Anda di halaman 1dari 2

Nama : Kaspar Indar Cahayadi Waruwu

NIM : FT-4317
MK : Kristologi - Pneumatologi
Dosen P. : Antonius Galih Arga Wiwin A, M. A., STD & Dr. Bernardus Dirga P, Lic. S.S.

Gelar Yesus sebagai “Anak Manusia” dalam Injil Markus

I. Gagasan awal tentang “anak manusia” dalam Perjanjian Lama maupun teks non-kanonikal.

Gagasan tentang “Anak Manusia” dalam Perjanjian Lama dipakai dalam arti manusia/orang (Yes
56:2, Yer 49:18, Yeh 2:1; 3:1.4). Ungkapan ini merujuk pada manusia atau makhluk fana. Beberapa nabi
menggunakan ungkapan “anak manusia” sebagai gelar untuk diri mereka sendiri (Yeh. 2:1, 8; 3:1, 4; 4:1;
Dan 8:17). Melihat penggunaan sebutan ini, kita mungkin berpikir bahwa Yesus juga menggunakan gelar
“Anak Manusia” untuk menekankan kemanusiaan-Nya seperti Nabi Yehezkiel. Makna kerendahan hati
dalam gelar “anak manusia” ini lebih jelas terlihat dalam perikop-perikop Sinoptik di mana Yesus
berbicara tentang kondisi-Nya sebagai manusia, yakni: Ia tidak memiliki tempat untuk meletakkan
kepada-Nya (Mat 8:20; Luk. 9:58), dan Ia makan serta minum (Mat. 11:19; Luk. 7:34).
Dalam Kitab Daniel 7:13-14, sebutan “anak manusia” menunjuk pada tokoh eskatologis yang
akan datang sebagai raja atau penguasa yang membebaskan manusia dari kuasa jahat. Sebutan “anak
manusia” juga merujuk kepada makhluk surgawi yang dibawa ke hadirat Allah dan menerima otoritas
/kuasa (ἐξουσία – exousia). Dalam teks Daniel 7, kita dapat melihat aspek individual (7:13) dan aspek
kolektif (7:18,22,27), keduanya hadir dan saling berkaitan erat. Ada yang berpendapat bahwa Dan 7:13
mengisahkan seorang tokoh yang memiliki sifat seperti manusia (“seperti anak manusia”), menerima
kerajaan kekal yang dijanjikan kepada anak Daud (2 Sam 7:16), dan memberikan kerajaan itu kepada
“orang-orang kudus dari antara orang kudus” (2 Sam 7:17). Aspek kolektif yang terkait dengan “yang
seperti anak manusia” dapat dimengerti: tidak ada raja tanpa kerajaan.
Gelar “Anak Manusia” yang digunakan dalam Dan 7 juga digambarkan dalam kitab apokaliptik
1 Henokh dalam bagian yang berjudul “Similitudes Henokh” (1 Henokh 37-71) dan Ezra 13, yakni
penggambaran tentang penghakiman terakhir yang berhubungan dengan nasib para malaikat yang jatuh
dan juga raja-raja jahat di bumi. Di sini, perhatian diberikan kepada makhluk eskatologis yang diberi
gelar “Anak Manusia”.

II. Gagasan “Anak Manusia” yang dipakaikan dalam diri Yesus serta maknanya
Dalam Injil secara umum, gelar “anak manusia” dipakai oleh Yesus untuk menyebut diri-Nya
sendiri. Sebutan ini dipakai untuk menyatakan kerendahan-Nya (Mat 8:20), kebangkitan-Nya (Mat 17:9),
dan kedatangan-Nya sebagai hakim (Mat 25:31). Gelar “Anak Manusia” menunjukkan jati diri Yesus
sebagai penyelamat. Dia yang datang untuk menyelamatkan manusia melalui totalitas pelayanan sampai
memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang (Mat 20:1-8).
Dalam Injil Markus, gelar “anak manusia” digunakan sebanyak 14 kali oleh Yesus, terutama
mengenai pemberitahuan tentang penderitaan-Nya (Mrk 8:31). Tampaknya Yesus menggunakan gelar
“Anak Manusia” sebagai gelar nubuat (seperti Yehezkiel), dan hal ini memfasilitasi hubungan lebih
lanjut dengan Hamba Yahwe yang Menderita yang akan memberikan nyawanya dan dibenarkan oleh

1
Allah (Yes. 52:13-53:12). Oleh karena itu, perikop Mrk 8:31; 9:12,31; 10:33-34; 14:21,41, yang
menunjukkan aspek penderitaan dan pembenaran, dapat dipahami sebagai singgungan terhadap Hamba
yang Menderita dari Yesaya. Tetapi ada perkataan lain seperti Mrk 8:38; 13:26; 14:62, yang dengan jelas
menyinggung tentang Dia yang “seperti anak manusia” dalam Dan 7:13.
Gagasan untuk memahami gelar “Anak Manusia” sebagai sekadar menggambarkan kondisi
Yesus yang rendah hati tidak menjelaskan sebagaian besar perkataan “Anak Manusia”. Faktanya, dalam
Injil Markus, gelar “Anak Manusia” digunakan dalam konteks di mana kuasa ilahi dikaitkan dengan
Yesus, seperti pengampunan dosa (Mrk. 2:10), kuasa atas hari Sabat (2:28). Hal ini membuat beberapa
ahli menafsirkan gelar “Anak Manusia” sebagai sinonim dari gelar yang lebih berkuasa, yaitu “Anak
Allah” (Mrk 2:7). Namun demikian, di sini perlu dibedakan antara gelar dan pribadi: gelar hanya
menggambarkan satu aspek dari seseorang, tetapi belum tentu menggambarkan keseluruhan pribadi
tersebut. Jadi, gelar-gelar yang berbeda yang diberikan kepada Yesus tidak harus dipahami sebagai
sinonim. Dengan memperhatikan narasi Injil Markus, maka gelar “Anak Manusia” dapat kategorikan,
yakni: (a) Perkataan itu menunjukkan suatu aspek otoritas (Mrk 2:10,28); (b) Perkataan itu menunjukkan
suatu aspek penderitaan (Mrk 10:45; 14:21,41); (c) Perkataan itu tampaknya berhubungan dengan
penderitaan dan pembenaran (8:31; 9:9,12,31; 10:33-34); (d) Mereka merujuk kepada kedatangan Yesus
kembali dalam kemuliaan dan kuasa (8:38; 13:26; 14:62). Dalam perikop terakhir Injil Markus (14:62)
terdapat rujukan yang jelas kepada Daniel 7:13, yang menyebutkan seseorang yang “seperti anak
manusia,” maka secara umum dianggap bahwa Dan 7:13 merupakan kunci untuk memahami gelar “Anak
Manusia” yang digunakan untuk Yesus.

III. Kesimpulan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, Gelar “Anak Manusia” menunjuk pada Yesus
sebagai figur transenden (yang ilahi) sekaligus manusiawi yang mempunyai kuasa dan wewenang ilahi.
Gelar Anak Manusia dikaitkan dengan misi Yesus untuk menyelamatkan dan menghakimi. Seluruh hidup
Yesus merupakan proses perjuangan melaksanakan misi-Nya. Gelar Anak Manusia khas dipakai untuk
menyebut Yesus oleh Yesus sendiri. Gelar “Anak Manusia” muncul sebagai gelar yang digunakan oleh
Yesus selama pelayanan-Nya di dunia. Gelar ini menekankan kemanusiaan dan solidaritas Yesus sebagai
manusia, dan di sisi lain gelar “anak manusia” menunjuk pada dimensi surgawi dan kemuliaan dari
keberadaan-Nya sendiri. Sejarahwan Alkitab mengisahkan bahwa gelar ini menimbulkan kebingungan
di antara orang-orang (Yohanes 12:34), karena sebutan anak manusia itu telah digunakan dalam Dan.
7:13, 1 Henokh 47-71 dan Ezra 13. Yang relevan dari penggunaaan kata ini oleh Yesus adalah bahwa
kata ini menyatukan ide “anak manusia” yang berkuasa dalam Dan. 7:13 dengan ide penderitaan dan
pembenaran, seperti yang terdapat dalam Yes. 52-53 dan kemenangan Mesias (Mzm. 110:1).
Gelar “Anak Manusia” muncul sebagai gelar yang sempurna bagi Yesus karena gelar ini
memungkinkan-Nya untuk tetap rendah hati selama pelayanan publik-Nya, menghindari gelar mesianis
yang dapat menyebabkan kesalahpahaman tentang misi-Nya. Tetapi pada saat yang sama, gelar ini juga
cocok untuk menggambarkan Yesus yang Bangkit dan Ia akan datang di masa depan dengan segala
kemuliaan dan kuasa. Dari sudut pandang teologis, makna ganda dari gelar “Anak manusia” sangat cocok
untuk menggambarkan dengan baik Yesus insani (manusiawi) dan keilahian-Nya. Namun, pengakuan
seperti itu membutuhkan pencerahan dari Roh Kudus.

Anda mungkin juga menyukai