Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN DAN REFLEKSI TAHUN ORIENTASI PASTORAL (TOP) TAHAP I

1. Fakta Administratif

Nama : Petrus Sehati Gulo

NIM : 180510059

TTL : Harefa, 15 Agustus 1998

Paroki : St. Mathias Amandraya

TOP di : Paroki St. Bonifasius Alasa

Keuskupan : Sibolga

Nama Pembimbing Setempat : RD. Emanuel Mole Wae Pr

Alamat Pembimbing Setempat : Paroki St. Bonifasius Alasa

Mulai TOP Biasa : 23 Juli 2022

Pembimbing Rohani : P. Anselmus OFMCap

2. Situasi Karya Pastoral

Paroki St. Bonifasius Alasa merupakan salah satu paroki di wilayah Dekanat Nias
Keuskupan Sibolga. Paroki ini berada di Kabupaten Nias Utara. Situasi jalan di Paroki ini
masih dalam tahap pembangunan. Orang dapat sampai ke Pusat Paroki ini dengan lancar
mesti menggunakan sepeda motor dan mobil dan juga berjalan kaki. Bila naik kendaraan
umum, ongkos dari Gunungsitoli sampai ke Alasa sebesar Rp. 30.000.

Karya-karya pastoral yang terdapat di Paroki ini ialah parokial, proyek-proyek


(membangun Gereja, aula paroki, pastoran, gua Maria), kategorial, kegiatan-kegiatan sosial
dan lain sebagainya.

1
2.1 Situasi Kependudukan

Paroki St. Bonifasius Alasa terdiri dari dua wilayah pelayanan yakni: Wilayah Alasa
dan wilayah Namohalu Esiwa (NAMES). Di wilayah Alasa ada 30 Stasi dan di wilayah
Namohalu Esiwa ada 27 Stasi. Jumlah umat di paroki ini 9.530.000 jiwa. Umat yang berada
di paroki Alasa ini rata-rata bermatapencaharian sebagai petani, buruh bangunan serta
sebagian kecil Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau profesi lainnya.

2.2 Situasi Keagamaan

Agama yang terdapat di wilayah Kabupaten Nias Utara terdiri dari agama Katolik,
Protestan, dan Islam. Agama mayoritas ialah agama Protestan. Sekte-sekte dari agama ini
bermacam-macam antara lain: BNKP, GEDI, GTD, AFY, Karismatik, Pentakosta, dan lain
sebagainya. Hidup keagamaan di Paroki ini sungguh bagus, di mana saling memahami satu
dengan yang lain (menjunjung tinggi nilai toleransi). Hal ini dapat dilihat dari kebersamaan
dalam menuntut ilmu di sekolah. Siswa-siswi dari tiga keagamaan ini menuntut ilmu di
sekolah yang sama. Kemudian, dalam hidup menggereja, umat Protestan dan Katolik saling
mengundang dalam mengikuti kegiatan gereja.

2.3 Situasi Kebudayaan

Umat di Paroki Santo Bonifasius Alasa sangat memelihara dan menjunjung tinggi
nilai-nilai budaya yang sudah diwariskan oleh nenek moyang. Salah satu nilai adat yang
masih mereka pelihara ialah penghormatan kepada tamu dalam perayaan pesta. Mereka
menyambut tamu dengan sebuah tarian sekapur sirih (fame’e afo).

3. Tugas Orientasi

Saya berpastoral di Paroki St. Bonifasius Alasa secara individu dan group (bersama
dengan P. Paroki dan Katekis). Adapun pastoral yang sudah saya lakukan ialah:

a. Pastoral di tengah Umat


2
Pastoral saya di tengah umat ialah: berkatekese, berkhotbah, melatih OMK, Misdinar,
calon komuni pertama, memimpin pendalaman iman/Kitab Suci, memimpin rosario,
memimpin ibadat sabda pada hari minggu, memimpin ibadat ASIPA di KBG-KBG yang ada
di lingkungan paroki, tourne ke Stasi bersama pastor dan katekis, dan mengubur orang yang
meninggal.

b. Pastoral di Komunitas

Pastoral saya di komunitas ialah: menjadi ekonom komunitas, belanja, memasak,


bertukang, berkebun, membuat taman, merawat lingkungan pastoran, mengkoordinir anak-
anak yang tinggal di pastoran, belajar administrasi di kantor paroki misalanya mengenal
buku-buku besar paroki (LB, LM, LC), mengenal cara membuat surat pembaptisan dan lain
sebagainya.

Dalam melaksanakan tugas pastoral ini, saya selalu berkoordinasi dengan pastor
paroki sebagai pembimbing setempat dan saya dituntut untuk lebih aktif, peka, kreatif,
semangat dan bertanggungjawab. Dalam perencanaan dan penerapan suatu kegiatan, ada
langkah-langkah dan ide tertentu sebelum membuat rencana dan melaksanakan karya
tersebut. Misalnya, saat berkatekese saya mesti mempersiapkan diri dan bahan yang akan
dikatekesekan kepada umat Allah dan lain sebagainya. Relasi saya dengan pemimpin karya
(pastor paroki) sangat baik dan harmonis, karena ia selalu membimbing dan mengarahkan
saya dalam berkarya atau berpastoral. Hal inilah yang membuat saya tetap bersemangat
dalam berpastoral.

Selain berpastoral, saya juga menyediakan waktu untuk membaca-baca buku rohani
dan Konstitusi Saudara-Saudara Dina Kapusin serta meningkatkan hidup doa saya dengan
bermeditasi.

4. Masalah-Masalah dalam Karya Pastoral di Paroki Santo Bonifasius Alasa

4.1 Masalah Politik di dalam Hidup Bermasyarakat yang dicampuradukan dalam Hidup
Menggereja

Sebagian umat paroki Santo Bonifasius Alasa selalu membawa-bawa masalah politik
yang terjadi di dalam hidup bermasyarakat ke dalam hidup menggereja. Beberapa umat
kurang bijaksana dalam membedakan masalah hidup bermasyarakat dan masalah hidup

3
menggereja. Hal ini seringkali membuat umat selalu pindah gereja. Karena itu, berhadapan
dengan masalah ini para tenaga pastoral mesti berjuang keras dalam membina iman umat
agar mampu mempertahankan imannya sehingga tidak mudah meninggalkan iman hanya
karena masalah-masalah yang terjadi, baik di dalam hidup menggereja maupun di dalam
hidup bermasyarakat.

4.2 Masalah Perkawinan

Ada berbagai macam kasus masalah perkawinan Di paroki Santo Bonifasius Alasa,
misalnya: Laki-laki Katolik menikah dengan wanita Protestan. Dalam pernikahan ini
seringkali pihak pendeta mempertahankan agar diberkati pernikahan kedua belah pihak ini di
gereja Protestan, padahal seharusnya diberkati di gereja Katolik.

Kasus yang lain ialah seorang laki-laki yang sudah menikah secara Katolik dan
menikah lagi atau sebaliknya perempuan yang sudah menikah secara Katolik menikah lagi
(samakerua dalam bahasa nias). Hal ini diakibatkan karena kurangnya pemahaman akan
sakramen perkawinan bahwa di gereja Katolik tidak diperbolehkan perkawinan poligami
melainkan perkawinan monogami dan tak terceraikan. Tentu ini adalah salah tugas para
tenaga pastoral dalam membina iman umat dalam memahami makna sakramen perkawinan.

4.3 Masalah Keuangan

Ada Sebagian Stasi di Paroki Santo Bonifasius Alasa ini terjadi masalah keuangan.
Masalah keuagan ini misalnya, kolekte diperpinjamkan. Pada dasarnya kolekte itu tidak
untuk diperpinjamkan sesuai aturan gereja. Akan tetapi, di salah satu stasi terjadi kolekte
yang diperpinjamkan oleh bendahara stasi ke salah seorang umat.

Masalah keuangan lain ialah terjadinya kekurangtelitian dalam menyusun atau


mendaftar nama-nama umat yang sudah membayar DPK. Masalah ini kita jumpai di stasi-
stasi. Umat seringkali protes karena mereka sudah membayar DPK namun tidak tercatat
dalam buku pembukuan pembayaran DPK di paroki. Menyangkut masalah ini, tentunya
tenaga pastoral harus teliti dan transparan dalam hal keuangan agar tidak terjadi konflik
antara umat dengan para tenaga pastoral.

4.4 Masalah Wilayah

4
Situasi wilayah di paroki ini yang terbagi menjadi dua yakni wilayah Alasa dan
wilayah Namohalu Esiwa (NAMES) membuat para tenaga pastoral berjuang keras dalam
menjalankan karya pastoral. Kedua wilayah ini memiliki jarak tempuh 2 jam perjalanan
dengan menggunakan sepeda motor dan sebagian jalan dari Alasa ke NAMES tidak bagus.
Hal ini seringkali membuat alasan umat yang dari wilayah NAMES kurang menghadiri
pertemuan di paroki dan mengurus administrasi. Karena terbaginya menjadi dua wilayah
Paroki Alasa ini, beberapa umat yang dari NAMES berharap agar mereka dijadikan satu
paroki.

4.5 Masalah Kehadiran Umat

Masalah kehadiran di gereja terdapat di Paroki ini. Setiap kali berkunjung ke stasi,
mayoritas yang saya jumpai di dalam gereja adalah ibu-ibu sedangkan bapa-bapa jumlahnya
sedikit, sehingga ada suatu julukan dari seorang katekis yakni gereja ibu-ibu. Kemudian,
yang lebih parahnya lagi ketika kami tourne ke salah satu stasi, umat tidak ke gereja pada hari
minggu, malah mereka pergi jalan-jalan. Hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran umat
akan makna terdalam dari hari minggu.

Masalah-masalah karya pastoral ini merupakan tantangan dalam menjalankan karya


pastoral di paroki Santo Bonifasius Alasa. Masalah di Paroki ini juga menjadi masalah
Keuskupan, dimana Paroki adalah bagian dari Keuskupan. Oleh karena itu, seturut visi-misi
Keuskupan, Paroki mesti merekrut para tenaga pastoral yang handal dalam membina iman
umat agar umat semakin menghayati dan menghidupi imannya. Pastor paroki tentunya lebih
membekali para tenaga pastoral dan memberikan pemahaman kepada umat bahwa program
Keuskupan adalah metode mengembangkan karya pastoral di stasi-stasi dan paroki untuk
lebih mandiri dari segi iman dan partisipasi aktif dalam hidup menggereja.

Salah satu program yang ditawarkan oleh Keuskupan adalah program KBG
(Komunitas Basis Gerejawi). Program ini mesti lebih digalakkan lagi di Paroki Santo
Bonifasius Alasa agar umat semakin terbantu dalam memperdalam dan menghayati imannya.
Karena itu, para tenaga pastoral berjuang keras dalam membekali dan memberikan
pemahaman kepada umat.

5
Jadwal Harian Umum Komunitas Pastoran Paroki St. Bonifasisus Alasa
Senin-Kamis dan Sabtu
05.00 Bangun Pagi
05.00-05.45 Kebersihan dan persiapan Perayaan Ekaristi
05.45-06.30 Ibadat dan Perayaan Ekaristi + Meditasi Pribadi
07.00-07.30 Sarapan pagi
07.30-08.00 Kegiatan Pribadi
08.00-10.00 Kerja/Kegiatan Pastoran
10.00-10.15 Istirahat/Snak
10.15-10.30 Kerja/Kegiatan Pastoran
11.30-12.00 Kegiatan Pribadi (mandi, mencuci)
12.001-12.30 Makan Siang
12.30-14.30 Istirahat dan Kegiatan Pribadi
15.00-17.00 Kerja/Kegiatan Pastoran
17.00-18.45 Membersihkan Pastoran
18.45-19.00 Ibadat Sore
19.00-19.15 Makan Malam
21.30-22.00 Kegiatan Pribadi/Studi
22.00 Completorium dan Istirahat
Rabu
20.00-21.30 Rekreasi komunitas
Jumat
05.00 Bangun pagi
05.00-05.45 Kebersihan
06.15-06.30 Ibadat pagi
19.30-20.00 Perayaan Ekaristi
Minggu
05.30 Bangun pagi
06.30-07.00 Ibadat pagi

6
07.00 Sarapan pagi

Diketahui oleh:
Pastor Paroki Santo Bonifasius Alasa

RD. Emanuel Mole Wae, Pr.

Anda mungkin juga menyukai