Anda di halaman 1dari 13

MATA KULIAH PEMBINAAN WARGA GEREJA

DOSEN PENGAMPU Ms. Novi Kristiani Tahalele, S.Pd.K., M.Pd.

FILSAFAT PEMBINAAN WARGA GEREJA

Disusun oleh kelompok Abraham :

NAMA NIM

Agung Benu

Albert Wadu 2001016

Amos Muloko 2001017

Darmi Kasih 2201015

Ida D. Tafuli 2001019

Masto Fay 2201017

Riska Amelia Howan 2201012

Rully Daniel Takaonselang 2201011


Kata pengantar
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas kasih dan penyertaan-Nya, kelompok dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Filsafat Pembinaan Warga Gereja" dengan
tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Pembinaan Warga Gereja. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang bagaimana seorang pembina memiliki
pengetahuan yang baik tentang filsafat pembinaan jemaat dalam mebina warga gereja bagi
para pembaca dan juga bagi kelompok.

Kelompok mengucapkan terima kasih kepada Ms. Novi Kristiani Tahalele, S.Pd.K., M.Pd.
selaku dosen pengampuh mata kuliah PEMBINAAN WARGA GEREJA.

Kelompok menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Daftar Isi
Kata pengantar.......................................................................................................................................2
Daftar Isi................................................................................................................................................3
BAB 1...................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Latar belakang...........................................................................................................................4
B. Pembatasan Masalah..................................................................................................................4
BAB 2...................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
A. Pengertian Filsafat Pembinaan Warga Gereja............................................................................6
B. Konsep Filsafat Pembinaan Warga Gereja.................................................................................6
C. Aspek Filsafat Pembinaan Warga Gereja...................................................................................7
D. Prinsip Dasar Filsafat Pembinaan Warga Gereja.......................................................................8
E. Kerengka Filsafat Pembinaan Warga Gereja.............................................................................9
BAB 3..................................................................................................................................................11
PENUTUP...........................................................................................................................................11
A. Kesimpulan..............................................................................................................................11
B. Saran........................................................................................................................................11
Daftar Pustaka.....................................................................................................................................12
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Filsafat pembinaan warga gereja berasal dari pemahaman bahwa
gereja tidak hanya sekadar sebuah institusi atau tempat ibadah, tetapi juga
komunitas orang percaya yang bertumbuh dan berkembang dalam iman dan
kepercayaan kepada Tuhan. Pembinaan warga gereja bertujuan untuk
memperkuat dan memperdalam iman serta meningkatkan kemampuan dan
keaktifan dalam pelayanan gereja.
Filsafat pembinaan warga gereja juga dipengaruhi oleh pandangan
bahwa keberhasilan gereja tidak hanya tergantung pada kualitas pelayanan
para pemimpin gereja, tetapi juga pada partisipasi dan kontribusi dari seluruh
anggota jemaat. Oleh karena itu, pembinaan warga gereja perlu dilakukan
secara holistik dan berkelanjutan, meliputi aspek-aspek spiritual, moral,
sosial, dan intelektual.
Menurut Purim Marbun dalam bukunya yang berjudul Filsafat
Pendidikan (2014:16) mengatakan bahwa Pembinaan jemaat di Gereja lokal
sangat ditentukan oleh filsafat yang digunakan sebagai landasannya.
Landasan filsafat harus dimaknai sebagai hal yang fundemental dalam
pembinaan Jemaat. Marbun (2014) berpendapat bahwa, filsafat pembinaan
jemaat adalah pemahaman bahwa gereja harus menjadi tempat di mana
orang-orang dapat bertumbuh dan berkembang secara rohani, moral, dan
sosial1.

B. Pembatasan Masalah
Batasan-batasan masalah pada penyusunan paper ini adalah sebagai berikut:
1. Pengertian Filsafat Pembinaan Warga Gereja
2. Konsep Filsafat Pembinaan Warga Gereja
3. Aspek Filsafat Pembinaan Warga Gereja
4. Prinsip Dasar Filsafat Pembinaan Warga Gereja
5. Kerengka Filsafat Pembinaan Warga Gereja
1
Marbun, Purim. Pembinaan Jemaat. (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2015), hlm 16.
C. Tujuan Penulisan
1. Mendeskripsikan filsafat pembinaan warga Gereja
2. Salah satu tugas atau syarat yang diberikan oleh dosen pengampu mata
kuliah Pwmbinaan Warga Gereja
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Pembinaan Warga Gereja


filsafat pembinaan warga gereja adalah suatu konsep atau pendekatan dalam
pembinaan jemaat yang didasarkan pada nilai-nilai dan prinsip-prinsip filosofis, yang
bertujuan untuk memperkuat dan membangun kualitas iman dan karakter para warga
gereja. Filsafat pembinaan warga gereja meliputi pemahaman mengenai konsep dasar
gereja, ajaran Alkitab, pengembangan karakter, pemberdayaan pelayanan,
pengembangan kepemimpinan yang berkualitas, serta lingkungan persekutuan yang
sehat dan erat antar warga gereja.

Dalam konteks pembinaan warga gereja, filsafat pembinaan warga gereja


menjadi dasar dalam merancang program-program pembinaan, strategi, dan metode
yang efektif untuk memperkuat dan membangun kualitas iman dan karakter para
warga gereja. Filsafat ini berkaitan dengan cara-cara untuk membantu individu agar
dapat tumbuh dalam iman dan mencapai kesempurnaan sebagai anggota Gereja2.

B. Konsep Filsafat Pembinaan Warga Gereja


1. Pembinaan warga gereja harus berbasis pada Alkitab, yaitu dengan mengajarkan
dan menerapkan ajaran Alkitab secara benar dan relevan dalam kehidupan sehari-
hari.
2. Pembinaan warga gereja harus meliputi pengembangan karakter yang baik, yaitu
dengan membantu warga gereja untuk mengembangkan sikap-sikap yang sesuai
dengan ajaran Alkitab, seperti kasih, kerendahan hati, ketekunan, kejujuran,
kesetiaan, dan sebagainya.
3. Pembinaan warga gereja harus memberikan peluang dan dukungan untuk
pelayanan, yaitu dengan memfasilitasi warga gereja untuk menemukan pelayanan
yang sesuai dengan karunia dan bakat yang dimiliki.
4. Pembinaan warga gereja harus mengembangkan kepemimpinan yang berkualitas,
yaitu dengan mempersiapkan dan membina para pemimpin gereja, baik pemimpin

2
Marbun, Purim. Pembinaan Jemaat. (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2015)
yang berada di dalam struktur gereja maupun pemimpin yang berada di luar
struktur gereja.
5. Pembinaan warga gereja harus mengembangkan persekutuan antar warga gereja
yang sehat dan erat, yaitu dengan menciptakan lingkungan yang aman, hangat,
dan terbuka bagi semua warga gereja, serta mengupayakan hubungan yang erat
antar warga gereja.
6. Pembinaan warga gereja harus dilakukan secara personal dan terencana, yaitu
dengan memperhatikan kebutuhan dan karakteristik unik dari setiap individu
warga gereja, serta merancang program-program pembinaan yang sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan gereja.34

C. Aspek Filsafat Pembinaan Warga Gereja


Filsafat Pembinaan Warga Gereja adalah suatu konsep yang meliputi
pemahaman tentang bagaimana membina individu sebagai anggota Gereja.
Filsafat ini berkaitan dengan cara-cara untuk membantu individu agar dapat
tumbuh dalam iman dan mencapai kesempurnaan sebagai anggota Gereja.5
Beberapa aspek yang terkait dengan Filsafat Pembinaan Warga
Gereja antara lain adalah:
1. Pembinaan Rohani: Pembinaan rohani adalah upaya untuk membina dan
memperkuat iman dan kepercayaan individu sebagai anggota Gereja. Ini
dapat dilakukan melalui kegiatan seperti ibadah, doa, dan bimbingan rohani.
2. Pendidikan Agama: Pendidikan agama adalah upaya untuk meningkatkan
pengetahuan individu tentang ajaran-ajaran agama dan nilai-nilai keagamaan.
Ini dapat dilakukan melalui pelatihan, kelas, dan bahan bacaan.
3. Pelayanan Sosial: Pelayanan sosial adalah upaya untuk melayani dan
membantu orang lain dalam kebutuhan mereka. Ini dapat dilakukan melalui
kegiatan seperti pemberian makanan kepada orang miskin, memberikan
bantuan medis, dan memberikan dukungan kepada orang-orang yang
membutuhkan.
4. Pembinaan Karakter: Pembinaan karakter adalah upaya untuk membentuk
kepribadian individu agar menjadi lebih baik dan mencerminkan nilai-nilai
3
Marbun, Purim. Pembinaan Jemaat. (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2015)

4
Warren Bird, dkk., Building Leaders (Grand Rapids: Baker Books.)
5
Kristiani, E. Filsafat Pelayanan Gereja: Pendekatan Holistik dan Kontekstual. (Jakarta: BPK Gunung
Mulia.)
keagamaan. Ini dapat dilakukan melalui pembelajaran dan pengembangan
keterampilan seperti disiplin, kejujuran, dan kesabaran.
5. Komunitas: Komunitas adalah salah satu aspek yang penting dalam Filsafat
Pembinaan Warga Gereja. Ini karena melalui komunitas, individu dapat
mendapatkan dukungan dan bimbingan dalam menjalani hidup sebagai
anggota Gereja. Komunitas ini dapat dibangun melalui kegiatan seperti
kelompok kecil, seminar, dan retret.

D. Prinsip Dasar Filsafat Pembinaan Warga Gereja


Dalam rangka untuk melaksanakan Filsafat Pembinaan Warga
Gereja, ada beberapa prinsip dasar yang harus dipegang teguh. Prinsip-
prinsip ini antara lain:
1. Keselarasan dengan ajaran Alkitab: Filsafat pembinaan warga gereja harus selaras
dengan ajaran Alkitab dan prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya. Penerapan
prinsip-prinsip tersebut harus konsisten dan berkesinambungan, sehingga membawa
perubahan positif pada kehidupan jemaat6.
2. Pembinaan karakter yang sehat: Filsafat pembinaan warga gereja harus
mengutamakan pembinaan karakter yang sehat dan kuat. Karakter yang sehat
mencakup aspek-aspek seperti kejujuran, kerendahan hati, kasih, keteladanan, dan
ketaatan pada ajaran Alkitab.
3. Pemberdayaan pelayanan: Filsafat pembinaan warga gereja harus mendorong
pemberdayaan pelayanan, dengan memberikan kesempatan pada setiap warga gereja
untuk mengembangkan dan mengaplikasikan karunia dan bakat yang dimilikinya.
Pemberdayaan pelayanan juga dapat dilakukan melalui pelatihan, pengembangan
kepemimpinan, dan pengembangan strategi pelayanan yang efektif.
4. Lingkungan persekutuan yang sehat: Filsafat pembinaan warga gereja harus
menciptakan lingkungan persekutuan yang sehat dan erat antar warga gereja. Hal ini
dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang mempererat hubungan antar warga
gereja, seperti retret, kelas persekutuan, kebaktian kelompok kecil, dan acara sosial.
5. Pengembangan kepemimpinan yang berkualitas: Filsafat pembinaan warga gereja
harus mengembangkan kepemimpinan yang berkualitas, dengan memberikan
6
Nainggolan, R. A. Pembinaan Rohani Kristen: Prinsip dan Aplikasi. (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2012.)
Tobing, J. S. Pendidikan Agama Kristen: Teori dan Praktik. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010.)
Marbun, Purim. Pembinaan Jemaat. (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2015)
pelatihan dan pembinaan yang berkesinambungan pada para pemimpin jemaat. Hal ini
akan membawa dampak positif pada kehidupan jemaat secara keseluruhan.

E. Kerengka Filsafat Pembinaan Warga Gereja


1. Metafisik (ultimate reality) adalah pembinaan itu berpusat kepada Allah yang
berpribadi (Kej 1:1; Yoh 1:1) tidak ada pembinaan yang dapat terjadi di gereja
lokal tanpa berpusat pada satu pribadi yakni Allah dalam Kristus Yesus.
Pembinaan diluar itu dapat disebuat “sesat” atau tidak benar.
2. Epistemologi (Ilmu pembenaran) adalah Esensi dari pengetahuan dan cara
seseorang mengenal hal yang benar dan salah bersumber pada penyataan
Allah. Iman kristen meyakini bahwa Alkitab adalah sumber kebenaran (Yoh
8:30-36).
3. Antropologi Kristen, berpusat pada gambar Allah. Ada 3 kebenaran dasar
menurut Marbun (2015)
a) Manusia diciptakan menurut peta dan gambar Allah (Kej 1:26)
b) Kejatuhan manusia dalam dosa merusak peta gambar Allah itu (Rm
3:23)
c) Yesus satu-satunya penebus manusia berdosa dan memulikan kembali
identitas manusia ke eksistensi asal (2 Kor 5:17)
Oleh sebab itu pembinaan ditujukan kepada orang-orang yang percaya kepada
Yesus, yang berarti bahwa kelahiran baru harus mendahului proses pembinaan.
4. Axiologi (nilai) berpusat pada kekekalan. Pembinaan iman buakan untuk
hidup disini melainkan dari sini dan sekaligus berorientasi ke dunia di sebrang
sana (Rm 8:23). Hal yang mendasar pada pembinaan Iman kristen adalah hal
yang dilakukan gereja dalam pembinaan bukan hanya untuk hidup di masa
kini melainkan pada masa yang akan datang sampai kekekalan.
5. Tujuan pembinaan berpusat pada kristus dan keserupaan dengan Kristus. Ini
bukanlah tujuan utama pembinan tetapi satu-satunya tujuan pembinaan yang
layak dan dihargai oleh Allah (2 Tim 2:15). Pembinaan yang diselenggarakan
digereja-gereja oleh para pendeta dan gembala jemaat, memiliki tujuan akhir
yakni serupa degan Yesus dalam hal, gaya hidup, pola pikir dan lain-lain.
6. Kurikilum berpusat pada Alkitab. Rencana pembinaan adalah rencana Allah
dan Alkitab. Keduanya adalah asasi kurikulum yang memiliki kuasa untuk
mendidik. Perencanaan pembinaan tidak boleh lepas dari dasar-dasar Firman
Tuhan, apapun yang akan dikerjakan itu harus dilihat dari terang Firman
Tuhan.
7. Metodologi berpusat pada interaksi. Injil memiliki kebenaran yang otoritatif,
tetapi metode tidak harus bersifat diktatorial. Penekanan pada relasi, interaksi
dan komunikasi dalam dinamika pimpinan Roh Kudus merupakan pilihan
metode yang tepat dalam mempercakapkan kebenaran injil. Tidak ada metode
yang tepat dalam mengerjakan pembinaan jemaat jika tidak dilandasi interaksi
injil, oelh karena itu setiap pembina, pendeta atau gembala harus membuat
relevansi pembinaan itu dalam pimpinan dan tuntutan Roh Kudus.
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Filsafat pembinaan warga gereja merupakan suatu pendekatan yang terintegrasi


untuk mengembangkan jemaat yang sehat dan berkualitas. Filsafat ini didasarkan pada
ajaran Alkitab dan nilai-nilai filosofis yang mendasarinya, dan mengutamakan pembinaan
karakter yang sehat, pemberdayaan pelayanan, lingkungan persekutuan yang sehat, dan
pengembangan kepemimpinan yang berkualitas.
Dalam menerapkan prinsip dasar filsafat pembinaan warga gereja, para pemimpin
gereja perlu mengutamakan keselarasan dengan ajaran Alkitab, mengembangkan karakter
yang sehat pada setiap warga gereja, memberdayakan pelayanan, menciptakan lingkungan
persekutuan yang sehat, dan mengembangkan kepemimpinan yang berkualitas.
Pengembangan jemaat yang sehat dan berkualitas bukanlah sesuatu yang instan,
namun membutuhkan usaha yang berkesinambungan dan konsisten. Oleh karena itu, para
pemimpin gereja perlu memiliki kesadaran dan komitmen yang tinggi dalam menerapkan
prinsip dasar filsafat pembinaan warga gereja agar dapat membawa dampak positif pada
kehidupan jemaat secara keseluruhan.

B. Saran
1. Membangun keterampilan kepemimpinan yang baik di antara anggota gereja agar
dapat membantu dalam pengembangan rohaniah dan sosial anggota gereja yang
lainnya.
2. Menjalin hubungan yang erat antara anggota gereja dengan Tuhan melalui doa dan
pemahaman Alkitab yang benar, sehingga dapat meningkatkan kesadaran spiritual dan
moralitas dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan program-program pendidikan agama yang efektif, seperti seminar
atau kelas belajar Alkitab, untuk membantu anggota gereja memahami ajaran gereja
dan mengembangkan kesadaran akan tanggung jawab sosial mereka.
4. Mempromosikan penggunaan teknologi modern dalam pelayanan gereja, seperti
pembuatan website gereja atau media sosial, untuk mencapai lebih banyak orang dan
memberikan pelayanan yang lebih baik kepada anggota gereja.
5. Mendorong anggota gereja untuk terlibat dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan di
komunitas mereka, seperti bakti sosial atau program sukarelawan, untuk membantu
meningkatkan pengabdian sosial dan kepedulian kepada sesama.
Daftar Pustaka

MARBUN, P., 2015. PEMBINAAN JEMAAT. YOGYAKARTA : ANDI .

Bird, W, dkk., Building Leaders Grand Rapids: Baker Books.E. Kristiani., Filsafat
Pelayanan Gereja: Pendekatan Holistik dan Kontekstual. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Nainggolan, R. A., 2012. Pembinaan Rohani Kristen: Prinsip dan Aplikasi. (Jakarta: BPK
Gunung Mulia,
Tobing, J. S., 2010. Pendidikan Agama Kristen: Teori dan Praktik. Jakarta: BPK Gunung
Mulia,

Anda mungkin juga menyukai