L
A
I
M
DI
An
GI
JA
TIM
GERE
(GBM GPI dan Anggota PGI)
OR
Oleh : Sinode Gereja Masehi Injili di Timor I Kor.3:11
T
M I
Memperhatikan : Pembahasan dalam Persidangan Sinode Istimewa konteks yang dikenali secara baik akan memampukan gereja ini menjadi
II GMIT tanggal 1 Oktober 2010. berkat bagi dunia di mana ia hidup dan melayani. Lapangan misi GMIT
tidak bisa dibatasi hanya sebatas propinsi NTT dan pulau Sumbawa di
MEMUTUSKAN
Menetapkan : POKOK-POKOK EKLESIOLOGI NTB. Dalam konteks globalisasi sekarang ini, GMIT perlu melihat
GEREJA MASEHI INJILI DI TIMOR UNTUK konteks lokal, nasional, dan global sebagai lapangan misinya. Hanya
PENYUSUNAN TATA GMIT
dengan begitu ia menjadi „garam dan terang dunia‟.
Pasal 1 Untuk itu perlu dipikirkan dan diupayakan secara sungguh-sungguh
(1) Pokok-pokok eklesiologi GMIT ditetapkan dengan maksud:
bagaimana semua elemen dalam gereja ini (anggota dan pejabatnya)
a. menggambarkan bagaimana GMIT memahami diri dan misi atau
tugasnya; diberdayakan untuk tugas misioner seperti itu. Jemaat yang misioner
b. menjadi acuan bagi penyusunan Tata GMIT; dan
bukanlah jemaat yang mampu memapankan diri dan menjadi status quo
c. menjadi naskah yang menjelaskan secara utuh isi dari Tata GMIT.
(2) Pokok-pokok eklesiologi GMIT sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam lingkungannya. Ciri khas misionaritas kita ada pada gerak keluar
disusun dalam sistematika sebagai berikut:
(ingat eklesia: dipanggil keluar). Gereja tidak boleh sibuk mengurus
a. Pendahuluan, yang memuat tentang gambaran umum tentang
eklesiologi GMIT dan kepentingan dirumuskannya pokok-pokok dirinya sendiri tetapi selalu berupaya menemukan makna dirinya dalam
eklesiologi GMIT;
pelayanan kepada dunia.
b. Isi, yang memuat tentang hakikat (being) GMIT dan misi (doing)
GMIT; dan Tuhan menguatkan kita untuk menjadi gereja yang sebenarnya. Amin
c. Penutup.
1. Latar Belakang Sejarah GMIT pendidikan di NTT. Dalam konteks seperti ini GMIT memiliki misi
GMIT lahir sebagai hasil pekabaran Injil Badan-Badan Pekabaran untuk turut mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan
Injil Belanda, berlatar belakang tradisi Hervormd yang bersumber dari umum yang diasuhnya.
Secara eksternal, oikonomia (penatalayanan) menunjuk pada kemajelisan dan badan-badan pelayanan lainnya. Jabatan pelayanan
tanggung-jawab untuk mengupayakan keadilan ekonomi dan diadakan berdasarkan Alkitab dalam rangka pelayanan, sedangkan
ekologis dalam dunia milik Allah. Gereja adalah penatalayan, jabatan keorganisasian dikembangkan menurut prinsip-prinsip
yang mendapat mandat untuk menata kehidupan pada berbagai kelembagaan gereja (kemajelisan). Jabatan-jabatan pelayanan
level (kampung, bangsa, dan dunia) dan bertanggung-jawab untuk diterima melalui ibadah penahbisan yaitu dengan penumpangan
merawat alam semesta ciptaan Allah yang diciptakan-Nya baik tangan, sedangkan jabatan keorganisasian mendahului pelayanannya
bahkan sangat baik. Karena misi untuk kebaikan adalah milik dengan suatu perhadapan. Dalam tugasnya para pejabat ini
Allah maka gereja pun tak pernah dapat mengklaim bahwa peran meneladani sang Kristus sang Gembala dan Diakonos yang memberi
oikonomia itu hanya terbatas pada gereja. Sebagaimana Allah bahkan mengorbankan diri hingga mati tersalib demi keselamatan
berkewenangan untuk memakai gereja sebagai penatalayan dunia dan manusia (Yoh. 10:14). Para pejabat gereja mendasarkan
ciptaan, Allah juga memiliki otoritas untuk memakai siapa saja – pelayanan mereka pada Firman dan Sakramen. Selain itu mereka
termasuk mereka yang berada di luar gereja – untuk kebaikan dilengkapi dengan perlengkapan organisatoris seperti Tata Gereja
penatua dan diaken. Mereka dipilih dalam jemaat sama halnya dengan gereja. Gereja yang mengabaikan kehidupan spiritualnya akan
penatua dan diaken. Para pengajar bertanggungjawab untuk tugas kehilangan daya dalam melaksanakan misinya. Misi adalah aksi
pengajaran (pelayanan anak, remaja, katekisasi, dll) secara terencana kontemplatif dan kontemplasi yang aktif pada saat yang
dan sistematis dalam jemaat. Untuk itu para pengajar, sebagaimana bersamaan. Pengalaman bersama Allah dalam doa dan
halnya penatua dan diaken, perlu dilengkapi dengan baik untuk tugas- penyembahan menentukan keberhasilan kita dalam misi gereja
tugas mereka dalam jemaat. ini. Hal ini tak dapat dielakkan sebab misi gereja sebenarnya
Kemajelisan dalam gereja merupakan tanggung jawab adalah misi Allah sendiri. Karena itu tanpa melekat pada Kristus
keorganisasian untuk duduk bersama, mengatur, dan mengelola sebagai pokok anggur, dan Allah sebagai pemilik pokok anggur
pelayanan. Mereka menjalankan kepemimpinan dalam jemaat. Para itu, maka gereja tidak akan pernah menghasilkan buah yang
pejabat itu setara. Tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah di diharapkan dari padanya. Misi dari perspektif liturgis ini
antara mereka. Yang ada ialah perbedaan fungsi. Jabatan-jabatan
memanggil kita untuk kembali kepada relasi yang benar dengan
tersebut merupakan jabatan pelayanan, bukan status dan „pangkat‟.
Allah, juga dalam hidup sehari-hari. Liturgi yang dimaksudkan di
Salah satu tugas hakiki dari para pejabat gereja adalah
sini meliputi tata ibadah, namun tidak sebatas itu. Tata-tata ibadah
menggembalakan jemaat Tuhan. Penggembalaan adalah pelayanan
GMIT mesti menolong anggotanya untuk mendapatkan
konseling yang dibuat oleh para gembala jemaat terhadap anggota
pengalaman bersama Allah dalam keheningan dan sekaligus
gereja. Pelayanan pastoral dalam hal ini meliputi mendengarkan
mengekspresikan hubungan mereka dengan Allah dalam hidup
dengan sungguh-sungguh, mendukung, mendorong, dan menjadi
sehari-hari. Setiap jemaat GMIT dalam berbagai konteks sosial
sahabat. Istilah ini juga dimaksudkan untuk menyebut pelayanan yang
dan budaya perlu mengembangkan tata ibadah kontekstual yang
dibuat secara lebih luas dalam gereja dan masyarakat.
menjawab kebutuhan liturgis anggota dalam siklus hidup maupun
Sebagaimana Kristus menantang Petrus untuk mewujudkan
siklus pekerjaannya (pertanian, kenelayanan, dst).
kasihnya pada Kristus dengan melaksanakan tugas penggembalaan
manusia diciderai. Di sini penting ditegaskan bahwa pelaku misi menguatkan yang lemah, mendorong, menyegarkan, menghibur, dan
tidak boleh dibatasi hanya pada para pejabat gereja. Seluruh memimpin jemaat dengan teladan dalam kekudusan (Mzm. 78:52;
anggota gereja mesti mengambil bagian dalam pelaksanaan misi 23). Terselenggara dan berfungsinya tugas pastoral yang baik dalam
gereja pada gilirannya akan menjadikan anggota gereja sebagai umat
ini. Tugas pewartaan itu dapat dinyatakan melalui tugas
yang juga siap untuk melaksanakan peran penggembalaan di tengah-
pengajaran gereja, katekisasi, khotbah, Pelayanan Anak dan
tengah dunia dan masyarakat (Yoh. 10:14-16).
Remaja (PAR), dll. Namun tidak terbatas pada peran-peran
tradisional tersebut. Tugas kesaksian gereja harus dinyatakan baik 11. Prinsip Kelembagaan
dalam kehidupan bergereja maupun dalam kesaksian di tengah- Dalam menata dirinya sebagai institusi/lembaga, GMIT mendasarkan
tengah masyarakat. diri pada prinsip imamat am orang percaya dan ecclesia reformata
c. Diakonia semper reformanda (gereja senantiasa memperbaharui diri). Konsep
Dalam masa globalisasi ini, diakonia mestilah menjadi kekuatan imamat am memiliki akarnya dalam Perjanjian Lama. Seorang imam
dalam GMIT untuk menyatakan solidaritas yang nyata bagi berperan sebagai pengantara Allah dan umat-Nya. Karya keimamatan
mereka yang paling lemah dalam hidup bersama. Jika globalisasi itu telah digenapi oleh Yesus Kristus sebagai Imam Besar (Ibr. 4:14)
menjadi kekuatan yang cenderung mengeksploitasi kaum miskin yang melalui pengorbanan-Nya, mati tersalib dan bangkit, membuka
demi semakin kuatnya kaum bermodal, maka pelayanan gereja jalan baru bagi manusia kepada Allah. Keimamatan Kristus tersebut
tidak bisa lagi dipahami hanya semata-mata sebagai sebuah memungkinkan semua orang percaya untuk terlibat dalam fungsi
tindakan karitatif untuk kaum miskin melainkan harus dinyatakan keimamatan (1 Ptr. 2:9). Mereka yang percaya kepada Kristus dapat
dalam perjuangan untuk menentang sistem yang tidak adil dan berhubungan langsung dengan Allah. Dengan demikian jemaat adalah
berjuang bagi keadilan untuk semua. Diakonia karitatif karena itu persekutuan keimamatan. Namun jika dijabarkan dalam
tetap perlu tetapi tidak cukup. Diakonia karitatif perlu dilanjutkan kepemimpinan gereja, persekutuan imamat itu memilih pejabat-
dengan penyadaran kaum miskin mengenai hak-hak mereka dan pejabat khusus untuk melengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan
bahwa jemaat adalah basis pelayanan gereja. Karena itu kebijakan (Karl Barth: missio Dei). Allah-lah yang memegang semua hal di
pelayanan termasuk kebijakan penganggaran mesti disusun dalam tangan-Nya. Sang Pencipta itu adalah juga Pemelihara yang
sedemikian rupa agar Majelis Sinode dapat berfungsi sebagai yang menyatakan diri kepada ciptaan-Nya dalam kemurahan-Nya yang
memfasilitasi jemaat-jemaat dalam mewujudkan amanat kerasulan dinyatakan kepada segenap ciptaan. Dalam Kristus Putera-Nya,
mereka. penyataan diri-Nya itu dialami manusia secara sempurna dan utuh.
Sinode melalui persidangannya dapat memberi rekomendasi Kehadiran Kristus tersebut diteruskan melalui kehadiran dan aktifitas
Roh Kudus. Misi gereja (missio ecclesiae), dengan demikian, hanya
kepada Majelis Sinode untuk membentuk badan-badan pembantu
dapat dilaksanakan secara benar selama gereja menghubungkan diri-
pelayanan lingkup sinode yang diangkat oleh Majelis Sinode sesuai
Nya dengan Allah yang adalah pemilik misi. Misi gereja mestilah misi
dengan kebutuhan pelayanan GMIT.
yang berpusat kepada Kristus, sebagaimana Kristus berpusat pada
16. Hubungan Jemaat, Klasis, dan Sinode Allah Bapa-Nya. Seperti Kristus memberitakan Kerajaan Allah maka
Hubungan antara persekutuan jemaat di lingkup basis (jemaat), klasis, gereja pun menerima mandat dari Kristus untuk meneruskan berita
dan sinode bersifat pericoresis, saling mengisi, dan bukan saling mengenai kehadiran Kerajaan (basileia) itu di tengah-tengah dunia, di
menggantikan apalagi meniadakan. Sebagai satu keluarga Allah mana gereja hidup dan bersaksi.
hubungan antar jemaat seharusnya mencerminkan persaudaraan dan 4. Gereja Bukan Tujuan Misi
kesetia-kawanan di mana suka dan duka menjadi bagian bersama. Jika misi dipahami sebagai yang bersumber pada Allah sendiri dan
Jemaat-jemaat adalah mitra yang sehakikat dalam panggilan adalah milik Allah yang mendatangkan sejahtera bagi ciptaan-Nya
pelayanan. Hubungan antar jemaat haruslah bersifat saling
18. Sidang-sidang Gerejawi Roh Kudus dan dinamika jemaat tidak akan tertampung di dalamnya.
Sidang-sidang di GMIT terjadi dalam berbagai lingkup pelayanan: Kenyataan ini tidak mengurangi makna Tata Gereja. Ekspresi kasih
jemaat, klasis, dan sinode. Sidang Klasis dan Sidang Sinode yang merupakan ciri-ciri jemaat Tuhan tidak harus bertentangan
merupakan persidangan yang lebih luas cakupannya dari persidangan dengan ketertiban dan keteraturan sesuai dengan prinsip presbiterial
jemaat, dan dihadiri oleh wakil-wakil (perutusan) dari jemaat-jemaat sinodal yang dianut oleh GMIT. Istilah Tata Gereja diterapkan kepada
(pejabat-pejabat gereja). Sidang-sidang ini tidak boleh dianggap semua peraturan yang terdapat dalam GMIT, yaitu Tata Dasar dan
sebagai yang lebih tinggi dari persidangan jemaat tetapi bahwa Peraturan Pokok serta Peraturan lainnya yang bersifat lebih
mengikat seluruh jemaat GMIT. Persidangan jemaat berwewenang Segala perbendaharaan GMIT adalah milik Allah yang dikaruniakan
untuk mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan pelayanan. kepada anggotanya dan yang diperoleh sebagai persembahan
Sidang klasis mempunyai wewenang untuk membicarakan program anggotanya kepada Tuhan sebagai tindakan iman. Perbendaharaan itu