Anda di halaman 1dari 40

TIM LITURGI

1. IMAM 9. KOLEKTAN

2. KOSTER 10. PEMBAWA PERSEMBAHAN

3. ASISTEN IMAM 11. DIRIGEN

(Diakon, Frater, Suster, Prodiakon) 12. PADUAN SUARA / KOOR

4. MISDINAR 13. ORGANIS

5. KOMENTATOR 14. TATA TERTIB / ‘among umat’

6. LEKTOR (15). PARKIR

7. PEMAZMUR (16). MEDIS

8. PEMBACA DOA UMAT (17). KEAMANAN


(18). SOUND SYSTEM
PELAYAN LITURGI

PUSAT PASTORAL KAJ


SAMADI – JAKARTA

31 JANUARI 2021
Sumber
➢ Konsili Vatikan II, Konstitusi
“Sacrosanctum Concilium” tentang
Liturgi Suci, 4 Desember 1963. (KL)
➢ Konsili Vatikan II, Konstitusi Dogmatis
“Lumen Gentium” tentang Gereja, 21
November 1964. (LG)
➢ Iman Katolik Buku Informasi dan
Referensi, Kanisius 1990.
➢ Paus Paulus VI, Surat Apostolik (Motu
Proprio) Ministeria Quaedam, 15 Agustus
1972.
➢ Kongregasi Ibadat dan Tata Tertib
Sakramen, Instruksi VI tentang
Sakramen Penebusan, Redemptionis
Sacramentum, 25 Maret 2004.
Sumber

➢ Pedoman Umum Missale Romawi,


Nusa Indah April 2002. (PUMR)
➢ Kitab Hukum Kanonik Edisi Resmi
Bahasa Indonesia, KWI 2016. (KHK)
➢ Instruksi III Mengenai Pelaksanaan
Konstitusi Liturgi /Liturgicae
Instaurationes, 5-9 -1970.
➢ Paus Fransiskus, Motu proprio
“Spiritus Domini” 4 -1- 202, :
Rumusan baru KHK, kanon 230 §1.
1. Dasar Pelayan Liturgi
Mengapa ada pelayan liturgi ?
- Liturgi: perayaan Gereja (bersama),
bukanlah tindakan perorangan (KL
no.26-27, KHK Kan.437).
- Sebagai perayaan bersama
dibutuhkan partisipasi dari semua dan
peran-peran yang berbeda yang
diberikan kepada beberapa orang
dalam himpunan umat yang
merayakan liturgi.
Mengapa ada pelayan liturgi ?

- Partisipasi dan peran tersebut


merupakan hak dan kewajiban
dari setiap umat beriman
berdasarkan Sakramen Baptis
(KL. 14, Redemptionis Sacramentum
18).
- Supaya tata perayaan sendiri
menampakkan bahwa Gereja
tersusun dari pelbagai martabat
dan tugaspelayanan (Ministeria
Quedam, 1972).
2. Macam-macam Pelayan Liturgi

Ada dua macam PelayanLiturgi:

1. PelayanTertahbis

2. Pelayan tidak tertahbis


2.1. Pelayan Tertahbis
- PelayanTertahbis: Uskup, Imam dan
Diakon
- Mereka diangkat dengan Sakramen
Tahbisan (IMAMAT) untuk memimpin
perayaan Sakramen-sakramen.
- Dengan tahbisan seseorang menjadi:
➢ pemimpin Gereja
➢ pemimpin seluruh kehidupan dan
kegiatan Gereja
➢ pemimpin perayaan sakramen-sakramen
(Iman Katolik hal.440).
2.1. Pelayan Tertahbis
Tahbisan Uskup:
➢ kepenuhan sakramen imamat,
imamat tertinggi (imam agung) atas
keseluruhan pelayanan suci (LG. 21).
➢ Pembagi utama misteri-misteri Allah
(dispensator)
➢ Pemimpin (moderator), Penggerak
(promotor), Penjaga (custos)
seluruh kehidupan liturgi keuskupan.
(KHK.Kan.835,1).
Tahbisan Uskup

➢ Kalau uskup hadir, ia sendiri yang


pimpin perayaan.
➢ Jika ia tugaskan seorang imam utk
memimpin, hendaknya ia sendiri di
bagianLiturgi Sabda dan berkat
penutup (PUMR 92).
Tahbisan Imam:

➢ mewartakan Injil,
menggembalakan umat,
merayakan ibadat ilahi (LG 28).
➢ Rekan dan pembantu Uskup
➢ melaksanakan kuasa mereka
tergantung dari para Uskup
(KHK, Kan. 835,2).
➢ Imam: Tidak memimpin
Sakramen Tahbisan, Melayani
Sakramen Krisma jika
didelegasikan oleh Uskup.
Tahbisan Diakon:
▪ Tingkat yang lebih rendah dalam
hirarki (LG 29).
▪ Tugas diakon (LG 29, bdk.KHK
Kan.835,3):
➢ Membantu uskup dan imam
➢ Menerimakan baptis secara meriah,
➢ Atas nama Gereja jadi saksi perkawinan
dan memberkatinya
Tahbisan Diakon

➢ Mengantarkan komuni suci terakhir


kepada orang yg mendekati ajalnya
➢Mengajar dan menasihati umat
➢ Memimpin ibadat dan doa kaum
beriman
➢ Memberikan sakramentali-
sakramentali
➢ Mempimpin upacara jenazah dan
pemakaman.
Tahbisan Diakon
▪ Dalam Ekaristi (PUMR 94) :
➢ Membacakan Injil
➢ Kadang menyampaikan homili
➢ Membawakan ujd-ujud doa umat
➢ Menyiapkan altar dan bahan persembahan
➢ Menyimpan dan membagikan komuni untuk
umat
➢ Kadang beri petunjuk mengenai tata gerak
tubuh umat
2.2. Pelayan tidak tertahbis
• Umat beriman awam. Ada di antara kaum
awam yang dipercayai untuk melakukan
pelayanan atau tugas khusus dalam perayaan
(Redemptionis Sacramentum 43).
• Pelayan tidak tertahbis berdasarkan
pelantikan bukan tahbisan.
• Tugas-tugas khusus kaum awam:
✓ Membaptis orang (dalam keadaan
tertentu)
✓ Memimpin pemakaman (jika tidak ada
kaum tertahbis).
✓ Jadi saksi perkawinan (KHK Kan.1108,
1112).
2.2. Pelayan tidak tertahbis
Di Ekaristi (KL.28, PUMR 98 -107):
✓ Lektor (pelayanan Sabda) dan akolit
(pelayanan altar) yang dilantik
✓ Lektor dan akolit yang tidak dilantik
✓ Pemazmur, Paduan suara
✓ Koster, Komentator, Petugas kolekte
✓ Penyambut jemaat, Pemandu ibadat
(caeremoniarius), dll.
Lektor dan Akolit
yang dilantik secara liturgis
▪ KHK, Kanon 230 §1:
“Seorang awam laki-laki, … dapat diangkat
secara tetap untuk menjalankan
pelayanan sebagai lektor dan akolit
dengan ritus liturgi yang ditentukan ….”.

▪ Ministeria Quaedam 15 Agustus 1972:


“Seturut adat Gereja yang patut
dihormati, pelantikan lektor dan akolit
hanya boleh diterimakan kepada kaum
pria”.
Lektor dan Akolit
yang dilantik secara liturgis
• Instruksi III Mengenai
Pelaksanaan Konstitusi Liturgi
/Liturgicae Instaurationes, 5-9 -
1970, no.7
«Kaum wanita dilarang melayani
imam di altar (Akolit) di rumah-
rumah, di biara, di kolese atau
institut wanita; apalagi di gereja-
gereja ....»
Lektor dan Akolit
yang dilantik secara liturgis
▪ Motu proprio “Spiritus Domini”
yang dipublikasikan pada hari Senin
(4/1/2021), Paus Fransiskus :
Rumusan baru KHK, kanon 230 §1.
“Orang awam yang sudah mencapai
usia dan mempunyai sifat-sifat yang
ditentukan oleh dekret Konferensi
para Uskup dapat diangkat secara
tetap untuk menjalankan pelayanan
sebagai lektor dan akolit dengan
ritus liturgi yang ditentukan”.
Lektor dan Akolit
yang dilantik secara liturgis
• Dengan motu proprio ini, Paus Fransiskus
menetapkan bahwa mulai sekarang
pelayanan Lektor dan Akolit harus terbuka
bagi wanita.
• Alasannya:
✓ pelayanan lektor dan akolit memiliki dasarnya
pada imamat rajawi yang diterima oleh semua
orang beriman melalui pembaptisan.
✓ Pelayanan di Gereja merupakan tanggung jawab
bersama semua orang yang sudah dibaptis
dengan cara yang khas.
Lektor dan Akolit
yang dilantik secara liturgis

• Sebenarnya, pelayanan lektor dan


akolit untuk wanita sudah
dipraktekkan di mana-mana. Dengan
motu proprio ini, praktek ini diatur
secara resmi, dan karena itu memiliki
dasar hukum yang jelas.
Lektor dan Akolit
yang dilantik secara liturgis

• Dengan demikian, Pelantikan


lektor dan akolit dengan ritus
"pelantikan (institusi) lektor
dan akolit" tidak hanya
diberikan kepada para
seminaris calon imam tetapi
juga kepada orang awam (laki-
laki dan perempuan).
Tugas Akolit yang Dilantik Secara
Liturgis (PUMR 98)

✓ Melayani altar (bantu imam dan


diakon)
✓ Menyiapkan altar dan bejana-bejani
kudus
✓ Boleh sebagai pelayan tak lazim
komuni
✓ Dapat ditugaskan mentakhtakan
Sakramen Mahakudus dan lalu
menempatkannya kembali di dalam
tabernakel (tidak boleh memberkati
umat).
Tugas Akolit yang Dilantik Secara
Liturgis (PUMR 98)

✓ Membawa salib waktu perarakan


masuk, diapit oleh dua pelayan
pembawa lilin (PUMR 188).
✓ Siap melayani imam atau diakon,
kapan pun diperlukan, yakni
memegang buku atau hal-hal lain
(PUMR 189).
✓ Bila tidak ada diakon, setelah doa
umat akolit mengatur korporale,
purifikatorium, piala dan misale di
atas altar.
Tugas Akolit yang Dilantik Secara
Liturgis (PUMR 98)

✓ Jika perlu membantu imam


menerima bahan persembahan dan
membawa roti serta anggur ke altar
untuk diserahkan kepada imam.
✓ Jika ada pendupaan, akolit
membuka pedupaan bagi imam dan
mendampingi dia ketika mendupai
bahan persembahan, salib, dan
altar. Kemudian akolit mendupai
imam dan umat.
Tugas Akolit yang Dilantik Secara
Liturgis (PUMR 98)

✓ Jika perlu, selaku pelayan tak lazim,


dapat membantu imam melayani
komuni bagi umat.
✓ Bila komuni dalam bentuk dua rupa,
akolit menyerahkan piala kepada
masing-masing penyambut atau
memegang piala lalu penyambut
mencelupkan roti ke dalam piala.
Tugas Akolit yang Dilantik Secara
Liturgis (PUMR 98)
✓ Setelah komuni, akolit membantu
imam atau diakon membersihkan
piala, patena, sibori dan bejana
kudus lainnya.
✓ Kalau tidak ada diakon, akolit
membawa bejana-bejana itu ke meja
samping membersihkan dan menata
di meja itu.
✓ Akolit sebaiknya ambil tempat yang
memungkinkan ia dengan lancar
melayani imam atau diakon (di
tempat duduk dan di altar).
Tugas Lektor yang Dilantik Secara
Liturgis (PUMR 194-198)

✓ Waktu perarakan masuk, lektor dapat


membawa Evangeliarum yang sedikit
diangkat.
✓ Memaklumkan bacaan-bacaan
sebelum Injil dari mimbar
✓ Boleh membawakan Mazmur
Tanggapan bila tidak ada pemazmur
Tugas Lektor yang Dilantik Secara
Liturgis (PUMR 194-198)

✓ Boleh membawakan ujud-ujud doa


umat bila tidak ada diakon.
✓ Dapat membawakan antifon
pembuka dan antifon komuni,
kecuali antifon-antifon itu didaras
oleh umat.
3. Sikap Para Pelayan

• Bila diminta untuk mejadi petugas


khusus dalam perayaan, hendaknya
dengan senang hati menerima dan
melayani (PUMR 97).

• Jika ada beberapa orang yang dapat


menjalankan pelayanan yang sama,
maka pelayanan atau tugas itu dibagi di
antara mereka (PUMR 109).
3. Sikap Para Pelayan

• Tidaklah tepat bila satu unsur perayaan


dibagi-bagi antar beberapa pelayaan
(misalnya satu bacaan dibawakan oleh
dua orang lektor secara bergantian).
(PUMR 109)

• Setiap pelayan, membatasi diri pada


tugas pelayanannya dan
melaksanakannya dengan sepenuhnya
(KL 28, Redemptionis Sacramentum.
no.44).
3. Sikap Para Pelayan
• Perlu menghindari “klerikalisasi”
pelayanan kaum awam dan sebaliknya.
(Termasuk busana, mirip stola,dll).
(Redemptionis Sacramentum no. 45)

• Melatih diri dengan baik sehingga


trampil serta mempunyai pengetahuan
yang benar mengenai tugasnya.

• Moral yang baik, setia kepada ajaran


Gereja, menjadi teladan sikap hormat di
dalam perayaan bagi umat beriman.
(Redemptionis Sacramentum no.46)
4. Sikap Umat dalam Perayaan
• Hadir dan berpartisipasi aktif:
mengungkapkan dengan lebih jelas, bahwa
liturgi adalah perayaan umat.
• Partisipasi umat berupa:
✓ Aklamasi dan jawaban-jawaban
✓ Nyanyian
✓ Tata gerak dan sikap tubuh
✓ Hening
✓ Mengambil bagian dalam komuni kudus
✓ Siap mengambil peran/menggatikan
petugas lain yang berhalangan.
4. Sikap Umat dalam Perayaan
• Partisipasi aktif umat mengungkapkan iman
dan kesadaran akan martabat pembaptisan.
• Kita perlu memupuk kesadaran iman akan
liturgi, kegiatan yang suci, yang sangat
istimewa, tempat kita berhimpun menjadi
satu meluhurkan Allah, ikut dalam kurban
dan menyantap Tubuh dan Darah Kristus.
• Ketika kita merayakan liturgi, kita mesti
bersikap penuh hormat bagaikan nabi Musa
yang menghampiri semak duri yang menyala,
sebagai tanda kehadiran Allah yang hidup.
Penutup
• Dengan partisipasi yang baik dan
benar (dari para pelayan liturgi dan
umat beriman) dalam liturgi, bukan
tidak mungkin kita akan:
✓ menerima liturgi dengan penuh syukur,
✓ menghargainya dengan penuh hormat,
✓ melibatkan diri dengan penuh cinta dan
✓ merayakannya dengan penuh hikmat.
Terima kasih

Tuhan bersamamu

Rm John Rusae

Anda mungkin juga menyukai