DOKTRIN KRISTOLOGI
DALAM KITAB IBRANI
LATAR BELAKANG
Surat kepada orang Ibrani adalah salah satu kitab dalam Alkitab Perjanjian
dan merupakan sebuah tulisan teologi dari periode awal kekristenan yang disusun
dengan kaidah bahasa Yunani yang baik. Kristologi yang dipaparkan di dalamnya
termasuk kristologi yang rumit.1 Sebagai surat, kitab ini tidak memiliki salam
pembuka selayaknya surat-surat kiriman pada masa itu. Kitab ini lebih mirip
khotbah yang memuat uraian teologi yang rumit dan penuh dengan teka-teki.2
Didalamnya tidak hanya dipaparkan tentang keistimewaan Yesus di hadapan
tradisi Yahudi, tetapi juga dalam konteks filsafat platonis.3
Penulis surat ini berusaha mendorong pembacanya supaya tetap percaya.
Untuk itu ia menunjukkan bahwa Yesus Kristus adalah pernyataan Tuhan yang
sempurna. Tiga perkara dikemukakan oleh penulis surat ini. Pertama, Yesus
adalah Anak Tuhan, Anak yang kekal. Anak Tuhan itu menunjukkan ketaatan-Nya
kepada Bapa melalui ketabahan-Nya untuk menderita. Sebagai Anak Tuhan,
Yesus lebih tinggi dari nabi-nabi dalam Perjanjian Lama. Ia pun lebih tinggi dari
malaikat atau Musa sendiri. Kedua, Tuhan telah menyatakan Yesus sebagai imam
abadi yang lebih tinggi daripada imam-imam dalam Perjanjian Lama. Ketiga,
dengan perantaraan Yesus, orang yang percaya kepada-Nya dibebaskan dari
dosa dan dari ketakutan dan kematian. Sebagai Imam Agung, Yesus memberikan
kepada manusia keselamatan sejati yang tidak dapat diberikan oleh upacara-
upacara persembahan kurban dan upacara-upacara lainnya di dalam agama
Yahudi. Upacara-upacara itu hanya dapat memberikan gambaran dari
keselamatan sejati itu saja. Dengan mengemukakan contoh-contoh iman dari
tokoh-tokoh terkenal dalam sejarah Israel (pasal 11), penulis surat ini
menganjurkan para pembacanya supaya tetap setia. Di dalam pasal 12 ia
mendorong mereka supaya terus setia sampai akhir, dengan hanya melihat pada
Yesus. Ia mendorong mereka juga supaya tabah menderita dan tabah
menanggung tekanan-tekanan dan penganiayaan terhadap diri mereka. Surat ini
diakhiri dengan nasihat dan peringatan.
1
Bambang Subandrijo, Menyingkap Pesan-Pesan Perjanjian Baru 2, (Bandung: Bina
Media Informasi, 2010), hal. 15.
2
Dianne Bergant & Robert J. Karris (eds)., Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, (Yogyakarta:
Kanisius, 2002), hal. 413.
3
S. Wismoady Wahono, Di Sini Kutemukan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), hal. 470.
2
4
Leland Ryken, James C. Wilhoit, dan Tremper Longman II (ed), Dictionary of Biblical
Imagery, (USA: Inter Varsity Press, 1998), hal. 374.
3
5
Eka Darmaputera, Imamat Yang Sempurna: Pemahaman Surat Ibrani Tentang Iman dan
Keimanan Yesus, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), hal. 17.
6
Samuel Benyamin Hakh, Perjanjian Baru: Sejarah, Pengantar, dan Pokok-pokok
Teologisnya, (Bandung: Bina Media Informasi, 2010), hal. 260-261.
4
Allah menyebut Musa lebih tinggi daripada para malaikat7 dan Musa membawa
bangsa Israel keluar dari tanah perbudakan serta menggembara dipadang gurun
selama 40 tahun, hal ini sangat luar biasa dimata dan dihati setiap orang Yahudi.
Tidak ada nabi atau pemimpin yang bisa mengalahkan kehebatan dari seorang
Musa. Sehingga mereka seakan-akan meremehkan/merendahkan Yesus. Apalagi
Yesus datang dan seringkali menentang tradisi mereka, dan Yesus membuat
formula-formula baru mengenai ajaran-Nya.
Paradigma para pembaca surat ini melihat kesamaan Kristus dengan
Musa, mulai proses mereka lahir, keduanya lahir di zaman dimana ada sebuah
masalah yang nantinya akan mengancam nyawa mereka, keduanya juga seorang
pemimpin besar, dan memiliki banyak pengikut, Musa dan Yesus sama-sama
menjadi perantara antara Allah Bapa dengan manusia, dan terlebihnya lagi kedua-
duanya bisa mengadakan tanda-tanda mukjizat. Hal ini pula membuat orang
Yahudi pada Surat Ibrani in menyakini bahwa Kristus yang sekarang ialah Musa
yang kedua, atau bahkan Musa direpresentatifkan pada Kristus. Namun jelas
dalam Ibrani 3:1-6 penulis mengatakan bahwa Kristus jauh lebih tinggi dan mulia
dibandingkan dengan Musa yang hanyalah manusia biasa. Ada perbedaan yang
mendasar dan konkrit untuk menyatakan bahwa memang Kristus lebih tinggi
daripada Musa.
Perbedaan antara Kristus dengan Musa adalah yang pertama Musa tidak
totalitas menyerahkan hidupnya bagi umat Israel, tetapi Yesus menyerahkan
totalitas hidup-Nya bagi seluruh umat manusia dari Perjanjian Lama sampai
Perjanjian Baru. Yesus adalah pengatara yang paling sempurna, sehingga orang
tidak perlu takut datang berhadapan dengan Allah. Yang kedua dilihat dari peran,
Musa diperitahkan atau dipanggil oleh Allah untuk memimpin bangsa Israel,
sedangkan Yesus adalah Pribadi yang mengutus. Dan bisa dibalikkan bahwa
Kirtus pula yang mengutus Musa bagi orang Israel melalui pekerjaan Tritunggal
sejak kekelan. Bisa dicermati bahwa memang Yesus berkuasa atas seluruhnya
termasuk Musa yang adalah nabi tertinggi bagi orang Yahudi. Sehingga ada
tertulis dalam Ibrani 3:3 “Sebab Ia dipandang layak mendapat kemuliaan lebih
besar dari pada Musa, sama seperti ahli bangunan lebih dihormati dari pada
7
William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Surat Ibrani, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1991), hal. 39.
5
8
Eka Darmaputera, Imamat Yang Sempurna, hal. 35.
9
Ola Tulluan, Introduksi Perjanjian Baru, (Malang: Departemen Literatur YPPII, t.t), hal.
298.
6
10
Ola Tulluan, Introduksi Perjanjian Baru, hal. 299.
7
sendiri sebagai jembatan antara manusia dengan Allah yang terputus, dan itu
hanya dilakukan sekali, karena Kristus adalah korban yang kekal. Dan
keselamatan melalui Kristus itu abadi, ada perjanjian (kovenan) yang kekal (Ibr.
5:9).11 Berbanding terbalik dengan Harun, ia harus mempersembahkan korban
secara terus-menerus supaya umatnya terbebas dari dosa, dan ia pula harus
mempersembahkan korban terlebih dahulu, sebelumnya melayani yang lain (Ibr.
7:27). Dan korban itu tidak berlaku lagi pada masa Perjanjian Baru. Sehingga
dapat dikatakan bahwa Kristus adalah imam yang sangat tinggi tidak ada apa-
apanya jika dibandingkan dengan Harun.
Perbandingan lain yang menunjukkan Kristus itu lebih tinggi adalah, karena
Kristus tidak pernah berbuat dosa, Dia selalu kudus, sehinggi Dia menjadi korban
paling sempurna, melebihi seluruh korban yang telah dipersembahkan terlebih
dahulu. Sedangkan Harun pernah bercacat dan bersalah pada TUHAN, waktu
sama-sama atau ia yang memerintahkan bangsa Israel membuat patung lembu
emas dan ia bersama Musa berdosa waktu peristiwa air Meriba. Hal itu menjadi
teguran keras dari TUHAN, Yesus tidak demikian. Makanya keimaman Harun
dalam mempersembahkan korban penghapus salah tidak berlaku pada semua
orang, dan Harun sendiri tidak punya kuasa untuk menyelematkan seluruh umat
Israel, karena yang punya kuasa adalah Allah. Sedangkan Yesus tidak, Ia punya
kuasa itu karena Ia memang Allah, meskipun datang sebagai rupa manusia dan
kuasa keselamatan dari dosa berlaku bagi seluruh manusia dari Perjanjian Lama
dan sampai selama-lamanya.
Status menjadi sangat penting untuk melihat kekuasan, ketinggian, dan
layak disembah, memang Harun yang dipilih oleh Allah itu menjadi lebih tinggi dari
umat lainnya, tetapi Kristus bukan dipilih tetapi ia telah dinubuatkan dan Dia
sendiri yang adalah imam yang agung itu. Kristus juga bukan berdasarkan
keturunan seperti imam lainnya atau peraturan manusia biasa, tetapi Dia telah
ditetapkan/keimaman-Nya kekal (Kej. 14:18-20 & Maz. 110:4). Dan terlebih juga
Kristus imam menurut peraturan Melkisedek. Melkisedek menurut penulis Ibrani
adalah sebuah pribadi yang luar biasa, karena memiliki nilai kekelan, dan
dijadikan sama dengan Anak Allah, dia imam sampai selama-lamanya. Makanya
mengandung nilai Ilahi, maka Yesus ditetapkan dari peraturan Ilahi atau
11
John Stott, The Incomparable Christ, (USA: Inter Varsity Press, 2001), hal. 66.
8
Melkisedek. Dan dikatakan Kristus adalah imam paling tinggi dan terakhir
(Ibr.7:24). Ia akan datang kembali sebagai seorang Imam yang Agung untuk
mengadili seluruh dosa umat manusia termasuk Harun. Dan Yesus berada dari
tempat yang sangat MahaKudus yaitu surga, Ia berasal dari sana dan berada
untuk selama-lamanya, tetapi Harun hanya memasuki ruang MahaKudus yang
hanya dibatasan dunia, dan itupun masuk hanya setahun sekali. Itu berarti jelas
Kristus jauh lebih tinggi, dan Harun tidak dapat dibandingkan dengan Kristus, hal
ini membuat suatu paradigm yang baru dan memathakan argument dari pembaca
surat ini, agar mereka mengetahui dan sadar bahwa yang layak ditinggikan hanya
Kristus Yesus.
sekarang dan masa yang akan datang, hal membuat runtuh seluruh persepsi
pembaca mengenai latar belakarang mereka akan Yahudi, dan supaya juga
mereka mengetahui yang benar dan mempercayai Yesus, tidak mensejajarkan
Yesus dengan tokoh-tokoh Perjanjian Lama seperti Musa atau Harun, dan dengan
malaikat. Penulis Ibrani ingin mengkokohkan pandangan dan ajaran mengenai
Kristologi pada para pembaca pertama.
Kristus sebagai pengantara jelas memberikan sebuah manfaat yang
memliki jangka waktu panjang, tidak seperti dalam Perjanjian Lama yang hanya
berhenti di zaman itu saja. Tetapi Yesus sebagai pengantara baru yang
melampaui setiap masa, dan itu bernilai kekekalan. Yesus pengantara perjanjian
yang baru antara manusia yang Allah yang pernah terputus karena dosa, itu
hanya bisa diikat sekali untuk selamanya melalui pengorbanan yang Maha
Sempurna di kayu Salib. Yesus juga sebagai pengantara dari pengadilan yang
lebih tinggi nanti di akhir zaman. Dan lebih tegaskan bahwa Kristus bukan berasal
dari dunia atau bukan berdasarkan apa yang dibuat manusia, tetapi berdasarkan
perintah Ilahi dan mengandung unsur sorgawi, karena sebagai pengantara hanya
Yesus yang memiliki kualitas atau standar yang paling cocok dan hanya melalui
Dia tidak melalui yang lain, Dia paling superior dari semua perantara sebelumnya.
Dia yang telah ditetapkan dari awal dan dinubuatkan. Sebagai penggenapan,
penyempurnaan, penutup segala hal dari Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru.
Hal ini sekaligus membukakan pandangan para orang Yahudi dalam pembaca
surat pertama dan mematahkan setiap pendapat mereka yang lain.
Barclay, William
1991 Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Surat Ibrani, Jakarta: BPK Gunung
Mulia.
Darmaputera, Eka
2012 Imamat Yang Sempurna: Pemahaman Surat Ibrani Tentang Iman
dan Keimanan Yesus, Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Morris, Leon
1990 New Testament Theology, Grand Rapids: Zondervan Pub House.
Stott, John
2001 The Incomparable Christ, USA: Inter Varsity Press.
Subandrijo, Bambang
2010 Menyingkap Pesan-Pesan Perjanjian Baru 2, Bandung: Bina Media
Informasi.
Tulluan, Ola
t.t Introduksi Perjanjian Baru, Malang: Departemen Literatur YPPII.
Wahono, S. Wismoady
2004 Di Sini Kutemukan, Jakarta: BPK Gunung Mulia.