Anda di halaman 1dari 6

Tugas Sejarah Dogma

Petrus Bajo Piran


Program Mayor I
Semester II, 2019

KESELAMATAN UMAT MANUSIA DAN MAKHLUK CIPTAAN

Pendahuluan

Dalam kurun waktu yang terus berjalan ada berbagai indikator pergeseran pola hidup
manusia yang sejalan dengan munculnya penemuan-penemuan baru. Kisahkan saja sekilas,
pada abad pertengahan yang sangat didominasi oleh ke kekristenan perlahan mulai digeser
oleh hadirnya ilmu pengetahuan. Di dalamnya, paham yang sangat Teosentris beralih fokus
pula pada semangat antropotisme. Dulunya segala gerak langkah yang berpatok pada ajaran
teologi diganti dengan menaruh perhatian pada penghargaan terhadap eksistensi manusia.
Bahkan, bisa jadi sampai saat ini.

Manusia menjadi tolak ukur segala tindakan yang hendak dibuat. Hal itu
sesungguhnya bukanlah sesuatu yang keliru. Hanya saja, bukanlah tidak mungkin
menelurkan dampak bagi tindakan manusia itu sendiri yang serentak menularkan imbas bagi
makhluk ciptaan lain. Tidak heran bila segala sesuatu yang ada di bawah kolong langit harus
memberikan manfaat dan membawa keselamatan umat manusia. Akan tetapi, kecolongan
pemahaman mengakibatkan ketidakseimbangan dtindakan manusia itu sendiri dalam usaha
menguasai makhluk ciptaan lain. Oleh karena keselamatan manusia menjadi hal terpenting di
atas segala kepentingan lain, alam semesta mulai menjerit karena tubuh murninya digerus
abis tanpa memikirkan keselamatan alam semesta itu sendiri. Lantas, pertanyaannya adalah
siapa sesungguhnya yang diselamatkan? Apakah hanya manusia yang diselamatkan?
Bagaimana dengan keselamatan makhluk ciptaan lainnya? Dalam bingkai kapasitas sebagai
orang yang beriman Katolik, apa pandangan dan bagaimana ajaran Gereja tentang
keselamatan manusia dan makhluk ciptaan lain?

Pada tahun 2015 yang lalu, Paus Fransiskus mengeluarkan Ensiklik Laudato si’. Di
mana diangkat mengenai ajakan untuk peduli pada alam semesta. Sayangnya, ajakan ini
seolah-olah dipandang oleh sebagian orang sebagai sesuatu yang baru dari Gereja Katolik.
Entah itu, mungkin karena kepedulian terhadap alam itu sudah lama tidak lagi dikobarkan
dalam khotbah-khotbah atau pewartaan Gereja maupun oleh karena adanya isu kerusakan
lingkungan dan pemanasan global. Padahal, bila ditelusuri lebih jauh sesungguhnya isu
tentang lingkungan hidup itu sudah ada jauh sebelumnya selama sejarah perkembangan iman

1
Tugas Sejarah Dogma
Petrus Bajo Piran
Program Mayor I
Semester II, 2019

Katolik. Demikianlah tulisan singkat ini mencoba untuk melihat sejarah perkembangan ajaran
iman Katolik tentang keselamatan manusia dan makhluk ciptaan lain.

I. Allah Pencipta Segala Semesta


Dalam Konsili Nicea I (19 Juni-25 Agustus 325) ditegaskan sebuah
pernyataan iman, “Kita percaya pada satu Allah, Bapa Yang Mahakuasa, pencipta
segala sesuatu, yang kelihatan dan yang tak kelihatan” (DH 125). Pernyataan iman ini
sebagai bentuk tanggapan atas ajaran arianisme.
Hal ini ditegaskan pula pada Konsili Konstantinopel I (Mei-30 Juli 380),
“Saya percaya pada satu Allah, Bapa Yang Mahakuasa, Pencipta langit (surga) dan
bumi, segala sesuatu yang kelihatan dan yang tak kelihatan” DH 150. Penegasan ini
merupakan suatu bentuk tanggapan atas ajaran Macedonian (Pneumatomachians).
Demikian pula dalam Konsili Lateran IV (11-30 November 1215) tentang
Iman Katolik. “Kami sangat percaya dan mengaku tanpa syarat bahwa hanya ada satu
Allah yang benar, kekal, tak terbatas dan tak berubah, tak bisa dipahami, Yang
Mahakuasa, Bapa, Putra dan Roh Kudus; tiga pribadi, tapi satu hakekat, satu
substansi. Mereka memiliki substansi yang sama dan sepenuhnya sama, sama-sama
Mahakuasa, dan abadi. Mereka adalah dasar dari alam semesta, pencipta segala
sesuatu, yang kelihatan dan yang tak kelihatan, rohani (spiritual) dan jasmani, yang
dengan kekuatan yang mahakuasa sejak permulaan waktu menciptakan dari ketiadaan
semua ciptaan-ciptaan, rohani (spiritual) dan jasmani yaitu malaikat dan ciptaan
duniawi, dan kemudian manusia. Untuk setan dan iblis-iblis lainnya diciptakan Allah
baik adanya, tetapi mereka menjadi jahat oleh tindakannya sendiri...” (DH 800)
Konsili Vatikan I (08 Desember 1869-20 Oktober 1870) dalam Konstitusi
Dogmatik tentang Putera Allah dalam iman Katolik (Sesi III, 24 April 1870) Bab I.
Allah, Pencipta Segala Sesuatu: Gereja Roma yang Kudus, Katolik, Apostolik
percaya dan mengakui Allah yang benar dan hidup, Pencipta dan Tuhan surga dan
bumi, Yang Mahakuasa, kekal, besar, tak terselami, tak terbatas dalam pengetahuan
dan kehendakNya dan yang sempurna dalam segalanya” (DH 3001).
“Jika ada orang yang menolak untuk mengakui bahwa dunia dan segala
sesuatu yang terkandung di dalamnya, spiritual maupun materi, semua yang ada
dalam substansi mereka yang dihasilkan oleh Tuhan dari ketiadaan atau mengatakan

2
Tugas Sejarah Dogma
Petrus Bajo Piran
Program Mayor I
Semester II, 2019

bahwa Tuhan diciptakan, bukan dengan tindakan kehendak bebas dari semua
kebutuhan, tetapi dengan kebutuhan yang sama dengan kebutuhan yang sama dimana
ia harus mencintai dirinya sendiri atau menyangkal bahwa dunia diciptakan untuk
kemuliaan Allah, biarlah dia anathema.”

II. Belas Kasih Tuhan dan Kehendak Universal Untuk Menyelamatkan


Kehendak Allah bahwa semua manusia diselamatkan tanpa terkecuali. Sinode
Quiercy (Mei 853) Allah Yang Mahakuasa berharap “semua manusia tanpa terkecuali
diselamatkan (Tim. 24) meski tidak semua diselamatkan. Namun, bahwa beberapa
orang diselamatkan adalah karunia dari orang yang selamat. Sedangkan, bahwa
beberapa, bagaimanapun binasa adalah kesalahan orang-orang yang binasa itu sendiri
(DH 623).
Penegasan yang serupa juga dalam Surat Kepada Uskup Tarrgona (18
Desember 1208) : “Kita percaya dengan hati kita dan mengakui dengan lidah kita
satu Gereja, bukan ajaran sesat (heretik), tetapi Gereja Roma yang Kudus, Katolik,
Apostolik bahwa di luar yang kita percaya ini tidak diselamatkan (DH 792).
Dalam dekrit Unitatis redintegratio: “Mereka yang sekarang lahir dan
dibesarkan dalam iman akan Kristus di jemaat-jemaat itu tidak dapat dipersalahkan
dan dianggap berdosa karena memisahkan diri. Gereja-gereja dan jemaat-jemaat yang
terpisah, walaupun menurut pandangan kita diwarnai oleh kekurangan-kekurangan,
sama sekali bukannya tidak berarti atau bernilai dalam misteri keselamatan.1
Dalam Lumen Gentium no 48 ditegaskan bahwa dalam Yesus Kristus kita
semua dipanggil kepada Gereja, dan di situ kita memperoleh kesucian berkat rahmat
Allah. Gereja itu baru mencapai kepenuhannya dalam kemuliaan di surga, bila akan
tiba saatnya segala sesuatu diperbaharui (Kis. 3:21), 2 dan bila bersama dengan umat
manusia dunia semesta pun, yang berhubungan erat dengan manusia dan bergerak ke
arah tujuannya melalui manusia akan diperbaharui secara sempurna dalam Kristus
(Lih. Ef. 1:10, Kol. 1:20, 2 Ptr 3:10-13).

1
Dokumen Konsili Vatikan II, “ dekrit Unitatis Redintegratio, no. 3 , paragraf 1,” hlm. 191.
2
Dokumen Konsili Vatikan II, “Lumen Gentium, no. 48, paragraf 1,” hlm. 141.

3
Tugas Sejarah Dogma
Petrus Bajo Piran
Program Mayor I
Semester II, 2019

Pada paragraf selanjutnya dalam dokumen yang sama dikatakan bahwa


pembaharuan dunia telah ditetapkan, tak dapat dibatalkan dan secara nyata mulai
terlaksana di dunia ini. Sebab, sejak di dunia ini Gereja ditandai kesucian yang
sesungguhnya meskipun tidak sempurna. Tetapi sampai nanti terwujudkan langit dan
bumi baru, yang diwarnai keadilan (Lih. 2 Ptr. 3:13).3

III. Manusia sebagai Pusat Ciptaan


Dalam Gaudium et Spes, Bab I tentang Martabat Pribadi Manusia: no 12
(Manusia Diciptakan Menurut Gambar Allah) “Kaum beriman maupun tak beriman
sependapat bahwa segala sesuatu di dunia ini harus diarahkan kepada manusia sebagai
pusat dan puncaknya. Manusia sebagai pusat dan puncak dari ciptaan, dimana seluruh
realitas dunia diorientasikan (DH 4312, 4314), keunggulan manusia itu adalah dengan
bertanggung jawab atau respek pada makhluk ciptaan lain (DH 4694), manusia
unggul atas semua yang ada di mana Allah berdiam dalam kuasanya (DH 4812),
manusia memiliki hubungan dengan ciptaan-ciptaan lain (DH 4313), keberadaan
ciptaan lain harus menjadi dasar bagi keberadaan setiap orang dan bukan sebaliknya
(DH 4326), setiap pribadi memiliki hak untuk menerima dari dunia apa yang ia
butuhkan (DH 4448).
Allah membuat semua ciptaan di samping manusia (DH 4339). Diciptakan
dalam gambaran Allah, dia ada untuk menaklukan ciptaan duniawi dan
menggunakannya untuk kemuliaan Allah dan untuk menjaganya (DH 4312, 4334,
4337, 4448, 4812), segala sesuatu (materi) diciptakan Allah untuk digunakan.
Semuanya diperbolehkan untuk digunakan (DH 3267, 3942, 3951, 4448), akan tetapi
ditegaskan pula bahwa penggunaannya itu harus sesuai dengan sebuah pemahaman
moral (DH 4811). Benda-benda baru dan sumber penghasilan harus dihayati sebagai
pemberian dari Allah dan penggunaannya itu menjadi sebuah tanggapan/jawaban atas
panggilan manusia itu sendiri makhluk ciptaan yang serupa dengan Allah (DH 4812).
Allah telah mengenakan batasan kepada manusia dalam penggunaan segala sesuatu,
(DH 4812). Di mana, kuasa kepemilikan dan penggunaan segala sesuatu itu dalam
bingkai hubungan layaknya manusia dengan Tuhan dan sebagai panggilannya.

3
Ibid., Konstitusi Dogmatik Gereja; “LG No. 48, paragraf 3,” hlm 142.

4
Tugas Sejarah Dogma
Petrus Bajo Piran
Program Mayor I
Semester II, 2019

IV. Panggilan Gereja untuk keselamatan jiwa-jiwa manusia non Kristen


Sinode Toledo XVI (02 Mei 693) “Gereja Katolik yang Kudus yang memiliki
iman ini, dibersihkan oleh air pembaptisan, ditebus oleh darah Kristus yang berharga,
tidak memiliki kerutan dalam iman dan tidak memiliki cacat cela dari pekerjaan najis
(ef. 5:23-27), kaya dalam tanda-tanda kemuliaan, cemerlang dalam kebajikan dan
gemilang dalam karunia-karunia Roh Kudus.
Ia akan memerintah selamanya dengan kepalanya Yesus Kristus, Tuhan kita,
yang tubuhnya, tanpa keraguan, ia ada, dan semua orang yang sekarang sama sekali
tidak ada di dalam dirinya atau tidak akan berada di dalam dirinya atau telah pergi
atau akan pergi darinya, atau mereka yang dalam kejahatan ketidakpercayaan,
mungkin menyangkal bahwa dosa-dosa telah dihapuskan dalam dirinya, orang-orang
yang, kecuali jika mereka kembali padanya dengan bantuan penebusan dan
kepercayaan, tanpa keraguan, semua yang Konsili Nicea... dewan konstantiopel... dan
otoritas Konsili Efesus I memutuskan untuk merangkul, serta sesuai dekrit-dekrit
bahwa kehendak bulat Bapa Suci di Kalcedon atau dewan lainnya atau Bapa-bapa
yang mulia yang hidup dengan adil dalam iman untuk dipatuhi, akan dihukum dengan
hukuman kutukan yang kekal dan mereka akan dibakar di atas nyala api bersama iblis
dan rekan-rekannya samapai akhir zaman (DH. 575).

Penutup

Sejak semula, Gereja Katolik, Kudus dan Apostolik mengakui dalam pernyataan iman
bahwa Allah adalah Pencipta segala semesta. Bahkan, penolakan atas pernyataan iman
dianggap sebagai ajaran sesat atau tidak diselamatkan. Sejak semula pula belas kasih Allah
yang adalah Sang Pencipta segala semesta itu menghendaki keselamatan bagi seluruh umat
manusia.

Di mana manusia menjadi pusat segala ciptaan. Kaum beriman maupun tak beriman
sependapat bahwa segala sesuatu di dunia ini harus diarahkan kepada manusia sebagai pusat
dan puncaknya. Manusia sebagai pusat dan puncak dari ciptaan, dimana seluruh realitas dunia
diorientasikan. Hanya saja, itu bukan berarti kelestarian makhluk ciptaan lain dapat
diabaikan. Di mana, kuasa kepemilikan dan penggunaan segala sesuatu itu dihayati dalam

5
Tugas Sejarah Dogma
Petrus Bajo Piran
Program Mayor I
Semester II, 2019

bingkai sebuah hubungan layaknya manusia dengan Tuhan dan sebagai bentuk panggilan
manusia itu sendiri. Semuanya diperbolehkan untuk digunakan, akan tetapi ditegaskan pula
bahwa penggunaannya itu harus sesuai dengan sebuah pemahaman moral

Dalam Yesus Kristus kita semua dipanggil kepada Gereja, dan di situ kita
memperoleh kesucian berkat rahmat Allah. Gereja itu baru mencapai kepenuhannya dalam
kemuliaan di surga, bila akan tiba saatnya segala sesuatu diperbaharui. Apabila bersama
dengan umat manusia, dunia semesta pun yang berhubungan erat dengan manusia dan
bergerak ke arah tujuannya melalui manusia akan diperbaharui secara sempurna dalam
Kristus Yesus.

Daftar Pustaka

Denzinger, Heinrich, Compedium of Creeds, and Definitions on Matters of Faith and


Moral. Edited by Peter Hunermann, San Francisco: Ignatius Press, Forty-Third Edition: 2012.

KWI, Dokumen Konsili Vatikan II, terjemahan R. Hardawijana. Jakarta: Obor, 2017.

Anda mungkin juga menyukai