BAB 1
PENDAHULUAN
Artinya, "Perdamaian di bumi, yang paling dirindukan atau didambakan oleh semua orang
darisegala zaman, dapat ditegakkan dengan kuat, hanya apabila perintah yang ditetapkan
olehAllah dapat ditaati dengan setia.
Kebenaran akan membangun perdamaian apabila setiap orang secara tulus mengakui
bukanhanya haknya sendiri tetapi juga kewajibannya terhadap sesama manusia. Tugas
manusia bukan saja mencari kebenaran tetapi juga menanamkan kebenaran itu kepada
orang lain.Kebenaran yang dimaksud bukan sekedar slogan atau teori semata tentang
kebenaran,melainkan kebenaran yang dihayati sendiri, yang dijiwai dan yang
diaktualkan dalamkesehariannya. Kebenaran itu tidak lain adalah Allah sendiri.
Menghayati kebenaran berartimenghayati hidup Allah sendiri.
Keadilan akan membangun perdamaian, jika di dalam pelaksanaannya setiap orang
menghormati hak orang lain dan benar-benar melaksanakan tugas yang ditentukan bagi
mereka. Dengan menghormati hak orang lain berarti, manusia mengakui keberadaan
sesamanya. Keberadaannya sebagai makhluk yang memiliki hak dan martabat sebagai
ciptaan Tuhan.
Cinta kasih akan membangun perdamaian, apabila orang-orang merasakan bahwa
kebutuhan orang lain sebagai kebutuhannya sendiri dan membagikan hartanya kepada
sesama, terutama nilai-nilai akal budi dan semangat yang mereka miliki. Cintakasih
dalam ajaran kristianimenduduki tempat utama. Cintakasih menyangkut segala-galanya.
Dengan membagikan segala apa yang ada pada kita, berarti kita membangun suatu
dunia yang penuh damai. Membagi cintakasih berarti membagi perdamaian.
Kebebasan akan membangun perdamaian dan membuatnya berkembang, jikalau di
dalam memilih sarana untuk tujuan itu, orang-orang bertindak sesuai dengan akal dan
bertanggung jawab akan tindakannya sendiri. Kebebasan tidak berarti manusia bebas
melakukan sesuatu tanpa dibatasi. Kebebasan yang sejati justru merupakan suatu
tindakan yang didasarkan pada kemampuan manusia untuk bertanggung jawab atas
segala tindakannya. Yang dimaksudkan disini adalah tindakan bukan hanya sekedar
tindakan saja, melainkan tindakan benar yang menghasilkan suatu perdamaian.
Akhirnya, dapat disimpulkan bahwa inti ensiklik ini ialah kesejahteraan hidup
manusia terwujud bila damai dialami oleh segenap manusia dan terjaminnya hak dan
kewajiban manusia secara utuh. Sebab itu, perdamaian menjadi fokus dan nilai utama yang
diperjuangkan oleh Yohanes XXIII, dengan penekanan dan pengakuan akan hak dan
kewajiban setiap manusia sebagaimana yang diwahyukan Allah melalui ajaran-ajaran-Nya
dalam Kitab Suci.Ketika merancangnya, Paus Yohanes XXIII sedang menderita kanker. Ia
wafat dua bulankemudian sesudah ensiklik ini selesa
2.4 Upaya yang Dilakukan Gereja dalam Menerapkan Pacem in Terris di Indonesia
khususnya mewujudkan perdamaian di tanah Papua
Dari Penjelasan di atas nampak bahwa Ensiklik Pacem in Terris yang diterbitkan 47
tahun yang lalu masih relevan bagi situasi Papua masa kini, terutama dengan kampanye
perdamaian dengan moto “Papua Tanah Damai”, yang dipimpin oleh para pemimpin agama
di Tanah Papua. Maka, ada beberapa relevansi yang ditemukan dalam tulisan makalah ini
adalah seperti berikut;
Relevansi pertama adalah bahwa “Papua Tanah Damai” merupakan visi masa depan
bersama dari semua orang yang hidup di tanah Papua. Pengertian tentang “Papua Tanah
Damai” tidak boleh dibatasi hanya pada tidak adanya perang di Tanah Papua. Perlu
ditekankan bahwa “Papua Tanah Damai” adalah hasil dari penegakan keadilan dan
pengembangan yang otentik. Setiap orang dan lembaga di Tanah Papua, baik secara pribadi
maupun bersama, dipanggil untuk terlibat dalam segala upaya menciptakan “Papua Tanah
Damai”.
Kedua, “Papua Tanah Damai”apabila tidak akan tercipta apabila, masih terdapat
ketidakadilan, ketidaksamaderajatan, dan ketidakseimbangan. Penderitaan karena bencana
alam dan buatan manusia, dan hak milik pribadi dijadikan absolut dan mengorbankan prinsip
kepentingan umum. Maka, aspek-aspek ini harus dikesampingkan demi kepentingan
bersama dalam membangun slogan yang dibangun para tokoh agama “Papua Tanah Damai”.
Ketiga, sambil menekan bahwa setiap manusia adalah pencipta, penanggungjawab
utama dari hidupnya, Ensiklik mengajarkan bahwa kita saling bahu-membahu menciptakan
kedamaian atas dasar kebenaran, keadilan cintakasih dan kemerdekaan/kebebasan yang
universal. Inisiatif-inisiatif pribadi mesti didorong. Perlu diupayakan pula kerjasama dan
dialog dengan berbagai pihak dan program-program yang jelas dan terencana untuk
menciptakan tanah damai di Papua.
Keempat, untuk menciptakan “Papua Tanah Damai”, perlu digalakkan satu visi. Visi
ini tidak hanya menitikberatkan pada pertumbuhan ekonomi di Papua, tetapi mencakup
kemajuan pribadi manusia dalam keseluruhan aspek kehidupan. Visi mesti dialamatkan ke
setiap dan semua orang, dilaksanakan guna merubah kondisi yang kurang manusiawi ke
lebih manusiawi, memerangi ketidakadilan, ketidaksejahteraan (ekonomi, sosial, budaya),
diskriminasi, ketidakseimbangan (kaya-miskin), mengatasi konflik sosial, membebaskan
manusia dari bentuk perbudakan. Semuanya ini, bersasaran pada humanism yang sempurna
(terbuka terhadap dirinya sendiri, sesame dan Allah).[12] Akhirnya, demi menciptakan
“Papua Tanah Damai” kita saling bahu-membahu mendukung ide yang sudah dirancang.
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Ensiklik Pacem in Terris yang dikeluarkan 47 tahun yang lalu, masih sangat relevan
dan memberikan banyak sumbangan pemahaman dalam membangun tanah yang damai.
Yang penting sekarang adalah bagaimana merelevansikan ensiklik dalam membangun
kedamaian itu. Dalam tulisan ini saya mencoba merevansikan ensiklik Pacem in Teris yang
member pemahaman tentang kedamaian universal itu dengan “Papua Tanah Damai” yang
pernah dicanangkan oleh tokoh-tokoh agama di Papua.
Oleh karena itu, umat Kristiani diajak untuk ikut memerangi bahaya terorisme
berdasarkan nilai-nilai perdamaian yang telah diamanatkan oleh Paus dalam ensiklik Pacem
in Terris yang secara substansial menekankan pentingnya penghormatan terhadap hak-hak
setiap individu sebagai makhluk yang berhasil. terorisme lahir sebagai reaksi atas praktik
ketidakadilan yang menguntungkan segelintir individu dan kelompok tertentu. Terorisme
lahir sebagai reaksi untuk memperjuangkan hak dan suara mereka yang tidak diperhatikan
dalam kehidupan politik, ekonomi, budaya dan pendidikan. Oleh karena itu, umat Kristiani
diajak untuk ikut memerangi bahaya terorisme berdasarkan nilai-nilai perdamaian yang
telah diamanatkan oleh Paus dalam ensiklik Pacem in Terris yang secara substansial
menekankan pentingnya penghormatan terhadap hak-hak setiap individu sebagai makhluk
yang berhasil
http://repository.iftkledalero.ac.id/128/
https://id.scribd.com/document/422066221/Ensiklik-Paus-Yohanes-XXIII
https://id.scribd.com/document/503681450/PACEM-IN-TERRIS-1
https://imankatolik.or.id/ajaran_sosial_gereja.html
https://id.scribd.com/doc/14673993/04-Pacem-in-Terris