WAWAN HATI
KATEKIS INISIASI
BERSAMA USKUP AGUNG
KEUSKUPAN AGUNG
SEMARANG
“KATEKIS MERUPAKAN ORANG-
“ ORANG YANG MENYIMPAN
KENANGAN TERINDAH KASIH
ALLAH”
MENGAPA KITA MENELITI BATIN DAN
MEREFLEKSIKAN DIRI DALAM
PANGGILAN DAN PERUTUSAN SEBAGAI
KATEKIS ?
E:\titipan lagu\Tuhan Melihat Hati - Citra Scholastika.mp4
SERUAN APOSTOLIK BAPA SUCI PAUS FRANSISKUS
GAUDETE ET EXSULTATE
(BERSUKACITA DAN BERGEMBIRALAH)
TENTANG PANGGILAN MENUJU KEKUDUSAN DALAM
DUNIA MASA KINI
Diberikan di Roma, pada Takhta Santo Petrus, tanggal 19 Maret 2018, Hari Raya
Santo Yosef, tahun keenam pontifikasi saya.
FRANSISKUS
175.Ketika, dalam hadirat Allah, kita memeriksa perjalanan hidup kita, tidak ada satu pun
wilayah yang terlarang. Dalam seluruh segi kehidupan kita dapat terus bertumbuh dan
menawarkan sesuatu yang lebih besar kepada Allah, bahkan di wilayah-wilayah yang kita
anggap paling sulit. Namun, kita perlu meminta Roh Kudus untuk membebaskan kita dan
mengusir ketakutan yang membuat kita melarang-Nya dari bagian-bagian tertentu kehidupan
kita. Allah meminta segalanya dari kita, tetapi Ia juga memberikan segalanya bagi kita. Ia
tidak ingin memasuki kehidupan kita untuk melumpuhkan atau mengecilkan kehidupan
tersebut, tetapi menggenapkan kehidupan tersebut. Maka, kearifan bukanlah suatu kupasan
diri secara solipsistik atau suatu bentuk introspeksi diri, tetapi suatu proses otentik untuk
meninggalkan diri kita di belakang untuk mendekati misteri Allah, yang membantu kita
melaksanakan perutusan yang telah Ia minta dari kita, demi kebaikan saudara-saudari kita.
174. Suatu kondisi penting untuk kemajuan dalam kearifan adalah pemahaman yang
bertumbuh akan kesabaran dan jadwal waktu Allah, yang tidak pernah kita miliki. Allah tidak
menurunkan api ke atas orang-orang yang tidak setia (bdk. Luk 9:54), atau membiarkan orang
yang tekun untuk mencabut lalang yang tumbuh di antara gandum (bdk. Mat 13:29).
Kemurahan hati juga dituntut, karena “lebih berbahagia memberi dari pada menerima” (Kis
20:35). Kearifan bukanlah tentang menemukan apa lagi yang bisa kita dapatkan dari kehidupan
ini, tetapi tentang mengenali bagaimana kita dapat mencapai perutusan yang dipercayakan
kepada kita pada saat kita dibaptis. Hal ini mensyaratkan kesiapan untuk berkorban, bahkan
mengorbankan segalanya. Karena kebahagiaan adalah sebuah paradoks. Kita sangat
mengalaminya ketika kita menerima nalar yang penuh misteri yang bukan nalar dunia ini :
“Inilah nalar kita”, kata Santo Bonaventura, sambil menunjuk ke arah salib. Begitu kita masuk
ke dalam dinamika ini, kita tidak akan membiarkan hati nurani kita mati rasa dan kita akan
membuka diri kita dengan murah hati menuju kearifan.
CONGREGATION FOR THE CLERGY
GENERAL DIRECTORY
His Holiness Pope John Paul II, on 11 August 1997, approved this present
General Directory for Catechesis and authorized its publication.
156. Tidak ada metodologi, tidak peduli seberapa teruji, dapat membuang orang katekis dalam
setiap fase proses kateketik. Karisma yang diberikan kepadanya oleh Roh, spiritualitas yang
solid dan kesaksian hidup yang transparan, merupakan jiwa dari setiap metode. Hanya kualitas
manusiawi dan Kristennya yang menjamin penggunaan teks dan instrumen kerja lainnya dengan
baik.
Katekis pada dasarnya adalah mediator. Dia memfasilitasi komunikasi antara orang-orang dan
misteri Allah, antara subjek di antara mereka sendiri, serta dengan masyarakat. Karena alasan
ini, visi budayanya, kondisi sosial dan gaya hidupnya tidak boleh menjadi penghalang bagi
perjalanan iman. Sebaliknya, ini membantu menciptakan kondisi yang paling menguntungkan
untuk mencari, menyambut dan memperdalam pesan Kristen. Dia tidak lupa bahwa
kepercayaan adalah buah dari rahmat dan kebebasan. Karena itu, ia memastikan bahwa
kegiatannya selalu mendapat dukungan dari iman kepada Roh Kudus dan dari doa. Akhirnya,
hubungan pribadi katekis dengan subjek sangat penting.
Kebutuhan dan hak setiap orang percaya untuk menerima katekese yang valid
167. Semua yang dibaptis, karena mereka dipanggil oleh Allah untuk menjadi dewasa dalam
iman, membutuhkan dan karenanya memiliki hak untuk katekese yang memadai. Karena itu
merupakan tanggung jawab utama Gereja untuk merespons ini dengan cara yang pantas dan
memuaskan. Karena itu harus diingat bahwa mereka yang akan diinjili adalah "orang-orang
konkret dan historis", berakar pada situasi tertentu dan selalu dipengaruhi oleh
pengkondisian pedagogis, sosial, budaya, dan agama. Mereka mungkin atau mungkin tidak
menyadari hal ini. Dalam proses kateketik, penerima harus subjek yang aktif, sadar dan
bertanggung jawab bersama, dan bukan hanya penerima yang diam dan pasif.
Kematangan katekis sebagai manusia, orang Kristen, dan apostolik.
239. Atas dasar kedewasaan manusia awal ini, latihan katekese, dengan pertimbangan dan
evaluasi yang konstan, memungkinkan katekis untuk tumbuh secara seimbang dan dalam
pandangan kritis, dalam integritas, dalam kemampuannya untuk berhubungan, untuk
mempromosikan dialog, untuk memiliki semangat konstruktif, dan untuk terlibat dalam kerja
kelompok. Ini akan menyebabkan dia tumbuh dalam rasa hormat dan cinta pada katekumen dan
mereka yang katekisasi: "Apa cinta ini? Ini adalah cinta, bukan guru, bukan ayah, atau ibu. adalah
harapan Tuhan bahwa setiap pengkhotbah Injil, setiap pembangun Gereja harus memiliki cinta ini
". Formasi juga mengasumsikan bahwa iman katekis dipupuk dan dipelihara oleh pelaksanaan
katekese, membuatnya demikian untuk tumbuh sebagai orang percaya. Formasi, di atas
segalanya, memelihara spiritualitas katekis, sehingga aktivitasnya muncul dalam kebenaran dari
kesaksian kehidupannya sendiri. Setiap tema yang dicakup oleh formasi pertama-tama harus
memberi makan iman katekis. Memang benar bahwa katekis mengkatekisasi orang lain dengan
terlebih dahulu mengkatekisasi diri mereka sendiri.
Formasi juga secara konstan memelihara kesadaran apostolik katekis, yaitu perasaannya
sebagai seorang penginjil. Karena alasan ini ia harus menyadari dan menghayati upaya
evangelisasi konkret yang dilakukan di keuskupannya sendiri, serta di parokinya sendiri agar
selaras dengan kesadaran bahwa Gereja tertentu memiliki misi sendiri. Cara terbaik untuk
memberi makan kesadaran kerasulan ini adalah dengan mengidentifikasikan diri dengan
sosok Yesus Kristus, guru dan pembentuk murid dengan berupaya memperoleh semangat
yang dimiliki Yesus untuk Kerajaan. Dimulai dengan latihan katekese, panggilan apostolik
katekis - yang terus dipupuk dengan pembentukan yang berkelanjutan - akan semakin
matang.
KESIMPULAN (4):
Kita meneliti batin tentang panggilan dan perutusan:
1) Mistik panggilan. Proses otentik untuk meninggalkan
diri kita di belakang untuk mendekati misteri Allah,
yang membantu kita melaksanakan perutusan yang
telah Ia minta dari kita, demi kebaikan sesama dan
bersama.
2) Attitude. Kearifan untuk mengenali bagaimana kita
dapat mencapai perutusan yang dipercayakan kepada
kita pada saat kita dibaptis. Hal ini mensyaratkan
kesiapan untuk berkorban, bahkan mengorbankan
segalanya.
3) Sadar Peran.
a) Katekis pada dasarnya adalah mediator. Dia
memfasilitasi komunikasi antara orang-orang dan
misteri Allah, antara subjek di antara mereka
sendiri, serta dengan masyarakat.
b) Semua yang dibaptis, karena mereka dipanggil
oleh Allah untuk menjadi dewasa dalam iman,
membutuhkan dan karenanya memiliki hak untuk
mendapatkan katekese yang memadai.
4) Keutuhan kematangan dan kedewasaan katekis
sebagai manusia (tumbuh dalam rasa hormat dan
cinta), orang Kristen (tumbuh sebagai orang
beriman), dan pribadi apostolik (perasaannya sebagai
seorang pewarta Injil).
BAHAN REFLEKSI
mistik panggilan – kearifan – sadar peran – kematangan dan kedewasaan
integral
1
Para katekis mengalami curahan anugerah Allah
sehingga tidak kenal lelah untuk terus berkarya
bahkan malahan bertekun dan bertahan setia
dalam karya.
3 KESIMPULAN
mistik panggilan – kearifan – sadar peran – kematangan dan kedewasaan
integral
2
Dalam perutusannya, hati para katekis adalah hati
yang bergembira dan penuh suka cita atau
berkobar-kobar sehingga pengalaman berkatekese
itu merupakan pengalaman yang menyenangkan
dan pengalaman bertumbuh menuju kedewasaan
iman yang tangguh, mendalam dan misioner.
3 KESIMPULAN
mistik panggilan – kearifan – sadar peran – kematangan dan kedewasaan
integral
3
Maka Tuhan menganugerahkan buah rahmat yang luar
biasa, yaitu dengan memandang dan pegang salib Tuhan
Yesus dan karena bantuan Roh Kudus, ada kebanggaan
sebagai katekis, hidupnya adalah hidup yang diberkati
sebagai hidup ini menjadi lebih bermakna, dan bertumbuh
dalam militansi sehingga mampu membaca salah satu
kebutuhan mendasar Gereja adalah katekese yang handal
dan mendalam serta kontekstual.
3 KESIMPULAN
mistik panggilan – kearifan – sadar peran – kematangan dan kedewasaan
integral
Para katekis mengalami curahan anugerah Allah sehingga tidak kenal lelah
untuk terus berkarya bahkan malahan bertekun dan bertahan setia dalam
karya. Dalam perutusannya, hati para katekis adalah hati yang bergembira
dan penuh suka cita atau berkobar-kobar sehingga pengalaman berkatekese
itu merupakan pengalaman yang menyenangkan dan pengalaman bertumbuh
menuju kedewasaan iman yang tangguh, mendalam dan misioner. Maka
Tuhan menganugerahkan buah rahmat yang luar biasa, yaitu dengan
memandang dan pegang salib Tuhan Yesus dan karena bantuan Roh Kudus,
ada kebanggaan sebagai katekis, hidupnya adalah hidup yang diberkati
sebagai hidup ini menjadi lebih bermakna, dan bertumbuh dalam militansi
sehingga mampu membaca salah satu kebutuhan mendasar Gereja adalah
katekese yang handal dan mendalam serta kontekstual.
AKU KATOLIK – AKU KATEKIS