BAB I
PENDAHULUAN
Penggembalaan adalah tugas yang diberikan oleh Yesus Kristus kepada Gereja-Nya.
Hal ini amat penting dan sangat dibutuhkan oleh setiap manusia untuk mencapai kebahagiaan
dan kesesahteraan dalam segala bidang. Dengan demikian gereja mempunyai peranan penting
yaitu sebagai tempat membina manusia agar semakin beriman kepada Tuhan, karena melalui
penggembalaan manusia dibentuk agar benar-benar memiliki iman yang teguh. Sehingga
senantiasa dapat menjadi garam dan terang ditengah tengah masyarakat yang sedang
berkembang ini.
Pada masa sekarang ini semua manusia membutuhkan penggemabalaan, baik orang
tua, kaum muda dan anak-anak tanpa terkecuali. Oleh sebab itu sebagai gembala jemaat harus
ini, serta memperhatikan arah dan tujuan pelanannya. Karena Penggembalaan kepada jemaat
bukanlah persoalan yang sepele, akan tetapi merupakan persoalan yang sangat perlu
sekarang ini agar menjadi orang yang berpendidikan dan sungguh-sungguh beriman kepada
Tuhan. Dan sanggup meneruskan cita-cita gereja itu sendiri dimasa yang akan datang,
sekaligus. Untuk membentuk jemaat bersifat positif dan aktif terhadap kegiatan yang telah
penggembalaan yang memberikan arah dan tujuan yang pasti dalam menyelenggarakan tugas
dan tanggungjawab sebagai gembala yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan lebih dari pada
kepadanya, sebagaimana yang tertulis dalma Yohanes 21 dimana Yesus sebelum naik ke
surga, Yesus menampakkan diri di Pantai Tiberias dan dalam pertemuan itu Yesus bertanya
pada Petrus : “Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari mereka “Gembalakanlah domba-
2
domba-Ku”. Dalam percakapan itu Yesus memberikan tugas atau suatu perintah kepada
Pada situasi sekarang ini tugas pelayanan yang sama diserahkan kepada setiap
baru kepada orang percaya agar saling mengasihi semua orang dalam arti bahwa Yesus
menasehati dan membangun mereka untuk saling menggembalakan : dalam hal saling
membantu, saling mendoakan, saling menasehati, saling menghibur, sebab semua orang
adalah umat kepunyaan Allah yang dipersiapkan untuk memberikan perbuatan yang besar
Oleh sebab itu firman Tuhan sangatlah perlu diselidiki setiap saat agar dapat
dalamnya pada situasi dan kondisi dimana gembala berada inilah sisi penting dari tugas gereja
Pada hakekatnya theologia tidak lain adalah upaya untuk mempertemukan secara
dialektis, kreatif serta eksistensial antara text dan kontek antara kerygma yang
1 Eka Darmaputra, menujju Theologia Konstektual di Indonesia dalam Konteks Bertheologia di Indonesia,
(Jakarta: BPK, 1982). Hal. 9.
3
Untuk mempertemukakn teks dengan konteks atau kenyataan hidup seperti yang
dikemukakan oleh Eka Darmaputra perlu upaya penyelidikan, sehingga dapat ditemukan
makna yang sangat azasi dalam teks tersebut dan cara menjelaskannya selama situasi tertentu,
maka Firman Tuhan itu tidak menimbulkan keraguan tetapi dapat dipahami dengan jelas.
Penghayatan iman Kristiani terjadi pada situasi lingkungan Injil Yesus Kristus selalu
terjadi pada situasi lingkungan konteks atau tata budaya tertentu yang konkret.
Firman Allah menyapa orang pada situasi konkret. Panggilan dan tugas pengutusan
selalu dihayati secara konkret. Oleh sebab itu refleksi atas penghayatan Firman Allah
yang mempunyai arti bagi penghayatan injil harus diperhitungkan kenyataan ini.2
Jadi gembala sebagai teladan bagi jemaat perlu bertheologia dalam melaksanakan
tugas penggembalaan, supaya firman Allah dapat dipahami oleh berbagai lapisan pada
situasinya masing-masing. Dan sekalius Firman yang hidup itu mendorong mereka
terkandung di dalamnya serta dapat menambah pemahaman gereja dalam melaksanakan tugas
2. Identifikasi Masalah
Masalah dapat dirasakan sebagai suatu rintangan yang mesti dilalui (dengan jalan)
mengatasinya apabila kita berjalan terus. Masalah menampakkan diri sebagai suatu
tantangan, oleh sebab itu dapat pula dikatakan bahwa masalah yang benar-benar
masalah dapat dipermasalahkan dalam penyelidikan, perlu memiliki unsur yang dapat
menggerakkan kita untuk membahasnya, dan perlu nampak guna realistiknya, oleh
sebab itu mengenal masalah seharusnya disertai pandangan yang kritis dan selektif .3
21:15-17.
3. Pembatasan Masalah
dengan jelas dan memungkinkan untuk menghindari pengertian yang menyimpang maka
diberikan batasan masalah sebagaimana yang dikatakan oleh Winarno (1982 : 43)
mengatakan bahwa :
3 Winarno, surakhmad. Pengantar Penelitian Ilmiah. Tarsito, ( Bandung: Kalam Hidup. 1982) hal.34
5
Sebab itu pembatasan masalah perlu memenuhi syarat dalam perumusan yang
terbatas. Pembatasan ini bukan untuk saja memudahkan atau menyederhanakan masalah bagi
penyelidikan tetapi juga untuk memecahnya: tenaga, kecekatan, ongkos, dll. Yang timbul dari
rancangan tersebut. 4
Untuk lebih jelasnya diketahui ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti dalam
perumusan masalah ini adalah sebagai berikut: Untuk mengemukakan prinsip-prinsip dasar
4. Rumusan Masalah
Problema itu harus dirumuskan dan dibatasi secara spesifik, itu merupakan syarat
mutlak. Kalau tidak maka timbul bahaya. Mahasiswa itu tidak mengetahui dengan
keterangan atau data apakah sebenarnya ditimbulkan dari kesimpulan pada akhir
Thesisnya. 5
Dengan demikian yang menjadi pembahasan atau yang menjadi rumusan masalah
terkandung dalam Yohanes 21 : 15-17, untuk dipedomani oleh setiap gembala dewasa ini
5. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan/pekerjaan tentu saja mempunyai tujuan dan tujuan tersebut adalah
merupakan cita-cita dari setiap orang yang melaksanakan pekerjaan itu sendiri. Dengan
terkandung dalam kitab injil Yohanes 21 : 15-17 telah diaplikasikan bagi pelayanan Gereja
6. Kegunaan Penelitian
Segala usaha penelitian selalu memberikan manfaat yang berarti bagi peneliti, serta
dapat memberi gambaran yang sebenarnya tentang masalah yang dihadapi di tempat
penelitian. Dengan demikian segala masalah tersebut dapat diatasi dengan segala cara dan
usaha yang dilakukan. Jadi penelitian ini diharapkan dapat member manfaat antara lain :
sebenarnya.
3. Pengalaman dalam penelitian ini benar-benar memberikan arti yang sangat besar
7. Sistematik Penulisan
Bab I : Merupakan Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi
sistematika penelitian.
7
Bab II : Bab ini merupakan penjelasan tentang kerangka teori yang mendasari penulis
serta memberi arah tercapainya tujuan penelitian. Dalam bab ini juga sudah
termasuk penjelasan tentang pribadi dan etika gembala sidang, keluarga gembala
penelitian.
Bab III : Bab ini merupakan penjelasan singkat tentang metodologi penelitian, tempat dan
waktu penelitian.
Bab IV : Bab ini membahas tentang hasil penelitian, yang menjelaskan tentang
BAB II
A. Deskripsi Teoritis
1. Pengertian Penggembalaan
Istilah penggembalaan berasal dari kata dasar “Gembala” yang artinya penjaga atau
pemelihara binatang (ternak). Gembala juga diartikan sebagai penjaga keselamatan. Orang
banyak misalnya: memimpin kaum nasrani sedangkan kata menggembalakan berarti menjaga
dan memelihara binatang seperti halnya di padang rumput. (PW. J.S, Poerwadarminta, 1976 :
331)6
Istilah penggembalaan dalam perjanjian lama berasal dari kata gembala yang dalam
bahasa Ibrani disebut “ra’ah( )”, yang berarti merawat, menggembalakan. Istilah
“ra’ah( )”, dapat dipakai untuk beberapa pengertian. Secara harafiah ra’ah digunakan
untuk pengertian seorang gembala ternak yang sedang mengerjakan penggembalaan, yang
member minum dan membawa ke padang rumput yang segar (Kej: 29:7), juga dapat dipakai
Samuel 5:2). Dan istilah ro’eh ( ) ditunjukkan kepada gembala yang Agung. Yang
memberi makan, minum, dan mencari domba-domba yang sesat (Mzr 23:14; Yes 4:11).
Dalam perjanjian lama bukan hanya Tuhan Allah sendiri yang melakukannya, akan
tetapi Ia megutus para Nabi yang di urapin-Nya sebagai wakil-Nya di bumi untuk
menggembalakan atau memimpin umat-Nya (Bnd. Keluaran 3:10). Dalam perjanjian lama
Tuhan Allah sering dilukiskan sebagai Gembala Agung. J.D. Douglas (1994:330) mengatakan
bahwa :
6 P.W. J.S Poerwadarmita. Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976). Hal. 331
9
Dari kutipan di atas dapat dilihat penggembalaan itu ditujukan Allah yang
Tuhan Allah sebagai gembala adalah penjaga yang tidak pernah terlelap dan tidak pernah
diserahkan-Nya kepada pemimpin umat-Nya (Kej 9:4). Dengan demikian dalam pelayanan
penggembalaan sangat diperlukan motivasi yang benar, yaitu memiliki kasih dan penghiburan
terhadap domba-domba-Nya.
sendiri (Yeheskiel 3:4). Gembala yang seharusnya mengobati yang sakit, menguatkan yang
lemah, tetapi mereka hanya menggembalakan dirinya sendiri, mereka hanya mengambil hal-
hal yang menguntungkan mereka sendiri, mereka hanya menggunakan tugas mereka yang
sebenarnya, maka yang luka tidak mereka balut, yang hilang tidak mereka cari, yang sesat
tidak dibawa kembali, maka Allah sendiri yang ambil alih untuk tugas gembala yang tidak
bertanggungjawab itu, yaitu mencari yang sesat dan membawanya ke padang rumput yang
Istilah penggembalaan berasal dari kata gembala dan dalam bahasa Yunaninya, yaitu
) juga dipakai simbol-simbol akan hubungan Yesus dengan para murid-Nya dimana
Yesus sebagai kepala Gereja. Kata kerja “poimaino” ( ) yang artinya member
makan, memimpin dan memerintah, dan bagi pemilik jemaat disebut pastor.
7 J.D. Douglas, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini. (Jakarta: Bina Kasih, 1994) Hala. 330.
10
Dalam zaman Perjanjian Baru tugas penggembalaan dimulai dari Tuhan Yesus
sendiri sebagai gembala yang baik, yang mau memberikan nyawa-Nya bagi domba-domba-
Nya. Yohanes 10. Yesus sebagai gembala yang baik datang untuk mencari dan
menyelamatkan yang hilang (Lukas 19 : 10). Yesus sebagai gembala bukan hanya
melindungi, dan menjaga domba-domba yang digembalakan-Nya Dia akui sebagai sahabat-
Tuhan Yesus sebagai gembala dalam perjanjian baru tidak menyangkut diri-Nya atas
manusia di dalam pergaulan. Ia duduk bersama-sama dan mengerti akan mereka. Ia tidak
menghakimi, tetapi bersifat solidaritas dengan orang-orang berdosa dalam rupa-rupa situasi,
Dari kutipan diatas jelas bahwa Yesus dalam pelayanannya tidak mencari muka
(Markus 12:14), jujur dan Dia adalah utusan Allah untuk menyelamatkan umat-Nya.
Dengan demikian seorang gembala adalah seorang yang diangkat dan ditetapkan
kebutuhan rohani bagi umat Tuhan. Dan juga seorang gembala mempunyai peranan yang
sangat penting, yaitu mencari mereka yang tersesat, memperoleh perbaikan kehidupan bagi
mereka yang jatuh ke dalam dosa, menguatkan yang lemah, memelihara orang Kristen dengan
sehat dan kuat dan mendorong mereka untuk maju ke arah kebaikan.9
Dalam Injil Yohanes ada berbagai bentuk pengembalaan yang jelas Yesus lakukan
salah satu bentuk penggembalaan yaitu bentuk konseling antara Nikodemus dengan Tuhan
Yesus. Hal ini dapat dilihat memulihkan hubungan dengan Tuhan, sebab seorang tidak akan
memiliki hubungan yang baik dengan dirinya sendiri juga dengan sesama. Sebelum ia
mengalami pemeliharaan dengan Tuhan dengan demikian Kristus berusaha membawa orang
bertobat kepada Allah. Ketika Nikodemus datang kepada Tuhan Yesus, dimana diantara
8
J.L. Ch. Abinem, Pedoman Praktis untuk Pelayanan Pastoral. (Jakarta: BPK, 1993) hal. 11
9
Bruce Larson. Pelayanan Pengembalaan yang Ideal. (Malang: Gandum Mas, 1996), Hal. 66.
11
percakapan mereka Yesus berkata sesungguhnya jika seseorang tidak dilahirkan kembali, ia
tidak dapat melihat kerajaan Allah (Yoh 3:3). Jadi yang ditekankan ialah kelahiran kembali.
Yesus memanggil dan memilih murid-murid-Nya untuk mengikuti dia dan melatih
serta mengutus mereka untuk memberitakan injil (Yoh 1:43). Pelayanan Yesus kepada murid-
Setelah nantinya mereka akan melanjutkan pekerjaan yang Yesus lakukan selama
hidup-Nya. Dan Yesus mengutus para murid-murid-Nya ke dalam pelayanan dan mengatakan
“ Damai sejahtera bagi kamu, sama seperti Bapa mengutus Aku, Demikian juga sekarang aku
2. Pribadi Gembala
2.1. Beriman
Iman merupakan hal yang utama atau yang paling pokok yang harus dimiliki oleh
seorang gembala, melihat bahwa pekerjaan penggembalaan adalah tugas yang menuntut
kepada iman dan hanya berjalan dengan baik, bila dilaksanakan oleh gembala yang sungguh-
sungguh beriman. Ralph Riggs (1984 : 28) mengatkan bahwa: Iman kepada Tuhan dianggap
sebagai kebutuhan yang pokok, hal ini disebabkan karena semua pekerjaan gembala sidang
adalah pekerjaan rohani. Karena itu Roh Allah akan bekerja sesuai dengan dorongan utama
Gereja pasti mengalami pertumbuhan yang pesat baik secara kualitas dan kuantitas
apabila pemimpin jemaat yang sungguh-sungguh hidup dalam iman, sebab iman yang
dimiliki gembala akan menentukan dalam setiap rencana dan tindakan dalam pelayanan.
Karena gembala yang melayani dengan baik beroleh kedudukan yang baik sehingga dalam
iman kepada Kristus Yesus dapat bersaksi dengan luluasa (1 Timotius 3:13).
Ciri keteladanan seseorang gembala jemaat pertama harus Nampak dari hubungannya
dengan Tuhan. Hubungan seorang gembala dengan Tuhan akan Nampak dalam pikiran,
10
Ralph M. Riggs, ibid, hal. 28.
12
ucapan dan tindakan yang memancar keluar. Ralph, Riggs (1984:23) mengatakan bahwa “
Firman Allah menasehatkan gembala siding untuk menjadi teladan bagi kawanan domba-Nya
setiap saat”.11
Memberikan teladan bagi kawanan domba merupakan tuntutan yang utama bagi
mengemban tugas yang dipercayakan kepadanya. Dan juga menjadi teladan dalam berbuat
baik dan dalam pengajaran Titus 2:7-8. Lebih jauh Bruce. (1996: 66) menjelaskan bahwa:
Keteladanan adalah metode yang paling efektif maka seorang gembala yang harus
berusaha keras memberikan teladan dengan orang-orang lain. Maka seorang gembala
harus menghendaki jemaat memberikan persepuluhan, maka gembala harus memberikan
persepuluhan, kalau gembala menghendaki gereja yang berdoa, maka gembala harus
berdoa.12
Dari kutipan diatas dapat dilihat bahwa seorang gembala harus menjadi teladan,
sehingga jemaat akan meneladani gembalanya sama dengan seorang gembala harus mengikuti
teladan gembala yang Agung. Karena keberhasilan seorang gembala tidak hanya faktor
kemampuan dalam hal menyampaikan firman Tuhan melainkan teladan yang diberikan
Seorang gembala haruslah rendah hati, seperti Yesus Kristus yang adalah rendah hati.
Yang walaupun dalam rupa Allah tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai
milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan
mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia. Dalam keadaan manusia
Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati bahkan sampai mati di kayu salib.
a. Sekalipun kaya, rela dilahirkan di kandang, karena tidak ada tempat penginapan (Lukas
2:7)
11
Ibid. hal. 23.
12
Op.cit. hal. 66.
13
d. Sekalipun kaya tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya Luk 9:58
Oleh sebab itu seorang gambala perlu rendah hati terhadap domba-domba yang
dilayaninya, seorang gembala harus siap ditegur, dikoreksi oleh orang lain. Kerendahan hati
harus Nampak dalam pengambilan keputusan dan juga dalam menyeleaikan masalah dengan
orang lain dan jemaat sekalipun gembala ada di pihak yang benar Alexander(1992:25)
mengatakan bahwa:
Kerendahan hari dan kehambaan merupakan sifat kepemimpinan yang penting sekali,
sebab hal tersebut menyatakan pikiran dan karakter putra Allah Yesus Kristus. Paulus
menekankan agar orang-orang percaya juga memiliki sifat-sifat yang sama dengan yang
dimiliki oleh Yesus, yaitu tidak mementingkan diri sendiri tetapi menganggap orang lain lebih
Gembala yang baik harus orang yang berani bertindak dengan tegas melaksanakan
tugas dan bertanggungjawab dalam penggembalaan. Tidak ragu-ragu menentang dosa yang
ada dalam jemaat, serta berani bersaksi (1 Timotius 3:13) kepada setiap lapisan masyarakat
tanpa memandang keberadaan orang tersebut, apakah orang itu miskin, atau orang kaya
sebagaimana Paulus tidak ragu-ragu menegur Petrus ketika kelakuannya tidak sesuai dengan
Injil yang diberitakannya (Gakatia 2:14). Oleh sebab itu keberanian perlu dimiliki setiap para
gembala untuk memperbaiki cara-cara pengembalaan dewasa ini, dengan hikmat yang benar-
Selain gembala harus menjadi orang yang berani dalam melaksanakan tugasnya
dimanapun mereka berada harus dapat memancarkan sukacita, atau kegirangan karena sifat
ini sangat mempengaruhi kehidupan jemaat, Filipi 4:4. Bersukacitalah senantiasa di dalam
Tuhan.
13
Alexander, Manakah yang Alkitabiah Kepemimpinan atau Kependetaan. ( Yogyakarta: Yayasan Andi,
1992). Hal. 25.
14
Kesabaran dan kelemahlembutan merupakan sifat yang harus dimiliki gembala, hal
ini sangat penting untuk mengemban tugas dan tanggungjwabnya terhadap dompa yang
dipeliharanya. Ralph M. Riggs dalam bukunya gembala siding yang berhasil menyatakan:
Kesabaran adalah hal yang sangat utama dalam kehidupan gembala, seperti seorang petani
dengan sabar enunggu rasa panennya, demikian juga gembala harus sabar menunggu
tumbuhnya firman Tuhan yang disebarkannya. Sekaligus setiap ucapan dan tindakan harus
bersifat lemah lembut, penuh simpati dan penuh belas kasihan terhadap semua orang.14
Sehubungan dengan kutipan di atas bahwa seseorang gembala harus dengan penuh
kesabaran dan lemah lembut dalam menghadapi sifat, tindakan dan perbuatan domba yang
dilayaninya, dan gembala itu tidak boleh sombong, angkuh (1 Timotius 3:6). Namun
sebaliknua harus ramah, baik, hormat dan berbudi manis terhadap semua orang (bnd. Fil 2:1-
11).
Jadi gembala yang sabar dan lemah lembut adalah gembala yang rendah hati baik
dalam sikap, perkataan, perbuatan, (1 Timotius 4:12). Sekaligus harus sadar akan tugasnya
sebagai gembala yang tidak boleh membeda bedakan kasih terhadap domba-domba yang telah
Tuhan percayakan kepadanya. Dengan demikian gembala harus aktif dan agresif mengambil
2.6 Mengasihi
Hubungan antar gembala dengan domba harus berdasar dari kasih. kasihlah yang
menggerakkan hati seseorang untuk melayani domba-domba milik Kristus, sebab domba-
Kalau gembala tidak memiliki kasih Kristus tidak mungkin dapat merawat domba dengan
sabar dan dengan baik, hal ini terlihat dalam diri Petrus sendiri. Tuhan baru serahkan domba
14
Ralph M Riggs. Gembala Sidang yang Berhasil.(Malang: Gandung Mas, 1984), hal. 25.
15
kecil milik-Nya kepada penggembalaan Petrus sesudah Tuhan mengetahui bahwa Petrus
Dari kutipan dia atas dapat dilihat bahwa gembala yang berhasil adalah yang
mengenal dan menerapkan kasih, oleh karna ia mengasihi Tuhan, maka ia dapat mengasihi
domba-dombannya, sehingga apapun yang dikerjakannya ia layani dengan setia: Sebab kasih
gembala yang baik terhadap domba-dombanya tidak dipisahkan oleh apapun (Roma 8:37-39),
atau harus mengasihi orang orang lain (2 Korintus 2:8). Sebab Tuhan Yesus memerintahkan
supaya saling mengasihi karena Tuhan Yesus terlebih dahulu mengasihi umat-Nya(Yohanes
13:34).
Seorang Gembala yang baik haruslah belajar dari teladan Yesus, yaitu bekerja keras
jemaat, contoh : pagi-pagi Yesus sudah mengajar (Yoh 8:12) menjelang malam Yesus
melayani banyak orang yang kerasukan setan dan menyembuhkan orang-orang sakit (Mat
2:16). Pada waktu malam Yesus mengajar Nikodemus (Yoh 3:2). Demikian juga Yesus
berkeliling ke semua kota dan desa, Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadah dan
memberitakan Injil kerajaan surga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan (Mat
9:35).
Dari firman Tuhan tersebut di atas dapat dilihat bahwa : masalah waktu dan tempat
tidak menjadi masalah bagi Yesus dalam melayani orang-orang yang membutuhkan kasih dan
pelayanannya. Oleh sebab itu seorang gembala harus bekerja keras baik, pagi-pagi, siang,dan
malam tetap menggembalakan jemaat, membangun jemaat, serta melengkapi mereka untuk
bertumbuh. Karena gembala siding tidak mempunyai jam kerja seluruh hidup dan waktunya
15
Behemiah. Rahasia Tentang Penggembalaan Jemaat. (Jabar: Mimery Press, 1985). Hal. 40.
16
Disamping gembala itu seorang bekerja keras ia harus juga pandai menggunakan
kesempatan walaupun hanya sebentar saja, dalam hal ini kerajinan dan kebijaksanaan tidak
dapat dipisahkan karena, gembala yang rajin sudah tentu bijaksana dalam segala situasi dan
kondisi untuk mengatur waktunya. Dengan demikian kerajinan dan kebijaksanaan tidak boleh
lepas dari kehidupan seorang gembala. dan seorang gembala tidak boleh sombong Atas
digembalakannya, sebab kerajinan dan kebijaksanaan akan jadi sia-sia kalau digunakan untuk
menyombongkan diri dan merendahkan orang lain. (bnd 1 Raja-raja 3:16-28). Dimana raja
Salomo bijaksana pada waktu memberikan keputusan kepada kedua perempuan sundal yang
menghadap kepadnya. Jelas terlihat bahwa salomo tidak sombong karena kemegahannya dan
kebijaksanaan/hikmat yang dimilikinya. Sebab ia sadar itu semua berasal dari Allah.
Seorang gembala harus sanggup menguasai dirinya (Titus 1:8) dalam menghadapi
segala sifat, tingkah laku dan tindakan kawanan domba yang digembalakan, sebab seorang
gembala harus mengahadapi banyak tantangan dan godaan-godaan yang datangnya dari
jemaat bahkan dari luar. Namun gembala harus bisa sebagai contoh bagi jemaat dan
masyarakat serta dapat menahan diri dalam segala hal (1 Timotius 3:11). Seorang gembala
sedapat mungkin harus dapat menguasai diri atau mengontrol dirinya terhadap perkara-
perkara duniawi seperti hamba uang (1 Timotius 3:2-3), ingin dihormati yang berlebihan,
ingin mendapatkan pujian dari orang lain. Sebab hal itu akan membawa gembala kepada
kegagalan, sehingga akan terjadi keputusan dan bahkan akan meninggalkan tugas dan
tanggungjawabnya sebagai gembala. Karna mengganggap dirinya tidak sanggup atau Tuhan
Seorang hamba Tuhan sangat dituntut memiliki sifat-sifat dan perilaku dalam
kehidupan pribadi dan pelayananya. Soep Soegiarjo (2000:16) menyimpulkan beberapa etika
1. Dapat dipercaya
4. Pendamai
22. Suka bekerja sama dengan baik dalam pelayanan dengan hamba-hamba Tuhan
lainnya
24. Tidak berusaha mencuri atau mempengaruhi domba-domba jemaat lainnya supaya
pindah ke jemaatnya
18
26. Jangan menerima tawaran untuk menjadi gembala sidang sebelum gembala terdahulu
meletakkan jabatannya
27. Jika ada pendeta tamu hadir kebaktian, sebaiknya disambut dengan duduk di mimbar
dan diberi kesempatan untuk memimpin doa dan memberikan kesaksian beberapa
menit
kepada anggota jemaat atau orang lain. Oleh sebab itu seorang gembala haruslah
memiliki etika, karena etika adalah kehidupan moral yang sangat tinggi bagi tingkah
laku gembala terhadap yang lain, karena tingkah laku Gembala Sidang sangatlah
seorang gembala, harus menginginkan supaya pelayanannya berhasil dan ini tidak
lepas dari peranan istri dan anak-anak. Sebab istri adalah penolong yang sejati dalam
pelayanan suaminya, Istilah gembala harus mempunyai kasih dan kesetiaan dan
bertanggungjawab atas tugas dari pekerjaan suami dan anak-anak. S.J Sutijono (2000:14)
mengatakan bahwa :
Keberhasilan seorang hamba Tuhan tidak terlepas dari bantuan istri yang tidak mengenal
lelah. Seorang istri hamba Tuhan haruslah berpakaian yang rapi dan wajar, masyarakat
dan jemaat sangat mengharapkan istri hamba Tuhan itu memainkan peranan khusus,
sebab mereka suka melihat pendeta dan istrinya sebagai orang Kudus, orang beriman dan
tidak sebagai orang biasa, keluarga hamba Tuhan harus menjadi teladan.17
Dari kutipan diatas dapat dilihat bahwa rumah tangga gembala menjadi sorotan
jemaat. Oleh sebab itu rumah tangga gembala diharapkan menjadi kesaksian yang baik,
sehingga menjadi berkat dan nama Tuhan dimuliakan. Gembala sidang haruslah juga
memberi waktu dan perhatian yang cukup untuk isti dam anak serta seisi rumahnya, dan
16
Ibid. hal. 16.
17
S.J Sutijono. Penggembalaan. Diktat, 2000. Hal. 14.
19
keluarga gembala memiliki itra keluarga sebagaimana yang dikatakan oleh Soegiartjo sebagai
berikut:
- Sabar satu dengan yang lain dalam kasih (for bearing one another in love)
5. Tujuan Penggembalaan
Dalam amanat agung Yesus Kristus mengatakan demikian: Karena itu pergilah
jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan babtislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan,
Roh Kudus dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan
kepadamu dan ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman (Mat 28:19-
20)
Dari makna pengutusan tersebut perlu diperhatikan apa yang dimaksud dari tugas
pengutusan itu, yakni Tuhan Yesus menghendaki agar semua bangsa murid-Nya dan dibabtis
dalam nama Bapak, Anak dan Roh Kudus dan juga untuk melakukan kehendak-Nya. Untuk
memenuhi panggilan itu Roh Kudus memenuhi mereka pada hari pentakosta, untuk
Karena dunia dimana Gereja hidup dan menjelaskan pelayanan pada waktu itu, jauh
berbeda dengan dunia sesudah perang, Ia sudah berubah dan perubahan itu terus
berlangsung sehingga bidang pelayanan pastoral gereja makin maju, Karena gereja adalah
18
Ibid. hal. 18.
19
J.L Ch. Abineno. Sekitar Theologia Praktika. (Jakarta: BPK, 1986), hal. 31-32.
20
Sehingga dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pada
penggembalaan itu bukan di suatu tempat saja akan tetapi gereja itu juga harus bergerak maju
agar semua bangsa dapat dijadikan murid Tuhan karena melalui dinamika perobahan yang
terjadi dalam kehidupan kemasyarakatan, maka gereja perlu menghayati kembali dari
Tujuan penggembalaan itu bukan hanya supaya gereja itu menjadi penuh, akan tetapi
tujian akhir dari penggembalaan itu adalah supaya jemaat Yesus Kristus dibangun. Kalau
dalam jemaat tiap-tiap supaya jemaat yang hidup, jemaat Yesus Kristus dibangun. Kalau
dalam jemaat, tiap-tiap anggota menjadi suatu jemaat yang akan bersinar seperti lampu di
terhadap yang lain (Roma 15:1-7) dalam arti mereka saling menolong, saling mengasihi dan
saling melayani satu dengan yang lainnya dalam segala situasi yang dihadapi masing-masing.
Karena tugas keimanan telah dipercayakan kepada nya dan haruslah tugas itu dilakukan
dengan sebaik-baiknya.
6. Metode Penggembalaan
melaksanakan sesuatu hal. Istilah ini lebih mengacu pada sifat dasar dari tugas yang harus
bahwa: “Sesuatu metode adalah pola normatif dari operasi-operasi yang berulang-ulang dan
Sehubungan dengan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa metode sangat penting
dalam melaksanakan suatu tugas, oleh sebab itu metode dalam tugas penggembalaan harus
20
M. Bons Strom. Apakah Penggembalaan itu?. (Jakarta: BPK, 1993), Hal. 26.
21
Tjaard G. Hommes dan E. Gerrit Singgih. Theologiadan Praktis dan Pastoral. (Jakarta: BPK, 1992),
hal. 64
21
diperhatikan untuk memenuhi amanat Yesus Kristus. Mengingat bermacam-macam sifat yang
harus dihadapi gembala dalam melaksanakan tugas penggembalaan, maka sebagai gembala
yang baik harus banyak mengetahui metode yang cocok digunakan dalam pelayanannya.
Karena gembala bukan hanya melayani melalui pelayanan mimbar saja oleh sebab itu berikut
Metode perkunjungan yang direncanakan dengan baik sangat besar manfaatnya bagi
jemaat, sekaligus jemaat itu merasa dihargai dan diperhatikan oleh gembalanya. Aabineno
Perkunjungan rumah tangga yang mempunyai segi-segi yang menguntungkan sekali bagi
pekerjaan pastor. Oleh perkunjungan ini ia mengenal jemaatnya dari dekat. Dengan itu ia
juga mengetahui hal-hal yang memenuhi hati dan pikiran mereka, kesenangan mereka,
perkunjungan rumah tangga, karena melalui kunjungan inilah gembala mempunyai hubungan
yang erat dengan jemaatnya. Dengan demikian perkunjungan rumah tangga membawa
dampak positif bagi keluarga yang dikunjunginya. Perkunjungan dan pastoral tidak dapat
dipisahkan oleh karena melalui perkunjungan inilah para gembala mengadakan percakapan
Dalam mengadakan percakapan pastoral harus menciptakan relasi yang baik dengan
anggota jemaat yang memusatkan perhatian pada persoalan yang dihadapi jemaat sendiri,
22
J.L Ch. Abineno. Penggembalaan. (Jakarta: BPK) 1963, hal 42.
23
Ibid. hal 90-91
22
Dari kutipan diatas dapat dilihat bahwa percakapan sangat penting, bukan hanya
dalam hal hubungan antara gembalan dan jemaat semakin dekat, akan tetapi membantu
jemaat dalam penyelesaian masalahnya melalui percakapan tentang firman Tuhan, berdoa dan
mengajak mereka senantisa menggumuli persoalan yang dihadapi di dalam terang Firman
Tuhan.
suatu tugas sampingan, namun sebaliknya bahwa diakonia merupakan tugas yang sangat
penting. Pelayanan diakonia termasuk salah satu tugas gereja yang sangat penting. Tidak
cukup kalau hanya majelis jemaat yang menjalankan penggembalaan dengan percakapan dan
perkunjungan tidak cukup kalau mereka kita anggap rumah rohani dari anggota-anggotanya.
Disamping itu juga berusaha supaya jemaat-jemaat kita benar-benar menjalankan fungsinya
yaitu sebagai persekutuan pelayanan bagi mereka yang lapar, yang dahaga, yang telanjang,
Jadi tugas pelayanan perlu dilaksanakan oleh gembala untuk mendidik supaya jemaat
juga dapat jadi pelayan. Hal ini Nampak dengan jelas dalam kehidupan jemaat mula-mula
(Kisah para Rasul 2). Dimana tugas diakonia mempunyai tempat yang sentral, sehingga
diakonia adalah suatu aspek yang hakiki dari pada hidup jemaat mula-mula itu. Pelayanan itu
dilaksanakan untuk memelihara tubuh Kristus dalam suatu persekutuan. Dalam kehidupan
bertumbuh cepat.
B. Kerangka Berpikir
Tuhan dewasa ini, maka setiap gereja perlu meningkatkan cara-cara penggembalaan yang
24
Ibid, hal. 95.
23
diselenggarakannya. Sebab tanpa ada kemajuan kepada yang lebih baik, maka tidak mungkin
menyangkit usaha pendekatan dalam rangka pendewasaan iman warga jemaat, dalam arti
bahwa kegiatan penggembalaan suatu tugas yang terorganisir dan terencana dan teratur.
Sekali kebaktian yang telah disusun dengan baik oleh hamba-hamba Tuhan. Penyampaian
firman Tuhan bukan hanya gembala sidang akan tetapi juga pelayan Tuhan yang telah
dipersiapkan.
Kebaktian keluarga ini dilakukan dua kali dalam satu minggu dengan per sektor. Dan
metode penyampaian firman juga dalam bentuk diskusi-diskusi ini di adakan setelah selesaiya
khotbah. Hal ini bertujuan agar jemaat benar-benar mengerti akan firman Tuhan yang sudah
Dalam doa jemaat ini diadakan setiap hari kamis untuk pembinaan yang terbeban
dalam pelayanan. Juga berdoa untuk daerah-daerah yang belum mengenal Tuhan yang dari
Gereja Pentakosta Indonesia Sidang Pinggol Toba. Acara kebaktian ini dilaksanakan di rumah
Penggembalaan terhadap seluruh warga jemaat bukanlah hanya merupakan tugas dan
tanggungjawab para pendeta atau gembala sidang dan para pengurus gereja saja, akan tetapi
peran mereka lebih atau demiian penting supaya gereja itu dapat memenuhi tugasnya seperti
24
yang telah diamanatkan Yesus Kristus, sehingga gembala jemaat bertanggungjawab untuk
membina atau mempersiapkan serta memotivasi anggota jemaat untuk turut terlibat dalam
pelayanan atau setidaknya mendukung dalam dana, doa, waktu dan perhatian.
Gembala jemaat harus melibatkan seluruh jemaat sehingga mereka semua merasa
dibutukan dan demikian akan timbul rasa tanggungjawab yang tinggi dari jemaat. Namun
sebelumnya mereka perlu mendapatkan pembinaan atau pengajaran sama seperti Yesus
membina murid-murid-Nya, demikianlah kiranya pelayan Tuhan. Dalam pembinaan ini dapat
memenangkan jiwa.
program yang kesemuanya itu harus disampaikan dan dibahas di tengah-tengah jemaat
3. Hipotesa Penelitian
Pada bab satu telah dikemukakan bagaimana tujuan dari pada penelitian ini adalah
dalam kitab injil Yohanes 21:15-17 telah diaplikasikan bagi pelayanan di Gereja Pentakosta
telah diaplikasikan bagi pelaksanaan tugas dan tanggungjawab gembala dan warga jemaat
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Tujuan Penilitian
terencana dan sistimatis, guna mendapatkan pemecahan masalah dan mendapatkan jawaban
bawah : “ Penelitian berarti pemeriksaan yang teliti, penyelidikan “.25 Juga menurut W.P
Napitupulu (1969 : 7) menjelaskan bahwa tujuan penelitian (research) adalah mencari jawaban
Dengan demikian jelas bahwa penelitian merupakan arah kegiatan yang dilakukan dan
merupakan alat ukur untuk memperoleh hasil yang ingin dicapai. Dalam penulisan prinsip
penggembalaan yang bagaimana terkandung dalam kitab Injil Yohanes 21 : 15-17 dan apakah
Sebagaimana telah dijelaskan pada bab-bab yang terdahulu bahwa jenis penelitian yang
dilakukan dalam penyusunan skripsi ini merupakan penelitian perpustakaan (Library research).
Dengan demikian mengingat Perpustakaan Sekolah Tinggi Theologia Renatus (STTR) belum
lengkap, sehingga penulis memilih perpustakaan milik pemda sumatera utara dan toko-toko
Gramedia sebagai tempat untuk membaca buku-buku yang sesuai dengan skripsi serta
penulis mengupayakan buku-buku yang sesuai dengan skripsi ini. Adapun waktu dalam
pelaksanaan penelitian ini dimulai dari bulan Nopember 2009 sampai dengan Maret 2010.
25
Ibid. hal. 715
26
W.P Napitupulu. Dimensi-dimensi Pendidikan. (Jakarta: BPK,1969).
26
3. Metode Penelitian
Metode merupakan suatu cara yang dilakukan seseorang peneliti dengan tujuan
mendapatkan yang diperlukan dalam melengkapi penulisan suatu judul. Dengan demikian
1. Studi Kepustakaan
Dalam penelitian ini metode yang penulis lakukan yaitu metode penelitian kepustakaan
yaitu dengan membaca buku-buku yang berhubungan dengan judul skripsi ini.
2. Penelitian Lapangan
penelitian lapangan dengan cara penelitian di Gereja Pentakosta Indonesia Sidang Pinggol
Toba. Dalam hal ini penulis menggunakan metode wawancara langsung dengan gembala
sidang Gereja Pentakosta Indonesia Sidang Pinggol Toba juga mengambil data-data: data-
data kepengurusan pusat Sinode yang sekarang, data-data kepengurusan Gereja Pentakosta
Indonesia serta sejarah berdirinya Gereja Pentakosta Indonesia Sidang Pinggol Toba.
27
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Kitab Injil Yohanes merupakan Injil yang melengkapi Injil Sinoptis (Matius, Markus,
Lukas). Penulis Injil ini adalah Rasul Yohanes sendiri. “Rasul Yohanes anak Jebedeus ini tidak
pernah disebut dengan tegas dalam Injil, bahwa Yohanes rendah hati untuk menyembunyikan
diri”.27 Ia adalah salah seorang yang sejak mula-mula mengikuti Yesus (Yohanes 1 :35-41) ia
juga murid yang berdiri dekat salib Yesus dan menerima Maria ibu Yesus dalam rumah-Nya
(Yoh 19 : 29b). Ia adalah seorang murid yang dikasihi Yesus (Yoh 21 : 20-24). Ia berasal dari
tanah Yahudi (Yoh 2:26) dan bahasa Yunaninya dipengaruhi oleh bahasa semit, dengan kuat
menunjukkan seorang Yahudi yang berbahasa Aram dan dahulu tinggal di Palestina. Sebelum
menetap di Efesus. Yohanes adalah seorang pemberani, penuh semangat, setia, peka terhadap
hal-hal kerohanian, penuh kasih, dan rendah hati. Kasih adalah tema surat-suratnya tentang hal
Tahun terakhir dalam kehidupan Yohanes dilewatkan di Efesus, kota utama di Asia
kecil. Gaya bahasa penulisan Injil lebih maju menunjukkan fakta dari ketiga Injil yang lain
Setelah penulisan Injil ketiga (Matius, Markus, Lukas). Pada saat itu jemaat
membutuhkan satu uraian baru mengenai riwayat Kristus. Yohanes menulis Injil ini menjelang
akhir abad pertama atau sekitar tahun 85 sesudah Masehi pada waktu ia melayani Efesus.
27
M.E. Duyuverman. Pembimbing ke Depan dalam Perjanjian Baru. (Jakarta: BPK,1966), hal.60.
28
Merril Tenny. Injil Yohanes. (Malang, Gandum Mas, 1958), hal. 11-12.
28
Pada saat Yohanes menulis Injil ini jemaat Yahudi sudah cukup matang dalam masa
peralihannya dari sikap yang memisahkan diri (bnd KPR 10) kepada sikap yang menjangkau
semua bangsa. Dan Injil Yohanes ini ditujukan kepada semua bangsa. Inilah sebabnya Yohanes
Yang menjadi tujuan Injil Yohanes menurut Robert Kysar (1995,95) adalah sebagai
berikut :
1. Untuk menolong pembaca percaya bahwa Yesus tidak lain adalah apa yang ditegaskan
sebagai Mesias dan Anak Allah. Apakah iman pembaca sebaru dan sesegar cerita itu
sendiri, atau iman mengisi seluruh waktu hidup sehingga iman dikuatkan dan terpelihara.
terang.
Tujuan Injil menurut Yohanes : Yohanes hendak menyaksikan bagi para pendengar dan
pembaca bahwa kabar sukacita Allah yang pada mulanya telah mengutus anakNya ke dalam
dunia untuk menyelamatkan diri dan menjadi manusia, maka Allah sendri di dalam Yesus
sendiri tetap Allah, Mesias, Anak Allah yang hidup. Barang siapa yang menerimanya
dimana murid-murid tersebut sedang menangkap ikan di danau Tiberias. Sesudah sarapan pagi
Yesus berkata kepada Petrus Simon Anak Yohanes Apakah engkau mengasihi (Agave) Aku
lebih dari mereka ini? (ayat 15a). “Pertanyaan Yesus kepada Petrus menunjukkan,
dan jawaban Petrus menunjukkan kebimbangan dan jawabnya benar Tuhan, Engkau tahu
29
Robert Kysar. Injil Yohanes Sebagai Cerita. Hal.59.
30
Wiliam Barclay. Pemahaman Alkitab Setiap hari Injil Yohanes. BPK; Jakart, 1968. hal.444.
29
bahwa aku mengasihi (phileo) Engkau. barangkali setelah menyangkal Yesus sebanyak tiga
kali, Petrus menjadi kurang percaya atau kurang berani menyatakan bahwa ia mengasihi Yesus
Dan lagi Yesus beranya kepadanya, apakah engkau sungguh-sungguh mengasihi (Agave) Aku
Petrus juga kembali mengulangi jawabannya. Untuk ketiga kalinya Yesus menanyakan kasih
Petrus, apakah engkau mengasihi (philio) Aku. Ayat (17). Petrus mengakui kasihnya dengan
memohon pengetahuan sempurna dari diri Yesus sendiri. Tuhan Engkau tahu segala sesuatu,
Engkau tahu, bahwa aku sungguh mengasihi (phileo) Engkau. Yesus mengulangi perintah-Nya
“Gembalakanlah domba-dombaKu”).
Menurut Jhon Hunter (1994 : 54) mengatakan : Ketika Yesus berbicara kepada Petrus,
Dia berfokus pada dua bentuk kasih : kasih moral/sosial (agave) dan afeksi persahabatan
(philio).31 Arti yang dimaksud Yesus dalam kata agave ia yang dipakai mencakup defenisi
lengkap mengenai agave yang ditulis oleh Rasul Paulus dalam 1 Korintus 13. Kesabaran,
kebaikan, tidak mencari kepentingan sendiri, tidak bersukacita karena ketidakadilan dan
percaya segala sesuatu semuanya merupakan unsur kasih yang Yesus inginkan untuk Petrus
miliki. Pertanyaan yang dilontarkan Yesus kepada Petrus merupakan pertanyaan yang sangat
Dalam kamus bahasa Indonesia, “prinsip berarti azas atau kebenaran yang menjadi
pokok dasar bagi seseorang untuk berpikir atau bertindak”.32 Dalam hal ini Injil Yohanes 21:15
– 17, dimana Yohanes ingin menceritakan tentang pemulihan diri Petrus dengan Yesus. Dimana
Petrus merupakan murid Yesus yang telah ditetapkan Yesus untuk melanjutkan visi Yesus,
31
Jhon Hunter. Kristen yang Sukses ( Bandung, Kalam Hidup, 1994). Hal 54.
32
Ibid. hal. 768
30
Oleh sebab itu Yesus menginginkan Petrus harus memiliki pokok yang sangat
sebagai berikut :
Petrus diperintahkan untuk menunjukkan kasih Agave kepada Tuhan ayat 15-17. Petrus
mengetahui dengan tepat bahwa kasih sejati itu ada pada Bapa. Setelah menyangkal Yesus tiga
kali Petrus tidak mempunyai dasar seperti itu, satu-satunya pengetahuan yang benar tentang
kasih itu adalah penampakan kehidupan Yesus. Dalam kematian-Nya, Yesus memberikan
Bahkan pada waktu Yesus meramalkan penyangkalan Petrus, Yesus berkata : Aku
memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi, sama seperti
Aku telah mengasihi kamu. Demikian pula kamu saling mengasihi. Dengan demikian semua
orang akan tahu bahwa kamu adalah murid-murid-Ku. Yaitu jika kamu saling mengasihi (Yoh
13:34-35).
Pada waktu Petrus mengatakan bahwa ia akan menyerahkan nyawanya untuk Yesus.
Tanpa kasih agave semuanya tidak ada yang berarti sehingga Yesus mengoreksi diri Petrus
apakah dia memiliki kasih yang seperti itu. Kasih kepada gembala mengharuskan pemelihara
Iman adalah akar dimana ketaatan adalah bungan dan buah yang indah. Hal ini hanya
terjadi jika iman itu telah dinyatakan dalam ketaatan, yaitu ketaatan yang tidak berarti
ketika jalannya kasar dan gelap. Suatu ketaatan yang penuh sukacita memikul salib dan
rasa malu, dengan demikian janji tertinggi Injil digenapi. Jika kasih kepada Juruselamat
yang Kudus, memimpin kita kepada ketaatan yang segera yang tidak terlambat-terlambat,
ketaatan yang jelas dan tidak bimbang memimpin kita untuk mengatakan dalam roh yang
jadilah maka ada ucapan selamat jalan kepada keraguan dan kegelapan, kepada kesepian
dan penderitaan. Dan kita tidak lagi menggerutu saat Allah sepertinya tidak ada. Kita akan
31
berjalan seakan kita melihat Dia yang tidak kelihatan, mengatasi segala kekuatan, menang
terhadap semua musuh.33 Kasih agave adalah kompas yang menunjukkan jalan bagi
Petrus yang akan dimiliki dalam memelihara kawanan domba yang Tuhan percayakan
kepadanya.
Pada pertanyaan ketiga ayat 17, Yesus bertanya kepada Petrus apakah Engkau memiliki
afeksi terhadap-Ku? Menurut Jhon Hunter mengatakan bahwa : “Pertanyaan itu menentang
terhadap Yesus bukanlah sebagai sahabat, tetapi ia mengasihi Yesus”.34 Yesus tidak
mengatakan Dia mengetahui kasih Petrus, tetapi dengan penuh kuasa mengakuinya dengan
Yoh 15 : 14-15 Dia berkata Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu apa
yang diperbuat oleh tuannya, akan tetapi Aku menyebut kamu sebagai sahabat, karena Aku
telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah kudengar dari BapaKU”. Yesus
memperluas persahabatan kepada semua orang yang menunjukkan kasih pemberian Allah, yang
Motivasi untuk memelihara kawanan domba berasal dari kasih pemimpin terhadap
gembala. Kasih pemimpin memberikan dorongan untuk terus bertahan ketika kelelahan
menggerogoti jiwa. Kasih memberi kekuatan untuk memberi makan domba ketika pemimpin
rindu untuk, dirawat. Kasih itu memberikan dukungan yang penuh kasih bahkan untuk mereka
yang nista. Kasih itu memberikan hati ketika kekuatan datang. Pdt. Nehemiah (1985: 109)
mengatakan bahwa :
Kasih persaudaraan atau persahabatan dari Kristus bukanlah sesuatu untuk terus
diucapkan hanya dengan mulut saja, baik mulut gembala maupun mulut para pengerja.
Karena ada tubuh Kristus maka dengan sendirinya dalam tubuh itu harus ada kasih
33
Atur Fink Holmes. Segala Kebenaran Adalah Kebenaran Allah. (Surabaya: momentum 2000)
34
Op.cit.hal,56.
32
persaudaraan dalam Kristus. Kita ketahui bahwa kasih itu selalu mencari objek untuk
mengajar mereka berdoa baik dengan perkataan maupun dengan contoh. Dia mengajar mereka
berdoa dengan penghormatan dan pujian kepada Allah Mat 6 : 9 mengucap syukur kepada
Allah untuk segala yang telah Ia lakukan dan akan dilakukan (Yoh 11:41), berdoa untuk
domba-domba Allah (Yoh 17 : 1 – 26) untuk mengajukan permohonan mereka kepada Allah
Bapa (Mat 7 : 7-11). Dia mengajar mereka untuk berdoa sendirian (Luk 5 : 16) dan berdoa
Doa merupakan bagian yang sangat penting dari kehidupan Kristus. Dalam kehidupan
doanya Dia memberikan teladan ketundukan. Dalam Lukas 22 : 42 Yesus berdoa “Ya Bapaku,
jikalau Engkau mau ambillah cawan ini dari padaKu, tetapu bukanlah kehendakKu, melainkan
kehendak-Mulah yang terjadi. Dalam doa ini Yesus mengajarkan tentang keterbukaan dan
ketundukan dalam doa. Sebagai murid, Petrus sangat dekat sekali hubungannya dengan Yesus
dan bahkan Petrus adalah salah satu murid yang dikasihi Yesus. Dari keakraban tersebut Yesus
menugaskan atau memberikan suatu tugas yang harus dilakukan Petrus. Setelah Yesus naik ke
surga yaitu memelihara kawanan domba yang semasa hidup-Nya Dia layani sehingga domba-
domba-Nya tidak terlantar tercerai berai melainkan mereka merasa aman dan tentram atas
Dari hubungan yang akrab dengan Tuhan, akan timbul juga hubungan yang dekat
atau gembalanya (Yoh 10:3). Dan dari doalah juga mendorong para pemelihara domba
melakukan pekerjaanya dengan setia serta penuh kasih. Sebab komunikasi adalah jalan bagi
semua hubungan yang bermakna dan karena itu pemelihara domba harus mempunyai hubungan
doa yang terus-menerus dengan Allah. Sebab dari hubungan Petrus dengan Allah sungguh-
sungguh baik sehingga tugasnya pasti akan Petrus lakukan dengan sungguh-sungguh dan
35
Ibid.hal. 109
33
dengan penuh kasih dan lemah lembut. Karena kepemimpinan yang ada pada Petrus berasal
Dalam percakapan Yesus dengan Petrus, Dia memberikan perintah atau memberikan
tugas yang harus dilaksanakan oleh Petrus, Dimana Yesus akan meninggalkan dunia ini dan
mengutus Roh Kudus untuk memampukan Petrus untuk melakukan segala pekerjaan yang
Ku atau peliharakanlah domba-domba-Ku ! (take care my) dari pendengaran akan Firman Allah
(bnd Roma 1:17). Maka domba-domba harus diberi makan; makan melalui khotbah. Maka
Petrus yang dipilih Yesus untuk memelihara domba harus bertanggungjawab dalam hal
memperhatikan kebutuhan secara rohani. Karena sama seperti tumbuhan baru iman juga perlu
dijaga baik-baik, bahkan perlu dipupuk dibina secara teratur. “Maka panggilan Yesus kepada
Petrus bertujuan untuk memperbaharui kehidupan rohani, memberi tuntutan, bimbingan dan
Domba tidak mempunyai pertahanan sendiri. Mereka sama sekali tergantung kepada
pemelihara domba untuk bertahan dari serangan serigala dan anjing perusak. Sama seperti
manusia lebih suka melakukan kejahatan dalam kegelapan, musuh itu juga menyerang pada
waktu malam hari. Begitu jugalah musuh akan terus-menerus berusaha untuk malam
Bahwa Yesus juga memberitakan tentang suatu kemungkinan yang tidak jarang, bahwa
serigala-serigala harus diusir (Yoh 10:12,13) seorang gembala adalah seorang yang bekerja
sampai lelah ia harus waspada dan berani bahkan bersedia mempengaruhi nyawanya sendiri
untuk domba-domba-Nya.37
Dari kutipan tersebut di atas dilihat dengan jelas bahwa domba-domba perlu
36
J.L. Ch. Abineno. Jemaat. Jakarta: BPK. 1965) hal.96.
37
Ibid.hal.3.
34
yang datangnya dari berbagai arah. Yang datangnya dari luar dan dari dalam. Sebab iblis tetap
Pengajar-pengajar palsu yang buas ingin menyesatkan orang percaya dimana mereka ini disebut
sebagai serigala yang buas yang ingin membinasakan domba-domba tersebut. Tugas ini
4.2. Membimbing
Selain memberi makan, melindungi dan pertahanan, Yesus juga memberikan tugas dan
untuk mencari makanannya sendiri. Inilah yang dituntut Yesus dari pada Petrus dalam
pertumbuhan hingga mengalami kedewasaan. Kawanan domba harus diberi makan sesuai
dengan kedewasaannya. Bayi-bayi dalam Kristus mempunyai makanan murni dan dasar dari
Firman Tuhan, susu Firman (1 Pet 2:2). Menurut Jeffry.C (1999 : 137) menjelaskan orang-
orang Kristen bayi adalah duniawi, mereka sangat kurang dewasa untuk menerima pengajaran
Dari pendapat tersebut di atas dapat dilihat jelas perlunya bimbingan bagi domba-
domba yang telah Tuhan percayakan kepadanya, supaya domba-domba tersebut menjadi orang-
orang yang mampu memahami kehendak Tuhan. Dan mereka akan mengerti bagaimana mereka
membimbing domba-domba yang Tuhan percayakan kepadanya. Ada berbagai cara yang dapat
bentuk P.A, bentuk khotbah dan bentuk pemuridan serta seminar-seminar yang berhubungan
dengan kehidupan jemaat. Kalau domba sudah mulai tumbuh dan mulai dewasa merekapun
38
Jerry C. Kepemimpinan Kristen yang Mengubahkan. (Yogyakarta: Yayasan Andi, 1999).
35
akan belajar untuk mencari makan sendiri dari Firman Allah dan belajar dari Firman Allah
Pendidikan domba sangat perlu mendisiplin supaya tidak tersesat dan tidak berjalan di
jalan yang salah. Domba sering sekali dalam perjalanan memisahkan diri dari kawan-kawannya
sehingga mengalami gangguan dan kena penyakit. Tujuan mendisiplinkan domba yaitu
mengembalikan kepada perlindungan dan pemeliharaan gembala yang penuh kasih. Gembala
31:10) sehingga memudahkan pada pemelihara membawanya ke padang rumput yang hijau.
Sebab Tuhan tidak ingin domba-domba-Nya tersesat dan tercerai berai, serta dari cengkraman
dosa.
dan persekutuan dengan teman-temannya atau domba yang lainnya dan mereka saling
Bahwa dalam Alkitab bulu domba menggambarkan kehidupan lama orang Kristen. Dia
menjelaskan bulu domba adalah ekspresi luar dari sikap batin Dia mendapati bulu domba
(Yehezkiel 44 : 17).39
Dari Kutipan di atas dapat dilihat dengan jelas bahwa setiap Imam diperintahkan untuk
mengenakan jubah lenan dan tidak boleh memakai bulu domba ketika melayani di bait suci,
sehingga membawa percaya yang menyimpang berbalik dari dosa mereka. Disiplin adalah
tindakan yang baik yang harus dilakukan dengan penuh kelemahlembutan, tidak dengan
kebencian atau meninggikan diri. Alkitab mengatakan bahwa kasih menutupi segala sesuatu
alat membangun perlindungan, sehingga domba-domba tidak menyebar atau memisahkan diri
39
Philip Keller, A. Sh. Epherd. Looks At Psalm23 Minnepoolis. Word Wide Publication. 1970, hal. 66
36
mereka. Lalat dengan berputar-putar di sekitar telinga dan hidung mereka mencari tempat yang
basah untuk hinggap. Mereka menggangap istrahat domba dan menghalangi mereka untuk
makan rumput. Domba yang tidak nyaman dan terganggu akan lari tanpa tujuan. Jika ada
serangan serangga, pemelihara domba akan menyemprot domba dan masuk kedalam tempat
penolak serangga. Banyak domba-domba dirusak oleh dorongan untuk sukses. Seperti domba
yang kebingungan, para pemercaya sering sekali bersemangat mengejar gaji yang lebih tinggi
atau promosi jawabatan. Masyarakat telah menarik domba ke dalam suatu kondisi yang dengan
berusaha keras mengejar kesuksesan materi, yang menimbulkan tindakan untuk perusak.
Pemeliharaan domba harus mencari padang rumput yang lebih hijau. Sehingga para domba bisa
3. Pelaksanaan pelayanan tanpa kasih ini juga merupakan masalah yang menghalangi
pertumbuhan.
4. Ketidak percayaan dan pemikiran akuisme, hawa nafsu, dan secara potensial, demo terhadap
pemerintah.”40
diseimpulkan bahwa setiap pemelihara domba-domba harus peka dan siap dan perhatian untuk
mengetahui kapan domba disrang dan mengambil tindakan diperlukan untuk melawan, serta
berusaha membersihkan domba dari serangan serangga atau pengerusak tersebut. Para
pemelihara harus bisa atau mampu memimpin domba-domba dalam jalan kebenaran oleh
40
Ibid. hal. 68.
37
karena nama-Nya, harus menunjukkan jalan kepada Kristus. Juga membawa terang Kristus ke
dalam kegelapan dan kepedihan yang ada di semua gemerlap kesuksesan, menyinarkan jalan
rohani yang telah Tuhan tebus bagi domba-dombanya. Sehingga domba-domba menerima
hidup kekal dan bertumbuh dan dewasa rohani dan bukan duniawi dan domba harus bisa
menilai kepuasan karena menyerahkan nyawanya lebih berhaga dari pada kegelisahan karena
Luka dan ketidaknyamanan yang dialami oleh domba-domba berasal dari serangan
predator, kerumunan dan cacing yang ada pada kulit. Bagi domba-domba Kristen luka yang ada
adalah luka-luka batin yang membuat jiwa dan roh menangis dari pada mengobati tubuh,
pemeliharaan domba Kristen harus lebih melayani jiwa dan kepekaan, kasih perhatian dan
bimbingan, mereka mendengarkan ekspresi hati yang terluka. Mereka menjangkau dengan hati
dan menyentuh roh yang sedang mengalami masalah pemeliharaan domba harus bisa
merasakan kepahitan di depan untuk menunjukkan jalan supaya domba-domba Kristen tidak
berjalan dibahaya percobaan, menjaga mereka tidak jatuh ke dalam jerat mereka sendiri.
Luka kadang-kadang muncul sebagai percaya diri yang sudah hancur. Dalam dunia yang
begitu kompleks dan tidak pasti harga diri begitu rapuh. Bahaya kegagalan atau keputusan
dalam dunia kerja atau kehidupan pribadi. Para pemelihara domba harus memerlukan kepekaan
khusus dalam hal-hal memerangi luka-luka yang ada pada domba-domba mereka tetapi
Sering kali pemelihara domba harus memperlihatkan minat mereka melalui teling penuh
perhatian penghibur dan memberi dorongan. Dengan menyadari setiap orang sebagai individu
pemelihara domba harus memfokuskan kepada pengembangan kekuatan dan karunia setiap
pribadi. Dari pada membebani dengan perintah-perintah atau alat-alat mereka lebih baik
Percobaan yang dihadapi umat Allah adalh membangun harga diri sendiri dengan
mengingatkan diri dengan mereka yang menganggap sukses di dunia. Tetapi tanggungjawab
untuk memelihara luka dan kepedihan kawanan. Membawa pemeliharaan ke dalam kumpulan
38
yang tertindas dan terabaikan dari pada kumpulan mereka yang kaya dan berkuasa. Yesus
memberikan diri-Nya kepda mereka yang tidak mampu, tidak terpelajar anlemah harus
mengikuti teladan-Nya.
Pada bagian ini akan dijelaskan bahwa jemaat di efesus itu telah dipengaruhi oleh ajaran-
ajaran sesat. Atau juga disebut sebagai anti Kristus. Mereka berasal dari orang yang telah
percaya kepada Yesus (1Yoh:18). Dalam Injil Yohanes tidak berhubungan dengan penggerak
yang tidak digerakkan dalam karya Aristoteles, dimana para ahli-ahli pikir agamani
helemismetis pada zaman itu menekankan tentang seorang pengantara Allah dan manusia,
suka mengingat kepada keselamatan dalam rangka gnosis dan Yohanes ingin membantah dan
Dengan demikian pertumbuhan akan menjadi terhalang atau terhambat jika terjadi
pengajaran yang dualisme. Yang dimaksud dengan pengajaran yang dualisme yakni : disatu
pihak tentang Injil yang benar dan dipihak yang lain muncul pengajaran yang bertopengkan
Injil, akan tetapi mereka ajarakan bukanlah sesuai dengan kebenaran Firman atau tidak sesuai
dengan kehendak Allah. Dan yang paling mempengaruhi pertumbuhan jemaat, karena ia
muncul dari tengah-tengah anggota jemaat-jemaat dan bahkan dari para pengurus jemaat itu
sendiri. Akan tetapi dengan jelas rasul Yohanes membantahkan ajaran tersebut. Mengenai jaran
Ajaran sesat yang pada waktu itu merajalela di efesus bahkan juga di daerah-daerah lain
di Asia kecil, sampaipun di kereta suatu sinkritisme atau suatu ajaran campuran yang
41
Op.cit. 1990
42
R. Budiman, Surat-Surat Pastoral; (Jakarta: BPK, 1989). Hal. 35.
39
Dari pandangan diatas dapat dilihat dengan jelas bahwa adanya ajaran yang berbeda akan
membuat untuk mengacaukan iman orang percaya, dimana orang-orang akan lebih memilih dan
lelah menggemari ajaran yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Akan tetapi membawa
Rasul Yohanes melihat bahwa ajaran yang menyesatkan atau masalah yang demikian
tidak boleh dibiarkan melainkan harus diselesaikan dengan cara tegas namun sesuai dengan
Firman Tuhan Yohanes berbuat itu dengan jalan untuk menguatkan lagi secara semngat bahwa
Anak Allah sudah betul-betul menjadi manusia (daging) yang merupakan puncak dan mahkota
kebenaran Kristen. Sehingga orang Kristen yang percaya kepada Yesus tidak lagi
supaya jemaat saling mengasihi sebab tidak ada kasih yang lebih besar daripada itu( Yoh 15:12-
13, Yoh 13:34, 1Yoh 4), Yohanes memberikan pengajaran kepada orang-orang yang telah
mengetahuinya kebenaran dan orang-orang pendusta yang dikatakan oleh Yohanes yaitu
orang-orang yang menyangkal Yesus atau menolak Yesus sebagai Anak dan sebagai Bapa.
Yohanes menasehatkan orang-orang percaya supaya tetap memiliki dan tinggal di dalam
kebenaran yang dari pada Yesus Kristus, sehingga memiliki hidup yang kekal (1 Yoh 2:25).
Hal inilah didasari oleh Yohanes sehingga sungguh-sungguh menekankan betapa pentingnya
hidup atau tinggal dalam Yesus Kristus, sehingga iman jemaat semakin diteguhkan dan
dikuatkan oleh Firman Allah yang tinggal dalam dirinya. Dan mereka akan lebih mudah
Yohanes menyarankan juga kepada hamba-hamba Tuhan atau para pemimpin jemaat
yang melayani agar saling membantu dalam melaksanakan tugas mereka sebagaiman Tuhan
telah mempercayakan tugas yang sangat mulia itu. Sehingga jemaat dapat mengatasi atau
menghindari ajaran-ajaran yang datangnya dari guru-guru palsu atau ajaran sesat, sebab ajaran
40
ini sangat membahayakan iman orang yang sudah percaya. “Dan harus bertekunlah kasih yang
benar menentang ajaran sesat serta harus dilakukan dengan penuh kasih”.43
B. Aplikasi Penelitian
Seperti yang telah dikemukakan pada hipotesa penelitian ini bahwa prinsip-prinsip
penggembalaan yang Alkitabiah menurut Yoh 21:15-17 masih dpat diaplikasikan bagi pelayan
penggembalaan di Gereja Pentakosta Indonesia Sidang Pinggol Toba. Berikut ini akan
penggembalaan yang terkandung dalam Yoh 21:15-17 dapat diaplikasikan dalam membina
jemaat dan sekaligus memikul tugas dan tanggungjawab dalam tugas pneggembalaan di Gereaj
Pentakosta Indonesia Sidang Pinggol Toba. Dan yang mendukung kebenaran hipotesa tersebut
sebagai berikut.
Setiap kegiatan yang dilaksanakan dalam ruang lingkup iman Kristen, maka Firman
Allah yang tertulis dalam Alkitab mutlak berlaku sebagai suatu patokan, untuk mengetahui
yang terkandung dalam Alkitab. Dalm Injil Sinoptis yaitu Matius 24:35, Markus 13:31 dan
Lukas 21:33 dimana Yesus berkata “ langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak
akan pernah berlalu”. Dari ayat di atas dapat dilihat dengan jelas bahwa waktu sepanjang
zaman Firman Allah akan berlaku bagi orang percaya. Juga Rasul Paulus juga menandaskan
betapa pentingnya Firman Allah atau manfaat firman Allah yaitu untuk mengubah setiap sikap,
tindakan, serta perbuatan tidak sesuai dengan Firman Allah, seperti yang dikatakan Bons Strom
(1993:18-19) bahwa :
2. Firman Allah adalah sumber kegenapan akan Yesus Gemabla yang baik itu
43
Donal Guthrie. Theologia Perjanjian Baru 3; (Jakarta: BPK, 1992).
44
Ibid. hal. 18-19.
41
Dari kutipan di atas dapat dilihat dengan jelas bahwa gereja yang bertumbuh secara
jumlah dan mutu karena adanya Firman Tuhan yang diberitakan. Dan Alkitab yang menjadi
Prinsip ini juga dipegang dalam pelayanan dan pengajaran di Gereja Pentakosta
Indonesia Sidang Pinggol Toba. Dimana jemaat akan bertumbuh secara rohani dari Firman
Pekerjaan penggembalaan adalah merupakan pekerjaan Tuhan dan oleh karena itu tidak
dapat berbuat apa-apa tanpa pertolongan Roh Kudus. Gereja yang bertumbuh karena kuasa Roh
Kudus dan melalui pemberitaan Firman Allah dan gereja bertumbuh ada berbagai upaya atau
metode yang dilakukan oleh para pelayan, sehingga mengalami pertumbuhan.dalam sejarah
gereja mula-mula dapat dilihat bahwa para murid yang ditempatkan di berbagai tempat sangat
Allah dalam perjanjian baru dapat diterapkan dalam kehidupan umat Allah pada zaman
sekarang ini. Dimana orang percaya sekarang ini terpanggil untuk memperjelas Firman Allah
tersebut dalam situasi dan kondisi dimanapun berada. Dan prinsip-prinsip Gereja Pentakosta
Indonesia Sidang Pinggol Toba Diperlukan seorang gembala yang akan memelihara kehidupan
rohani jemaat dan juga peranan majelis menjadi sesuatu yang sangat mendukung.
Gereja Pentakosta Indonesia lahir atas rahmad Tuhan Yesus Kristus. Sejarah Gereja
Pentakosta Indonesia tidak dapat dipisahkan dari riwayat pendirinya yaitu Pendeta Evangelis
Renatus Siburian. Pengabdian Pendeta ini untuk menyebarkan Injil di daerah Sumatera Utara
khusunya dan di Indonesia umumnya sangat membuat kita makin mengerti bahwa Tuhan Yesus
dapat memakai siap saja yang benar-benar menyerahkan diri kepada-Nya. Pendeta Siburian
adalah satu-satunya pioner gerakan Pentakosta yang paling berhasil dan yang pertama di daerah
Dalam kesibukannya sebagai penginjil dan perintis gereja dia mengalami banyak cobaan
dalam hidupnya tetapi semuanya itu dapa dilalaui oleh karena Tuhannya yang telah memanggil
42
dia dalam perjuangan salib selalu memberikan kekuatan dan jalan keluar. Dalam tugasnya
sebagai penginjil pernah dia tidak melihat anaknya meninggal sebanyal tiga kali, sebab
kesibukannya untuk mengemban tugas yang dipikulkan Yesus kepadanya adalah di atas segala-
Ditangkap oleh pemerintah Jepang oleh karena Injil, dikucilkan dari kehidupan masyarakat
karena dia dianggap membawa ajaran yang unconventional, tidak cocok dengan doktrin yang
sudah ada pada waktu itu. Sebab Pendeta Renatus Siburian adalah perintis pertama ajaran
Hinaan dan segala macam hambatan tidak pernah menghalangi Pedneta ini untuk
menyebarkan Injil, bahkan pernah pula orang menuduh dan menganggap bahwa Siburian
sebenarnya menyebarkan agama yang baru yaitu agama Siburian, sebab kemanapunm dia
menginjil ratusan orang akan dibabtis, disetiap kampung kemana dia menginjil pasti hampir
seluruh penduduk akan datang mngunjungio Kebaktian Kebangunan Rohaninya, yang unik
bahwa setelah Kebangunan Rohani yang selalu diadakan di luar rumah misalnya di halaman,
dilapangan terbuka dan di pasar-pasar umum, maka sering diadakan tanya jawab tentang ajaran
Pentakosta dan tentang isi Alkitab. Babtisan massal selalu di adakan di tempat terbuka, di
sungai, di kolam, di danau, atau tempat-tempat sejenis itu, sehingga tetap dapat disaksikan oleh
banyak orang.bukanlagi berita bahwa banyak dari mereka yang dibabtis tadi adalah orang yang
kebetulan lewat pada waktu upacara babtisan diadakan sekedar ingin tahu apa yang terjadi,
tetapi oleh karena Roh Kudus bekerja orang-orang yang hanya melihat-lihat tadi malah
Dalam pekerjaannya sebagai Pembabtis Air sudah puluhan ribu orang yang
dibabtiskannya, bahkan seorang pendeta anak rohaninya berkata, mungkin dialah orangnya
penginjil yang paling banyak membatiskan orang di dunia, itu menurut saya katanya.
Banyaknya orang yang dibabtiskan dalam upacara babtisan tadi sangat bervariasi, antara 100
orang sampai dengan 1200 orang dalam setiap upacara pembabtisan. Itulah sebabnya Pendeta
Siburian selalu dibantu oleh 4 sampai 12 orang Pendeta, pada waktu acara pembabtisan di
adakan.
43
Orangnya sangat sederhana dan rendah hati, tetapi sangat tegas dan keras dalam hal
disiplin.dia tidak pernah mau menonolkan dirinya secara menyolok. Banyak Pendeta semasa
hidupnya berkata, supaya dia membuat suatu buku biographi, karena itu sangat berguna bagi
penerusnya. Dia hanya menjawab “ segala apa yang sudah saya kerjakan sudah tercatat
seluruhnya di Sorga”. Satu kali dia tertawa dan tersenyum simpul ketika seroang pendeta
Utara, padahal pendeta itu sendiri adalah anak rohani Pendeta Siburian bahkan pendeta
Siburian ini tidak berapa dikenal di luar lingkupan penginjilannya, sebab dia tidak pernah
a. Kekeluargaan
Pendeta Ev. Renatus Siburian lahir pada tanggal 19 Oktober 1914 di Paranginan
Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Dia adalah anak keenam dari 7 bersaudara, abangnya yaitu
Pdt. Lukas Siburian adalah salah seorang perintis Pentakostawi juga di Tapanuli Utara dan
pernah bekerja sama dalam penginjilan sebelum membentuk organisasi gerejanya sendiri.
Istrinya yaitu boru Siahaan yang selalu setia mendampingi bapak pendeta ini melahirkan
9 orang anak, tetapi 5 dari padanya dipanggil Tuhan ketika masih kanak-kanak/bayi. 4 orang
1. Rev. DR.M.H.Siburian.
2. Lamria Siburian
3. Nursalam Siburian
b. Pendidikan
2. Tahun 1936 akhir, Tamat Sekolah Alkitab jalan embong Malang, Surabaya dengan gurunya
c. Pekerjaan
Tahun 1931 – 1935: Bekerja sebagai pegawai Perusahaan NKPM di Palembang, dan
saat itu dia bertobat. Dia menjadi anggota muda/I Gereja dibawah pimpinan Pendeta Siwi.
44
Surabaya untuk masuk Sekolah Alkitab karena merasa terpanggil untuk menginjil.
Tahun 1937: Setelah selesai Sekolah Alkitab, diangkat menjadi Evangelist oleh Holf
Bestur De Pinster Kerk untuk daerah kerja Noort, Sumatera, sambil menunggu hasil
permohonan izinnya yang diajukan ke Gubernur General yaitu Rectperson 177 sesuai dengan
permohonan.
Tahun 1937: Sambil menunggu hasil permohonan Pdt. Renatus Siburian menginjil ke
tanah Karo berkerja sama dengan Pendeta Purba setelah Pendeta Siburian kembali dari
Malaysia/Malaka.
Akhir tahun 1938: Menginjil dan membuka gereja di Berastagi, tetapi mendapat
halangan dari Pemerintah Belanda karena besicit atau izin untuk menginjil belum juga
dikeluarkan oleh Gubernur General. Setelah mendapat halangan dari pemerintah Belanda di
Berastagi, Pendeta Siburian pindah ke kota Medan ibu kota Sumatera Utara untuk menginjil.
Hanya beberapa bulan disana banyak sudah bertobat dan berhasil membuka sidang yang semua
anggotanya terdiri dari orang Tionghoa. Disini pemerintah Belanda kembali memanggil
Pendeta Siburian dan menyatakan bahwa dia tidak boleh membuka sidang di kota itu karena
Tahun 1939: Oleh karena tekanan pemerintah Belanda pada Pendeta Siburian sudah
begitu gencar, maka Pendeta Siburian pindah kesatu kota kecil bernama Kisaran, dan bekerja
sebagai Guru Agama pada Gereja HCB ( Huria Christian Batak ) satu gereja beraliran
Protestan. Dengan demikian dia dapat melakukan kegiatan penginjilannya disekitar daerah itu
dengan gerakan Roh Kudus di daerah Asahan dan Labuhan Batu bahkan pada saat itu banyak
orang yang dibaptiskannya (baptisan selam) termasuk beberapa anggota gereja HCB tadi.
Tahun 1941: Oleh karena merasa gerakan penginjilannya terbatas di daerah tersebut
lebih sebagai guru agama HCB, maka beliau menuju kota Balige di Tapanuli Utara, dan mulai
mengadakan gerakan Penginjilan di daerah itu. Kemudian dari pada itu Pendeta Simanjuntak
datang, dan beliau bekerja sama dengan Pendeta tersebut. Sementara itu izin dari Gubernur
General tidak dapat diharapkan lagi bisa diterima oleh Pendeta Siburian sebab pemerintah
45
Belanda sudah mencapnya sebagai Nasionalist, yang pada waktu itu sangat dibenci oleh
Belanda.
Sampai Tahun 1941 Pendeta Siburian belum lagi membuka organisasi agama
walaupun sebenarnya orang bertobat sudah demikian banyak, pada mulanya pendeta Siburian
beranggapan bahwa tidak perlu untuk membuka organisasi agama, yang penting adalah
menginjil.
Pendiri Gereja Pentakosta Indonesia ialah Pdt. Ev. Renatus Siburian. Gereja Pentakosta
Ketua Gereja Pentakosta Indonesia yang pertama : Pdt. Ev. Renatus Siburian mulai tahun 1942
s
/d 1987. Wakil ketua Gereja Pentakosta Indonesia yang pertama Pdt. E. Simorangkir, tahun
1981 – 1987. Sekjen Gereja Pentakosta Indonesia yang pertama ialah: Rev.DR. M.H.Siburian.
Lokasi Gereja pertama sejak berdiri: Di Kasindir – P. Siantar Kab. Simalungun dan di
Pulau Samosir – Tapanuli Utara. Pendeta yang pertama ada 4 orang yaitu:
Jumlah jemaat mula-mula: Hasil penginjilan di Tapanuli Utara pada waktu itu ±1.000
orang. Menyangkut sistem kepemimpinan yang pertama pada waktu itu adalah system Rasuli,
yaitu mengangkat Sintua di setiap Sidang yang berdiri dengan terlebih dahulu dimuridkan
dengan pengajaran Alkitab dan sudah diurapi dengan kuasa Roh Kudus, mampu berkhotbah
dan memimpin jemaat dengan teratur dan tertib. Hari demi hari jemaat makin bertambah.
dengan melihat kehidupan rohani seseorang dan ketulusan serta kerinduannya melayani,
Pengembangan para pemimpin adalah hal yang sulit untuk dilakukan karena
pemimpin potensial lebih sulit dicari, ditarik dan dipertahankan tidak seperti pengikut.
Pengembangan kepemimpinan juga harus dengan kerja keras, dibutuhkan waktu, energi serta
pemimpin.”45
baru tersebut adalah Timotius dan Titus. Paulus memberdayakan mereka dengan membagi
tanggungjawab dan membagi kekuasaan. Dari 1 Tesalonika 3:2, diketahui bahwa Paulus
mengutus Timotius ke Tesalonika untuk meneguhkan iman umat disana. Titus juga diutus oleh
Paulus ke Jemaat Korintus. Dan Paulus menyuruh Timotius untuk memproduksi dirinya dalam
diri orang lain. Paulus berkata, “Percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercaya,
Dalam hal ini Paulus tidak takut disaingi dan digantikan, justru Paulus melakukannya
kepemimpinannya setelah ia tiada. Hans Finzel mengatakan : “ Agar bertahan dan bertumbuh
seperti iman Kristiani haruslah setidaknya empat lapis: Paulus membimbing Timotius, yang
selanjutnya diminta membimbing orang lain, yang juga membimbing orang lain lagi – empat
lapis pengganti, yang memang menyebarkan gerakan tersebut akhirnya ke setiap benua”.46
Visi adalah suatu yang penting dalam tujuan hidup. Visi lahir dari adanya iman,
ditopang oleh pengharapan, dipercerah oleh imajinasi dan diperkuat oleh semangat. Visi lenih
besar daripada penglihatan mata jasmani, lebih dalam daripada impian, lebih lebar dari pada
gagasan. Visi mencakup pemandangan luas yang berada di luar batas-batas pemikiran, dan
45
Ibid., hlm. 354
46
Hans Finzel, Sepuluh Kesalahan yang dibuat Para Pemimpin, ( Batam, Interaksa, 2002), hlm.193.
47
sangkaan. Dr.Bob Gordon pernah berkata bahwa, “Tanpa visi tidak mengherankan tamatlah
riwayat kita.”47 John C.Maxwell menegaskan bahwa, “ Visi adalah suatu gambaran yang ada
dalam mata pikiran anda tentang hal yang dapat atau seharusnya terjadi pada masa depan.”48
Hans Finzel mendefinisikan visi sebagai, “.......... suatu masa depan yang realsitis, dapat
Dalam I Korintus 9:26, Rasul Paulus berkata: “Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan
dan aku bukan petinju sembarangan saja memukul.” Ayat ini menjelaskan bahwa visi itu sangat
penting. Tanpa visi seorang pemimpin tidak mengetahui bagaimana ia mengawali untuk
melakukan sesuatu dan tidak mengetahui juga kapan dia telah mengakhirinya.
Rasul Paulus adalah seorang pemimpin yang memiliki visi yang besar. Dia adalah
pemimpin yang sungguh menyadari betapa pentingnya sebuah visi. Menurut J.I Packher visi
Rasul Paulus dalam kepemimpinannya adalah: “Memenangkan orang untuk Kristus.”50 Dengan
adanya visi Paulus yang besar ini, maka dia melakukan penginjilan di segala tempat. Dia dapat
bertahan dalam setiap keadaan yang menimpanya. Dia melewati situasi-situasi yang
mengancam nyawanya dan akhirnya dia mati . Visi Paulus tidak hanya tinggal visi namun
Paulus adalah pemimpin yang sangat berhasil dalam visinya sebab telah menjadi kenyataan
bahwa lewat pelayanannya selama dia di bumi dan juga lewat surat-surat yang ditulis dalam
Visi adalah segalanya bagi pemimpin. Visi melukiskan sasaran dan visi memicu serta
membakar semangat dan mendorong untuk maju. “Seorang pemimpin yang tidak memiliki visi
takkan kemana-mana. Paling banter,ia akan lari ditempat.”51 Dengan demikian, maka seorang
pemimpin harus mengetahui bagaimana memperoleh visi, apa manfaat atau efek visi dari
47
Dr.Bob Gordon, Visi Seorang Pemimpin, (Jakarta: Masterbuilders, 1990), hlm.9
48
John C Maxwell, Buku Equip I, (Jakarta: t.p., 2003), hlm. 15
49
Hans Finzel, Op.cit. hlm.196
50
J.I. Packer, Op.cit. hlm.196
51
John C.Maxwell, Op.cit., hlm. 209
48
John C.Maxwell mengatakan bahwa, “Anda tidak dapat membeli, mengemis atau
meminjam visi.”52 Dari pernyataan ini, jelaslah bahwa visi itu hars timbul dari seorang
pemimpin. Visi timbul karena adanya hati yang terbeban untuk mengetahui serta melakukan
kehendak Tuhan dan untuk menjadi apa pun yang dikehendaki Tuhan. Visi adalah gambaran
yang jelas mengenai masa depan yang lebih baik yang ditanamkan Allah kepada hamba-hamba-
Nya. Visi dari Tuhan merupakan suatu panggilan. Visi dari Tuhan dapat dilihat, didengar,
dialami, dapat bersifat pribadi dan dapat bersifat nubuatan. Pemimpin harus yakin bahwa Tuhan
hendak memberitahu pikiran dan kehendak-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Untuk itu seorang
pemimpin perlu mengkhususkan waktu untuk bersekutu bersama Tuhan. Sesudah mendengar
Visi Tuhan bagi manusia akan disingkapkan menurut waktunya Tuhan, bukan menurut
waktu manusia. Untuk itu seseorang harus sabar, tetap bertekun dan tetap hidup dengan cara
yang menyenangkan Tuhan sebelum tiba waktunya Tuhan. Seperti Musa yang baru menerima
visi dari Tuhan sesudah ia mencapai umur delapan puluh Tahum. Tetaplah terbuka terhadap
a. Menghidupkan.
“Tidak ada kehidupan yang dapat dijalani dengan penuh arti bagi Tuhan dan tidak ada
pekerjaan penuh arti yang dapat dilakukan bagi Tuhan kalau tidak dilandasi kuat oleh visi
rohani.”53 Visi dari Tuhanlah yang mengangkat seorang Kristen dari taraf yang biasa-biasa dan
Visi yang telah diterima dari Allah menghidupkan karena memberi dorongan yang
mengubahkan kehidupan dan menunjukkan arah dan tujuan baru. Mungkin seseorang sedang
menuju suatu arah, tetapi setelah menerima visi dari Tuhan mengubah arah kehidupannya dan
visi itu mencengkram sehingga tidak dapat berbuat yang lain selain melaksanakan visi tersebut.
b. Memberi Dorongan.
52
Ibid., hlm. 210
53
Dr. Bob Gordon, Op.cit., hlm. 9
49
Visi yang telah Tuhan berikan kepada seseorang akan memberikan dorongan untuk
melangkah maju menuju sasaran. Memberi semangat untuk melakukan berbagai cara dalam
pencapaian visi tersebut. “Kalau kita tidak mempuntai visi dari Tuhan, kita akan mandek.” 54
Sebagai contoh adalah Paulus. Setelah Paulus mendapat visi dari Tuhan dalam perjumpaannya
dengan Yesus (Kis. 9:1-19), peristiwa itu mendorong semangat Paulus untuk melakukan segala
c. Menguduskan.
Orang yang mendapat visi dari Tuhan, maka mereka akan berusaha membenahi
dirinya. Mereka mulai mendisiplin kehidupannya supaya dapat melayani Tuhan yang sudah
menyatakan diri-Nya. Dr.Tomatala mengatakan bahwa: “ Disiplin bagai sungai air yang terus
mengalir dari gunung kelembah dan terus membawa kesegaran dan membersihkan bahagian
sungai yang keruh.”55 Mereka juga tidak ingin menyenangkan diri sendiri, tetapi sekarang mau
melakukan terhadap Musa, Tuhan memisahkan diri Musa tidak hanya dari kehidupan Musa
yang lama, tetapi juga dari segala rencana dan ide yang mungkin dimiliki Musa ( Keluaran 3:5).
diseluruh Sumatera Utara dan terus dari tahun ke tahun mengajar keseluruh kota antar Propinsi
hingga kepelosok-kepelosok diseluruh tanah air. Pertumbuhan gereja yang begitu signifikan
Mulai pada tanggal 14 Juni 1987 Gereja Pentakosta Indonesia resmi menetapkan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang definitif. Anggaran Dasar terdiri dari 9
Bab dan 22 Pasal. Anggaran Rumah Tangga terdiri dari 14 Bab 33 Pasal berserta dengan
penjelasannya. Dimana sebelumnya yang menjadi tatanan dan pedoman kepemimpinan hanya
54
Ibid, hlm. 18
55
Pdt.D.R.Y.Tomatala, Kepemimpinan Dinamis, (Jakarta: YT Leadership Foundation, 1997), hlm.250
50
berupa peraturan-peraturan. Peraturan yang dimaksudkan adalah produk yang dihasilkan oleh
sinode tahunan seperti contohnya; Sinode Pertama Balige pada tahun 1944 Dengan Hasil
Pertemuan adalah Penggantian nama organisasi Gereja dimana sebelumnya organisasi ini
Utara”. dengan alasan karena Gereja Pentakosta Tapanuli sudah berkembang sampai keseluruh
Sumatera Utara.
Sinode berikutnya pada tahun 1948 juga diadakan di Kota Balige Tapanuli Utara yang
dipimpin oleh Pdt. Ev. Renatus Siburian. Sinode ini menghasilkan keputusan penggantian nama
Indonesia”, dengan alasan karena perkembangan jangkauan pelayanan telah membumi sampai
Pertemuan Para Pendeta yang dihadiri oleh 21 orang pendeta pada tanggal 15
September 1962 di Cinta Dame – Gombus, menghasilkan 5 (Lima) pokok peraturan antara lain:
a. Status jangan menjadi perintang di dalam Gereja Pentakosta Indonesia dengan maksud
b. Status Pendeta-pendeta yang lama berjalan dengan biasa dan tetap, tetapi harus diingat
dan diperhatikan bahwa status bisluit bukanlah menjadi status di dalam kesidangan
Note :
51
Pendeta yang baru diangkat, jangan membujuk Sidang-sidang yang sudah ada, tetapi
f. Seorang Pendeta yang membuka Sidang baru di daerah Pendeta yang lain, maka dia
h. Pendeta-pendeta yang tinggal dalam satu Sidang, pegagannya hanya satu Sidang,
terkecuali Dia ditugaskan melayani Sidang-sidang lain yang ditunjuk oleh Pendeta
i. Pendeta-pendeta daerah boleh mendirikan Gereja di suatu tempat yang penting dengan
usaha mengadakan pemungutan untuk itu dari daerahnya sudah dirasa cukup
daerahnya.
j. Guru-guru Injil bisa bergerak di seluruh Gereja Pentakosta Indonesia dan akan
a. Anggota yang dipecat berhak membela dirinya dengan perantaraan Synode di dalam
Synode sesudah diajukan kepada Ketua Synode. Kalau Ketua Synode keberatan maka
yang sewajarnya atau tidak umum di dalam Gereja Pentakosta Indonesia, maka
Pendeta akan menasehati dan melarangnya seketika itu juga. Kalau peringatan itu tidak
c. Sebaliknya, Pendeta atau Guru-guru yang berbuat sedemikian maka Sidang yang
bersangkutan melaporkan kepada Pengurus Pusat dan penuh bertanggung jawab dan
pelanggaran yang dibuat oleh seseorang pelanggaran mana merupakan kerupaan dosa,
tetapi yang akibatnya nanti pelanggaran menjadi dosa, supaya memperingati dengan
segera.
b. Jika seseorang Pendeta datang mengunjungi Sidang dengan sesuatu maksud dan tujuan
umat Pentakosta, dan setidak-tidaknya atau dengan kata lain, dia harus bergaul dengan
e. Pengerja-pengerja yang diperingati sebagai babak pertama tadi di dalam hal pergaulan
yang menyolok mata tetapi dia tiada mengindahkannya, supaya lekas diberitahukan
kepada Pendeta Umum atau Ketua Gereja Pentakosta Indonesia untuk mengambil
g. Hal ini (yang tersebut diatas) tidak membatasi Pendeta-pendeta mengajarkan pekerjaan
dia tidak bisa bekerja oleh sesuatu sebab umpamanya mengenai hal suku, bahasa, adat,
Pengangkatan seseorang Sintua menjadi Guru dan Guru menjadi Pendeta, bukan
sesuatu peraturan atau keharusan, akan tetapi pengangkatan seorang Guru atau Pendeta
adalah menurut bakatnya masing-masing, hal ini perlu diutarakan agar Sintua-sintua
sebagai Guru, tetapi berkat diperolehnya dari Sidang sebagai pengajar Injil.
k. Sekolah Minggu:
kita di dalam hal pengajaran-pengajaran dari Alkitab. Guru Sekolah Minggu yang
menghadiri Synode untuk diberkati dan sebagainya, harus kita perhatikan juga akan
ongkos-ongkosnya. Anak-anak kita nakal ataupun tidak nakal adalah anggota Gereja
diharap agar pembatasan untuk itu diadakan, dan jangan kiranya dimasukkan saja
V. Perkawainan: Perkawinan agama (secara agama red.) akan kita junjung tinggi,
Penutup:
Indonesia, diadakan nyanyian oleh Pdt.S. Damanik “Anak Tuhan maju dan berani”
Sejak Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dibauat dan ditetapkan,
dengan yang terkandung di dalamnya. Maka terhitung sejak Tahun 1987 Sistem
Majelis sesuai dengan Anggaran Dasar Bab VI Pasal 21 Ayat 1-5 yang berbunyi
demikian :
BAB VI
Pasal 21
55
INDONESIA.
pemilihan Langsung.
lainnya.
Anggaran Dasar adalah sebagaimana yang tercantum pada Chart Struktur berikut ini :
56
Buku Anggaran Dasar Gereja Pentakosta Indonesia.
56
Keterangan :
1. Sinode GPI
2. Pembantu Umum
Pusat
- Ketua
- Sekretaris
- Bendahara
- 8 Departemen
3. Pembantu Umum
Daerah
- Pendeta
- Sidang Jemaat
4. Masyarakat Umum
Untuk mengisi Format Struktural Gereja Pentakosta Indonesia tersebut di atas, maka
diadakan Synode Besar sekali dalam 4 (empat) tahun. Dan sejak tahun 2006 Synode
57
menjadi sekali dalam 5 (lima) tahun. Dengan demikian masa periode sampai pada
skripsi ini ditulis sudah berjalan periode Kepengurusan menjadi Lima Tahun yakni
PERIODE 2006-2011
PEMBANTU UMUM :
4. Pdt. J.SITANGGANG
5. Pdt. A.Y.BUTARBUTAR
8. Pdt. M.RUMAPEA
Dalam bagian ini penulis akan menjelaskan sejarah berdirinya GPI Sidang
di dalamnya.
Toba adalah pada tahun 1978 Binar Sinaga menginjakkan kaki (merantau) ke
Pinggol Toba Desa Gonting Malaha, Kecamatan Bandar Pulau, Kabupaten Asahan.
selama 2 tahun. Dan pada tahun 1980 beliau bersama dengan anggota jemaat
2. Jhoni Simare-mare
3. P.Simanjuntak.
4. J.Tamba
Sekitar tahun 1980 sampai dengan tahun 1985 Pos Pelayanan ini semakin
berkembang dan bertumbuhh, hingag dalam kurun waktu tersebut ada beberapa
orang diantara jemaat termasuk bapak Binar Sinaga diangkat menjadi Sintua. Maka
pada hari Senin Tanggal 25 Oktober 1985 mereka sehati akan mengadakan
Peletakan Batu Pertama yang langsung dipimpin Bapak Pdt.H.Simbolon dan juga
dihadiri oleh Pejabat dari DEPAG Tk. II Kabupaten Asahan, Kepala Desa serta
jemaat semakin bertambah banyak dan jumlah jemaat mula-mula adalah berjumlah
12 kepala keluarga. Pada waktu itu yang menjadi gembala sidang yaitu Bapak St.
Binar Sinaga “ Adapun yang menjadi visi Bapak St. Binar Sinaga yaitu untuk
59
Pendiri :
3. St. L.Sinaga
4. St. P.Simanjuntak
5. Penatua : B. Nainggolan
Pengurus Majelis :
Ketua : B. Nainggolan
Sekretaris : M. Sitinjak
Bendahara : K. Sinaga
Dalam kepengurusan atau majelis terjadi tiga kali peralihan dari tahun 1985 sampai
Pada saat sekarang ini pertumbuhan jemaat yang ada telah mengalami
Pertumbuhan secara mutu dapat dilihat dari keterlibatan anggota jemaat mengambil
57
Pdt. Aliasa Lawolo. Wawancara tanggal 23 Juli 2003.
60
peran dalam kepelayanan khususnya mereka yang terbeban demi kebesaran Allah
Bapa.
Oleh sebab itu penulis ingin mengemukakan jumlah anggota jemaat yang
ada di Gereja Pentakosta Indonesia Sidang Pinggol Toba, yang terdiri dari 24
kepala keluarga.
Muda-mudi : 14 orang
1. Pdt. B. Sinaga
2. Gr. B.Sinaga
3. Gr. L.Sihotang
4. St. M.Sitinjak
5. St. S.Sianturi
6. St. M.Nainggolan
7. St. P.Silaban
8. Penatua B. Nainggolan
9. Parhobas : D. Rajagukguk
- Melakukan pembinaan mental dan spritual bagi para jemaat dan Hamba
Pinggol Toba
61
Gereja Pentakosta Indonesia Pinggol Toba adalah suatu masalah yang timbul
Masalah yang dari luar pada saat sekarang ini adalah masyarakat setempat
Masalah yang datangnya dari dalam yaitu Penggembalaan yang otoriter dan
material dan kurangnya komunikasi yang baik diantara hamba Tuhan baik
Dari hasil wawancara dapat dilihat dengan jelas bahwa masalah datang
ditetapkan.
Bila dilihat dari segi masalah-masalah yang timbul saat ini dalam pelayanan
Gereja Pentakosta Indonesia Sidsang Pinggol Toba sudah barang tentu hal ini tidak
boleh dibiarkan karena itu semua dapat menghambat pertumbuhan jemaat. Untuk
62
mengatasi masalah yang datangnya dari luar gembala sidang mengambil jalan
keluar, sebab gembala sidang tahu dimana ada masalah pasti ada jalan keluarnya.
dan selalu aktif dalam kegiatan sosial atau adat yang tidak bertentangan dengan
Untuk mengatasi masalah yang datangnya dari dalam yaitu dari para
hamba-hamba Tuhan agar sesuai dengan kebenaran Firman Allah. Maka gembala
sidang harus berani menegor, menasehati, mengajar dengan penuh kasih dan
membangun kerja sama. Sama seperti Rasul Yohanes menekankan kasih yaitu
harus mengasihi satu dengan yang lain. Demikian juga gembala sidang Gereja
Pentakosta Indonesia Pinggol Toba agar saling mengasihi dalam hal : saling
menasehati, saling menolong dan saling menghibur mereka yang lemah. Dalam hal
ini juga gembala sidang harus menjadi teladan yang akan diteladani oleh jemaat
gemabala sidang selalu mengkoordinir semua pelayan yang ambil bagian apabila
BAB V
Kesimpulan
1. Melalui penelitian yang telah dilaksanakan terhadap Injil Yohanes 21:15-17 dan
aplikasinya bagi pelayanan Gereja Pentakosta Indonesia Sidang Pinggol Toba. Maka
penulis berkesimpulan bahwa tugas penggembalaan adalah suatu yang diberikan Tuhan
Yesus Kristus bagi Gereja-Nya, untuk membina agar manusia semakin beriman kepada
Tuhan Yesus Kristus bagi Gereja-Nya, untuk membina agar manusia semakin beriman
kepada Tuhan dan senantiasa dapat menjadi garam dan terang di tengah-tengah
2. Gembala sidang harus mendapat panggilan yang jelas dari Tuhan dan harus
mempersiapkan diri atau melengkapi diri dengan sungguh-sungguh. Hal ini sangat
penting untuk memenuhi kebutuhan jemaat sesuai dengan tuntutan-tuntutan yang pada
saat ini, sebab tugas seorang gembala sidang jemaat bukan lah suatu tugas yang dapat
disepelekan, akan tetapi tugas ini harus dilaksanakan sungguh-sungguh. Seorang gembala
sidang haruslah memiliki hati Bapa dalam melaksanakan atau menyelnggarakan tugas
penggembalaan yaitu harus penuh kesabaran, bijaksana, rajin, dan memiliki keberanian,
lemah lembut serta sanggup menguasai diri dalam menghadapi berbagai tantangan atau
masalah.
3. Selain hal-hal tersebut di atas gembala sidang juga harus memiliki motivasi yang jelas
bagi pelayanan yaitu untuk menyenangkan dan memuliakan dalam seluruh hidupnya tidak
mencari pujian dan kehormatan dari manusia dan harus memiliki kesetiaan selain
pelayanan serta juga memiliki sifat yang lebih utama yaitu mengawasi domba-domba
B. Saran
2. Penulis menyarankan agar setiap gembala sdiang dapat menerima segala kritik yang sehat
serta sumbangan pemikiran dan saran-saran yang positif dari warga jemaat
3. Penulis menyarankan agar setiap gembala sidang dalam menghadapi jemaat harus sabar,
lemah lembut, rajin, bijaksana dan juga harus bias menjadi teladan bagi jemaat, harus
4. Penulis menyarankan agar setiap gembala sidang memberikan dorongan atau semangat
kepada warga jemaat agar jemaat sadar bahwa mereka merupkan umat yang terpilih,
imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya juga
terlihat dalam pelayanan atau dalam pemberitaan Firman Tuhan yang sesuai dengan
kehendak Tuhan.
5. Penulis menyarankan agar setiap gembala sidang dalam memilih majelis/penatua harus
terlebih dahulu melihat apakah orangnya mau bertanggungjawab akan tugas yang
dipercayakannya kepadanya, dan memilih orang-orang yang sudah lahir baru dan
memiliki hati yang mau melayani. Jangan memilih orang-orang karena kriteria. Karena
meningkatkan mata kuliah pastoral karena ini sangatlah penting dalam menghadapi dan
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Abineno, J.L. Ch. Pedoman Praktis Untuk Pelayanan Pastoral, Jakarta BPK, 1993
Baeclay William, Pemahaman Alkitab Setiap Hai Injil Yohanes, Jakarta BPK,1968
Homes Tjaard G. dan Singgih E. Gerrit, Sekitar Theologia Pastoral ; Jakarta ; BPK, 1992
Homes Athur Fink., Segala Kebenaran adalah Kebenaran dari Allah ; Surabaya ; Momentum ;
2000.
Keller, Philip, A Shepherd Looks at Psalm 23 ; Minnepolis ; Word Wide Larson. Bruche,
Publication, 1970.
Larson, Bruche, Pelayanan Penggembalaan Yang Ideal, Malang, Gandum Mas, 1996.
Nasution S dan Thomas, Penuntun Membuat Disertasi, Thesis, Skripsi, report, paper;
Bandung ; Jammares, 1980
Nehemiah Mimery, Rahasia tentang Penggembalaan Jemaat ; Jabar ; Mimery Press, 1985.
Poerwadarmita, W. JS. Kamus Umum Bahasa Indonesi ; Jakarta ; Balai Pustaka, 1976.
Riggs Ralph M., Gembala Sidang Yang Berhasil ; Malang ; Gandum Mas 1984.
Simanjuntak. A ; Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 ; Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1997.
Wofford Jerry C., Kepemimpinan Kristen Yang Mengubahkan; Jakarta; BPK, 1982.