Anda di halaman 1dari 3

1.

SUMBER-SUMBER YANG MENJADI TITIK TOLAK DALAM UPAYA


MENGISAHKAN RIWAYAT HIDUP YESUS
1.1 Sumber dan Gambaran1 Pada awal Tarikh Masehi di Palestina pernah hidup seorang
Yahudi yang bernama Youa (Yesus) dan yang disalib oleh penguasa Romawi. Timbulnya
teologi dialektis menyebabkan perhatian terhadap “Yesus yang historis” mundur, karena orang
lebih banyak menaruh minat terhadap “Kristus yang kerugmatis”, Kristus yang diberitakan
dalam pengabaran Firman. Dalam lingkungan Protestantisme modern Herbert Braun
membahas tentang penampilan Yesus berintikan sikapNya yang radikal. Dari latar belakang
lingkungan Katolik Roma modern tampil seorang teolog, yang bernama E. Schillebeeckx, asal
Belgia yang menjabat guru besar teologi di Universitas Katolik Nijmegen mencurahkan
perhatiannya pada Yesus yang historis sejauh Dia tampil di tengah refleksi-refleksi dan
proyeksi-proyeksi berdasarkan pengalaman batin yang terdapat dalam pemberitaan Gereja
Purba tentang Sang Kristus. Ia juga menganggap bahwa untuk mengetahui kehidupan Kristus di
bumi, maka kita seharusnya memeriksa sumber-sumber di luar dan di dalam Alkitab mengenai
kehidupan Kristus di bumi. David Flusser, seorang pakar Perjanjian Baru beragama Yahudi,
telah merancang gambaran Yesus melalui minatnya terhadap pribadi dan ajaran Yesus
berhubungan erat dengan ikhtiarnya menciptakan dialog perdamaian antara umat Kristen dan
kaum Yahudi. John Sobrino, S. J. mengacu pada gambaran Yesus yang historis yang berperan
dalam aliran teologi pembebasan di Amerika Latin. Menghadapi kristologi klasik yang telah
ditetapkan pada Konsili Chalcedon (451), Sobrino mengajukan kristologi yang berpangkal pada
seorang Yesus yang telah menjadi manusia dan sungguh-sungguh masuk ke dalam sejarah kita.
Menurut Morton Smith melalui metode pemakaian data dari luar lingkungan Kristen dapat
menemukan jejak Yesus yang sebenarnya, Yesus yang historis.
2. TANGGAPAN TEOLOGIS DAN DOGMATIS
Perjanjian Baru lebih menekankan Kristus dari pada hakikat-Nya, lebih menonjolkan
perbuatan-Nya daripada keberadaan-Nya, atau dengan kata lain kesiapaan Yesus tanpak melalui
apa yang Ia perbuat, dan hakikat-Nya di ketahui melalui karya keselamatan-Nya.2Dalam PB
tidak ada Kristologi yang dikembangkan secara konseptual dan intelektual. Bagi para murid dan
para penulis kitab-kitab Injil tidak ada keraguan sedikitpun tentang kemanusiaan Yesus. Mereka
telah mengenal Kristus menurut daging dan menyaksikan penderitaan dan kematian-Nya.
Mereka merasa bahwa dengan kebangkitan Yesus itu, Allah telah membuktikan bahwa Ia yang
telah disalibkan itu adalah juga seorang yang diutus oleh Allah sendiri. Asal usul Yesus Kristus
mengacu pada permulaan keberadaan-Nya secara duniawi dan permulaan eksistensi Sorgawi-
Nya yang berkuasa.3
Ungkapan Yesus Kristus jarang ditemukan dalam Injil-injil Sinoptik, terpusatnya harapan
Mesianik pada Yesus sudah sangat jelas. Penekanan kemesiasan Yesus di dalm Injil-injil
Sinoptik diimbangi oleh keraguan yang kelihatannya muncul pada diri Yesus sendiri tentang
pengenaan gelar Mesias kepada diri-Nya. Keraguan Yesus ini sama menonjolnya dengan
penolakan-Nya untuk membuat pernyataan-pernyataan tentang diri-Nya sebagai Tuhan.4Bahan-
bahan Sinoptik hampir membenarkan bahwa Yesus telah mengubah atau menghindari Torah.
Tetapi disini Yesus tidak secara langsung menantang hukum Musa, sebab ada suatu prinsip yaitu
1
Ibid., hlm. 1-18.
2
Dieter Beker, Pedoman Dogmatika: Suatu Kompendium Singkat, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), hlm. 113
3
Bernhard Lohse, Pengantar Sejarah Dogma Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), hlm. 91-95
4
A. Roy Eckardt, Menggali Ulang Yesus Sejarah-Kristologi Masa Kini, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2006), hlm. 31
bahwa tuntutan yang lebih besar dari pada yang diminta Torah tidaklah melanggar hukum. Jadi,
menerima larangan Yesus tidak dapat membuat seseorang menjadi pelanggar hukum. Sanders
melihat 3 macam kelompok yang mungkin menjadi lawan-lawan Yesus, yaitu: Orang-orang
saleh, para pemimpin, dan massa. Sanders sepenuhnya yakin bahwa Yesus dihukum mati oleh
orang-orang Roma karena perlawanan terhadap pemerintahan Roma sebagai seseorang yang
akan memerintah sebagai Raja.5
Sebagai mana kitab-kitab Injil Sinoptik, kitab Injil Yohanes mengindentifikasikan Yesus
sebagai Anak Allah. Namun dalam Kitab Injil Yohanes ini, menjadi Anak Allah tidaklah berarti
hanya menjadi seorang manusia atau bahkan Anak manusia Sorgawi, tetapi Firman Allah yang
pada mulanya bersama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah (Yoh 1:1-2). Dia memberi
perintah maka semuanya ada, dan Mazmur 136:5 menegaskan bahwa Alllah menjadikan langit
dengan kebijaksanaan. Firman dapat berarti bukan hanya ucapan mulut melainkan juga konsep
atau gagasan yang disampaikan isi Firman itu kepada seorang pendengar.6
Yesus memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya dan mereka pun datang kepada-Nya.
Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil
dan diberi-Nya kuasa untuk mengusir setan. Angka dua belas merupakan angka yang penting
sejak semula karena orang menganggap perlu memilih seseorang untuk mengisi kekosongan
yang terjadi akibat penghianat Yudas Iskariot (Kis 1:15-26). Lukas melaporkan bahwa sebelum
Ia memilih dua belas orang ini Ia melewatkan malam sebelumnya dengan berdoa (Luk. 6:12).
Dua belas suku bersama-sama membentuk umat Allah. Pemilihan kedua belas orang inilah
merupakan suatu tindakan simbolis yang menunjuk kepada inti umat Allah yang sedang
diperbaharui. Lukas dan Matius menyebut kedua belas orang ini sebagai rasul (apostolos). Yang
artinya seorang yang diutus demi atau atas nama seorang yang lain. Yesus telah membangun
suatu umat Allah yang baru. Anak Manusia adalah tokoh yang representatif (mewakili), kepala
dari persekutuan umat yang setia kepada Allah.7
Dalam segenap kehidupan Yesus disifatkan oleh Salib, yang artinya benar-benar menjadi
nyata pada saat kebangkitan-Nya. Oleh sebab Ia telah bangkit, karena itulah kita tahu bahwa
salib bukanlah kekalahan melainkan kemenangan (Yoh. 12:32). Oleh kebangkitan itu jelaslah
bahwa kematiaan-Nya dikayu salib, Ia telah mengalahkan maut dan menghabisi kerajaan maut.
Salib dan kebangkitan terjadi di tengan dunia serta sejarahnya. Salib dan kebangkitan adalah
peristiwa yang artinya sungguh menjadi satu dan merupakan pusat pengakuan Kristen. Para
penulis kitab Injil tidak menceritakan bagaimana kebangkitan itu telah terjadi. Mereka hanya
menegaskan bahwa kebangkitan itu benar-benar terjadi. Injil sudah mematahkan kuasa maut dan
mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa (2 Tim. 1:10).8
Yesus menyelamatkan umat-Nya dari dosa bahkan menyelamatkan dunia, sehingga Ia
disebut sebagai jurusslamat dunia (1 Yoh. 4:14). Kristus adalah Juruselamat, bukan guruselamat
karena Ia mendatangkan keselamatan bukan mengajarkan keselamatan. Ia adalah keselamatan itu
sendii. Juruselamatan disebut ”Yesus/Yosua” yang berarti “Tuhan Menolong”. Nama Tuhan
berarti memiliki Kekuasaan Raja diatas segala Raja dan Tuhan diatas segala Tuhan (1 Tim.
6:15). Juruselamat juga disebut Pengantara, yaitu sebutan orang yang berdiri diantara Allah dan
5
Ibid., hlm. 96-102
6
Linwood Urban, Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen, (Jakarta: Gunung Mulia, 2006), hlm. 48-49
7
Robert Davidson, Alkitab berbicara, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), hlm. 196-197
8
G. C. van Niftrik, B.J. Boland, Dogmatika Masa Kini, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005), hlm. 277-282
manusia. Karya-Nya adalah mendamaikan Allah dan manusia. Juruselamat juga disebut Kristus
yang artinya Yang Diurapi atau Yang Ditahbiskan. 9Yesus menjalani masa kanak-kanak dan
remaja-Nya sama seperti anak-anak Yahudi lainnya dalam menaati didikan orangtua-Nya sesuai
dengan ajaran agama dan kebiasaan tradisional Yahudi. Ia sendiri menentukan jalan-Nya. Yesus
sebagai Anak tidak mau memberikan diri-Nya dipanggil keluar. Ia menentukan siapakah ibu dan
saudara-saudara-Nya. Yesus dan Yohanes Pembaptis yang membaptis Yesus di sungan Yordan
memiliki hubungan keluarga yang dekat.10

3. KESIMPULAN
Iman Kristen dapat bertahan tanpa riwayat Yesus yang lengkap. Tetapi dasarnya yang kokoh
akan sangat terancam jika perihal kebenaran riwayat yang disajikan oleh para penulis keempat
kitab Injil dengan tidak pasti. Untuk mengikuti jejak pelayanan Yesus Kristus, kita harus
meneliti dengan cermat keempat sumber utama pengetahuan tentang kehidupan-Nya di bumu,
yaitu kitab Injil menurut Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. Isi keempat Injil itu pada
hakikatnya sesuai dengan fakta sejarah. Tampak oelh para saksi dahulu bertahan terhadap
penyelidikan sejarah yang telah dilakukan. Hasilnya ialah gambaran Yesus dengan warna-warna
yang lebih kaya dan terang, dan pokok-pokok yang lebih tajam dan hidup.

9
Harun Hadiwijoni, Iman Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005), hlm. 320-322
10
J. L. Ch. Abineno, Yesus dari Nazaret: Suatu Uraian Historis Alkitabiah, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), hlm.
33-38

Anda mungkin juga menyukai