Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PRIBADI

DOKTRIN KRISTOLOGI
DALAM KITAB IBRANI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah:


Theologia Biblika Perjanjian Baru Lanjutan

Yang Dibina Oleh:


Daido Tri Sampurna Lumbanraja, M.Th

Nama: Roy Damanik


2016.77202.08.077

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BASOM


Batam, April 2018
Program Pascasarjana
1

LATAR BELAKANG

Surat kepada orang Ibrani adalah salah satu kitab dalam Alkitab Perjanjian
dan merupakan sebuah tulisan teologi dari periode awal kekristenan yang disusun
dengan kaidah bahasa Yunani yang baik. Kristologi yang dipaparkan di dalamnya
termasuk kristologi yang rumit.1 Sebagai surat, kitab ini tidak memiliki salam
pembuka selayaknya surat-surat kiriman pada masa itu. Kitab ini lebih mirip
khotbah yang memuat uraian teologi yang rumit dan penuh dengan teka-teki.2
Didalamnya tidak hanya dipaparkan tentang keistimewaan Yesus di hadapan
tradisi Yahudi, tetapi juga dalam konteks filsafat platonis.3
Penulis surat ini berusaha mendorong pembacanya supaya tetap percaya.
Untuk itu ia menunjukkan bahwa Yesus Kristus adalah pernyataan Tuhan yang
sempurna. Tiga perkara dikemukakan oleh penulis surat ini. Pertama, Yesus
adalah Anak Tuhan, Anak yang kekal. Anak Tuhan itu menunjukkan ketaatan-Nya
kepada Bapa melalui ketabahan-Nya untuk menderita. Sebagai Anak Tuhan,
Yesus lebih tinggi dari nabi-nabi dalam Perjanjian Lama. Ia pun lebih tinggi dari
malaikat atau Musa sendiri. Kedua, Tuhan telah menyatakan Yesus sebagai imam
abadi yang lebih tinggi daripada imam-imam dalam Perjanjian Lama. Ketiga,
dengan perantaraan Yesus, orang yang percaya kepada-Nya dibebaskan dari
dosa dan dari ketakutan dan kematian. Sebagai Imam Agung, Yesus memberikan
kepada manusia keselamatan sejati yang tidak dapat diberikan oleh upacara-
upacara persembahan kurban dan upacara-upacara lainnya di dalam agama
Yahudi. Upacara-upacara itu hanya dapat memberikan gambaran dari
keselamatan sejati itu saja. Dengan mengemukakan contoh-contoh iman dari
tokoh-tokoh terkenal dalam sejarah Israel (pasal 11), penulis surat ini
menganjurkan para pembacanya supaya tetap setia. Di dalam pasal 12 ia
mendorong mereka supaya terus setia sampai akhir, dengan hanya melihat pada
Yesus. Ia mendorong mereka juga supaya tabah menderita dan tabah
menanggung tekanan-tekanan dan penganiayaan terhadap diri mereka. Surat ini
diakhiri dengan nasihat dan peringatan.
1
Bambang Subandrijo, Menyingkap Pesan-Pesan Perjanjian Baru 2, (Bandung: Bina
Media Informasi, 2010), hal. 15.
2
Dianne Bergant & Robert J. Karris (eds)., Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, (Yogyakarta:
Kanisius, 2002), hal. 413.
3
S. Wismoady Wahono, Di Sini Kutemukan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), hal. 470.
2

KRISTOLOGI DALAM KITAB IBRANI

Merujuk kepada tujuan dari penyampaian surat yang dialamatkan kepada


orang Kristen Yahudi yang saat itu mengalami penganiayaan dan keputuasaan
dari berbagai tantangan internal (sesama orang Kristen dan Yahudi) dan eksternal
(pemerintahan Romawi), surat ini memberikan penguatan agar mereka berusaha
untuk rteguh beriman pada Kristus dengan memberi penjelasan secara khusus
dan tajam mengenai keunggulan dari Yesus Kristus. Gambaran tentang Kristus
menjadi sebuah sentral pemberitaan dan menjadi gambaran dominan jika
menulusuri isi Kitab Ibrani. 4

1. Anak Allah Lebih Tinggi daripada Malaikat-malaikat


Penulis Ibrani dengan tegas mengungkapkan kepada para pembacanya
tentang kesuperioritasan Kristus yang pada hakekatnya lebih tinggi dari Malaikat.
Meskipun pada zaman itu mereka terlalu menyibukkan diri akan kehebatan
malaikat Perjanjian Lama, yaitu menjadi utusan Allah dalam menyampaikan pesan
firman pada manusia khusunya bagi umat pilihan-Nya (bangsa Israel). Malaikat
menjadi jurang pembatas antara Allah dan manusia, serta malaikat terkadang
berunding dengan Allah (Kej. 1:26). Sehingga hal itu pula, membuat Malaikat
banyak disebutkan dalam Alkitab serta sejarah orang Yahudi, dan memicu orang
Yahudi sebagai pembaca surat ini menyetarakan Kristus yang adalah Anak Allah
dengan malaikat. Akan tetapi, penulis Ibrani langsung membantahnya karena
secara langsung bisa terlihat malaikat tidak mahatahu karena mengetahui pesan
itu dari Allah, Malaikat juga ciptaan dan hanya utusan Allah. Sehingga tidak
mungkin disetarakan dengan Anak Allah Yesus Kristus. Karena Yesus berbeda
dan lebih tinggi dari malaikat.
Yesus Kristus adalah Anak Allah meskipun Ia berinkarnasi ke dalam dunia
dalam wujud manusia, dan memiliki natur kemanusiawian dalam diri-Nya. Yesus
yang adalah Anak Allah itu tidak lebih rendah dan tidak sama dengan malaikat,
meskipun banyak pendapat beredar bahwa sebagian dari para malaikat seperti
seraphim dan kerubim diyakini senantiasa berada di sekeliling takhta Allah. Dan

4
Leland Ryken, James C. Wilhoit, dan Tremper Longman II (ed), Dictionary of Biblical
Imagery, (USA: Inter Varsity Press, 1998), hal. 374.
3

digambarkan sebagai dewan pembantu Allah5, berada di surga, sedangkan Yesus


datang jadi hamba dan pada waktu itu terlihat lebih rendah dari malaikat. Tetapi
tidak demikian, karena disitulah Yesus sedang mengsongkan diri-Nya dari
kemuliaan yang kalau dilihat manusia biasa akan mati.
Pemaparan dari penulis Ibrani berupa perbandingan antara Anak Allah
dengan malaikat, yang pertama melihat secara nama saja, kalau nama ‘Anak’
Allah mengandung arti yang dekat/intim dan pasti dikasihi oleh Bapa, karena itu
Anak-Nya berbeda dengan malaikat, tidak termasuk dalam tatanan itu. Kedua
yaitu meskipun ada kesamaan dengan malaikat karena sama-sama utusan Allah
dan pembawa firman pada manusia, tetapi Anak Allah itu sempurna dan tidak
berdosa, sedangkan ada malaikat yang jatuh dalam dosa, itu berarti malaikat bisa
berdosa dan melawan Allah (Yes. 14:12). Anak Allah tidak pernah melawan, tetapi
Dia berserah kepada kehendak Allah Bapa sampai pada akhirnya mati di kayu
Salib. Karena sekalipuan Anak Allah datang dalam wujud manusia, Dia adalah
Allah yang sejati dan yang Maha Suci adanya. Selanjutnya adalah dari sisi status
malaikat hanya ciptaan, sedangkan Anak Allah itu sendiri adalah Penciptanya.
Dan Anak Allah itu kekal, tidak akan pernah berakhir, karena Ia yang meletakkan
dasar bumi (Ibr. 1:10), maka Ia sendiri adalah kekal dan tidak berubah (Ibr. 1:11),
sementara ciptaan-Nya akan berubah (Ibr. 1:12). Yesus adalah Anak Allah yang
ditinggikan oleh Bapa dan duduk di sebalah kanan-Nya (Ibr. 1:2-3), malaikat tidak
demikian.6

2. Yesus Lebih Tinggi Dari Musa


Tidak bisa dipungkiri memang Musa itu adalah nabi dan tokoh yang sangat
berperan bagi sejarah bangsa Israel yang notabenenya adalah orang Yahudi.
Selain nabi Elia. Hal ini membuat mereka sangat meninggikan dan mendewakan
Musa sendiri. Karena begitu banyak hal besar dilakukan Musa mulai dari
pemilihan dia sendiri sebagai nabi Allah, Musa bercakap langsung dengan Allah,
penerima langsung hukum taurat yang sangat di istimewakan oleh orang Yahudi,

5
Eka Darmaputera, Imamat Yang Sempurna: Pemahaman Surat Ibrani Tentang Iman dan
Keimanan Yesus, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), hal. 17.
6
Samuel Benyamin Hakh, Perjanjian Baru: Sejarah, Pengantar, dan Pokok-pokok
Teologisnya, (Bandung: Bina Media Informasi, 2010), hal. 260-261.
4

Allah menyebut Musa lebih tinggi daripada para malaikat7 dan Musa membawa
bangsa Israel keluar dari tanah perbudakan serta menggembara dipadang gurun
selama 40 tahun, hal ini sangat luar biasa dimata dan dihati setiap orang Yahudi.
Tidak ada nabi atau pemimpin yang bisa mengalahkan kehebatan dari seorang
Musa. Sehingga mereka seakan-akan meremehkan/merendahkan Yesus. Apalagi
Yesus datang dan seringkali menentang tradisi mereka, dan Yesus membuat
formula-formula baru mengenai ajaran-Nya.
Paradigma para pembaca surat ini melihat kesamaan Kristus dengan
Musa, mulai proses mereka lahir, keduanya lahir di zaman dimana ada sebuah
masalah yang nantinya akan mengancam nyawa mereka, keduanya juga seorang
pemimpin besar, dan memiliki banyak pengikut, Musa dan Yesus sama-sama
menjadi perantara antara Allah Bapa dengan manusia, dan terlebihnya lagi kedua-
duanya bisa mengadakan tanda-tanda mukjizat. Hal ini pula membuat orang
Yahudi pada Surat Ibrani in menyakini bahwa Kristus yang sekarang ialah Musa
yang kedua, atau bahkan Musa direpresentatifkan pada Kristus. Namun jelas
dalam Ibrani 3:1-6 penulis mengatakan bahwa Kristus jauh lebih tinggi dan mulia
dibandingkan dengan Musa yang hanyalah manusia biasa. Ada perbedaan yang
mendasar dan konkrit untuk menyatakan bahwa memang Kristus lebih tinggi
daripada Musa.
Perbedaan antara Kristus dengan Musa adalah yang pertama Musa tidak
totalitas menyerahkan hidupnya bagi umat Israel, tetapi Yesus menyerahkan
totalitas hidup-Nya bagi seluruh umat manusia dari Perjanjian Lama sampai
Perjanjian Baru. Yesus adalah pengatara yang paling sempurna, sehingga orang
tidak perlu takut datang berhadapan dengan Allah. Yang kedua dilihat dari peran,
Musa diperitahkan atau dipanggil oleh Allah untuk memimpin bangsa Israel,
sedangkan Yesus adalah Pribadi yang mengutus. Dan bisa dibalikkan bahwa
Kirtus pula yang mengutus Musa bagi orang Israel melalui pekerjaan Tritunggal
sejak kekelan. Bisa dicermati bahwa memang Yesus berkuasa atas seluruhnya
termasuk Musa yang adalah nabi tertinggi bagi orang Yahudi. Sehingga ada
tertulis dalam Ibrani 3:3 “Sebab Ia dipandang layak mendapat kemuliaan lebih
besar dari pada Musa, sama seperti ahli bangunan lebih dihormati dari pada

7
William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Surat Ibrani, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1991), hal. 39.
5

rumah yang dibangunnya.” Artinya Yesus diumpamakan sebagai ahli bangunan


yang membangun rumah itu, yang tentu lebih besar daripada rumah yang
dibangunnya.8 Musa hanya ciptaan, tentu tidak lebih tinggi dari pada Yesus yang
adalah Pencipta dan pemilik segala sesuatu yang ada di langit dan bumi.
Dalam proses membebaskan umat Israel dari tangan Firaun di mesir
membutuhkan sebuah mukjizat yang dikenal dengan 10 tula. Dan berlangsung
terus sampai pada hari-hari diperjalanan serta menggembara dipadang gurun
Musa mengadakan banyak sekali mukjizat untuk menolong umat Israel, tetapi
yang harus dicermati adalah kuasa dari mukjizat yang Musa adakan itu adalah
berasal dari TUHAN, semua harus melalui TUHAN. Tetapi apakah sama dengan
Yesus, tidak demikian. Yesus lebih tinggi, karena waktu Dia mengadakan mukjizat
kuasa langsung berasal dari diri-Nya sendiri, Yesus meskipun manusia memiliki
natur keilahian. Dan selanjutnya penulis Ibrani melihat Kristus tetap setia pada
Bapa. Musa melalui peristiwa air Meriba pada Bilangan 20:2-13, membuat dia
tidak setia pada TUHAN yang berujung pada hukuman, sehingga Musa tidak
izinkan masuk ke tanah Kanaan. Sekali lagi mencerminkan nabi yang diagungkan
itu tidak layak, karena ia berdosa, apakah Yesus demikian, tentu tidak. Yesus
lebih tinggi karena Ia Maha Kudus sampai selama-lamanya, tidak melakukan
dosa, taat terus pada komitmen. Dan setia sampai tugas-Nya selesai. Yesus juga
bangkit dan mengalahkan maut, Musa tidak. Musa hanya sebagai saksi untuk hal-
hal yang akan datang, tetapi Kristus menggenapi hal-hal itu.9 Jadi yang layak
ditinggikan dan dimulaikan hanya Yesus semata.
Semua pemaparan dari penulis Ibrani yang membandingkan antara Yesus
dan Musa itu sangat jelas, untuk menyatakan sesuata yang benar bahwa memang
Yesus lebih tinggi, lebih besar, dan lebih mulia dari Musa. Hal ini mau mengajak
sekaligus menegur orang-orang Yahudi yang tidak memandang Yesus lebih tinggi
dari Musa. Dan juga pemaparan ini menghantam argument yang salah, dari
persepsi pembaca Surat Ibrani yang telah mengagung-agungkan Musa, yang
sebenarnya tidak ada apa-apanya dibandingkan Yesus. Hal ini mau memberitakan
juga bahwa menjadi pengikut Kristus itu lebih baik.

8
Eka Darmaputera, Imamat Yang Sempurna, hal. 35.
9
Ola Tulluan, Introduksi Perjanjian Baru, (Malang: Departemen Literatur YPPII, t.t), hal.
298.
6

3. Kristus Adalah Imam Yang Lebih Tinggi Daripada Harun


Bagian ketiga ini menjadi sebuah uraian yang menunjukkan puncaknya
Yesus yang adalah lebih tinggi daripada semua tokoh dan segala macam
perantara yang TUHAN pakai. Pertama dari malaikat, kedua nabi, dan yang ketiga
ini akan membahas bahwa Kristus lebih tinggi dari imam Harun.
Semua pasti mengetahui kalau tugas seorang nabi maupun malaikat
adalah sebagai perantara antara Allah dengan manusia, sedangkan iman yaitu
wakil manusia di hadapan Allah. Dan Harun pun demikian selama bertahun-tahun
bersama-sama dengan bangsa Israel melakukan perjalanan untuk menuju ke
tanah Kanaan, selama itu ia bertugas sebagai imam yang sangat dihormati. Harun
sangat dikagumi dan diagungkan sampai pada masa pembaca pertama surat
Ibrani ini, karena jasa maupun peran aktif dari seorang imam Harun. Hal-hal besar
yang Harun alami dan lakukan sebagai berikut, mulai dari pemilihan langsung dari
Allah (Kel. 4 & 39), serta seluruh garis keturunan Harun yang adalah suku Lewi
menjadi generasi imam dan itu pula atas pengkhususan oleh Allah. Tugas sebagai
seorang imam adalah mempersembahkan binatang-binatang10 untuk penghapus
dosa/penebus dosa, hanya Harun atau keturunan imam yang boleh melaksanakan
itu, makanya orang Israel pasti melalui Harun. Dan Harun pula mendapatkan hak
keistimewaan dari Tuhan Allah untuk masuk dalam ruang Maha Kudus, hal ini
pula menambahkan satu nilai besar bagi Harun dan membuat dia menjadi
termuliakan oleh umat Israel, dan sebagai penolong bagi umat Israel dalam hal
berdoa. Sehingga tidak salah jika umat Israel/orang Yahudi meninggikan atau
menyembah Harun, dan melihat Kristus sama seperti Harun bahkan bisa lebih
rendah.
Pembahasan sebelumnya mengenai apa yang dilakukan Harun itu dan
diistimewakan oleh kaum Yahudi pada masa Perjanjian Baru, membuat penulis
Ibrani yang tidak ketahui siapa orangnya menentang dengan keras dan
mematahkan argumen mereka, sehingga ia mengatakan bahwa Kristus tetap lebih
tinggi daripada imam Harun di pasal 7:11-28. Meskipun ada persama dalam hal
mempersembahkan korban bagi penebusan umat yang salah. Tetapi hal ini tidak
menjadi patokan, karena tetap Kristus lebih tinggi, Kristus adalah imam yang kekal
dan final, Dia telah mempersembahkan korban yang sempurna yaitu diri-Nya

10
Ola Tulluan, Introduksi Perjanjian Baru, hal. 299.
7

sendiri sebagai jembatan antara manusia dengan Allah yang terputus, dan itu
hanya dilakukan sekali, karena Kristus adalah korban yang kekal. Dan
keselamatan melalui Kristus itu abadi, ada perjanjian (kovenan) yang kekal (Ibr.
5:9).11 Berbanding terbalik dengan Harun, ia harus mempersembahkan korban
secara terus-menerus supaya umatnya terbebas dari dosa, dan ia pula harus
mempersembahkan korban terlebih dahulu, sebelumnya melayani yang lain (Ibr.
7:27). Dan korban itu tidak berlaku lagi pada masa Perjanjian Baru. Sehingga
dapat dikatakan bahwa Kristus adalah imam yang sangat tinggi tidak ada apa-
apanya jika dibandingkan dengan Harun.
Perbandingan lain yang menunjukkan Kristus itu lebih tinggi adalah, karena
Kristus tidak pernah berbuat dosa, Dia selalu kudus, sehinggi Dia menjadi korban
paling sempurna, melebihi seluruh korban yang telah dipersembahkan terlebih
dahulu. Sedangkan Harun pernah bercacat dan bersalah pada TUHAN, waktu
sama-sama atau ia yang memerintahkan bangsa Israel membuat patung lembu
emas dan ia bersama Musa berdosa waktu peristiwa air Meriba. Hal itu menjadi
teguran keras dari TUHAN, Yesus tidak demikian. Makanya keimaman Harun
dalam mempersembahkan korban penghapus salah tidak berlaku pada semua
orang, dan Harun sendiri tidak punya kuasa untuk menyelematkan seluruh umat
Israel, karena yang punya kuasa adalah Allah. Sedangkan Yesus tidak, Ia punya
kuasa itu karena Ia memang Allah, meskipun datang sebagai rupa manusia dan
kuasa keselamatan dari dosa berlaku bagi seluruh manusia dari Perjanjian Lama
dan sampai selama-lamanya.
Status menjadi sangat penting untuk melihat kekuasan, ketinggian, dan
layak disembah, memang Harun yang dipilih oleh Allah itu menjadi lebih tinggi dari
umat lainnya, tetapi Kristus bukan dipilih tetapi ia telah dinubuatkan dan Dia
sendiri yang adalah imam yang agung itu. Kristus juga bukan berdasarkan
keturunan seperti imam lainnya atau peraturan manusia biasa, tetapi Dia telah
ditetapkan/keimaman-Nya kekal (Kej. 14:18-20 & Maz. 110:4). Dan terlebih juga
Kristus imam menurut peraturan Melkisedek. Melkisedek menurut penulis Ibrani
adalah sebuah pribadi yang luar biasa, karena memiliki nilai kekelan, dan
dijadikan sama dengan Anak Allah, dia imam sampai selama-lamanya. Makanya
mengandung nilai Ilahi, maka Yesus ditetapkan dari peraturan Ilahi atau

11
John Stott, The Incomparable Christ, (USA: Inter Varsity Press, 2001), hal. 66.
8

Melkisedek. Dan dikatakan Kristus adalah imam paling tinggi dan terakhir
(Ibr.7:24). Ia akan datang kembali sebagai seorang Imam yang Agung untuk
mengadili seluruh dosa umat manusia termasuk Harun. Dan Yesus berada dari
tempat yang sangat MahaKudus yaitu surga, Ia berasal dari sana dan berada
untuk selama-lamanya, tetapi Harun hanya memasuki ruang MahaKudus yang
hanya dibatasan dunia, dan itupun masuk hanya setahun sekali. Itu berarti jelas
Kristus jauh lebih tinggi, dan Harun tidak dapat dibandingkan dengan Kristus, hal
ini membuat suatu paradigm yang baru dan memathakan argument dari pembaca
surat ini, agar mereka mengetahui dan sadar bahwa yang layak ditinggikan hanya
Kristus Yesus.

4. Kristus Adalah Pengantara Dari Perjanjian Yang Baru


Pada pembahasan kali ini penulis Surat Ibrani mau menegaskan dengan
bentuk konktrit akan ritual kurban yang dilakukan oleh imam, kurban itu sekedar
cermin dari yang sempurna saja yang dianggap oleh manusia sudah dapat
mentahirkan dosa, terlebih lagi dengan kurban yang dipersembahkan oleh Yesus
Kristus (Ibr. 9:13-14). Pemaparan ini memang terus dikatakan oleh penulis agar
sungguh-sungguh menyakinkan pembacanya tentang superioritas dan
keunggulan dari kurban Yesus Kristus dibandingkan dengan kurban binatang
sehingga tidak ada alasan bagi umat untuk meninggalkan Yesus, dan kembali
kepada Perjanjian Lama, kurban yang lama yang tidak terlalu banyak menolong. 12
Orang-orang Yahudi yang membaca surat ini memiliki paradigma yang lama,
masih melakukan ritual yang lama, dan sebenarnya itu tidak berguna lagi, melalui
Surat Ibrani mereka dibukakan bahwa Kristuslah pengantara yang sejati, tidak lagi
para nabi, imam, ataupun malaikat. Semua telah tergenapi dalam diri Kristus.
Kristus telah menghapus dosa secara tegas (Ibr. 9:26). Tidak melalui Musa,
Harun, ataupun malaikat dan lain-lain. Penulis memberikan banyak pandangan
yang benar bahwa kematian Yesus memungkinkan orang-orang yang terpanggil
untuk menermia “bagian yang kekal yang dijanjikan” (Ibr.9:15)13 dan itu tidak
melalui pengantara seperti dalam Perjanjian Lama, langsung dari dan melalui
Yesus saja. Dan hanya Yesus yang bisa menghapus dosa manusia yang
12
Eka Darmaputera, Imamat Yang Sempurna, hal. 114.
13
Leon Morris, New Testament Theology, (Grand Rapids: Zondervan Pub House, 1990),
hal. 426.
9

sekarang dan masa yang akan datang, hal membuat runtuh seluruh persepsi
pembaca mengenai latar belakarang mereka akan Yahudi, dan supaya juga
mereka mengetahui yang benar dan mempercayai Yesus, tidak mensejajarkan
Yesus dengan tokoh-tokoh Perjanjian Lama seperti Musa atau Harun, dan dengan
malaikat. Penulis Ibrani ingin mengkokohkan pandangan dan ajaran mengenai
Kristologi pada para pembaca pertama.
Kristus sebagai pengantara jelas memberikan sebuah manfaat yang
memliki jangka waktu panjang, tidak seperti dalam Perjanjian Lama yang hanya
berhenti di zaman itu saja. Tetapi Yesus sebagai pengantara baru yang
melampaui setiap masa, dan itu bernilai kekekalan. Yesus pengantara perjanjian
yang baru antara manusia yang Allah yang pernah terputus karena dosa, itu
hanya bisa diikat sekali untuk selamanya melalui pengorbanan yang Maha
Sempurna di kayu Salib. Yesus juga sebagai pengantara dari pengadilan yang
lebih tinggi nanti di akhir zaman. Dan lebih tegaskan bahwa Kristus bukan berasal
dari dunia atau bukan berdasarkan apa yang dibuat manusia, tetapi berdasarkan
perintah Ilahi dan mengandung unsur sorgawi, karena sebagai pengantara hanya
Yesus yang memiliki kualitas atau standar yang paling cocok dan hanya melalui
Dia tidak melalui yang lain, Dia paling superior dari semua perantara sebelumnya.
Dia yang telah ditetapkan dari awal dan dinubuatkan. Sebagai penggenapan,
penyempurnaan, penutup segala hal dari Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru.
Hal ini sekaligus membukakan pandangan para orang Yahudi dalam pembaca
surat pertama dan mematahkan setiap pendapat mereka yang lain.

Sangat tidak diragukan lagi bagaimana kesuperioritasan Kristus itu jauh


lebih tinggi dan terlalu dahsyat jika dibandingkan dengan apa yang menjadi
kebanggaan dari orang Yahudi atau orang Kristen sendiri. Kristus terlalu tinggi jika
ada pemimpin yang hanya manusia biasa dibandingkan dengan Kristus yang
adalah Anak Allah, tidak akan ada apa-apanya. Kristus hanya pantas disejajarkan
dengan sesama oknum yang memiliki kapasitas yang superior yaitu Bapa dan
Roh Kudus. Kristus adalah Allah, tidak mungkin yang tak terbatas masuk dalam
koridor terbatas, meskipun Kritus datang sebagai rupa seorang hamba/rupa
manusia, tetapi penulis Surat Ibrani tetap menegaskan bahwa Kristus jauh lebih
tingg daripada pengatara sebelumnya yaitu malaikat, Musa, dan Harun.
10

Penulis Ibrani mau menunjukkan Kristus dan memberikan pandangan dari


pendapat yang dikemukakan dahulu oleh permasalahan yang terjadi dalam
komunitas pembaca pertama Surat Ibrani. Memberikan bukti nyata, himbauan,
dan sekaligus berita kekuatan agar mereka tidak kembali lagi ke dalam
kepercayaan lama, tidak terikut arus pada waktu itu (ajaran sesat) dan tidak
mensejajarkan atau merendahkan Kristus. Harus mencermati dan mampu
mengagungkan Yesus yang memang layak itu, Dia tidak berdosa. Seperti para
tokoh, yang kaum Yahudi sukai atau tinggikan/sakralkan. Dan kepercayaan pada
pengantara yang lain tidak menjamin kekekalan dan tidak ada manfaat lagi,
karena hanya Kristus pengantara yang paling sempurna dan memiliki jaminan
kekekalan.
Nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama banyak digunakan oleh penulis
dalam menguatkan argumennya agar terlihat jelas dan membuka pemikiran
orang-orang Yahudi pada zaman itu untuk mengetahu yang layak ditinggikan dan
disembah hanya Yesus semata. Karena Yesus masuk dalam standarnya Allah
dan Dia satu-satunya imam berdasarkan peraturan Melkisedek, bukan karena
keturunan atau peraturan buatan manusia.
Sampai saat ini juga memang Kristus adalah Tuhan yang layak ditinggikan
dan diutamakan lebih daripada berbagai tokoh ataupun idola manusia, Kristus
mampu dan bahkan lebih daripada tokoh dan pemimpin dunia yang hebat saat ini,
orang percaya saat ini harus terus menyakini, dan hidup dalam pengenalan akan
Kristus yang benar, agar terus menyembah kepada Dia dan bukan kepada
berhala masa kini yang dianggap lebih berkuasa. Melihat dan merasakan
kebesaran, kemahakuasan, dan kehebatan Yesus yang melebihi segalanya.
REFERENSI

Barclay, William
1991 Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Surat Ibrani, Jakarta: BPK Gunung
Mulia.

Bergant, Dianne; Robert J. Karris (eds).


2002 Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, Yogyakarta: Kanisius.

Darmaputera, Eka
2012 Imamat Yang Sempurna: Pemahaman Surat Ibrani Tentang Iman
dan Keimanan Yesus, Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Hakh, Samuel Benyamin


2010 Perjanjian Baru: Sejarah, Pengantar, dan Pokok-pokok Teologisnya,
Bandung: Bina Media Informasi.

Morris, Leon
1990 New Testament Theology, Grand Rapids: Zondervan Pub House.

Ryken, Leland; James C. Wilhoit, dan Tremper Longman II (ed)


1998 Dictionary of Biblical Imagery, USA: Inter Varsity Press.

Stott, John
2001 The Incomparable Christ, USA: Inter Varsity Press.

Subandrijo, Bambang
2010 Menyingkap Pesan-Pesan Perjanjian Baru 2, Bandung: Bina Media
Informasi.

Tulluan, Ola
t.t Introduksi Perjanjian Baru, Malang: Departemen Literatur YPPII.

Wahono, S. Wismoady
2004 Di Sini Kutemukan, Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Anda mungkin juga menyukai