Anda di halaman 1dari 13

DOKUMEN-DOKUMEN AJARAN SOSIAL GEREJA

RERUM NOVARUM (KONDISI KERJA) Ensiklik Paus Leo XIII


Tahun : 1891-
Dokumen Ajaran Sosial : RN (Rerum Novarum) merupakan Ensiklik pertama ajaran sosial
Gereja Gereja. Menaruh fokus keprihatinan pada kondisi kerja pada waktu
itu, dan tentu saja juga nasib para buruhnya. Tampilnya masyarakat
terindustrialisasi mengubah pola lama hidup bersama, pertanian.
Tetapi, para buruh mendapat perlakuan buruk. Mereka diperas. Jatuh
dalam kemiskinan struktural yang luar biasa. Dan tidak mendapat
keadilan dalam upah dan perlakuan. Ensiklik RN merupakan ensiklik
pertama yang menaruh perhatian pada masalah-masalah sosial secara
sistematis dan dalam jalan pikiran yang berangkat dari prinsip
keadilan universal. Dalam RN hak-hak buruh dibahas dan dibela.
Pokok-pokok pemikiran RN menampilkan tanggapan Gereja atas isu-
isu keadilan dan pembelaan atas martabat manusia (kaum buruh).
Tema-Tema Pokok : Promosi martabat manusia lewat keadilan upah pekerja; hak-hak
buruh; hak milik pribadi (melawan gagasan Marxis-komunis); konsep
keadilan dalam konteks pengertian hukum kodrat; persaudaraan antara
yang kaya dan miskin untuk melawan kemiskinan (melawan gagasan
dialektis Marxis); kesejahteraan umum; hak-hak negara untuk campur
tangan (melawan gagasan komunisme); soal pemogokan; hak
membentuk serikat kerja; dan tugas Gereja dalam membangun
keadilan sosial.
Konteks Zaman : Revolusi industri; kemiskinan yang hebat pada kaum pekerja/buruh;
tiadanya perlindungan pekerja oleh otoritas publik dan pemilik modal;
jurang kaya miskin yang luar biasa.

QUADRAGESIMO ANNO (SESUDAH 40 THN) Ensiklik Paus Pius XI


Tahun : 1931–
Dokumen Ajaran Sosial : QA (Quadragesimo Anno) memiliki judul maksud “Rekonstruksi
Gereja Tatanan Sosial.” Nama Ensiklik ini (40 tahun) dimaksudkan untuk
memperingati Ensiklik Rerum Novarum. Tetapi pada zaman ini
memang ada kebutuhan sangat hebat untuk menata kehidupan sosial
bangsa manusia. Diperkenalkan dan ditekankan terminologi yang
sangat penting dalam Ajaran Sosial Gereja, yaitu “subsidiaritas”
(maksudnya, apa yang bisa dikerjakan oleh tingkat bawah, otoritas di
atasnya tidak perlu ikut campur). Dalam banyak hal QA masih
melanjutkan RN mengenai soal-soal “dialog”-nya dengan
perkembangan masyarakat. Menolak solusi komunisme yang
menghilangkan hak-hak pribadi. Tetapi juga sekaligus mengkritik
persaingan kapitalisme sebagai yang akan menghancurkan dirinya
sendiri
Tema-Tema Pokok : QA bermaksud menggugat kebijakan-kebijakan ekonomi zaman itu;
membeberkan akar-akar kekacau-annya sekaligus menawarkan solusi
pembenahan tata sosial hidup bersama, sambil mengenang Ensklik
RN; soal hak-hak pribadi dan kepemilikan bersama; soal modal dan
kerja; prinsip-prinsip bagi hasil yang adil; upah adil; prinsip-prinsip
pemulihan ekonomi dan tatanan sosial; pembahasan sosialisme dan
tentu saja kapitalisme; langkah-langkah Gereja dalam mengatasi
kemiskinan struktural.
Konteks Zaman : Depresi ekonomi sangat hebat terjadi tahun 1929 menggoyang dunia.
Di Eropa bermunculan diktator, kebalikannya demokrasi merosot di
mana-mana.

MATER ET MAGISTRA (KRISTIANITAS DAN KEMAJUAN SOSIAL)


Ensiklik Yohanes XXIII
Tahun : 1961–
Dokumen Ajaran Sosial : Masalah-masalah sosial yang diprihatini oleh Ensiklik ini khas pada
Gereja zaman ini. Soal jurang kaya miskin tidak hanya disimak dari sekedar
urusan pengusaha dan pekerja, atau pemilik modal dan kaum buruh,
melainkan sudah menyentuh masalah internasional. Untuk pertama
kalinya isu “internasional” dalam hal keadilan menjadi tema ajaran
sosial Gereja. Ada jurang sangat hebat antara negara-negara kaya dan
negara-negara miskin. Kemiskinan di Asia, Afrika, dan Latin Amerika
adalah produk dari sistem tata dunia yang tidak adil. Di lain pihak,
persoalan menjadi makin rumit menyusul perlombaan senjata nuklir,
persaingan eksplorasi ruang angkasa, bangkitnya ideologi-ideologi.
Dalam Ensiklik ini diajukan pula “jalan pikiran” Ajaran Sosial Gereja:
see, judge, and act. Gereja Katolik didesak untuk berpartisipasi secara
aktif dalam memajukan tata dunia yang adil.
Tema-Tema Pokok : Ensiklik ini masih berkaitan dengan peringatan RN, maka pada bagian
awal Mater et Magistra diingat sekali lagi semangat RN dan QA.
Disadari isu-isu baru dalam perkembangan terakhir di bidang sosial,
politik dan ekonomi; peranan negara dalam kemajuan ekonomi;
partisipasi kaum buruh; soal kaum petani; bagaimana ekonomi ditata
seimbang; kerjasama antarnegara; bantuan internasional; soal
pertambahan penduduk; kerjasama internasional; ajaran sosial Gereja
dan kepentingannya.
Konteks Zaman : Kemiskinan luar biasa di negara-negara selatan; maraknya problem
sosial dalam skala luas dunia;

PACEM IN TERRIS (DAMAI DI BUMI) Ensiklik Paus Yohanes XIII


Tahun : 1963–
Dokumen Ajaran Sosial : Pacem in Terris menggagas perdamaian, yang menjadi isu sentral pada
Gereja dekade enam puluhan. Bilamana terjadi perdamaian? Bila ada rincian
tatanan yang adil dengan mengedepankan hak-hak manusiawi dan
keluhuran martabatnya. Yang dimaksudkan dengan tatanan hidup ialah
tatanan relasi (1) antarmasyarakat, (2) antara masyarakat dan negara,
(3) antarnegara, (4) antara masyarakat dan negara-negara dalam level
komunitas dunia. Ensiklik menyerukan dihentikannya perang dan
perlombaan senjata serta pentingnya memperkokoh hubungan
internasional lewat lembaga yang sudah dibentuk: PBB. Ensiklik ini
memiliki muatan ajaran yang ditujukan tidak hanya bagi kalangan
Gereja Katolik tetapi seluruh bangsa manusia pada umumnya.
Tema-Tema Pokok : Tata dunia, tata negara, relasi antarwarga masyarakat dan negara,
struktur negara (bagaimana diatur), hak-hak warganegara; hubungan
internasional antarbangsa; seruan agar dihentikannya perlombaan
senjata; soal “Cold War” (perang dingin) oleh produksi senjata nuklir;
komitmen Gereja terhadap perdamaian dunia. Penekanan pondasi
uraian pada gagasan hukum kodrat.
Konteks Zaman : Perang dingin antara Barat dan Blok Timur, pendirian Tembok Berlin
yang memisahkan antara Jerman Barat dan Timur simbol pemisahan
bangsa manusia (Agustus 1961), soal krisis Misile Cuba (1962)

GAUDIUM ET SPES (GEREJA DI DUNIA MODERN)


Dokumen Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II
Tahun : 1965-
Dokumen Ajaran Sosial : Konsili Vatikan II merupakan tonggak pembaharuan hidup Gereja
Gereja Katolik secara menyeluruh. GS (Gaudium et Spes) menaruh
keprihatinan secara luas pada tema hubungan Gereja dan Dunia
modern. Ada kesadaran kokoh dalam Gereja untuk berubah seiring
dengan perubahan kehidupan manusia modern. Soal-soal yang
disentuh oleh GS dengan demikian berkisar tentang kemajuan manusia
di dunia modern. Di lain pihak tetap diangkat ke permukaan soal
jurang yang tetap lebar antara si kaya dan si miskin. Relasi antara
Gereja dan sejarah perkembangan manusia di dunia modern dibahas
dalam suatu cara yang lebih gamblang, menyentuh nilai perkawinan,
keluarga, dan tata hidup masyarakat pada umumnya. Judul dokumen
ini mengatakan suatu “perubahan eksternal” dari kebijakan hidup
Gereja: Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan manusia-
manusia zaman ini, terutama kaum miskin dan yang menderita, adalah
kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus
juga. Kardinal Joseph Suenens (dari Belgia) berkata bahwa
pembaharuan Konsili Vatikan II tidak hanya mencakup bidang liturgis
saja, melainkan juga hidup Gereja di dunia modern secara kurang
lebih menyeluruh. GS membuka cakrawala baru dengan mengajukan
perlunya “membaca tanda-tanda zaman” (signs of the times).
Tema-Tema Pokok : Penjelasan tentang perubahan-perubahan dalam tata hidup masyarakat
zaman ini; martabat pribadi manusia; ateisme sistematis dan ateisme
praktis; aktivitas hidup manusia; hubungan timbal balik antara Gereja
dan dunia; beberapa masalah mendesak, seperti perkawinan, keluarga;
cinta kasih suami isteri; kesuburan perkawinan; kebudayaan dan iman;
pendidikan kristiani; kehidupan sosial ekonomi dan perkembangan
terakhirnya; harta benda diperuntukkan bagi semua orang; perdamaian
dan persekutuan bangsa-bangsa; pencegahan perang; kerjasama
internasional.
Konteks Zaman : Perang dingin masih tetap berlangsung. Di lain pihak, negara-negara
baru “bermunculan” (beroleh kemerdekaan)

POPULORUM PROGRESSIO (KEMAJUAN BANGSA-BANGSA)


Ensiklik Paus Paulus VI
Tahun : 1967-
Dokumen Ajaran Sosial : Perkembangan bangsa-bangsa merupakan tema pokok perhatian dari
Gereja Ensiklik Ajaran Sosial. Gereja memandang bahwa kemajuan bangsa
manusia tidak hanya dalam kaitannya dengan perkara-perkara
ekonomi atau teknologi, tetapi juga budaya (kultur). Kemajuan bangsa
manusia masih tetap dan bahkan memiliki imbas pemiskinan pada
sebagian besar bangsa-bangsa. Isu marginalisasi kaum miskin
mendapat tekanan dalam dokumen ini. Revolusi di berbagai tempat di
belahan dunia kerap kali tidak membawa bangsa manusia kepada
kondisi yang lebih baik, malah kebalikannya, kepada situasi yang
sangat runyam. Kekayaan dari sebagian negara-negara maju harus
dibagi untuk memajukan negara-negara yang miskin. Soal-soal yang
berkaitan dengan perdagangan (pasar) yang adil juga mendapat
sorotan yang tajam. Ensiklik ini menaruh perhatian secara khusus pada
perkembangan masyarakat dunia, teristimewa negara-negara yang
sedang berkembang. Diajukan pula refleksi teologis perkembangan /
kemajuan yang membebaskan dari ketidakadilan dan pemiskinan.
Tema-Tema Pokok : Perkembangan bangsa manusia zaman ini; kesulitan-kesulitan yang
dihadapi; kerjasama antarbangsa-bangsa; dukungan organisasi
internasional, seperti badan-badan dunia yang mengurus bantuan
keuangan dan pangan; kemajuan diperlukan bagi perdamaian.
Konteks Zaman : Tahun enampuluhan memang tahun perkembangan bangsa-bangsa;
banyak negara baru bermunculan di Afrika; tetapi juga sekaligus
perang ideologis dan antarkepentingan kelompok manusia luar biasa
ramainya; pada saat yang sama terjadi ancaman proses marginalisasi
(pemiskinan); terjadi perang di Vietnam yang sangat brutal; di
Indonesia sendiri terjadi perang ideologis (Marxis-komunis dan
militer).

OCTOGESIMA ADVENIENS (PANGGILAN UNTUK BERTINDAK)


Surat Apostolik Paus Paulus VI
Tahun : 1971-
Dokumen Ajaran Sosial : Arti “Octogesima” adalah yang ke-80; maksudnya: surat apostolik ini
Gereja dimaksudkan untuk manandai usia Rerum Novarum yang ke-80 tahun.
Paulus VI menyerukan kepada segenap anggota Gereja dan bangsa
manusia untuk bertindak memerangi kemiskinan. Soal-soal yang
berkaitan dengan urbanisasi dipandang menjadi salah satu sebab
lahirnya “kemiskinan baru”, seperti orang tua, cacat, kelompok
masyarakat yang tinggal di pinggiran kota, dst. Diajukan ke
permukaan pula masalah-masalah diskriminasi warna kulit, asal usul,
budaya, sex, agama. Gereja mendorong umatnya untuk bertindak
ambil bagian secara aktif dalam masalah-masalah politik dan
mendesak untuk memperjuangkan nilai-nilai / semangat injili.
Memperjuangkan keadilan sosial.
Tema-Tema Pokok : Soal kepastian dan ketidakpastian fenomen kemajuan bangsa manusia
zaman ini berkaitan dengan keadilan; urbanisasi dan konsekuensi-
konsekuensinya; soal diskriminasi; hak-hak manusiawi; kehidupan
politik, ideologi; menyimak sekali lagi daya tarik sosialisme; soal
kapitalisme; panggilan kristiani untuk bertindak memberi kesaksian
hidup dan partisipasi aktif dalam hidup politik.
Konteks Zaman : Dunia mengalami resesi ekonomi dengan korban mereka yang miskin;
di Amerika aksi Martin Luther King untuk perjuangan hak-hak asasi
marak dan menjadi perhatian dunia; protes melawan perang Vietnam.

CONVENIENTES EX UNIVERSO (BERHIMPUN DARI SELURUH DUNIA) atau lebih tepat


dikenal: JUSTICIA IN MUNDO (JUSTICE IN THE WORLD) Sinode para Uskup di dunia
Tahun : 1971-
Dokumen Ajaran Sosial : Dunia sedang berhadapan dengan problem keadilan. Untuk pertama
Gereja kalinya (boleh disebut demikian) sinode para uskup menaruh perhatian
pada soal-soal yang berkaitan dengan keadilan. Para uskup berhimpun
dan bersidang serta menelorkan keprihatinan tentang keadilan dalam
tata dunia. Misi Gereja tanpa ada suatu upaya konkret dan tegas
mengenai tindakan perjuangan keadilan, tidaklah integral. Misi Kristus
dalam mewartakan datangnya Kerajaan Allah mencakup pula
datangnya keadilan. Dokumen ini banyak diinspirasikan oleh seruan
keadilan dari Gereja-Gereja di Afrika, Asia, dan Latin Amerika.
Secara khusus pengaruh pembahasan tema “Liberation” oleh para
uskup Amerika Latin di Medellin (Kolumbia). Keadilan merupakan
dimensi konstitutif pewartaan Injil.
Tema-Tema Pokok : Misi Gereja dan keadilan merupakan dua elemen yang tidak bisa
dipisahkan; soal-soal yang berhubungan dengan keadilan dan
perdamaian: hak asasi manusia; keadilan dalam Gereja; keadilan dan
liturgi; kehadiran Gereja di tengah kaum miskin. Terminologi kunci
yang dibicarakan adalah “oppression” dan “liberation”.
Konteks Zaman : Konteks peristiwa dunia masih berada pada dokumen di atasnya.
Dunia sangat haus akan keadilan dan perdamaian. Pengaruh dari
Pertemuan Medellin (di Kolumbia) tahun 1968 sangat besar.

EVANGELII NUNTIANDI (EVANGELISASI DI DUNIA MODERN)


Anjuran apostolik Paus Paulus VI
Tahun : 1975-
Dokumen Ajaran Sosial : Arah dasarnya: agar Gereja dalam pewartaannya dapat menyentuh
Gereja manusia pada abad ke duapuluh. Ada tiga pertanyaan dasar: (1) Sabda
Tuhan itu berdaya, menyentuh hati manusia, tetapi mengapa Gereja
dewasa ini menjumpai hidup manusia yang tidak disentuh oleh Sabda
Tuhan (melalui pewartaan Gereja)? (2) Dalam arti apakah kekuatan
evangelisasi sungguh-sungguh mampu mengubah manusia abad ke-20
ini? (3) Metode-metode apakah yang harus diterapkan agar kekuatan
Sabda sungguh menemukan efeknya?
Tuhan Yesus mewartakan keselamatan sekaligus pewartaan
pembebasan. Gereja melanjutkannya. Hal baru dalam dokumen ini
ialah bahwa pewartaan Kabar Gembira sekaligus harus membebaskan
pula.
Tema-Tema Pokok : EN (Evangelii Nuntiandi) mengajukan tema-tema problem kultural
sekularisme ateistis, indi-ference, konsumerisme, diskriminasi,
pengedepanan kenikmatan dalam gaya hidup, nafsu untuk
mendominasi.
Konteks Zaman : EN dimaksudkan untuk memperingati Konsili Vatikan ke-10.

REDEMPTOR HOMINIS (SANG PENEBUS MANUSIA)


Ensiklik Yohanes Paulus II (Ensiklik-nya yang pertama)
Tahun : 1979-
Dokumen Ajaran Sosial : Sebenarnya Ensiklik ini tidak dikategorikan sebagai Ensiklik Ajaran
Gereja Sosial Gereja. Tetapi, lukisan tentang penebusan umat manusia oleh
Yesus Kristus sebagai penebusan yang menyeluruh memungkinkan
beberapa gagasan ensiklik ini bersinggungan dengan tema-tema
keadilan sosial. Gagasan dasarnya: manusia ditebus oleh Kristus
dalam situasi hidupnya secara konkret. Yaitu, dalam hidup situasi di
dunia modern. Disinggung mengenai konsekuensi kemajuan dan
segala macam akibat yang ditimbulkan. Hak-hak asasi manusia
dengan sendirinya juga didiskusikan. Misi Gereja dan tujuan hidup
manusia.
Tema-Tema Pokok : Misteri penebusan manusia di zaman modern; kemajuan dan akibat-
akibatnya; misi Gereja untuk menjawab persoalan zaman ini.
Konteks Zaman : Merupakan Ensiklik pertama dari kepausan Bapa Suci Yohanes Paulus
II.

LABOREM EXCERCENS (KERJA MANUSIA)


Ensiklik Paus Yohanes Paulus II
Tahun : 1979-
Dokumen Ajaran Sosial : “Kerja” merupakan tema sentral hidup manusia. Hanya dengan kerja,
Gereja harkat dan martabat manusia menemukan pencetusan keluhurannya.
Manusia berhak bekerja untuk kelangsungan hidupnya, untuk
membuat agar hidup keluarga bahagia dan berkecukupan. Ensiklik ini
mengkritik tajam komunisme dan kapitalisme sekaligus sebagai yang
memperlakukan manusia sebagai alat produktivitas. Manusia cuma
sebagai instrumen penghasil kemajuan dan perkembangan. Manusia
berhak kerja, sekaligus berhak upah yang adil dan wajar, sekaligus
berhak untuk makin hidup secara lebih manusiawi dengan kerjanya.
Tema-Tema Pokok : Sebagian besar isinya ialah tentang keadilan kerja, yang sudah
dikatakan dalam Rerum Novarum; memang Ensiklik ini dimaksudkan
untuk memperingati 90 tahun Rerum Novarum.
Kerja dan manusia; semua orang berhak atas kerja, termasuk di
dalamnya yang cacat; perlunya jaminan keselamatan / kesehatan
dalam kerja; manusia berhak atas pencarian kerja yang lebih baik di
mana pun, juga di negeri orang.
Konteks Zaman : Dalam periode zaman ini dirasakan sangat besar jumlah
pengangguran. Para pekerja migrant (tenaga asing) sangat mudah
diperas dan mendapat perlakuan tidak adil.

SOLLICITUDO REI SOCIALIS (KEPRIHATINAN SOSIAL)


Ensiklik Paus Yohanes Paulus II
Tahun : 1987-
Dokumen Ajaran Sosial : Ensiklik ini merupakan ulang tahun ke-20 dari Ensiklik Populorum
Gereja Progressio. Jurang antara wilayah / negara-negara Selatan (miskin)
dan Utara (kaya) luar biasa besarnya. Perkembangan dan kemajuan
sering kali sekaligus pemiskinan pada wilayah lain. Persoalannya
semakin rumit manakala dirasakan semakin hebatnya pertentangan
ideologis antara Barat dan Timur, antara kapitalisme dan komunisme.
Persaingan ini semakin memblokir kerjasama dan solidaritas kepada
yang miskin. Negara-negara Barat semakin membabi buta dalam
eksplorasi kemajuan. Sementara negara-negara miskin semakin
terpuruk oleh kemiskinannya. Konsumerisme dan “dosa struktural”
makin mendominasi hidup manusia.
Tema-Tema Pokok : Ensiklik ini mengajukan makna baru tentang pengertian “the structures
of sin”; pemandangan secara teliti sumbangsih Ensiklik yang
diperingati, Populorum Progressio; digambarkan pula panorama
zaman ini dengan segala kemajuannya; tinjauan teologis masalah-
masalah modern;
Konteks Zaman : Perang berkecamuk seputar ideologi pada zaman ini; Soviet
menginvasi Afganistan dan setahun kemudian menarik diri dari
Afganistan; dan berbagai ketegangan yang dimunculkan oleh
persaingan ideologis yang hebat.

CENTESIMUS ANNUS (TAHUN KE SERATUS)


Ensiklik Yohanes Paulus II
Tahun : 1991-
Dokumen Ajaran Sosial : Menandai ulang tahun Rerum Novarum yang ke-100. Dokumen ini
Gereja memiliki jalan pikiran yang kurang lebih sama, paradigma yang
ditampilkan dalam Rerum Novarum untuk menyimak dunia saat ini.
Perkembangan baru berupa jatuhnya komunisme dan sosialisme
marxisme di wilayah Timur (Eropa Timur) menandai suatu periode
baru yang harus disimak secara lebih teliti. Jatuhnya sosialisme
marxisme tidak berarti kapitalisme dan liberalisme menemukan
pembenarannya. Kesalahan fundamental dari sosialisme ialah tiadanya
dasar yang lebih manusiawi atas perkembangan. Martabat dan
tanggung jawab pribadi manusia seakan-akan disepelekan. Di lain
pihak, kapitalisme bukanlah pilihan yang tepat pula. Perkembangan
yang mengedepankan eksplorasi kebebasan akan memicu
ketidakadilan yang sangat besar. Centesimus Annus mengurus pula
soal-soal lingkungan hidup yang menjadi permasalahan menyolok
pada zaman ini.
Tema-Tema Pokok : Skema jalan pikiran Ensiklik ini serupa dengan dokumen-dokumen
sebelumnya: pertama-tama dibicarakan dulu mengenai Rerum
Novarum yang diperingati; berikutnya dengan menyimak pola Rerum
Novarum, Ensiklik Centesimus Annus membahas “hal-hal baru zaman
sekarang”; diajukan pula catatan “tahun 1989” (adalah tahun jatuhnya
tembok Berlin); prinsip harta benda dunia diperuntukkan bagi semua
orang; negara dan kebudayaan; manusia ialah jalan bagi Gereja; soal
lingkungan hidup
Konteks Zaman : Jatuhnya komunisme di Eropa Timur yang ditandai dengan runtuhnya
tembok Berlin; Nelson Mandela – sang figur penentang diskriminasi –
bebas dari penjara (1990). Memang ada sekian “hal-hal baru” yang
pantas disimak

The Participation of Catholics in Political life - Dokumen yang dikeluarkan oleh Kongregasi
Suci untuk Ajaran Iman
Tahun : 2002-
Dokumen Ajaran Sosial : Dokumen ini merupakan garis bawah pentingnya partisipasi umat
Gereja Katolik pada kehidupan politik. Umat Katolik tidak boleh pasif.
Tantangan perkembangan dan kemajuan demikian besar, umat Katolik
diminta memiliki kesadaran-kesadaran tanggung jawab dan partisipasi
untuk memajukan kehidupan bersama dalam soal-soal politik. Politik
bukanlah lapangan kotor, melainkan lapangan kehidupan yang harus
ditata dengan baik.
Tema-Tema Pokok : Seputar kehidupan politik dan pentingnya partisipasi umat beriman
Katolik untuk peduli dengan soal-soal politik.
Konteks Zaman : Zaman ini mengukir soal-soal yang sangat menyolok: hidup manusia
ditentukan oleh realitas tata politik; aneka persoalan kemunduran
sosial seringkali ditandai dengan kebangkrutan politik dalam hidup
bersama; soal-soal yang menyangkut kebebasan beragama dan
kebebasan berkembang dalam budayanya juga menjadi perkara yang
dominan pada periode sekarang ini.

Ada beberapa pokok yang akan disampaikan pada bagian ini. Sebutan „ajaran sosial Gereja‟
muncul bersamaan dengan keprihatinan dan keterlibatan Gereja dalam bidang sosial, tetapi nama
atau sebutan tersebut bukanlah tanpa kontroversi, sebelum akhirnya nama/sebutan „ajaran sosial
Gereja menjadi umum dikenal.

Selanjutnya kita akan berkenalan dengan dokumen-dokumen yang digolongkan ke dalam ajaran
sosial Gereja. Kami hanya akan membatasi diri pada dokumen-dokumen yang umum dikenal dan
selalu menjadi acuan. Bagaimana membaca dokumen-dokumen itu? Apa makna dan hal-hal
positif dari ajaran sosial Gereja? Hal-hal itulah yang akan disajikan di sini.

Ajaran Sosial Gereja

Sebutan yang kurang lebih konvesional “ajaran sosial Gereja” bukanlah suatu istilah (nama)
dengan makna tunggal. Leo XII misalnya menyebutnya dengan: “doktrin” yang digali dari Injil
dan dari “filsafat Kristiani”. Pius XI menggunakan nama “filsafat sosial” dan “doktrin dalam
bidang ekonomi dan sosial”. Baru Pius XII yang pertama kali menyebut Ajaran Sosial Gereja
yang kemudian selalu digunakan sampai sekarang.

Yang menarik adalah bahwa istilah „ajaran sosial Gereja‟ ditolak dalam Vatikan II. Istilah atau
sebutan tersebut dikritik karena memberi kesan menyindir “corpus” ajaran dogmatis, dan
memberi kesan bahwa Gereja mempunyai dua jenis ajaran: dogma dan ajaran sosial. Karena itu
penggunaan sebutan “ajaran sosial Gereja” dihindari.

Ketika merumuskan Gaudium Et Spes ada perintah agar istilah tersebut tidak digunakan.
Kendati demikian, sambil mendengar perintah tersebut, GS no 76 mencoba mempertahankan
sebutan „ajaran sosial‟: “Tetapi selalu dan di mana-mana hendaknya ia diperbolehkan dengan
kebebasan yang sejati mewartakan iman, menyampaikan ajaran sosialnya…..” (GS 76 par 5)..

GS no 76 dipungut suara dan sebenarnya cuma disetujui secara individual oleh peserta Konsili;
tetapi atas permintaan kelompok Uskup dari Brasil, sebutan “ajaran sosial Gereja” tetap
digunakan dalam GS.

Sebutan “ajaran sosial Gereja” muncul juga dalam dua dokumen lain dari Konsili yaitu dalam
Apostolicam Actuositatem 31 (AA) dan Inter Merifica 15 (IM). Selebihnya sebutan itu
muncul kembali dalam surat Apostolik Octogesima Adveniens no. 1.4.42.

Sebagai alternatif untuk istilah “ajaran sosial Gereja” digunakan istilah “pemikiran sosial
kristiani”, “pengajaran sosial Gereja”, “magisterium sosial”. Kemudian, setelah pidato Yohanes
Paulus II dalam Sinode III Uskup Amerika Latin di Puebla tahun 1979, sebutan “Ajaran Sosial
Gereja” digunakan secara resmi dan tidak lagi dapat ditolak.
Kata sosial sebagai kata sifat dalam frase “ajaran sosial Gereja” mempunyai arti jamak sesuai
dengan konteks dan maksud pemakaiannya: pada waktu tertentu artinya lebih mengacu ke
ekonomi tetapi kemudian meluas mencakup semua saja yang berkaitan dengan relasi antara
pribadi dan relasi sosial-politik dalam keseluruhan masyarakat.

Istilah “ajaran sosial Gereja”, mendapat macam-macam interpretasi. Ada dua makna yang
dimaksudkan dengan apa yang disebut ”ajaran sosial Gereja”:

 “Ajaran sosial Gereja” adalah keseluruhan ajaran Gereja pada masa modern (XIX-XX)
yang berkaitan dengan masalah-masalah pengaturan kehidupan sosial (ekonomi, politik,
budaya, dll). Ajaran sosial Gereja mencakup ajaran sosial Para Paus sejak Leo XIII
terutama dalam ensiklik-ensiklik (RN, QA, MM PT, PP, LE, SRS dan CA), juga pidato
Pius XII dan Surat Apostolik OA. Termasuk dalam daftar ini adalah Gaudium et Spes.
Pengertian yang lain lebih luas adalah: “Ajaran sosial Gereja” mencakup surat Uskup
(pribadi, konferensi Uskup, Sinode, Konferensi Regional seperti Medellin, Puebla, San
Dominggo, Surat Para Uskup USA, dll). Juga termasuk karya (yang disajikan) para
teolog yang menganalisa dan mensistematisasi ajaran magisterium mengenai realitas
sosial.
 Di lain pihak “ajaran sosial Gereja” dimaksudkan sebagai suatu dinamika atau kekuatan
yang muncul dari iman kristiani yang dapat menerangi dan mengubah realitas sosial
setiap masa dan di setiap situasi. Jadi “ajaran sosial Gereja” lebih merupakan suatu
dinamika iman dari pada ajaran formal; lebih sebagai suatu tuntutan ortodoxia dan
ortopraksis daripada suatu ajaran magisterium; lebih sebagai satu logika kehidupan dari
pada suatu argumen doktrinal. “Ajaran sosial Gereja” lebih dimaksudkan seperti itu,
karena itu bukanlah suatu “corpus” ajaran, tetapi lebih sebagai suatu refleksi iman di
hadapan problematika sosial; bukan ajaran resmi atau dari hirarki, tetapi lebih sebagai
wacana teologis dari jemaat beriman.

Dokumen-Dokumen Ajaran Sosial Gereja

Kendati dalam pengertian kedua di atas – ASG sebagai refleksi iman umat beriman di hadapan
situasi nyata – umumnya dipahami bahwa ASG adalah ajaran formal magisterium dalam bentuk
ensiklik, surat apostolik, siaran Radio dan hasil sinode. Sehingga kalau menyebut ASG maka
dokumen-dokujmen itulah yang dimaksudkan.

Dokumen-dokumen sosial utama dari para Paus dan Vatikan II yang amat terkenal adalah:

1. Rerum Novarum dari Leo XIII : “dikeluarkan 15 Mei 1891, merupakan salah satu
karya/dokumen terkenal dalam Gereja. Lima Paus sesudahnya terus menerus
memperingati dokumen tersebut: Pius XI tahun 1931 dengan ensiklik QA; Pius XII
dengan pidato Penetekosta tahun 1941; Yohanes XXIII 1961 dengan MM; Paulus VI
tahun 1971 dengan OA; Yohanes Paulus II dengan CA 1991. “Pengumuman RN 15 Mei
1891, menandai momentum penting tidak saja dalam dunia perburuhan, tetapi juga dalam
Gereja serta dalam sejarah kemanusiaan. Tanpa berlebihan, boleh dikatakan bahwa
sesudah Trente hanya sedikit momentum yang penting dalam Gereja sampai munculnya
Rerum Novarum.
2. Quadragesimo Anno dari Pius XI tahun 1931: Pius XI adalah penerus setia dari Leo
XIII yang mempunyai inisiatif meneruskan dan mengaktualkan RN pada masanya dengan
menerbitkan ensiklik sebagai kenangan 40 tahun RN.
3. Pius XII, juga mengajarkan banyak hal berkaitan dengan “ajaran sosial Gereja”, dalam
kotbah Pentekosta tahun 1941 sebagai kenangan 50 tahun RN.
4. Mater et Magistra dari Yohanes XXIII tahun 1961: untuk memperingati 70 tahun RN;
5. Pacem in Terris dari Yohanes XXIII, 1963.
6. Populorum Progressio tahun Paulus VI 1967;
7. Surat Apostolik Octogesima Adveniens Paulus VI 1971.
8. Konstitusi Pastoral GS, Konsili Vatikan II, 1965.
9. Laborem Exercens 1981 Yohanes Paulus II tentang kerja manusia;
10. Sollicitudo Rei Socialis 1987 Yohanes Paulus II untuk memperingati 20 tahun
Populorum Progressio; dan
11. Centesimus Annus 1991 Yohanes Paulus II berbicara tentang problem sosial
kontemporer dan mengenang 100 tahun RN.

Bagaimana memamahi dokumen-dokumen itu?

Untuk menggali isi dari dokumen-dokumen sosial para Paus dan Vatikan II perlulah
ajaran/pandangan dalam dokumen-dokumen itu ditempatkan dalam konteks historis dan
ideologisnya.

Perlu memiliki pengetahuan yang memadai tentang gerakan-gerakan baik dalam dunia Kristen
maupun di luarnya yang ingin ditanggapi oleh Paus. Misalnya, RN perlu ditafsirkan dalam
konteks gerakan sosial, baik kristiani maupun non kristiani, dari abad XIX.

Ajaran-ajaran sosial para Paus sulit dipahami bila tidak mencermati situasi konkret dari problem
yang ditanggapi mereka dalam ajarannya dari sudut pandangan Kristiani. Pengetahuan tentang
situasi konkret itu merupakan syarat mutlak untuk melengkapi penafsiran otentik terhadap
Magisterium Gereja.

Meskipun kita dapat membuat sintesa dari ajaran sosial para Paus, bagaimanapun juga perlu
memperhatikan ciri khas atau konteks historis (yang terbatas dan parsial) dari setiap dokumen,
demikian juga perkembangan tema-tema dalam dokumen tersebut. Hanya dengan itu kita dapat
membuat suatu sintesa dari keseluruhan ajaran Paus. Sintesa tersebut dapat dicapai melalui
proses berikut:

1. menemukan isi dari setiap dokumen.


2. Menemukan pokok-pokok utama dan yang berkaitan dari dokumen-dokumen itu
3. Sistematisasi seluruh isi dokumen-dokumen dalam sitensa yang teratur.

Makna teologis-eklesial Ajaran Sosial Gereja

Ajaran sosial Gereja mengandung di dalamnya makna “teologis” dan “gerejani”. Secara sintesis
makna tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Ajaran sosial Gereja adalah peristiwa gerejani

Ajaran sosial Gereja tidak cuma berisi rumusan moral. Ajaran sosial Gereja adalah peristiwa
Gerejani dan merupakan peristiwa-peristiwa dalam Gereja dan yang ditanggapi oleh Gereja
dalam dua abad terakhir. Dalam kejadian-kejadian itu Gereja menyatakan dan membangun
model serta ajarannya. Dalam ajaran sosialnya klita menemukan: (1). Gereja cenderung
mengidentifikasikan diri dengan hirarki atau mereepresentasi diri melalui hirarki, lebih khusus
lagi Paus, yang menyampaikan pandangan dan ajaran sosialnya. (2) Gereja yang dengan
kekuatannya mempunyai pengaruh moral memproklamasikan nilai-nilai martabat manusia. (3).
Gereja yang membela hak orang lemah dan pada saat yang sama juga menampilkan diri sebagai
penentu tatanan sosial.

Ajaran sosial Gereja: kebutuhan teologis-moral.

Ajaran sosial Gereja terbingkai dalam suatu “kebutuhan teologis Gereja”, maksudnya bahwa
dalam menanggapi persoalan sosial Gereja menyampaikan pandangan serta ajarannya yang
bersumber pada wahyu dan tradisi. Meskipun, sebagai kegiatan magisterial, ajaran sosial Gereja
adalah bagian dari pelayanan pastoral. Ajaran sosial Gereja adalah bentuk pelayanan pastoral
Gereja kepada dunia, walaupun dalam struktur isinya terkandung pandangan teologis-moral.
Dalam Ajaran sosial Gereja kita menemukan: (1). suatu refleksi teologis, yang merupakan
paduan dari iman dan pengetahuan manusia. (2) Ajaran moral yang mengacu kepada nilai
universal, (3) Sehingga ajaran sosial gereja termasuk ke dalam teologi moral, tepatnya moral
sosial.

Ajaran sosial Gereja merupakan aplikasi teologi moral dalam bidang sosial.

Ajaran sosial Gereja merupakan bagian teologi moral, tetapi seperti sudah dikatakan di atas, juga
merupakan suatu peristiwa Gerejani, sehingga tidak terlepas dari pokok-pokok berikut:

dimensi magisterial : dalam ajaran sosial gereja ditampilkan dimensi magisterial dari hirarki.
ASG adalah aplikasi kuasa mengajar Gereja. Terkait dengan kekatolikan: ajaran sosial gereja
menjalankan suatu fungsi memadukan, memberdayakan dan mengarahkan kekuatan sosial dari
gereja Katolik. Ajaran sosial Gereja dapat merupakan pembenaran atau penolakan terhadap opsi
sosial global (mis. kapitalisme, sosialisme, dllsb).

Unsur-unsur Positif

Ajaran sosial Gereja tampil sebagai oase atau wilayah hijau di tengah padang gurun teologi
moral kasuistik dan neoscolastik. Ajaran sosial Gereja adalah penerus dari ajaran klasik tentang :
keadilan dan hukum.

Ada begitu banyak hal yang ditampilkan dalam ajaran sosial Gereja sejak abad XIX sampai
Vatikan II. Ajaran Sosial Gereja memperlihatkan :

(1) orang-orang Katolik mulai terlibat dalam pelayanan terhadap kemanusiaan;


(2) upaya serius dari suatu refleksi teologis secara interdisipliner;

(3) teologi di tempatkan ke dalam realitas dan dalam refleksinya menerima rasionalitas yang ada
dalam pengetahuan manusia baik dalam ilmu maupun teknik;

(4) ajaran sosial Gereja bukanlah hal abstrak dan a-temporal, sebaliknya menyentuh problem
nyata dalam realitas historis dan konkret;

(5) ajaran sosial Gereja memulai suatu tradisi teologi-moral yang memberikan sumbangan besar
terhadap setudi demi melengkapi warisan pemikiran teologis moral kristiani;

(6) ajaran sosial Gereja memberikan kontribusi bagi pembangunan struktur


demokratis; pembangunan kembali dimensi spiritual-demokratis pada republik federasi Jerman
setelah PD II; khususnya dalam teologi Jerman nampak jelas pengaruh dari ajaran sosial Gereja.
Demikina juga teologi-teologi pembebasan dan kontekstual merupakan aplikasi ajaran sosial
Gereja dalam konteks dan situasi komunitas masyarakat tertentu.

Anda mungkin juga menyukai