Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KATEKESE REMAJA

DISUSUN OLEH

AYUNI
KATA PENGANTAR

Segala puji saya panjatkan atas berkah rahmat yang di berikan Allah kepada kami, sehingga kami

dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik tanpa ada halangan yang berarti.

Makalah ini di susun dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan

Kewarganegaraan. Terciptanya makalah ini, tidak hanya hasil dari kerja keras kami, melainkan banyak

pihak-pihak yang memberikan dorongan-dorongan motivasi. Sekali lagi kami mengucapkan banyak

terimakasih atas terselesainya makalah ini.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesan sempurna. Untuk itu

mohon kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki makalah ini di waktu mendatang.

Pontianak, November 2020

Peyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
Latar Belakang ............................................................................................... 1
Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
Tujuan ............................................................................................... 1
BAB II KATEKESE KONSTEKTUAL ....................................................................... 2
Pengertian Katekese ............................................................................................... 2
Katekese Konstektual ............................................................................................... 2
Metode Katekese ............................................................................................... 3
BAB III PENUTUP ............................................................................................... 7
Kesimpulan ............................................................................................... 7
BAB I
PENDAHULUAN

1.    Latar Belakang
Dewasa ini dunia memasuki zaman baru yakni zaman globalisasi. Hal ini dapat dilihat dari
semakin canggihnya alat-alat teknologi dan tranportasi. Akibatnya orang-orang dapat dengan mudah
saling berelasi dengan yang lain. Hal ini memberi keuntungan bagi para para pengusaha maupun
perusahaan. Kini jumlah pengangguran semakin banyak, anak-anak kecil dari keluarga yang kurang
mampu semakin sulit untuk mendapatkan kesempatan pendidikan, dan lowongan pekerjaan terbatas
hanya bagi orang-orang yang memiliki kualitas tertentu saja, serta penderitaan semakin bertambah
ketika bencana alam terjadi dimana-mana.
Hal seperti itu merupakan sebuah gambaran tantangan yang harus dihadapi dalam katekese.
Orang kini tidak membutuhkan banyak diskusi atau obrolan-obrolan yang kurang memberikan
keuntungan material bagi dirinya. Katekese yang banyak membicarakan hal-hal ilahi dirasa tidak dapat
menjawab kebutuhan umat secara langsung, bahkan katekese hanya dianggap sebagai obrolan kosong
yang tidak memberikan apa-apa bagi kelangsungan hidup mereka. Dari hal ini, kita memiliki sebuah
gambaran bahwa katekese tetap menjadi salah satu langkah untuk pewartaan injil. Namun katekese
tesebut membutuhkan sebuah metode dan model yang tepat agar mampu menanggapi kebutuhan umat.
Dengan demikian, penyelenggaraan katekese dengan metode dan model yang tepat selalu memiliki
harapan yang besar kearah katekese kontekstual sehingga mampu memenuhi kebutuhan umat.

2.    Rumusan Masalah
1.       Apa pengertian katekese?
       

2.       Apa itu katekese kontekstual?


       

3.       Metode apa yang bisa digunakan dalam katekese kontekstual?


       

4.       Model apa yang bisa digunakan dalam katekese kontekstual?


       

3.    Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang katekese, katekese konstektual
dengan metode dan model yang dapat digunakan dalam karya pewartaan Injil kepada sesama. Dengan
adanya makalah ini, diharapkan kita sebagai anggota Gereja semakin bersemangat untuk melanjutkan
karya perutusan dari Yesus, yakni untuk mewartakan Injil kepada sesama. 
BAB II
KATEKESE KONSTEKTUAL DENGAN METODE
DAN MODEL YANG TEPAT

1.    Pengertian Katekese
Katekese berasal dari kata Yunani Katechein. Bentukan dari kat yang berarti pergi atau meluas,
dan dari kata Echo yang berarti menggemakan atau menyuarakan keluar. Kata ini mengandung dua
pengertian. Pertama, katechein berarti pewartaan yang sedang disampaikan atau diwartakan. Kedua,
katechein berarti ajaran dari para pemimpin. Istilah katechein yang banyak digunakan secara umum
lama kelamaan diambil alih oleh orang-orang kristen. Mereka menjadikan istilah tersebut sebagai
kerangka dalam bidang pewartaan Gereja, yakni mewartakan Kristus.
Dalam ajaran apostolik Catechesi Tradendae, Paus Yohanes Paulus II menegaskan bahwa,
katekese ialah pembinaan anak- anak, kaum muda, dan orang- orang dewasa dalam iman, yang
khususnya mencakup penyampaian ajaran kristen, yang pada umumnya diberikan secara organis dan
sistematis, dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup kristen (Catechesi
Tradedae 18). Dengan kata lain, katekese adalah usaha- usaha dari pihak Gereja untuk menolong  umat
agar semakin memahami, menghayati, dan mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari- hari. Di
dalamnya terdapat unsur pewartaan, pengajaran, pendidikan, pendalaman, pembinaan, pengukuhan
serta pendewasaan. Metode yang sesuai perlu dicarikan agar katekese dalam ragam bentuknya
beragama hati pendengar dan berbuah nyata.

2.    Katekese Kontekstual
Orang katolik mengenal Yesus Kristus karena salah satunya yakni, mendengar pewartaan dari
orang lain yang bersumber dari injil. Melalui pewartaan, manusia mendapat kebenaran iman yaitu
bahwa Allah menjadi manusia, dan manusia menjadi umat Allah. Iman menjadi dasar keselamatan
manusia. Dengan iman manusia menjawab tawaran keselamatan yang Allah berikan. Iman menduduki
posisi sentral dalam hidup manusia. Oleh karena itu, arah pewartaan Gereja ialah mengikuti Yesus
Kristus mewartakan kerajaan Allah.
Katekese kontekstual yang bertujuan membina iman yang terlibat dalam masyarakat telah sekian
lama menjadi pembicaraan dan selalu diupayakan dalam setiap kegiatan kateketis. Secara umum
pembicaraan tersebut selalu mengarah pada keterpaduan pendapat bahwa katekese kontekstual tidak
bisa melepaskan diri dari cara dan model katekese yang dilakukan oleh Yesus Kristus. Dalam
kehidupan sehari-hari tentunya kita pernah mendengar tentang katekese kontekstual. Namun yang
menjadi pertanyaannya ialah apa itu katekese kontekstual? Katekese kontekstual bukanlah hal baru
yang mau menggusur katekese yang sudah dihidupi sampai sekarang, yakni katekese umat. Sebaliknya
bahwa katekese kontekstual berusaha untuk menyempurnakan katekese sebelumnya agar semakin
dihidupi dan semakin menjawab kebutuhan umat.
Katekese kontekstual merupakan suatu cara baru agar sebuah katekese sungguh sesuai dengan
konteks umat. Maksudnya ialah supaya katekese dapat relevan sesuai dengan situasi yang dihadapi
umat. Dalam hal ini, tentunya setiap umat memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Sehingga katekese
juga harus bisa mengerti situasi yang dihadapi oleh umat tersebut. Maka dibutuhkan suatu katekese
yang bisa menjawabi kebutuhan umat tersebut. Katekese kontekstual adalah sebuah aktivitas
mewartakan sabda Alah dalam ruang lingkup dimana memungkinkan iman itu tumbuh dan
berkembang yang dilaksanakan secara kontekstual yakni sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi
saat ini dan sesuai pula dengan kebutuhan umat saat ini. Dari pengertian ini, menjadi jelas bahwa
katekese kontekstual tidak bisa dilepaskan dari situasi konkrit yang sedang terjadi dalam hidup umat.
Situasi tersebut memungkinkan untuk terjadinya katekese supaya umat semakin menyadari iman
mereka kepada Allah.

3.    Metode Katekese
Dalam proses katekese tentunya diperlukan suatu metode yang tepat. Metode ini membantu agar
katekese dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Metode merupakan cara
atau strategi yang digunakan untuk mencapai hasil atau tujuan tertentu. Dalam hal ini metode menjadi
faktor penting dalam proses katekese. Dengan metode yang tepat tentunya dapat mempermudah
pelaksanaan dan katekese dapat berjalan dengan baik. Dengan harapan supaya tujuan dapat mencapai
hasil yang baik.
Saat berkatekese banyak hal yang tidak terduga. Hal ini dipengaruhi oleh faktor situasi setempat.
Mungkin kita telah membuat bahan rancangan katekese dengan baik. Namun dalam prakteknya
terkadang tidak sesuai dengan rancangan tersebut. Oleh karena itu, proses berkatekese memerlukan
suatu metode yang pas agar dapat berlangsung dengan baik dan memperoleh hasil yang baik pula.
Namun yang menjadi pertanyaan ialah metode seperti apa yang dapat digunakan dalam berkatekese?
Tentunya banyak metode yang bisa digunakan. Metode-metode tersebut dapat digunakan secara
maksimal. Namun semuanya itu juga dipengaruhi oleh faktor diri fasilitator dalam melaksanakan
katekese dan juga dipengaruhi oleh keadaan sekitar. Salah satu metode yang bisa digunakan dalam
proses katekese yakni metode mengagali pengalaman.

3.1    Contoh Metode Katekese (Metode Menggali Pengalaman)


Turut mengalami apa yang dialami oleh orang lain atau menggali sesuatu secara pribadi, manusia
mampu sampai pada tingkatan dengan Yang Ilahi. Wahyu Allah sendiri ditawarkan kepada manusia
dengan cara tertentu sehingga dapat dialami dan caranya dengan khotbah dan pengajaran agama.
Khotbah dan pengajaran agama sebaiknya berhubungan dengan pengalaman sehari-hari, berdaya
memukau, dan menyentuh hati pendengar. Prinsip dari metode menggali pengalaman ini adalah bila
mewartakan sesuatu bertitik tolak dari pengalaman peserta, atau bila mengisahkan sesuatu atau
seseorang, lukiskanlah aspek-aspek psikologis yang dikandung di dalamnya sehingga pendengar turut
merasakan suka-duka, perjuangan, dan jerih payah. Dengan metode ini peserta diajak untuk mengalami
dan lebih aktif bukan untuk mengetahui.
1. Seluk-Beluk Pengalaman
            Pengalaman termasuk pengetahuan, namun bukan berkat daya nalar namun karena kontak
langsung, intuitif, dan afektif dengan dunia. Kontak itu membuat orang tersentuh. Pengalaman berarti
pertemuan original dan pertama antara seseorang dengan objek tertentu, suatu pertemuan yang
menyentuh batin.
2. Pengalaman Religius
            Dengan adanya pengalaman religius, terjadi hubungan yang hidup antara pribadi seseorang
dengan imannya. Berkat pengalaman religius inilah, pengalaman iman beralih ke tahap penghayatan
iman. Dengan demikian terjadi suatu proses dari tahap mengetahui ke tahap meyambut dan mengakui
iman secara pribadi. Pewartaan hendaknya mampu menyentuh hati, menggugah perasaan, tidak hanya
menambah informasi. Untuk itu pengajaran agama haruslah konkret dan berkisar pada jangkauan
pengalaman peserta agar memungkinkan terjadinya pertemuan dengan kenyataan religius.

3.2    Langkah-Langkah Metode Menggali Pengalaman


Dalam metode ini terdapat beberapa langkah dalam menggali pengalaman. Langkah-langkah tersebut,
yakni:
o    Bertitik tolak pada pengalaman peserta
Misalnya saja bila hendak berbicara tentang Allah yang Mahabaik, pertama-tama hidupkan
terlebih dahulu pengalaman yang dimilki peserta dalam hal hubungannya dengan ayahnya di rumah,
kemudian menjelaskan arti kata Bapa.
o    Membangkitkan pengalaman religius
Pengalaman religius akan semakin mendalam bila pengalaman sehari-hari kembali dibangkitkan
dengan wahyu. Pengalaman religius pendengar timbul berkat contoh iman yang hidup entah dari guru,
orang tua, atau kisah dari orang-orang kudus.
o    Meresapkan pengalaman religius
Bila peserta telah sampai pada pertemuan pribadi dengan Yang Ilahi, masih perlu diusahakan
agar pengalaman itu lebih diresapkan. Perwujudannya dengan cara doa, renungan, atau lagu. Dengan
demikian pengetahuan iman akan lebih meresapi batin terdalam.

4.    Model Katekese
Banyak orang yang menganggap bahwa berkatekese merupakan hal yang sulit.   Kesulitan
tersebut ditemukan ketika mereka sulit untuk mengolah atau mengkemas katekese dengan baik.
Meskipun telah dipersiapkan dengan matang, namun dalam prakteknya juga banyak mengalami
kendala atau kesulitan yang merintangi dalam proses katekese. Misalnya saja, umat menjadi ngantuk,
merasa bosan dengan katekese kita, tujuan yang telah direncanakan tidak tercapai dan seterusnya.
Dalam hal ini dibutuhkan suatu model katekese yang tepat. Ketepatan model katekese bisa memiliki
pengaruh dalam prakteknya. Namun tidak bisa dipungkiri juga pengaruh bagaimana seseorang dalam
membawakan katekese tertentu.
Banyak sekali model-model katekese yang bisa digunakan dalam menyelenggarakan katekese.
Namun dengan adanya berbagai model tersebut bermaksud agar dapat dipilih salah-satu model yang
relevan dengan situasi umat dan mampu memperkembangkan iman umat. Salah satu model katekese
yang dapat digunakan dalam menyelenggarakan katekese yakni dengan model SCP (Shared Christian
Praxis).
SCP adalah model katekese yang lebih mengangkat pengalaman hidup peserta. Peserta dilibatkan
secara aktif untuk mengungkapkan pengalaman hidupnya, kemudian diajak untuk berefleksi, hingga
menemukan suatu aksi konkrit sebagai wujud dari perubahan sikapnya. Di tengah kehidupan yang
serba sulit di jaman sekarang ini umat memiliki banyak harapan dan kerinduan, bahkan umat semakin
sulit menemukan makna dalam kehidupannya. SCP merupakan model katekese yang sangat relevan
untuk membantu umat menghayati imannya di jaman sekarang ini. Melalui SCP umat dapat
mengungkapkan harapan dan kerinduan mereka. Melalui SCP umat diajak untuk merubah hidupnya
untuk lebih baik dengan melakukan aksi-aksi konkrit yang ditemukan dalam refleksi atas
kehidupannya. SCP merupakan model katekese yang kontekstual yaitu mampu mempertemukan
pergulatan hidup umat dengan kekayaan iman Gereja, sehingga selain iman umat semakin
diperkembangkan, umat juga menemukan semangat dan usaha untuk hidup jauh lebih baik lagi.
Langkah-langkah proses katekese dengan model SCP yakni:
1.    Pengungkapan Praksis Faktual
Dilangkah ini peserta diajak untuk mengungkapkan pengalaman hidup mereka yang memiliki
hubungan dengan tema yang dibahas. Pemandu memberikan sebuah pertanyaan terbuka kepada peserta
agar dapat menceritakan pengalaman hidup mereka, misalnya dengan menggunakan kata
“Ceritakanlah”.
2.    Refleksi Kritis terhadap Praksis Faktual
Dilangkah ini peserta diajak untuk merefleksikan pengalaman hidup mereka. Pemandu bisa
memberikan pertanyaan 5W1H.
3.    Megusahakan supaya Tradisi dan Visi Kristani menjadi Terjangka
Peserta diberi perikop bacaan Kitab Suci sesuai dengan tema. Kemudian pemandu memulai
pengajarannya, sebab dilangkah ini peran pemandu menjadi sangat dominan.
4.    Interpretasi Dialektis antara Tradisi dan Visi Peserta dengan Tradisi dan Visi Kristiani
Dilangkah ini, peserta diajak untuk mengkomunikasikan antara Tradisi dan Visi mereka dengan
Tradisi dan Visi Kristiani.
5.    Keputusan Konkret demi makin Terwujudnya Nilai-nilai Kerajaan Allah.
Peserta diajak untuk membuat aksi baru dalam hidupnya sesuai dengan niat atau visi peserta untuk
mewujudkan nilai Kerajaan Allah bagi kehidupan sehari-hari.

5.    Relevansi
5.1    Bagi Calon Katekis
Calon katekis merupakan masa depan Gereja. Mungkin kalimat ini memiliki kebenaran juga
sebab mereka secara pribadi dipanggil untuk mempersiapkan diri dalam tugas pelayanan pewartaan
Injil kepada sesama. Hal ini berarti bahwa mereka memiliki peranan penting bagi kehidupan Gereja.
Salah satunya ialah sebagai generasi penerus pewartaan Injil. Sebagai calon katekis tentunya memiliki
banyak rintangan yang harus dihadapi. Salah satunya ialah masa pendidikannya. Banyak tuntutan yang
harus diterimanya, meskipun terkadang tidak sesuai dengan kemampuan calon katekis. Dan salah satu
tugas yang harus dipersiapkan dengan baik ialah berkatekese. Katekese menjadi salah satu usaha
pewartaan injil kepada umat. Sehingga calon katekis harus benar-benar belajar dengan baik sebab
berkatekese menjadi salah satu tugasnya.
Dalam hal ini metode dan model katekese yang dibahas dalam makalah ini memiliki peranan
yang baik, khususnya bagi mereka untuk mempersiapkan diri dalam berkatekese secara kontekstual.
Selain itu melalui makalah ini calon katekis diberi pengetahuan dan pembelajaran yang baru dalam
memahami dan mempersiapkan proses katekese. Metode dan model katekese yang dibahas dalam
makalah ini merupakan suatu proses belajar bagi calon katekis sebagai bekal persiapan sebelum
berproses daam katekese. Mereka mendapat pengetahuan baru mengenai metode dan model katekese
yang bisa digunakan untuk menyelenggarakan katekese. Walaupun tidak dipungkir juga masih banyak
metode dan model katekese yang bisa digunakan oleh calon katekis sesuai dengan kemampuannya.
Namun salah satu metode dan model katekese yang dibahas disini setidaknya memberi pengetahuan
dan gambaran yang bisa digunakan oleh calon katekis dalam persiapan untuk menyelenggarakan
katekese.

5.2    Bagi Umat
Umat saat ini banyak mengalami perkembangan yang baik. Perkembangannya dapat dilihat dari
faktor mulai banyaknya kesadaran umat untuk terlibat aktif dalam kehidupan Gereja. Salah satu hal
yang bisa dilakukan oleh umat ialah dengan ikut aktif juga dalam pewartaan Sabda Allah. Misalnya
saja melalui katekese (Jika umat memiliki kemampuan untuk berkatekese).  Meskipun demikian, tidak
bisa dipungkiri juga bahwa masih ada umat yang rendah kesadarannya untuk aktif dalm hidup
menggereja. Namun kita tidak bisa memaksa kehendak umat, sebab mereka juga memiliki keyakinan
pribadi yang secara khusus dalam relasinya dengan Tuhan.
Dengan adanya metode dan model yang dibahas dalam makalah ini, setidaknya memberi
gambaran kepada umat bahwa katekese memiliki berbagai macam metode dan model yang bisa
digunakan dalam menyelenggarakan katekese. Sehingga umat memiliki gambaran mengenai katekese
sebagai usaha pewartaan Injil. Dengan demikian, umat yang memiliki kemampuan untuk berkatekese
bisa menggunakan metode dan model yang dibahas dalam makalah ini. Meskipun umat juga bisa
menggunakan metode dan model lainnya yang bisa digunakan. Selain itu, umat juga diajak supaya
dalam suatu proses katekese tidak hanya sekedar hadir, namun juga mengerti mengenai metode dan
model yang digunakan serta umat dapat mengikuti proses katekese secara aktif dan baik.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
   Dewasa ini, Gereja mengalami perkembangan yang baik. Banyak umat yang mulai terlibat
aktif dalam menggereja. Salah satu faktor penyebabnya ialah melalui katekese. Katekese menjadi salah
satu penentu keberhasilan Gereja dalam perkembangan anggotanya. Tidak dapat dipungkiri bahwa
katekese menjadi salah satu sarana bagi kita untuk karya pewartaan kepada sesama. Katekese
merupakan sebuah aktivitas mewartakan sabda Alah dalam ruang lingkup dimana memungkinkan
iman itu tumbuh dan berkembang yang dilaksanakan secara kontekstual yakni sesuai dengan
kebutuhan situasi dan kondisi saat ini dan sesuai pula dengan kebutuhan umat saat ini.
Dalam proses berkatekese banyak mengalami rintangan. Meskipun kita telah membuat suatu
rancangan katekese, namun dalam prakteknya terkadang tidak sesuai dengan rancangan tersebut.
Sehingga dalam proses katekese dibutuhkan sutau metode dan model yang tepat supaya katekese
benat-benar menjadi kontekstual sekali dan sesuai dengan kebutuhan dan harapan umat. Salah satu
metode yang bisa digunakan ialah metode menggali pengalaman. Dan model yang juga bisa digunakan
dalam berkatekese ialah model SCP (Shared Christian Praxis). Harapannya ialah dengan metode dan
model ini, maka katekese yang kita selenggarakan menjadi katekese yang kontekstual sesuai dengan
harapan kita untuk semakin bersatu dengan Allah.
DAFTAR PUSTAKA

Groome, Thomas H. 1997. Shared Christian Praxis. Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Kateketik Puskat


Huber. TH.1981. Katekese Umat. Yogyakarta: Kanisius
Papo, Jakob. 1985 Memahami Katekese.  Ende: Nusa Indah

Anda mungkin juga menyukai