Anda di halaman 1dari 14

YESUS SEKETIKA LEBIH RENDAH DARI PADA MALAIKAT-

MALAIKAT DI SORGA DALAM IBRANI 2:5-9


STT MAWAR SARON LAMPUNG
Yoseph Octadionisius Gulo
yosephdion@gmail.com

Abstract:

The Lord Jesus Christ came to earth to save His people from the sins that bound them. He
came into the world taking human form until he died on the cross and rose on the third day
and sat at the right hand of God the Father. Jesus had 2 statuses regarding his divinity and as a
human. Because he has the status of a human, of course many do not understand whether
when Jesus is in human status it will affect His divinity. It turns out that this is in accordance
with the context of Hebrews 2:5-9 which when we see that it has a unique sentence that is
immediately lower, as it can be seen that what is being addressed here is not Jesus who was
human or Jesus who has human status but here shows that human status is that is, we who
live in this world who are said to be lower than angels are not Jesus, but in the next verse it
will show how Jesus is glorified and glorified.

Keywords: Jesus, Angel, Man

Abstrak:
Tuhan Yesus Kristus datang ke dunia untuk menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa
yang mengikat mereka. Ia datang ke dunia mengambil wujud manusia hingga ia mati diatas
kayu salib dan bangkit pada hari yang ketiga dan duduk disebelah kanan Allah Bapa. Yesus
memiliki 2 status yaitu mengenai keilahiannya dan sebagai manusia. Karena ia memiliki
status sebagai manusia tentu banyak yang tidak mengerti apakah Ketika Yesus berstatus
manusia maka akan mempengaruhi keilahian-Nya. Ternyata ini sesuai dengan dalam konteks
Ibrani 2:5-9 yang Ketika kita lihat memiliki kalimat yang unik yaitu seketika lebih rendah,
seperti yang terlihat bahwa yang dituju disini bukanlah Yesus yang sebagai manusia atau
Yesus yang memiliki status manusia namun disini memperlihatkan bahwa status manusia
itulah yaitu kita yang hidup di dunia ini yang dikatakan lebih rendah dari malaikat bukanlah
Yesus, tetapi pada ayat selanjutnya akan memperlihatkan bagaimana Yesus diagungkan dan
dimuliakan.

Kata kunci: Yesus, Malaikat, Manusia


Pendahuluan
Yesus datang ke dunia ini untuk menebus dosa umat-Nya. 1 Kematian dan kebangkitan
Tuhan Yesus merupakan titik sentral dalam ajaran agama Kristen. Menurut Kitab Suci
Kristen, Yesus Kristus dikisahkan mati di kayu salib sebagai korban penebusan dosa manusia,
dan kemudian bangkit dari kematian tiga hari kemudian. Kematian Yesus di kayu salib
dianggap sebagai tindakan pengorbanan-Nya untuk menebus dosa-dosa manusia.2 Dalam
teologi Kristen, diyakini bahwa manusia berdosa dan memerlukan pengampunan dari Allah.
Yesus, sebagai Allah yang menjelma menjadi manusia, menerima hukuman atas dosa-dosa
manusia dengan mati di kayu salib. Kematian-Nya dianggap sebagai pembayaran penuh
untuk dosa-dosa manusia, sehingga mereka yang percaya kepada-Nya dapat menerima
pengampunan dan kehidupan kekal. Kemudian, kebangkitan Yesus adalah peristiwa penting
yang terjadi setelah kematian-Nya.3 Menurut Injil, tiga hari setelah kematian-Nya, Yesus
bangkit dari kematian. Kebangkitan-Nya menegaskan kekuatan-Nya atas kematian dan
menunjukkan bahwa Dia adalah Anak Allah yang hidup. Kebangkitan Yesus memberikan
keyakinan akan hidup kekal bagi mereka yang percaya kepada-Nya dan menunjukkan
harapan akan kehidupan setelah kematian.4

Kematian dan kebangkitan Yesus memiliki makna teologis dan spiritual yang
mendalam bagi umat Kristen. Mereka melambangkan penebusan dosa dan kemenangan atas
kematian, serta menegaskan identitas-Nya sebagai Juruselamat dan Tuhan. Kematian dan
kebangkitan Yesus juga menjadi dasar iman Kristen dan menunjukkan kasih dan kuasa Allah
yang luar biasa terhadap manusia. Dalam tradisi Kristen, Yesus Kristus dianggap lebih tinggi
daripada malaikat-malaikat.5 Yesus dianggap sebagai Anak Allah yang terlahir dalam rupa
manusia untuk menjadi Juruselamat umat manusia. Yesus diyakini memiliki otoritas yang
lebih tinggi daripada malaikat-malaikat dan memiliki kedudukan yang unik sebagai Tuhan

1
H R Dannari, “Kajian Teologi Tentang Penderitaan Yesus Sebagai Anak Daud,” 2020,
https://osf.io/preprints/x8t6c/.
2
Candra Gunawan, “Signifikansi Kematian Yesus: Evaluasi Perdebatan Ioanes Rakhmat Dan Joas Adiprasetya,”
Jurnal Amanat Agung 7, no. i (2011).
3
Lewi Nataniel Bora, “Keserupaan Dengan Yesus Dalam Penderitaan, Kesengsaraan Dan Kematian-Nya,”
Manna Rafflesia 7, no. 1 (2020): 65–89.
4
Yohanes Adrie Hartopo, “Kematian Yesus Kristus Menurut Lukas 23: 44-48: Suatu Analisis Dari Perspektif
Kritik Redaksi ,” Jurnal Amanat Agung 2, no. 1 (2017): 44–48.
5
Wenny Kristiani Waruwu, “KONSEP KRISTOLOGI MENURUT SURAT IBRANI DAN IMPLIKASINYA
BAGI ORANG PERCAYA MASA KINI Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : PENGANTAR
PERJANJIAN BARU III PROGRAM SARJANA TEOLOGI ( S . Th .) Dosen Pengampu : Sri Ayu Dyah
Utami , S . S ., M . Th Oleh :,” KONSEP KRISTOLOGI MENURUT SURAT IBRANI DAN IMPLIKASINYA
BAGI ORANG PERCAYA MASA KINI, no. 1 (2018).
yang menyelamatkan. Dalam Alkitab, khususnya dalam Surat kepada Ibrani (Hebreus) di
Perjanjian Baru, dikatakan bahwa Yesus diberikan nama yang lebih tinggi daripada malaikat-
malaikat. Ayat-ayat seperti Ibrani 1:4-5 menjelaskan bahwa Yesus adalah "jauh lebih baik
daripada para malaikat" dan bahwa "apakah Dia yang dikatakan Allah kepada-Nya, engkau
adalah Anak-Ku, Aku telah memperanakkan Engkau pada hari ini?" Ayat-ayat ini
menunjukkan bahwa Yesus memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada malaikat-
malaikat,6

Dalam Kitab Ibrani juga disebutkan bahwa Yesus pernah lebih rendah dari malaikat-
malaikat di sorga pada ayatnya ke 7. Ketika Yesus menjadi manusia banyak yang mengaitkan
bahwa Yesus merendahkan diri-Nya maka posisi-Nya di sorga lebih rendah dari malaikat-
malaikat sebab malaikat-malaikat adalah makhluk spiritual yang diciptakan oleh Allah. 7
Malaikat-malaikat ini memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada manusia, tetapi mereka
bukanlah objek penyembahan dan tidak setara dengan Allah. Bisa kita melihat bahwa
manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang diciptakan dengan tubuh materi dan jiwa
spiritual. Malaikat, di sisi lain, adalah makhluk ciptaan Allah yang memiliki sifat-sifat
spiritual dan tidak memiliki tubuh fisik seperti manusia. Dalam hierarki penciptaan, manusia
ditempatkan di bawah malaikat dalam hal kedudukan. Manusia diciptakan sedikit lebih
rendah daripada malaikat (Mazmur 8:5)8, tetapi manusia diberikan tanggung jawab unik dan
dijadikan sebagai mahkota ciptaan Allah (Mazmur 8:6-8)9. Malaikat diberikan peran untuk
melayani Allah dan manusia. Dalam tanggung jawab yang diberikan pun sangat terlihat
berbeda, Manusia diberikan tanggung jawab untuk menjalani hidup yang benar di hadapan
Allah, melayani sesama manusia, dan menghormati perintah Allah. Malaikat memiliki peran
dan tugas khusus dalam melaksanakan rencana Allah, termasuk memberikan pesan dan
pertolongan kepada manusia, menjaga dan melindungi umat Allah, serta memuliakan dan
memuji Allah.

Terlihat jelas bahwa betapa besarnya jurang perbedaan antara malaikat dengan
manusia. Lalu bagaimana dengan Yesus yang datang ke dunia turun menjadi manusia yang
dikandung oleh anak dara maria melalui karunia dari Roh Kudus. Yesus juga mengalami hal
yang sama dengan manusia secara normal. Dengan status Yesus yang sebagai manusia apakah
6
Berkat Harefa, “Yesus Kristus Anak Allah Menurut Ibrani 1:1-4 (Studi Eksegesis),” Stt Teologi Injili
Arastamar 4 (2009): 1–10.
7
Suhanri Simanullang, “Hakikat Malaikat : Teologi Sistematika 2,” Hakikat Malaikat : Teologi Sistematika 2,
no. 1 (2017).
8
LAI, Alkitab (Jakarta pusat, n.d.).
9
LAI, Alkitab.
juga akan mempengaruhi statusnya di sorga dan kekekalan nanti. Apa yang di maksud dengan
seketika atau dibuat lebih rendah dari pada malaikat-malaikat di sorga. Bagaimana dengan
keilahian Yesus yang menyatakan dirinya adalah bagian dari pribadi Tritunggal Allah, Anak,
dan Roh Kudus sedangkan Yesus sendiri datang ke dunia menjadi manusia seutuhnya dan
dibuat lebih rendah, dan ini menjadi kontras dengan tujuan penulisan Kitab Ibrani ini dimana
bahwa tujuan dibutnya surat ini ditujukan untuk kepada setiap orang yang percaya menjadi
diteguhkan karena Yesus ditinggikan dan dimuliakan, seorang Imam besar, dan Allah yang
perkasa dan dahsyat. Maka dalam penulisan ini penulis akan menjelaskan bahwa dalam
keadaan Yesus yang sebagai manusia dan statusnya di dunia di mana Ia menebus dosa
manusia hingga kepada maksud dari Yesus yang seketika dibuat lebih rendah dari malaikat-
malaikat. Apakah ini kesengajaan maka dibuat lebih rendah atau tidak.

Metode

Dalam penulisan ilmiah ini peneliti memakai metode studi Pustaka dimana akan
Metode ini dilakukan dengan mengambil data dari buku-buku teks dan literatur-literatur
lainnya sebagai objek yang utama. Untuk kebutuhan penelitian ini, maka peneliti
menggunakan sumber data sekunder yang mencari dan mengumpulkan data dari bahan-bahan
tertulis, seperti: buku-buku teks, jurnal-jurnal ilmiah, dan lain-lain. Selanjutnya data-data
tersebut dianalisis oleh peneliti.10

Rumusan Masalah

Apakah maksudnya Yesus seketika lebih rendah dari malaikat-malaikat di sorga dalam Ibrani
2:5-9?

Hasil dan Pembahasan

Pengantar Kitab Ibrani

• Penulis : Tidak Disebutkan

• Tema : Perjanjian yang Lebih Baik

• Tanggal Penulisan : 67-69 M (tidak dapat dipastikan)

Kitab Ibrani, juga dikenal sebagai Surat kepada Orang Ibrani, adalah salah satu kitab
dalam Perjanjian Baru dalam Alkitab Kristen. Tidak diketahui kepada siapa surat ini

10
Adlini, M. N., Dinda, A. H., Yulinda, S., Chotimah, O., & Merliyana, S. J. (2022). Metode penelitian kualitatif
studi pustaka. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 6(1), 974-980.
dialamatkan, sekalipun Roma merupakan kemungkinan. Judul kitab ini di dalam naskah-
naskah Yunani yang tertua hanyalah, "Kepada Orang Ibrani." Sekalipun demikian isi surat ini
menunjukkan bahwa surat ini ditujukan kepada orang-orang Kristen Yahudi. Penggunaan
Septuaginta (Alkitab PL dalam bahasa Yunani) oleh penulis ketika mengutip PL
menunjukkan bahwa para penerima surat ini mungkin adalah orang-orang Yahudi berbahasa
Yunani yang tinggal di luar Palestina. Kitab ini dianggap sebagai salah satu tulisan yang
paling penting dalam Alkitab dan memiliki nilai teologis yang tinggi. Kitab Ibrani ditulis oleh
penulis yang tidak diketahui, tetapi tradisi gerejawi dan sebagian besar sarjana
mengaitkannya dengan rasul Paulus.11

 Tujuan dan Tema

Tujuan utama Kitab Ibrani adalah untuk menguatkan iman dan kesetiaan orang-orang
Ibrani yang telah memeluk iman Kristen. Penulis ingin memperkuat keyakinan mereka dalam
Kristus dan menunjukkan superioritas Kristus dibandingkan dengan perjanjian-perjanjian
sebelumnya, seperti perjanjian Musa dan peranan imamat imam-imam lama. Tema utama
dalam Kitab Ibrani adalah superioritas Kristus dan pentingnya tetap teguh dalam iman
kepada-Nya. Penulis mencoba meyakinkan pembaca bahwa Kristus adalah pemenuhan yang
lebih baik dari segala yang terdapat dalam hukum Musa, imamat imam-imam lama, dan
ibadah-ibadah lainnya. Kitab ini mengajarkan bahwa Kristus adalah Sang Anak yang lebih
agung dari semua malaikat, Sang Pemimpin yang lebih agung dari Musa, dan Sang Imam
Agung yang sempurna dan abadi.

Penulis Kitab Ibrani juga ingin mengingatkan pembaca akan bahaya meninggalkan iman
Kristus. Kitab ini mencatat peringatan-peringatan keras terhadap kemurtadan dan
menggambarkan konsekuensi yang serius bagi mereka yang meninggalkan kepercayaan
mereka dalam Kristus. Selain itu, Kitab Ibrani mengajarkan pentingnya iman, kesabaran, dan
ketekunan dalam hidup Kristen. Penulis menunjukkan contoh-contoh dari Perjanjian Lama
tentang orang-orang yang hidup dengan iman, dan mengingatkan pembaca akan kebutuhan
untuk hidup dengan tekun dan bertahan dalam iman di tengah tantangan dan penganiayaan.
Dalam ringkasannya, tujuan Kitab Ibrani adalah untuk memperkuat iman orang-orang Kristen
Ibrani, meneguhkan keyakinan mereka dalam superioritas Kristus, memperingatkan tentang
bahaya meninggalkan iman, dan mendorong pembaca untuk hidup dengan iman, kesabaran,

11
Sabda, “Ibrani 2:5-9 TB,” Sabda.Org, last modified 2016, sabda.org.
dan ketekunan. Kitab ini memiliki pesan yang relevan bagi orang-orang percaya saat ini
untuk menjaga dan memperkuat iman mereka dalam Kristus.

 Isi dan Struktur

Kitab Ibrani terdiri dari 13 bab. Sebagian besar kitab ini berbentuk surat, dengan pengajaran
teologis yang dalam dan bervariasi. Penulis mengutip berbagai peristiwa dan ajaran dalam
Perjanjian Lama untuk menunjukkan bagaimana Kristus adalah pemenuhan yang lebih baik
dari segala hal yang terdapat dalam hukum Musa, imamat imam-imam lama, dan ibadah-
ibadah lainnya.

 Poin-Poin Kunci

Kitab Ibrani menyoroti keilahian, keutamaan, dan penebusan yang diberikan oleh Kristus.
Penulis menjelaskan bahwa Kristus adalah Sang Anak yang lebih agung dari semua malaikat,
Sang Pemimpin yang lebih agung dari Musa, dan Sang Imam Agung yang sempurna dan
abadi. Kitab ini juga menekankan pentingnya iman, kesabaran, dan ketekunan dalam hidup
Kristen.

 Pesan dan Relevansi

Kitab Ibrani memiliki pesan yang kuat bagi orang-orang Kristen, baik pada saat penulisannya
maupun bagi kita saat ini. Kitab ini mengajarkan pentingnya menjaga iman yang teguh dalam
Kristus, menghormati otoritas-Nya, dan hidup sesuai dengan prinsip-prinsip iman Kristen.
Kitab ini juga mengajak kita untuk menolak keinginan untuk kembali ke agama yang lebih
lama atau terjerat dalam dosa, dan untuk tetap setia kepada Kristus sampai akhir.

Kitab Ibrani menyajikan pandangan teologis yang mendalam dan memberikan landasan kuat
bagi iman Kristen. Pesan-pesan yang terkandung di dalamnya menguatkan keyakinan,
mengingatkan akan pentingnya iman yang teguh, dan mengarahkan kita untuk hidup secara
konsisten dengan iman kita kepada Kristus.12

Yesus Sebagai Manusia

Yesus dipandang sebagai manusia dalam tradisi Kristen. Kemanusiaan Yesus adalah aspek
penting dalam teologi Kristen yang menekankan bahwa Dia adalah pribadi yang sepenuhnya

12
Sabda, “Ibrani 2:5-9 TB.”
manusia.13 Berikut adalah beberapa hal yang dapat dijelaskan mengenai Yesus sebagai
manusia:

 Kelahiran dan kehidupan manusia: Yesus dilahirkan sebagai bayi manusia dari
perawan Maria. Ia mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik, mengalami
proses belajar dan pengalaman hidup sebagaimana manusia pada umumnya. Ia juga
mengalami berbagai aspek kemanusiaan, termasuk lapar, haus, lelah, dan emosi
seperti sukacita dan kesedihan.
 Tubuh dan jasmani: Yesus memiliki tubuh dan jasmani manusia. Ia makan, tidur, dan
merasakan sensasi fisik seperti manusia lainnya. Ketika Ia melakukan pelayanan-Nya
di dunia, Ia menggunakan tubuh-Nya untuk berinteraksi dengan orang-orang dan
menyampaikan ajaran-Nya.
 Emosi dan relasi sosial: Yesus mengalami berbagai emosi dan hubungan sosial dalam
kehidupan-Nya. Ia merasa belas kasihan, mengasihi, dan mengalami kegembiraan
serta kesedihan. Ia memiliki hubungan dengan keluarga, teman-teman, dan pengikut-
Nya, serta berinteraksi dengan orang-orang dalam masyarakat.
 Percobaan dan pencobaan: Yesus menghadapi pencobaan dan godaan, seperti yang
dicatat dalam Kitab Suci. Ia menghadapi godaan untuk menyerah pada keinginan-Nya
sendiri dan menghindari penderitaan, tetapi Ia tetap setia kepada kehendak Allah.
 Penderitaan dan kematian: Salah satu aspek kemanusiaan Yesus yang sangat penting
adalah penderitaan-Nya dan kematian di kayu salib. Yesus mengalami penderitaan
fisik, emosional, dan spiritual saat Ia mengorbankan diri-Nya sebagai kurban
penebusan dosa manusia. Kematian-Nya menjadi jalan untuk menyelamatkan umat
manusia dari dosa dan memberikan kesempatan untuk hidup kekal.14

Pemahaman akan kemanusiaan Yesus menekankan pengalaman-Nya yang nyata sebagai


manusia dan pengorbanan-Nya yang mengungkapkan kasih Allah kepada umat manusia.
Kemanusiaan Yesus menjadi landasan bagi pengajaran moral dan teladan dalam menjalani
kehidupan Kristiani. Melalui kemanusiaan-Nya, Yesus menjadi perantara yang sempurna
antara Allah dan manusia, memahami segala kesulitan dan tantangan yang dihadapi manusia.

Dalam Ibrani 1:3, penulis memperkenalkan Yesus sebagai Anak Allah yang ditinggikan,
sesudah itu ia memberi perincian mengenai keadaan kemanusiaan-Nya sebagai berikut:

13
Peniel C D Maiaweng, “INKARNASI : REALITAS KEMANUSIAAN YESUS,” INKARNASI : REALITAS
KEMANUSIAAN YESUS 13, no. 1 (2015).
14
Maiaweng, “INKARNASI  REALITAS Kemanus. YESUS.”
a. Ia lebih rendah daripada malaikat dan dalam misi-Nya, Ia memperlihatkan manusia
bukan malaikat-malaikat (Ibr 2:9, 16)

Disebutkan bahwa Yesus "dikecualikan dari kemuliaan dan kehormatan" untuk


"sementara waktu," dan bahwa Ia "tidak membantu malaikat-malaikat," melainkan Ia
datang untuk "menolong keturunan Abraham." Ayat-ayat tersebut menegaskan bahwa
Yesus bukan malaikat, melainkan Ia datang sebagai manusia untuk memberikan
pertolongan kepada umat manusia. Ini menunjukkan bahwa Yesus turun ke dunia
sebagai manusia agar Ia bisa berbagi dalam kondisi manusia, mengalami penderitaan
dan kesulitan seperti yang dialami oleh manusia, dan memberikan penebusan bagi
keturunan Abraham.

b. Ia mempunyai darah dan daging , Ia mengalami pencobaan (Ibr 2:18; 4:15)

Dalam Surat Ibrani 2:18, dikatakan bahwa karena Yesus sendiri telah
menderita dan diuji dalam penderitaan-Nya, Ia dapat merasa belas kasihan dan
membantu mereka yang diuji. Hal ini menunjukkan bahwa Yesus memiliki
pengalaman penderitaan dan pencobaan yang sebanding dengan manusia, sehingga Ia
bisa memahami dan menjadi perantara yang penyayang. Dalam Surat Ibrani 4:15,
ditegaskan bahwa Yesus adalah Imam Besar yang tidak mampu menjadi acuh tak acuh
terhadap kelemahan manusia, karena Ia sendiri mengalami pencobaan serupa, tetapi
tidak berbuat dosa. Dalam kehidupan-Nya di bumi, Yesus menghadapi pencobaan dan
godaan yang sama seperti yang dialami oleh manusia, namun Ia tidak jatuh dalam
dosa. Hal ini menegaskan bahwa Yesus, sebagai Allah yang menjelma menjadi
manusia, mengalami segala aspek kehidupan manusia, termasuk penderitaan dan
pencobaan.

c. Ia berdoa dan memohon dengan suara jeritan yang mengharukan dan ratap tangis pada
waktu di getsemani (Ibr 5:7)

Ayat tersebut menekankan intensitas dan kedalaman pengalaman doa Yesus


ketika Ia berhadapan dengan penderitaan yang akan Ia alami, terutama menjelang
penyaliban-Nya. Saat berada di Taman Getsemani, Yesus merasa sangat terbebani
oleh beban yang akan Ia tanggung, yakni menebus dosa manusia melalui kematian-
Nya di kayu salib. Dalam doa-Nya, Yesus mengungkapkan keadaan batin yang sangat
kritis dan penuh tekanan, sehingga Ia berdoa dengan suara jeritan yang mengharukan
dan ratap tangis. Ini menunjukkan intensitas emosi dan ketegangan yang dialami-Nya
pada saat itu. Yesus adalah manusia sejati, dan Ia mengalami kesedihan yang
mendalam dan kecemasan sehubungan dengan misi-Nya.

Meskipun Yesus merasa terbebani, dalam doa-Nya Ia menyerahkan diri-Nya


sepenuhnya kepada kehendak Bapa surga. Ia mengatakan, "Bukan kehendak-Ku,
tetapi kehendak-Mu terjadi" (Lukas 22:42). Dalam momen itu, Yesus menunjukkan
ketaatan dan kesetiaan-Nya kepada Allah Bapa, walaupun Ia mengalami penderitaan
yang tak terbayangkan. Pengalaman doa Yesus di Taman Getsemani memperlihatkan
sisi manusia-Nya yang lemah dan rentan, serta kasih-Nya yang mendalam terhadap
umat manusia. Doa-Nya tersebut juga mengilustrasikan betapa besar pengorbanan dan
kesetiaan-Nya dalam menebus dosa umat manusia melalui kematian-Nya di salib.

d. Ia belajar taat melalui penderitaan-Nya, sebagai hasilnya Ia dikatakan telah dijadikan


sempurna (Ibr 2:10, 5:8-9)

Dalam Surat Ibrani 2:10, dikatakan bahwa Allah telah menjadikan Yesus
"sempurna melalui penderitaan-Nya." Penderitaan yang Ia alami memainkan peran
penting dalam pengembangan kesempurnaan-Nya sebagai Juru Selamat dan Imam
Besar. Melalui penderitaan-Nya, Ia belajar tentang kesetiaan dan taat kepada
kehendak Allah, serta mengalami secara pribadi konsekuensi dan penderitaan yang
dihadapi oleh manusia. Dalam Surat Ibrani 5:8-9, dijelaskan bahwa meskipun Yesus
adalah Anak Allah yang kekal, Ia belajar ketaatan melalui apa yang Ia derita. Ia
menjadi sumber keselamatan kekal bagi mereka yang taat kepada-Nya, dan menjadi
"penyebab keselamatan yang kekal" bagi mereka yang mematuhi-Nya.15

Penderitaan dan ketaatan Yesus dianggap sebagai bagian dari rencana Allah
untuk menyempurnakan-Nya dalam peran-Nya sebagai Juruselamat dan Imam Besar.
Melalui penderitaan-Nya, Ia mengerti dan berempati dengan penderitaan manusia,
dan juga menunjukkan kesetiaan yang sempurna kepada Allah Bapa.

e. Ia merasakan pengalaman takut akan Alllah (Ibr 5:7)

Ayat tersebut menyatakan, "Dalam masa hidup-Nya di dunia, Kristus berdoa


dengan suara yang keras dan menangis dengan sangat, dan Ia merasakan pengalaman
takut akan Allah." Ayat ini menggambarkan momen Yesus di Taman Getsemani
sebelum penyalibannya, ketika Ia mengalami kecemasan dan ketakutan yang besar
15
Adi Putra, “Bukti-Bukti Keilahian Dan Kemanusiaan Yesus Dalam Perjanjian Baru,” Bukti-Bukti Keilahian
Dan Kemanusiaan Yesus Dalam Perjanjian Baru 2, no. 1 (2022): 1–14.
menghadapi beban yang akan Ia tanggung. Pengalaman takut Yesus terhadap Allah
bukanlah takut yang melibatkan ketidakpercayaan atau ketakutan akan hukuman-Nya,
melainkan merupakan respons yang manusiawi terhadap tanggung jawab besar yang
dihadapinya dalam menebus dosa umat manusia. Yesus, sebagai manusia yang
sempurna, merasakan tekanan dan tanggung jawab berat dalam menghadapi
pengorbanan-Nya yang akan datang.

Meskipun Yesus merasakan takut, dalam keadaan itu, Ia menyerahkan diri-


Nya sepenuhnya kepada kehendak Bapa surga. Ia mengatakan, "Bapa, janganlah
kiranya kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mu terjadi" (Lukas 22:42). Ini
menunjukkan ketaatan-Nya yang penuh terhadap kehendak Allah, meskipun Ia
merasakan ketakutan dan kecemasan. Pengalaman takut yang Yesus alami
menggambarkan kesempurnaan-Nya sebagai manusia yang menyatu dengan
kehendak Allah, dan juga memperlihatkan kedalaman pengorbanan-Nya dalam
menebus dosa manusia. Pengalaman ini juga memperlihatkan kedekatan-Nya dengan
kondisi manusia dan empati-Nya terhadap ketakutan dan penderitaan yang dialami
oleh umat manusia.

f. Ia menganggap kematian sebagai bagian yang tidak dapat dihindari dalam misi-Nya
(Ibr 2:9, 14)

Dalam Surat Ibrani 2:9, dikatakan bahwa Yesus "dikecualikan dari kemuliaan
dan kehormatan" untuk "sementara waktu" agar Ia dapat mengalami kematian untuk
semua orang. Ini menunjukkan bahwa Yesus menyadari bahwa kematian adalah
bagian penting dari rencana penyelamatan Allah, dan Ia rela mengalami kematian itu
untuk menebus dosa umat manusia. Dalam Surat Ibrani 2:14, juga disebutkan bahwa
Yesus menjelma menjadi manusia agar "oleh kematian-Nya, Ia memusnahkan yang
berkuasa atas maut, yaitu Iblis." Hal ini menunjukkan bahwa Yesus menganggap
kematian-Nya sebagai cara untuk mengalahkan kuasa maut dan Iblis, dan membawa
kehidupan kekal bagi mereka yang percaya kepada-Nya.Dalam misi-Nya sebagai
Juruselamat, Yesus menyadari bahwa kematian-Nya adalah jalan yang harus ditempuh
untuk membebaskan umat manusia dari dosa dan maut. Ia dengan sukarela
mengorbankan nyawa-Nya sebagai korban penebusan, sehingga melalui kematian-
Nya, Ia membawa keselamatan dan kehidupan yang kekal kepada mereka yang
percaya kepada-Nya.
Pemahaman Yesus mengenai pentingnya kematian dalam misi-Nya
mencerminkan kasih-Nya yang tak terbatas dan pengorbanan-Nya yang besar.
Kematian-Nya bukanlah akhir, tetapi merupakan jalan bagi kebangkitan-Nya yang
memastikan harapan keselamatan dan kehidupan kekal bagi umat manusia.16

Yesus seketika lebih rendah?

Ibrani 2:5-9 berbunyi dalam versi Alkitab Terjemahan Baru sebagai berikut:

"Sebab bukan kepada malaikat-malaikatlah Ia menundukkan dunia yang akan datang ini,
tentang apa yang kita bicarakan itu. Tetapi ada suatu hikmat yang disaksikan oleh Kitab Suci,
yakni: 'Apa itu manusia, sehingga Engkau mengingat dia, atau anak manusia, sehingga
Engkau memperhatikan dia? Engkau telah menjadikannya sedikit lebih rendah dari malaikat-
malaikat, dengan memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat, dan Engkau telah
menyerahkan kepadanya segala sesuatu yang Engkau ciptakan.' Sebab dalam
memperserahkan segala sesuatu kepada dia, Ia tidak meninggalkan sesuatu pun yang tidak
tunduk kepada dia. Memang kita belum melihat, sekarang ini, segala sesuatu tunduk kepada
dia. Tetapi kita melihat Yesus, yang sedikit lebih rendah daripada malaikat-malaikat oleh
karena sengsara dan mati, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat karena Dia, oleh kasih
karunia Allah, mengalami maut atas nama setiap orang."17

Dalam konteks ayat-ayat ini, manusia dinyatakan sedikit lebih rendah dari malaikat-malaikat
dalam arti bahwa manusia dapat mengalami kesengsaraan dan kematian, sedangkan malaikat-
malaikat tidak. Tetapi kemudian dikatakan bahwa Yesus, melalui sengsara dan mati-Nya,
dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, menunjukkan kedudukan yang luhur di atas
malaikat-malaikat.

Dalam Ibrani 2:5-9, terjemahan yang paling umum digunakan sebagai berikut:

"Karena memang Allah tidak menguasai dunia yang akan datang yang kita bicarakan ini,
melainkan ada seorang yang telah menyaksikan tentangnya, yaitu: 'Apakah manusia ini,
sehingga Engkau mengingat dia, atau anak manusia ini, sehingga Engkau
memperhatikannya? Engkau menjadikannya sedikit lebih rendah dari malaikat, mahkota
kemuliaan dan hormat Engkau Engkau letakkan di atas kepalanya; Engkau memberinya
kekuasaan atas karya tangan-Mu; segala sesuatu telah Kauberikan kepadanya di bawah kaki-
Nya.'" (Ibrani 2:5-8)
16
Rospianti Tamyong, “Kemanusiaan Yesus Kristus,” Kemanusiaan yesus kristus 1, no. 2 (n.d.): 24–34.
17
Sabda, “Ibrani 2:5-9 TB.”
Pada ayat ini, tampaknya Yesus disebut sebagai "anak manusia" yang ditempatkan
oleh Allah sedikit lebih rendah daripada malaikat. Namun, penting untuk dicatat bahwa ada
interpretasi dan pemahaman yang berbeda dalam memahami ayat ini. Beberapa teolog
berpendapat bahwa Yesus, saat menjadi manusia dalam wujud-Nya di dunia ini, menjadi
sementara waktu sedikit lebih rendah daripada malaikat dalam kedudukan-Nya. Ini karena
Yesus mengambil sifat manusia, sementara malaikat adalah makhluk rohani yang lebih tinggi.
Namun, setelah kebangkitan-Nya dan kenaikan-Nya ke surga, Yesus diangkat dan diberikan
kedudukan yang lebih tinggi dari malaikat. Dalam prespektif kekristenan, Yesus adalah
inkarnasi Allah yang mengambil rupa manusia untuk menebus dosa umat manusia. Oleh
karena itu, walaupun sementara waktu lebih rendah dari malaikat dalam rupa manusia-Nya,
Yesus memperoleh kekuasaan dan kemuliaan yang luar biasa setelah kematian-Nya dan
kebangkitan-Nya.

Jadi, Ibrani 2:5-9 sebenarnya menegaskan bahwa Yesus ditinggikan di atas malaikat-malaikat,
bukan lebih rendah dari mereka.

Kesimpulan

Yesus datang ke dunia turun menjadi manusia dan mati untuk menebus dosa-dosa
manusia dan bangkit menjadi raja diatas segala raja. Dalam bentuk manusianya Yesus juga
merasakan segala sesuatu yang dirasakan oleh manusia, sakit, penderitaan, dan lain-lain.
Yesus dalam status manusia adalah manusia seutuhnya, lalu dalam kaitannya dengan manusia
yang dibawah malaikat jika dihubungkan dengan Yesus adalah tidak ada kaitannya dengan
Yesus. Dalam konteks Ibrani 2:5-9 bahwa seketika itu ditujukan pada status manusia, yaitu
kita, sedangkan Yesus tidaklah demikian karena Ia masih memiliki keilahian-Nya, sedangkan
kita tidak, maka pada akhirnya Alkitab tidak pernah mencatat tentang Yesus direndahkan
melainkan Tuhan Yesus yang ditinggikan dan diagungkan dari selamanya sampai selama-
lamanya.

Daftar Pustaka

H R Dannari, “Kajian Teologi Tentang Penderitaan Yesus Sebagai Anak Daud,” 2020,
https://osf.io/preprints/x8t6c/.
Candra Gunawan, “Signifikansi Kematian Yesus: Evaluasi Perdebatan Ioanes Rakhmat Dan
Joas Adiprasetya,” Jurnal Amanat Agung 7, no. i (2011).
Lewi Nataniel Bora, “Keserupaan Dengan Yesus Dalam Penderitaan, Kesengsaraan Dan
Kematian-Nya,” Manna Rafflesia 7, no. 1 (2020): 65–89.
Yohanes Adrie Hartopo, “Kematian Yesus Kristus Menurut Lukas 23: 44-48: Suatu Analisis
Dari Perspektif Kritik Redaksi ,” Jurnal Amanat Agung 2, no. 1 (2017): 44–48.
Wenny Kristiani Waruwu, “KONSEP KRISTOLOGI MENURUT SURAT IBRANI DAN
IMPLIKASINYA BAGI ORANG PERCAYA MASA KINI Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : PENGANTAR PERJANJIAN BARU III PROGRAM SARJANA TEOLOGI
( S . Th .) Dosen Pengampu : Sri Ayu Dyah Utami , S . S ., M . Th Oleh :,” KONSEP
KRISTOLOGI MENURUT SURAT IBRANI DAN IMPLIKASINYA BAGI ORANG PERCAYA
MASA KINI, no. 1 (2018).
Berkat Harefa, “Yesus Kristus Anak Allah Menurut Ibrani 1:1-4 (Studi Eksegesis),” Stt
Teologi Injili Arastamar 4 (2009): 1–10.
Suhanri Simanullang, “Hakikat Malaikat : Teologi Sistematika 2,” Hakikat Malaikat : Teologi
Sistematika 2, no. 1 (2017).
LAI, Alkitab (Jakarta pusat, n.d.).
LAI, Alkitab.
Adlini, M. N., Dinda, A. H., Yulinda, S., Chotimah, O., & Merliyana, S. J. (2022). Metode
penelitian kualitatif studi pustaka. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 6(1), 974-980.
Sabda, “Ibrani 2:5-9 TB,” Sabda.Org, last modified 2016, sabda.org.
Sabda, “Ibrani 2:5-9 TB.”
Peniel C D Maiaweng, “INKARNASI : REALITAS KEMANUSIAAN YESUS,”
INKARNASI : REALITAS KEMANUSIAAN YESUS 13, no. 1 (2015).
Maiaweng, “INKARNASI  REALITAS Kemanus. YESUS.”
Adi Putra, “Bukti-Bukti Keilahian Dan Kemanusiaan Yesus Dalam Perjanjian Baru,” Bukti-
Bukti Keilahian Dan Kemanusiaan Yesus Dalam Perjanjian Baru 2, no. 1 (2022): 1–14.
Rospianti Tamyong, “Kemanusiaan Yesus Kristus,” Kemanusiaan yesus kristus 1, no. 2
(n.d.): 24–34.
Sabda, “Ibrani 2:5-9 TB.”

Anda mungkin juga menyukai