali baptis itu bisa dilihat dari tugas, peran, dan
tanggungjawab seorang wali baptis. Peran wali baptis tidak
sederhana, seorang yang menjadi wali baptis tugasnya tidak ringan.
Ia harus siap mendampingi orang yang dibaptis, di mana itu
seumur hidup. Dan seorang wali baptis harus menjadi teladan,
artinya orang tuapun dalam memilih wali baptis harus memilih
mereka yang benar hidupnya. Bisa dikatakan tidak ada celanya.
Karena sekali itu nanti dikatakan ada celanya, ini bagi anak yang
dibaptis itu pasti akan mengikuti. “Wali baptisnya saja begitu kok,
aku juga nanti begitu”. Bagi saya, wali baptis itu seperti orang tua
dari sisi iman bagi orang yang dibaptis. Maka seorang wali baptis
itu disarankan bukan dari keluarga. Karena, kalau dari keluarga itu
ada tidak enaknya. Mau menegur, tidak enak, itu khan masih
keluarga. Jadi kalau bukan dari keluarga, maka ia mengamati dari
luar dan bukan dari dalam.
Penulis : Menurut bapak, keteladanan hidup macam apa yang harus
dihidupi oleh seorang wali baptis?
Responden :Wali baptis itu tidak ada celanya, mereka harus memberikan
teladan. Keteladanan hidup maksudnya bahwa seorang wali baptis
minimal tiap minggu ke gereja. Ini sangat penting untuk anak. Dan
kalau ini sudah dipenuhi, tentu di dalamnya ada yang bisa dibuat.
Satu ungkapan dalam Gereja kita “ iman tanpa perbuatan adalah
sia-sia”. Kalau wali baptis setiap minggu datang ke Gereja, maka
diapun harus menerapkan itu di tengah-tengah masyarakat dan
umat, aktif di lingkungan, syukur-syukur di Gereja. Lebih idealnya
lagi, hidupnya selalu mengikuti 10 perintah Allah. Wali baptis itu
adalah orang tua dari sisi iman.
Penulis : Menurut bapak apakah penting kehadiran wali baptis dalam
pendampingan iman bagi anak remaja pada zaman ini? dan
mengapa itu penting?
Responden : Wali baptis itu posisinya penting. Maka, karena penting, wali
baptis itu tidak asal copot, besok dibaptis dan sekarang dicopot
wali baptisnya. Wali baptis itu harus disiapkan sebelumnya, karena
peran wali baptis itu sebagai orang tua dari sisi iman bagi anak

(29)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

yang dibaptis. Seperti yang sudah terjadi selama ini di paroki


Baciro, kalau minggu ketiga itu ada baptis bayi, maka mingguan
keduanya pembekalan bagi wali baptis dan orang tua.
Penulis : Bagaimana bapak meliht selama ini di paroki Baciro apakah para
wali baptis sudah menjalankan peran, tugas dan tanggungjawab
mereka kepada anak baptisnya:
Responden :
 Menurut pengalaman dan pengamatan saya selama ini, wali baptis masih
belum menjalankan perannya. Kehadiran mereka masih sekedar formalitas
saja. Ini yang sudah berjalan dari sisi praktek selama ini. Dan ini harus
dirombak.
 Maka pembekalan untuk orang tua dan wali bapis itu penting.
 Perannya mereka di situ. Mereka harus sadar bahwa mereka bukan hanya
pajangan disaat mereka mendampingi mereka yang dibaptis.
 Mereka harus menjalankan peran mereka sampai anak tersebut dewasa,
buktinya: jika ada sesuatu nanti dengan anak ini, misalnya: terpengaruh
dengan iman lainnya atau perbuatan sehari-harinya tidak sesuai dengan
kehendak Tuhan, disitulah wali baptis sungguh bertanggungjawab. Dan ini
harus ditekankan kapada wali baptis. Makanya pembekalan bagi wali baptis
dan orang tua itu penting.
 Praktek peran wali baptis sampai sekarang masih sebagai formalitas.
Penulis : Dari penjelasana Peran bahwa wali baptis hanya sebagai
formalitas. Apa yang membuat wali baptis sulit menjalankan peran
mereka selama ini?
Responden :
 Intensitas pertemuan dengan anak baptis tidak selalu sering, sehingga mereka
sama sekali tidak menyentuh hidup keseharian anak baptisnya seperti apa.
 Wali baptis dipilih tanpa pertimbangan yang matang oleh orang tua.
 Wali baptis tidak dibekali dengan peran mereka sebagai wali baptis. Maka
menjadi wali baptis itu hanya sebagai formalitas saja. Mereka tidak dibekali
pemahaman yang cukup tentang tugas dan peran-peran mereka. Orangtua
sering mengajak anak baptis untuk bergaul, bertemu denganwali baptisnya.
 Wali baptis harus dibekali tentang posisi dan perannya. Sehingga mereka
akan kuat.
 Wali baptis itu harus yang muda, ini menyangkut pendampingan kepada yang
dibaptis, sampai mereka dewasa baru bisa dilepas.
 Peran wali baptis itu “LONG LIVE”, berlangsung sepanjang hidup.
Penulis : Menurut bapak pendampingan yang khas macam apa yang sesuai
dengan para remaja pada masa kini?
Responden :
 Dimulai dari keluarga, pemahaman kepada orang tua
 Kegiatan yang sesuai dengan usia mereka, misalnya: GEGNET, IT (Ilmu
Teknologi) harus bisa disesuaikan dengan mereka. Misalnya: bagaimana cara
menggunakan media komunikasi yang baik dan benar. Bagaimana
menggunakan FB dengan benar.

(30)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 Anak remaja itu sekolah, maka pendampingan disesuaikan dengan agenda


mereka.
Penulis : Apakah bapak ada pesan/harapan kepada para wali baptis yang
ada di paroki Kristus Raja Baciro?esan kepada wali baptis?
Responden :Wali baptis harus sadar posisinya. Kalau dulu hanya formalitas,
maka sekarang dia harus belajar. Dia juga harus mengikuti
pekembangan zaman sama seperta para guru, dan juga orang tua.
Supaya tidak dibodoh-bodohi oleh anak-anak itu.
Penulis : Apakah bapak ada pesan,usul, saran kepada penulis?
Responden : Untuk teman-teman IPPAK lebih sering lagi berkunjung ke
paroki-paroki /lingkungan bekerjasama dengan dengan Sie
pewartaan. Dan mendengar keluhan mereka apa yang sebenarnya
dibutuhkan oleh paroki terkait dengan pewartaan dan evangelisasi.
Supaya teman-teman dari IPPAK ada pengalaman bagaimana
situasi di tiap paroki. Teman-teman IPPAK bisa belajar di
dalamnya “ Lern in that” (belajar ilmu dan juga belajar tentang
situasi paroki)”. Secara khusus untuk penulis supaya membuat
sebuah buku berupa resume tentang peran wali baptis dan itu
diberitahukan di paroki. (satu buku kecil yang di dalamnya berisi
tentang apa tugas-tugas wali baptis). Memberikan pemahaman
kepada umat tentang apa yang menjadi tugas-tugas dan peran wali
baptis itu. Misalnya: antara baptis bayi dan baptis dewasa. Baptis
dewasa dibagi dua, yakni: mereka yang masih bisa menerima
pelajaran dan mereka yang sudah sepuh/lansia. Dipersiapkan untuk
mengahadapi masa akhir hidup mereka.
Penuilis: Terima kasih bapak atas waktunya.

Responden XX (R 20)
a. Identitas :
Nama : Bapak Sumantri
Usia : 65 Tahun
Status : Prodiakon Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta
Waktu pelaksanaan wawancara : 13 Juni 2015
b. Hasil wawancara :
Penulis : Menurut bapak siapa itu wali baptis?
Responden : Untuk menjawab siapa wali baptis, ini berkaitan dengan apa yang
merupakan peran, tugas dan tanggungjawab seorang wali baptis.
kedudukan seorang wali baptis adalah mendampingi katekumen
yang dibaptis disamping orang tuanya. Wali baptis mendidik,
mendorong baptis baru.
Penulis : Apa yang merupakan peran, tugas, dan tangungjawab wali baptis
sebelum pembaptisan, pada saat pembaptisan dan sesudah
pembaptisan?
Responden :
 Sebelum pembaptisan:

(31)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Pada masa ini peran wali baptis masih belum kelihatan. Barangkali membantu
orang tua (jika diminta) untuk mencarikan nama pelindung anak baptis.
 Pada saat pembaptisan:
Mendampingi dan menjawab pertanyaan dari romo tentang kesanggupannya
dalam mendampingi anak baptis.
 Sesudah pembaptisan:
Terlebih-lebih pada masa mistagogi. Wali baptis membantu baptisan baru
(baptisan dewasa).
Penulis : Menurut bapak, apa makna simbol-simbol yang dipakai dalam
liturgi pembaptis?
Responden : Air merupakan syarat utama dari pembaptisan. Air dicurahkan
sebanyak tiga kali pada saat formulasi pemabatisan (N..aku
membaptis kamu dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus).
Diurapi dengan minyak berarti batisan baru ambil bagian dalam
tugas Yesus Kristus yaitu sebagai imam, nabi, dan raja.
Lilin melambangkan bahwa seseorang yang dibaptis menjadi
keluarga baru, dan diharapkan cahaya itu terus bersinar. Sedangkan
kain putih (baju) merupakan “jati diri”. Pakaian yang kotor, yaitu
dosa-dosa diganti dengan pakaian baru.
Penulis : Bagaimana bapak melihat dan mengalami pelaksanaan peran,
tugas, dan tangungjawab wali baptis selama ini dalam
mendampingi perkembangan iman anak baptis usia remaja di
paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta?
Responden : Saya mengalami bahwa para wali baptis sekedar untuk seremonial
saja, asal memenuhi persyaratan saja. Selanjutnya tidak berperan
lagi. Ada seorang wali baptis yang saya kenal. Saya tidak bisa
membayangkan bagaimana bapak ini melaksanakan tugasnya
karena sudah dua tahun lebih dia tidak pernah datang ke gereja,
tidak mengadakan kontak dengan anak baptis. Bagi saya fungsinya
sebagai wali baptis tidak berjalan semestinya.
Penulis : Menurut bapak, apa yang membuat para wali baptis tidak
melaksanakan perannya atau hanya sebagai seremial saja?
Responden : Bagi saya menjadi wali baptis itu tidak sembarangan orang.
Mereka adalah orang yang mempunyai pengalaman hidup rohani
yang baik. mereka adalah orang yang mempunyaai posisi,
misalnya: seorang pendidik, ketua lingkungan, seorang yang aktif
dalam dewan paroki. Maka faktor yang menjadi penghambat dalam
melaksanakan peran itu adalah: tempat tinggal yang berjauhan
(perpindahan), wali baptis lupa kepada anak baptisnya, dan
persiapan pembekalan dan pengertian mengenai peran dan tugas
serta tanggungjawab wali baptis sangat kurang.
Penulis : Menurut bapak pendampingan iman yang khas macam apa yang
harus diberikan kepada para remaja pada zaman ini, mengingat
mereka adalah generasi penerus Gereja?

(32)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Responden :Hendaknya anak dididik di sekolah-sekolah Katolik, mereka


didampingi di segala bidang misalnya: bidang kesenian, bidang
olah raga, dsb.
Penulis : Menurut bapak, keteladanan hidup macam apa yang perlu
diberikan oleh wali baptis?
Responden : Keteladanan dalam sikap, dewasa secara rohani, tidak ada
halangan secara etika umum dan Gereja.
Penulis : Apa pesan/harapan bapak kepada para wali baptis?
Responden : Marilah bapak/ibu wali baptis tetap ada perhatian, kepadulian
kepada anak baptis apalagi jika itu yang berhubungan dengan
gereja, lingkungan. Mari kita beri waktu kepada anak baptis dan
gnomon-ngomong dengan mereka.
Penulis : Baik, terima kasih bapak atas informasi dan waktu yang telah
diberikan kepada saya. Tuhan memberkati.

(33)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Lampiran 3

Hati Sebagai Hamba

Ku tak membawa apapun juga


Saat ku datang ke dunia
Ku tinggal semua pada akhirnya
Saat ku kembali ke surge

Reff:
Inilah yang ku punya
Hati s’bagai hamba
Yang mau taat dan setia
padaMu Bapa

Kemanapun ku bawa
Hati yang menyembah
Dalam roh dan kebenaran
Sampai s’lamanya

Bridge:
Bagaimana ku membalas kasihMu
S’gala yang kupunya itu milikMu
Itu milikMu oh…

(34)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Lampiran 4

Gambar Yesus yang Mengendong Domba

(35)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Lampiran 5

Yohanes10:11-13 “ Gembala yang Baik”

10:11 Akulah gembala yang baik . Gembala yang baik memberikan nyawanya
bagi domba-dombanya; 10:12 sedangkan seorang upahan yang bukan gembala,
dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang,
meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan
mencerai-beraikan domba-domba itu. 10:13 Ia lari karena ia seorang upahan dan
tidak memperhatikan domba-domba itu.

(36)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Lampiran 6

Foto Responden (Wali Baptis)

Ibu Theresia Sumartini

Foto Responden (Wali Baptis)

Ibu Ananta

(37)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Lampiran 6

Responden (Wali Baptis)

Pak Rudi

Ressponden (Anak Baptis)

Maria Margareta Tifani

(38)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Lampiran 7

Teks Lagu “ Jadilah Saksi Kristus”.

Sesudah dirimu diselamatkan jadilah saksi Kristus


Cahaya hatimu jadi terang, jadilah saksi Kristus
Tujuan hidupmu jadi nyata, jadilah saksi Kristus.
Setelah dirimu kau tinggalkan, jadilah saksi Kristus
Kehidupan baru kau dapatkan, jadilah saksi
Kristus Api cinta Kristus kau kobarkan, jadilah saksi Kristus.
Di saat hatimu jadi hampa, jadilah saksi Kristus
Tiada hasratmu dalam karya, jadilah saksi Kristus
Tiada harapan kan berjuang, jadilah saksi Kristus.
Dalam memaafkan kawan lawan, jadilah saksi Kristus
Dalam menggagahkan persatuan, jadilah saksi Kristus.
Dalam meluaskan kerja sama, jadilah saksi Kristus
Dalam membangunkan nasib rakyat, jadilah saksi Kristus.
Dalam meningkatkan nasib rakyat, jadilah saksi Kristus
Dalam membagikan suluh smangat, jadilah saksi Kristus.

(39)

Anda mungkin juga menyukai