Anda di halaman 1dari 3

Sejarah Hari Raya Hati Kudus Yesus

Hari Raya Hati Yesus yang Mahakudus bermula dari kecintaan umat akan Hati Yesus yang
Mahakudus yang kemudian menjadi sebuah devosi yang umum dilakukan umat. Tradisi
mengatakan praktek devosi ini telah dimulai sekitar tahun 1000 dan pada abad pertengahan.
Namun, Santa yang paling sering dikaitkan dengan devosi Hati Kudus Yesus adalah St. Margaret
Mary Alacoque (1647-1690).

St. Margaret memperoleh wahyu pribadi dari Tuhan Yesus yang menghendaki perayaan liturgis
Hati Kudus Yesus dan praktek silih terhadap dosa-dosa yang dilakukan terhadap Sakramen
Mahakudus pada setiap hari Jumat pertama dalam setiap bulan. Lalu pada tahun 1856 Paus Pius
XI menetapkan Pesta (perayaan liturgis) Hati Kudus Yesus. Pada tahun 1928 Paus Pius XI
mengeluarkan surat ensiklik Miserentissimus Redemptor tentang silih kepada Hati Kudus Yesus;
sedangkan tahun 1956 Paus Pius XII mengeluarkan surat ensiklik tentang Haurietis Aquas,
tentang devosi kepada Hati Kudus Yesus.

12 Janji Yesus kepada St Margareta Maria Alacoque


bagi mereka yang berdevosi kepada Hati Yesus yang Mahakudus
1. "Aku akan memberikan semua rahmat yang diperlukan sepanjang hidup mereka."
2. "Aku akan memberikan damai sejahtera dalam keluarga-keluarga mereka."
3. "Aku akan menghibur mereka dalam kesukaran-kesukaran mereka."
4. "Aku akan menjadi tempat perlindungan yang aman sepanjang hidup mereka dan terutama saat
kematian mereka."
5. "Aku akan mencurahkan rahmat berlimpah pada semua usaha mereka."
6. "Para pendosa akan menemukan dalam Hati Kudus-Ku sumber lautan belas kasihan yang tak
terbatas."
7. "Jiwa-jiwa yang suam-suam kuku akan dikuatkan."
8. "Jiwa-jiwa yang kuat akan segera mencapai kesempurnaan yang tinggi."
9. "Aku akan memberkati rumah-rumah di mana lukisan Hati Kudus-Ku ditempatkan dan
dihormati. "
10. "Aku akan memberikan kepada imam karunia menggerakkan hati yang paling keras sekalipun."

11. "Siapa saja yang menganjurkan devosi ini, namanya akan tertulis di Hati-Ku, dan tidak akan
pernah dihapuskan."
12. "Aku berjanji demi Hati-Ku yang penuh belas kasihan, bahwa kuasa kasih-Ku akan
menganugerahkan kepada mereka yang menerima Komuni pada hari Jumat Pertama selama
sembilan bulan berturut-turut, rahmat pertobatan terakhir; mereka tidak akan meninggal dalam
keadaan melukai Hati-Ku, pun tanpa menerima Sakramen-sakramen terakhir; Hati-Ku akan
menjadi tempat perlindungan yang aman pada saat kematian mereka."

Kunci menuju Spiritualitas Hati adalah cinta Tuhan di dalam hati manusia, tampak dalam hati
Yesus. Itulah apa yang secara terus-menerus terungkap kepada kita dalam segala yang
dikatakan dan dilakukan oleh Yesus.
Jules Chevalier, menemukan inspirasinya daslam kepercayaannya dalam cinta ini, Devosinya
kepada Hati Kudus Yesus. Di awal abad ke 20, ia memimpikan sebuah hati baru untuk dunia
baru, hati barunya bagi kita semua. Di abad ke 21 ini, kita menamakan penglihatan dan cara
hidup tersebut sebagai Spiritualitas Hati.
Spiritualitas Hati tidak hanya sekedar sebuah devosi yang mana berfokus pada praktek luaran
semata. Itu adalah cara hidup yang mengubah kita. Kontemplasi adalah sebuah sikap yang perlu
untuk cara hidup ini. Kita mengkontemplasikan “perasaan” yang tertikap pada Calvari dan
membiarkan diri kita dicintai olehnya. Di dalam spiritaulitas hati, pandangan kita pada yang
tertikam dan datang dengan keheningan kontemplatif sangatlah penting.
Tahap-tahap Menghidupi Spiritualitas Hati
Adalah cinta ini, hati cinta yang mana menginspirasi hidup dan misi kita, spiritualitas kita yang
mana ingin kita bagikan. Gerakan pertama dari hati adalah diri kita (ada) diundang untuk
masuk secara dalam ke diri kita, bertemu di sana kemurahan Tuhan yang menciptakan kita,
menghidupkan kita, mencintai kita, menciptakan dunia kita dan menopangnya.
Itu berarti Gerakan kedua dari hati seperti yang kita temukan adalah Cinta Tuhan kepada kita,
cinta yang intim, penyingkapan Tuhan yang hidup terus menerus bersama kita.
Gerakan ketiga adalah diri kita yang bertransformasi, hati kita berubah, yang selalu terluka. Kita
mengalami prubahan hati secara terus menerus.
Gerakan keempat adalah realisasi kita bahwa itu bukan hanya sebuah usaha untuk melihati
cinta lebih dalam, untuk diri kita saja, tetapi mengundang kita untuk membagikan pandangan
Yesus yang penuh belaskasih itu kepada semua, saudara-saudari, sehingga mereka akan
membagikan pengalaman yang sama. Ini adalah misi.
“kita harus turun ke kedalaman jiwa kita sendiri dalam sebuah realisasi penmuan kebutuhan
pribadi kita akan hidup, cinta dan makna. Kita harus temukan, melalui iman dan refleksi,
jawaban atas pertanyaan kita dalam Hati Yesus misalnya di dalam kedalaman diriny, di mana
kerinduan dan kemurahan Tuhan bertemu di dalam inkarnasi penebusan. Kemudian, terbentuk
oleh kekuatan itu, hati kita sendiri akan menjadi hati yang mengerti, terbuka untuk, merasa dan
memberi kepada saudara dan saudari kita di dalam Kristus. Kita tidak akan dipatahkan
semangat dalam menghadapapi kesulitan. Kita mengikuti Kristus yang ‘mencintai dengan
sebuah hati manusiawi’ sebagaimana Konsili Vatikan II mengingatkan kita; ia membagikan
kemanusiawian kita yang harus kita ketahui bahwa di atas kita adalah Cinta Bapa yang tak
berkesudahan. Di dalam waktu Tuhan yang baik Cinta Tuhan yang mahakuasa

Anda mungkin juga menyukai