YESUS KRISTUS:
SATU PRIBADI DALAM DUA
KODRAT
Pengantar
Konsep-konsep kristologis pada mulanya bervariasi. Dari beberapa konsep
pemikiran itu, akhirnya kita mengikuti satu garis pemikiran saja, yakni ajaran resmi tentang
dua kodrat yang dimiliki oleh pribadi Yesus Kristus yang satu dan sama. Konsep yang
“heretis” (bidaah) memilih bersifat berat sebelah, entah ke arah kemanusiaan Yesus sambil
menyalahartikan atau malah menyangkal Ketuhanan-Nya, entah ke arah Ketuhanan Yesus
sambil mengabaikan atau memungkiri kemanusiaan-Nya.
Berikut ini akan dipaparkan tentang bagaimana Dogma Kristologis itu berkembang
dalam sejarah dan apa penegasan-penegasan yang disebutkan oleh Konsili-Konsili Gereja
mewakili pendasaran resmi dari Magisterium Gereja mengenai ajaran kristologi, lebih
khususnya lagi yang berkaitan dengan Yesus Kristus: satu pribadi dalam dua kodrat.
2
YESUS KRISTUS: Satu Pribadi dalam Dua Kodrat
dalam prakata Injil Yohanes (Yoh 1:1-14). Konsep Logos (“Firman” atau “Sabda”)
diterapkan pada Yesus.
Berikut ini adalah konsep kristologis yang berkembang pada awal gereja. Masing-
masing mazhab sangat menekankan satu sisi dari kodrat Yesus dan keduanya dipandang
sebagai bidaah.
1. Ebionisme: Kaum ini merupakan sisa orang Kristen Yahudi. Ebionis berarti “para
miskin” dan mengacu pada gelar kehormatan yang telah diberi kepada jemaat purba
di Yerusalem. Mereka menganggap Yesus sebagai manusia belaka, anak Yosef dan
Maria, yang pada waktu pembaptisan di Yordan itu digabungkan dengan zat ilahi.
Yesus adalah nabi yang ditentukan untuk menjadi Mesias.1
2. Doketisme: Pengaruh gnostisisme yang memandang bahwa kejasmanian secara
negatif, membuat mereka sulit menerima bahwa Yesus adalah sungguh manusia.
Bagi mereka, Anak Allah, Firman Allah hanya “bertopeng” manusia, hanya pura-
pura mati di salib.2 Yesus Kristus hanya tampaknya saja mempunyai tubuh. Yesus
itu cuma memiliki tubuh “surgawi”, dan rupa-rupanya saja menderita dan mati.
Yesus bukan sungguh-sungguh manusia.3
1
Bdk. Nico Syukur Dister, Teologi Sistematika I: Allah Penyelamat, hlm. 187.
2
Bdk. C. Groenen, Sejarah Dogma Kristologi, hlm. 91.
3
Bdk. Nico Syukur Dister, Teologi Sistematika I: Allah Penyelamat, hlm. 187.
2
YESUS KRISTUS: Satu Pribadi dalam Dua Kodrat
tampil di panggung sejarah. Yesus Kristus sebagai firman Allah boleh disebut Allah, tetapi
“Allah kedua” dan sebagai “pribadi” tidak kekal. Menegaskan kristologi dari atas dan
subordinasionistis.
Tertulianus mengatakan bahwa Firman tetap sama, tidak berubah, oleh karena kekal
dan tetap sama. Pada Yesus Kristus ada dua segi, dimensi, tidak tercampur, tetapi tersambong
dalam satu orang (persona), Allah dan manusia, Yesus Kristus. Pada orang yang satu itu tiap-
tiap zat (substantia) tetap mempunyai ciri-cirinya sendiri dan ada serangkaian hal ihwal,
perbuatan dan sebagainya yang berpancar dari yang satu (ciri manusiawi) dan ada
serangkaian yang berpancar pada yang lain (spiritus, ilahi). Tetapi orangnya tetap satu.5
Ia melanjutkan mengatakan bahwa pada Yesus Kristus ada “dua kodrat”, yang ilahi
dan yang manusiawi. Kedua kodrat itu dipersatukan oleh Firman/Anak Allah itu. Dengan
4
Bdk. C. Groenen, Sejarah Dogma Kristologi, hlm. 101.
5
Ibid., hlm. 108-109.
2
YESUS KRISTUS: Satu Pribadi dalam Dua Kodrat
demikian, Firman/Anak Allah itu “menghampakan diri” dan Ia serentak Allah (ilahi) dan
manusia. Berdasarkan dua “kodrat” itu pada Yesus Kristus ada juga dua rangkaian hal
ihwal/perbuatan, yaitu ilahi dan yang insani. Kedua itu bersatu sedemikian rupa sehingga
yang ilahi dapat dikatakan mengenai manusia dan yang insani dapat dikatakan tentang Allah.6
Arius
Arius (336) dan kawan-kawannya menyangkal adanya jiwa insani dalam Logos
yang telah terjelma. Dia mengatakan bahwa Allah/Yang Ilahi secara mutlak esa, tunggal,
transenden, tak tercapai oleh manusia, dan menjadi asal usul segala sesuatu. Allah yang esa
itu menciptakan segala sesuatu secara bertahap. Ciptaan pertama dan utama ialah Firman
Allah atau “Anak Allah”. Firman itu tidak sehakikat (homo-ousios) dengan Allah. Firman
tercipta itu tidak kekal dan abadi, meskipun ada seblum dunia dan dijadikan dari
ketidakadaan. Pokoknya Firman itu ada awalnya, sehingga ada pernahnya Firman itu tidak
ada.7 Kaum Arian berkesimpulan bahwa Yesus Kristus harus bersifat makhluk ciptaan.
Athanasius
Athanasius tidak memberi perhatian pada keutuhan kemanusiaan Yesus (baginya
itu bukan menjadi soal), tetapi ia mau menekankan Ketuhanan Sang Putra secara penuh. Apa
6
Ibid., hlm. 119-120.
7
Ibid., hlm. 126-127.
8
DH. 126. Bdk. C. Groenen, Sejarah Dogma Kristologi, hlm. 131.
2
YESUS KRISTUS: Satu Pribadi dalam Dua Kodrat
yang dibelanya adalah: Yesus Kristus sungguh ilahi. Atanasius menjelaskan persatuan Bapa
dan Anak yang saling mereaspi.
9
Bdk. Nico Syukur Dister, Teologi Sistematika I: Allah Penyelamat, hlm. 197-201.
10
Ibid., hlm. 203.
2
YESUS KRISTUS: Satu Pribadi dalam Dua Kodrat
unsur ilahi dalam Kristus. Nestorius membela mazhab Anthiokhia dan Cyrillus membela
mazhab Aleksandria.
Mazhab Anthiokia: Mengatakan bahwa bidaah bahwa Yesus tidak memiliki kodrat
manusiawi yang utuh. Baik yang ilahi maupun insani-historis pada Yesus Kristus
diperhatikan. Kesatuan itu dilukiskan sebagasi kesatuan moral, kesatuan kehendak. Kesatuan
pribadi Yesus yang Allah dan manusia itu kurang diperhatikan. Logos mengambil rupa
seorang hamba (Flp 2:7). Mazhab Aleksandria: Menekankan Yoh. 1:14 tentang Logos telah
menjadi manusia. Lebih terarah pada apa yang melampaui pancaindera, kepada kenyataan
rohani dan ilahi. Unsur ilahi dalam Kristus begitu ditekankan sehingga unsur insani condong
diabaikan. Allah yang dengan hakikat-Nya tidak dapat berubah sehingga penjelmaaan
berlangsung dengan kodrat insani diubah menjadi kodrat ilahi. Bahaya di sini ialah ciri khas
kodrat manusiawi kurang diperhatikan.
MAZHAB ANTHIOKHIA
Mazhab ini berusaha untuk mempertahankan kemanusiaan Yesus yang penuh dan
nyata, tanpa mencampurkannya dengan keilahian-Nya, dan di lain pihak berhasil menjelaskan
hubuungan antara yang ilahi dan yang insani di dalam Yesus.
(1) Diodorus dari Tarsus (394) menaruh tekanan pada kodrat manusiawi Yesus,
mempertahankan keutuhan manusia Yesus. Yesus itu manusia, mempunyai jiwa dan pikiran
insani. Logos boleh dikatakan berdiam di dalam daging bagaikan di dalam kenisah. “Kita
menghormati kenisah demi Dia yang berdiam di dalamnya.”
(3) Nestorius (381) memicu reaksi terhadap Kristologi Antiokhia (381). Apakah
Bunda Maria dapat dikatakan “Bunda Allah” (Theotokos) atau tidak. Menerima berarti
kesatuan dari keilahian dan keinsanian Yesus ditetapkan. Menolak: memunculkan pertanyaan
(1) kalau bukan sejak kelahiran Yesus di bumi Ketuhanan dan Keilahian itu menyatu, berarti
sejak manakah Yesus dapat ditunjukkan sebagai Tuhan? Dan (2) dengan cara manakah
Ketuhanan dan Kemanusiaan bersatu di dalam Yesus?
2
YESUS KRISTUS: Satu Pribadi dalam Dua Kodrat
Konsili Efesus menolak ajaran bahwa pada Yesus Kristus ada dua “tokoh”, dua
pribadi atau subjek, yakni seorang tokoh manuisa di satu pihak dan Firman/Anak Allah di
lain pihak. Kedua “pribadi” itu hanya secara lahiriah bergabung. Maka, ada dua “Anak”,
Anak Allah dan anak manusia. Yesus Kristus dibagi menjadi dua. Inilah ajaran
Nestorianisme.
MAZHAB ALEKSANDRIA
Cyrillus dari Aleksandria (444)
Bagi Cyrillus iman akan inkarnasi itu hanya terjamin kalau communication
idiomatum diterima tanpa syarat dan gelar theotokos diterapkan kepada Bunda Maria. Bagi
Cyrillus, Logos ilahi sendirilah yang menjelma menjadi manusia dalam Yesus Kristus.
Tertuju pada dua acara berada Sang Logos; mula-mula pra-ada-Nya dan kemudian inkarnasi-
Nya. Cyrillus memakai istilah “satu kodrat Logos ilahi” padahal itu adalah istilah dari
Apollinaris. Kesatuan antara Ketuhanan dan Kemanusiaan Kristus itu bukan moral melainkan
substansial. Kodrat manusiawi Yesus Kristus itu tidak lain daripada kodrat manusiawi Sang
Logos. Tubuh Yesus adalah tubuh Logos, bukan cuma sekedar tubuh seorang makhluk insani.
Bagi Cyrillus, Yesus Kristus hanya satu. Cyrillus terus mengatakan bahwa Firman
Allah dipersatukan (mempersatukan diri) dengan “badan/daging” yang menjadi milik
“kodrat” (Firman) itu. Demikian, “badan” dipersatukan dalam satu subjek, yakni Firman
Allah. Cyrillus begitu menekankan keilahian Firman yang menjadi subjek dan meresapi
kemanusiaan, sehingga kemanusiaan real dan historis praktik hilang, kalaupun secara formal
dipertahankan.
2
YESUS KRISTUS: Satu Pribadi dalam Dua Kodrat
Bagian inti dari surat Cyrillus yang oleh Konsili Efesus diterima sebagai ajaran
tepat berbunyi: “Sebab kami tidak berkata bahwa kodrat (physis) Firman dibuat menjadi
daging dan juga kami tidak berkata bahwa Ia diubah menjadi manusia utuh, yang terdiri atas
jiwa dan badan. Sebaliknya (kami mengatakan) yang berikut ini. Setelah Firman
mempersatukan dengan diri-Nya daging yang dijiwai jiwa berakal (logike) menurut
kemandirian (hypostasis), maka dengan cara yang tak terperikan dan tak terpahami Ia
menjadi manusia dan tampil juga (sebagai) anak manusia, tidak hanya menurut kemauan atau
pun menurut perkenanan dan juga tidak seolah-olah mengambil rupa (proposon) saja. Dan
(kami katakan) juga bahwa, meskipun berbeda, (kedua) kodrat itu bergabung menjadi benar-
benar bersatu. Maka dari kedua (kodrat) itu (terjadi) hanya satu Kristus dan (satu) Anak.”11
11
DH 250. Bdk. C. Groenen, Sejarah Dogma Kristologi, hlm. 156.
2
YESUS KRISTUS: Satu Pribadi dalam Dua Kodrat
Pernyataan Konsili Efesus ialah ajaran Cyrillus dan hal ini tidak serta merta umum
diterima. Apa yang diafirmasikan oleh konsili (Yesus Kristus adalah satu subjek, Allah dan
manusia serentak), tidak diragukan. Isi syahadat Cyrillus adalah sebagai berikut:
“Kami mengakui: Tuhan kita, Yesus Kristus, Anak Tunggal Allah, sepenhnya Allah
dan sepenuhnya manusia, dengan jiwa yang berakal dan badan, menurut keilahian dilahirkan
dari Bapa sebelum waktu (ada), dan menurut kemanusiaan-Nya (dilahirkan) dari perawan
Maria; yang satu dan sama itu sehakikat (homoousios) dengan bapa menurut keilahian, dan
sehakikat (homoousios) dengan kita menurut kemanusiaan. Sebab telah terjadilah persatuan
dua kodrat (physes) dan oleh karena itu kami mengakui hanya satu Kristus, satu Anak, satu
Tuhan. Mengenai persatuan tanpa pencampuran itu kami mengakui perawan suci sebagai
Bunda Allah, oleh karena Allah-Firman menjadi daging dan menjadi manusia dan sejak
diperkandung Ia mempersatukan dengan diri-Nya baitullah yang diambilnya dari dia (Maria).
Adapun mengenai apa yang dikatakan injil-injil dan karangan-karangan rasuli mengenai
Tuhan, kami tahu bahwa para teolog kadang-kadang tanpa membeda-bedakan menanggapnya
dikatakan mengenai satu diri (henon prosopon), tetapi kadang-kadang mereka membeda-
bedakannya berhubung dengan dua kodrat (physeis), sehingga yang sesuai dengan Allah
diterapkan pada keilahian Kristus dan yang rendahan diterapkan pada kemanusiaan-Nya.”12
12
DH 271-273. Bdk. Ibid., hlm. 159.
2
YESUS KRISTUS: Satu Pribadi dalam Dua Kodrat
Yesus Kristus “sehakikat dengan kita” oleh karena Yesus Kristus adalah Allah, meskipun
menjadi daging. Menyebut Yesus sehakikat dengan manusia berarti mengatakan bahwa pada
yesus Kristus ada seorang manusia di samping Firman Allah.
1. Pribadi Sang Allah-manusia, pribadi Dia yang menjadi daging, adalah identik dengan
pribadi Logos ilahi.
2. Di dalam satu pribadi yang dimiliki oleh Logos yang telah menjelma itu terdapat dua
kodrat, ilahi dan insani, secara selaras tetapi tidak tercampur. “Sifat dan ciri masing-
masing kodrat yang terpadu dalam satu pribadi itu tinggal utuh, seraya keluhuran
menerima kerendahan, kekuatan kelemahan, kefanaan.”14
3. Kesatuan antara kedua kodrat itu bersifat hakiki, karena pentingnya kesatuan itu bagi
penebusan. Pengantara satu-satunya antara Allah dan manusia itu dalam arti tertentu
harus dapat mati, tetapi dalam arti tertentu pula harus tidak dapat mati. Memang
mungkinlah mengatakan bahwa Logos mati, artinya Ia mati menurut kodrat-Nya yang
insani, tetapi bukan menurut kodrat-Nya yang ilahi.
4. Kedua kodrat Kristus mempunyai cara kerja tersendiri, walaupun yang satu selalu
bertindak dalam keselarasan dengan yang lain.
5. Ajaran tentang communication idiomatum harus dipertahankan. Ajaran ini berarti
bahwa karena kesatuan kepribadian, maka sifat-sifat atau atribut (idioma) yang
dimiliki masing-masing kodrat itu dapat ditukar. Maka, tepatlah istilah Anak Allah
disalibkan dan dimakamkan, atau bahwa Anak Manusia turun dari surga.15
13
Bdk. C. Groenen, Sejarah Dogma Kristologi, hlm. 162.
14
DH 293.
15
DH. 290-295.
2
YESUS KRISTUS: Satu Pribadi dalam Dua Kodrat
Paus Leo Agung mengadakan sinode di Roma pada bulan September tahun 449
menyatakan bahwa akta Sinode “Penyamun” itu secara resmi ditolak. Sri Paus meminta
Kaisar Theodosius II untuk mengadakan konsili ekumenis tapi dia tidak mau.
“Melanjutkan para Bapa Gereja, kami dengan bulat hati mengajarkan dan percaya
kepada satu-satunya Putera, Tuhan kita Yesus Kristus, sebagai satu dan sama:
yang sama sempurna dalam keilahian dan yang sama sempurna dalam kemanusiaan.
yang sungguh Allah dan sungguh manusia (jiwa berakal dan tubuh)
yang menurut keilahian sehakekat dengan Bapa dan yang menurut kemanusiaan
sehakekat dengan kita.
yang dalam segala hal sama dengan kita, kecuali dalam hal dosa (Ibr 4:15).
yang menurut keilahian dilahirkan dari Bapa sebelum segala abad, tetapi yang
menurut kemanusiaan pada hari-hari akhir dilahirkan dari Perawan Maria, Bunda
Allah, demi untuk kita dan demi untuk keselamatan kita.16
Bagian kedua menjelaskan tentang dua kodrat dalam Yesus Kristus. Ajaran
Konsili Kalsedon menambahkan berikut ini:
“Kami mengajar bahwa Tuhan Yesus Kristus yang satu dan sama, Putera yang tunggal itu,
harus diakui:17
16
DH 301. Albertus Sujoko, Credo Ut Intelligam. Saya Percaya supaya Mengerti
(Pineleng: Percikan Hati, 2015), hlm. 149. Dikutip dari Nico Syukur Dister, Teologi
Sistematika, hlm. 226.
17
DH 302.
2
YESUS KRISTUS: Satu Pribadi dalam Dua Kodrat
dalam dua kodrat (en duo physein), tak tercampur (asygkhytos), tak berubah
(atreptos), tak terbagi (adiairetos), tak terpisah (akhoristos).
dengan sama sekali tidak dihilangkan perbedaan kodrat-kodrat karena persatuan.
tetapi sebaliknya ciri-corak khas masing-masing kodrat tetap aman, dan (kedua kodrat
itu) bergabung dalam satu pribadi (prosopon) dan satu diri (hypostasis).18
tidak terbagi ataupun terpisah menjadi dua pribadi (prosopa).
Melainkan yang satu dan sama Anak Tunggal, Allah-Logos, Tuhan Yesus Kristus,
sebagaimana para nabi dahulu dan Yesus Kristus sendiri mengajar kita tentang itu dan
syahadat para moyang menyampaikannya kepada kita.”
Syahadat Kalsedon memberi kesaksian tentang iman Kristiani: Yesus hanya satu
pribadi, satu subjek atau tokoh saja, dan Ia pun sekaligus Allah dan manusia.
Kontroversi tetap berlanjut. Keraguan tetap muncul. Ada yang melihat bahwa
Konsili Kalsedon ini merupakan pengkhianatan pada apa yang diperjuangkan oleh Atanasius,
Cyrillus serta Konsili Efesus. Jangan-jangan dengan mengakui adanya dua kodrat, maka akan
jatuh pada Nestorianisme. Maka kembalilah mereka kepada rumus “satu kodrat” dan
menganut monofisitisme. Inilah asal usul Gereja monofisit seperti juga Gereja Nestorian
bertahan sampai hari ini.
Pokok diskusi abad VII ialah adanya satu atau dua kehendak dalam Yesus Krisus,
masing-masing diperjuangkan oleh mazhab Aleksandira dan Anthiokhia. Diadakan Konsili
Ekumenis yang Keenam: Konsili Konstantinopel III pada tahun 680-681 menyatakan
bahwa monoteletisme (mengajarkan bahwa hanya ada satu kehendak) adalah ajaran sesat dan
memutuskan bahwa sesuai dengan kedua kodrat bahwa ada juga dua kehendak pada Yesus
Kristus, tetapi menambahkan bahwa keduanya itu “tak tercampur, tak berubah, tak terbagi,
tak terpisah., menurut semangat Khalkedon, sambil bermaksud merumuskan lagi sintesis
antara kedua perguruan tersebut.
Sujoko, Credo Ut Intelligam, hlm. 149. Dikutip dari Nico Syukur Dister, Teologi
18
Penutup
Pembicaraan tentang Yesus Kristus: satu pribadi dalam dua kodrat mendapat
puncaknya pada Konsili Khalsedon dan berlanjut pada Konsili Konstantinopel III. Setelah
itu, pembicaraan tentang dua kodrat tidak lagi hangat dibicarakan karena pada saat itu muncul
permasalahan baru tentang invasi dari Islam. Demikian, pembicaraan teologis tentang
kristologis tidak lagi hangat dibicarakan. Penegasan dari Konsili Khalsedon sampai pada
Konsili Konstantinopel III memberikan kepada Gereja pengajaran Magisterium Gereja
tentang permasalahan mendasar kristologis ini.
2
YESUS KRISTUS: Satu Pribadi dalam Dua Kodrat
Daftar Pustaka
Denzinger, Heinrich. Enchiridion Symbolorum: A Compendium of Creeds, Definitions, and
Declarations of the Catholic Church. Edited by Peter Hunermann. Ignatius
Press: 2012.