Anda di halaman 1dari 23

IX

EVANGELII NUNTIANDI
Pewartaan Injil dalam Dunia Modern

8 DESEMBER 1975, PAULUS VI - EN


EVANGELII NUNTIANDI
Pewartaan Injil dalam Dunia Modern
PENDAHULUAN
Menanggapi Sidang Umum Ketiga Sinode para Uskup (1974)
yang bertemakan “Pewartaan Injil” (Evangelisasi), Yang
Mulia Paus Paulus VI mengeluarkan Ekshortasi
Apostoliknya yang berjudul Evangelii Nuntiandi
(“Pewartaan Injil dalam Dunia Modern”), 1975, sekaligus
untuk memperingati ulang tahun ke-10 Konsili Vatikan II.

PAUS PAULUS VI
Paus Paulus VI (1963-1978) sangat terkenal karena menuntun Konsili Vatikan II
sampai pada pencetusan resolusi-resolusinya. Ia banyak mengunjungi negara-
negara Dunia Ketiga, termasuk Asia, bahkan berpidato di PBB. Hal ini
mencerminkan suatu era baru dalam peranan para Paus dalam Gereja dan
dunia dewasa ini. Salah satu prestasinya yang gemilang adalah pembentuk
Komisi Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian.
Ia telah mengutus aku untuk
menyampaikan kabar baik kepada
orang-orang sengsara, dan merawat
orang-orang yang remuk hati, untuk
memberitakan pembebasan kepada
orang-orang tawanan.
GARIS-GARIS BESAR EVANGELII NUNTIANDI

1. Meneguhkan pengajaran Konsili Vatikan II tentang peranan aktif


Gereja sebagai lembaga maupun sebagai anggota umat Allah dalam
menegakkan keadilan di dunia.
2. ajaran utama Paus Paulus VI tentang misi pewartaan Injil Gereja.
3. Ensiklik Evangelii Nuntiandi memiliki tiga persoalan hangat :

a. Semangat Kabar Gembira macam apakah yang


dapat berpengaruh pada suara hati manusia?
b. Dalam bentuk apa dan dengan cara bagaimana
kekuatan Injil sungguh-sungguh mampu membawa
perubahan bagi manusia dewasa ini?
c. Metode-metode apa yang harus diikuti agar kuasa
Injil dapat membawa pengaruh?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut terjawab dalam
7 (tujuh) bagian Evangelii Nuntiandi :

A. Dari Kristus Pewarta Injil kepada Gereja yang


Mewartakan Injil
B. Apakah Pewartaan Injil itu?
C. Isi Pewartaan Injil
D. Metode-Metode Pewartaan Injil
E. Orang-Orang yang Mendapat Manfaat dari
Pewartaan Injil
F. Pekerja-Pekerja Pewartaan Injil
G. Semangat Pewartaan Injil
TEMA-TEMA KUNCI EVANGELII NUNTIANDI
A. DARI KRISTUS PEWARTA INJIL KEPADA GEREJA YANG
MEWARTAKAN INJIL
1. Pengutusan Yesus adalah pergi dari kota ke kota mewartakan kepada orang
miskin Kabar Gembira Allah. Seluruh segi dari misteri-Nya-Inkarnasi, -yaitu
mukjizat-mukjizat dan pengajaran-Nya, panggilan para rasul, perutusan
keduabelas rasul-Nya, Salib dan Kebangkitan- merupakan kegiatan penginjilan-
Nya. (#6)
2. Yesus, sebagai pewarta Injil, memaklumkan Kerajaan Allah dengan kata-kata
dan tanda-tanda. (#8, 11, 12)
3. Dia memaklumkan pula penebusan yaitu pembebasan dari segala sesuatu yang
menindas umat manusia, dan pembebasan dari dosa dan Kejahatan. (#9)
4. Kerajaan dan keselamatan ini tersedia bagi setiap orang. Untuk itu, dituntut
suatu pembaruan pikiran dan hati yang mendalam. (#10)
5. Kabar Gembira dimaksudkan untuk semua orang. Mereka yang menerima
Kabar Gembira ini pada gilirannya harus menjadi pewarta Injil dengan
menyebarluaskannya. (#13)
6. “Mewartakan Injil…adalah rahmat dan panggilan yang tepat bagi Gereja.”
Gereja adalah pewarta Injil namun harus dimulai dengan mewartakan Injil dalam
tubuh Gereja sendiri. (#14, 15)
B. APAKAH PEWARTAAN INJIL ITU?

1. Evangelisasi dapat dirumuskan sebagai


upaya mewartakan Kristus kepada mereka
yang belum mengenal-Nya, berkotbah,
memberikan katekese, memberikan
Permandian dan Sakramen-Sakramen
lainnya. Namun, realitas penginjilan harus
tidak memihak dan tidak fragmentaris. (#17)

2. Unsur-unsur pewartaan Injil (#18-23)


UNSUR-UNSUR PEWARTAAN INJIL

a. Pembaruan - “Bagi Gereja mewartakan Injil berarti membawa Kabar


Gembira kepada segenap lapisan umat manusia, dan melalui pengaruh
Injil merubah umat manusia dari dalam dan membuatnya menjadi baru.”
(#18)
b. Perubahan – Pewartaan Injil harus mempengaruhi tolok ukur penilaian
manusia, nilai-nilai, kepentingan, pemikiran dan pola hidupnya yang
bertentangan dengan Sabda Allah dan rencana penyelamatan. (#19)
c. Budaya – Evangelisasi kebudayaan harus selalu menjadikan pribadi
manusia sebagai titik pangkalnya dan selalu kembali kepada hubungan
antar manusia dan hubungan manusia dengan Allah. (#20)
d. Kesaksian dan Pewartaan – Injil harus dimaklumkan dengan kesaksian
hidup pribadi dan dengan pewartaan yang jelas dan eksplisit tentang
Yesus. Kesaksian hidup berjalan bersama dengan sabda kehidupan. (#21,
22)
e. Komunitas Umat Beriman - Umat yang mengalami perubahan karena
evangelisasi memasuki komunitas Gereja yang merupakan tanda hidup
baru. (#23)
f. Kerasulan – Orang yang telah menerima pewartaan Injil hendaknya pula
mewartakan Injil kepada orang-orang lain. (#23)
3. Pewartaan Injil adalah suatu proses kompleks
dengan banyak unsur yang saling melengkapi
dan saling memperkaya : pembaruan
kemanusiaan, kesaksian, pewartaan yang
eksplisit, ketaatan batin, masuk dalam umat,
menerima tanda-tanda, dan prakarsa merasul.

Perutusan Yesus adalah pergi dari kota ke kota


sambil mewartakan kepada orang miskin kabar
Gembira Allah. Seluruh segi dari misteri-Nya-
Inkarnasi, mukjizat-mukjizat dan pengajaran-Nya,
berkumpulnya keduabelas rasul-Nya, salib dan
kebangkitan merupakan bagian dari kegiatan
penginjilan-Nya. (#6)
C. ISI PEWARTAAN INJIL
1. PENEBUSAN – Pesan utama pewartaan Injil adalah bahwa
“dalam Yesus Kristus, Putera Allah yang menjadi manusia, yang
wafat dan bangkit dari kematian, penebusan ditawarkan kepada
semua orang sebagai suatu karunia rahmat dan belas kasih
Allah.” (#27)
2. HARAPAN – Pewartaan Injil menyangkut pewartaan tentang
kehidupan akhirat. Pewartaan Injil mencakup pula pewartaan
tentang harapan akan janji yang dibuat Allah dalam Perjanjian
Baru dalam Yesus Kristus, pewartaan tentang misteri kejahatan
dan usaha mencari kebaikan secara aktif. Pewartaan tentang
pencarian aktif akan Allah dilakukan lewat doa, Komuni, dan
Sakramen-Sakramen. (#28)
3. KEHIDUPAN SEUTUHNYA – Pewartaan Injil memiliki dimensi
pribadi, keluarga, dan sosial yang mencakup hak-hak dan
kewajiban manusia, kehidupan keluarga, kehidupan dalam
masyarakat dan kehidupan internasional, perdamaian, keadilan,
perkembangan, dan pembebasan. (#29)
4. PEMBEBASAN – Gereja mempunyai kewajiban untuk mewartakan
pembebasan ini, memberikan kesaksian, dan menjamin bahwa hal
ini adalah sempurna. Semuanya ini bukanlah suatu yang asing
melainkan menyatu dengan pewartaan Injil. (#30)
5. PEMAJUAN MANUSIA – Rencana penebusan meliputi karya
menentang ketidakadilan. Dalam pewartaan Injil keadilan tak dapat
diabaikan.
6. INTEGRAL & TOTAL – Penyelamatan dan pembebasan tidak
dapat dikurangi hanya pada kesejahteraan materiil belaka. Dimensi
spiritual dan religius tak dapat diingkari. (#32)
7. PEMBEBASAN INJILI – Pembebasan tak dapat dibatasi pada
ekonomi, politik, kehidupan sosial atau budaya. Ia harus mencakup
seluruh pribadi. (#33)

Pewartaan Injil memiliki dimensi pribadi, keluarga dan sosial yang


mencakup hak-hak dan kewajiban manusia, kehidupan keluarga,
kehidupan dalam masyarakat dan kehidupan internasional,
perdamaian, keadilan, perkembangan dan pembebasan. (#29)
8. BERPUSAT PADA KERAJAAN ALLAH – Pewartaan Kerajaan
Allah tak dapat digantikan dengan pewartaan tentang bentuk-
bentuk pembebasan manusia. Sumbangan Gereja bagi
pembebasan adalah tidak lengkap jika ia mengabaikan pewartaan
keselamatan dalam Yesus Kristus. (#34)
9. PEWARTAAN INJIL & PEMBEBASAN – Pembebasan manusia
dan penebusan dihubungkan dalam Yesus Kristus. Pembebasan
sejati harus digerakkan oleh keadilan dan cinta kasih, dan tujuan
akhirnya haruslah penebusan dan kebahagiaan dalam Allah. (#35)
10. PERTOBATAN – Pertobatan pribadi diperlukan dalam membangun
struktur-struktur yang lebih manusiawi, adil, menghormati hak-hak
manusia, tidak menindas dan tidak memperbudak. (#36)
11. TANPA KEKERASAN - Kekerasan tidak selaras dengan
pembebasan sejati. Kekerasan akan membangkitkan kekerasan
dan membawa bentuk-bentuk penindasan dan perbudakan baru
dan lebih berat. (#37)
12. KEBEBASAN BERAGAMA adalah hak asasi manusia yang
penting. (#39)
D.METODE-METODE PEWARTAAN INJIL

1. KESAKSIAN HIDUP ( #41 )


2. KOTBAH YANG HIDUP ( #42 )
3. LITURGI SABDA ( #43 )
4. KATEKESE ( #44 )
5. MEDIA MASSA ( #45 )
6. KONTAK PRIBADI ( #46 )
7. SAKRAMEN-SAKRAMEN ( #47 )
8. KESALEHAN YANG MERAKYAT ( #48 )
D. METODE-METODE PEWARTAAN INJIL
1. Kesaksian Hidup – Sarana pertama pewartaan Injil adalah
kesaksian hidup kristiani yang otentik, yang diberikan kepada Allah
dan sesamanya dalam suatu persekutuan yang tak dapat
dibinasakan oleh apapun juga. (#41)
2. Kotbah yang Hidup – Sarana kedua adalah berkotbah tentang
Kabar Gembira. Metode-metode komunikasi modern telah
dipergunakan dengan sukses. (#42)
3. Liturgi Sabda – Kotbah terdapat dalam Liturgi Sabda dan
merupakan kesempatan istimewa untuk mengkomunikasikan
Sabda Allah. (#43)
4. Katakese – Pengajaran Katakese harus disesuaikan dengan usia,
kebudayaan, dan sikap pribadi-pribadi bersangkutan; mereka harus
senantiasa menanamkan dalam ingatan, pikiran dan hati mereka
kebenaran-kebenaran yang hakiki. (#44)
5. Media Massa – Penggunaan media massa untuk pewartaan Injil
hendaknya menjangkau sejumlah besar orang, namun dengan
kemampuan menembus hati nurani setiap individu. (#45)
6. Kontak Pribadi – Dalam jangka panjang, kontak pribadi sangat
penting bagi pewartaan Injil. (#46)
7. Sakramen-Sakramen – Pewartaan Injil harus menyentuh kehidupan
kodrati maupun adikodrati. Kehidupan adikodrati ini terungkap dalam
tujuh Sakramen. Peranan evengelisasi adalah mendidik masing-
masing individu kristiani agar menghayati Sakramen-Sakramen
sebagai Sakramen-Sakramen sejati dari kehidupan – dan bukan untuk
menerimanya secara pasif melainkan untuk menjalaninya. (#47)
8. Kesalehan yang Merakyat – Agama rakyat ini mencerminkan suatu
kehausan akan Allah yang hanya dapat dikenal oleh orang sederhana
dan miskin. Ia juga membuat orang-orang mampu bersikap murah hati
dan rela berkorban bahkan bersikap sebagai pahlawan. Orang harus
peka akan kesalehan yang merakyat, mengetahui bagaimana
menyelami dimensi-dimensinya yang terdalam serta nilai-nilainya,
membantunya mengatasi bahaya penyelewengan. Dengan demikian
kesalehan yang merakyat itu dapat menjadi suatu pertemuan sejati
dengan Allah dalam Yesus Kristus. (#48)
E. ORANG-ORANG YANG MENDAPAT MANFAAT DARI
PEWARTAAN INJIL
1. Kabar Gembira ditujukan kepada setiap orang. “Pergilah ke
seluruh dunia; beritakanlah Injil kepada segala makhluk.” (#49)
2. Kendala-kendala seperti penyiksaan dan perlawanan, serta cobaan-
cobaan terhadap para pewarta Injil tidak pernah dapat merintangi
pewartaan Kabar Gembira ke seluruh dunia. (#50)
3. Kepada Mereka yang Belum Mengenal-Nya – Yesus Kristus dan
Injil-Nya pertama-tama diwartakan kepada mereka yang belum
mengenal-Nya. “Pra-evengelisasi” dapat membantu pewartaan ini,
misalnya, melalui karya seni, pendekatan ilmiah, penelitian filosofis
dan menggugah hati manusia. (#51)
4. Kepada Dunia yang Tidak Lagi Kristiani – Kabar Baik Yesus harus
diwartakan juga kepada mereka yang sudah dibaptis namun hidup di
luar kehidupan kristiani, kepada orang-orang sederhana yang tentu
mempunyai iman namun tanpa pengetahuan yang sempurna, kepada
kaum intelektual yang merasa perlu mengetahui Yesus Kristus, dan
juga kepada banyak orang lain. (#52)
5. Kepada Agama-Agama Bukan Kristen – Gereja menghormati dan
menghargai agama-agama bukan Kristen karena merupakan
ungkapan hidup dari jiwa kelompok besar umat manusia. Mereka
mengandung gema usaha pencarian yang tidak pernah lengkap akan
Allah selama ribuan tahun, tetapi dilakukan dengan ketulusan yang
besar dan kelurusan hati. Namun, Gereja tidak dapat
menyembunyikan dari mereka pewartaan tentang Yesus dan
kekayaan Misteri-Nya. (#53)
6. Kepada Orang-Orang yang Percaya – Iman para Pengikut Kristus
perlu diperdalam, diperkokoh, diperkaya dan didewasakan. Untuk itu,
Gereja perlu menyapa sekularisme, ateisme, dan humanisme. (#54)
7. Kepada Orang-Orang yang Tidak Percaya – Semakin meningkatnya
ketidak percayaan dalam dunia modern dengan hadirnya humanisme
ateis, sekularisme dan ateisme yang berpusat pada manusia. (#55)
8. Kepada Orang yang Tidak Mengamalkan Agamanya – Pewartaan
Injil harus menemukan sarana dan bahasa yang tepat untuk
menyajikan wahyu Allah dan iman akan Yesus Kristus kepada orang-
orang kristiani yang tidak mengamalkan agamanya. (#56)
9. Kepada Orang Banyak – Demi pewartaan Injil yang efektif, Kabar
Gembira harus menyentuh hati orang banyak, jemaat-jemaat kaum
beriman yang tindakannya dapat dan pasti menjangkau orang-orang
lain. (#57)
10. Kepada Komunitas Basis Gerejani – Terdapat dua macam
“komunitas kecil”. Yang satu bekerja dengan Gereja, menuntun orang
kristiani bersama dalam jemaat-jemaat agar menjadi pendengar dan
pewarta Kabar Gembira. Kelompok lainnya mengecam Gereja dengan
sikapnya yang menolak dan mencari-cari kesalahan.
Komunitas-komunitas ini perlu :
a. Mencari santapan dalam Sabda Allah dan tidak membiarkan diri mereka terjerat oleh
polarisasi politis atau ideologi-ideologi.
b. Menghindari godaan protes yang sistematis dan sikap yang hiperkritis.
c. Tetap menyatu dengan Gereja lokal dan universal.
d. Memelihara persekutuan yang tulus dengan para pastor dan Magisterium Gereja.
e. Menyadari bahwa mereka bukanlah satu-satunya pelaksana evangelisasi.
f. Terus menerus bertumbuh dalam kesadaran misioner, semangat misioner, komitmen
dan kerajinan.
g. Memperlihatkan diri bersikap universal dalam segala hal dan tidak bersikap sektarian
(picik). (#58)
F. PARA PEWARTA INJIL

1. Gereja – Pewartaan Injil merupakan tugas perutusan Gereja.


“Seluruh Gereja adalah misioner dan karya pewartaan Injil
merupakan tugas mendasar Umat Allah.” (#59)
2. Pewartaan Injil bukan merupakan tindakan perorangan atau terisolir,
melainkan bersifat gerejani. Artinya, setiap aksi pewartaan Injil
berada dalam kesatuan dan persekutuan dengan Gereja. (#60)
3. Gereja Universal dan Lokal – Gereja universal maupun gereja-
gereja lokal atau individual mempunyai peranan dalam pewartaan
Injil. (#61,62)
4. Gereja-gereja lokal mengemban tugas untuk mewartakan Kabar
Gembira dalam bahasa dan cara yang dapat dipahami orang-orang
setempat. (#63)
5. Isi iman harus tidak boleh dilemahkan atau dikurangi apabila
pewartaan Injil disesuaikan dengan situasi setempat dan kehidupan
konkret masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan mengingat
dimensi universal gereja-gereja lokal. (#63-65)
6. Terdapat aneka tugas evangelisasi yang harus dilakukan. Dalam Injil,
Yesus mempercayakan para Murid-Nya tugas pewartaan Sabda. Ia
memilih mereka, melatih mereka, mengangkat serta mengutus
mereka ke luar sebagai saksi-saksi yang berwewenang dan guru-
guru untuk mengajarkan warta keselamatan. (#66)
7. Sri Paus – Pengganti Petrus mengemban tugas pelayanan untuk
mengajarkan kebenaran yang diwahyukan. (#67)
8. Para Uskup dan Iman adalah guru-guru iman, di samping juga
sebagai pelayan-pelayan Ekaristi dan Sakramen. (#68)
9. Kaum Religius bersaksi tentang Kristus melalui kehidupan mereka
yang suci dan menjadikannya sarana pewartaan Injil. Kaum religius
lainnya mewartakan Kabar Gembira secara langsung. (#69)
10. Kaum awam, karena berada di tengah-tengah dunia, adalah
pewarta-pewarta Injil dalam kancah politik, masyarakat, ekonomi,
kebudayaan, ilmu, kesenian, kehidupan internasional, media massa,
cinta manusia, keluarga, pendidikan, dan karya profesional. (#71)
11. Keluarga sebagai “Gereja rumah tangga” merupakan tempat di
mana Kabar Gembira pertama-tama dibagikan dan tempat dari mana
Kabar Gembira itu disebarluaskan. (#71)
12. Generasi Muda yang terlatih baik dalam iman dan doa harus
semakin menjadi rasul-rasul bagi kaum muda. (#72)
13. Berdampingan dengan para pelayan tertahbis, Gereja mengakui
tempat para pelayan yang tidak tertahbis yang dapat memberikan
pelayanan khusus bagi Gereja. Diperlukan persiapan serius untuk
semua orang yang berkarya bagi pewartaan Injil. (#73)

Pewartaan Injil bukan merupakan tindakan perorangan


atau terisolir, melainkan bersifat gerejani.
Artinya setiap aksi pewartaan Injil berada dalam
kesatuan dan persekutuan dengan Gereja. (#60)
G.SEMANGAT PEWARTAAN INJIL

1. Pewartaan Injil tidak akan dimungkinkan tanpa karya Roh Kudus.


Teknik-teknik pewartaan Injil adalah baik, tetapi mereka tak dapat
menggantikan karya Roh Kudus yang lemah-lembut. (#75)
2. Semangat menginjil harus muncul dari kesucian hidup yang sejati,
dan kotbah harus membuat sang pengkotbah berkembang dalam
kesucian, yang diperkaya dengan doa dan cinta akan Ekaristi.
(#76)
3. Dari setiap Pewarta Injil diharapkan suatu kesederhanaan hidup,
semangat doa, kasih terhadap semua orang terutama kepada
mereka yang miskin dan tersingkir, ketaatan dan kerendahan hati,
sikap lepas-bebas dan pengorbanan diri. (#76)
4. Kesatuan di antara para pewarta Injil menjadi bukti bahwa mereka
diutus Bapa. Tanda persatuan di antara semua orang kristiani
merupakan pula jalan dan alat evangelisasi. (#77)
5. Pewarta Injil akan menjadi orang yang senantiasa mencari
kebenaran yang harus ia bagikan dengan orang lain, meskipun
untuk itu ia harus menyangkal diri dan berkorban. (#78)
6. Pewarta Injil harus memiliki kasih yang semakin besar kepada
mereka yang diberi penginjilan. Situasi keagamaan dan rohani
mereka yang mendapat penginjilan haruslah dihormati. (#79)
7. Semangat rohani diperlukan untuk menyampingkan segala dalih
yang menghambat pewartaan Injil. (#80)

Anda mungkin juga menyukai