Anda di halaman 1dari 148

MEWARTAKAN

KABAR GEMBIRA
DALAM KEMAJEMUKAN

Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil


kepada segala makhluk (Mrk. 16:15)

B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

Bulan Kitab Suci Nasional


LEMBAGA BIBLIKA INDONESIA
1
2018
Daftar Isi
Gagasan Pendukung 3
Pendahuluan 4
Amanat Agung: Mewartakan Kabar Sukacita  5
Dari Yerusalem ke Ujung Bumi  6
Di Ujung Bumi: Gereja di Indonesia, Gereja di Asia  14
Mewartakan Kabar Gembira dalam Kemajemukan: BKSN 2018  16

Pendalaman Kitab Suci Dewasa/Lingkungan 47


Dialog Dengan Yang Miskin Dan Tersingkir (Matius 14:13-21)  49
Mewartakan Kabar Gembira Di Tengah Kemajemukan Budaya
(Matius 1:18-25)  56
Dialog Dengan Agama Lain (Kisah 17:16-34)  63
Dialog Dengan Gereja Lain (Yohanes 17:20-26)  71

Pendalaman Kitab Suci Orang Muda Katolik 77


Dialog Dengan Yang Miskin Dan Tersingkir (Matius 14:13-21)  79
Dialog Dengan Budaya (Matius 1:18-25)  86
Dialog Dengan Agama Lain (Kisah 17:16-34)  92
Dialog Dengan Gereja Lain (Yohanes 17:20-26)  99
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

Pendalaman Kitab Suci Remaja Katolik 105


Aku Mau Peduli Dan Berbagi  107
Aku Bisa Bekerja Sama  114
Aku Mau Bersaksi Tanpa Menyakiti  121
Dalam Kristus Kita Bersaudara  128

Pendalaman Kitab Suci Anak-anak 133


Bersahabat Dengan Teman Yang Miskin Dan Tersingkir  135
Bersahabat Dengan Teman Yang Berbeda Budaya  139
Bersahabat Dengan Teman Yang Berbeda Agama  142
Bersahabat Dengan Teman Dari Gereja Lain  145

2
MEWARTAKAN
KABAR GEMBIRA
DALAM KEMAJEMUKAN

Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil


kepada segala makhluk (Mrk. 16:15)

Gagasan Pendukung
Dr. V. Indra Sanjaya, Pr

B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

Bulan Kitab Suci Nasional


LEMBAGA BIBLIKA INDONESIA
3
2018
Pendahuluan

Dalam pertemuan nasional (Pernas) yang diadakan pada tanggal 18-22


Juli 2016 di Sawangan, Bogor, Lembaga Biblika Indonesia (LBI) sepakat
untuk mengusung sebuah tema besar “Mewartakan Injil di tengah
Arus Zaman” sebagai arahan selama empat tahun ke depan. Tema itu
kemudian dijabarkan dalam empat tema yang lebih spesifik yang akan
direnungkan terutama dalam Bulan Kitab Suci Nasional selama empat
tahun mendatang. Adapun keempat tema itu adalah sebagai berikut:
• Mewartakan Kabar Gembira dalam Gaya Hidup Modern (2017)
• Mewartakan Kabar Gembira dalam Kemajemukan (2018)
• Mewartakan Kabar Gembira dalam Krisis Lingkungan Hidup (2019)
• Mewartakan Kabar Gembira dalam Krisis Iman dan Identitas Diri
(2020)
Tema pertama sudah kita renungkan selama bulan September 2017.
Sekarang ini kita memasuki tema yang kedua, yaitu Mewartakan Kabar
Gembira dalam Kemajemukan. Sebagaimana biasa, tema ini akan dibagi
dalam 4 pertemuan mingguan dalam rangka Bulan Kitab Suci Nasional.
Tulisan ini, yang bisa diperlakukan sebagai Gagasan Pendukung, mau
menempatkan permenungan atas tema itu dalam konteks Gereja
Indonesia. Oleh karena itu, Gagasan Pendukung ini akan diawali
dengan refleksi tentang Gereja Indonesia dan panggilan mewartakan
Injil sebelum nanti dilanjutkan dengan pembahasan bahan-bahan yang
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

merupakan barang khas Bulan Kitab Suci Nasional.

***

4
1 Amanat Agung:
Mewartakan Kabar
Sukacita

Kalau kita memeras seluruh Perjanjian Baru menjadi satu ayat, mungkin
yang keluar adalah satu nats terkenal dari Injil Yohanes. “Karena Allah
begitu mengasihi dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya
yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa,
melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh. 3:16 TB2). Seluruh narasi
kekristenan sepanjang sejarah, tidak lain dan tidak bukan sebenarnya
adalah kisah tentang penjabaran nats pokok ini dalam sejarah yang selalu
berubah. Kekristenan adalah kisah tentang Allah yang begitu mengasihi
dunia. Kekristenan adalah kisah tentang Allah yang mengaruniakan
Anak-Nya yang tunggal. Kekristenan adalah kisah tentang orang percaya
dan membuat orang percaya.
Untuk membuat “setiap orang” – artinya seluruh umat manusia, tidak
hanya kini dan di sini, tetapi juga yang kemudian dan di sana – percaya
kepada Anak Tunggal Bapa, perlulah ada gerakan yang membawa Dia
kepada setiap makhluk mengarungi zaman. Seperti Paulus berujar,
“Bagaimana orang dapat percaya kepada Dia yang belum pernah mereka
dengar? Bagaimana orang mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang
memberitakan-Nya? Dan bagaimana orang dapat memberitakan-Nya,
jika tidak diutus?” (Rm. 10:14-15). Oleh karena itu, tidak mengherankan
jika Perjanjian Baru, khususnya keempat Injil, menempatkan karya
pewartaan Kabar Gembira kepada segala makhluk ini sebagai perutusan
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

pokok dari Gereja semesta. Hidup Gereja praktis tidak bisa dipisahkan
dari karya pewartaan Injil atau Kabar Gembira. Setelah Gereja sendiri
lahir dari pewartaan Injil dari Yesus dan keduabelas rasul, pada
gilirannya, Gereja sendiri mesti mewartakan Injil “dengan mengutus
para pewarta Injil. Gereja meletakkan dalam bibir-bibir mereka Sabda
yang menyelamatkan” (EN 15).
Setelah kisah kebangkitan dan penampakan Yesus kepada para murid,
keempat Injil dengan caranya masing-masing menyampaikan perintah
perutusan. Injil Matius mempunyai Amanat Agung yang menjadi 5
misi Gereja sepanjang masa, “Karena itu, pergilah, jadikanlah semua
bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak
dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang
telah Kuperintahkan kepadamu. Ketahuilah, Aku menyertai kamu
senantiasa sampai akhir zaman” (Mat. 28:19-20). Perintah yang mirip
bisa kita temukan dalam Injil Markus. “Pergilah ke seluruh dunia,
beritakanlah Injil kepada segala makhluk” (Mrk. 16:15). Injil keempat
memang tidak mempunyai perintah penginjilan dalam bentuk yang
eksplisit. Tetapi, rumusan yang ada pada akhir Injil Yohanes sebenarnya
mengandaikan (akan) terjadinya karya pewartaan Injil. “Memang
masih banyak tanda mukjizat lain yang diperbuat Yesus di depan mata
murid-murid-Nya, yang tidak tertulis dalam kitab ini, tetapi hal-hal ini
telah ditulis, supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah,
dan supaya karena percaya, kamu memperoleh hidup dalam nama-
Nya” (Yoh. 20:30-31 Terjemahan Pribadi). Dengan dicatat atau ditulis
(Yun: graphein), kisah tentang Yesus menjadi terbekukan, terbukukan
dan terbakukan; dan dengan demikian tersedia bagi para pewarta yang
nantinya akan membawa kisah tersebut kepada setiap orang di setiap
zaman dan tempat.
Lalu bagaimana dengan Injil ketiga, yaitu Injil Lukas? Injil ini meru-
muskannya dengan agak berbeda. “Dalam nama-Nya berita tentang
pertobatan untuk pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala
bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamulah saksi-saksi dari semuanya
ini” (Luk. 24:47-48). Buku kedua Lukas, yaitu Kisah Para Rasul,
menyatakannya dengan cara yang agak berbeda, tetapi lebih terperinci.
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

“Tetapi, kamu akan menerima kuasa bilamana Roh Kudus turun ke


atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-saksi-Ku di Yerusalem dan
di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi” (Kis. 1:8).
Pewartaan Kabar Sukacita akan mulai dari Yerusalem, kemudian ke
seluruh Yudea dan Samaria; dan dari situ “ke ujung bumi,” sebuah lokasi
yang tidak tahu di mana persisnya.

Dari Yerusalem ke Ujung


Bumi
Kisah bagaimana para murid Kristus pertama melaksanakan tugas
perutusan ini sebenarnya diceritakan dalam Kisah Para Rasul. Kisah
Para Rasul sebenarnya merupakan sebuah kisah kesaksian tentang
perkembangan Gereja dan perutusannya. Teks yang sudah dikutip di
6 atas, yaitu Kis. 1:8 sebenarnya boleh dipandang sebagai teks programatis,
yang merumuskan dengan singkat program kerja Kisah Para Rasul.
Dengan demikian, seluruh Kisah Para Rasul, tidak lain dan tidak bukan
sebenarnya merupakan penjabaran dari program kerja itu.
Perutusan menjadi saksi Kristus sampai ke ujung bumi mengandaikan
tiga hal yang berkaitan satu sama lain.
a. Ada gerakan ke luar Palestina
b. Ada tokoh yang melaksanakan
c. Ada pertemuan dengan budaya-budaya non-Yahudi

Gerakan Ke Luar Palestina


Palestina bukan “ujung bumi;” demikian juga “ujung bumi” bukan
Palestina. Artinya, kalau tugas menjadi saksi Kristus mau dilaksanakan,
mesti ada gerakan ke luar dari Palestina. Harus ada gerakan jemput
bola. Para pewarta tidak bisa hanya tinggal di Yerusalem dan menunggu
orang-orang dari “ujung bumi” datang dan mendengarkan kisah tentang
Yesus. Mereka tidak bisa bersikap seperti para rabi Yahudi yang hanya
menunggu sampai mereka didatangi oleh anak-anak muda yang mau
belajar tentang Taurat.
Memang ada kesempatan tertentu, seperti misalnya hari Pentakosta,
“di Yerusalem tinggal orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa
di bawah kolong langit” (Kis. 2:5). Tetapi, hal ini tidak banyak artinya
bagi pewartaan Injil, karena yang datang ke sana adalah orang-orang
Yahudi yang memang mempunyai kewajiban untuk datang berziarah
ke Yerusalem tiga kali dalam setahun (bdk. Ul. 16:1-17; Kel. 23:14-19).
Padahal yang dimaksud dengan pewartaan sampai ke ujung bumi adalah
pewartaan yang juga menjangkau orang non-Yahudi yang berada di luar
Palestina. Oleh karena itu, memang tidak ada cara lain. Kalau kesaksian
akan Yesus mau dialamatkan kepada mereka, kegiatan misi keluar mesti
dijalankan.
Dalam Kisah Para Rasul kita menemukan gambaran tentang gerakan
misionaris ini. Kita bisa amati beberapa teks tertentu. Khotbah Petrus
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

pada hari Pentakosta (Kis. 2:14-40) dan di Serambi Salomo (Kis. 3:11-26),
serta di hadapan Mahkamah Agama (Kis. 4:1-22) merupakan kesaksian
para rasul pertama di Yerusalem. Kemudian pecahlah penganiayaan atas
Jemaat. Penganiayaan ini memaksa orang Kristiani untuk keluar dari
Yerusalem. “Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap
Jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke
seluruh daerah Yudea dan Samaria” (Kis. 8:1b). Tetapi, penganiayaan
ini ternyata menjadi blessing in disguise, karena orang Kristiani tidak
sekedar melarikan diri dari Yerusalem, tetapi juga memberitakan Injil
di tempat mereka berada. “Mereka yang tersebar itu menjelajahi seluruh 7
negeri itu sambil memberitakan Injil” (Kis. 8:4).
Mulai dari sini gerak keluar untuk mewartakan Injil berjalan terus
semakin meluas, meninggalkan pusatnya, Yerusalem. Barnabas dan
Saulus sampai di Antiokhia (Kis. 11:19-30). Gerakan mereka kemudian
merambah ke beberapa provinsi Romawi di Asia Kecil (Kis. 13:1-14:28;
15:40-16:8). Dari sana para misionaris awal ini menyeberang ke tanah
Yunani, ke Makedonia dan Akhaya (16:9-19.22). Kis. mengakhiri narasi
misionarisnya dengan menceritakan kisah Paulus di Roma (Kis. 27:1-
28:31). Orang banyak menafsirkan bahwa Roma adalah “ujung bumi”. OK
lah...silahkan saja. Yang jelas, menurut Rm. 15:24,28 Paulus sebenarnya
masih ingin mengunjungi Spanyol.

Sang Eksekutor
Program menjadi saksi Kristus sampai ke ujung bumi seperti digariskan
oleh Kis. 1:8 membutuhkan pelaksana. Siapa yang akan berangkat ke
ujung bumi ini? Siapa orangnya? Ada beberapa orang yang tampil
sebagai pewarta Injil. Filipus, salah seorang dari tujuh diakon (lihat Kis.
6:5), membawa dan mewartakan Injil ke Samaria (Kis. 8:4-25). Kemudian
kita juga temukan nama Barnabas (Kis. 13:2) yang ditunjuk Allah untuk
menjadi pewarta Kabar Sukacita. Tetapi, di antara semua itu, ada tokoh
yang mengejutkan. Siapa yang menduga kalau sang pelaksana karya
misioner ini adalah seorang mantan “penganiaya Jemaat” (bdk. Flp. 3:6;
1Tim. 1:13) yang bernama Paulus atau Saulus.
Sulit dibayangkan bahwa seorang “yang nafasnya penuh ancaman dan
pembunuhan atas murid-murid Tuhan” (bdk. Kis. 9:1) ternyata kemudian
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

berbalik 180 derajat menjadi seorang pewarta iman yang tangguh.


Hal ini hanya bisa terjadi jika memang ada suatu kekuatan besar yang
campur tangan dalam kehidupan Paulus. Kisah Para Rasul memang
menceritakan bagaimana Paulus mengalami sebuah pengalaman rohani
yang mencekam, yang akhirnya mengubah seluruh hidupnya. Sampai
tiga kali pengalaman Paulus ini diceritakan dalam Kis. (Kis. 9:1-19a;
22:6-16; 26:12-23). Tidak lain dan tidak bukan, Allah sendirilah yang
campur tangan di sini. “Orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk
memberitakan nama-Ku di hadapan bangsa-bangsa lain serta raja-raja
dan orang-orang Israel” (Kis. 9:15).
Dalam perjalanan selanjutnya, kita tetap melihat bagaimana Allah
sendiri, melalui Roh Kudus, mengarahkan semua perjalanan misi
yang dilaksanakan oleh Paulus. Dalam Kis. 13:2 Roh Kudus berkata,
“Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah
Kutentukan bagi mereka.” Karena disuruh Roh Kudus, mereka berangkat
8 ke Seleukia dan dari situ mereka berlayar ke Siprus (Kis. 13:4). Narasi
singkat dalam Kis. 16:6-10 menggambarkan bagaimana Roh secara
eksplisit menentukan perjalanan misi mereka.
6
Mereka melintasi tanah Frigia dan tanah Galatia, karena Roh Kudus
mencegah mereka untuk memberitakan Injil di Asia. 7Setibanya di
Misia mereka mencoba masuk ke daerah Bitinia, tetapi Roh Yesus
tidak mengizinkan mereka. 8Setelah melintasi Misia, mereka sampai di
Troas. 9Pada malam harinya tampaklah oleh Paulus suatu penglihatan:
Ada seorang Makedonia berdiri di situ dan memohon kepadanya,
“Menyeberanglah kemari dan tolonglah kami!” 10Setelah Paulus melihat
penglihatan itu, segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke
Makedonia, karena dari penglihatan itu kami menarik kesimpulan bahwa
Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada orang-
orang di sana.

Kisah Para Rasul sendiri merekam kisah-kisah perjalanan misi Paulus


untuk memberitakan Injil.

• Perjalanan I : Kis. 13:4-14:28 mungkin tahun 45-58


• Perjalanan II : Kis. 15:36-18:23 mungkin tahun 48-50
• Perjalanan III : Kis. 18:23-21:17 mungkin sekitar 52-58
• Perjalanan IV (ke Roma) : Kis. 21:15-28:31 mungkin sekitar 60 M
Kisah perjalanan ini tidak terungkap dalam surat-surat Paulus. Tetapi,
sebenarnya hal ini tidak amat mengherankan. Paulus banyak mendirikan
Jemaat di banyak tempat. Tetapi, Paulus tidak bisa terus bersama
mereka. Oleh karena itu, tidak lama setelah Jemaat setempat berdiri
dan pemimpin lokal ditunjuk, Paulus beranjak ke tempat lain untuk
melanjutkan tugasnya mewartakan Injil kepada segala bangsa. Kadang
kala Jemaat baru yang ia tinggalkan harus berhadapan dengan beberapa
hal yang ketika Paulus ada bersama mereka belum muncul sebagai
masalah. Karena tidak atau kurang tahu bagaimana memecahkan
persoalan tersebut, para pemimpin Jemaat mungkin bertanya kepada
Paulus yang sudah dalam perjalanan. Paulus lalu menanggapinya dengan
surat. Dengan demikian, isi surat Paulus memang sebenarnya sangat
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

terbatas, yaitu menanggapi persoalan yang dihadapi oleh Jemaat dari


sudut pandang iman Kristiani. Satu kekecualian adalah Surat Roma,
karena Jemaat Roma tidak didirikan oleh Paulus.
Dalam diri Paulus, tugas pewartaan ke ujung bumi mendapatkan
pelaksananya. Tentu saja, Paulus bukan satu-satunya misionaris abad
pertama yang berkeliling mewartakan Injil. Tetapi, sebagaimana
kita tahu, di balik semua itu, kita bertemu dengan Roh Kudus yang
memainkan peranan amat penting. Dialah kuasa dari tempat tinggi
yang dianugerahkan kepada para rasul agar mereka dapat menjalankan 9
tugas pewartaannya (bdk. Luk. 24:49; Kis. 1:8). Kisah Para Rasul di satu
pihak memang bercerita tentang Roh Kudus yang mendampingi Jemaat
perdana; tetapi di lain pihak, juga merupakan kisah tentang perjalanan
para rasul, khususnya Paulus dalam mewujudkan karya pewartaan Injil
ke dunia yang lebih luas.

Pertemuan dengan Budaya Non-Yahudi


Paulus sendiri meyakini bahwa Allah menghendakinya untuk pergi
mewartakan Injil kepada bangsa-bangsa non-Yahudi. “...Allah, telah
memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh anugerah-
Nya, berkenan menyatakan Anak-Nya di dalam aku, supaya aku
memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi...” (Gal. 1:15-
16) atau kepada “orang-orang yang tidak bersunat” (Gal. 2:9). Situasi
ini membawa tiga konsekuensi penting: (1) Paulus harus pergi ke luar
Palestina, (2) itu berarti bahwa dia harus bertemu dengan budaya-
budaya serta tradisi religius non-Yahudi, (3) maka metode pewartaannya
pun mesti berbeda.
Konsekuensi pertama sudah diuraikan di atas, maka tidak akan diulang
di sini. Konsekuensi kedua merupakan soal besar, dan sampai sekarang
masih merupakan salah satu pokok diskusi teologis dalam pemikiran
tentang karya misioner. Berkaitan dengan hal ini, kekristenan awal
menghadapi persoalan yang khas. Pertama-tama mesti disadari bahwa
Jemaat Kristiani awal adalah orang-orang Yahudi yang tentu saja hidup
menurut hukum dan budaya mereka. Di sini segera muncul persoalan:
apakah menurut tradisi hukum Yahudi, pertemuan antara para pewarta
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

yang adalah orang Yahudi dengan orang-orang non-Yahudi bisa dibenar-


kan atau dimungkinkan? Apakah pertemuan seperti ini tidak membuat
orang Yahudi menjadi najis?
Dua teks dari Kisah Para Rasul baik dikutip di sini. Dalam Kis. 10 kita
menemukan kisah panjang yang dalam Alkitab kita diberi judul “Petrus
dan Kornelius.” Kisah ini bisa dibagi menjadi empat bagian:
• Ay. 1-8: Penglihatan Kornelius di Kaisarea.1 Dalam penglihatan
malaikat menyuruh Kornelius untuk memanggil Petrus yang sedang
berada di Yope.
• Ay. 9-18: Penglihatan Petrus. Petrus melihat benda seperti kain lebar
diturunkan ke tanah. Di dalamnya terdapat pelbagai jenis binatang.
Kita tidak tahu binatang apa saja yang ada di sana, tetapi dari jawaban
Petrus kita bisa menduga bahwa yang ada di sana adalah binatang
1
Kaisarea Maritima adalah sebuah kota di tepi laut yang didirikan oleh Herodes Agung
pada tahun 22 sM. Pada zaman Romawi, kota ini menjadi ibukota provinsi Roma di
10 Palestina. Karena itu, tidak mengherankan jika di sana banyak tinggal para pembesar
Romawi.
najis. Ketika diperintahkan untuk menyembelih dan memakannya,
Petrus menolak karena binatang itu haram. Tetapi, suara dari sorga
mengatakan, “Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh
engkau nyatakan haram” (ay. 15). Dikatakan bahwa hal itu terjadi
sampai tiga kali.
• Ay. 19-23: Petrus dan utusan Kornelius. Saat Petrus sedang mere-
nungkan pengalamannya, utusan Kornelius datang dan mengutarakan
maksudnya untuk membawa Petrus ke Kaisarea.
• Ay. 24-43: Pertemuan Petrus dan Kornelius. Petrus sadar bahwa
sebenar-nya ia sebagai orang Yahudi tidak boleh bergaul dengan
orang non-Yahudi, tetapi karena Allah yang memerintahkannya maka
ia lakukan (ay. 28). Petrus akhirnya menyadari bahwa keselamatan
Allah melalui Yesus Kristus juga diperuntukkan bangsa-bangsa lain.
“Bolehkah orang mencegah untuk membaptis orang-orang ini dengan
air, sedangkan mereka telah menerima Roh Kudus sama seperti kita?”
(ay. 47).
Pembaptisan Kornelius oleh Petrus merupakan peristiwa penting bagi
perkembangan Jemaat. Petrus adalah wakil Jemaat Yerusalem yang
merupakan Gereja Induk. Sementara Kornelius adalah seorang Roma,
seorang non-Yahudi. Dalam Kis. 11:1-18 diceritakan bahwa Petrus
mempertanggungjawabkan baptisan Kornelius di hadapan orang-orang
bersunat di Yerusalem. “Jadi, jika Allah memberikan karunia yang sama
kepada mereka seperti kepada kita pada waktu kita percaya kepada
Tuhan Yesus Kristus, bagaimana mungkin aku mencegah Dia?” (ay. 17).
Dengan demikian, pembaptisan Kornelius merupakan legitimasi dari
Gereja Induk untuk mewartakan kabar sukacita kepada bangsa-bangsa
lain. Allah memang menghendaki demikian. Dengan demikian, jalan
menuju perutusan kepada bangsa-bangsa mendapatkan lampu hijau
dari Gereja Yerusalem.
Tidak hanya itu. Pengalaman Petrus yang mendapatkan penglihatan
(ay. 9-18) memberi solusi pada satu persoalan yang meski sederhana,
tetapi bisa amat merepotkan. Ketika para pewarta Kristiani berangkat
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

keluar meninggalkan dunia Yahudi dan masuk dunia asing, mau tidak
mau mereka juga harus hidup menurut gaya dunia asing itu. Bisa diba-
yangkan bahwa soal makanan yang kosher menjadi persoalan tersendiri
bagi mereka. Dalam situasi seperti itu, suara dari surga pada ay. 15
memberikan pemecahan bagi persoalan makanan ini. Dengan demiki-
an, tidak ada lagi masalah bagi orang Kristiani Yahudi untuk bertemu
dan bergaul, atau makan bersama dengan orang-0rang non-Yahudi.
Dengan demikian satu dimensi dari ketegangan antara budaya Yahudi
dengan budaya asing terselesaikan. Dari pihak hukum dan tradisi 11
Yahudi kini tidak ada lagi keberatan untuk menerima orang asing. Satu
teks lagi yang juga mesti dipertimbangkan adalah Kis. 15:1-21 yang diberi
judul Sidang di Yerusalem. Pertemuan ini seringkali disebut juga konsili
pertama dalam Gereja. Dalam pertemuan ini, sekali lagi konflik budaya
menjadi pokok perdebatan.
Sampai saat itu kekristenan masih melekat kuat pada agama Yahudi
dengan segala macam tradisinya, termasuk Hukum Taurat. Di beberapa
tempat – terutama di bagian awal Kis. – kita melihat bagaimana para
rasul berkhotbah di Bait Suci. Tampaknya mereka masih berdoa di
Bait Suci walau kemudian mereka melanjutkan persekutuan mereka
(memecahkan roti) di rumah masing-masing. Oleh karena itu, ketika
orang non-Yahudi akan menjadi Kristiani, pertanyaan yang mendasar
adalah: apakah mereka juga masih harus menjalankan kewajiban-
kewajiban Hukum Taurat? Secara konkret pertanyaannya adalah: apakah
orang-orang non-Yahudi yang menjadi Kristiani harus juga menjalani
sunat dan mengikuti Hukum Musa? Inilah yang didiskusikan dalam
Konsili Yerusalem ini.
Kita bisa mendengar gema pertentangan itu dalam Kis. 15. Kita mendengar
ada kelompok yang mengatakan
“Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh
Musa, kamu tidak dapat diselamatkan” (Kis. 15:1)

“Orang-orang bukan Yahudi harus disunat dan diwajibkan untuk


menuruti hukum Musa” (Kis. 15:5)

Nanti Paulus masih harus berhadapan dengan masalah semacam ini


MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

seperti terungkap dalam suratnya kepada Jemaat Galatia.


Persoalan ini sebenarnya bukan sekedar persoalan budaya, tetapi juga
mempunyai implikasi amat penting bagi iman keyakinan Kristiani.
Yang menjadi pokok masalah adalah apa atau siapakah yang sebenarnya
memberi keselamatan? Kristus atau Hukum Taurat? Jika untuk menjadi
Kristiani orang harus disunat, itu berarti bahwa Kristus belum cukup
untuk keselamatan manusia. Tetapi, sebaliknya, jika keselamatan
datang dari Kristus, Hukum Taurat dengan sendirinya tidak mempunyai
kekuatan apa-apa lagi. Pertentangan antara Kristus dan Hukum Taurat
seperti bisa kita lihat, juga mewarnai surat Galatia dan surat Roma.
Dalam Konsili Yerusalem, Petrus dengan jelas mengatakan,
7
“Hai Saudara-saudara, kamu tahu bahwa sejak semula Allah memilih
aku dari antara kamu, supaya dengan perantaraanku bangsa-bangsa lain
mendengar berita Injil dan menjadi percaya. 8Allah, yang mengenal hati
manusia, memberi kesaksian untuk mereka dengan mengaruniakan Roh
12
Kudus kepada mereka sama seperti kepada kita, 9dan Ia sama sekali tidak
membeda-bedakan antara kita dengan mereka, sesudah Ia menyucikan
hati mereka oleh iman. 10Kalau demikian, mengapa kamu mau mencobai
Allah dengan meletakkan pada tengkuk murid-murid itu suatu gandar
yang tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita
sendiri? 11Sebaliknya, kita percaya bahwa melalui anugerah Tuhan Yesus
Kristus kita akan diselamatkan sama seperti mereka juga.”

Yakobus yang waktu itu menjadi pemimpin Gereja Yerusalem akhirnya


memutuskan bahwa
“Sebab itu aku berpendapat bahwa kita tidak boleh menimbulkan kesulitan
bagi mereka dari bangsa-bangsa lain yang berbalik kepada Allah, tetapi
kita harus menulis surat kepada mereka, supaya mereka menjauhkan diri
dari hal-hal yang telah dicemarkan berhala-berhala, dari percabulan, dari
daging binatang yang mati dicekik dan dari darah” (Kis. 15:19-20).

Dengan Konsili Yerusalem ini, persoalan mengenai sunat bagi orang


non-Yahudi praktis selesai. Secara teologis dan teoretis, pewartaan
kepada bangsa-bangsa lain dengan segala konsekuensinya mendapat
peneguhan dalam Konsili Yerusalem. Kini segalanya sudah siap. Orang
yang mendapatkan tugas sudah ada, restu dan lampu hijau dari Gereja
Induk sudah diberikan. Yang tersisa sekarang adalah pelaksanaannya.
Di sinilah konsekuensi yang ketiga perlu diperhatikan. Masuk ke dalam
dunia yang sama sekali berbeda, menuntut cara bergaul yang perbedaan
juga. Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya, begitu kata
orang. Ketika para pewarta masih berkeliling di sekitar tanah Palestina,
“di seluruh Yudea dan Samaria”, mereka tidak menemui banyak kesulitan
berarti karena mereka berhadapan dengan orang-orang yang mempunyai
latar belakang kebudayaan dan tradisi religius yang sama. Mari kita lihat.
Pokok utama pewartaan Kristiani kepada orang-orang Yahudi adalah
bahwa Yesus Kristus merupakan pemenuhan janji dan harapan Israel.
Hal ini bisa ditangkap dan dipahami, meskipun tidak selalu diterima,
oleh orang-orang yang ada di Yudea dan Samaria. Tetapi, tidak demikian
halnya ketika mereka berhadapan dengan orang-orang non-Yahudi di
tanah asing. Kitab Suci Ibrani tidak mereka kenal; Hukum Taurat tidak
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

mereka kenal. Pengharapan Israel akan mesias sang pembebas juga


tidak mereka kenal. Oleh karena itu, gagasan Yesus sebagai pemenuhan
pengharapan Israel sama sekali tidak laku ‘dijual’ kepada bangsa-bangsa
non-Yahudi karena mereka memang sama sekali tidak paham tentang
hal itu. Oleh karena itu, supaya pewartaan Kabar Gembira bisa tetap
berjalan, mesti dicari jalan lain.
Kisah Para Rasul sebenarnya mempunyai sebuah kisah yang persis
menggambarkan pertemuan antara kekristenan yang baru muncul dan
bergerak dengan alam pikir Yunani. Dalam kisah itu, kita bisa merasakan 13
strategi genius yang dijalankan Paulus ketika ia bermisi di luar Palestina.
Dalam Kis. 17:16-34 kita melihat bagaimana Paulus berdebat dengan para
tokoh Yunani di Areopagus. Dalam konteks ini, Atena bisa dipandang
pusat dari pewartaan ke ‘ujung bumi’, pusat dunia kafir! Ini adalah dunia
non-Yahudi! Pertemuan bersejarah antara Paulus dengan para filosof
Atena ini bisa dipandang sebagai pertemuan simbolik antara budaya
Barat dengan budaya Timur.
Sebenarnya menarik kalau kita bisa menikmati pengalaman Paulus di
Areopagus ini. Tetapi, karena perikop ini akan digunakan sebagai bahan
permenungan Minggu III BKSN tahun 2018 ini, maka pembahasan atas
perikop yang sangat inspiratif ini akan diletakkan agak ke belakang.

Di Ujung Bumi: Gereja di


Indonesia, Gereja di Asia
Tugas perutusan yang diserahkan oleh Yesus Kristus kepada murid-murid-
Nya belum berakhir. Dalam setiap dokumen Gereja yang dikeluarkan,
ajakan untuk tetap mewartakan Injil pasti terus dikumandangkan.
Para murid Kristus di mana pun mereka berada terus didorong untuk
mewartakan Kabar Sukacita dalam konteks hidup mereka. Demikian
juga kita. Umat Kristiani di Indonesia juga tidak ketinggalan diajak
untuk tetap bersemangat dalam mewartakan Injil.
Kita berada di Asia, dan Gereja Asia mempunyai ciri khas tertentu.
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

Dengan penduduk yang mencapai dua per tiga dari enam miliar pendu-
duk dunia, Asia merupakan benua yang paling banyak dihuni. Asia juga
merupakan benua yang luar biasa luas, merentang dari Terusan Suez
yang memisahkan benua Asia dan Afrika sampai dengan Selat Bering,
Laut Jepang, dan Laut Cina Timur; dari Siberia sampai dengan Samudera
Hindia. Secara tradisional, Asia dibagi menjadi lima daerah:2 Asia Tengah
(misalnya, Tajikistan, Turkmekistan, Uzbekistan), Asia Timur (seperti
Cina, Jepang, Korea, Taiwan), Asia Selatan (India, Bangladesh, Pakistan,
Nepal, Srilangka), Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, Thailand,
Kambodia, Filipina, Laos, Vietnam), dan Asia Barat yang mencakup
negara-negara Timur Tengah. Dari paparan ini, bisa dibayangkan bahwa
Asia memang diwarnai oleh pluralisme. Ada pluralisme dalam bidang
linguistik, etnik, politik, kultural, dan tentu saja religius.
Tuhan kita Yesus Kristus lahir dan dibesarkan di benua Asia, di daerah
kecil di sebelah barat Asia. Dan sebenarnya, selain kekristenan, agama-
agama besar di dunia seperti misalnya, Yudaisme, Islam, dan Hindu,
14
2
Peter C. Phan, Christianities in Asia (Wiley-Blackwell, Chichester 2011) 2.
serta juga tradisi kerohanian lain, seperti, Buddha, Tao, Konghucu,
Shinto, dan yang lain lagi, juga lahir di Asia (bdk. Ecclesia in Asia 6).3
Ironi terbesar bagi kekristenan adalah bahwa meskipun kekristenan lahir
di Asia, ia kembali ke benua asalnya sebagai agama asing, atau bahkan
lebih buruk, agama dari mereka yang menjajah Asia, yang merupakan
benua tempat kelahiran kekristenan itu sendiri. Tidak mengherankan
kalau sampai sekarang ini, masih banyak orang Asia yang menganggap
kekristenan sebagai agama penjajah.
Dalam suasana yang sedemikian itu, bisa dibayangkan bahwa perutusan
mewartakan Kabar Sukacita mesti memperhitungkan banyak hal agar
bisa dilaksanakan dan menghasilkan buah. Justru karena menyadari
bahwa bagaimanapun tugas pewartaan ini merupakan suatu tugas,
yang sekarang ini mendesak untuk dijalankan, suatu keharusan dan
hal yang agung, para bapa uskup Asia secara khusus berkumpul untuk
membicarakan hal ini. Dalam Sidang Paripurna FABC I di Taipei, Taiwan
tanggal 27 April 1974 ditelurkan sebuah pernyataan sidang berjudul
“Pewartaan Injil di Asia Zaman Sekarang.” Tanpa harus menguraikan
panjang lebar pernyataan sidang FABC tersebut, dapatlah kita katakan
bahwa mempertimbangkan situasi Asia yang plural itu, karya pewartaan
injil harus diadakan dengan cara berdialog dengan situasi setempat.
Secara khusus ditegaskan bahwa pewartaan Injil di Asia mesti menempuh
dialog rangkap tiga atau triple dialogue, yaitu dialog dengan bangsa-
bangsa Asia, khususnya mereka yang miskin dan tersingkir; dialog
dengan budaya-budaya Asia (kontekstualisasi dan interkulturasi), dan
dialog dengan agama-agama lain (dialog antar-agama atau antar-iman).
Gereja Indonesia adalah bagian dari Gereja di Asia. Uniknya, kalau
kita memperhatikan Indonesia sebenarnya boleh dipandang sebagai
miniatur benua Asia. Sebagaimana benua Asia, Indonesia juga diwarnai
oleh kemajemukan. Kemajemukan dari segi budaya dan dari segi agama
– walaupun secara resmi Pemerintah Indonesia hanya menerima enam
agama menjadi ciri kehidupan Gereja di Indonesia. Tentang kemajemukan
ini, Pater John Prior dari STFK Ledalero melukiskan, “Politely ask to
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

photograph half a dozen Indonesians hailing from different islands, and


you will not immediately recognize them as coming from a single nation”.
4
Selain itu, mesti diakui juga bahwa kemiskinan atau jurang antara yang
miskin dan yang kaya rasanya juga menjadi masalah di Indonesia. Kalau
demikian, maka tidak keliru jika dikatakan bahwa pewartaan Injil di
Indonesia kiranya juga mesti memperhatikan triple dialogue ini.
3
Ecclesia in Asia adalah anjuran apostolik dari Paus Yohanes Paulus II tentang pewartaan
Injil di Asia. Rangkuman dan kesimpulan dari hasil Sinode Istimewa para Uskup Asia di
Roma yang diadakan pada tanggal 18 April – 14 Mei 1998. Secara resmi EA dipromulgasi-
kan di New Delhi pada tanggal 6 Nopember 1999. 15
4
John Prior, “Indonesia” dalam Phan, Christianities in Asia, 61-62.
Mewartakan Kabar Gembira
dalam Kemajemukan: BKSN
2018
Bulan Kitab Suci Nasional tahun 2018 ini mengambil tema “Mewartakan
Kabar Gembira dalam Kemajemukan.” Seperti sudah dikatakan sebe-
lumnya, selama empat tahun (2017-2020) BKSN akan merenungkan
“Mewartakan Injil di tengah Arus Zaman” sebagai tema besar.
“Mewartakan Injil” menjadi fokus utama, sementara untuk tahun 2018
ini, kekhasannya terletak pada kata “kemajemukan.” Dengan demikian,
tema BKSN 2018 ini sungguh sesuai dengan situasi Gereja Indonesia yang
di satu pihak, tetap dipanggil dan didorong untuk mewartakan Kabar
Sukacita; tetapi di lain pihak, hidup dalam kemajemukan, sebuah situasi
yang menuntut perhatian khusus.
Karena situasi yang mirip ini, maka arahan FABC berkaitan dengan triple
dialogue yang mesti mengiringi perutusan pewartaan Kabar Sukacita,
kiranya juga relevan untuk Gereja Indonesia. Oleh karena itu, dalam
BKSN tahun ini kita akan merenungkan panggilan mewartakan Injil
dengan memperhatikan triple dialogue ini. Berturut-turut kita akan
merenungkan:
a. Dialog dalam kemajemukan kaya – miskin
b. Dialog dalam kemajemukan budaya
c. Dialog dalam kemajemukan agama
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

Kemudian untuk yang keempat? Marilah kita menyadari bahwa


kekristenan sendiri merupakan sesuatu yang majemuk. Jika Anda
sempat sampai ke Gereja Makam Suci di Yerusalem, di sanalah Anda
akan melihat sesuatu yang sangat ironis. Justru di tempat di mana Yesus
pernah dimakamkan, di sana terlihat perpecahan para pengikut-Nya.
Oleh karena itu, pada minggu IV BKSN, kita merenungkan bersama
kemajemukan yang de facto terdapat dalam Tubuh Kristus atau Gereja
sendiri.
Untuk pendalaman Kitab Suci di masing-masing minggu, beberapa teks
bisa ditawarkan.

Minggu I : dialog dengan kemiskinan Mat. 14:13-21


Minggu II : dialog dengan budaya Mat. 1:18-25
Minggu III : dialog dengan agama lain Mrk. 9:38-41
Minggu IV : dialog dengan Gereja lain Yoh. 17:20-23
16
Pada bagian berikut ini, teks-teks ini akan diperdalam untuk memper-
jelas bagaimana masing-masing teks bisa berperan dalam mengolah
tema-tema mingguan. Harus diakui bahwa teks-teks yang dipilih ini
tidak langsung jelas berkaitan dengan tema yang sedang direnungkan.
Mengapa demikian? Karena tema-tema yang dibicarakan dalam masing-
masing pertemuan sebenarnya merupakan refleksi kemudian yang
dihasilkan dalam perjalanan Gereja atau boleh dikatakan bahwa tema-
tema itu adalah tema-tema modern, kecuali misalnya tema kemiskinan.
Dialog dengan kebudayaan atau dengan agama lain, bukanlah
keprihatinan utama Gereja Awal. Tidak mengherankan kalau untuk
tema-tema tersebut sulit atau tidak bisa ditemukan teks-teks alkitabiah
yang langsung berkaitan dengan tema.

***

B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

17
2 13
Dialog Dengan Yang
Miskin Dan Tersingkir
(Matius 14:13-21)

Setelah Yesus mendengar berita itu menyingkirlah Ia dari situ, dan


hendak menyendiri dengan perahu ke tempat yang terpencil. Tetapi,
orang banyak mendengarnya dan mengikuti Dia dengan mengambil
jalan darat dari kota-kota mereka. 14Ketika Yesus mendarat, Ia melihat
orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh
belas kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit.
15
Menjelang malam, murid-murid-Nya datang kepada-Nya dan berkata,
“Tempat ini terpencil dan hari mulai malam. Suruhlah orang banyak itu
pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa.” 16Tetapi,
Yesus berkata kepada mereka, “Tidak perlu mereka pergi, kamu harus
memberi mereka makan.” 7Jawab mereka, “Yang ada pada kami di sini
hanya lima roti dan dua ikan.” 18Yesus berkata, “Bawalah kemari kepada-
Ku.” 19Lalu Ia menyuruh orang banyak itu duduk di rumput. Setelah
diambil-Nya lima roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah ke langit dan
mengucap syukur. Ia memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya memberikannya


kepada orang banyak. 20Mereka semuanya makan sampai kenyang.
Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang lebih,
sebanyak dua belas bakul penuh. 21Yang ikut makan kira-kira lima ribu
laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak. 22Sesudah itu Yesus
segera mendesak murid-murid-Nya naik ke perahu dan mendahului-Nya
ke seberang, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang.

Kisah mukjizat pergandaan roti adalah satu-satunya kisah mukjizat yang


terdapat dalam keempat Injil (Mrk. 6:32-44; Luk. 9:10-17; Yoh. 6:1-15).
Injil Yohanes yang biasanya mempunyai bahan-bahan yang berbeda dari
injil sinoptik ternyata juga mempunyai kisah pergandaan roti ini. Secara
sederhana perikop ini bisa disusun sebagai berikut:
• ay. 13-14 : pendahuluan - penyembuhan
• ay. 15-18 : diskusi antara Yesus dan para murid
18 • ay. 19-21 : mukjizat pergandaan roti dan hasilnya
Pendahuluan – Penyembuhan (ay. 13-14)
Dua ayat ini merupakan ayat peralihan dan sekaligus mempersiapkan
pembaca untuk episode berikutnya. Akhir perikop sebelumnya mencatat
bahwa murid-murid Yohanes Pembaptis memberitahukan kematian
gurunya kepada Yesus (ay. 12). Perikop selanjutnya yang akan kita bahas,
menggambarkan reaksi Yesus setelah mendengar berita ini. Dengan
peralihan ini mau dikatakan bahwa dua perikop (Mat. 14:1-12 dengan
14:13-21) ini berhubungan erat. Meskipun topiknya kurang lebih mirip,
tetapi ada kontras tajam antara keduanya. Perikop Mat. 14:1-12 berbicara
tentang pesta ulang tahun dan perjamuan yang diadakan Herodes (bdk.
Mrk. 6:21 perjamuan) yang berakhir dengan kematian Yohanes Pembaptis;
sementara Mat. 14:13-21 juga berbicara tentang makan bersama yang
diselenggarakan oleh Yesus, tetapi berakhir dengan kepuasan. “Mereka
semuanya makan sampai kenyang” (Mat. 14:20).
Setelah mendengar berita itu, Yesus menyingkir untuk menyendiri.
Dalam Mat. 4:12 juga dikatakan bahwa ketika Yesus mendengar bahwa
Yohanes ditangkap oleh Herodes Antipas, Ia menyingkir ke Galilea. Kata
“menyingkir” ini memang beberapa kali digunakan Yesus (lihat juga Mat.
2:12; 12:15; 15:21). Tampaknya Yesus memang mau menyingkir dari Herodes
karena belum waktunya. Ia masih harus mengerjakan karya perutusan-Nya
dan tidak mau bertemu dengan Herodes di saat yang terlalu awal. Kalau
Yesus menyingkir dengan naik perahu ke tempat terpencil, tampaknya Ia
mau meninggalkan daerah Herodes Antipas dan memasuki daerah Filipus
di sisi timur utara Danau Galilea.
Tetapi, ternyata orang banyak tidak membiarkan Yesus sendirian. Mereka
lalu menyusul melalui jalan darat. Ketika akhirnya Yesus bertemu
dengan orang banyak itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan dan Ia
menyembuhkan mereka yang sakit (ay. 14). Orang banyak yang sama inilah
yang nantinya akan makan dan dikenyangkan dalam bagian berikutnya.
Dengan demikian, mereka tidak hanya mengalami penyembuhan, tetapi
juga dikenyangkan! Yesus tidak saja tampil sebagai penyembuh penyakit,
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

tetapi juga berkuasa dalam urusan kelaparan.

Diskusi dengan Para Murid (ay. 15-18)


Empat ayat ini memuat dialog antara Yesus dengan para murid-Nya. Senja
sudah datang, lalu mau apa dengan orang banyak yang mengikuti Yesus
ini? Para murid memberi usulan kepada Yesus dengan menunjukkan
fakta bahwa tempat itu sepi terpencil dan hari sudah mulai malam.
19
Waktu yang sudah semakin sore membuat situasi menjadi semakin
rumit. Kalau hari sudah benar-benar gelap, sulit bagi orang untuk
membeli makanan di desa yang kiranya cukup jauh jaraknya dari tempat
mereka berada. Lagi pula, toko atau warung mungkin sudah tutup. Selagi
masih ada sedikit waktu, para murid lalu memerintah Yesus, “Suruhlah
orang banyak itu pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa-
desa.” Apa motif para murid mengatakan seperti ini? Tentu kita tidak bisa
sampai pada pemahaman yang akurat. Tetapi, beberapa kemungkinan
bisa dikemukakan: Di satu sisi, para murid mungkin gelisah dengan
situasi ini. Yesus dianggap terlalu sibuk menyembuhkan mereka yang
sakit, tetapi melupakan bahwa orang banyak itu kelaparan. Tetapi, di
lain sisi, para murid bisa saja merasa diri lebih peka terhadap kebutuhan
sesama dibandingkan dengan Yesus yang dianggap terlalu sibuk dengan
hal-hal bersifat supernatural, dan mengabaikan kebutuhan (sehari-
hari) konkret yang bersifat natural. Atau, para murid gelisah karena
keberadaan sesama yang membutuhkan di sekitar mereka. Penderitaan
atau kesengsaraan memang bukan sesuatu yang indah dan menarik
untuk dinikmati. Perintah mereka kepada Yesus untuk menyuruh orang
banyak pergi mungkin didorong oleh kegelisahan ini.
Tanggapan Yesus juga cukup lugas. “Tidak perlu mereka pergi, kamu harus
memberi mereka makan.” Jawaban ini menjadi penting karena mempunyai
jangkauan yang luas. Murid-murid Yesus ternyata juga harus bertanggung
jawab untuk mengatasi masalah seperti ini. Mereka tidak bisa cuci tangan
begitu saja dan melimpahkan tanggung jawab kepada orang lain. Kalau
benar bahwa para murid sebenarnya ingin melarikan diri dari situasi ini,
pernyataan Yesus langsung menohok para murid! Bukannya menyingkir
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

dari (atau menyingkirkan) mereka, sekarang para murid justru mesti


mengurusi orang banyak itu.
Para murid kemudian menyatakan kemustahilan memenuhi perintah
Yesus dengan menunjukkan (hanya) lima roti dua ikan yang mereka miliki.
Para murid tampaknya tidak menyadari siapa sebenarnya yang sedang
berada di hadapan mereka yang baru saja menunjukkan kemampuan-Nya
dalam menyembuhkan orang-orang sakit. Para murid tampaknya hanya
mampu melihat roti dan ikan saja, tetapi gagal melihat kehadiran unsur
ketiga yang juga hadir di sana, yaitu Yesus sendiri.
Sekarang Yesus langsung menanggapi, “Bawalah kemari kepada-Ku!”
Dengan kata-kata ini mau ditunjukkan bagaimana Yesus bisa berperan
dalam situasi seperti ini. Akan segera kita lihat, apa perbedaan lima roti
dua ikan di tangan para murid dan di tangan Yesus! Dengan ketaatan
penuh, para murid menyerahkan roti dan ikan, yang sebenarnya tidak
berarti apa-apa, kepada Yesus; Yesus yang kemudian akan bertindak. Lalu
20 apa yang akan diperbuat Yesus?
Mukjizat Pergandaan Roti dan
Hasilnya (ay. 19-21)
Di sinilah terjadi mukjizat pergandaan roti. Apa yang dibuat Yesus digam-
barkan secara detil dengan serangkaian kata kerja. “Setelah diambil-Nya
lima roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah ke langit dan mengucap
syukur. Ia memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada
murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya memberikannya kepada orang
banyak” (ay. 19). Meskipun penginjil memberikan gambaran cukup detil
tentang mukjizat pergandaan roti ini, tetapi tetap saja tidak mudah
membayangkan bagaimana mukjizat ini terjadi. Apakah ini seperti seorang
pemain sulap yang tidak habis-habisnya mengeluarkan burung merpati
dari saku jas atau topinya? Di dalam Perjanjian Lama, ada kisah mukjizat
yang amat mirip dalam 2Raj. 4:42-44. Dua puluh roti jelai untuk seratus
orang! Juga di sini, tidak diceritakan bagaimana terjadinya mukjizat. Yang
jelas, pada akhir kisah hanya dikatakan bahwa “makanlah mereka dan ada
sisanya” (2Raj. 4:44).
Demikianlah terjadi mukjizat pergandaan roti. Yesus tidak hanya Tuhan
atas penyakit-penyakit; tetapi juga berkuasa atas hal-hal jasmaniah. Ia
tidak hanya berkuasa atas kuasa-kuasa jahat – yang terwujud dalam
penyakit-penyakit – tetapi juga mampu memenuhi kebutuhan manusia
yang paling dasariah, yaitu makanan. Lebih lagi, Ia tidak begitu saja main
sulap sim salabim menghadirkan roti dari ketiadaan, tetapi menggunakan
sarana yang ada meskipun tidak memadai. Pergandaan roti adalah sesuatu
yang supernatural, tetapi roti itu sendiri hal yang natural saja!
Yang menarik adalah bahwa roti (tetapi ikan tidak disebut. Ke mana
dua ekor ikan kita?) akhirnya sampai kepada orang banyak melalui para
murid Yesus. Ia memberikan roti kepada para murid “lalu murid-murid-
Nya memberikannya kepada orang banyak” (ay. 19). Para murid dilibatkan
dalam karya penyelamatan Tuhan. Dalam hal ini, Yesus tidak sekedar
memberi nasehat atau main perintah, tetapi Ia berbuat sesuatu. Dengan
begitu ada keteladanan di sini. Para murid tidak hanya ikut membagikan
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

roti, tetapi juga ‘menyumbang’ meskipun kecil dan tak berarti. Firman
Tuhan, “Bawalah kemari kepada-Ku!” mengandaikan ada sesuatu yang
dibawa, seberapapun adanya.
Yang mungkin lebih menarik untuk diperhatikan adalah ini. Coba simak
dengan seksama rumusan yang terdapat dalam ay. 19 dan bandingkan
dengan lukisan yang terdapat dalam kisah Perjamuan Malam Mat. 26:26.
Kita memperoleh hasil seperti ini:
“Setelah diambil-Nya lima roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah
ke langit dan mengucap syukur. Ia memecah-mecahkan roti itu dan 21
memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya mem-
berikannya kepada orang banyak” (Mat. 14:19)

Ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap syukur,


memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya”
(Mat. 26:26)

Kita lihat bahwa kedua teks itu menggambarkan Yesus melakukan


serangkaian tindakan yang sama dengan kata kerja yang juga sama.
Memperhatikan kemiripan seperti ini, sulit untuk mengatakan bahwa
antara kedua teks ini tidak ada hubungan sama sekali. Bahwa ini terjadi
secara kebetulan rasanya sulit untuk diterima. Oleh karena itu, tampaknya
kita juga bisa mengatakan bahwa ada hubungan antara kisah pergandaan
roti dengan kisah perjamuan terakhir. Perjamuan Tuhan tampaknya mesti
berakhir dengan pergandaan roti!
Setelah pembagian, lalu dikatakan bahwa “mereka semua makan sampai
kenyang” (ay. 20). Tidak hanya itu, roti ternyata masih tersisa dua belas
bakul penuh! Baru di sinilah, ketika semua orang makan dan kenyang,
serta masih tersisa, kita mengetahui bahwa telah terjadi sebuah mukjizat.
Meskipun sekali lagi, kita tidak tahu kapan mukjizat itu terjadi. Apakah
pada waktu Yesus mengambil roti? Mengucap syukur? Memecah-
mecahkan roti? Atau membagikan roti?
Keterangan tentang jumlah mereka yang makan menggambarkan
bagaimana mukjizat ini memberikan hasil yang berlimpah ruah. Yang
makan ada sekitar lima ribu laki-laki, “tidak termasuk perempuan dan anak-
anak”. Dalam konteks masyarakat patriarkal zaman dahulu, perempuan
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

dan anak-anak memang tidak diperhitungkan. Secara kultural, mereka


tidak diperhitungkan, tetapi nyatanya, Yesus juga tetap memberi mereka
makan. Dengan demikian, tindakan Yesus mengatasi sekat-sekat budaya.
Itu berarti bahwa keselamatan yang Ia tawarkan juga menyentuh mereka-
mereka yang karena alasan lain tersingkirkan!

***

“Orang-orang miskin selalu ada padamu.” Ini adalah kata-kata Yesus yang
direkam baik oleh Injil Sinoptik maupun Injil Yohanes (Mrk. 14:7; Mat. 26:11;
Yoh. 12:8). Ungkapan yang mirip juga terdapat dalam Perjanjian Lama, Ul.
15:11 “Sebab orang-orang miskin tidak hentinya akan ada di dalam negeri
itu.” Ungkapan ini kiranya tepat untuk Gereja Asia yang berada di tengah-
tengah bangsa-bangsa Asia, yang sebagian terbesarnya ialah massa kaum
22 miskin (FABC I no. 19). Dengan orang-orang seperti inilah Gereja mesti
hidup dan berdialog.
Dengan ungkapan “orang-orang miskin selalu ada padamu” Yesus kiranya
menerima adanya kelas miskin di dalam masyarakat. Ia tidak bermaksud
memperjuangkan sebuah masyarakat tanpa kelas, sama rata sama rasa.
Meskipun demikian, Ia juga tidak menginginkan bahwa mereka yang
miskin semakin lama akan semakin miskin, sampai segala miliknya,
termasuk hidupnya, habis sehabisnya. Institusi Tahun Sabat dan Tahun
Yobel yang dipaparkan dalam Im. 25 merupakan strategi yang ditawarkan
agar kelompok miskin dalam masyarakat Israel tidak hancur sama sekali,
tetapi selalu mempunyai pengharapan untuk bangkit kembali demi hidup
yang lebih baik. Tuhan Yesus dalam program kerja-Nya seperti terungkap
dalam Luk. 4:18-19 jelas mengatakan bahwa “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh
sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik (Yun:
euanggelisasthai = menginjili) kepada orang-orang miskin” (Luk. 4:18).
Hal yang mirip dikatakan ketika murid-murid Yohanes datang kepada-
Nya dan bertanya tentang identitas-Nya. Kepada mereka Yesus menjawab,
“Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu
dengar: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi
sembuh, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada
orang miskin diberitakan kabar baik” (Luk. 7:22). Kepada orang buta
diberikan penglihatan; orang lumpuh bisa berjalan; orang kusta ketahiran,
tetapi orang miskin? Tidak dikatakan bahwa orang miskin akan di-kaya-
kan atau dibuat kaya, tetapi kepada mereka akan diberitakan kabar baik.
Apa yang menjadi ‘kabar baik’ bagi orang miskin? Kalau kita melihat
gambaran hidup komunitas kristen perdana sebagaimana terdapat dalam
Kisah Para Rasul (Kis. 2:41-47; 32-35) secara jelas dilukiskan bahwa gaya
hidup saling berbagi merupakan cara sehingga “tidak ada seorang pun
yang berkekurangan di antara mereka” (Kis. 4:34).
Gereja, melalui Konsili Vatikan II, sudah menegaskan posisinya bahwa
“kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan orang-orang zaman
sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita, merupakan
kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus juga”
(GS 1). Di tempat lain, konsili menjelaskan apa yang dimaksud dengan
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

keterlibatan Gereja dalam hidup orang-orang zaman sekarang itu dengan


rumusan yang agak provokatif. “Oleh karena itu, manusia, sementara
menggunakannya, harus memandang hal-hal lahiriah yang dimilikinya
secara sah bukan hanya sebagai miliknya sendiri, melainkan juga sebagai
milik umum, dalam arti bahwa hal-hal itu dapat berguna tidak hanya
bagi dirinya sendiri, melainkan juga bagi sesamanya. Tetapi, semua orang
berhak memiliki sebagian harta-benda sehingga mencukupi bagi dirinya
maupun kaum kerabatnya. Begitulah pandangan para Bapa dan Pujangga
Gereja, yang mengajarkan, bahwa manusia wajib meringankan beban
kaum miskin, itu pun bukan hanya dari kelebihan miliknya. Mereka yang 23
menghadapi kebutuhan darurat, berhak untuk mengambil dari kekayaan
orang-orang lain apa yang sungguh dibutuhkannya. Karena di dunia ini
begitu banyaklah orang yang kelaparan, Konsili mendesak semua orang,
masing-masing secara perorangan, maupun mereka yang berwenang
supaya mengenangkan pernyataan para Bapa: “Berilah makan kepada
orang yang akan mati kelaparan; sebab bila engkau tidak memberinya
makan, engkau membunuhnya”, dan sesuai dengan kemampuan masing-
masing, sungguh membagikan dan menggunakan harta-benda mereka,
terutama dengan menyediakan bagi orang-orang perorangan maupun
bangsa-bangsa upaya-upaya, yang memungkinkan mereka itu untuk
menolong diri dan mengembangkan diri. (GS 69)
Mahatma Gandhi mengatakan, “Earth provides enough to satisfy every
man’s needs, but not every man’s greed.” Persoalannya: bagaimana kita
bisa saling berbagi dan menjadi saluran pengantara berkah Allah untuk
sesama. Sebenarnya di tengah-tengah kita sudah banyak hal konkret yang
dibuat untuk berbagi dengan sesama. Tidak terlalu sulit bagi kita untuk
mengadakan penggalangan dana untuk membangun fisik Gereja, apakah
tidak mungkin mengadakan fundraising untuk proyek-proyek berbagi?
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

24
3 18
Dialog Dengan Budaya
(Matius 1:18-25)

Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria,


ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari
Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami istri. 19Karena Yusuf
suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama
istrinya di depan umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-
diam. 20Tetapi, ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat
Tuhan tampak kepadanya dalam mimpi dan berkata, “Yusuf, anak Daud,
janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab anak
yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. 21Ia akan melahirkan
anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang
akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka.” 22Hal itu terjadi
supaya digenapi yang difirmankan Tuhan melalui nabi: 23“Sesungguhnya,
anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-
laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel.” (Yang berarti: Allah
menyertai kita.) 24Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti
yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria
sebagai istrinya, 25tetapi tidak bersetubuh dengannya sampai Maria
melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus.

Teks yang akan direnungkan pada Minggu II ini sudah sangat terkenal,
bahkan di antara kita mungkin ada yang sudah hampir hafal luar kepala.
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

Alkitab kita memberi judul Kelahiran Yesus Kristus, dan diberi catatan
bahwa teks paralelnya adalah Luk. 2:1-7. Tetapi, tentu saja kalau kita lihat,
kisahnya berbeda. Memang, sebagaimana kita semua sudah ketahui,
kita mempunyai dua versi kisah Masa Kanak-kanak Yesus (Infancy
Narrative), yaitu versi Injil Matius dan Injil Lukas. Teks ini serasa sudah
punya konteks tersendiri, sehingga mungkin agak aneh kalau teks ini
kita bicarakan dalam konteks yang lain. Tapi kita coba.
Bahwa seorang gadis bertunangan dengan seorang laki-laki sebenarnya
bukanlah yang terlalu istimewa. Sebelum pernikahan, amat wajar kalau
calon suami-istri memasuki tahap pertunangan. Itu sangat normal. Dalam 25
adat Yahudi, perkawinan terdiri dari dua tahap. Tahap yang pertama
adalah pertunangan. Tahap kedua adalah ketika mempelai wanita dibawa
ke tempat mempelai laki-laki kira-kira setahun kemudian. Pertunangan
atau tahap pertama dari perkawinan sudah diatur oleh hukum. Demikian
juga apa yang terjadi dengan Maria dan Yusuf. Kalau tidak terjadi apa-
apa, bisa dibayangkan bahwa setelah periode pertunangan akan ada
pesta pernikahan, dan seterusnya, dan seterusnya. Persoalannya adalah
bahwa kemudian penginjil memberikan informasi bahwa sang calon
mempelai wanita, yaitu Maria, ternyata sudah mengandung “sebelum
mereka hidup sebagai suami-istri” (ay. 18) artinya sebelum tahap kedua
terjadi. Ini mengubah situasi.
Kehamilan sebelum kedua calon mempelai ini hidup bersama bisa
dipandang sebagai skandal. Dalam hal ini, kehamilan Maria merupakan
sesuatu yang memalukan bagi Yusuf. Sebenarnya dalam tradisi religius
Israel yang tersimpan dalam Perjanjian Lama, orang Israel sudah terbiasa
dengan kisah-kisah kelahiran yang tidak biasa untuk menunjukkan
campur tangan Allah. Tokoh seperti Ishak, Samson, dan Samuel adalah
tokoh-tokoh yang lahir dari ibu yang mandul dan lanjut usia. Tetapi,
kelahiran dari seorang perawan merupakan sesuatu yang sebelumnya
sama sekali tidak diperhitungkan. Di sini kita bisa bertanya, kalau benar
kehamilan Maria ini merupakan kehendak Tuhan, lalu mengapa hal ini
mesti mengakibatkan ketidaknyamanan bagi Bapa Yusuf? Kalau hal ini
terjadi ketika Bunda Maria belum bertunangan, tentu dampaknya tidak
terlalu besar. Paling tidak hanya seorang saja yang dipermalukan.
Kehamilan Maria memang diberi keterangan “mengandung dari Roh
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

Kudus”. Tetapi, perlu disadari bahwa informasi ini sebenarnya hanya


untuk pembaca. Yusuf tidak tahu kalau Maria mengandung “dari Roh
Kudus”. Yang ia tahu adalah bahwa Maria hamil. Persoalan hukum yang
langsung muncul ke permukaan adalah yang tercantum dalam Ul. 22:20-
21:
Tetapi, jika tuduhan itu benar dan tidak didapati tanda-tanda kepera-
20

wanan pada si gadis, 21maka haruslah si gadis dibawa ke luar ke depan


pintu rumah ayahnya, dan orang-orang sekotanya haruslah melempari
dia dengan batu, sehingga mati -- sebab dia telah menodai orang Israel
dengan bersundal di rumah ayahnya. Demikianlah harus kauhapuskan
yang jahat itu dari tengah-tengahmu.

Lalu bagaimana kira-kira reaksi Yusuf? Apa yang ia pikirkan? Mungkin


Yusuf marah. Kalau Maria ternyata sudah hamil dan mereka belum tinggal
bersama, kesimpulan yang paling logis adalah bahwa Maria mungkin
telah berbuat selingkuh (bdk. Ul. 22:23-24) atau diperkosa (bdk. Ul.
26 22:25-27). Dengan latar belakang ini kiranya perlu dipahami ay. 19 “Karena
Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan
nama istrinya di depan umum, ia bermaksud menceraikannya dengan
diam-diam.”
Sebagai seorang yang tulus hati (atau orang benar), Yusuf tidak
bisa mengambil Maria sebagai istrinya, karena dengan demikian ia
membiarkan yang jahat itu berada di tengah-tengahnya. Menurut Ul.
22:21 perempuan yang kedapatan tidak perawan harus dihukum dengan
dilempari dengan batu sehingga mati. Dalam bentuk yang lebih ringan,
usaha untuk “menghapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu”
bisa dipenuhi dengan cara menceraikan sang istri. Menurut pendapat
beberapa ahli, pada abad pertama Masehi praktik hukum rajam
tampaknya sudah tidak berlaku lagi. Dalam kasus ini, Yusuf sebenarnya
mempunyai dua pilihan, menceraikan Maria secara publik atau secara
diam-diam. Tetapi, karena Yusuf tidak mau “mencemarkan nama
istrinya di depan umum”, yang ia pilih adalah menceraikan Maria secara
diam-diam. Menceraikan secara diam-diam berarti hanya di hadapan
dua orang saksi, dan bukan di hadapan umum. Dengan demikian, proses
ini tidak terlalu mempermalukan Maria.
Tetapi, rencana Yusuf ini ternyata tinggal rencana. Tengah dia merenung-
renung, tiba-tiba datang veto dari Allah sendiri melalui Malaikat-Nya
(ay. 20) yang hadir dalam mimpi. Persis pada waktu itu disampaikan
oleh Malaikat Tuhan apa yang sedang terjadi dalam diri Maria dan siapa
ada di dalam kandungannya. Maria tidak seperti yang dipikirkan oleh
Yusuf. Ia tidak melakukan yang tidak benar, karena anak yang ada di
kandungannya adalah dari Roh Kudus.
Dengan veto malaikat ini, tidak ada lagi alasan bagi Yusuf untuk mencerai-
kan Maria. Kehidupan pasangan yang bertunangan ini bisa terus
berjalan sebagaimana sudah direncanakan. Dengan demikian, Yusuf
mendapatkan tempatnya seperti sudah tercantum dalam silsilah Yesus.
“Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus” (Mat.
1:16). Dengan (tetap) menikahi Maria, Yusuf mendapatkan hak untuk
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

menjadi ayah secara hukum dari bayi Yesus. Ini berarti menempatkan
Yesus dalam garis keturunan Daud. Dengan memberi nama kepada sang
bayi (“engkau akan menamakan Dia Yesus” – ay. 21), Yusuf menegaskan
secara publik bahwa bayi Yesus adalah anaknya. Dalam tradisi rabinik,
seorang yang menyatakan sebuah pengakuan: “Si-X ini adalah anak saya”,
maka pernyataan ini mesti dipercaya (mBaba Batra 8,6).
Malaikat kemudian melanjutkan dengan menyingkap latar belakang
peristiwa ini. “Hal itu terjadi supaya digenapi yang difirmankan Tuhan
melalui nabi” (ay. 22). Kelahiran Yesus dipandang sebagai pemenuhan
27
nubuat lama, yang pernah diucapkan oleh nabi Yesaya sekitar delapan
abad yang lalu. “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan
melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia
Imanuel” (Mat. 1:23). Di sini pembaca mungkin bertanya: lho, kok
“memanggil nama” lagi? Bukankah pada ayat sebelumnya dikatakan
bahwa Yusuf sebagai ayah menurut hukum sudah memberi nama sang
bayi kecil ini? Yang patut dicatat adalah bahwa di sini, subjek yang
memberi nama adalah mereka. Siapa yang dimaksud dengan mereka
ini? Tampaknya mereka di sini mewakili Jemaat Matius atau orang-
orang Kristiani, atau orang-orang yang percaya kepada Kristus. Dengan
demikian, Imanuel yang kemudian diberi penjelasan sebagai “Allah
menyertai kita”, kiranya lebih baik tidak diartikan sebagai nama diri,
tetapi semacam gelar Yesus. Bukankah nama diri sudah diberikan oleh
yang lebih berhak, yaitu Yusuf, ayahnya secara hukum?
Mereka yang pernah mempelajari Injil Matius mengetahui bahwa
gagasan Allah yang menyertai Jemaat-Nya adalah gagasan yang sentral.
Ada tiga ayat kunci dalam Injil Matius yang membangun struktur injil
pertama ini.

• Mat. 1:23 : dan mereka akan menamakan Dia Imanuel.”


(Yang berarti: Allah menyertai kita.)
• Mat. 18:20 : Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul
dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah
mereka.”
• Mat. 28:20 : Ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa
sampai akhir zaman.”
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

Dengan cara ini penginjil mau mewartakan siapakah Yesus ini. Dia adalah
Firman yang menjadi daging, Allah yang menyertai manusia sepanjang
segala masa. Juga ketika kita mewartakan Kabar Sukacita pada zaman
sekarang ini, Tuhan Yesus tetap menyertai kita.

***

Kisah seputar kehamilan Maria ini sengaja dipilih untuk permenungan


pada Minggu II ini tidak untuk menekankan mukjizat perkandungan
Yesus, atau soal keperawanan Maria. Yang mau digarisbawahi adalah
satu hal yang lebih mendasar, yaitu soal inkarnasi, Firman yang menjadi
daging. Inkarnasi adalah salah satu ajaran pokok dalam kekristenan.
Kalau Allah memutuskan untuk berinkarnasi, mau tidak mau Ia yang
tidak terbatas ini mesti berinkarnasi dalam sebuah konteks yang amat
28 terbatas. Paulus merumuskannya dengan sangat indah, Yesus Kristus
“yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan
Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah
mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba,
dan menjadi sama dengan manusia” (Flp. 2:6-7).
Di satu pihak inkarnasi adalah sebuah pengosongan diri; Allah yang
turun; tetapi di lain pihak, inkarnasi juga berarti sebuah pemuliaan;
kodrat manusia diangkat. Inkarnasi menunjukkan bahwa Allah
menilai tinggi budaya manusia. Gagasan ini menjadi penting bagi
kita dalam merenungkan tempat budaya-budaya lokal di mana Gereja
berada. Inkarnasi ini menjadi dasar bagi inkulturasi yang memainkan
peranan penting dalam tugas evangelisasi Gereja kini dan di sini. Bukan
kebetulan kalau almarhum Paus St. Yohanes Paulus II gemar dengan
istilah inkulturasi, yang baru mulai populer sekitar tahun 70-an, justru
karena mempunyai kemiripan dengan istilah inkarnasi, baik dari segi isi
maupun istilah.
Tema minggu II ini adalah mewartakan Kabar Gembira dalam kemaje-
mukan budaya. Dokumen FABC tahun 1974 mengatakan bahwa “untuk
mewartakan Injil di Asia masa kini hendaklah kita sungguh mendarah-
dagingkan amanat dan hidup Kristus dalam budi dan peri hidup bangsa-
bangsa kita. Titik berat utama tugas kita mewartakan Inji, pada saat sejarah
kita sekarang, ialah membangun Gereja setempat yang sejati (FABC, 9).
Sebab Gereja setempat ialah perwujudan dan pengejawantahan Tubuh
Kristus dalam bangsa tertentu, di tempat tertentu, pada waktu tertentu
(FABC, 10). Gereja setempat ialah Gereja yang berinkarnasi dalam suatu
bangsa, Gereja yang pribumi dan berinkulturasi (FABC, 12). Dengan
kata lain, para uskup Asia menghendaki agar Gereja sungguh-sungguh
menjadi Gereja Asia dan bukan Gereja di Asia.
Harus diakui bahwa perjalanan sejarah misi di masa lalu tidak terlalu
bersahabat dengan kultur setempat. Pada waktu itu perbedaan antara
agama dengan kultur tidak tampak. Keyakinan para misionaris bahwa
mereka membawa agama yang unggul secara tidak disadari juga
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

menghasilkan perasaan lebih unggul dalam bidang kultural. Sebaliknya,


juga keunggulan dalam bidang budaya, terutama sejak zaman Pencerah-
an, membawa juga anggapan keunggulan dalam bidang religius.
Para misionaris datang ke tanah misi dengan anggapan tidak hanya
mewartakan Kabar Sukacita Injil, tetapi juga membawa kultur barat yang
unggul. Salah satu teks misioner pada waktu itu adalah kata-kata Yesus
yang terdapat dalam Yoh. 10:10 “Aku datang, supaya mereka mempunyai
hidup, dan mempunyainya dengan berlimpah-limpah.” Ungkapan
“Hidup yang berlimpah-limpah” diartikan sebagai berlimpahnya hal-hal
modern untuk pendidikan, kesehatan, dan pertanian masyarakat yang 29
terbelakang di dunia ini.1 Akibat dari penalaran yang seperti ini, kultur
setempat tidak pernah mendapat tempat yang selayaknya.2
Situasi seperti inilah yang mesti perlahan-lahan mesti diubah. Agama
harus bisa dibedakan dari unsur budayanya. Dengan demikian, agama
bisa bersikap kritis terhadap kultur yang membawanya; dan pada saat
yang bersamaan, agama bisa lebih mengapresiasi kultur yang lain, dan
dengan demikian bisa diperkaya juga olehnya. Inkulturasi mempunyai
gerakan ganda. Di satu pihak, ada inkulturasi iman Kristiani; dan di
lain pihak, ada kristenisasi kultur setempat. Dalam konteks ini perlu
diperhatikan catatan dari Paus St. Yohanes Paulus II dalam anjuran
apostoliknya, Catechesi Tradendae (16 Oktober 1979);
...kekuatan Injil di mana pun juga menimbulkan perubahan dan kelahiran
baru. Bila kekuatan itu merasuki kebudayaan, tidak mengherankan
bahwa banyak unsur kebudayaan itu dijernihkan atau diluruskan olehnya
(CT 53)

Kekayaan budaya yang dikandung oleh tanah air kita, Indonesia ini
sungguh luar biasa mengagumkan. Di banyak tempat, sudah banyak
dipikirkan bagaimana kekayaan budaya ini sungguh-sungguh bisa
dimanfaatkan untuk penyebaran dan perkembangan iman umat.
Dengan demikian, masalah inkulturasi sudah menjadi bahan pemikiran
dan diskusi dengan melihatkan banyak pihak yang berkompeten. Tentu
saja mesti diakui bahwa di masing-masing tempat, perkembangan soal
inkulturasi ini juga melewati tahap-tahap yang berbeda. Di beberapa
tempat, masalah inkulturasi ini berada pada ranah liturgi: bagaimana
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

kekayaan budaya, seperti lagu-lagu, tata busana serta tarian yang


merupakan ekspresi batin sebuah budaya tertentu, bisa menyumbang
bagi ibadat Gereja. Di tempat lain, mulai dicari dan dipikirkan juga titik
temu antara gagasan dan pengharapan yang terungkap dalam aneka
macam ungkapan dan simbol yang terdapat dalam budaya setempat
dengan pengharapan yang ditawarkan oleh kekristenan.
Menjadi Gereja Asia, dan bukan menjadi Gereja di Asia, kiranya memang
sudah menjadi concern kita sudah sejak lama. Pertemuan-pertemuan
dalam rangka BKSN mungkin bisa mendalami kembali pengalaman
inkulturasi yang sudah ada, tetapi bisa saja menemukan sesuatu yang
baru. Membaca dan mendalami Kitab Suci dari perspektif sebuah budaya
tertentu mungkin bisa menjadi sebuah usaha yang menarik untuk
dicoba? Apakah ada konsep-konsep budaya tertentu bisa membantu kita
untuk memahami satu konsep teologis/alkitabiah tertentu?

1
David J. Bosch, Transforming Mission. Paradigm Shifts in Theology of Mission (Orbis
30 Book, New York 2011) 256.
2
Bosch, Transforming Mission, 385.
4
16
Dialog Dengan Agama
Lain (Kisah 17:16-34)

Sementara Paulus menantikan mereka di Atena, sangat sedih hatinya


karena ia melihat bahwa kota itu penuh dengan patung-patung berhala.
17
Karena itu di rumah ibadat ia bertukar pikiran dengan orang-orang
Yahudi dan orang-orang yang takut akan Allah, dan di pasar setiap hari
dengan orang-orang yang dijumpainya di situ. 18Juga beberapa ahli pikir
dari golongan Epikuros dan Stoa berdebat dengan dia dan ada yang
berkata, “Apa yang hendak dikatakan si pembual ini?” Tetapi, yang lain
berkata, “Rupa-rupanya ia pemberita ajaran dewa-dewa asing.” Sebab ia
memberitakan Injil tentang Yesus dan kebangkitan-Nya. 19Lalu mereka
membawanya menghadap sidang Areopagus dan mengatakan, “Bolehkah
kami tahu ajaran baru mana yang kauajarkan ini? 20Sebab engkau
memperdengarkan kepada kami hal-hal yang asing. Karena itu kami ingin
tahu apa artinya semua itu.” 21Adapun semua orang Atena dan orang asing
yang tinggal di situ tidak mempunyai waktu untuk sesuatu selain untuk
mengatakan atau mendengar segala sesuatu yang baru. 22Paulus berdiri di
hadapan sidang Areopagus dan berkata, “Hai orang-orang Atena, aku lihat
bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah kepada dewa-dewa. 23Sebab
ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang
pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan: Kepada
Allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya,
itulah yang kuberitakan kepada kamu. 24Allah yang telah menjadikan bumi
dan segala isinya, Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak tinggal
dalam kuil-kuil buatan tangan manusia, 25dan juga tidak dilayani oleh
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

tangan manusia, seolah-olah Ia kekurangan apa-apa, karena Dialah yang


memberikan hidup dan napas dan segala sesuatu kepada semua orang.
26
Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia
untuk mendiami seluruh muka bumi dan Ia telah menentukan musim-
musim bagi mereka dan batas-batas kediaman mereka, 27supaya mereka
mencari Allah dan mudah-mudahan mencari-cari dan menemukan Dia,
walaupun Ia tidak jauh dari kita masing-masing. 28Sebab di dalam Dia
kita hidup, kita bergerak, kita ada, seperti yang telah juga dikatakan oleh
pujangga-pujanggamu: Sebab kita ini keturunan-Nya juga. 29Karena kita
berasal dari keturunan Allah, kita tidak boleh berpikir bahwa keadaan ilahi 31
serupa dengan emas atau perak atau batu, ciptaan kesenian dan keahlian
manusia. 30Tanpa memandang lagi zaman kebodohan, sekarang Allah
memerintahkan semua orang di mana saja untuk bertobat. 31Karena Ia telah
menetapkan suatu hari ketika Ia dengan adil akan menghakimi dunia oleh
seorang yang telah ditentukan-Nya, sesudah Ia memberikan kepada semua
orang suatu jaminan tentang hal itu dengan membangkitkan Dia dari
antara orang mati.” 32Ketika mereka mendengar tentang kebangkitan orang
mati, maka ada yang mengejek, dan yang lain berkata, “Lain kali saja kami
mendengar engkau berbicara tentang hal itu.” 33Lalu Paulus meninggalkan
mereka. 34Tetapi, beberapa orang menggabungkan diri dengan dia dan
menjadi percaya, di antaranya juga Dionisius, anggota majelis Areopagus,
dan seorang perempuan bernama Damaris, dan juga orang-orang lain
bersama-sama dengan mereka.

Kis. 17:16-34 yang diberi judul Paulus di Atena, kiranya menawarkan


inspirasi segar mengenai bagaimana pewartaan kepada bangsa-bangsa
lain bisa dilaksanakan. Seperti dikatakan dalam judul, perikop ini
berkisah tentang Paulus yang mewartakan Kristus di Atena. Atena
boleh dibilang adalah pusat kebudayaan Yunani. Oleh karena itu, karya
pewartaan Paulus di Atena sungguh merupakan sesuatu yang amat
penting. Karya Paulus di Atena adalah puncak karya kerasulannya
di dunia non-Yahudi. Saat dia berada di Areopagus, kita merasakan
ketegangan bagaimana alam fikir Yunani bertemu dengan kebijaksanaan
dari timur, dari Yerusalem, yaitu berita gembira tentang seorang bernama
Yesus yang mati dan bangkit lagi.
Kisah Paulus di Atena dibuka dengan sebuah pernyataan yang khas,
“Sementara Paulus menantikan mereka di Atena, sangat sedih hatinya
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

karena ia melihat bahwa kota itu penuh dengan patung-patung berhala”


(Kis. 17:16). Karakteristik kota Atena sudah ditampilkan pada awal kisah:
kota ini penuh dengan berhala. Tetapi, sekaligus ditunjukkan bahwa
itulah konteks yang harus dihadapi Paulus dalam mewartakan Kabar
Sukacita tentang Yesus.
Kemudian digambarkan bagaimana Paulus menjalankan karya pewarta-
annya. Sebenarnya, saat di Atena pun, Paulus memainkan strategi klasik
pewartaannya, yaitu mengunjungi sinagoga Yahudi dan bersoal jawab
dengan orang-orang Yahudi dan “mereka yang takut akan Allah.” Mungkin
ini terjadi pada hari Sabat. Selain itu, ia juga mengunjungi pasar (agora)
dan berdiskusi dengan setiap orang yang dijumpainya di sana (Kis. 17:17).
Hanya saja, di Atena ini pewartaan di sinagoga tidak mendapat sorotan
sama sekali; hanya disebut sepintas saja, tidak seperti yang terjadi di
Tesalonika atau di Berea dan beberapa tempat lainnya. Karena memang
yang menjadi pusat kali ini adalah pewartaan ke dunia non-Yahudi yang
diwakili oleh Atena. Hal ini menjadi jelas karena oposisi atau komentar
32 yang muncul tidak berasal dari kelompok Yahudi, tetapi dari para filosof
yang disebut golongan Epikuros dan Stoa (Kis. 17:18). Di Atena Paulus
tidak berhadapan dengan orang-orang yang siap menanggapinya secara
teologis, tetapi dengan orang-orang yang akan menyanggahnya dari segi
filosofis. Mereka adalah orang-orang yang “tidak mempunyai waktu
untuk sesuatu selain untuk mengatakan atau mendengar segala sesuatu
yang baru” (Kis. 17:21). Di sini argumen-argumen biblis-teologis tidak
akan berjalan karena tidak ada titik berangkat yang sama.
Ini kelihatan kalau kita mendengar komentar mereka, “Rupa-rupanya
ia pemberita ajaran dewa-dewa asing. Sebab ia memberitakan Injil
tentang Yesus dan kebangkitan-Nya” (Kis. 17:18). Paulus dianggap mau
mewartakan dan menambahkan dewa-dewa asing yang baru ke dalam
khazanah dewa-dewi Atena, yaitu “Yesus dan kebangkitan-Nya.” Menarik
memperhatikan salah paham yang terjadi di sini. Kata “kebangkitan”
dalam bahasa Yunani adalah he anastasis yang bergenus feminin.
Rupanya orang Atena tidak memahami kata tersebut sebagai kata benda,
tetapi sebagai nama diri atau nama seorang dewi yang menjadi pasangan
dewa yang bernama Yesus. Karena kesalahpahaman ini, Paulus dianggap
mewartakan “dewa-dewa asing” (plural), yaitu Yesus dan “Anastasis.”
Yesus mungkin mereka kenal, tetapi “kebangkitan” tampaknya benar-
benar asing bagi mereka. Situasi ini menggambarkan dengan amat jelas
situasi macam apa yang dihadapi oleh Paulus.
Pewartaan Paulus tampaknya sungguh-sungguh membingungkan
mereka yang mendengarnya. Mereka menyebutnya “perkara-perkara
aneh.” Akhirnya, mereka membawanya ke hadapan sidang Areopagus.
Areopagus tampaknya berasal dari kata Areios + pagus yang berarti “bukit
Ares” yaitu Dewa Perang Yunani. Areopagus bisa berarti sebuah tempat
terbuka di mana orang bisa berbicara dengan tenang; tetapi juga bisa
berarti semacam dewan yang mengambil nama bukit itu sebagai nama.
Tidak amat jelas apa fungsi dewan ini dan mengapa Paulus harus dibawa
ke sidang tersebut. Apakah ini suatu acara tukar pendapat dalam suasana
yang cukup bersahabat mengingat orang-orang Atena mempunyai
keingintahuan yang tinggi? Atau sebuah pengadilan? Sulit untuk
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

menentukan apa yang dimaksudkan oleh Lukas. Biarkan saja demikian.


Bagi kita juga tidak terlalu penting apa yang sebenarnya dimaksudkan.
Isi dari pidato Paulus itu yang jauh lebih penting bagi kita. Setidaknya,
ada dua poin yang bisa kita teliti sehubungan dengan pidato Paulus.

Kepada Allah yang Tidak Dikenal


Paulus mengawali pidatonya dengan kata-kata yang menarik, seperti
33
berikut ini, “Hai orang-orang Atena, aku lihat bahwa dalam segala
hal kamu sangat beribadah kepada dewa-dewa” (Kis. 17:22). Dengan
kata-kata ini, Paulus menunjukkan penghargaan yang tinggi kepada
penduduk Atena yang dianggapnya amat religius (“sangat beribadah
kepada dewa-dewa”). Kemudian ia melanjutkan, “Sebab ketika aku
berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu,
aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan: Kepada Allah yang
tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang
kuberitakan kepada kamu” (Kis. 17:23). Bagian ini merupakan bagian
yang paling penting. Di antara patung-patung dan hal-hal lain di kota
Atena, secara khusus Paulus menyebut sebuah mezbah yang bertuliskan
“Kepada Allah yang tidak dikenal.”
Dalam agama Yunani kuno, selain dua belas dewa utama dan sejumlah
dewa-dewa yang lebih rendah tingkatannya, rupanya masih ada tempat
juga bagi satu ilah yang disebut “Allah yang tidak dikenal.” Mungkin
ada ketakutan kalau-kalau masih ada dewa yang terlewatkan tidak
dihormati sehingga tidak mendapatkan persembahan, dan ini bisa
berbahaya. Maka untuk menanggulangi masalah ini, dibuatlah suatu
mezbah untuk “Allah” yang merangkum segalanya, yaitu “Allah yang
tidak dikenal.” Di sini tidak perlu didiskusikan apa yang sebenarnya
dimaksud dengan ungkapan seperti itu. Mungkin bisa dipikirkan
demikian: Di satu pihak, diyakini bahwa masih ada dewa lain selain
yang sudah dikenal; tetapi di lain pihak, nama atau karakternya
belum dinyatakan kepada orang-orang Atena, sehingga mereka tidak
mengenalnya.
Pokok ini merupakan celah masuk bagi Paulus. Dan dengan brilian
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

Paulus memanfaatkannya untuk mewartakan injilnya. “Apa yang kamu


sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu.”
Paulus membuat identifikasi dengan memanfaatkan “ketidaktahuan”
mereka. Kami tahu yang kalian tidak tahu! Kami punya yang sebenarnya
kalian cari tanpa tahu ke mana harus mencari! Dengan demikian menjadi
jelas bahwa sebenarnya Paulus tidak mewartakan sesuatu yang sama
sekali baru, yang asing bagi pendengarnya. Dia hanya memberi nama
pada, atau boleh juga memaknai, kerinduan atau pengharapan yang
sudah ada dalam diri masing-masing orang Atena. Titik tolak pewartaan
Paulus diambil dari dalam diri mereka sendiri, yakni kesalehan orang-
orang Atenai, bukan sesuatu yang berasal dari luar.
Bisa dibayangkan bahwa pembukaan seperti ini menjadi sesuatu yang
menarik dan menimbulkan keingintahuan bagi orang-orang Atena:
bagaimana kelanjutan pembicaraan Paulus ini? Pembukaan ini menjadi
semacam tema yang kemudian diuraikan secara panjang lebar pada
34 bagian berikutnya.
Kisah Alkitab yang Tersembunyi
Untuk bagian ini, silakan memperhatikan dengan teliti bagian khotbah
Paulus yang terdapat dalam ay. 23-31. Seperti bisa dilihat,khotbah yang
disampaikan Paulus sebenarnya adalah gambaran lebih lanjut tentang
“Allah yang tidak dikenal” itu. Tanpa masuk pada detil-detil analisis teks,
bisa dikatakan bahwa setidak-tidaknya ada dua hal yang menarik untuk
diperhatikan.
Pertama, di sini Paulus menyampaikan inti pewartaannya dalam bahasa
yang khas. Dari teks di atas, tampak bahwa tidak ada rujukan secara
eksplisit dari Perjanjian Lama sebagai teks yang otoritatif. Mengapa
demikian? Karena, sekarang ini Paulus sedang berhadapan dengan
orang-orang Atena yang tidak menerima otoritas teks suci Ibrani. Hal
ini berbeda saat Paulus berhadapan dengan orang-orang Yahudi. Dengan
orang-orang Atena tidak ada gunanya menggunakan argumen alkitabiah.
Walaupun Paulus tidak secara eksplisit merujuk pada Perjanjian Lama,
kita bisa merasakan bahwa pewartaan Paulus ini sebenarnya berlatar
belakang teologi Perjanjian Lama. Pada ay. 24 kita mendengar gema dari
kisah penciptaan seperti yang terdapat dalam Kej. 1-2. Ay. 26 mungkin
berlatar belakang janji TUHAN kepada Abraham yang akan memberikan
keturunan kepadanya (bdk. Kej. 12:1-3 passim). Gagasan bahwa Allah
membuat manusia mendiami seluruh muka bumi serta menentukan
batas-batas kediaman mereka (ay. 25-26), rasanya mirip dengan yang
terdapat dalam Ul. 32:8 “Ketika Sang Mahatinggi membagi-bagikan
milik pusaka kepada bangsa-bangsa, ketika Ia memisah-misah anak-
anak manusia, maka Ia menetapkan wilayah bangsa-bangsa menurut
bilangan anak-anak Israel.” Allah yang tidak tinggal di dalam kuil-kuil
buatan tangan manusia dan tidak dilayani oleh tangan manusia (ay. 24-
25) tampaknya berlatar belakang 1Raj. 8:27 atau Yes. 42:5 atau Yes. 66:1-2.
Ay. 31 yang berbicara tentang seseorang yang akan diutus Allah untuk
mengadili dunia mungkin berlatar belakang Dan 7:13-14 yaitu Anak
Manusia yang memperoleh kuasa atas dunia.
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

Dengan demikian rasanya tidak perlu diragukan bahwa Paulus memang


sedang mewartakan sejarah keselamatan seperti ditemukan di dalam
teks suci Ibrani, yaitu Perjanjian Lama kita. Menariknya adalah bahwa
dalam pemaparan ini tidak satu pun Paulus menyebut secara eksplisit
teks dari kitab sucinya. Alkitab Ibrani tetap tersembunyi di balik kata-
kata Paulus, tetapi tampil dalam bentuk yang agak berbeda. Di Atena ini
Paulus sedang mewartakan kisah alkitab yang tersembunyi.
Kedua, Paulus tidak menyinggung secara eksplisit teks suci Ibrani,
sebaliknya dia bahkan secara eksplisit mengutip ungkapan seorang 35
pujangga Yunani. Pada ay. 28 “Sebab di dalam Dia kita hidup, kita
bergerak, kita ada, seperti yang telah juga dikatakan oleh pujangga-
pujanggamu: Sebab kita ini keturunan-Nya juga.” Kutipan ini berasal dari
kata-kata seorang penyair dari aliran Stoa yang bernama Aratus (lahir
di Kilikia tahun 315 SM) yang terdapat dalam karyanya Phaenomena, 5.
Orang juga berpikir bahwa seorang filosof Stoa yang lain, Cleanthes juga
mengutarakan gagasannya dengan rumusan yang hampir sama (Hymn
to Zeus, 4).
Ini strategi hebat dari Paulus. Tampaknya Paulus cukup mengetahui
kekayaan tradisi filsafat Yunani dan bisa memanfaatkannya dengan baik
dengan menjadikannya dasar pewartaannya. Dengan demikian, ia mau
menunjukkan bahwa pesan yang dia bawa sebenarnya - sekali lagi - tidak
asing atau bertentangan dengan tradisi orang-orang Atena yang kaya.
Memang harus diakui bahwa pidato Paulus di hadapan Areopagus masih
belum sampai pada inti kekristenan, yaitu salib dan kebangkitan Kristus.
Pada ayat terakhir pidatonya (ay. 31) Paulus memang mencoba berbicara
tentang Allah yang membangkitkan Yesus dari orang mati. Tetapi, begitu
sampai pada kata “kebangkitan orang mati”, hadirin langsung berkomentar,
“Lain kali saja kami mendengar engkau berbicara tentang hal itu” (Kis.
17:32). (Tetapi, perhatikanlah bahwa di akhir kisah diceritakan bahwa
beberapa orang menjadi percaya juga; bdk. ay. 34). Sekali lagi, gagasan
tentang kebangkitan orang mati tampaknya asing bagi orang-orang Atena.
Beberapa abad sebelumnya, seorang penyair tragedi bernama Aeschylus
pernah mengatakan lewat tokohnya Apollo, “Ketika debu menyerap habis
darah seseorang, sekali dia mati, tak ada lagi kebangkitan” (Eumenides,
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

647-648). Untuk dunia Yunani, mungkin gagasan “kebakaan jiwa” lebih


cocok, tetapi bukan kebangkitan dari antara orang mati.
Kendati tidak lengkap, rasanya pewartaan Paulus sudah menunjukkan
suatu strategi yang amat lihai. Persoalan salib dan kebangkitan memang
merupakan soal yang paling sulit dalam tradisi kekristenan. Paulus
sendiri sudah mengatakan bahwa salib “untuk orang-orang Yahudi suatu
batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan”
(1Kor. 1:23).
Kita tidak tahu pasti bagaimana hasil karya misi Paulus di Atena. Kita
tidak mempunyai surat Paulus kepada Jemaat di Atena. Tetapi, yang
penting bagi kita adalah strategi Paulus ketika berhadapan dengan
orang-orang Atena yang menjadi, katakanlah, pusat dunia non-Yahudi.
Paulus mencoba mewartakan Kristus sebagai jawaban atas kerinduan
dan pengharapan orang-orang Atena.

36
***
Dalam hal religius, Asia merupakan locus yang istimewa. Asia boleh
dibilang sebagai rahim agama-agama besar di dunia. Kekristenan sendiri
lahir di Asia, tetapi kemudian seiring dengan pergerakan misionaris-
misionaris pertama, kekristenan bergerak ke arah barat dan mendapatkan
Roma sebagai pusat. Baru setelah berabad-abad berlalu, kekristenan
kembali lagi ke Asia, dengan wajah yang tentu saja sudah berbeda.
Berkaitan dengan ini ada dua catatan yang patut dipertimbangkan saat
kita merenungkan karya pewartaan Injil di Asia.
Yang pertama, perjalanan misi ke Asia dalam banyak kasus terjadi dengan
membonceng kaum kolonial Eropa, seperti misalnya Spanyol, Portugal,
Inggris, dan Belanda. Akibatnya, kekristenan sendiri seringkali dicurigai
sebagai agama kaum penjajah. Kedua, negara-negara besar praktis sudah
dikuasai oleh beberapa agama besar, misalnya Hindu di India, Muslim
di Bangladesh, Indonesia, Malaysia, dan Pakistan; Buddha di Kambodia,
Hongkong, Laos, Mongolia, Myanmar, Singapura, Korea Selatan. Hanya
di Filipina kekristenan menjadi mayoritas. Situasi ini menjadi tantangan
khusus bagi Gereja dalam tugas perutusannya mewartakan Injil.
Fakta ini perlahan-lahan menyadarkan Gereja bahwa secara manusiawi
tidak masuk akal mengharapkan bahwa pernah seluruh bangsa dan
masyarakat di bumi akan masuk ke dalam Gereja. Rasanya Gereja akan
tetap menjadi “kawanan kecil” saja (Luk. 12:32). Kesadaran baru ini pelan-
pelan mengubah sikap Gereja Katolik terhadap agama-agama lain. Tidak
mungkin agama-agama itu – yang terbesar di antaranya adalah agama
Islam, Buddha, Hindu, dan Kongfutsu - dianggap sebagai semacam sisa
umat manusia yang belum kristiani.1
Dalam situasi seperti ini, dialog antar agama merupakan salah satu
alternatif niscaya yang tersedia. Orang tidak bisa hidup tanpa berdialog
dan kerja sama dengan orang lain. Tugas utama orang Kristiani adalah
mewartakan dan memberi kesaksian akan Kerajaan Allah, sebagaimana
dibuat oleh Yesus Kristus dalam karya publik-Nya, dan bukan pertama-
tama memperluas keanggotaan dan pengaruh melalui pembaptisan
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

baru.2 Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa dalam


dialog dengan agama-agama tersebut ditemukan benih-benih Sabda
(FABC 1974, no. 16) melalui pengharapan atau keprihatinan yang terdapat
dalam tradisi-tradisi religius yang ditemui.
Sejalan dengan semangat Konsili Vatikan II, pada tahun 1984 Dewan
Kepausan untuk Dialog Antar-agama mengeluarkan sebuah dokumen
tentang refleksi dan orientasi atas Dialogue and Mission. Dalam dokumen
tersebut, disebutkan empat model dialog antar-agama:
1
Franz Magnis-Suseno, Menjadi Saksi Kristus (Obor, Jakarta 2004) 124. 37
2
Phan, Christianities in Asia, 257.
1. Dialog Kehidupan (Dialogue of Life). Dialog dipahami sebagai
sebuah gaya hidup yang mencakup sikap perhatian, penghargaan,
serta hospitalitas orang lain. Sikap seperti inilah yang mesti dibawa
oleh setiap orang Katolik dalam hidup kesehariannya, entah sebagai
minoritas atau mayoritas.
2. Dialog Karya (Dialogue of Deeds). Dialog dalam bentuk kerjasama
dengan pihak lain dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi yang
terarah pada kemajuan dan pembebasan manusia.
3. Dialog Para Spesialis (Dialogue of Specialist). Sesuai dengan
namanya, dialog model ini melibatkan para ahli dalam bidang
tertentu, dari agama masing-masing. Mereka berusaha mendalami
dan memperoleh pengertian satu sama lain. Hal ini dilakukan
supaya masing-masing saling memahami dan saling menghargai
warisan rohani dan budaya dari masing-masing tradisi religius.
4. Dialog Pengalaman Religius (Dialogue of Religious Experience).
Pada level ini masing-masing yang sudah berakar kuat pada tradisi
religiusnya mampu membagikan pengalaman mereka dalam doa,
iman, serta ungkapan iman mereka.
Dari empat model dialog di atas, dialog model kedua, yaitu dialog karya,
yang rasanya mempunyai kesempatan cukup luas untuk dilaksanakan
pada konteks zaman sekarang ini.
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

38
5 20
Dialog Dengan Gereja
Lain (Yohanes 17:20-26)

Bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-
orang, yang percaya kepada-Ku melalui pemberitaan mereka; 21supaya
mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam
Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya
dunia percaya bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. 22Aku telah
memberikan kepada mereka kemuliaan yang Engkau berikan kepada-
Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: 23Aku di
dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka menjadi satu
dengan sempurna, agar dunia tahu bahwa Engkau yang telah mengutus
Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau
mengasihi Aku. 24Bapa, Aku ingin supaya mereka, yang Bapa berikan
kepada-Ku, ada bersama-Ku di tempat Aku berada, supaya mereka
melihat keagungan-Ku; yaitu keagungan yang Bapa berikan kepada-Ku,
karena Bapa mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan. 25Bapa yang adil!
Dunia tidak mengenal Bapa, tetapi Aku mengenal Bapa; dan orang-orang
ini tahu bahwa Bapa mengutus Aku. 26Aku sudah menyatakan nama Bapa
kepada mereka; dan Aku akan terus berbuat begitu, supaya kasih Bapa
kepada-Ku tetap di dalam hati mereka dan Aku bersatu dengan mereka.”

Bagian yang digunakan sebagai bahan permenungan pada minggu ini


adalah sebagian saja dari bagian lebih besar Yoh. 17:1-26 yang biasa
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

disebut dengan Doa Yesus untuk murid-murid-Nya. Orang biasa


mengatakan bahwa Yoh. 14-17 membentuk satu unit teks yang disebut
Pidato Perpisahan (Farewell Discourse). Bagian ini adalah bagian khas
dari Injil Yohanes. Dalam bagian ini Yesus berhadapan hanya dengan
murid-murid-Nya. Sebagai sebuah jenis sastra, Pidato Perpisahan
merupakan hal yang biasa ditemukan dalam karya sastra baik Yunani
maupun Israel. Juga di dalam Alkitab sendiri kita bisa temukan, misalnya
dalam, Ul. 31-33 yang merupakan Pidato Perpisahan Musa atau Kis.
20:17-38 yang adalah Pidato Perpisahan Paulus di hadapan para penatua
Efesus. Yesus menyampaikan pidato perpisahan-Nya karena Ia akan 39
segera meninggalkan murid-murid-Nya (Yoh. 13:33).
Menurut Yoh. 13, Yesus makan bersama dengan para murid-Nya. Ada
dua hal yang terjadi pada waktu mereka mengadakan perjamuan: Yesus
membasuh kaki para murid (Yoh. 13:1-20) dan perginya Yudas (Yoh. 13:21-
30). Setelah Yudas berangkat, mulai Yoh. 13:31 praktis Yesus yang berbi-
cara terus sampai pada Yoh. 16. Macam-macam tema dibicarakan di sini.
Dan akhirnya, pidato perpisahan ini diakhiri dengan sebuah doa panjang
dalam Yoh. 17 sebagai doa perpisahan. Secara khusus, Yoh. 17 ini sering-
kali, terutama di masa lalu, disebut sebagai “doa Yesus sebagai imam
agung.” Secara tradisional, gagasan ini dianggap berasal dari seorang teo-
log Protestan, David Chytraeus (1530-1600), tetapi akarnya sudah muncul
dari seorang Klemens dari Aleksandria. Ini didukung, misalnya kalau
kita memperhatikan permohonan Yesus untuk Gereja yang akan datang
(ay. 9.20) dan pada kurban yang dirujuk Yesus dalam ay. 17 dan 19.
Yoh. 17 adalah sebuah doa? Begitu bagian ini sering disebut. Tetapi,
jika diperhatikan secara saksama, sebenarnya kita bisa bertanya apakah
memang bagian ini sebuah doa? Yesus tidak berada dalam situasi darurat
dan membutuhkan pertolongan. Yesus juga tidak berada dalam jarak
tertentu dari Allah sehingga bisa disebut iman. Yang justru tampak jelas
di sini adalah relasi istimewa antara Yesus dengan Bapa-Nya. Meskipun
bisa diragukan apakah Yoh. 17 ini memang sebuah doa, tetapi untuk
mudahnya, biarlah kita tetap gunakan saja istilah tersebut.
Kalau kita perhatikan dengan teliti, Yoh. 17 ini mempunyai unsur-unsur
tertentu yang selalu berulang. Kita lihat satu per satu:
1. Ada enam permohonan Yesus: dua adalah permohonan agar Bapa
memuliakan Anak (ay. 1 dan 5) dan empat permohonan untuk para
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

pengikut-Nya. Permohonan ini terdapat pada ay. 11. 17. 20 (= Aku


berdoa) dan 24 (= Aku mau).
2. Ada enam sapaan kepada Allah: Allah disebut sebagai Bapa (ay. 1b.
5. 21b. 24), sebagai Bapa yang kudus (ay. 11b), dan Bapa yang adil (ay.
25).
3. Ada sembilan ayat yang meninjau kembali apa yang sudah dibuat
Yesus: ay. 4 (2x). 6. 8. 12 (x2). 14. 22. dan 26.
4. Permohonan dan penegasan tentang apa yang dibuat Yesus itu ter-
susun secara rapi satu sesudah yang lain sehingga bisa membentuk
struktur dari Yoh. 17 ini seperti di bawah ini:

I Ay. 1-2b Permohonan: Muliakanlah Anak-Mu


Ay. 4 Tinjauan: Aku telah menyelesaikan pekerjaan
Ay. 5 Permohonan: Muliakanlah Aku
Ay. 6-8 Tinjauan: Aku telah menyatakan nama-Mu kepada semua
40 orang
II Ay. 9-11 Permohonan: Peliharalah mereka dalam nama-Mu
Ay. 12-14 Tinjauan: Aku memelihara mereka
Ay. 16-17 Permohonan: kuduskanlah mereka dalam nama-Mu
Ay. 18-19 Tinjauan: Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia
III Ay. 20-21 Permohonan: supaya mereka semua menjadi satu
Ay. 22-23 Tinjauan: Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan
yang Engkau berikan kepada-Ku
Ay. 24 Permohonan: supaya, di mana pun Aku berada, mereka
juga berada bersama-sama dengan Aku
Ay. 25-26 Tinjauan: Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada
mereka

Sesuai dengan bahan kita, yang akan kita lihat secara lebih mendetil
adalah bagian III, atau bagian terakhir.
Dari permohonan yang diungkapkan, secara tersamar bisa tergambar
situasi Jemaat pada waktu itu. Jika kita memperhatikan ay. 20, tampak
bahwa di sini komunitas Yohanes sudah mulai berkembang. Yesus
tidak hanya berdoa untuk mereka, artinya para murid yang pada waktu
bersama-sama Yesus, yang boleh kita sebut sebagai para murid generasi
pertama, tetapi juga para pengikut-Nya dari generasi kedua, yang
merupakan buah dari karya pewartaan yang dikerjakan oleh para murid
Yesus yang pertama.
Berbeda dengan para murid generasi yang pertama, murid generasi kedua
tidak lagi mempunyai akses kepada murid yang dikasihi Tuhan yang
menjadi sumber kesaksian komunitas Yohanes. Antara kedua generasi
ini bisa dan tampaknya memang terjadi ketegangan. Generasi terdahulu
mempunyai kekhasan tak tergantikan karena mereka mempunyai jalan
masuk kepada sumber tradisi Komunitas Yohanes; sementara generasi
kedua tidak pernah lagi bertemu dengan mereka. Generasi pertama
tahu bahwa mereka akan segera berlalu dalam kebanggaan, dan mereka
tidak tergantikan. Tetapi, tampaknya mereka masih belum rela bahwa
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

generasi kedua, yang tidak mempunyai pengalaman otentik bersama


pendiri komunitas, kemudian memegang peran penting bagi keutuhan
dan perjuangan komunitas di masa depan. Situasi ini tampaknya
menimbulkan ketegangan di dalam komunitas. Bagaimana identitas
komunitas selanjutnya mau dibentuk? Apakah mereka cukup mendalam
dalam memahami seluk-beluk iman komunitas yang khas?
Komunitas generasi pertama, hampir bisa dipastikan terdiri dari orang-
orang Yahudi. Sementara generasi kedua, bisa dibayangkan bahwa
orang-orang non-Yahudi mulai berdatangan juga masuk ke dalam 41
komunitas karena pemberitaan firman. Meskipun Komunitas Yohanes
tidak ditentukan atau dibatasi oleh pertimbangan etnik, perbedaan etnik
yang mulai tampak pada generasi kedua dan seterusnya, rasanya juga
menimbulkan ketegangan meskipun mungkin tidak terlalu berpengaruh.
Demikianlah, sudah pada generasi pertama, komunitas Yohanes harus
mengalami ancaman perpecahan di antara Jemaat. Bahkan, Roh Kudus
yang pernah dijanjikan Yesus ternyata berpotensi menambah ruwetnya
situasi. Sebelumnya, Yesus memang pernah menjanjikan, “Semuanya itu
Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu;
tetapi Penolong, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam
nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan
akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu”
(Yoh. 14:25-26 lihat juga 16:13). Sebetulnya, Yesus menjanjikan Roh Kudus
yang menjadi pembimbing setiap orang Kristiani. Penulis surat Yohanes
juga mengatakan, “Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan
yang telah kamu terima dari Dia. Karena itu, kamu tidak perlu diajar
oleh orang lain” (1Yoh. 2:27). Penegasan seperti ini tampaknya memang
bagus, tetapi apakah memang demikian?
Jika masing-masing orang Kristiani dibimbing dan hanya cukup
mengan-dalkan Roh Kudus – dan tidak perlu diajar oleh orang lain – lalu
apa jadinya? Jelas bahwa masing-masing bisa mengklaim diri dibimbing
oleh Roh Kudus dan menafsirkan ajaran Tuhan semau-maunya. Inilah
yang rupanya terjadi dengan komunitas Yohanes di kemudian hari,
sebagaimana terungkap dalam surat 1Yoh.
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

Ketika kesatuan terancam, perlu dicari kekuatan lain untuk mencegahnya.


Dua kali dalam bagian ini Yesus menyampaikan pengharapan-Nya, yaitu
“supaya mereka semua menjadi satu” (ay. 21 dan 22). Kesejajaran tematis
seperti bisa lihat di bawah ini menunjukkan pentingnya tema ini dalam
seluruh Doa Yesus kepada Bapa-Nya ini.

Yoh. 17:20-21 Yoh. 17:22-23


Bukan untuk mereka ini saja Aku
20 22
Aku telah memberikan kepada
berdoa, tetapi juga untuk orang- mereka kemuliaan yang Engkau
orang, yang percaya kepada-Ku berikan kepada-Ku,
melalui pemberitaan mereka;
21
supaya mereka semua menjadi satu, supaya mereka menjadi satu,
sama seperti Engkau, ya Bapa, sama seperti Kita adalah satu: 23Aku
di dalam Aku dan Aku di dalam di dalam mereka dan Engkau di
Engkau, dalam Aku
agar mereka juga di dalam Kita, supaya mereka menjadi satu dengan
42
sempurna,
supaya dunia percaya agar dunia tahu
bahwa Engkaulah yang telah bahwa Engkau yang telah mengutus
mengutus Aku. Aku dan bahwa Engkau mengasihi
mereka, sama seperti Engkau
mengasihi Aku.

Ada dua hal yang perlu diperhatikan di sini. Pertama, kesatuan para
murid Kristus ini mesti didasarkan pada kesatuan Bapa dan Putra, Bapa
“di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau” (ay. 21). Dan yang kedua,
kesatuan Bapa dan Putra ini dirumuskan dengan kata “di dalam”: Bapa
di dalam Putra, Putra di dalam Bapa. Menarik memperhatikan bahwa
dalam doa Yesus ini, rumusan seperti ini muncul cukup sering: Yesus
berdoa juga untuk orang-orang yang percaya kepada-Ku (ay. 21); Ia juga
memohon agar kasih yang diberikan kepada-Nya “ada di dalam mereka
dan Aku di dalam mereka” (ay. 26). Hubungan antara Bapa dengan
Yesus dan para murid dirumuskan demikian: Bapa di dalam Yesus (ay.
21.23), Yesus di dalam Bapa (ay. 21). Yesus di dalam para murid (ay. 23.26),
sementara para murid dikatakan berada di dalam Yesus dan di dalam Dia
dan Bapa (ay. 21).
Kesatuan Bapa-Putra yang dirumuskan dengan menggunakan ungkapan
yang unik, “di dalam”. Bapa di dalam Putra; Putra di dalam Bapa. Rumusan
semacam ini adalah rumusan khas Yohanes, walaupun sulit dipahami apa
yang sebenarnya mau dikatakan dengan rumusan tersebut. Salah satu
kemungkinan untuk memahami rumusan tersebut adalah demikian.
Dengan mengatakan “Bapa di dalam Putra” (atau sebaliknya) mau
ditunjukkan di satu pihak, kesatuan yang amat kuat antara keduanya,
tetapi di lain pihak, keduanya tetap berbeda. Mengatakan Bapa di dalam
Putra tidak sama dengan mengatakan Bapa adalah Putra, dan sebaliknya.
Dalam kesatuan erat ini, identitas masing-masing tidak lebur dan
menjadi sesuatu yang lain.
Lalu apa kandungan makna ungkapan “di dalam” (en) ini? Ungkapan
ini tampaknya mau menunjukkan unsur kedekatan antara pihak-pihak
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

yang terlibat (Bapa di dalam Putra, Putra di dalam Bapa, Yesus di dalam
para murid, dsb). Dalam relasi ini, mereka berbagi hidup, kasih, dalam
kehendak, dalam kemuliaan, dan juga dalam kebahagiaan.
Dalam konteks ini, kesatuan para murid Kristus mesti bercermin pada
kesatuan atau relasi “tinggal di dalam” yang dihidupi oleh Bapa dan
Putra. Dengan kata lain, kesatuan para murid Kristus sebenarnya tetap
mau mempertahankan, di satu pihak, kesatuan atau kedekatan mereka,
tetapi di lain pihak, juga identitas masing-masing yang khas. Kesatuan
para murid Kristus, sebagai mana juga kesatuan Bapa dan Putra, tidak 43
menuntut kesatuan di mana identitas dan kekhasan masing-masing
lenyap melebur menjadi satu.
Sampai saat ini kita bicara tentang “tinggal di dalam”. Tetapi, silakan
diperhatikan bahwa “tinggal di dalam” ini hanya terjadi antara Bapa dan
Putra di satu pihak, dengan para pengikut Yesus di lain pihak. Artinya,
dalam bagian ini, tidak pernah dikatakan bahwa murid yang satu tinggal
di dalam murid yang lain. Meskipun sebenarnya bisa diandaikan bahwa
jika para murid tinggal di dalam Bapa atau Putra, maka di antara mereka
pun, sebenarnya terjalin sebuah kesatuan. Bapa dan Putra menjadi titik
yang mempersatukan mereka semua. Tetapi, kita tahu bahwa dalam doa
ini, tidak dikatakan secara eksplisit bahwa murid yang satu tinggal di
dalam murid yang lain.
Satu poin lain perlu juga mendapat perhatian. Dalam dua pengharapan
agar mereka menjadi satu, Yesus menyatakan bahwa tujuannya adalah
“supaya dunia percaya” bahwa Bapa lah yang telah mengutus Diri-Nya (ay.
21 dan 23). Dengan demikian, kesatuan para murid Kristus sebenarnya
mempunyai dimensi lain, yaitu dimensi kemartiran, yaitu memberikan
kesaksian bagi dunia. Lalu, kesaksian apa? Dunia mesti tahu bahwa
Allah telah mengutus Yesus dan Allah mengasihi para pengikut Yesus
sebagaimana Ia mengasihi Yesus. Itu berarti bahwa di dalam komunitas
para murid Kristus terungkap kuasa yang lebih besar, yaitu kuasa
Allah sendiri. Komunitas murid Kristus tidak tiba-tiba muncul dengan
kekuatannya sendiri.
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

***

Menjadi jelas bahwa dalam konteks Gereja Indonesia, Kabar Sukacita


mesti diwartakan dalam pluralitas Gereja-gereja. Seperti sudah
disinggung pada awal, kalau orang sempat mengunjungi Gereja Makam
Suci (Church of the Holy Sepulcher) di Yerusalem akan terasakan sesuatu
yang amat ironis. Di tempat di mana Sang Penebus menjalankan karya
penyelamatan Allah dengan menyerahkan diri-Nya di kayu salib, di
tempat itulah perpecahan umat kristiani amat kentara. Sejak tahun
1862, pemeliharaan Gereja Makam Suci ini menjadi tanggungjawab tidak
kurang dari enam denominasi Kristen, yaitu Gereja Ortodoks Yunani,
Gereja Armenia, Gereja Katolik Roma, Gereja Koptik, Gereja Etiopia,
dan Gereja Ortodoks Siria. Gereja yang luar biasa ini dibagi sangat ketat
menjadi enam area. Pelanggaran batas ini bisa menimbulkan konflik
berdarah di antara orang Kristen sendiri. Begitu gentingnya suasana
44 sampai-sampai kunci pintu Gereja Makam Suci ini sejak berabad-
abad justru dipercayakan kepada dua keluarga Muslim untuk menjaga
kenetralannya. Konsili Vatikan II dengan tegas menggambarkan
situasi ini sebagai perpecahan yang “terang-terangan berlawanan
dengan kehendak Kristus, dan menjadi batu sandungan bagi dunia,
serta merugikan perutusan suci, yakni mewartakan Injil kepada semua
makhluk” (UR 1).
Dekrit tentang ekumenisme dibuka dengan kalimat “Mendukung
pemulihan kesatuan antara segenap umat Kristiani merupakan salah satu
maksud utama Konsili Ekumenis Vatikan II” (UR 1). Dengan demikian,
menjadi jelas arah perjalanan Gereja selanjutnya khususnya dalam relasi
dengan Gereja-gereja lain. Dirasakan bahwa sampai saat ini, arahan Konsili
Vatikan II ini berjalan dengan baik: sikap polemik di masa lalu perlahan-
lahan mulai ditinggalkan, keinginan umat beriman untuk mengetahui
Gereja atau denominasi lain mulai tumbuh, dan beberapa inisiatif
bersama. Tentu saja masih banyak persoalan yang mesti diselesaikan,
dari hal-hal yang bersifat praktis sampai dengan yang dogmatis. Tetapi,
kiranya kita tidak perlu menantikan semuanya selesai terlebih dahulu
baru kita memulai sesuatu. Dengan memulai sesuatu, mungkin kita justru
menjejakkan langkah awal untuk sesuatu yang lebih baik.
Harus diakui bahwa berhadapan dengan pluralisme denominasi kristen
seperti ini, tugas pewartaan Injil menjadi sangat unik dan peka, dan
sekaligus memprihatinkan. Semuanya merasa mendapatkan perutusan
dari Amanat Agung (Mat. 28:18-20) untuk menjadikan semua bangsa
murid Yesus. Yang diwartakan adalah Yesus Kristus yang sama yang
dikisahkan dalam Injil yang sama. Kalau boleh kita gunakan kata “pasar”;
maka “pasar” ke mana Kabar Sukacita itu ditawarkan, sebenarnya ya
itu-itu saja. Tidak mengherankan dan memang tidak bisa terhindarkan
bahwa pewartaan tentang Yesus Kristus ini seringkali akhirnya juga
disampaikan kepada mereka yang sudah beriman kepada Yesus Kristus.
Istilah yang seringkali muncul adalah “memancing di kolam orang”.
Dalam situasi demikian, tidak jarang perbedaan, yang seringkali
diartikan sebagai kelebihan yang satu dibandingkan dengan denominasi
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

yang lain, semakin ditonjolkan dan ditampakkan, bahkan kadang-


kadang dimanfaatkan sebagai sarana persuasif dan provokatif.
Dalam kesempatan ini, rasanya tidak mungkin kita berdiskusi panjang
lebar lagi tentang relasi Gereja Katolik dengan Gereja-gereja lain. Pada
level umat beriman yang tidak banyak berurusan dengan hal-hal yang
berbau teologis-dogmatis, mungkin pembicaraan dalam pertemuan akan
lebih efektif jika diarahkan pada hal-hal konkret yang bisa dikerjakan
bersama dengan saudara-saudara dari Gereja lain supaya bisa terbangun
bonum commune atau kebaikan bersama. Perbedaan-perbedaan yang 45
ada baiklah dikesampingkan terlebih dulu untuk memberi tempat pada
persamaan yang menghasilkan buah untuk melindungi kepentingan
bersama.


MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

46
MEWARTAKAN
KABAR GEMBIRA
DALAM KEMAJEMUKAN

Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil


kepada segala makhluk (Mrk. 16:15)

Pendalaman Kitab Suci


Dewasa/Lingkungan
Komisi Kerasulan Kitab Suci KA Semarang
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

Bulan Kitab Suci Nasional


LEMBAGA BIBLIKA INDONESIA
47
2018
Pengantar
Usaha memahami teks hendaknya disertai dengan pengertian mengenai
konteks. Dengan mengetahui konteks, kita akan lebih mudah mengerti
pesan dari sebuah teks. Dalam konteks yang berbeda, inspirasi bisa
berbeda pula bagi setiap pembaca. Dalam membaca Kitab Suci, pembaca
harus juga memahami konteks hidupnya sehingga dapat menemukan
inspirasi yang berguna. Sebagai warga negara Indonesia, kita menyadari
bahwa Indonesia memiliki kemajemukan agama, golongan, budaya, suku,
bahasa, dan ekonomi. Ribuan pulau di bumi Nusantara menciptakan
keragaman sampai memunculkan tekad bersama Bhinneka Tunggal Ika.
Nusantara dengan segala kemajemukan yang ada adalah tanah tempat
benih Firman Tuhan ditaburkan, tempat Kitab Suci harus diwartakan,
dan tempat setiap anak Tuhan harus memberi kesaksian iman.
Setelah pada tahun 2017 mengajak kita “Mewartakan Kabar Gembira
dalam Gaya Hidup Modern”, kini LBI mengajak kita untuk melihat
konteks kemajemukan sebagai lahan subur untuk pewartaan. Kita
diajak membaca dan merenungkan Sabda Tuhan sehingga berani
“Mewartakan Kabar Gembira dalam Kemajemukan” (2018). Dalam
empat kali pertemuan pendalaman BKSN, umat diajak membaca Kitab
Suci dan mendalami Sabda Allah dalam bingkai tema-tema khusus yang
menyangkut kemiskinan, budaya, agama lain dan Gereja lain. Tema dan
pilihan Kitab Suci disusun demikian:
1. MINGGU I: Dialog dengan Yang Miskin dan Tersingkir (Mat. 14: 13-21)
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

2. MINGGU II: Mewartakan Kabar Gembira di Tengah Kemajemukan


Budaya (Mat. 1: 18-25)
3. MINGGU III: Dialog dengan Agama Lain (Kis. 17: 16-34)
4. MINGGU IV: Dialog dengan Gereja Lain (Yoh. 17: 20-26)
Bahan pertemuan BKSN 2018 disusun sedemikian rupa sehingga dekat
dengan situasi umat dapat menjadi bahan renungan bersama sampai
pada aksi nyata. Pada bagian awal, umat diajak memahami tujuan
setiap pertemuan beserta gagasan pokok untuk tema yang dimaksud.
Setelah dibuka dengan tanda salib dan salam, ditampilkan ilustrasi dan
pertanyaan sharing dengan maksud supaya membantu umat untuk
persiapan masuk ke bahan pokok. Berikutnya Kitab Suci dibacakan,
beberapa pertanyaan untuk pendalaman bahan disampaikan, dan
nilai-nilai Injili disampaikan sebagai peneguhan. Membangun niat dan
rencana konkret yang bisa dilakukan oleh umat dibuat dalam setiap
pertemuan. Setelah niat dibuat, umat diajak membawa ke hadirat Tuhan
dalam doa dengan tema-tema khusus sebagai bahan doa. Pertemuan
48 diakhiri dengan doa penutup, berkat, dan lagu.
1
TUJUAN
Dialog Dengan Yang
Miskin Dan Tersingkir
(Matius 14:13-21)

1. Umat menyadari realitas kehidupan bersama dan membangun kepedulian


dengan mereka yang miskin dan tersingkir.
2. Umat mendapatkan inspirasi dari Sabda Tuhan tentang Yesus yang memberi
makan lima ribu orang untuk mewujudkan semangat berbagi dalam hidup.
3. Umat semakin mencintai sabda Tuhan dan menemukan inspirasi hidup
melalui aneka kisah keselamatan yang ditawarkan Allah kepada manusia.

GAGASAN POKOK
Gereja Katolik hadir dan tinggal bersama-sama dengan realitas konkret
hidup keseharian manusia. Gereja Asia sendiri telah menandaskan bahwa
Gereja hadir dalam tiga realitas yang harus dijumpai dalam kehidupan yaitu
realitas kemajemukan bersama dengan agama-agama lain, realitas budaya
yang beragam dan realitas hidup bersama dengan masyarakat miskin. Fokus
kita pada pertemuan pertama ini hendak merefleksikan sabda Tuhan yang
berbicara mengenai orang-orang miskin dan tersingkir.
Kehadiran Yesus ke dunia membawa suatu perutusan dari Allah Bapa untuk
menjadi tanda rahmat keselamatan bagi banyak orang. Tanda keselamatan
itu diwujudkan dalam sabda pengajaran serta tindakan-tindakan-Nya yang
merengkuh orang untuk mengalami keselamatan dari Allah. Lukas mencatat:
“Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus


Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan
penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang
tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang” (Luk.
4:18-19). Tampak bahwa pilihan perutusan Yesus adalah mereka yang miskin.
Tentunya kemiskinan dalam perikop-perikop kitab suci mempunyai banyak
sekali makna dan hal itu bisa menjadi bahan refleksi lanjut bagi kita semua.
Bagaimana Kitab Suci berbicara tentang realitas kemiskinan pada zaman
Yesus? Teks tentang Yesus memberi makan lima ribu orang (Mat. 14:13-21)
akan menjadi bahan permenungan kita. Berhadapan dengan orang-orang 49
miskin, Yesus selalu tergerak hatinya oleh belas kasihan dan Ia bertindak
untuk menolong mereka. Salah satu sikap iman yang hendak diwariskan oleh
Yesus melalui perikop tersebut adalah semangat berbagi kepada mereka
terutama yang miskin dan tersingkir. Maka dari itu, pada pertemuan pertama
ini kita ingin mendalami realitas kehidupan sekitar kita dimana terdapat pula
kenyataan bahwa ada sesama yang miskin dan tersingkir dan bagaimana
terang sabda Tuhan menuntun kita untuk bertindak membangun kepedulian
pada mereka yang miskin dan menderita.

PEMBUKA

Nyanyian Pembuka
“Yang Kauperbuat bagi Saudara-Ku” (PS 702)

Tanda Salib dan Salam


P Dalam Nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
U Amin.
P Semoga rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih dan damai
sejahtera dari Allah Bapa, serta persekutuan Roh Kudus selalu
beserta kita.
U Sekarang dan selama-lamanya.

Pengantar
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

P Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, selamat berjumpa


dalam Bulan Kitab Suci Nasional 2018 ini. Kita bersyukur bahwa
Tuhan memberi kesempatan kepada kita untuk masuk dalam Bulan
Kitab Suci Nasional, di mana kita ingin mencurahkan perhatian kita
pada Kitab Suci, Sabda Allah yang tertulis, yang menjadi salah satu
warisan rohani untuk semakin mengenal Tuhan yang kita imani.
Tema Bulan Kitab Suci Nasional saat ini yakni “Mewartakan Kabar
Gembira dalam Kemajemukan”, mengajak kita menyadari bahwa
realitas kehidupan kita yang majemuk. Pada pertemuan pertama ini
kita akan merenungkan secara khusus realitas kehidupan bersama
dengan sesama yang miskin dan tersingkir. Mari sekarang kita
siapkan hati memohon kehadiran Tuhan dengan berdoa.

Doa Pembuka
P Marilah kita berdoa: Ya Allah Bapa Mahakasih, kami bersyukur
50
atas sabda-sabda-Mu yang Engkau wariskan kepada kami. Melalui
Sabda-Mu yang tertulis dalam Kitab Suci, kami menyadari
kehadiran-Mu yang menuntun langkah laku kehidupan kami.
Teguhkanlah semangat kami agar semakin mengenal kehendak-
Mu dalam nilai-nilai Injili, yang juga harus kami wartakan kepada
sesama dan dunia dewasa ini. Perjumpaan-Mu dengan orang-orang
miskin dan sederhana menggerakkan kami pula untuk terlibat dan
menyapa saudara-saudari kami yang berkekurangan baik dalam kata
dan perbuatan yang nyata. Bantulah kami agar selalu rela berbagi
kasih kepada sesama kami yang miskin dan tersingkir tanpa harus
membedakan keberagaman di antara kami, karena kami sama-sama
makhluk ciptaan-Mu. Demi Yesus Kristus Putra-Mu, Tuhan dan
Pengantara kami kini dan sepanjang segala masa.
U Amin.

ILUSTRASI

“Menjadi Sesama Bagi yang Menderita”


Program Bedah Rumah di Paroki Santa Maria Bunda Kristus Wedi,
Klaten mulai dirintis pada Bulan November 2014. Bedah rumah menjadi
upaya yang baik lagi konkret untuk menghadirkan wajah sosial Gereja di
tengah umat dan masyarakat. Pastor Kepala Paroki Santa Maria Bunda
Kristus Wedi, Rama Adrianus Maradiyo, Pr, menyampaikan, program
bedah rumah berawal dari sebuah keprihatinan pada bulan September
2014, saat Rama Maradiyo mengadakan kunjungan, ada salah satu umat
yang tidak mau dikunjungi karena malu. Mereka malu, karena kondisi
rumahnya yang tidak layak huni. Padahal kunjungan ke lingkungan ini
bukan untuk menilai rumah umat, tetapi sungguh merupakan sapaan
untuk mengenal umat yang akan dilayani di Paroki Wedi. Berawal dari
keprihatinan itulah maka Romo Paroki nekat untuk mengunjungi rumah
keluarga tersebut secara pribadi. Dan ternyata, kondisi rumah itu sangat
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

memprihatinkan. Seorang ibu yang hidup sendirian, yang usianya sudah


75 tahun. Ibu ini seorang janda, saat hujan atap rumah tersebut bocor.
Setelah bermenung, Romo memutuskan untuk mengusahakan rumah
yang sehat dan layak huni bagi ibu tersebut, sehingga ibu tersebut dapat
mengalami kegembiraan di usia tuanya. Romo bersama dengan Dewan
Paroki, khususnya Bidang Sarana dan Prasarana, Bidang Pelayanan
Kemasyarakatan, tim relawan dan pengurus lingkungan berembug untuk
melaksanakan bedah rumah. Saat bedah rumah, tim mengajak paguyuban
umat yang ada dan umat lingkungan setempat. Bedah rumah diawali 51
dengan gotong-royong. Dalam gotong royong ini, lingkungan menyediakan
tenaga untuk kerja bakti, dan ibu-ibu menyiapkan konsumsi. Ternyata
umat sangat peduli dan murah hati mendukung bedah rumah ini.
Dalam perkembangan waktu, bedah rumah dirasakan menjadi gerakan
bersama untuk menghadirkan wajah sosial Gereja di paroki tersebut.
Umat lingkungan dan masyarakat non Katolik sangat mendukung bedah
rumah ini. Masyarakat dengan penuh kesadaran mau terlibat bergotong
royong secara sukarela. Dalam gotong royong bedah rumah ini nampak
kehidupan masyarakat yang saling menghargai, menghormati dan
mendukung. Sungguh, kehadiran Gereja dapat dirasakan umat dan
masyarakat pada umumnya. Sejak November 2014 sampai Desember
2017, Paroki tersebut telah melakukan bedah rumah sebanyak 45 rumah
baik rumah umat Katolik maupun non Katolik. (Disarikan dari Majalah
Salam Damai, Edisi 99 Vol 10 Januari 2018)

Pertanyaan Pendalaman Ilustrasi


1. Siapakah sesama yang miskin dan tersingkir sebagaimana dimaksud
dalam kisah di atas?
2. Siapakah orang yang miskin dan tersingkir yang perlu ditolong?
3. Dalam kisah di atas, kepedulian dan keterlibatan macam apa yang
diusahakan bagi sesama yang miskin dan tersingkir tersebut? Siapa
saja yang terlibat di dalam usaha tersebut?
4. Petikan kisah di atas bermakna apa bagi kehidupan keseharian kita
yang tinggal bersama dengan sesama yang miskin dan tersingkir?
Pemandu dapat menyampaikan poin berikut sebagai arah penyimpulan
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

pembicaraan:
1. Di sekitar kita ada banyak orang yang miskin dan tersingkir. Kita
dipanggil dan diutus untuk membantu mereka.
2. Gotong-royong sebagai nilai bangsa sangat diperlukan dalam
membantu orang yang miskin dan tersingkir di sekitar kita.

PENDALAMAN KITAB SUCI

Membaca Sabda Tuhan

Yesus Memberi Makan Lima Ribu Orang (Mat. 14:13-21)


Setelah Yesus mendengar berita itu menyingkirlah Ia dari situ, dan
13

52 hendak mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Tetapi,


orang banyak mendengarnya dan mengikuti Dia dengan mengambil
jalan darat dari kota-kota mereka. 14Ketika Yesus mendarat, Ia melihat
orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh
belas kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit.
15
Menjelang malam, murid-murid-Nya datang kepada-Nya dan berkata:
“Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah orang banyak
itu pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa.” 16Tetapi,
Yesus berkata kepada mereka: “Tidak perlu mereka pergi, kamu harus
memberi mereka makan.” 17Jawab mereka: “Yang ada pada kami di sini
hanya lima roti dan dua ikan.” 18Yesus berkata: “Bawalah ke mari kepada-
Ku.” 19Lalu disuruh-Nya orang banyak itu duduk di rumput. Dan setelah
diambil-Nya lima roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah ke langit dan
mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya
kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya membagi-bagikannya
kepada orang banyak. 20Dan mereka semuanya makan sampai kenyang.
Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, dua
belas bakul penuh. 21Yang ikut makan kira-kira lima ribu laki-laki, tidak
termasuk perempuan dan anak-anak.

Pertanyaan Pendalaman
1. Apa reaksi yang muncul dari dalam pribadi Yesus ketika melihat
banyak pengikut-Nya belum makan?
2. Apa yang dilakukan oleh Yesus? Apa yang dilakukan oleh para murid?
3. Hikmat apa yang dapat kita petik dari kisah Yesus memberi makan
lima ribu orang?

Memetik Nilai-nilai Injili


Mengacu pada kisah Yesus memberi makan lima ribu orang, kita dapat
memetik nilai-nilai terkait dengan sikap Yesus berjumpa dengan begitu
banyak orang yang membutuhkan pertolongan:
1. Yesus berbelas kasih terutama kepada mereka yang miskin dan
berkekurangan. Ketika Yesus bertemu dengan orang banyak itu,
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan dan menyembuhkan


mereka yang sakit (ay. 14). Yesus tidak tinggal diam berhadapan
dengan situasi para pengikut-Nya yang menderita. Ia berinisiatif
untuk menyelamatkan mereka.
2. Yesus mengajak para murid turut bertanggungjawab mengatasi
masalah sesama. Dengan keras Yesus menegur mereka untuk tidak
cuci tangan dan melimpahkan tanggungjawab kepada orang lain.
Awalnya para murid ingin melarikan diri dari situasi ini, tetapi
pernyataan Yesus langsung menohok mereka: “Tidak perlu mereka
pergi, kamu harus memberi mereka makan” (ay. 16). Ajakan ini 53
juga digemakan bagi para pengikut-Nya sehingga ada yang tergerak
untuk memberikan lima roti dan dua ikan miliknya (ay. 17).
3. Tuhan mengajak kita untuk menempatkan semangat berbagi
sebagai suatu cara hidup yang harus terus menerus diusahakan
sebagai murid-murid Kristus. Semangat berbagi mengandaikan
adanya pengorbanan demi sesama. Para murid menerima pecahan-
pecahan roti dari Yesus kemudian mereka memberikannya kepada
orang banyak (ay. 19). Cara hidup saling berbagi memungkinkan
tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka (Kis.
4:34) bahkan menjangkau mereka yang tersingkir pula.

Membangun Niat dan Rencana


Peserta diajak untuk membuat niat dan rencana konkret dalam memanfaatkan
sarana teknologi informasi dan komunikasi modern dan membangun
komitmen atasnya. Contoh niat dan rencana:
1. Memberikan bantuan pendidikan/beasiswa bagi siswa yang tidak
mampu.
2. Mengunjungi lansia, terutama yang tidak diperhatikan oleh
anggota keluarganya.
3. Mengadakan bakti sosial bagi umat yang miskin.
4. Memberikan pelayanan kesehatan gratis.
5. Memberikan informasi lowongan pekerjaan.

Doa Permohonan
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

Peserta lalu diajak untuk menyampaikan doa-doa sebagai tanggapan atas Sabda
Tuhan yang telah direnungkan bersama dan penegasan atas niat dan komitmen
yang sudah diungkapkan. Doa-doa ini diakhiri dengan doa Bapa Kami.
Usulan tema/pokok doa:
1. Kerelaan berbagi.
2. Semangat pelayanan bagi kaum miskin dan tersingkir.
3. Peka pada kebutuhan sesama.
4. Kerendahan hati untuk menerima bantuan dari orang lain.

PENUTUP

Doa Penutup
P Marilah kita berdoa: Allah Bapa yang Mahabaik, puji syukur kami
54 haturkan ke hadirat-Mu. Kami telah merenungkan kisah Yesus yang
memberi makan lima ribu orang. Melalui sabda-Mu kami sebagai
murid-murid-Mu diundang dan ditantang untuk mewujudkan
pelayanan murah hati dengan sikap belas kasih yang selalu siap
berkorban dan berbagi. Syukur bagi kemuliaan-Mu, ya Bapa, atas
kelimpahan berkat dan rejeki yang kami terima setiap hari. Penuhilah
kami dengan kemurahan hati-Mu sendiri agar kami juga murah
hati terhadap sesama terutama kepada mereka yang miskin dan
berkekurangan. Semuanya ini kami mohon kepada-Mu demi Yesus
Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami, yang hidup dan berkuasa kini
dan sepanjang masa.
U Amin.

Berkat

Lagu Penutup
“Lima Roti dan Dua Ikan”

B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

55
2
TUJUAN
Mewartakan Kabar
Gembira Di Tengah
Kemajemukan Budaya
(Matius 1:18-25)

1. Umat mengenal upaya-upaya pewartaan Kabar Gembira di tengah


kemajemukan budaya.
2. Umat menghayati prinsip “inkarnasi” sebagai prinsip pewartaan Kabar
Gembira di tengah kemajemukan budaya.
3. Umat membuat gerakan “inkarnatif” sebagai gerakan pewartaan Kabar
Gembira di tengah kemajemukan budaya.

GAGASAN POKOK
Masyarakat kita adalah masyarakat majemuk dalam budaya. Perbedaan
budaya, menimbulkan perbedaan dalam pola pikir, pola pandang, cita rasa,
sikap dan perilakunya. Juga pastilah berpengaruh pada kebersamaan hidup
bermasyarakat.
Kenyataan adanya kemajemukan budaya dalam masyarakat, menjadi
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

konteks konkret Gereja dalam mewartakan Kabar Gembira. Kekayaan


budaya Indonesia sungguh mengagumkan. Di banyak tempat, sudah ada
upaya memanfaatkannya untuk penyebaran dan perkembangan iman umat.
Kontekstualisasi, inkulturasi di berbagai tempat, melewati tahap-tahap yang
berbeda. Di beberapa tempat, masalah inkulturasi ini berada pada ranah
liturgi: bagaimana kekayaan budaya, seperti lagu-lagu, tata busana serta
tarian yang merupakan ekspresi batin budaya tertentu, bisa menyumbang
bagi ibadat Gereja. Di tempat lain, mulai dicari dan dipikirkan juga titik temu
antara gagasan dan pengharapan yang terungkap dalam aneka ungkapan
dan simbol yang terdapat dalam budaya setempat dengan pengharapan yang
ditawarkan oleh kekristenan.
Upaya pewartaan Kabar Gembira mesti memperhatikan konteks budaya
masyarakatnya. Dalam kebersamaan hidup Gereja di tengah masyarakat
akan muncul sikap meniru, menyesuaikan diri, mengambil alih, mengangkat,
mengubah, bahkan menyempurnakan unsur-unsur budaya yang ada.
Apa yang dibuat oleh Br. Mateus Tirtosumarto, SJ (1954) merintis kesenian
56 “Slaka” (sholawatan Katolik) di Gereja Mater Dei Bonoharjo, Kulon Progo,
Yogyakarta merupakan salah satu contohnya. Di tempat lain upaya
mewartakan Kabar Gembira di tengah kemajemukan budaya, pastilah
beraneka modelnya. Model-model ini dapat terkait pada unsur-unsur
budayanya, seperti sistem religi, sistem sosial kemasyarakatan (kelahiran,
perkawinan dan kematian), sistem pengetahuan, bahasa, kesenian (seni
lukis, seni pahat, seni tari, seni drama dan lain-lainnya), mata pencaharian
(pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan dan lainnya), dan sistem
teknologi peralatan.
Seturut dinamika misteri inkarnasi, Firman yang menjadi manusia, Gereja
mesti memperhatikan unsur-unsur budaya sebagai konteks pewartaan Kabar
Gembira. Dengan demikian, kontekstualisasi merupakan proses kontinyu
agar nilai-nilai kristianitas terungkap dalam segi-segi kehidupan masyarakat.
Dengan demikian, nilai-nilai kristianitas berdampak (mengangkat dan
mengubah, menyempurnakan dan memuliakan) dalam kehidupan masyarakat
di segala seginya, secara nyata dan paripurna. Setiap upaya pewartaan Kabar
Gembira seharusnya mendekatkan relasi Firman dengan konteks kehidupan
manusia, di sini dan sekarang.
Dalam konteks ini menjadi nyatalah penegasan Paus St. Yohanes Paulus II
dalam anjuran apostoliknya, Catechesi Tradendae (16 Oktober 1979): “...
kekuatan Injil di mana pun juga menimbulkan perubahan dan kelahiran baru.
Bila kekuatan itu merasuki kebudayaan, tidak mengherankan bahwa banyak
unsur kebudayaan itu dijernihkan atau diluruskan olehnya.” (CT 53)
Tema pertemuan II dalam rangka BKSN mungkin bisa mendalami kembali
pengalaman inkulturasi yang sudah ada, bisa juga menemukan sesuatu yang
baru. Misalnya membaca dan mendalami Kitab Suci dari perspektif budaya
tertentu. Atau apakah ada konsep-konsep budaya tertentu bisa membantu
kita untuk memahami satu konsep teologis/alkitabiah tertentu?

PEMBUKA

Nyanyian Pembuka:
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

“Betapa Agung Karya Tuhan” (PS 706)

Tanda Salib dan Salam


P Dalam Nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
U Amin.
P Semoga rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih dan damai
sejahtera dari Allah Bapa, serta persekutuan Roh Kudus selalu
beserta kita.
U Sekarang dan selama-lamanya. 57
Pengantar
P Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, pada pertemuan
terdahulu kita sudah mendalami bagaimana Gereja berhadapan
dengan kenyataan kemiskinan dalam kehidupan bersama. Dalam
pPertemuan kali ini kita akan mendalami upaya-upaya Gereja dalam
mewartakan Kabar Gembira di tengah kemajemukan budaya. Ada
banyak umat yang sudah mencoba mengintegrasikan pengalaman
iman kristianinya dalam kehidupan bermasyarakat. Upaya yang
dikenal dengan istilah “konteksualisasi” atau “inkulturasi”. Lewat
unsur-unsur budaya (sistem religi, sistem sosial, sistem pengetahuan,
sistem bahasa, kesenian, mata pencaharian dan peralatan)
pengalaman keselamatan diungkap dan diwujudnyatakan. Peristiwa
inkarnasi, peristiwa Allah masuk dalam budaya manusia, menjadi
prinsip upaya kontekstualisasi pewartaan Kabar Gembira. Dengan
demikian, pengalaman hidup berbudaya menjadi pengalaman iman,
pengalaman pergaulan dengan Allah dalam situasi sosial budaya yang
nyata. Kita berharap dalam pertemuan II ini kita mengenali kembali
upaya-upaya pewartaan Kabar Gembira yang sudah dilakukan
di tengah kemajemukan budaya. Kita juga akan menemukan
kemungkinan-kemungkinan untuk membuat gerakan “inkarnatif”
dalam pewartaan Kabar Gembira di tengah kemajemukan budaya.
Untuk itu mari kita buka hati dan pikiran kita agar pendampingan
Tuhan dalam pertemuan II ini dari awal hingga akhir, memampukan
kita mengalami kehidupan ini sebagai sejarah keselamatan.
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

Doa Pembuka
P Marilah kita berdoa: Allah Bapa kami yang penuh kasih. Layak dan
pantas jika saat ini kami bersyukur kepada-Mu. Kami bersyukur atas
karunia hidup di bumi Nusantara Indonesia. Kami juga bersyukur
karena Kau-karuniai Indonesia dengan aneka suku, agama, ras, dan
budaya. Semua karunia-Mu ini memperkaya kehidupan kami sebagai
warga negara. Kenyataan kebhinekaan nusantara ini mengajak kami
sebagai Gereja, untuk menemukan bentuk pewartaan Kabar Gembira
sesuai dengan konteks tempat dan waktu kehidupan kami. Kiranya
Roh Kudus yang menggerakkan para pendahulu kami dalam mewu-
judnyatakan nilai-nilai Injili di tengah konteks kemajemukan budaya
Nusantara, memampukan kami untuk juga mengikuti gerakan-Nya.
Sehingga pertemuan BKSN ini meneguhkan, mengilhami, atau meng-
koreksi gerak langkah pewartaan Kabar Gembira di tengah kemajemu-
kan budaya zaman ini. Dengan perantaraan Kristus Tuhan kami.
58 U Amin.
ILUSTRASI

Seni “Slaka” (Sholawatan Katolik)


Awal mula penyebaran agama Katolik di tanah Jawa bermula dari
Sendangsono yaitu tempat ziarah bagi umat Katolik yang terletak di
desa Promasan, Kelurahan Banjarroya, kecamatan Kalibawang, Kulon
Progo, Yogyakarta. Masyarakat Semagung Promasan semenjak dahulu
memiliki kesenian sholawatan Maulud Nabi yang sering dipertunjukan
oleh kaum Muslim untuk puji-pujian (berdoa) dan sebagai hiburan saat
acara kemasyarakatan seperti kelahiran dan pendirian rumah. Melihat
fenomena itu Br. Mateus Tirtosumarto, SJ (1954) merintis penulisan
sholawatan yang dikenal dengan nama “Slaka” (sholawatan Katolik).
Untuk membedakan dari sholawatan Maulud, syair lagu slaka yang
dinyanyikan diambil dari Alkitab Perjanjian Lama. Seiring berjalannya
waktu sekitar tahun 1965 sholawatan Katolik mengalami perubahan,
syair lagu yang digunakan diambil dari Alkitab Perjanjian Baru. Alhasil
semakin sering warga melihat slaka dan mendengar kotbah yang
disampaikan bruder membuat masyarakat semakin tertarik masuk
menjadi orang Katolik.
Gereja “Mater Dei” Bonoharjo merupakan salah satu Gereja yang meng-
angkat kesenian sholawatan sebagai bagian dari aktivitas kerohanian
Gereja. Gereja “Mater Dei” Bonoharjo terdapat kelompok kesenian
sholawatan bernama “Santi Pujan Sabda Jati” (Santi = niat; Pujan =
memuji; Sabda = titah / perintah; Jati = Utama) Kelompok tersebut dua
bulan sekali mendapat tugas bermain musik sholawatan dalam perayaan
Misa. Sholawatan ini hanya dipakai saat Misa dengan bahasa Jawa
saja. Lagunya pun disesuaikan agar nuansa Jawa tetap tampak. Umat
yang sudah berusia lanjut sangat antusias dengan kesenian ini. Mereka
merasa lebih mantap berdoa dengan iringan sholawatan. Sholawatan
Santi Pujan ini juga sering diundang sebagai penghibur pada acara-acara
kemasyarakatan seperti syukuran dan tirakatan.
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

(Disarikan dari Ringkasan Skripsi “Kesenian Sholawatan di Gereja Katolik Mater


Dei Bonoharjo, Kulon Progo, Yogyakarta”, Rosa Bertiama, mahasiswi Program
Studi Pendidikan Seni Musik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri
Yogyakarta 2012 http://eprints.uny.ac.id/6997/1/Ringkasan%20Skripsi.pdf)

Pertanyaan Pendalaman Ilustrasi


1. Apakah Gereja Anda memiliki kegiatan – seperti yang Br. Mateus
Tirtosumarto, SJ lakukan sekalipun beda bentuknya – pewartaan 59
Kabar Gembira di tengah kemajemukan budaya?
2. Apa hikmat yang dapat dipetik dari kisah di atas, untuk pewartaan
Kabar Gembira di tengah kemajemukan budaya?

Pemandu dapat menyampaikan poin-poin berikut sebagai arah penyimpulan


pembicaraan:
1. Sudah ada aneka upaya mewartakan Kabar Gembira di tengah
kemajemukan budaya dengan memperhatikan konteks budaya
masyarakat.
2. Aneka upaya pewartaan Kabar Gembira di tengah kemajemukan
budaya terkait dengan unsur-unsur budaya seperti sistem religi,
sistem sosial kemasyarakatan (kelahiran, perkawinan, dan kema-
tian), sistem pengetahuan, bahasa, kesenian (seni lukis, seni
pahat, seni tari, seni drama dan lain-lainnya), mata pencaharian
(pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan dan lainnya), dan
sistem teknologi peralatan.

PENDALAMAN KITAB SUCI

Membaca Sabda Tuhan

Kelahiran Yesus Kristus (Mat. 1:18-25)


MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

18
Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria,
ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari
Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami istri. 19Karena Yusuf
suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama
istrinya di depan umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-
diam. 20Tetapi, ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat
Tuhan tampak kepadanya dalam mimpi dan berkata, “Yusuf, anak
Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab
anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. 21Ia akan
melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus,
karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa
mereka.” 22Hal itu terjadi supaya digenapi yang difirmankan Tuhan
melalui nabi: 23”Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan
melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia
Imanuel.” (Yang berarti: Allah menyertai kita.) 24Sesudah bangun dari
tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan
itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai istrinya, 25tetapi tidak
bersetubuh dengannya sampai Maria melahirkan anaknya laki-laki dan
60 Yusuf menamakan Dia Yesus.
Pertanyaan Pendalaman
1. Prinsip apakah yang dapat dipetik dari Mat. 1:18-25 untuk pewartaan
Kabar Gembira?
2. Apa yang dapat dibuat untuk mewujudnyatakan prinsip itu?

Memetik Nilai Injili


1. Allah menyelamatkan manusia, melalui cara manusia. Dengan
inkarnasi, Allah masuk ke dalam kebudayaan manusia. Dalam Yesus,
Allah menjadi manusia Yahudi, dengan sistem religi Yahudi, sistem
sosial Yahudi, sistem pengetahuan Yahudi, sistem bahasa Yahudi,
kesenian Yahudi, mata pencaharian dan peralatan yang kesemuanya
khas Yahudi. Peristiwa inkarnasi menjadi prinsip pewartaan nilai-nilai
injili di tengah kemajemukan budaya.
2. Inkarnasi menunjukkan bahwa Allah menilai tinggi budaya manusia.
Gagasan ini menjadi penting bagi kita dalam merenungkan tempat
budaya-budaya lokal di mana Gereja berada. Inkarnasi ini menjadi
dasar bagi inkulturasi yang memainkan peranan penting dalam tugas
evangelisasi Gereja kini dan di sini.

Membangun Niat dan Rencana


Peserta diajak untuk membuat niat dan rencana konkret untuk ambil bagian
dalam mewartakan Kabar Gembira di tengah kemajemukan budaya. Contoh
niat dan rencana:
1. Menghidupkan kembali budaya lokal yang sudah mulai dilupakan.
2. Melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan budaya, misal kesenian.

Doa Permohonan
Peserta diajak menyampaikan doa spontan sebagai tanggapan atas hasil
pembahasan bersama dan diakhiri dengan doa Bapa Kami.
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

Usulan tema/pokok doa:


1. Syukur dan penghargaan terhadap multikulturalitas budaya dan
kebhinnekaan.
2. Terciptanya kerukunan melalui budaya.

61
PENUTUP

Doa Penutup
P Marilah kita berdoa: Ya Allah Yang Mahakasih. Sejak kekal Engkau
mengasihi kami. Lewat beraneka cara Engkau berbicara kepada
kami. Namun, pada zaman akhir ini, Engkau bicara lewat Yesus
Kristus Tuhan kami. Karena kasih-Mu semata, Engkau masuk ke
dalam kehidupan manusia, menjadi manusia dalam segalanya,
kecuali dalam hal dosa. Peristiwa inkarnasi, peristiwa Allah menjadi
manusia, merupakan dasar bagi kami untuk melanjutkan inkarnasi-
Mu dalam setiap unsur kebudayaan kami. Semoga gerakan inkarnatif
yang mau kami lakukan sungguh menjadi tanda dan sarana
inkarnasi-Mu dalam kebudayaan zaman ini, sehingga kami semakin
mengalami Imanuel, Allah beserta kami, Allah penyelamat kami.
U Amin.

Berkat

Lagu Penutup
“Semua Kembang Bernyanyi” (PS 703)
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

62
3
TUJUAN
Dialog Dengan Agama
Lain (Kisah 17:16-34)

1. Umat menyadari pentingnya menjalin relasi dengan agama-agama lain


melalui dialog-dialog agar terjadi interaksi yang saling mengembangkan.
2. Umat dapat mensharingkan pengalaman konkret mengembangkan
dialog dalam kehidupan sehari-hari sebagai kekhasan Gereja di Asia.
3. Umat menemukan inspirasi dari pengalaman Santo Paulus yang
mengembangkan pewartaan di antara orang-orang non-Yahudi dengan
dialog.

GAGASAN POKOK
Pada masa sekarang ini, Gereja Katolik di Indonesia dihadapkan pada
sensitivitas kehidupan beragama yang tidak jarang menimbulkan gesekan
yang berujung tindakan anarkhis dari kelompok agama lain. Berbagai dalih
dijadikan alasan untuk menghambat gerakan Gereja. Karya-karya khas
Gereja seperti rumah sakit, sekolah, kegiatan-kegiatan karitatif tidak jarang
dicurigai sebagai upaya Kristenisasi. Selain itu, stigmatisasi kafir masih sering
dengan sengaja dihembuskan guna menebar kebencian. Bahkan, intimidasi
bagi mereka yang berkehendak untuk menjadi Katolik tak jarang terjadi. Yang
lebih menyedihkan adalah adanya pembubaran paksa kegiatan peribadatan
yang menunjukkan arogansi tak terkendali sekelompok orang dengan dalih
mengganggu ketertiban umum. Dalam situasi seperti ini kita sebagai orang
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

Katolik dihadapkan pada dilema yang tidak mudah.


Pilihan pola relasi antar-umat beragama yang telah cukup lama dikumandang-
kan adalah “toleransi”. Tampaknya sudah saatnya istilah “toleransi” ini harus
dikritisi. Dalam toleransi yang penting adalah tidak saling mengganggu,
namun di dalamnya juga tidak ada keterbukaan dan saling pengertian. Masing-
masing berjalan menurut kebenarannya sendiri-sendiri. Prinsipnya adalah
saling mendiamkan, “kamu tidak mengganggu saya, saya tidak mengganggu
kamu.” Dalam situasi seperti ini salah paham sangat mudah terjadi dan tidak
mudah diuraikan. Masing-masing menggunakan kebenarannya sendiri.
Akibatnya, terjadi saling curiga yang tak terjembatani. Perbedaan menjadi 63
alasan pemisah dan menjauhkan satu sama lain.
Kiranya sudah waktunya untuk mengubah paradigma berpikir dan pola
berelasi dalam kehidupan beragama. Dialog adalah salah satu cara yang
mesti dikembangkan sebagai upaya saling memahami dan menghargai aneka
perbedaan yang muncul sebagai buah dari penghayatan agama yang berlainan.
Sejak awal berdirinya Republik Indonesia, para pendiri bangsa dengan sangat
sadar memilih semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” untuk menampung aneka
realitas kehidupan di Indonesia yang memang terdiri dari aneka suku, ras,
berbagai macam agama dan keyakinan serta golongan. Dialog adalah cara
untuk mewujudkan sikap saling memahami, menghormati dan menerima
berbagai perbedaan sebagai kekayaan untuk membangun kehidupan.
Santo Paulus telah memberi inspirasi bagaimana pewartaan Injil dilakukan
di tengah aneka perbedaan. Di Atena, ia mewartakan kepada orang-orang
yang tidak mengalami kebudayaan dan agama Yahudi. Masyarakat di Atena
menganut politeis dengan begitu banyak dewa-dewi, khas Yunani. Pada saat
Paulus tiba di Atena, kota itu dipenuhi patung-patung dewa-dewi sembahan
mereka. Pewartaan Paulus diawali dengan mengunjungi sinagoga Yahudi
dan bersoal jawab dengan orang-orang Yahudi dan ‘mereka yang takut akan
Allah, kemudian mengunjungi pasar (agora) dan berdiskusi dengan setiap
orang yang dijumpainya di sana (Kis. 17:17). Paulus menyampaikan inti
pewartaannya dalam bahasa yang khas dan memanfaatkan kearifan lokal.
Dengan demikian pewartaannya dipahami dan diterima.

PEMBUKA
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

Lagu Pembuka
“Kamulah Terang Dunia” (PS 694)

Tanda Salib dan Salam


P Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
U Amin.
P Semoga Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah dan
persekutuan Roh Kudus selalu beserta kita.
U Sekarang dan selama-lamanya .

Pengantar
P Saudara-saudari, pada pertemuan pekan lalu kita sudah membahas
tema Dialog dengan Kemiskinan dan Dialog dengan Budaya yang
64 mengandung kekayaan makna dalam kehidupan bersama. Sekarang
kita akan membahas salah satu pilar penting Gereja Katolik di Asia,
lebih-lebih dalam konteks masyarakat Indonesia yang majemuk dari
sisi agama.
Tema ini perlu kita tempatkan dalam konteks kita sebagai warga
Gereja Katolik yang mengemban amanat Tuhan untuk mewartakan
Injil kepada segala makhluk sampai ke ujung bumi. Namun, realitas
yang kita hadapi menunjukkan adanya upaya-upaya pihak lain
yang membatasi karya perutusan Gereja. Bahkan, kita dihadapkan
pada tantangan konkret di mana tidak jarang karya-karya yang kita
lakukan dicurigai, dihambat, dilarang bahkan berujung anarkhis.
Namun, hal ini tidak berarti tugas kita untuk mewartakan Injil
dengan sendirinya berhenti. Kita perlu mencari cara-cara kreatif
agar Kabar Gembira Kristus dirasakan oleh semakin banyak orang.
Hal ini harus dilakukan dengan tetap mempertimbangkan cara-
cara yang jitu dan berdaya guna sehingga tidak menimbulkan
kesulitan/konflik dalam tataran yang paling konkret. Mari kita
awali pendalaman Kitab Suci ini dengan menimba inspirasi dari
Santo Paulus bagaimana mewartakan Injil di antara kelompok
beragama lain. Semoga buahnya bisa mengembangkan pewartaan
kita.

Doa Pembuka
P Marilah kita berdoa: Allah Bapa yang Mahabaik, kami bersyukur
karena kami mengalami kekayaan iman dengan hadirnya keragaman
agama dan keyakinan di sekitar kami. Namun, masih sangat
sering terjadi gesekan antar-penganut agama dan keyakinan itu.
Tidak jarang terjadi tindakan anarkhis yang menciderai persatuan
kami. Bantulah kami menemukan cara-cara yang Kaupandang
layak untuk kami perjuangkan dalam kehidupan bersama kami.
Semoga perbedaan agama dan keyakinan justru memperkaya
kami dan menantang kami untuk menghayati iman kami lebih
baik seturut kehendak-Mu. Singkirkanlah aneka perpecahan dari
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

kehidupan kami. Peliharalah kami dalam rahmat-Mu dan buatlah


kami mampu melaksanakan kehendak-Mu, mewartakan Injil
kepada segala makhluk. Mampukanlah kami untuk membangun
dialog yang akan mengarahkan kami untuk berani menjadi saksi di
tengah kehidupan berbangsa dan bermasyarakat di bumi Indonesia
ini. Demi Kristus, Pengantara kami.
U Amin.

65
ILUSTRASI
“Surat kepada Sahabat”

Untuk sahabatku terkasih, salam sejahtera bagi kalian. Sudah sekian


waktu kita melaksanakan tugas pelayanan Injil. Sukacita mewarnai
pengalaman iman kita, anugerah Kristus dan buah pewartaan sudah kita
alami. Semoga Kasih Karunia Kristus senantiasa mencukupkan damai
sejahtera yang melimpah bagi kita.
Melalui surat terbuka ini saya rindu untuk menyapa para sahabat di
manapun berada. Karya pewartaan Injil yang kita lakukan sebagai
anugerah perutusan telah menimbulkan reaksi yang bermacam-macam
bahkan akhir-akhir ini begitu menantang keberanian dan kreativitas
kita. Di samping keberhasilan-keberhasilan yang menimbulkan
sukacita Injili, tantangan bahkan kendala-kendala konkret, tidak jarang
menyertai. Penolakan maupun fitnah tidak jarang dialamatkan kepada
kita. Semoga para sahabat tidak kehilangan arah dan menjadi lemah.
Kita perlu berguru pada Rasul Paulus yang percaya penuh pada
penyelenggaraan ilahi dalam mewartakan Injil dan percaya kepada
Kristus yang diwartakannya. Kita ingin menimba semangat dasar yang
telah dianugerahkan kepada sang rasul supaya pewartaan kita tetap
menemukan pijakan dan berkembang sebagaimana perintah Tuhan
Yesus Kristus untuk mewartakan Injil kepada segala mahluk. Ia telah
berjanji akan menyertai kita sampai akhir zaman. (Mat. 28:20)
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

Kesulitan demi kesulitan yang menyertai bukan halangan untuk


melanjutkan mewartakan Injil Kristus, malahan menjadi tantangan
yang harus kita taklukkan. Kreativitas yang kita miliki, keterampilan
berelasi untuk membangun kesepahaman dan kerjasama, dan kehendak
baik untuk saling menghargai aneka perbedaan serta rahmat Allah
yang menyertai adalah bekal untuk mewartakan Injil yang berdampak
membangun kehidupan. Dengan demikian, pewartaan kita akan relevan
dan signifikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sekaligus
tidak kehilangan daya kritisnya, menghadapi gejolak zaman.
Menghadapi tantangan yang semakin beragam dan berat seperti sekarang
ini, kita tidak boleh menyerah. Mewartakan Injil adalah jatidiri para
murid Kristus yang tidak dapat digantikan oleh apa pun. Oleh karena itu,
mewartakan Injil sebagai pelaksanaan amanat perutusan Kristus tetap
harus kita lakukan.
Dalam konteks pluralitas agama-agama, pewartaan Injil justru menjadi
66
tantangan serius karena Injil Yesus Kristus harus diperkenalkan supaya
dimengerti, dipahami dan terhindar dari aneka interpretasi yang
kontraproduktif. Nilai-nilai injili harus terus dikumandangkan supaya
dikenal orang, sehingga semakin dimengerti bahwa nilai-nilai injili
mengandung nilai-nilai perdamaian dan cinta kasih universal. Tugas
ini sungguh mulia yang harus kita lanjutkan dengan penuh sukacita.
Semoga kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus menyertai kita.
Salam dari sahabatmu yang tertangkap oleh pelayanan Injil Kristus.

Pertanyaan Pendalaman Ilustrasi


1. Keprihatinan apa yang tersirat dalam “Surat kepada Sahabat” di atas?
2. Apa yang perlu diperhatikan supaya pewartaan Injil dapat dilanjutkan
dan tidak menimbulkan gejolak di tengah masyarakat?
Pemandu dapat menyampaikan poin-poin berikut sebagai arah penyimpulan
pembicaraan:
1. Pewartaan Injil mendapat reaksi dan hambatan dari kelompok agama
lain, bahkan sudah sampai dicurigai sebagai kristenisasi. Hal ini bisa
menimbulkan persoalan serius dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara di Indonesia.
2. Kreatif membangun dialog dengan agama-agama lain supaya Injil
dipahami, dimengerti dan nilai-nilai injili semakin menginspirasi
banyak orang karena mengandung perdamaian dan cinta kasih
universal.

PENDALAMAN KITAB SUCI

Membaca Sabda Tuhan

Paulus di Atena (Kis. 17:16-34)


B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

16
Sementara Paulus menantikan mereka di Atena, sangat sedih hatinya
karena ia melihat bahwa kota itu penuh dengan patung-patung berhala.
17
Karena itu di rumah ibadat ia bertukar pikiran dengan orang-orang
Yahudi dan orang-orang yang takut akan Allah, dan di pasar setiap hari
dengan orang-orang yang dijumpainya di situ. 18Juga beberapa ahli pikir
dari golongan Epikuros dan Stoa berdebat dengan dia dan ada yang
berkata, “Apa yang hendak dikatakan si pembual ini?” Tetapi, yang lain
berkata, “Rupa-rupanya ia pemberita ajaran dewa-dewa asing.” Sebab ia
memberitakan Injil tentang Yesus dan kebangkitan-Nya. 19Lalu mereka
membawanya menghadap sidang Areopagus dan mengatakan, “Bolehkah 67
kami tahu ajaran baru mana yang kauajarkan ini? 20Sebab engkau
memperdengarkan kepada kami hal-hal yang asing. Karena itu kami
ingin tahu apa artinya semua itu.” 21Adapun semua orang Atena dan orang
asing yang tinggal di situ tidak mempunyai waktu untuk sesuatu selain
untuk mengatakan atau mendengar segala sesuatu yang baru. 22Paulus
berdiri di hadapan sidang Areopagus dan berkata, “Hai orang-orang
Atena, aku lihat bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah kepada
dewa-dewa. 23Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat
barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan
tulisan: Kepada Allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa
mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu. 24Allah yang telah
menjadikan bumi dan segala isinya, Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan
bumi, tidak tinggal dalam kuil-kuil buatan tangan manusia, 25dan juga
tidak dilayani oleh tangan manusia, seolah-olah Ia kekurangan apa-apa,
karena Dialah yang memberikan hidup dan napas dan segala sesuatu
kepada semua orang. 26Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua
bangsa dan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi dan Ia
telah menentukan musim-musim bagi mereka dan batas-batas kediaman
mereka, 27supaya mereka mencari Allah dan mudah-mudahan mencari-
cari dan menemukan Dia, walaupun Ia tidak jauh dari kita masing-
masing. 28Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada, seperti
yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujanggamu: Sebab kita ini
keturunan-Nya juga. 29Karena kita berasal dari keturunan Allah, kita tidak
boleh berpikir bahwa keadaan ilahi serupa dengan emas atau perak atau
batu, ciptaan kesenian dan keahlian manusia. 30Tanpa memandang lagi
zaman kebodohan, sekarang Allah memerintahkan semua orang di mana
saja untuk bertobat. 31Karena Ia telah menetapkan suatu hari ketika Ia
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

dengan adil akan menghakimi dunia oleh seorang yang telah ditentukan-
Nya, sesudah Ia memberikan kepada semua orang suatu jaminan tentang
hal itu dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati.” 32Ketika
mereka mendengar tentang kebangkitan orang mati, maka ada yang
mengejek, dan yang lain berkata, “Lain kali saja kami mendengar engkau
berbicara tentang hal itu.” 33Lalu Paulus meninggalkan mereka. 34Tetapi,
beberapa orang menggabungkan diri dengan dia dan menjadi percaya,
di antaranya juga Dionisius, anggota majelis Areopagus, dan seorang
perempuan bernama Damaris, dan juga orang-orang lain bersama-sama
dengan mereka.

Pertanyaan Pendalaman Teks Kitab Suci


1. Bagaimana Santo Paulus memberi inspirasi kepada kita mewartakan
Injil di tengah penganut agama-agama lain?
2. Unsur-unsur apa yang membuat karya pewartaan Santo Paulus
tersebut berhasil?
68 3. Dialog seperti apa yang harus dilakukan untuk memelihara kerukunan
antar umat beragama supaya kehidupan bermasyarakat semakin baik?
Memetik Nilai-nilai Injili
1. Perbedaan agama dan keyakinan merupakan realitas unik di Asia,
termasuk di Indonesia.
2. Kemajemukan agama di satu sisi menjadi kekayaan penghayatan
iman, namun di sisi lain mengandung potensi konflik luar biasa.
3. Realitas majemuk tersebut menjadi tantangan konkret membangun
kehidupan atas dasar perbedaan yang saling memperkaya dalam
penghayatan.
4. Penghormatan terhadap agama dan keyakinan lain secara tulus
merupakan keutamaan orang beriman, lebih-lebih dalam konteks
masyarakat Indonesia yang terdiri dari beraneka agama dan keyakinan.
5. Masing-masing penganut agama perlu membuka dialog dan kerjasama
yang semakin baik sebagai perwujudan iman yang hidup, saling
memahami dan menghargai secara tulus satu sama lain.
6. Membangun dialog-dialog dengan siapa saja supaya saling mengenali
iman masing-masing secara benar dan mampu bekerjasama untuk
membangun kehidupan bersama yang lebih baik.

Membangun Niat dan Rencana


Peserta diajak membuat niat dan rencana konkret dalam membangun relasi
antar-umat beragama di sekitar mereka. Contoh niat dan rencana:
1. Membangun relasi dan jejaring dengan umat beragama lain.
2. Menghargai perbedaan penghayatan umat beragama lain.
3. Bergotong-royong membangun rumah ibadah.
4. Memberi ucapan selamat pada hari raya agama lain.

Doa Permohonan
Peserta diajak untuk menyampaikan doa-doa sebagai tanggapan atas sabda
Tuhan yang telah direnungkan bersama. Doa-doa ini diakhiri dengan doa
Bapa Kami.
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

Usulan tema/pokok doa:


1. Syukur atas kerukunan dalam keberagaman agama.
2. Syukur atas tumbuhnya kerjasama lintas agama.
3. Keikhlasan dan ketulusan dalam kebersamaan.

69
PENUTUP

Doa Penutup
P Marilah berdoa: Bapa Maha Pengasih, Engkau sungguh mengasihi
setiap manusia. Dengan akal budi dan kelembutan hati, tiap-
tiap orang Kautuntun untuk mengalami kehadiran-Mu. Semoga
perbedaan agama dan keyakinan tidak menjadi penyebab perpisah-
an di antara umat manusia, tetapi persatukanlah dalam perbedaan
yang saling memperkaya penghayatan iman kami. Jauhkanlah dari
hati kami perasaan iri dengki yang menjadi sumber perpecahan.
Peliharalah kami dalam rahmat-Mu. Semoga kami giat mengupayakan
persatuan dan kerukunan dalam kehidupan bersama. Mampukanlah
kami menghargai secara tulus aneka perbedaan keyakinan. Semoga
seturut teladan santo Paulus, kami menjadi semakin kreatif
mewartakan Injil di tengah masyarakat. Bantulah kami menemukan
cara-cara yang baik dan berguna untuk mengembangkan karya-
karya kami dalam kehidupan nyata. Demi Kristus, pengantara kami.
U Amin.

Berkat

Lagu Penutup
“Kau Dipanggil Tuhan” (PS 683)
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

70
4
TUJUAN
Dialog Dengan Gereja
Lain (Yohanes 17:20-26)

1. Menyadari dan mengenali problem yang berkaitan dengan kesatuan


umat Kristiani di Indonesia.
2. Mendapat terang Sabda untuk membangun kesatuan umat Kristiani di
Indonesia.
3. Mendapat penguatan untuk senantiasa mengusahakan kesatuan umat
Kristiani di Indonesia.

GAGASAN POKOK
Kalau orang sempat mengunjungi Gereja Makam Suci (Church of the Holy
Sepulcher) di Yerusalem akan terasakan sesuatu yang amat ironis. Sejak
tahun 1862, Gereja Makam Suci “dibagi” untuk enam denominasi Kristen:
Gereja Ortodoks Yunani, Gereja Armenia, Gereja Katolik Roma, Gereja Koptik,
Gereja Etiopia, dan Gereja Ortodoks Siria. Konsili Vatikan II dengan tegas
menggambarkan situasi di sana sebagai perpecahan yang “terang-terangan
berlawanan dengan kehendak Kristus, dan menjadi batu sandungan bagi
dunia, serta merugikan perutusan suci, yakni mewartakan Injil kepada semua
makhluk” (UR 1).
Dekrit tentang ekumenisme dibuka dengan kalimat “Mendukung pemulihan
kesatuan antara segenap umat Kristiani merupakan salah satu maksud
utama Konsili Ekumenis Vatikan II” (UR 1). Dengan demikian menjadi jelas
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

arah perjalanan Gereja selanjutnya khususnya dalam relasi dengan Gereja-


gereja lain. Dirasakan bahwa sampai saat ini, arahan Konsili Vatikan II ini
berjalan dengan baik: sikap polemik di masa lalu perlahan-lahan mulai
ditinggalkan, keinginan umat beriman untuk mengetahui Gereja atau
denominasi lain mulai tumbuh, dan beberapa inisiatif bersama. Tentu saja
masih banyak persoalan yang mesti diselesaikan, dari hal-hal yang bersifat
praktis sampai dengan yang dogmatis. Tetapi, kiranya kita tidak perlu
menantikan semuanya selesai terlebih dahulu baru kita memulai sesuatu.
Dengan memulai sesuatu, mungkin kita justru menjejakkan langkah awal
untuk sesuatu yang lebih baik. 71
Harus diakui bahwa berhadapan dengan pluralisme denominasi kristen
seperti ini, tugas pewartaan Injil menjadi sangat unik dan peka, dan sekaligus
memprihatinkan. Semuanya merasa mendapatkan perutusan dari Amanat
Agung (Mat. 28:18-20) untuk menjadikan semua bangsa murid Yesus. Yang
diwartakan adalah Yesus Kristus yang sama yang dikisahkan dalam Injil yang
sama. Kalau boleh kita gunakan kata “pasar”; maka “pasar” ke mana Kabar
Sukacita itu ditawarkan, sebenarnya ya itu itu saja. Tidak mengherankan dan
memang tidak bisa terhindarkan bahwa pewartaan tentang Yesus Kristus ini
seringkali akhirnya juga disampaikan kepada mereka yang sudah beriman
kepada Yesus Kristus. Istilah yang seringkali muncul adalah “memancing
di kolam orang”. Dalam situasi demikian, maka tidak jarang perbedaan,
yang seringkali diartikan sebagai kelebihan yang satu dibandingkan dengan
denominasi yang lain, semakin ditonjolkan dan ditampakkan, bahkan kadang-
kadang dimanfaatkan sebagai sarana persuasif dan provokatif.
Dalam kesempatan ini, rasanya tidak mungkin kita berdiskusi panjang lebar
lagi tentang relasi Gereja Katolik dengan Gereja-gereja lain. Pada level
umat beriman yang tidak banyak berurusan dengan hal-hal yang berbau
teologis-dogmatis, mungkin pembicaraan dalam pertemuan akan lebih
efektif jika diarahkan pada hal-hal konkret yang bisa dikerjakan bersama
dengan saudara-saudara dari Gereja lain supaya bisa terbangun bonum
commune atau kebaikan bersama. Perbedaan-perbedaan yang ada baiklah
dikesampingkan terlebih dulu untuk memberi tempat pada persamaan yang
menghasilkan buah untuk melindungi kepentingan bersama.

PEMBUKA
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

Lagu Pembuka

“Ut Omnes Unum Sint”

Ut omnes unum sint, jadilah mereka satu


seperti Aku dan Bapa adalah satu.
Biar didorong-dorong, digoyang-goyang, diguncang-guncang
tetap bersatu membangun dunia baru.

Tanda Salib dan Salam


P Dalam Nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
U Amin.
P Semoga rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih dan damai
72 sejahtera dari Allah Bapa, serta persekutuan Roh Kudus selalu
beserta kita.
U Sekarang dan selama-lamanya.

Pengantar
P Saudara-saudari, pada pertemuan pekan lalu kita sudah membahas
tema Dialog dengan Kemiskinan, Dialog dengan Budaya, dan Dialog
dengan Agama Lain. Dalam pertemuan IV ini kita akan membahas
tentang Dialog dengan Gereja Lain. Dalam konteks Gereja Indonesia,
Gereja Katolik tumbuh berkembang bersama dengan Gereja Lain.
Tidak dipungkiri, situasi ini tidak jarang menimbulkan tegangan yang
dapat memicu perpecahan. Karena itulah Kabar Sukacita juga mesti
diwartakan dalam pluralitas Gereja-gereja. Hal ini selaras dengan
cita-cita Konsili Vatikan II yang dinyatakan dalam dekrit tentang
ekumenisme (Unitatis Redintegratio - 1964), yaitu “mendukung
pemulihan kesatuan antara segenap umat Kristiani” (UR 1). Di dalam
pertemuan ini kita diajak untuk menemukan hal-hal konkret yang
bisa dikerjakan bersama dengan saudara-saudara dari Gereja lain
supaya bisa terbangun bonum commune atau kebaikan bersama.
Kita akan bersama-sama menimba inspirasi dari Doa Yesus (Yoh.
17:20-26).

Doa Pembuka
P Marilah kita berdoa: Ya Allah, Bapa Yang Mahakudus, Putra-Mu
Yesus Kristus sebelum wafat di salib telah berdoa bagi kami agar
Gereja-Mu berkembang hingga ke ujung bumi dan Ia berjanji akan
menyertai Gereja sampai akhir nanti. Kami mohon pertolongan-Mu
agar kami mampu memelihara Gereja-Mu yang majemuk dalam
semangat persatuan dan persaudaraan. Demi Yesus Kristus, Tuhan
dan Pengantara kami, yang hidup dan bertakhta bersama Dikau
dalam persekutuan dengan Roh Kudus, kini dan sepanjang segala
masa.
U Amin.
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

ILUSTRASI
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Ibadah Pekan Doa Sedunia yang digelar di
Gereja St. Franciscus Xaverius Yogyakarta pada Rabu malam (24/1/2018)
membawa beberapa pesan persatuan untuk umat kristiani. Acara yang
digelar tiap tahun ini telah memasuki tahun ke-4 pada 2018, dengan cita-
cita yang sama setiap tahunnya, ibadah membawa beberapa isu penting
yang terjadi setahun terakhir.
73
Tidak hanya tentang persatuan umat Kristiani, isu kelaparan yang terjadi
di Asmat, Papua juga menjadi hal yang disoroti dalam ibadah kali ini.
“Ada tiga isu yang kita bawa dalam Ibadah malam ini, yaitu isu intoleransi,
kelaparan dan konflik yang terjadi di muka bumi,” ujar Sekretaris Panitia,
Paulus Kristanto. Bahkan, para panitia juga mengaku akan menggelar
aksi guna memberikan beberapa bantuan di Asmat, Papua agar dapat
membantu saudara yang dilanda kelaparan.
Dengan membawa pesan damai, acara indah malam ini ingin menunjuk-
kan bahwa umat kristiani ingin bersatu untuk saling meringankan beban
yang dialami orang lain.
(Sumber:http://jogja.tribunnews.com/2018/01/24/ibadah-pekan-doa-sedunia-
membawa-isu-intoleransi-hingga-kelaparan; diakses 15 Februari 2018.)

Pertanyaan Pendalaman Ilustrasi


1. Apakah yang menarik dari berita tersebut?
2. Apakah tujuan dari terciptanya kesatuan umat Kristiani?
Pemandu dapat menyampaikan poin-poin berikut sebagai arah penyimpulan
pembicaraan:
1. Banyak upaya yang telah dilakukan untuk mewujudkan kesatuan
Gereja-gereja, termasuk melalui Pekan Doa Sedunia Bagi Kesatuan
Umat Kristiani.
2. Pembicaraan tentang Gereja Katolik dengan Gereja-gereja lain
dalam konteks Indonesia kiranya bukanlah seputar hal-hal teologis-
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

dogmatis, melainkan lebih diarahkan pada hal-hal konkret yang


bisa dikerjakan bersama supaya bisa terbangun bonum commune
atau kebaikan bersama.
3. Kita perlu selalu memberi tempat pada persamaan demi melindungi
kepentingan bersama.

PENDALAMAN KITAB SUCI

Membaca Sabda Tuhan

Doa Yesus untuk Murid-Murid-Nya (Yoh. 17:20-23)

Bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-
20

74 orang, yang percaya kepada-Ku melalui pemberitaan mereka; 21supaya


mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam
Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya
dunia percaya bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. 22Aku telah
memberikan kepada mereka kemuliaan yang Engkau berikan kepada-
Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: 23Aku di
dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka menjadi satu
dengan sempurna, agar dunia tahu bahwa Engkau yang telah mengutus
Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau
mengasihi Aku. 24Bapa, Aku ingin supaya mereka, yang Bapa berikan
kepada-Ku, ada bersama-Ku di tempat Aku berada, supaya mereka
melihat keagungan-Ku; yaitu keagungan yang Bapa berikan kepada-Ku,
karena Bapa mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan. 25Bapa yang adil!
Dunia tidak mengenal Bapa, tetapi Aku mengenal Bapa; dan orang-orang
ini tahu bahwa Bapa mengutus Aku. 26Aku sudah menyatakan nama Bapa
kepada mereka; dan Aku akan terus berbuat begitu, supaya kasih Bapa
kepada-Ku tetap di dalam hati mereka dan Aku bersatu dengan mereka.”

Pertanyaan Pendalaman Teks Kitab Suci


1. Apakah yang menarik dari rumusan doa Yesus itu?
2. Apakah yang melatarbelakangi Yesus berdoa demikian?
3. Apakah yang diharapkan Yesus dari kita saat ini dalam kaitannya
dengan doa Yesus bagi kesatuan murid-murid-Nya?

Memetik Nilai-nilai Injili


1. Kesatuan para murid Kristus mesti didasarkan pada kesatuan Bapa
dan Putra, Bapa “di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau” (ay. 21).
Kesatuan ini merupakan kesatuan dalam kasih.
2. Hubungan antara Bapa dengan Yesus dan para murid dirumuskan:
Bapa di dalam Yesus (ay. 21.23), Yesus di dalam Bapa (ay. 21), Yesus di
dalam para murid (ay. 23.26), serta para murid berada di dalam Yesus
dan di dalam Dia dan Bapa (ay. 21).
3. Yesus menghendaki agar semua orang yang percaya kepada-
Nya senantiasa bersatu dengan Allah dan sesama. Hal ini berarti
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

membangun relasi yang dekat dengan Allah, hidup rukun dengan


sesama, dan bekerjasama menciptakan serta mengembangkan
kebaikan bersama (bonum commune).

Membangun Niat dan Rencana


Peserta diajak untuk membuat niat dan rencana konkret dalam mewujudkan
kesatuan sebagai murid-murid Yesus. Contoh niat dan rencana:
1. Bekerjasama menyelenggarakan Perayaan Natal dan Paskah 75
Ekumene.
2. Mengadakan Ibadat Pekan Doa Sedunia.
3. Mengadakan aksi sosial bersama: kunjungan ke Lapas/RS Jiwa,
pelayanan kesehatan.

Doa Permohonan
Peserta lalu diajak untuk menyampaikan doa-doa sebagai tanggapan atas
Sabda Tuhan yang telah direnungkan bersama dan penegasan atas niat dan
komitmen yang sudah diungkapkan. Doa-doa ini diakhiri dengan doa Bapa
Kami. Usulan tema/pokok doa:
1. Syukur atas kerukunan umat Kristiani.
2. Keterlibatan dalam kegiatan ekumene.

PENUTUP

Doa Penutup
P Marilah kita berdoa: Ya Allah Tritunggal Mahakudus, kami bersyukur
atas penyelenggaraan dan penyertaan-Mu di dalam setiap usaha kami
mewartakan Kabar Sukacita-Mu. Kami mohon, pimpinlah kami
senantiasa agar mampu mengusahakan dan menjaga kerukunan
bersama dengan saudara-saudari kami dari Gereja lain. Bantulah
kami agar dapat menjadi anak-anak-Mu yang berkenan di hadirat-
Mu dan senantiasa bekerjasama membangun kehidupan bersama
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

yang lebih baik. Demi Yesus Kristus, Tuhan dan Juru Selamat kami.
U Amin.

Berkat

Lagu Penutup
“Alangkah Bahagianya” (PS 619)

76
MEWARTAKAN
KABAR GEMBIRA
DALAM KEMAJEMUKAN

Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil


kepada segala makhluk (Mrk. 16:15)

Pendalaman Kitab Suci


Orang Muda Katolik
Komisi Kerasulan Kitab Suci Keuskupan Bandung
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

Bulan Kitab Suci Nasional


LEMBAGA BIBLIKA INDONESIA
77
2018
Kata Pengantar

Usaha memahami teks hendaknya disertai dengan pengertian mengenai


konteks. Dengan mengetahui konteks, kita akan lebih mudah mengerti
pesan dari sebuah teks. Dalam konteks yang berbeda, inspirasi bisa
berbeda pula bagi setiap pembaca. Dalam membaca Kitab Suci, pembaca
harus juga memahami konteks hidupnya sehingga dapat menemukan
inspirasi yang berguna. Sebagai warga negara Indonesia, kita menyadari
bahwa Indonesia memiliki kemajemukan agama, golongan, budaya, suku,
bahasa, dan ekonomi. Ribuan pulau di bumi Nusantara menciptakan
keragaman sampai memunculkan tekad bersama Bhinneka Tunggal Ika.
Nusantara dengan segala kemajemukan yang ada adalah tanah tempat
benih Firman Tuhan ditaburkan, tempat Kitab Suci harus diwartakan,
dan tempat setiap anak Tuhan harus memberi kesaksian iman.
Setelah pada tahun 2017 mengajak kita “Mewartakan Kabar Gembira
dalam Gaya Hidup Modern”, kini LBI mengajak kita untuk melihat
konteks kemajemukan sebagai lahan subur untuk pewartaan. Kita
diajak membaca dan merenungkan Sabda Tuhan sehingga berani
“Mewartakan Kabar Gembira dalam Kemajemukan” (2018). Dalam
empat kali pertemuan pendalaman BKSN, umat diajak membaca Kitab
Suci dan mendalami Sabda Allah dalam bingkai tema-tema khusus yang
menyangkut kemiskinan, budaya, agama lain dan Gereja lain. Tema dan
pilihan Kitab Suci disusun demikian:
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

1. MINGGU I: Dialog dengan Yang Miskin dan Tersingkir (Mat. 14: 13-21)
2. MINGGU II: Mewartakan Kabar Gembira di Tengah Kemajemukan
Budaya (Mat. 1: 18-25)
3. MINGGU III: Dialog dengan Agama Lain (Kis. 17: 16-34)
4. MINGGU IV: Dialog dengan Gereja Lain (Yoh. 17: 20-26)
Bahan pertemuan BKSN 2018 ini disusun kita dapat menemukan
kehendak Allah dalam situasi yang kita hadapi sekarang ini. Dengan
cara demikian, kaum muda juga dapat memahami bagaimana harus
mengambil bagian dalam tugas memberitakan kabar gembira kepada
sesama.

78
1 Dialog Dengan Yang
Miskin Dan Tersingkir
(Matius 14:13-21)

Lagu Pembuka

Lihatlah Rumah Allah

Lihatlah rumah Allah penuh kemuliaan


Dibangun dari batu, Allah perancangnya
Bagi-Mu Allah, kasih dan sembah
Izinkan putra-Mu tenang di rumah-Mu

Megah di puncak Sion Kota-Mu yang kudus


Tersiar dari sana firman-Mu ya Allah
Bagi-Mu Allah puji dan sembah
Kau panggil umat-Mu menjadi saksi-Mu

Hanyalah atas Yesus, Gereja dibangun


Hanyalah dalam Dia damailah hatiku
Bagi-Mu Allah puji dan sembah
Bertumpu pada-Mu teguhlah hidupku

Lihatlah kemah Allah di bumi terbentang


Antara manusia tampaklah tanda-Nya
Bagi-Mu Allah puji dan sembah
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

Dampingi umat-Mu berjuang dan menang

Umat-Mu berziarah pimpinlah ya Tuhan


Topanglah sampai tiba di rumah surgawi
Bagi-Mu Allah puji dan sembah
Izinkan putra-Mu tenang di rumah-Mu

79
Tanda Salib-Salam
P Demi nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus
U Amin.
P Tuhan sertamu
U Dan sertamu juga.

Pengantar
P Rekan-rekan muda yang terkasih, dalam Bulan Kitab Suci Nasional
tahun ini, kita diajak untuk menjadi pewarta. Kaum muda itu bukan
sekadar golongan yang hanya mau enak dan bersenang-senang.
Dalam masa muda yang serba ceria, kita dipanggil untuk mewartakan
Injil melalui hidup kita: lewat segala tingkah laku kita. Mewartakan
Injil tak terbatas hanya melalui kotbah dan segala bentuk tata-
peribadatan. Kehadiran kita di masyarakat juga hendaklah menjadi
bentuk kesaksian nyata. Itulah artinya kalau kita mewartakan Injil.
Karena kita ini ada di Indonesia, pewartaan kita tak pernah lepas dari
keadaan nyata di sekeliling. Pewartaan mesti memiliki aspek dialog.
Dialog artinya ada relasi timbal-balik yang nyata. Untuk kita dalam
konteks masyarakat Indonesia, ada empat pihak yang mesti menjadi
rekan dialog: kemiskinan, aneka ragam budaya, perbedaan agama,
dan kemajemukan Gereja-gereja Kristiani. Satu per satu kita akan
membahas keempatnya selama BKSN kali ini.
Rekan-rekan muda sekalian, di banyak tempat kita temukan bentuk-
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

bentuk kemiskinan yang mencolok. Tanpa harus menggunakan


kriteria dari PBB untuk membuat klasifikasi siapa yang bisa
masuk dalam golongan miskin, kita bisa melihat betapa persoalan
kemiskinan ini ada di sekitar kita. Di kota-kota besar, kita temukan
persoalan kemiskinan ini di antara gemerlap kehidupan urban: para
gelandangan, para pengemis, mereka yang harus menyelinap di
antara mobil-mobil yang sedang berhenti di lampu merah untuk
sekadar mendapat uang recehan dan lain sebagainya. Di kota-kota
kecil, persoalan kemiskinan hadir dalam persoalan perumahan tak
layak huni, gizi buruk, pendidikan rendah, dan lain sebagainya.
Mari kita mulai renungan kita dengan doa pembuka.

Doa Pembuka
P Ya Bapa, utuslah Roh Kudus memenuhi hati umat-Mu dan
menyalakan di dalamnya api cinta-Mu. Utuslah Roh-Mu maka
80
semuanya akan diciptakan kembali.
U Dan Engkau akan membaharui muka bumi.
P Marilah kita berdoa. Ya Allah, Engkau telah mengajar hati umat-
Mu dengan penerangan Roh Kudus. Berilah supaya berkat Roh yang
kudus ini kami senantiasa berpikir benar, bertindak bijaksana, serta
selalu bergembira karena penghiburan-Nya, demi Kristus, Tuhan
kami.
U Amin.

Bacaan: Matius 14:13-21


Salah satu peserta membacakan kutipan Kitab Suci.
13
Setelah Yesus mendengar berita itu menyingkirlah Ia dari situ, dan
hendak menyendiri dengan perahu ke tempat yang terpencil.Tetapi,
orang banyak mendengarnya dan mengikuti Dia dengan mengambil
jalan darat dari kota-kota mereka. 1 4Ketika Yesus mendarat, Ia melihat
orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh
belas kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit.
15
Menjelang malam, murid-murid-Nya datang kepada-Nya dan berkata,
“Tempat ini terpencil dan hari mulai malam. Suruhlah orang banyak itu
pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa.” 16Tetapi,
Yesus berkata kepada mereka, “Tidak perlu mereka pergi, kamu harus
memberi mereka makan.” 17Jawab mereka, “Yang ada pada kami di sini
hanya lima roti dan dua ikan.” 18Yesus berkata, “Bawalah kemari kepada-
Ku.” 19Lalu Ia menyuruh orang banyak itu duduk di rumput. Setelah
diambil-Nya lima roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah ke langit dan
mengucap syukur. Ia memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya
kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya memberikannya
kepada orang banyak.20Mereka semuanya makan sampai kenyang.
Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang lebih,
sebanyak dua belas bakul penuh. 21Yang ikut makan kira-kira lima ribu
laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak. 22Sesudah itu Yesus
segera mendesak murid-murid-Nya naik ke perahu dan mendahului-Nya
ke seberang, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang.
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

Penjelasan
Pemimpin Ibadat membacakan sejumlah catatan untuk membantu pema-
haman atas bacaan yang baru saja dibacakan.
1. Kisah mukjizat pergandaan roti adalah satu-satunya kisah mukjizat yang
terdapat dalam keempat Injil (Mrk. 6:32-44; Luk. 9:10-17; Yoh. 6:1-15).
2. Setelah ada dua ayat pendahuluan yang berkisah tentang penyembuh-
an, mulailah Yesus berdialog dengan para murid yang gelisah karena
khawatir bahwa banyak orang itu akan kelaparan. Jawaban Yesus lugas
81
dan tegas: “Kamu harus memberi mereka makan.”
3. Sembari masih ragu, para murid mulai bertindak dengan memberikan
apa yang senyatanya mereka punyai. Tindakan sederhana itu berbuah:
mukjizat terjadi sedemikian sehingga “mereka semuanya makan
sampai kenyang” dan “potongan-potongan roti yang lebih sebanyak
dua belas bakul.”
4. Bunda Gereja yang kudus mengajarkan bahwa barang-barang lahiriah
yang kita gunakan dan kita miliki itu memiliki dimensi sosial, yaitu
untuk membantu mereka yang berkekurangan. Bahkan, dengan
cara yang provokatif, disebutkan bahwa mereka yang menghadapi
kebutuhan darurat berhak mengambil dari kekayaan orang-orang lain
apa yang memang sungguh-sungguh mereka butuhkan untuk hidup
(bdk. GS 69).
5. Kita sebagai kaum muda diajak untuk terlibat pula dalam berbagai
upaya untuk membantu mereka yang amat membutuhkan. Sebagai
orang Katolik, kita semestinya siap mengulurkan tangan untuk
membantu mereka yang berkekurangan.

Sharing
1. Bentuk-bentuk kemiskinan apa yang saat ini ada di sekitar saya?
2. Apakah saya pernah membantu mereka yang berkekurangan,
terutama bila itu menyangkut hal-hal dasar yang diperlukan untuk
hidup? Sekurang-kurangnya, pernahkah saya berdoa untuk mereka?
3. Apa yang bisa saya buat di hari-hari mendatang untuk membantu
mereka?
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

Kesimpulan
1. Persoalan kemiskinan tak boleh membuat kita menyerah dan
berpangku-tangan. Tindakan sekecil apa pun bisa berdampak luar-
biasa seperti halnya yang dilakukan oleh para murid Yesus.
2. Bunda Gereja yang kudus melanjutkan karya Yesus dengan
menyebutkan secara eksplisit kewajiban untuk membantu mereka
yang berkekurangan.
3. Mari kita mulai berbuat sesuatu tanpa harus menunggu kita
berkelimpahan.

Doa Penutup
Antifon:
Tuhan akan menudungi engkau dengan kepak-Nya, engkau tak usah takut
82 akan bahaya di waktu malam.
Mazmur 90 (91)
Bisa didoakan bergantian antara pemimpin dan umat, atau bisa juga umat
diatur menjadi dua bagian dan mendaraskan bergantian.
Hendaklah orang yang berlindung pada Allah yang mahatinggi,*
menikmati malam yang aman dalam naungan Tuhan.
Hendaklah ia berdoa: “Ya Tuhan, Engkaulah pelindung dan pengungsianku,*
ya Allah, padaMulah aku percaya”
Hanya Tuhanlah yang akan melepaskan dikau dari perangkap,*
melindungi engkau terhadap wabah yang berkecamuk
Ia akan menudungi engkau dengan kepak-Nya,+
dan di bawah sayap-Nya engkau akan berlindung,*
lengan-Nya akan menjadi perisai dan jebang bagimu.
Engkau tak usah takut akan bahaya di waktu malam,*
akan panah yang mengancam di waktu siang;
Akan wabah yang menular dalam kegelapan,*
akan bencana yang mengamuk di siang hari.
Walaupun seribu orang rebah di sebelah kirimu,+
dan sepuluh ribu di sebelah kananmu,*
namun engkau takkan kejangkitan.
Engkau akan menyaksikan kehancuran musuh,*
dan pembalasan terhadap orang-orang jahat.
Jika engkau memilih Tuhan menjadi pelindungmu,*
dan Allah mahatinggi menjadi penopangmu;
Maka engkau takkan ditimpa malapetaka,*
dan kemahmu takkan diserang wabah;
Sebab Allah akan mengutus malaikat-Nya,*
untuk menjaga engkau ke mana pun engkau pergi.
Mereka akan menatang engkau dengan tangan mereka,*
jangan sampai kakimu tersandung pada batu.
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

Singa dan harimau akan kaulangkahi,*


ular dan naga akan kauinjak-injak.
Sebab Allah bersabda: “Mengingat bahwa ia berpaut padaKu,*
maka Aku akan menyelamatkannya;
Aku akan menjadi pelindungnya, jika ia mengakui Aku,*
jika ia berseru kepadaKu, Aku akan menjawabnya.
Aku akan tetap besertanya dan membebaskan dia dari kesesakan,*
dan Aku akan memuliakannya.
83
Aku akan memuaskan dia dengan usia lanjut,*
dan memperkenankan dia menikmati keselamatanKu”.
Kemuliaan kepada Bapa*
dan Putra dan Roh Kudus,
Seperti pada permulaan, sekarang, selalu*
dan sepanjang segala abad. Amin.
Antifon:
Tuhan akan menudungi engkau dengan kepak-Nya, engkau tak usah takut
akan bahaya di waktu malam.

Bapa Kami

Berkat
P Tuhan beserta kita
U Sekarang dan selama-lamanya
P Semoga saudara sekalian senantiasa dilindungi dan dinaungi oleh
berkat Allah yang mahakuasa, Bapa, Putra, dan Roh Kudus.
U Amin.

Lagu Penutup

Gereja Bagai Bahtera


MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

Gereja bagai bahtera di laut yang seram


mengarahkan haluannya ke pantai seberang.
Mengamuklah samudera dan badai menderu,
gelombang zaman menghempas dan sulit ditempuh.
Penumpang pun bertanyalah selagi berjerih.
Berapa lagi jauhnya labuhan abadi?

Ref : Tuhan tolonglah! Tuhan, tolonglah!


Tanpa Dikau semua binasa kelak, Ya, Tuhan tolonglah.

Gereja bagai bahtera diatur awaknya.


setiap orang bekerja menurut tugasnya.
Semua satu padulah, setia bertekun
demi tujuan tunggalnya yang harus ditempuh.
Roh Allah yang menyatukan, membina, membentuk
di dalam kasih dan iman dan harapan yang teguh.
84
Gereja bagai bahtera di laut yang seram,
mengarahkan haluannya ke pantai seberang.
Hai kau yang takut dan resah, kau tak sendirian,
teman sejalan banyaklah dan Tuhan di depan.
Bersama-sama majulah, bertahan berteguh,
tujuan akhir Tuhanlah, labuhan yang teduh.

Gereja bagai bahtera di laut yang seram


mengarahkan haluannya ke pantai seberang.
Hai kau yang takut dan resah kau tak sendirian
teman sejalan banyaklah dan Tuhan di depan
Bersama-sama majulah bertahan berteguh
tujuan akhir Tuhanlah, Labuhan yang teduh

B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

85
2
Lagu Pembuka
Dialog Dengan Budaya
(Matius 1:18-25)

Lihatlah Rumah Allah

Lihatlah rumah Allah penuh kemuliaan


Dibangun dari batu, Allah perancangnya
Bagi-Mu Allah, kasih dan sembah
Izinkan putra-Mu tenang di rumah-Mu
Megah di puncak Sion Kota-Mu yang kudus
Tersiar dari sana firman-Mu ya Allah
Bagi-Mu Allah puji dan sembah
Kau panggil umat-Mu menjadi saksi-Mu
Hanyalah atas Yesus, Gereja dibangun
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

Hanyalah dalam Dia damailah hatiku


Bagi-Mu Allah puji dan sembah
Bertumpu pada-Mu teguhlah hidupku
Lihatlah kemah Allah di bumi terbentang
Antara manusia tampaklah tanda-Nya
Bagi-Mu Allah puji dan sembah
Dampingi umat-Mu berjuang dan menang
Umat-Mu berziarah pimpinlah ya Tuhan
Topanglah sampai tiba di rumah surgawi
Bagi-Mu Allah puji dan sembah
Izinkan putra-Mu tenang di rumah-Mu

Tanda Salib-Salam-Doa
P Demi nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus
U Amin.
86 P Tuhan sertamu
U dan sertamu juga.
Pengantar
P Rekan-rekan muda terkasih, pekan lalu kita telah merenungkan
bahwa berdialog dengan kemiskinan itu artinya berani mengulurkan
tangan untuk menjawab apa yang menjadi kebutuhan mereka.
Dalam pertemuan pekan ini, kita hendak merenungkan budaya kita
sendiri. Kita hendak menyadari secara lebih mendalam bahwa ada
banyak titik temu antara iman Katolik dengan kebudayaan kita. Mari
kita mulai renungan kita dengan doa pembuka.

Doa Pembuka
P Ya Bapa, utuslah Roh Kudus memenuhi hati umat-Mu dan menyala-
kan di dalamnya api cinta-Mu. Utuslah Roh-Mu maka semuanya
akan dicipta kembali.
U Dan Engkau akan membaharui muka bumi.
P Marilah kita berdoa. Ya Allah, Engkau telah mengajar hati umat-Mu
dengan penerangan Roh Kudus. Berilah supaya berkat Roh yang kudus
ini kami senantiasa berpikir benar, bertindak bijaksana, serta selalu
bergembira karena penghiburan-Nya, demi Kristus, Tuhan kami.
U Amin.

Bacaan: Matius 1:18-25


Salah satu peserta membacakan kutipan Kitab Suci.
18
Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria,
ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari
Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami istri. 19Karena Yusuf
suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama
istrinya di depan umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-
diam. 20Tetapi, ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat
Tuhan tampak kepadanya dalam mimpi dan berkata, “Yusuf, anak Daud,
janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab anak
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. 21Ia akan melahirkan
anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang
akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka.” 22Hal itu terjadi
supaya digenapi yang difirmankan Tuhan melalui nabi: 23”Sesungguhnya,
anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-
laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel.” (Yang berarti: Allah
menyertai kita.) 24Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti
yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria
sebagai istrinya, 25tetapi tidak bersetubuh dengannya sampai Maria
melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus.
87
Penjelasan
1. Teks yang termashyur ini dipilih untuk menggarisbawahi peristiwa
inkarnasi, yaitu peristiwa di mana Allah menjadi daging: yang kekal
dan tak berwaktu kini masuk dalam dunia yang dibatasi oleh waktu.
Peristiwa iman nan mendalam ini menunjukkan kepada kita dengan
gamblang bahwa Allah tak hendak bermonolog dan mendikte manusia.
Ia mau masuk dalam dialog yang mendalam dengan berinkarnasi.
2. Di satu pihak inkarnasi adalah sebuah pengosongan diri; Allah yang
turun; tetapi di lain pihak, inkarnasi juga berarti sebuah pemuliaan;
kodrat manusia diangkat. Inkarnasi menunjukkan bahwa Allah menilai
tinggi budaya manusia. Gagasan ini menjadi penting bagi kita dalam
merenungkan tempat budaya-budaya lokal di mana Gereja berada.
3. Inkarnasi ini menjadi dasar bagi inkulturasi yang memainkan peranan
penting dalam tugas evangelisasi Gereja kini dan di sini. Bukan
kebetulan kalau almarhum Paus St. Yohanes Paulus II gemar dengan
istilah inkulturasi, yang baru mulai populer sekitar tahun 70-an, justru
karena mempunyai kemiripan dengan istilah inkarnasi, baik dari segi
isi maupun istilah.
4. Kekayaan budaya yang dikandung oleh tanah air kita, Indonesia ini
sungguh luar biasa mengagumkan. Di banyak tempat, sudah banyak
dipikirkan bagaimana kekayaan budaya ini sungguh-sungguh bisa
dimanfaatkan untuk penyebaran dan perkembangan iman umat.
Dengan demikian, masalah inkulturasi sudah menjadi bahan pemikiran
dan diskusi dengan melibatkan banyak pihak yang berkompeten. Tentu
saja mesti diakui bahwa di masing-masing tempat, perkembangan soal
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

inkulturasi ini juga melewati tahap-tahap yang berbeda.


5. Di beberapa tempat, masalah inkulturasi ini berada pada ranah
liturgi: bagaimana kekayaan budaya, seperti lagu-lagu, tata busana
serta tarian yang merupakan ekspresi batin sebuah budaya tertentu,
bisa menyumbang bagi ibadat Gereja. Di tempat lain, mulai dicari
dan dipikirkan juga titik temu antara gagasan dan pengharapan yang
terungkap dalam aneka macam ungkapan dan simbol yang terdapat
dalam budaya setempat dengan pengharapan yang ditawarkan oleh
kekristenan.

Sharing
1. Temukan nilai-nilai budaya dalam budaya setempat yang sesuai
dengan ajaran Gereja Katolik!
2. Sharingkan itu dengan rekan-rekan dalam pertemuan.
3. Apakah selama ini, nilai-nilai itu sudah dikembangkan sebagai bentuk
88 pembinaan iman Katolik melalui apa yang sudah ada dalam budaya
kita?
Kesimpulan
1. Allah mengkomunikasikan Diri-Nya bukan melalui hal yang asing.
Ia mau dikenal dengan “bahasa manusia”. Itulah sebabnya Ia menjadi
manusia.
2. Kebudayaan setempat tidak lah secara mutlak bertentangan dengan
nilai-nilai Katolik.
3. Iman kita haruslah dihidupi secara nyata sesuai dengan konteks
di mana kita berada. Menjadi orang Katolik tidak sama dengan
mengubah diri menjadi berkebudayaan barat!

Doa Penutup
Antifon:
Tuhan akan menudungi engkau dengan kepak-Nya, engkau tak usah takut
akan bahaya di waktu malam.
Mazmur 90 (91)
Bisa didoakan bergantian antara pemimpin dan umat, atau bisa juga umat
diatur menjadi dua bagian dan mendaraskan bergantian.
Hendaklah orang yang berlindung pada Allah yang mahatinggi,*
menikmati malam yang aman dalam naungan Tuhan.
Hendaklah ia berdoa: “Ya Tuhan, Engkaulah pelindung dan pengungsianku,*
ya Allah, padaMulah aku percaya”
Hanya Tuhanlah yang akan melepaskan dikau dari perangkap,*
melindungi engkau terhadap wabah yang berkecamuk
Ia akan menudungi engkau dengan kepak-Nya,+
dan di bawah sayap-Nya engkau akan berlindung,*
lengan-Nya akan menjadi perisai dan jebang bagimu.
Engkau tak usah takut akan bahaya di waktu malam,*
akan panah yang mengancam di waktu siang;
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

Akan wabah yang menular dalam kegelapan,*


akan bencana yang mengamuk di siang hari.
Walaupun seribu orang rebah di sebelah kirimu,+
dan sepuluh ribu di sebelah kananmu,*
namun engkau takkan kejangkitan.
Engkau akan menyaksikan kehancuran musuh,*
dan pembalasan terhadap orang-orang jahat.
Jika engkau memilih Tuhan menjadi pelindungmu,*
dan Allah mahatinggi menjadi penopangmu;
89
Maka engkau takkan ditimpa malapetaka,*
dan kemahmu takkan diserang wabah;
Sebab Allah akan mengutus malaikat-Nya,*
untuk menjaga engkau ke mana pun engkau pergi.
Mereka akan menatang engkau dengan tangan mereka,*
jangan sampai kakimu tersandung pada batu.
Singa dan harimau akan kaulangkahi,*
ular dan naga akan kauinjak-injak.
Sebab Allah bersabda: “Mengingat bahwa ia berpaut padaKu,*
maka Aku akan menyelamatkannya;
Aku akan menjadi pelindungnya, jika ia mengakui Aku,*
jika ia berseru kepadaKu, Aku akan menjawabnya.
Aku akan tetap besertanya dan membebaskan dia dari kesesakan,*
dan Aku akan memuliakannya.
Aku akan memuaskan dia dengan usia lanjut,*
dan memperkenankan dia menikmati keselamatanKu”.
Kemuliaan kepada Bapa*
dan Putra dan Roh Kudus,
Seperti pada permulaan, sekarang, selalu*
dan sepanjang segala abad. Amin.
Antifon:
Tuhan akan menudungi engkau dengan kepak-Nya, engkau tak usah takut
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

akan bahaya di waktu malam.

Bapa Kami

Berkat
P Tuhan beserta kita
U Sekarang dan selama-lamanya
P Semoga saudara sekalian senantiasa dilindungi dan dinaungi oleh
berkat Allah Yang mahakuasa, Bapa, Putra, dan Roh Kudus.
U Amin.

Lagu Penutup

90
Gereja Bagai Bahtera

Gereja bagai bahtera di laut yang seram


mengarahkan haluannya ke pantai seberang.
Mengamuklah samudera dan badai menderu,
gelombang zaman menghempas dan sulit ditempuh.
Penumpang pun bertanyalah selagi berjerih.
Berapa lagi jauhnya labuhan abadi?

Ref : Tuhan tolonglah! Tuhan, tolonglah!


Tanpa Dikau semua binasa kelak, Ya, Tuhan tolonglah.

Gereja bagai bahtera diatur awaknya.


setiap orang bekerja menurut tugasnya.
Semua satu padulah, setia bertekun
demi tujuan tunggalnya yang harus ditempuh.
Roh Allah yang menyatukan, membina, membentuk
di dalam kasih dan iman dan harapan yang teguh.

Gereja bagai bahtera di laut yang seram,


mengarahkan haluannya ke pantai seberang.
Hai kau yang takut dan resah, kau tak sendirian,
teman sejalan banyaklah dan Tuhan di depan.
Bersama-sama majulah, bertahan berteguh,
tujuan akhir Tuhanlah, labuhan yang teduh.

Gereja bagai bahtera di laut yang seram


mengarahkan haluannya ke pantai seberang.
Hai kau yang takut dan resah kau tak sendirian
teman sejalan banyaklah dan Tuhan di depan
Bersama-sama majulah bertahan berteguh
tujuan akhir Tuhanlah, Labuhan yang teduh
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

91
3
Lagu Pembuka
Dialog Dengan Agama
Lain (Kisah 17:16-34)

Lihatlah Rumah Allah

Lihatlah rumah Allah penuh kemuliaan


Dibangun dari batu, Allah perancangnya
Bagi-Mu Allah, kasih dan sembah
Izinkan putra-Mu tenang di rumah-Mu
Megah di puncak Sion Kota-Mu yang kudus
Tersiar dari sana firman-Mu ya Allah
Bagi-Mu Allah puji dan sembah
Kau panggil umat-Mu menjadi saksi-Mu
Hanyalah atas Yesus, Gereja dibangun
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

Hanyalah dalam Dia damailah hatiku


Bagi-Mu Allah puji dan sembah
Bertumpu pada-Mu teguhlah hidupku
Lihatlah kemah Allah di bumi terbentang
Antara manusia tampaklah tanda-Nya
Bagi-Mu Allah puji dan sembah
Dampingi umat-Mu berjuang dan menang
Umat-Mu berziarah pimpinlah ya Tuhan
Topanglah sampai tiba di rumah surgawi
Bagi-Mu Allah puji dan sembah
Izinkan putra-Mu tenang di rumah-Mu

Tanda Salib-Salam-Doa
P Demi nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus
U Amin.
P Tuhan sertamu.
92
U Dan sertamu juga.
Pengantar
P Rekan-rekan muda yang terkasih dalam Kristus, setelah merenung-
kan dialog dengan kemiskinan dan dengan kebudayaan setempat,
kali ini kita hendak merenungkan dialog kita dengan agama lain.
Bila kita tengok sekeliling, tampak jelas bahwa kita sebagai orang
Katolik tinggal bersama dengan umat dari agama-agama yang lain.
Dalam situasi seperti ini, kreativitas, integritas, dan kontribusi nyata
kita di masyarakat adalah bentuk kesaksian iman akan Kristus.
Kesaksian ini dapat membuat banyak orang mengalami kasih Allah
dalam hidup. Mari kita mulai renungan kita dengan doa pembuka.

Doa Pembuka
P Ya Bapa, utuslah Roh Kudus memenuhi hati umat-Mu dan menyala-
kan di dalamnya api cinta-Mu. Utuslah Roh-Mu maka semuanya
akan dicipta kembali.
U Dan Engkau akan membaharui muka bumi.
P Marilah kita berdoa. Ya Allah, Engkau telah mengajar hati umat-Mu
dengan penerangan Roh Kudus. Berilah supaya berkat Roh yang kudus
ini kami senantiasa berpikir benar, bertindak bijaksana, serta selalu
bergembira karena penghiburan-Nya, demi Kristus, Tuhan kami.
U Amin.

Bacaan: Kisah 17:16-34


16
Sementara Paulus menantikan mereka di Atena, sangat sedih hatinya
karena ia melihat bahwa kota itu penuh dengan patung-patung berhala.
17
Karena itu di rumah ibadat ia bertukar pikiran dengan orang-orang
Yahudi dan orang-orang yang takut akan Allah, dan di pasar setiap hari
dengan orang-orang yang dijumpainya di situ. 18Juga beberapa ahli pikir
dari golongan Epikuros dan Stoa berdebat dengan dia dan ada yang
berkata, “Apa yang hendak dikatakan si pembual ini?” Tetapi, yang lain
berkata, “Rupa-rupanya ia pemberita ajaran dewa-dewa asing.” Sebab ia
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

memberitakan Injil tentang Yesus dan kebangkitan-Nya. 19Lalu mereka


membawanya menghadap sidang Areopagus dan mengatakan, “Bolehkah
kami tahu ajaran baru mana yang kauajarkan ini? 20Sebab engkau
memperdengarkan kepada kami hal-hal yang asing. Karena itu kami
ingin tahu apa artinya semua itu.” 21Adapun semua orang Atena dan orang
asing yang tinggal di situ tidak mempunyai waktu untuk sesuatu selain
untuk mengatakan atau mendengar segala sesuatu yang baru. 22Paulus
berdiri di hadapan sidang Areopagus dan berkata, “Hai orang-orang
Atena, aku lihat bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah kepada
dewa-dewa. 23Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat 93
barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan
tulisan: Kepada Allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa
mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu. 24Allah yang telah
menjadikan bumi dan segala isinya, Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan
bumi, tidak tinggal dalam kuil-kuil buatan tangan manusia, 25dan juga
tidak dilayani oleh tangan manusia, seolah-olah Ia kekurangan apa-apa,
karena Dialah yang memberikan hidup dan napas dan segala sesuatu
kepada semua orang. 26Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua
bangsa dan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi dan Ia
telah menentukan musim-musim bagi mereka dan batas-batas kediaman
mereka, 27supaya mereka mencari Allah dan mudah-mudahan mencari-
cari dan menemukan Dia, walaupun Ia tidak jauh dari kita masing-
masing. 28Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada, seperti
yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujanggamu: Sebab kita ini
keturunan-Nya juga. 29Karena kita berasal dari keturunan Allah, kita tidak
boleh berpikir bahwa keadaan ilahi serupa dengan emas atau perak atau
batu, ciptaan kesenian dan keahlian manusia. 30Tanpa memandang lagi
zaman kebodohan, sekarang Allah memerintahkan semua orang di mana
saja untuk bertobat. 31Karena Ia telah menetapkan suatu hari ketika Ia
dengan adil akan menghakimi dunia oleh seorang yang telah ditentukan-
Nya, sesudah Ia memberikan kepada semua orang suatu jaminan tentang
hal itu dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati.” 32Ketika
mereka mendengar tentang kebangkitan orang mati, maka ada yang
mengejek, dan yang lain berkata, “Lain kali saja kami mendengar engkau
berbicara tentang hal itu.” 33Lalu Paulus meninggalkan mereka. 34Tetapi,
beberapa orang menggabungkan diri dengan dia dan menjadi percaya,
di antaranya juga Dionisius, anggota majelis Areopagus, dan seorang
perempuan bernama Damaris, dan juga orang-orang lain bersama-sama
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

dengan mereka.

Penjelasan
1. Kis. 17:16-34 yang diberi judul Paulus di Atena, kiranya menawarkan
inspirasi segar mengenai bagaimana pewartaan kepada bangsa-
bangsa lain bisa dilaksanakan. Seperti dikatakan dalam judul,
perikop ini berkisah tentang Paulus yang mewartakan Kristus di
Atena, yang merupakan pusat kebudayaan Yunani. Oleh karena
itu, karya pewartaan Paulus di Atena sungguh merupakan sesuatu
yang amat penting. Karya Paulus di Atena adalah puncak karya
kerasulannya di dunia non-Yahudi. Saat dia berada di Areopagus, kita
merasakan ketegangan bagaimana alam fikir Yunani bertemu dengan
kebijaksanaan dari timur, dari Yerusalem, yaitu berita gembira tentang
seorang bernama Yesus yang mati dan bangkit lagi.
2. Di sini terbuktilah kelihaian Paulus dalam mewartakan Injil. Ia tak
cepat-cepat mengutip teks-teks Kitab Suci tetapi memulai pewartaan
94
dengan berangkat dari pemikiran filsafat dan tata religius di masyarakat
Yunani.
3. Paulus tak merasa pewartaannya sia-sia saat ada yang tak tertarik
dengan pewartaan dia dan berkata, ”Lain kali saja kami mendengar
engkau berbicara tentang hal itu.” Ketabahan ini berbuah karena
nyatanya ada beberapa orang yang tergerak dan menggabungkan diri
dengan Paulus.
4. Sejalan dengan semangat Konsili Vatikan II, pada tahun 1984 Dewan
Kepausan untuk Dialog Antar-agama mengeluarkan sebuah dokumen
tentang refleksi dan orientasi atas Dialogue and Mission. Dalam
dokumen tersebut, disebutkan empat model dialog antar-agama:
a. Dialog Kehidupan (Dialogue of Life). Dialog dipahami sebagai
sebuah gaya hidup yang mencakup sikap perhatian, penghargaan,
serta hospitalitas orang lain. Sikap seperti inilah yang mesti dibawa
oleh setiap orang Katolik dalam hidup kesehariannya, entah sebagai
minoritas atau mayoritas.
b. Dialog Karya (Dialogue of Deeds). Dialog dalam bentuk kerjasama
dengan pihak lain dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi yang
terarah pada kemajuan dan pembebasan manusia.
c. Dialog Para Spesialis (Dialogue of Specialists). Sesuai dengan
namanya, dialog model ini melibatkan para ahli dalam bidang
tertentu dari agama masing-masing. Mereka berusaha mendalami
dan memperoleh pengertian satu sama lain. Hal ini dilakukan
supaya masing-masing saling memahami dan saling menghargai
warisan rohani dan budaya dari masing-masing tradisi religius.
d. Dialog Pengalaman Religius (Dialogue of Religious Experience).
Pada level ini masing-masing yang sudah terakar kuat pada tradisi
religiusnya mampu membagikan pengalaman mereka dalam doa,
iman, serta ungkapan iman mereka.
Dari empat model dialog di atas, dialog model kedua, yaitu dialog
karya, yang rasanya mempunyai kesempatan cukup luas untuk
dilaksanakan pada konteks zaman sekarang ini.
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

Sharing
1. Apakah selama ini saya sadar bahwa berdialog dengan orang-orang
beragama lain itu penting? Ataukah selama ini saya sering curiga
dengan agama lain?
2. Apa usaha-usaha yang selama ini sudah saya lakukan dalam rangka
berdialog?
3. Apakah yang masih perlu saya tingkatkan dalam berdialog dengan
agama lain? 95
Kesimpulan
1. Belakangan ini, para politikus yang tak berhati nurani menghembuskan
kecurigaan antar agama sebagai tunggangan untuk kepentingan
dan keuntungan sendiri. Kesadaran kita untuk berdialog persis
kebalikannya: kita hendak membuka diri pada semua. Sesungguhnya
isu primordial tentang agama bukanlah sesuatu yang memecah
belah. Karena, setiap orang, apa pun agamanya, mempunyai banyak
kesamaan, antara lain kesamaan sebagai manusia dan sebagai sesama
orang yang tinggal di Indonesia.
2. Dialog dengan agama lain perlu terus dibangun dan dikembangkan.
3. Dialog karya adalah langkah strategis untuk memulainya.

Doa Penutup
Antifon:
Tuhan akan menudungi engkau dengan kepak-Nya, engkau tak usah takut
akan bahaya di waktu malam.
Mazmur 90 (91)
Bisa didoakan bergantian antara pemimpin dan umat, atau bisa juga umat
diatur menjadi dua bagian dan mendaraskan bergantian.
Hendaklah orang yang berlindung pada Allah yang mahatinggi,*
menikmati malam yang aman dalam naungan Tuhan.
Hendaklah ia berdoa: “Ya Tuhan, Engkaulah pelindung dan pengungsianku,*
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

ya Allah, padaMulah aku percaya”


Hanya Tuhanlah yang akan melepaskan dikau dari perangkap,*
melindungi engkau terhadap wabah yang berkecamuk
Ia akan menudungi engkau dengan kepak-Nya,+
dan di bawah sayap-Nya engkau akan berlindung,*
lengan-Nya akan menjadi perisai dan jebang bagimu.
Engkau tak usah takut akan bahaya di waktu malam,*
akan panah yang mengancam di waktu siang;
Akan wabah yang menular dalam kegelapan,*
akan bencana yang mengamuk di siang hari.
Walaupun seribu orang rebah di sebelah kirimu,+
dan sepuluh ribu di sebelah kananmu,*
namun engkau takkan kejangkitan.
Engkau akan menyaksikan kehancuran musuh,*
dan pembalasan terhadap orang-orang jahat.
96
Jika engkau memilih Tuhan menjadi pelindungmu,*
dan Allah mahatinggi menjadi penopangmu;
Maka engkau takkan ditimpa malapetaka,*
dan kemahmu takkan diserang wabah;
Sebab Allah akan mengutus malaikat-Nya,*
untuk menjaga engkau ke manapun engkau pergi.
Mereka akan menatang engkau dengan tangan mereka,*
jangan sampai kakimu tersandung pada batu.
Singa dan harimau akan kaulangkahi,*
ular dan naga akan kauinjak-injak.
Sebab Allah bersabda: “Mengingat bahwa ia berpaut padaKu,*
maka Aku akan menyelamatkannya;
Aku akan menjadi pelindungnya, jika ia mengakui Aku,*
jika ia berseru kepadaKu, Aku akan menjawabnya.
Aku akan tetap besertanya dan membebaskan dia dari kesesakan,*
dan Aku akan memuliakannya.
Aku akan memuaskan dia dengan usia lanjut,*
dan memperkenankan dia menikmati keselamatanKu”.
Kemuliaan kepada Bapa*
dan Putra dan Roh Kudus,
Seperti pada permulaan, sekarang, selalu*
dan sepanjang segala abad. Amin.
Antifon:
Tuhan akan menudungi engkau dengan kepak-Nya, engkau tak usah takut
akan bahaya di waktu malam.

Bapa Kami
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

Berkat
P Tuhan beserta kita
U Sekarang dan selama-lamanya
P Semoga saudara sekalian senantiasa dilindungi dan dinaungi oleh
berkat Allah yang mahakuasa, Bapa, Putra, dan Roh Kudus.
U Amin.

Lagu Penutup
97
Gereja Bagai Bahtera

Gereja bagai bahtera di laut yang seram


mengarahkan haluannya ke pantai seberang.
Mengamuklah samudera dan badai menderu,
gelombang zaman menghempas dan sulit ditempuh.
Penumpang pun bertanyalah selagi berjerih.
Berapa lagi jauhnya labuhan abadi?

Ref : Tuhan tolonglah! Tuhan, tolonglah!


Tanpa Dikau semua binasa kelak, Ya, Tuhan tolonglah.

Gereja bagai bahtera diatur awaknya.


setiap orang bekerja menurut tugasnya.
Semua satu padulah, setia bertekun
demi tujuan tunggalnya yang harus ditempuh.
Roh Allah yang menyatukan, membina, membentuk
di dalam kasih dan iman dan harapan yang teguh.

Gereja bagai bahtera di laut yang seram,


mengarahkan haluannya ke pantai seberang.
Hai kau yang takut dan resah, kau tak sendirian,
teman sejalan banyaklah dan Tuhan di depan.
Bersama-sama majulah, bertahan berteguh,
tujuan akhir Tuhanlah, labuhan yang teduh.

Gereja bagai bahtera di laut yang seram


MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

mengarahkan haluannya ke pantai seberang.


Hai kau yang takut dan resah kau tak sendirian
teman sejalan banyaklah dan Tuhan di depan
Bersama-sama majulah bertahan berteguh
tujuan akhir Tuhanlah, Labuhan yang teduh

98
4
Lagu Pembuka
Dialog Dengan Gereja
Lain (Yohanes 17:20-26)

Lihatlah Rumah Allah

Lihatlah rumah Allah penuh kemuliaan


Dibangun dari batu, Allah perancangnya
Bagi-Mu Allah, kasih dan sembah
Izinkan putra-Mu tenang di rumah-Mu
Megah di puncak Sion Kota-Mu yang kudus
Tersiar dari sana firman-Mu ya Allah
Bagi-Mu Allah puji dan sembah
Kau panggil umat-Mu menjadi saksi-Mu
Hanyalah atas Yesus, Gereja dibangun
Hanyalah dalam Dia damailah hatiku
Bagi-Mu Allah puji dan sembah
Bertumpu pada-Mu teguhlah hidupku
Lihatlah kemah Allah di bumi terbentang
Antara manusia tampaklah tanda-Nya
Bagi-Mu Allah puji dan sembah
Dampingi umat-Mu berjuang dan menang
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

Umat-Mu berziarah pimpinlah ya Tuhan


Topanglah sampai tiba di rumah surgawi
Bagi-Mu Allah puji dan sembah
Izinkan putra-Mu tenang di rumah-Mu

Tanda Salib-Salam-Doa
P Demi nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus
U Amin.
P Tuhan sertamu 99
U Dan sertamu juga.
Pengantar
P Rekan-rekan muda terkasih dalam Kristus, setelah merenungkan
tentang dialog dengan kemiskinan, dengan budaya kita sendiri, dan
dengan kemajemukan agama yang ada di sekeliling, kini kita hendak
melihat dialog dengan saudara-saudari dari Gereja non-Katolik.
Mengapa ini penting? Dalam konteks dialog antar agama, semua
Gereja Kristiani seringkali disamaratakan sedangkan senyatanya
ada sejumlah perbedaan yang bahkan mendasar. Mengingat bahwa
perbedaan itu senyatanya ada, kini kita luangkan waktu untuk
secara khusus merenungkan dialog dengan mereka. Mari kita mulai
renungan kita dengan doa pembuka.

Doa Pembuka
P Ya Bapa, utuslah Roh Kudus memenuhi hati umat-Mu dan menyala-
kan di dalamnya api cinta-Mu. Utuslah Roh-Mu maka semuanya
akan dicipta kembali.
U Dan Engkau akan membaharui muka bumi.
P Marilah kita berdoa
U Ya Allah, Engkau telah mengajar hati umat-Mu dengan penerangan
Roh Kudus. Berilah supaya berkat Roh yang kudus ini kami senantiasa
berpikir benar, bertindak bijaksana, serta selalu bergembira karena
penghiburan-Nya, demi Kristus, Tuhan kami.
P Amin.
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

Bacaan: Yohanes 17:20-23


Salah satu peserta membacakan kutipan Kitab Suci.
Bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-
20

orang, yang percaya kepada-Ku melalui pemberitaan mereka; 21supaya


mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam
Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya
dunia percaya bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. 22Aku telah
memberikan kepada mereka kemuliaan yang Engkau berikan kepada-
Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: 23Aku di
dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka menjadi satu
dengan sempurna, agar dunia tahu bahwa Engkau yang telah mengutus
Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau
mengasihi Aku. 24Bapa, Aku ingin supaya mereka, yang Bapa berikan
kepada-Ku, ada bersama-Ku di tempat Aku berada, supaya mereka
melihat keagungan-Ku; yaitu keagungan yang Bapa berikan kepada-Ku,
karena Bapa mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan. 25Bapa yang adil!
100 Dunia tidak mengenal Bapa, tetapi Aku mengenal Bapa; dan orang-orang
ini tahu bahwa Bapa mengutus Aku. 26Aku sudah menyatakan nama Bapa
kepada mereka; dan Aku akan terus berbuat begitu, supaya kasih Bapa
kepada-Ku tetap di dalam hati mereka dan Aku bersatu dengan mereka.”

Penjelasan
1. Teks yang baru saja kita dengarkan berisi permohonan Yesus akan
kesatuan para murid-murid-Nya. Yesus menghendaki kesatuan di
antara semua saja yang percaya pada-Nya. Dalam perjalanan sejarah,
kesatuan itu telah tercabik-cabik oleh berbagai perbedaan. Gereja-
gereja terpisah satu sama lain atas dasar berbagai alasan. Perpecahan
bahkan terus terjadi hingga saat ini.
2. Menjadi jelas bahwa dalam konteks Gereja Indonesia, Kabar Sukacita
mesti diwartakan dalam pluralitas Gereja-gereja. Seperti sudah
disinggung pada awal, kalau orang sempat mengunjungi Gereja
Makam Suci (Church of the Holy Sepulcher) di Yerusalem akan
terasakan sesuatu yang amat ironis. Di tempat di mana Sang Penebus
menjalankan karya penyelamatan Allah dengan menyerahkan diri-
Nya di kayu salib, di tempat itulah perpecahan umat kristiani amat
kentara. Sejak tahun 1862, pemeliharaan Gereja Makam Suci ini
menjadi tanggungjawab tidak kurang dari enam denominasi Kristen,
yaitu Gereja Ortodoks Yunani, Gereja Armenia, Gereja Katolik Roma,
Gereja Koptik, Gereja Etiopia, dan Gereja Ortodoks Siria. Gereja yang
luar biasa ini dibagi sangat ketat menjadi enam area. Pelanggaran
batas ini bisa menimbulkan konflik berdarah di antara orang Kristiani
sendiri. Begitu gentingnya suasana sampai-sampai kunci pintu Gereja
Makam Suci ini sejak berabad-abad justru dipercayakan kepada dua
keluarga Muslim untuk menjaga kenetralannya.
3. Konsili Vatikan II dengan tegas menggambarkan situasi ini sebagai
perpecahan yang “terang-terangan berlawanan dengan kehendak
Kristus, dan menjadi batu sandungan bagi dunia, serta merugikan
perutusan suci, yakni mewartakan Injil kepada semua makhluk” (UR 1).
4. Tidak mengherankan dan memang tidak bisa terhindarkan bahwa
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

pewartaan tentang Yesus Kristus ini seringkali akhirnya juga


disampaikan kepada mereka yang sudah beriman kepada Yesus
Kristus. Istilah yang seringkali muncul adalah “memancing di
kolam orang”. Dalam situasi demikian, tidak jarang perbedaan,
yang seringkali diartikan sebagai kelebihan yang satu dibandingkan
dengan denominasi yang lain, semakin ditonjolkan dan ditampakkan,
bahkan kadang-kadang dimanfaatkan sebagai sarana persuasif dan
provokatif.
5. Untuk mendukung dialog, pada level yang tidak banyak berurusan
101
dengan hal-hal yang berbau teologis-dogmatis, mungkin pembicaraan
akan lebih efektif jika diarahkan pada hal-hal konkret yang bisa
dikerjakan bersama dengan saudara-saudara dari Gereja lain supaya
bisa terbangun bonum commune atau kebaikan bersama. Perbedaan-
perbedaan yang ada baiklah dikesampingkan terlebih dulu untuk
memberi tempat pada persamaan yang menghasilkan buah untuk
melindungi kepentingan bersama.

Sharing
1. Apakah selama ini saya sadar bahwa senyatanya ada perbedaan di
antara Gereja-gereja?
2. Adakah saya sudah mengupayakan untuk menjadi terbuka dan
bekerjasama dengan Gereja-gereja di sekitar saya?
3. Apa yang bisa diupayakan di masa mendatang terkait dengan
hubungan dengan Gereja-gereja lain?

Kesimpulan
1. Kesatuan sebagai sesama pengikut Kristus hendaknya kita sadari
sebagai bukti nyata iman kita.
2. Berbagai kesulitan yang ada karena ketertutupan pihak-pihak tertentu
atau mungkin ketertutupan hati kita karena merasa diri paling benar
pelan-pelan harus dikikis.
3. Perbedaan ajaran yang ada tak mesti ditonjol-tonjolkan. Ada banyak
hal yang bisa dikerjakan bersama lepas dari perbedaan ajaran.
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

Doa Penutup
Antifon:
Tuhan akan menudungi engkau dengan kepak-Nya, engkau tak usah takut
akan bahaya di waktu malam.

Mazmur 90 (91)
Bisa didoakan bergantian antara pemimpin dan umat, atau bisa juga umat
diatur menjadi dua bagian dan mendaraskan bergantian.
Hendaklah orang yang berlindung pada Allah yang mahatinggi,*
menikmati malam yang aman dalam naungan Tuhan.
Hendaklah ia berdoa: “Ya Tuhan, Engkaulah pelindung dan pengungsianku,*
ya Allah, pada-Mulah aku percaya”
Hanya Tuhanlah yang akan melepaskan dikau dari perangkap,*
melindungi engkau terhadap wabah yang berkecamuk
102
Ia akan menudungi engkau dengan kepak-Nya,+
dan di bawah sayap-Nya engkau akan berlindung,*
lengan-Nya akan menjadi perisai dan jebang bagimu.
Engkau tak usah takut akan bahaya di waktu malam,*
akan panah yang mengancam di waktu siang;
Akan wabah yang menular dalam kegelapan,*
akan bencana yang mengamuk di siang hari.
Walaupun seribu orang rebah di sebelah kirimu,+
dan sepuluh ribu di sebelah kananmu,*
namun engkau takkan kejangkitan.
Engkau akan menyaksikan kehancuran musuh,*
dan pembalasan terhadap orang-orang jahat.
Jika engkau memilih Tuhan menjadi pelindungmu,*
dan Allah mahatinggi menjadi penopangmu;
Maka engkau takkan ditimpa malapetaka,*
dan kemahmu takkan diserang wabah;
Sebab Allah akan mengutus malaikat-Nya,*
untuk menjaga engkau ke mana pun engkau pergi.
Mereka akan menatang engkau dengan tangan mereka,*
jangan sampai kakimu tersandung pada batu.
Singa dan harimau akan kaulangkahi,*
ular dan naga akan kauinjak-injak.
Sebab Allah bersabda: “Mengingat bahwa ia berpaut pada-Ku,*
maka Aku akan menyelamatkannya;
Aku akan menjadi pelindungnya, jika ia mengakui Aku,*
jika ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawabnya.
Aku akan tetap besertanya dan membebaskan dia dari kesesakan,*
dan Aku akan memuliakannya.
Aku akan memuaskan dia dengan usia lanjut,*
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

dan memperkenankan dia menikmati keselamatan-Ku”.


Kemuliaan kepada Bapa*
dan Putra dan Roh Kudus,
Seperti pada permulaan, sekarang, selalu*
dan sepanjang segala abad. Amin.

Antifon:
Tuhan akan menudungi engkau dengan kepak-Nya, engkau tak usah takut
akan bahaya di waktu malam. 103
Bapa Kami

Berkat
P Tuhan beserta kita
U Sekarang dan selama-lamanya
P Semoga saudara sekalian senantiasa dilindungi dan dinaungi oleh
berkat Allah yang mahakuasa, Bapa, Putra, dan Roh Kudus.
U Amin.

Lagu Penutup

Gereja Bagai Bahtera

Gereja bagai bahtera di laut yang seram


mengarahkan haluannya ke pantai seberang.
Mengamuklah samudera dan badai menderu,
gelombang zaman menghempas dan sulit ditempuh.
Penumpang pun bertanyalah selagi berjerih.
Berapa lagi jauhnya labuhan abadi?
Ref : Tuhan tolonglah! Tuhan, tolonglah!
Tanpa Dikau semua binasa kelak, Ya, Tuhan tolonglah.

Gereja bagai bahtera diatur awaknya.


MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

setiap orang bekerja menurut tugasnya.


Semua satu padulah, setia bertekun
demi tujuan tunggalnya yang harus ditempuh.
Roh Allah yang menyatukan, membina, membentuk
di dalam kasih dan iman dan harapan yang teguh.
Gereja bagai bahtera di laut yang seram,
mengarahkan haluannya ke pantai seberang.
Hai kau yang takut dan resah, kau tak sendirian,
teman sejalan banyaklah dan Tuhan di depan.
Bersama-sama majulah, bertahan berteguh,
tujuan akhir Tuhanlah, labuhan yang teduh.
Gereja bagai bahtera di laut yang seram
mengarahkan haluannya ke pantai seberang.
Hai kau yang takut dan resah kau tak sendirian
teman sejalan banyaklah dan Tuhan di depan
Bersama-sama majulah bertahan berteguh
104 tujuan akhir Tuhanlah, Labuhan yang teduh
MEWARTAKAN
KABAR GEMBIRA
DALAM KEMAJEMUKAN

Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil


kepada segala makhluk (Mrk. 16:15)

Pendalaman Kitab Suci


Remaja Katolik
Komisi Kerasulan Kitab Suci Keuskupan Surabaya
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

Bulan Kitab Suci Nasional


LEMBAGA BIBLIKA INDONESIA
105
2018
Pengantar

Setiap orang yang telah dibaptis dan menjadi pengikut Kristus dipanggil
untuk memberitakan Injil kepada sesama. Anak-anak telah menerima
warisan iman dari orangtua mereka. Para orangtua membawa anak-
anal mereka kepada Kristus, memperkenalkan Kristus kepada mereka,
dan mengajak mereka untuk mengikuti Kristus dalam Gereja Katolik.
Karena itu, anak-anak yang telah tumbuh sebagai remaja perlu belajar
memberitakan Kabar Gembira Kristus kepada sesama.
Apakah yang dimaksud dengan kabar gembira yang harus diwartakan
kepada sesama itu? Kabar gembira itu adalah kasih Allah kepada
manusia. Kegembiraan karena Allah mengasihi manusia itulah yang
harus diwartakan kepada sesama. Setiap orang yang percaya kepada
Kristus dipanggil untuk mewujudkan kasih ini dalam kehidupan bersama
sehingga setiap orang dapat hidup dalam suasana damai.
Lalu siapakah sesama yang harus menerima pewartaan itu? Umat
Katolik di Indonesia hidup dalam keragaman bersama dengan warga
negara yang lain. Para remaja perlu diajak untuk menyadari diri mereka
sebagai seorang Katolik yang tinggal bersama dengan warga negara yang
lain. Mereka hidup bersama dengan orang yang memiliki kemampuan
ekonomi yang berbeda, dengan orang yang berasal dari budaya yang
berbeda, dengan orang yang memeluk agama lain, dan dengan orang
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

yang berasal dari Gereja lain. Kepada sesama yang berbeda-beda inilah
orang Katolik dipanggil untuk memberitakan kabar gembira Kristus.
Dalam Bulan Kitab Suci Nasional 2018 ini para remaja diajak untuk
menyadari jatidiri mereka sebagai seorang pengikut Kristus dan seorang
Katolik. Mengingat jatidiri mereka itu, para remaja juga dipanggil untuk
mewartakan kabar gembira Kristus. Selanjutnya, para remaja juga dibantu
agar dapat melaksanakan tugas itu dalam kehidupan yang mereka
jalani. Secara khusus, para remaja akan belajar bagaimana mewartakan
kasih Allah itu dengan menjalin persahabatan dengan sesama. Dalam
empat pertemuan para remaja akan mempelajari hal itu dan keempat
pertemuan itu akan mengikuti sub-sub tema berikut:
1. Aku Mau Peduli Dan Berbagi
2. Aku Bisa Bekerja Sama
3. Aku Mau Bersaksi Tanpa Menyakiti
4. Dalam Kristus Kita Bersaudara

106
1
TUJUAN:
Aku Mau Peduli Dan
Berbagi

• Remaja mengenali bentuk kepedulian Yesus pada mereka yang


membutuhkan pertolongan.
• Remaja mampu mengungkapkan nilai kebaikan dalam mengasihi sesama
berdasarkan bacaan Injil.
• Remaja bisa menentukan bentuk nyata kepedulian sebagai tindakan
kasih bagi rekan yang kurang beruntung atau membutuhkan bantuan.

GAGASAN DASAR:
• Remaja memiliki banyak potensi dalam dirinya yang sedang berkembang.
Konteks sosial yang beragam bisa membawa para remaja pada pelbagai
perbedaan dengan teman sebaya.
• Mengikuti teladan Yesus, diharapkan para remaja bisa mengembangkan
kepedulian sosial untuk saling membantu sesama yang membutuhkan
bantuan.

Pembukaan

1. Lagu Pembuka
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

Kasih

Kasih pasti lemah lembut


Kasih pasti memaafkan
Kasih pasti murah hati
Kasih-Mu kasih-Mu Tuhan

Ajarilah kami ini saling mengasihi


Ajarilah kami ini saling mengampuni
Ajarilah kami ini kasih-Mu ya Tuhan 107
Kasih-Mu kudus tiada batasnya
Pengantar
Kita selalu hidup dalam perjumpaan dengan orang lain. Perjumpaan
dan kebersamaan itu tidak jarang menyadarkan kita bahwa ada banyak
teman yang situasinya berkekurangan. Kekurangan itu bisa tampak
misalnya dalam ketidakmampuan ekonomi, keterbatasan pengetahuan
dan kesempatan belajar, serta banyak hal lain.
Berhadapan dengan situasi yang kerap kali berbeda, remaja katolik
dipanggil untuk berani peduli dan berbagi dengan siapa pun yang
berkekurangan. Kita bisa memberikan waktu, perhatian, energi,
pemikiran, pengertian, pujian dan ucapan terima kasih, bahkan bisa juga
sekedar memberi senyuman.
Itulah yang dilakukan Yesus dalam kisah Injil yang akan kita renungkan. Ia
peduli dan mau berbagi dengan begitu banyak orang yang membutuhkan
makanan. Ia tidak bekerja sendirian. Ia mengajak para murid-Nya untuk
turun tangan.

Doa Pembuka
Allah, Bapa kami yang Maha Pengasih, Engkau telah menanamkan
benih kasih dalam hati semua orang. Engkau menghendaki agar kami,
para remaja Katolik, mau peduli dan berbagi dengan teman yang
membutuhkan uluran tangan kami. Curahkanlah rahmat-Mu agar kami
selalu memiliki kepekaan satu sama lain. Semoga api kasih-Mu selalu
menyemangati kami untuk selalu peduli dan rajin membantu teman
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

kami yang membutuhkan pertolongan. Doa ini kami sampaikan kepada-


Mu dengan pengantaraan Kristus, Tuhan dan sahabat kami. Amin.

PERMAINAN

Memberi dan Berbagi


• Pemandu atau pendamping menyiapkan potongan karton atau kertas
kosong berukuran 10 cm x 6 cm. Kertas diberikan kepada masing-masing
peserta.
• Setiap peserta diminta untuk menuliskan namanya pada potongan
karton/kertas yang telah diterima dengan menggunakan spidol/pena.
• Sesudah semua peserta menuliskan namanya, karton/kertas dikumpulkan
dan dimasukkan ke dalam keranjang yang agak besar.
• Permainan ini dilakukan dalam 2 tahap sebagai berikut.
108
Permainan 1

• Pemandu meminta semua peserta untuk secara serentak menemukan


dan mengambil karton/kertas bertuliskan namanya tadi dari dalam
keranjang.
• Pemandu hendaknya memberi waktu yang singkat saja sesuai jumlah
peserta (misalnya 1-2 menit untuk jumlah peserta 10-15 orang, semakin
sedikit jumlah orang waktu yang diberikan harus makin singkat).
• Setelah waktu yang diberikan habis, pemandu menghitung jumlah
peserta yang berhasil menemukan dan memegang kertas/karton dengan
namanya sendiri.

Permainan 2

• Pemandu meminta semua peserta memasukkan kembali semua karton/


kertas bertuliskan nama mereka ke dalam keranjang.
• Selanjutnya, pemandu meminta peserta untuk mengambil satu karton/
kertas dalam keranjang secara acak, tidak perlu karton yang bertuliskan
namanya sendiri.
• Pemandu hendaknya memberi waktu yang singkat saja sesuai jumlah
peserta (misalnya, 1-2 menit untuk jumlah peserta 10-15 orang, semakin
sedikit jumlah orang waktu yang diberikan harus makin singkat).
• Karton/kertas yang diambil harus segera diberikan kepada teman yang
namanya tertulis di dalam kertas itu.
• Setelah waktu yang diberikan habis, pemandu menghitung jumlah
peserta yang berhasil memegang kertas/karton dengan namanya sendiri.

Peduli dan Berbagi


Usai permainan, pemandu atau pendamping mengajukan beberapa pertanya-
an sehubungan dengan permainan yang telah dilakukan.
• Dengan membandingkan hasil akhir dua kali permainan tadi,
permainan mana yang menghasilkan jumlah lebih banyak orang
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

dengan karton nama bertuliskan nama sendiri?


• Pengalaman dan nilai apa yang bisa ditarik dari permainan itu?

Kemudian pemandu atau pendamping dapat memberikan butir penegasan


makna sebagai berikut.
Dalam hidup kita, hendaknya kita saling peduli dan berbagi satu dengan
yang lain tanpa membeda-bedakan. Saat berbagi, kita sering mengalami
banyak sekali kesulitan dan tantangan. Terkadang kita enggan untuk
berbagi karena merasa orang yang kita bantu lebih mampu atau orang 109
yang kita bantu jarang berbuat baik kepada kita. Namun, hendaknya
kita tetap mau berbagi dan saling menghargai orang-orang yang ada di
sekitar kita, serta bersyukur atas kehadiran mereka di dalam hidup kita.
Dengan saling peduli dan berbagi kita bisa meringankan beban teman
kita. Selain itu kita juga bisa semakin mempererat persahabatan.

Lagu Selingan

Penuhilah Bejanaku

Aku datang dan kubersujud di hadapan-Mu


Kurasakan indah hadirat-Mu
t’lah kubuka mata hatiku dan s’luruh jiwaku
Untuk kunikmati firman-Mu
Firmanmu yang kuasa ‘tuk mengubah sikap hati
Firmanmu yang tegakkan di saat ‘ku terjatuh
Penuhkanlah bejanaku dengan air sungai-Mu
‘Ku haus akan Firman-Mu

Pendalaman Kitab Suci

Pembacaan Kitab Suci (Matius 14:13-21)


13
Setelah Yesus mendengar berita itu menyingkirlah Ia dari situ, dan
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

hendak menyendiri dengan perahu ke tempat yang terpencil. Tetapi,


orang banyak mendengarnya dan mengikuti Dia dengan mengambil
jalan darat dari kota-kota mereka. 14Ketika Yesus mendarat, Ia melihat
orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh
belas kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit.
15
Menjelang malam, murid-murid-Nya datang kepada-Nya dan berkata,
“Tempat ini terpencil dan hari mulai malam. Suruhlah orang banyak itu
pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa.” 16Tetapi,
Yesus berkata kepada mereka, “Tidak perlu mereka pergi, kamu harus
memberi mereka makan.” 17Jawab mereka, “Yang ada pada kami di sini
hanya lima roti dan dua ikan.” 18Yesus berkata, “Bawalah kemari kepada-
Ku.” 19Lalu Ia menyuruh orang banyak itu duduk di rumput. Setelah
diambil-Nya lima roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah ke langit dan
mengucap syukur. Ia memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya
kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya memberikannya
kepada orang banyak. 20Mereka semuanya makan sampai kenyang.
Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang lebih,
110 sebanyak dua belas bakul penuh. 21Yang ikut makan kira-kira lima ribu
laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak. 22Sesudah itu Yesus
segera mendesak murid-murid-Nya naik ke perahu dan mendahului-Nya
ke seberang, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang.

Pendalaman Bacaan
a. Apa yang terjadi dengan orang banyak yang mengikuti Yesus?
Bagaimana Yesus dan para murid bertindak dalam situasi tersebut?
b. Adakah hal yang menarik atau menyentuh hatimu?

Sharing
Pemandu atau pendamping mengajak peserta untuk mendalami dan mendis-
kusikan pertanyaan-pertanyaan yang telah disampaikan dan mempersilahkan
anak-anak untuk menyampaikan pemahamannya dan mensharingkan
pengalaman pribadi yang mungkin dialami sehubungan dengan bacaan kitab
suci.
• Pernahkah kamu mempunyai pengalaman serupa dalam peduli dan
berbagi dengan teman yang membutuhkan?

Rangkuman dan Peneguhan


Yesus adalah pribadi yang peka terhadap berbagai keadaan di
sekitarnya. Kepekaan itu timbul dari belas kasih dalam diri Yesus (ay.
14). Sebaliknya para murid awalnya kurang memiliki kepekaan. Mereka
meminta Yesus untuk menyuruh orang banyak pergi karena hari sudah
malam (ay. 15-16).
Yesus ingin para murid pun untuk peka terhadap kebutuhan sesama.
Ia melibatkan para murid dan ingin mereka peduli, bahkan bersedia
memberi, meskipun murid-murid hanya memiliki lima roti dan dua ikan
(ay. 17-18).
Lima roti dan dua ikan jelas tidak cukup untuk lebih lima ribu orang (ay.
21). Jumlah yang mustahil. Akan tetapi, di hadapan Yesus tidak ada yang
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

mustahil. Segala hal yang dipersembahkan kepada-Nya, diterima-Nya,


diberkati, dilipatgandakan. Hasilnya? Lima roti dan dua ikan yang telah
diberkati Yesus itu membuat semua orang kenyang. Bahkan, ada sisa 12
bakul.
Yesus menghendaki agar kita membagikan apa yang kita terima sebagai
berkat dari Allah itu kepada sesama yang berkekurangan. Terlibat
dalam berbagai aktivitas dan kegiatan rohani memang baik bagi hidup
pribadi kita. Namun, hal itu jangan sampai membuat kita mengabaikan
kebutuhan sesama di sekitar kita. 111
Apakah kita masih sering pelit dan hanya berpikir untuk diri sendiri? Sulit
berbagi dan hanya kita simpan sendiri ? Beranikah kita menyerahkan apa
yang kita punya kepada Yesus, meski hanya kecil dan sedikit agar menjadi
berlipat dan menjadi berkat bagi banyak orang yang membutuhkan?

Niat dan Aksi


Setelah mendengar Firman Tuhan, mendalami, dan merenungkannya,
marilah kita membangun niat dan mewujudkannya dalam tindakan
nyata. Seperti Yesus dan para murid yang mau turun tangan untuk
menolong mereka yang membutuhkan, bentuk kepedulian apa yang bisa
diwujudkan di tengah kehidupan remaja sekarang?
Pendamping mengajak peserta untuk hening dan merenungkan nilai kebaikan
yang dijumpai dalam pengalaman berbagi. Selanjutnya, pendamping
bisa mengajak mereka untuk menentukan tindakan nyata sebagai bentuk
kesediaan peduli dan berbagi. Misalnya, mengunjungi orang sakit, menyisih-
kan uang jajan untuk orang miskin, mengisi amplop APP, dll.

Seruan Permohonan
Yesus yang murah hati, teladan hidup kami, tanamkanlah dalam hati
kami pengharapan yang teguh akan kasih dan kebaikan-Mu. Bantulah
kami mewujudkan kasih akan Allah dengan mengasihi sesama, terlebih
sesama kami yang membutuhkan. Berkenanlah mendengarkan doa-doa
kami yang berhimpun di tempat ini:
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

a. Tuhan Yesus, Engkau tidak kikir, tetapi baik hati. Bantulah kami
untuk semakin peduli dan suka berbagi kepada teman yang
memerlukan bantuan kami. Kami mohon ...
b. Tuhan Yesus, Engkau senang jika kami hidup bersatu hati dalam
kasih. Semoga arus cinta kasih-Mu mengalir ke dalam hati kami.
Bantulah kami agar selalu mampu untuk memberi dan berbagi.
Kami mohon ...
c. Tuhan Yesus, Engkau tidak muram tetapi selalu besar hati. Bantulah
kami untuk berjuang melawan keinginan diri sendiri yang egois,
supaya kami semakin hari semakin peka terhadap kebutuhan
sesama. Marilah kita mohon .....
d. Tuhan Yesus, Engkau tetap rendah hati dan sederhana. Tolonglah
kami agar selalu memiliki semangat pengorbanan yang tulus.
Dengan demikian, kami layak disebut sebagai anak-anak Allah.
Marilah kita mohon .....
Demikianlah doa permohonan kami. Perkenankanlah kini kami
112 menyatukannya dengan doa yang Kauajarkan kepada kami. Bapa kami....
Penutup

Doa Penutup
Ya Tuhan, kami ucapkan syukur karena kami telah Kaukobarkan dengan
semangat Sabda-Mu yang suci. Berkatilah kami semua yang hadir di
tempat ini agar senantiasa memiliki hati yang menaruh perhatian dan
kasih kepada orang yang menderita dan yang membutuhkan bantuan.
Semangatilah kami untuk selalu mendahulukan kepentingan sesama
diatas kepentingan diri sendiri. Bantulah kami agar kami semakin pantas
hidup dan disebut sebagai murid-Mu yang sejati. Sebab Engkaulah Tuhan
kami, yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.

Lagu Penutup

Melayani Lebih Sungguh

Melayani, melayani lebih sungguh


Melayani, melayani lebih sungguh
Tuhan lebih dulu melayani kepadaku
Melayani, melayani lebih sungguh

Mengasihi, mengasihi lebih sungguh


Mengasihi, mengasihi lebih sungguh
Tuhan lebih dulu mengasihi kepadaku
Mengasihi, mengasihi lebih sungguh

Mengampuni, mengampuni lebih sungguh


Mengampuni, mengampuni lebih sungguh
Tuhan lebih dulu mengampuni kepadaku
Mengampuni, mengampuni lebih sungguh

B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

113
2
TUJUAN:
Aku Bisa Bekerja
Sama

• Remaja mampu memahami bahwa pribadiYesus adalah bentuk kehadiran


Allah secara nyata dalam hidup manusia.
• Remaja mampu mengungkapkan rasa syukur dan sukacita karena
mengenal Allah secara pribadi.
• Remaja dalam kebersamaan di tengah lingkungan sekolah, Gereja dan
masyarakat mampu menghargai dan bekerjasama dengan orang yang
berasal dari budaya yang berbeda dengan dirinya

GAGASAN POKOK
• Setiap pribadi hidup di tengah budaya tertentu. Di satu sisi nilai budaya
dapat mempererat kebersamaan, di sisi lain perjumpaan dengan nilai-
nilai budaya lain dapat menimbulkan ketidakharmonisan, perpecahan,
atau keengganan untuk bekerjasama dengan orang lain.
• Seturut bentuk kehadiran Allah dalam rupa manusia, remaja dipanggil
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

untuk bisa hidup dalam pelbagai perbedaan dan bersyukur atasnya.


Kehadiran Kristus adalah bentuk nyata kesediaan Allah untuk menyapa
manusia dalam kekayaan budayanya.

Pembuka

Lagu Pembuka

Mari Kita Kerjasama

Mari kita kerjasama, kerjasama, kerjasama


Marikita kerjasama senang di hati
Kerjaku, kerjamu, semuanya buat Tuhan
114 Mari kita kerjasama, senang di hati
Pengantar
Dalam hidup keseharian, tidak jarang kita menjumpai teman kita
yang bermusuhan, tidak bisa bekerja karena perbedaan suku, bahasa,
adat istiadat di antara mereka. Bisa jadi kita pun mengalami sendiri
pengalaman seperti itu.
Pada pertemuan kedua ini kita akan merenungkan tema: “Aku Bisa
Bekerjasama”. Di awal pertemuan ini, mari kita saling menyapa dengan
saling berjabat tangan satu sama lain. Mari kita lihat bahwa perbedaan
budaya justru bisa saling memperkaya kita semua.

Doa Pembuka
Allah yang Mahabaik, kami berkumpul dan mengucap syukur pada-Mu
atas anugerah ragam suku, bahasa, adat istiadat yang boleh kami hidupi
di tanah air Indonesia tercinta ini. Engkau menghendaki agar kami
dapat hidup dalam kebersamaan di tengah perbedaan dan kekayaan
ragam budaya. Kami mohon tuntunlah pikiran kami. Bukalah mata batin
kami agar kami mampu memahami keindahan anugerah-Mu dengan
bercermin pada sabda-Mu. Engkaulah Allah yang hidup dan berkuasa
sepanjang masa. Amin

BELAJAR DARI KISAH

Membaca Kisah
Pendamping atau salah seorang dari peserta membacakan kisah berikut ini.

Persahabatan Beda Suku

Paijo, Ling-ling dan Kadek adalah tiga orang sahabat yang bersekolah di
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

tempat yang sama. Sejak kecil mereka sering bermain bersama karena
kebetulan rumah mereka berdekatan. Yang menarik, mereka berasal dari
keluarga yang berbeda dan dari suku yang berbeda pula. Paijo adalah
anak seorang petani yang berdarah Jawa. Seperti kebanyakan anak
Jawa, Paijo adalah anak yang sopan dan selalu menjaga tutur katanya.
Sedangkan Ling-ling adalah keturunan Cina yang manis dan cenderung
ceplas-ceplos dalam berbicara. Kadek adalah gadis manis keturunan Bali
yang amat pintar menari dan sering menghibur teman-temannya dengan
tarian yang ia tampilkan. 115
Pada suatu hari, sekolah mereka mengadakan lomba kerajinan tangan
berbahan barang bekas. Ketiga sahabat ini tergabung dalam satu
kelompok bersama seorang teman lain. Ucok namanya, Seorang anak
dari keluarga Batak yang baru tiga bulan pindah ke sekolah itu.
Awalnya Ling-ling merasa sedikit malas, karena ia harus bergabung dalam
satu kelompok dengan Ucok. Bagi dia, Si Ucok ini terlihat agak garang dan
kurang ramah. Kalau berbicara, suara Ucok seperti orang marah saja.
“Aku malas ah.., satu kelompok bersama Ucok. Kalian tahu sendiri kan,
dia seperti apa?” kata Ling-Ling dengan agak sewot.
“Hus.. jangan begitu Ling, kita kan belum mengenal Ucok dengan baik.
Kita tahu ia nak baru. Siapa tahu dia sebenarnya anak yang baik dan
ramah,” sela Kadek.
“Benar Ling, kita tidak boleh melihat orang hanya dari penampilan
luarnya saja. Kita harus mengenal Ucok lebih dalam, apalagi sekarang
kita satu kelompok.” Paijo menyambung pembicaraan itu.
Saat mereka tengah asyik berbicara, tiba-tiba datanglah Ucok dan
bergabung dengan mereka.
“Hai teman-teman..Maaf ya, aku terlambat. Tadi aku baru mengantar Andi
ke UKS. Kasihan.. dia baru saja jatuh dan kakinya terkilir,” sapa Ucok.
“Eh…ehm iya, tidak apa-apa kok, Cok. Kita juga belum mulai membuat
apa-apa,” jawab Kadek.
Setelah semuanya berkumpul, mereka mulai berdiskusi. Sambil
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

berdiskusi mereka saling bercanda dan bercerita banyak hal. Ucok, tanpa
canggung, bercerita banyak tentang dirinya dan kesannya setelah tiga
bulan berada di sekolah yang baru itu.
Ling-Ling kini jadi tahu mengapa Ucok menurutnya terlihat tidak ramah.
Itu karena garis muka Ucok memang tegas. Namun, di balik wajahnya
yang terlihat keras, ternyata Ucok adalah anak yang baik, ramah, dan
suka melucu.
Akhirnya, mereka berempat bisa saling bekerjasama dengan baik, tanpa
ada kecurigaan satu sama lain. Kelompok mereka, bahkan akhirnya
memenangkan lomba itu. Sejak saat itu mereka menjadi sahabat karib
dan berteman tanpa mempersoalkan perbedaan yang ada.

Pertanyaan Pendalaman
• Siapa saja tokoh dalam cerita tersebut? Dan bagaimana sikap mereka?
116 • Apa pesan yang disampaikan oleh cerita di atas?
Pendalaman
Sebagai remaja Indonesia yang memiliki berbagai latar belakang suku
dan budaya tentunya kita memiliki banyak perbedaan. Namun, sebagai
remaja katolik, kita diajak untuk tidak melihat perbedaan itu sebagai
penghalang dalam membangun relasi dengan teman-teman kita. Kita
diajak untuk menghargai perbedaan dan bekerjasama dengan orang
yang berasal dari budaya yang berbeda dengan kita.

Lagu Selingan

Kusiapkan Hatiku Tuhan

Kusiapkan hatiku Tuhan,


Tuk dengar firman-Mu saat ini
Kusujud menyembah-Mu Tuhan
Masuk hadirat-Mu saat ini

Curahkan urapan-Mu Tuhan, bagi Jemaat-Mu saat ini


Kusiapkan hatiku Tuhan, tuk dengar firman-Mu

Firman-Mu Tuhan tiada berubah


Dahulu sekarang selama-lamanya tiada berubah
Firman-Mu Tuhan penolong hidupku
Kusiapkan Hatiku Tuhan ‘tuk dengar Firman-Mu

Pendalaman Kitab Suci

Pembacaan Kitab Suci (Matius 1:18-25)


18
Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria,
ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami istri. 19Karena Yusuf
suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama
istrinya di depan umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-
diam. 20Tetapi, ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat
Tuhan tampak kepadanya dalam mimpi dan berkata, “Yusuf, anak Daud,
janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab anak
yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. 21Ia akan melahirkan
anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang
akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka.” 22Hal itu terjadi
supaya digenapi yang difirmankan Tuhan melalui nabi: 23“Sesungguhnya, 117
anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-
laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel.” (Yang berarti: Allah
menyertai kita.) 24Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti
yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria
sebagai istrinya, 25tetapi tidak bersetubuh dengannya sampai Maria
melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus.

Pendalaman Teks
• Pendamping meminta satu atau dua peserta untuk menceritakan teks
Injil tersebut dengan kata-katanya sendiri. “Peran apa yang dilakukan
oleh Yesus dengan kelahiran-Nya sebagai manusia?”

Sharing
Pendamping bisa meminta beberapa peserta untuk membagikan pengalaman
hidupnya dengan bercerita, misalnya, tentang:
• Nilai-nilai atau kebiasaan baik apa yang ada dalam keluarga/kelompok/
sukumu?
• Hal baik apa, meskipun berbeda dari dirimu, yang pernah kamu alami
atau temukan dalam diri orang lain/ keluarga / suku ?

Rangkuman dan Peneguhan


Kisah kelahiran Yesus merupakan kisah perjumpaan Allah dengan
budaya manusia. Sikap Allah pertama tama adalah datang dan membuka
kerjasama dengan manusia yang diwakili oleh Maria dan Yusuf yang
hidup dan tinggal dalam budaya Yahudi. Jawaban Maria dan Yusuf
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

adalah tanggapan atas inisiatif Allah yang ingin melaksanakan karya


keselamatan.
Perbedaan suku, bahasa dan adat istiadat manusia yang kita jumpai
dalam keseharian kita merupakan medan dan kesempatan bagi setiap
remaja katolik untuk membuka hati, menerima, menghargai dan
bekerjasama dalam mewujudkan kehidupan yang lebih baik sesuai nilai-
nilai injil Kristus di tengah dunia.

Niat dan Aksi


Setelah mendengarkan firman Tuhan, marilah kita membangun niat
dalam hati, pertama-tama niat meneladani Yesus Kristus, yang mampu
menghargai dan mampu bekerja sama dengan budaya manusia.
Kedua, kita bangun niat untuk dapat bekerjasama dengan orang lain yang
memiliki latar belakang suku, bahasa, adat istiadat yang berbeda dari
kita, ketiga kita bangun niat untuk selalu membawa kasih dan kebaikan
118
dalam setiap perbedaan yang kita jumpai.
Misalnya, kerja bakti di gereja, kerja/belajar kelompok, dll.
Beri senyuman …

Seruan Permohonan
Allah Bapa di surga, sabda-Mu telah menyadarkan kami untuk menghargai
setiap pribadi meski kami sering berjumpa dengan teman yang berbeda
suku, bahasa, adat istiadat Sadar bahwa kami bisa senantiasa belajar dari-
Mu, maka sudilah Engkau mendengarkan seruan permohonan kami:
a. Bantulah kami para remaja agar dapat membangun kerjasama
dengan setiap orang yang kami jumpai baik di sekolah, di gereja
dan di lingkungan kami tinggal. Kami mohon…
b. Bantulah kami agar dapat mewartakan nilai-nilai injil di tengah
arus budaya modern yang dapat merusak moral dan iman kami.
Kami mohon...
c. Bantulah kami agar dapat menyambut setiap perbedaan sebagai
anugerah Allah yang patut disyukuri dan membuat kami semakin
dekat dengan sesama dan Engkau sendiri. Kami mohon …
Demikianlah doa permohonan kami. Perkenankanlah kini kami me-
nyatukannya dengan doa yang diajarkan oleh Kristus, Putra-Mu. Bapa
kami ...

Penutup

Doa Penutup
Allah Bapa di surga, kami bersyukur Engkau telah mendampingi
kami dalam pertemuan ini. Engkau selalu menyadarkan kami untuk
menghargai setiap budaya, meski berbeda, dan untuk bekerjasama
dengan sesama kami demi kebaikan bersama. Bantulah kami dengan
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

rahmat-Mu, agar kami mampu mengembangkan semangat menghargai


kekayaan ragam budaya dan sikap hidup yang baik dalam keseharian
kami. Engkaulah Allah yang menyapa kami dalam diri Yesus Kristus, juru
selamat kami. Amin.

Lagu Penutup

119
Jangan Lelah

Jangan lelah bekerja di ladangnya Tuhan


Roh Kudus yang bri kekuatan
Yang Mengajar dan menopang

Tiada lelah .. bekerja bersamamu Tuhan


Yang selalu mencukupkan
Atas segalanya

Ratakan tanah bergelombang


Timbunlah tanah yang berlubang
Menjadi siap dibangun diatas dasar iman

Ratakan tanah bergelombang


Timbunlah tanah yang berlubang
Menjadi siap dibangun diatas dasar iman
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

120
3
TUJUAN:
Aku Mau Bersaksi Tanpa
Menyakiti

• Remaja menangkap keberanian Rasul Paulus menjadi saksi Kristus di


hadapan banyak orang yang berlainan keyakinan.
• Remaja mampu menegaskan pentingnya mengembangkan rasa hormat
atas kebaikan dalam diri orang yang berbeda keyakinan dengan dirinya
• Remaja bisa menentukan tindak kesaksian iman tanpa harus
menyinggung atau menyakiti teman yang berbeda keyakinan.

GAGASAN DASAR:
• Remaja perlu memahami bahwa perbedaan agama adalah fakta, yang bisa
bermanfaat dalam kehidupan bersama.
• Belajar dari pengalaman Rasul Paulus, diharapkan para remaja berani
menjadi saksi iman dengan tetap menghargai dan menghormati
perbedaan agama.

Pembuka

Lagu Pembuka
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

Aku Bangga Jadi Anak Katolik

Aku bangga jadi anak katolik


Penuh kasih, berdoa untuk teman
Penuh kasih, berderma untuk teman
Kurban kesaksian akan kulakukan

Reff:
Bangga, bangga jadi anak katolik 121
Bangga, bangga jadi anak katolik
Pengantar
Kita bersyukur hidup di Indonesia karena kita bisa mengenal teman-
teman yang berbeda keyakinan/agama. Perbedaan adalah bentuk
keanekaragaman sebagai anugerah Allah dalam kehidupan. Di hadapan
Allah yang Esa, kita semua adalah anak-anak-Nya.
Sayangnya, perbedaan agama sering masih dijadikan alasan untuk
memicu pertentangan, konflik, dan perpecahan. Belajar dari pengalaman
Rasul Paulus, remaja Katolik dipanggil untuk berani bersaksi tentang
imannya sekaligus tetap menghargai dan menghormati teman-teman
yang berlainan keyakinan/agama.

Doa Pembuka
Ya Allah, kami bersyukur atas segala kemurahan-Mu. Engkau memper-
kenankan kami hidup bersama dengan banyak teman, yang beragama
lain. Engkau telah mengumpulkan kami hari ini untuk merenungkan
sabda-Mu. Bantulah kami belajar dari Rasul Paulus untuk berani bersaksi
tanpa harus menyakiti. Terangilah hati dan pikiran kami agar kami dapat
memahami sabda-Mu dan menjalankannya dalam kehidupan kami
sehari-hari. Doa ini kami sampaikan kepada-Mu dengan pengantaraan
Kristus, Tuhan kami. Amin

PERMAINAN
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

Bisikan untuk Bersaksi


Melalui permainan ini pendamping mengajak peserta untuk membaca Kitab
Suci dan mewartakannya kepada orang lain. Permainan dilakukan dengan
cara sbb:
• Bagilah peserta menjadi beberapa kelompok kecil (misalnya 8-10
orang). Mintalah setiap kelompok untuk berbaris lurus ke belakang. Tiap
kelompok kemudian memilih satu orang sebagai ketua kelompok.
• Ketua kelompok diminta untuk maju dan menghafal ayat Kitab Suci yang
diberikan oleh pendamping (masing-masing kelompok menerima ayat
yang berbeda).
• Setelah semua ketua kelompok menghafal ayat yang diberikan, mereka
harus menunggu aba-aba untuk membisikkan ayat tersebut kepada
teman anggota kelompok yang berdiri persis belakangnya.
• Setelah ketua kelompok membisikkan ayat tersebut kepada teman di
122 belakangnya, ketua kelompok wajib menghadap ke depan dan tidak
diperbolehkan menoleh ke belakang, sampai teman yang paling belakang
menerima ayat tersebut
• Anggota kelompok di barisan paling belakang bertugas untuk menyampai-
kan ayat yang diperoleh kelompok dengan suara yang lantang dan benar.
Permainan bisa diulangi beberapa kali dengan ayat yang berbeda-beda.

Pendalaman Permainan
• Bagaimana suasana permainan tadi?
• Kesulitan apa yang kalian alami?
• Pesan apa yang bisa kalian ambil dari permainan tersebut?

Peneguhan
Sebagai murid-murid Yesus kita diajak untuk mau bersaksi kepada
siapa saja tanpa membedakan dan tanpa menyakiti mereka. Kita tahu
bahwa kita hidup dalam perbedaan, baik suku maupun agama. Namun,
sebagai murid Yesus kita diajak untuk bersaksi bersama-Nya. Salah satu
cara yang bisa kita lakukan untuk bersaksi kepada sesama yang berbeda
agama adalah dengan berbuat kebaikan kepada siapa saja.

Lagu Selingan

Kau Dipanggil Tuhan (PS 683)

Kau dipanggil Tuhan, dijadikan duta


Supaya hidupmu menyinarkan kasih-Nya

Ayat:
1. Berat memang tugasmu, tetapi kau diberi rahmat
2. Sang Kristus memikatmu, tak ‘kan mampu kau menolak-Nya
3. Dan doaku bagimu, semoga teguh semangatmu
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

Pendalaman Kitab Suci

Pembacaan Kitab Suci (Kisah 17:16-34)


16
Sementara Paulus menantikan mereka di Atena, sangat sedih hatinya
karena ia melihat bahwa kota itu penuh dengan patung-patung berhala.
17
Karena itu di rumah ibadat ia bertukar pikiran dengan orang-orang
Yahudi dan orang-orang yang takut akan Allah, dan di pasar setiap hari
dengan orang-orang yang dijumpainya di situ. 18Juga beberapa ahli pikir 123
dari golongan Epikuros dan Stoa berdebat dengan dia dan ada yang
berkata, “Apa yang hendak dikatakan si pembual ini?” Tetapi, yang lain
berkata, “Rupa-rupanya ia pemberita ajaran dewa-dewa asing.” Sebab ia
memberitakan Injil tentang Yesus dan kebangkitan-Nya. 19Lalu mereka
membawanya menghadap sidang Areopagus dan mengatakan, “Bolehkah
kami tahu ajaran baru mana yang kauajarkan ini? 20Sebab engkau
memperdengarkan kepada kami hal-hal yang asing. Karena itu kami ingin
tahu apa artinya semua itu.” 21Adapun semua orang Atena dan orang asing
yang tinggal di situ tidak mempunyai waktu untuk sesuatu selain untuk
mengatakan atau mendengar segala sesuatu yang baru. 22Paulus berdiri di
hadapan sidang Areopagus dan berkata, “Hai orang-orang Atena, aku lihat
bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah kepada dewa-dewa. 23Sebab
ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang
pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan: Kepada
Allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya,
itulah yang kuberitakan kepada kamu. 24Allah yang telah menjadikan bumi
dan segala isinya, Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak tinggal
dalam kuil-kuil buatan tangan manusia, 25dan juga tidak dilayani oleh
tangan manusia, seolah-olah Ia kekurangan apa-apa, karena Dialah yang
memberikan hidup dan napas dan segala sesuatu kepada semua orang.
26
Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia
untuk mendiami seluruh muka bumi dan Ia telah menentukan musim-
musim bagi mereka dan batas-batas kediaman mereka, 27supaya mereka
mencari Allah dan mudah-mudahan mencari-cari dan menemukan Dia,
walaupun Ia tidak jauh dari kita masing-masing. 28Sebab di dalam Dia
kita hidup, kita bergerak, kita ada, seperti yang telah juga dikatakan oleh
pujangga-pujanggamu: Sebab kita ini keturunan-Nya juga. 29Karena kita
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

berasal dari keturunan Allah, kita tidak boleh berpikir bahwa keadaan ilahi
serupa dengan emas atau perak atau batu, ciptaan kesenian dan keahlian
manusia. 30Tanpa memandang lagi zaman kebodohan, sekarang Allah
memerintahkan semua orang di mana saja untuk bertobat. 31Karena Ia telah
menetapkan suatu hari ketika Ia dengan adil akan menghakimi dunia oleh
seorang yang telah ditentukan-Nya, sesudah Ia memberikan kepada semua
orang suatu jaminan tentang hal itu dengan membangkitkan Dia dari
antara orang mati.” 32Ketika mereka mendengar tentang kebangkitan orang
mati, maka ada yang mengejek, dan yang lain berkata, “Lain kali saja kami
mendengar engkau berbicara tentang hal itu.” 33Lalu Paulus meninggalkan
mereka. 34Tetapi, beberapa orang menggabungkan diri dengan dia dan
menjadi percaya, di antaranya juga Dionisius, anggota majelis Areopagus,
dan seorang perempuan bernama Damaris, dan juga orang-orang lain
bersama-sama dengan mereka.

Pendalaman Bacaan
Untuk mendalami teks Kitab Suci yang baru dibacakan, pendamping bisa
124 mengajukan pertanyaan berikut:
• Bagaimana caranya dan hal-hal istimewa apa saja yang dipakai Paulus
untuk mewartakan Injil di Atena?

Sharing
Pendamping mengajak peserta untuk berbagi pengalaman hidup. Jika peserta
yang hadir lebih dari 10 orang, bisa dibagi dalam beberapa kelompok kecil.
• Ceritakan pengalaman baikmu saat berteman dengan teman yg
berbeda agama.

Rangkuman dan Peneguhan


Kota Atena di jaman Rasul Paulus adalah pusat kebudayaan Yunani.
Dalam pandangan Paulus, kota itu dirasa sangat menyedihkan karena
dipenuhi dengan patung-patung berhala. Hal inilah yang akan menjadi
tantangan bagi Paulus dalam mewartakan Kabar Sukacita tentang Yesus.
Menyadari tantangan itu, Paulus melakukan hal menarik untuk mewarta-
kan imannya dengan cara:
• berdialog dan berdiskusi dengan siapa saja, baik dengan orang Yahudi
di Athena atau dengan orang-orang di pasar, bahkan juga dengan para
filosof Yunani.
• menerima dan menghargai nilai-nilai, tradisi dan kepercayaan di
Atena. Titik tolak pewartaan Paulus adalah memasuki celah kesalehan
dari orang-orang Atena sendiri, sehingga tidak dianggap sesuatu yang
berasal dari luar, tetapi dari dalam diri mereka sendiri.
• Dalam pewartaannya tentang Yesus Kristus, Paulus menyampaikannya
secara halus, tidak menyinggung perasaan mereka, dan bahkan
tidak menyebutkan teks dari Kitab Suci, malah sebaliknya mengutip
ungkapan seorang pujangga Yunani.
• Meskipun pada akhirnya ada hal yang belum bisa diwartakan secara
tuntas oleh Paulus di Atena, yaitu tentang Salib dan Kebangkitan,
Paulus sudah mencoba mewartakan Kristus sebagai jawaban atas
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

kerinduan dan pengharapan orang-orang Atena.

Dalam situasi kemajemukan agama yang kita hidupi di Indonesia, kisah


Rasul Paulus memberikan banyak inspirasi bagi kita, antara lain:
• Kita harus saling menghargai, menghormati dan memahami nilai-
nilai keagamaan masing-masing. Tidak perlu kita mempertentangkan
perbedaan. Sebaliknya, kita diajak untuk melihat perbedaan sebagai
keanekaragaman dengan rukun, damai dan harmonis.
• Tugas kita sebagai saksi Kristus bisa kita laksanakan dengan rukun
dan damai, tanpa menyakiti, kalau kita saling terbuka dan berusaha 125
memahami, mengakui, serta berani berdialog dan berdiskusi dalam
relasi yang mengembangkan kerjasama.

Niat dan Aksi


Setelah kita mendengarkan firman Tuhan dan merenungkannya, marilah
kita menyadari kebaikan yang ada dalam diri setiap orang yang percaya
kepada Tuhan, meskipun berbeda agama.
Sebagai tindak lanjut, pendamping bisa mengajak peserta untuk menentukan
tindakan nyata yang bisa dilakukan bersama atau ditujukan bagi teman
yang berbeda agama. Misalnya: berani mengucapkan selamat hari raya,
mengingatkan untuk beribadah, membuat kerja bakti lintas agama,
mengunjungi teman yang sakit, dll.

Seruan Permohonan
Ya Bapa yang Mahakasih, sabda-Mu telah menyadarkan kami, agar kami
berani menjadi saksi Kristus di tengah keberagaman agama tanpa saling
menyakiti. Kini dengarkanlah seruan permohonan kami:
a. Ya Bapa, berkatilah bangsa dan negara kami. Semoga dengan segala
keberagaman agama yang ada, kami dapat selalu hidup dengan
aman, damai dan sejahtera. Kami mohon ....
b. Ya Bapa, untuk kami semua yang berkumpul disini, ajarilah
kami supaya bisa saling menghargai, mengasihi, menghormati,
dan bekerjasama dengan teman-teman di sekitar kami, tanpa
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

membedakan agama. Kami mohon ....


c. Ya Bapa, bantu kami supaya dapat membangun persekutuan sejati
dalam keluarga dan masyarakat sekitar kami dengan keberagaman
agama, tanpa saling menyakiti. Kami mohon ....
Dapat dilanjutkan dengan doa spontan dari peserta, dan ditutup dengan doa
Bapa Kami.

Penutup

Doa Penutup
Ya Allah, kami bersyukur atas bimbingan-Mu dalam pertemuan
ini. Bimbinglah kami agar dapat menjadi saksi Kristus di tengah
keberagaman agama dengan rukun dan damai seperti yang diajarkan
126 oleh Rasul Paulus, sehingga kami dapat menghadapi semua tantangan
didalam keberagaman ini. Bantulah kami untuk menciptakan harmoni
kerukunan dan kedamaian antar umat beragama di tempat kami. Demi
Kristus Tuhan dan Pengantara kami. Amin.

Lagu Penutup

Jadilah Saksi Kristus (MB 455)

Sesudah dirimu diselamatkan, jadilah saksi Kristus


Cahaya hatimu jadi terang, jadilah saksi Kristus
Tujuan hidupmu jadi nyata, jadilah saksi Kristus

Setelah dirimu kau tinggalkan, jadilah saksi Kristus


Kehidupan baru kau dapatkan, jadilah saksi Kristus
Api cinta Kristus kau kobarkan, jadilah saksi Kristus

Dalam memaafkan kawan lawan, jadilah saksi Kristus


Dalam menggagahkan persatuan, jadilah saksi Kristus
Dalam meluaskan kerja sama, jadilah saksi Kristus

B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

127
4
TUJUAN:
Dalam Kristus Kita
Bersaudara

• Remaja mengenali kehendak Yesus agar para pengikutnya bisa bersatu.


• Remaja mampu menyebutkan nilai positif yang mengembangkan
kesatuan dalam iman sekalipun berbeda Gereja.
• Remaja bisa menentukan bentuk kegiatan bersama dengan teman yang
berlainan Gereja sebagai tanda kesatuan anak-anak Allah

GAGASAN DASAR:
• Kasih adalah ikatan yang mempersatukan para murid Kristus. Remaja
kristiani hendaknya juga berani hidup dalam kesatuan dengan teman
seiman meski berbeda Gereja. Kesatuan ini menjadi tanda bahwa sebagai
pengikut Kristus kita sudah menjadi saudara.
• Sebelum meninggalkan para murid-Nya untuk kembali kepada Bapa,
Yesus mendoakan mereka. Hasrat terdalam Yesus adalah bahwa mereka
senantiasa bersatu sebagaimana Ia dan Bapa adalah satu.
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

Pembuka
Lagu Pembuka

Oh Betapa Indahnya

Oh betapa indah-Nya, dan betapa eloknya


Bila saudara seiman hidup dalam persatuan.
Bak urapan di kepala Harun
Yang ke jangut dan jubahnya turun
Bagaikan embun yang dari Hermon
Mengalir ke Bukit Sion
Di sana tlah di printahkan Tuhan
Agar berkat-berkat dicurahkan
128 Kehidupan untuk selamanya
Oh betapa Indahnya
Pengantar
Setelah menjalani tiga pertemuan sebelumnya, kita berharap semakin
sadar akan makna kemajemukan yang memang ada di sekitar kita.
Kemajemukan dalam hidup ini semoga membantu kita untuk peduli akan
kebutuhan sesama, menguatkan iman, dan membangun persaudaraan
sejati dalam tindakan nyata. Pada pertemuan terakhir Bulan Kitab Suci
Nasional 2018 ini,semoga doa Yesus bagi para murid-murid-Nya menjadi
inspirasi untuk menumbuhkan semangat kesatuan di antara kita sebagai
pengikut-Nya. Kesatuan ini sungguh melampaui ikatan manusiawi
karena yang menjadi pengikatnya adalah kasih Allah sendiri.

Doa Pembuka
Allah Bapa kami, puji syukur atas rahmat kesehatan dan kesempatan
sehingga kami bisa berkumpul kembali untuk menyelesaikan rangkaian
pertemuan BKSN 2018. Bukalah hati kami agar ditengah arus jaman ini
kasih-Mu yang selalu mempersatukan semakin dikenal. Gerakkanlah
kami dengan kuasa Roh-Mu agar kami, remaja kristiani selalu siap
membuka hati dalam kerjasama dengan semua teman yang sama-sama
menyebut-Mu sebagai Bapa. Biarlah Roh Kristus menyatukan kami
senantiasa sebagai anak-anak-Mu, kini dan sepanjang masa. Amin.

PERMAINAN
Berbagi Tali Kasih
• Lewat permainan ini pendamping mengajak para peserta untuk saling
bekerjasama dan menjalin persaudaraan yang erat.
• Sarana yang dipakai adalah potongan tali rafia (Panjang 2 meter dan diikat
kedua ujungnya sehingga membentuk lingkaran.
• Permainan dilakukan dengan cara berikut:
1. Peserta diminta membentuk kelompok kecil (8-10 orang) dan memben-
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

tuk barisan ke belakang dengan saling bergandengan tangan.


2. Pada permainan pertama masing-masing kelompok diberi 1 utas tali
3. Tugas peserta adalah memindahkan tali itu, dari depan ke belakang
dengan tetap saling bergandengan tangan tanpa terputus.
4. Kelompok yang menang adalah kelompok yang berhasil memindahkan
tali paling cepat
5. Permainan dapat diulang untuk kedua kali dan seterusnya. Tiap kali
pengulangan bisa dilakukan dengan menaikkan level kesulitan, yakni
dengan menambah jumlah tali untuk masing-masing kelompok.
Pendamping bisa melihat sejauh mana mereka bisa menghadapi 129
kesulitan dan tantangan.
Pertanyaan Pendalaman
a. Bagaimana perasaanmu waktu bermain tadi?
b. Hal apa yang memudahkan atau menyulitkan proses perpindahan tali
sehingga bisa sampai ke ujung?

Pendalaman Permainan
Sebagai remaja katolik kita diajak untuk mau saling bekerjasama dan
menjalin hubungan yang baik dengan teman-teman yang berbeda Gereja.
Kita diajak untuk saling mendukung dalam perbedaan. Saling mensyukuri
bahwa Kristus telah mempertemukan kita dalam iman yang sama.

Lagu Selingan

Penuhi Hatiku
Penuhilah hatiku, dengan roh-Mu ya Tuhan
Penuhilah mulutku, dengan nyanyian baru
Penuhilah jiwaku, dengan damai surgawi
Penuhilah hatiku, dengan roh kudus
Glori bagi Yesus, Glori bagi Yesus
Penuhilah hatiku dengan Roh Kudus

Pendalaman Kitab Suci


MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

Pembacaan Teks (Yohanes 17:20-23)


Pemandu mengajak peserta membaca teks Kitab Suci secara bergantian.
20
Bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-
orang, yang percaya kepada-Ku melalui pemberitaan mereka; 21supaya
mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam
Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya
dunia percaya bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. 22Aku telah
memberikan kepada mereka kemuliaan yang Engkau berikan kepada-
Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: 23Aku di
dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka menjadi satu
dengan sempurna, agar dunia tahu bahwa Engkau yang telah mengutus
Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau
mengasihi Aku. 24Bapa, Aku ingin supaya mereka, yang Bapa berikan
kepada-Ku, ada bersama-Ku di tempat Aku berada, supaya mereka
melihat keagungan-Ku; yaitu keagungan yang Bapa berikan kepada-Ku,
karena Bapa mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan. 25Bapa yang adil!
Dunia tidak mengenal Bapa, tetapi Aku mengenal Bapa; dan orang-orang
130 ini tahu bahwa Bapa mengutus Aku. 26Aku sudah menyatakan nama Bapa
kepada mereka; dan Aku akan terus berbuat begitu, supaya kasih Bapa
kepada-Ku tetap di dalam hati mereka dan Aku bersatu dengan mereka.”

Pendalaman Teks
Untuk mendalami pesan dan isi bacaan, pendamping dapat mengajukan
beberapa pertanyaan kepada peserta:
a. Apa yang menjadi pokok keinginan Yesus bagi para murid-Nya dalam
doa-Nya?
b. Mengapa Yesus berdoa demikian untuk para murid-Nya?

Sharing
Pendamping mengajak peserta untuk mendalami pertanyaan-pertanyaan
yang telah disampaikan lalu menyampaikan pemahamannya.
a. Apakah kamu punya teman yang berbeda Gerejanya denganmu?
Kegiatan bersama apa yang pernah kamu lakukan dengannya?
b. Bagaimana perasaanmu dalam kegiatan bersama itu?

Rangkuman dan Peneguhan


Sejak awal Yesus mengumpulkan murid-murid-Nya agar mereka mengenal
Dia dan mengenal Bapa yang mengutus-Nya. Siapa pun yang percaya
kepada Yesus akan dihantar-Nya sampai kepada Bapa. Hal ini pasti karena
Yesus dan Bapa adalah satu. Kesatuan itu ditunjukkan Yesus dengan selalu
berusaha melakukan kehendak Bapa-Nya, yakni hidup dalam kasih. Kasih
itulah yang juga dibagikan Yesus kepada para murid-Nya.
Karena itu, keinginan terbesar Yesus adalah agar para murid-Nya selalu
hidup dalam kasih. Pengalaman hidup dalam kasih bersama Yesus itulah
yang menjadi pegangan bagi para murid sepeninggal Yesus. Doa Yesus
menjadi kekuatan bagi para murid bahwa Yesus senantiasa berada bersama
mereka. Di tengah arus jaman yang seringkali menebar benih perpecahan
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

dan kebencian, kita dipanggil untuk tetap hidup dalam kasih.

Niat dan Aksi


Sesudah disegarkan oleh firman Tuhan, marilah kita membangun niat
dalam hati, untuk berani hidup dalam kasih sebagai pengikut Kristus.
Niat itu juga selayaknya kita wujudkan dengan pilihan tindakan yang
menegaskan keseriusan kita untuk hidup menurut teladan Kristus.
Pendamping bisa mengajak peserta untuk membuat pilihan konkrit tindakan
dalam usaha menciptakan kesatuan sebagai saudara seiman. Misalnya, 131
merencanakan perayaan Natal/Paskah bersama, aksi sosial panti asuhan,
pendalaman iman/doa bagi kesatuan Gereja, dll.

Seruan Permohonan
Allah Bapa di surga, dalam rasa syukur karena kasih-Mu yang besar
kepada kami, perkenankanlah kami serukan permohonan kami ini:
a. Tolonglah kami agar kasih, yang menyatukan Kristus dengan
Engkau ya Bapa, senantiasa menjadi sumber kekuatan dan
penghiburan kami untuk terus mengembangkan kesatuan dalam
Gereja-Mu. Kami mohon …
b. Bantulah kami agar iman akan kasih-Mu membuat kami semakin
mengenal kehendak-Mu dan membawa kami semakin dekat pada-
Mu. Kami mohon …
c. Bantulah kami agar doa Kristus yang ingin menyatukan kami
mendorong kami untuk hidup sebagai saudara dengan teman-
teman kami sehingga kami mampu menjadi tanda kasih-Mu bagi
siapa pun di sekitar kami. Kami mohon …
Dalam kegembiraan karena kami Kausatukan sebagai anak-anakmu,
bersama Kristus kami berdoa. Bapa kami …

Penutup
Doa Penutup
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

Allah Bapa yang Maha Pemurah, syukur kami panjatkan ke hadirat-Mu


yang telah membuka hati dan budi kami untuk mengenal kekayaan
Gereja Kudus-Mu. Buatlah kami bertekun dalam persatuan sejati para
murid Putra-Mu. Semoga Engkau semakin dikenal oleh dunia berkat
kasih yang senantiasa tinggal dalam diri kami. Doa ini kami sampaikan
kepada-Mu dalam persatuan dengan Kristus, Putra-Mu. Amin

Lagu Penutup

Ut Omnes Unum Sint


Reff: Ut omnes unum sint … jadilah mereka satu
seperti Aku dan Bapa adalah satu
biar didorong-dorong digoyang-goyang, diguncang-guncang…
tetap bersatu membangun dunia baru
biar diolok-olok dibentak-bentak, dimaki-maki…
132
tetap bersatu membangun dunia baru
MEWARTAKAN
KABAR GEMBIRA
DALAM KEMAJEMUKAN

Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil


kepada segala makhluk (Mrk. 16:15)

Pendalaman Kitab Suci


Anak-anak
Komisi Kerasulan Kitab Suci KA Jakarta
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

Bulan Kitab Suci Nasional


LEMBAGA BIBLIKA INDONESIA
133
2018
Pengantar

Setiap orang yang telah dibaptis dan menjadi pengikut Kristus dipanggil
untuk memberitakan Injil kepada sesama. Anak-anak telah menerima
warisan iman dari orangtua mereka. Para orangtua membawa anak-anak
mereka kepada Kristus, memperkenalkan Kristus kepada mereka, dan
mengajak mereka untuk mengikuti Kristus dalam Gereja Katolik. Karena
itu, anak-anak juga perlu diajar untuk memberitakan Kabar Gembira
Kristus kepada sesama.
Apakah yang dimaksud dengan kabar gembira yang harus diwartakan
kepada sesama itu? Kabar gembira itu adalah kasih Allah kepada
manusia. Kegembiraan karena Allah mengasihi manusia itulah yang
harus diwartakan kepada sesama. Setiap orang yang percaya kepada
Kristus dipanggil untuk mewujudkan kasih ini dalam kehidupan bersama
sehingga setiap orang dapat hidup dalam suasana damai.
Lalu siapakah sesama yang harus menerima pewartaan itu? Umat
Katolik di Indonesia hidup dalam keragaman bersama dengan warga
negara yang lain. Anak-anak perlu diajak untuk menyadari diri mereka
sebagai seorang Katolik yang tinggal bersama dengan warga negara yang
lain. Mereka hidup bersama dengan orang yang memiliki kemampuan
ekonomi yang berbeda, dengan orang yang berasal dari budaya yang
berbeda, dengan orang yang memeluk agama lain, dan dengan orang
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

yang berasal dari Gereja lain. Kepada sesama yang berbeda-beda inilah
orang Katolik dipanggil untuk memberitakan kabar gembira Kristus.
Dalam Bulan Kitab Suci Nasional 2018 ini anak-anak diajak untuk
menyadari jatidiri mereka sebagai seorang pengikut Kristus dan seorang
Katolik. Mengingat jatidiri mereka itu, anak-anak juga dipanggil untuk
mewartakan kabar gembira Kristus. Selanjutnya, anak-anak juga dibantu
agar dapat melaksanakan tugas itu dalam kehidupan yang mereka jalani.
Secara khusus, anak-anak akan belajar bagaimana mewartakan kasih
Allah itu dengan menjalin persahabatan dengan sesama. Dalam empat
pertemuan anak-anak akan mempelajari hal itu dan keempat pertemuan
itu akan mengikuti sub-sub tema berikut:
1. Bersahabat Dengan Teman Yang Miskin Dan Tersingkir
2. Bersahabat Dengan Teman Yang Berbeda Budaya
3. Bersahabat Dengan Teman Yang Berbeda Agama
4. Bersahabat Dengan Teman Dari Gereja Lain

134
1
Tujuan:
Bersahabat Dengan
Teman Yang Miskin Dan
Tersingkir

• Anak-anak menyadari bahwa Yesus mengasihi orang miskin dan tersingkir.


• Anak-anak mau bersahabat dengan teman yang miskin dan tersingkir.

Bacaan:
• Mat. 14:13-22 (Yang ikut makan kira-kira lima ribu laki-laki, tidak termasuk
perempuan dan anak-anak)

DOA PEMBUKA
Tuhan Yesus yang baik, terima kasih karena Engkau telah mengasihi
dan mencintai kami. Bimbinglah kami hari ini agar mau mendengarkan
Firman-Mu dengan baik dan melakukannya dalam kehidupan kami
sehari-hari. Amin.

MENDALAMI PENGALAMAN
1) Apakah kamu mempunyai teman yang miskin atau lebih miskin dari
kamu?
2) Apakah kamu mempunyai teman yang sering dijauhi atau diejek?
3) Apakah kamu berteman dengan mereka? (Misalnya, bermain atau
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

belajar bersama)
4) Apakah kamu pernah melakukan kegiatan sosial untuk membantu
orang miskin?
5) Bagaimana perasaan mu ketika dapat membantu orang-orang yang
miskin dan tersingkir?

PENEGASAN
1) Dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin pernah melihat atau
135
bertemu orang-orang miskin yang hidupnya tidak seberuntung kita.
2) Di sekolah, di rumah atau di sekitar juga mungkin ada teman yang
sering diejek dan dijauhi.
3) Teman adalah hadiah dari Tuhan, maka sebagai murid-murid Yesus
kita tidak boleh memilih teman. Kita sebaiknya mau berteman dengan
siapa saja, termasuk yang lebih miskin dan teman yang sering diejek
atau dijauhi.
4) Ada perasaan bahagia dan sukacita jika kita dapat membantu orang
yang miskin dan tersingkir.

BACAAN KITAB SUCI (MATIUS 14:13-22)


Setelah Yesus mendengar berita itu menyingkirlah Ia dari situ, dan hendak
13

menyendiri dengan perahu ke tempat yang terpencil. Tetapi, orang banyak


mendengarnya dan mengikuti Dia dengan mengambil jalan darat dari kota-
kota mereka. 14Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak yang besar
jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka
dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit. 15Menjelang malam, murid-
murid-Nya datang kepada-Nya dan berkata, “Tempat ini terpencil dan
hari mulai malam. Suruhlah orang banyak itu pergi supaya mereka dapat
membeli makanan di desa-desa.” 16Tetapi, Yesus berkata kepada mereka,
“Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan.” 17Jawab
mereka, “Yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ikan.” 18Yesus
berkata, “Bawalah kemari kepada-Ku.” 19Lalu Ia menyuruh orang banyak
itu duduk di rumput. Setelah diambil-Nya lima roti dan dua ikan itu, Yesus
menengadah ke langit dan mengucap syukur. Ia memecah-mecahkan roti
itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya
memberikannya kepada orang banyak. 20Mereka semuanya makan sampai
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang


lebih, sebanyak dua belas bakul penuh. 21Yang ikut makan kira-kira lima
ribu laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak. 22Sesudah itu
Yesus segera mendesak murid-murid-Nya naik ke perahu dan mendahului-
Nya ke seberang, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang.

Pertanyaan
1) Apa yang dilakukan Yesus terhadap orang banyak di tempat
terpencil?
2) Apa yang terjadi ketika hari mulai malam?
3) Apa yang diperintahkan Yesus kepada murid-murid-Nya?
4) Berapa makanan yang dimiliki oleh murid-murid Yesus?
5) Bagaimana Yesus melakukan mukjizat?
6) Berapa sisa makanan yang masih terkumpul?
7) Berapa banyak orang yang makan?
136 8) Apakah kamu pernah mengasihi orang lain misalnya memberi
orang lain makan?
Jawaban
1) Tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada orang banyak dan
Ia menyembuhkan mereka yang sakit.
2) Menjelang malam, murid-murid meminta Yesus menyuruh orang
banyak itu pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa-
desa.
3) Yesus meminta murid-murid yang memberi orang banyak itu
makan.
4) Lima roti dan dua ikan.
5) Yesus menyuruh orang banyak itu duduk. Setelah diambil-Nya lima
roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah ke langit dan mengucap
syukur. Ia memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada
murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya memberikannya kepada
orang banyak. Mereka semuanya makan sampai kenyang.
6) Sebanyak dua belas bakul penuh.
7) Yang ikut makan kira-kira lima ribu laki-laki, tidak termasuk
perempuan dan anak-anak.

PENEGASAN KITAB SUCI


1) Yesus mengajarkan kita bagaimana mengasihi sesama. Meskipun
awalnya Yesus ingin sendiri, tetapi kemudian hati-Nya tergerak oleh
belas kasihan dan menyembuhkan orang-orang sakit. Karena orang
yang sedang sakit mereka menderita, susah dan perlu pertolongan.
2) Yesus juga mengajarkan kita bagaimana mengasihi sesama dengan
berbagi dari kekurangan. Bisa saja Yesus menyuruh orang banyak
itu pergi, tetapi pasti akan kasihan sekali jika malam-malam mereka
pergi dengan kelaparan.
3) Kita adalah murid Yesus, berarti Yesus juga memberi kita perintah
untuk memberi orang-orang kelaparan makan. Meskipun kita tidak
mempunyai banyak makanan atau harta tetapi jika kita mau berbagi
Yesus akan membuat semua tercukupi bahkan berlebihan, seperti
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

lima roti dan dua ikan dapat memberi makan lima ribu laki-laki belum
termasuk perempuan dan anak-anak dan masih sisa dua belas bakul
penuh.
4) Pada jaman Yesus, perempuan dan anak-anak adalah kaum kecil dan
tidak diperhitungkan. Tetapi, Yesus juga memberi mereka makan
sampai kenyang. Yesus mau mengasihi semua orang termasuk orang-
orang kecil dan tersingkir.
5) Apakah kamu sudah mau menjadi murid Yesus yang mau mengasihi
semua orang terutama yang miskin dan tersingkir?
137
PERUTUSAN
1) Anak-anak mau menyapa dan mengajak bermain temannya yang
selama ini sering diejek, dijauhi, atau dibully.
2) Anak-anak mau membagi makanan dengan teman yang tidak
membawa makanan.
3) Anak-anak mau mengajak orangtua untuk melakukan kegiatan sosial
membantu orang miskin.

DOA PENUTUP
Tuhan Yesus yang baik, terima kasih karena Engkau telah memberikan
kami teman-teman untuk menemani kami bermain dan belajar setiap
hari. Bimbinglah kami agar kami mau mengasihi dan berteman dengan
siapa saja terutama teman yang miskin dan tersingkir. Amin.
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

138
2
Tujuan:
Bersahabat Dengan
Teman Yang Berbeda
Budaya

• Anak-anak menyadari bahwa Yesus menilai tinggi dan menghargai


budaya manusia.
• Anak-anak mau bersahabat dengan teman yang berbeda budaya.

Bacaan:
• Mat. 1: 18-25 (…..sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari
Roh Kudus.)

DOA PEMBUKA
Tuhan Yesus yang baik, terima kasih karena Engkau begitu mencintai
kami sampai mau datang ke dunia menjadi manusia. Bimbinglah kami
agar dapat membaca dan memahami Firman-Mu dengan baik untuk
kehidupan kami. Amin.

MENDALAMI PENGALAMAN
1) Apakah kamu mempunyai teman yang berbeda budaya atau suku?
2) Darimana saja suku atau budaya teman-temanmu?
3) Apakah kamu berteman dengan mereka? (Misalnya, bermain atau
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

belajar bersama)
4) Bagaimana perasaanmu ketika berteman dan bermain bersama
mereka?

PENEGASAN
1) Indonesia terdiri dari berbagai suku dan budaya, ada 34 provinsi di
Indonesia yang berbeda-beda.
2) Dalam kehidupan sehari-hari pasti kita pernah mempunyai teman
139
yang berbeda suku dan budaya.
3) Perbedaan suku dan budaya dalam pertemanan mungkin dapat
membuat perselisihan. Tetapi, jika kita mau menghargai budaya
orang lain, perbedaan akan membuat pertemanan lebih indah.
4) Perbedaan suku dan budaya membuat kita dapat belajar budaya yang
baru dan berbeda.

BACAAN KITAB SUCI (Matius 1:18-25)


18
Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria,
ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari
Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami istri. 19Karena Yusuf
suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama
istrinya di depan umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-
diam. 20Tetapi, ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat
Tuhan tampak kepadanya dalam mimpi dan berkata, “Yusuf, anak Daud,
janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab anak
yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. 21Ia akan melahirkan
anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang
akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka.” 22Hal itu terjadi
supaya digenapi yang difirmankan Tuhan melalui nabi: 23”Sesungguhnya,
anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-
laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel.” (Yang berarti: Allah
menyertai kita.) 24Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti
yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria
sebagai istrinya, 25tetapi tidak bersetubuh dengannya sampai Maria
melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus.
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

Pertanyaan
1) Darimana Maria mengandung Yesus?
2) Apa arti nama “Imanuel”?
3) Apa yang dikatakan malaikat Tuhan kepada Yusuf?
4) Apakah kamu pernah takut untuk berteman dengan orang yang
berbeda budaya?

Jawaban
1) Maria mengandung Yesus dari Roh Kudus.
2) Imanuel berarti Allah menyertai kita.
3) “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria
sebagai istrimu, sebab anak yang di dalam kandungannya
adalah dari Roh Kudus. 21 Ia akan melahirkan anak laki-laki dan
engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan
menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka.”
140
PENEGASAN KITAB SUCI
1) Kisah kelahiran Yesus memberikan teladan kepada kita. Yesus yang
sangat menghargai budaya manusia. Maria mengandung Yesus dari
Roh Kudus yang berasal dari Allah. Yesus adalah tetapi mau menjadi
manusia.
2) Yesus yang adalah Tuhan sangat mulia dan tidak berdosa, tetapi
mau lahir menjadi manusia yang sering melakukan dosa. Walaupun
manusia, Yesus tetap tidak melakukan dosa.
3) Perbedaan tidak membuat Yesus menjauh dari manusia tetapi justru
mau semakin dekat dengan manusia. Yesus selalu menyertai manusia
(Imanuel).
4) Bapa Yusuf pun tidak takut lagi menerima Maria dan Yesus.

PERUTUSAN
1) Anak-anak mau menyapa dan mengajak bermain temannya yang
berbeda suku dan budaya.
2) Anak-anak mau belajar terbuka dengan menerima dan menghargai
budaya orang lain yang berbeda.

DOA PENUTUP
Tuhan Yesus yang baik, terima kasih karena Engkau telah memberikan
kami teman-teman yang beraneka ragam suku dan budaya. Bimbinglah
kami agar kami mau menerima dan belajar menghargai perbedaan suku
dan budaya teman-teman kami. Semoga kami yang berbeda-beda tetapi
dapat hidup rukun dan damai. Amin.
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

141
3
Tujuan:
Bersahabat Dengan
Teman Yang Berbeda
Agama

• Anak-anak menyadari bahwa Gereja Katolik menghargai agama-agama


lain.
• Anak-anak mau bersahabat dengan teman yang berbeda agama.

Bacaan:
• Markus 9: 38-41 ( … tidak seorang pun yang telah mengadakan mujizat
demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa
tidak melawan kita, ia ada di pihak kita.)

Doa Pembuka
Bapa yang mengasihi kami dan mengasihi teman-teman yang beragama
lain, terima kasih karena kami dapat tinggal di negara yang mengakui
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

beragam agama. Bimbinglah kami agar dapat memahami Firman-Mu


dengan gembira, sebagai bekal dalam kehidupan kami bersama teman-
teman dari berbagai agama lain. Amin.

Mendalami Pengalaman
1. Apakah kamu mempunyai teman yang beragama lain?
2. Dari agama apa saja teman-temanmu?
3. Apakah kamu pernah bermain, belajar, atau melakukan kegiatan
bersama mereka?
4. Bagaimana perasaanmu ketika berteman dengan mereka?
5. Kamu tentu pernah bermain dengan balok mainan ini. Ada berapa
macam bentuk dan warnanya?

142
6. Menurutmu, apakah bentuk dan warna yang berbeda-beda dapat
membuatnya menjadi lebih indah? Mengapa demikian?

Penegasan
1. Di Indonesia terdapat enam agama besar yang diakui pemerintah,
yaitu Agama Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Budha, Hindu,
dan Kong Hu Cu.
2. Tuhan mengasihi semua ciptaan-Nya, termasuk teman yang beragama
lain. Kita dapat mengasihi dan berjumpa dengan Tuhan yang juga
hadir dalam diri mereka.
3. Sama halnya, seperti balok mainan yang beraneka warna dan bentuk
dapat digunakan untuk membuat bangunan yang indah, maka
persahabatan kita dengan teman yang berbeda agama juga dapat
dibangun menjadi lebih indah, lebih menyenangkan, jika kita mau
bekerjasama, saling menerima, menghargai, dan mengasihi.

Bacaan Kitab Suci (Markus 9:38-41)


38
Kata Yohanes kepada Yesus, “Guru, kami lihat seorang yang bukan
pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang
itu, karena ia bukan pengikut kita.” 39Tetapi, kata Yesus, “Jangan kamu
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

cegah dia! Sebab tidak seorang pun yang telah mengadakan mujizat
demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. 40Barangsiapa
tidak melawan kita, ia ada di pihak kita. 41Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh
karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya.”

Pertanyaan
1. Siapakah yang disebut sebagai “guru” oleh Yohanes?
2. Mengapa Yohanes mencegah orang lain mengusir setan demi nama 143
Yesus?
3. Bagaimana tanggapan Yesus terhadap tindakan Yohanes? Mengapa
demikian?

Jawaban
1. Yohanes menyebut Yesus sebagai gurunya.
2. Yohanes mencegah orang lain mengusir setan demi nama Yesus
karena orang itu tidak termasuk pengikut Yesus.
3. Yesus melarang Yohanes untuk mencegah orang itu, sebab tidak
mungkin seseorang mengadakan mujizat demi nama Yesus
sekaligus mengumpat Yesus. Barangsiapa tidak melawan kita, ia
ada di pihak kita.

Penegasan Kitab Suci


1. Gereja Katolik mengakui dan menghargai agama-agama lain yang
tidak menjadi pengikut Yesus Kristus.
2. Gereja Katolik bersifat umum, universal.
3. Kita diutus untuk mewartakan kabar baik (Kerajaan Allah) kepada
segala bangsa, berteman dan bekerjasama dengan teman yang
beragama lain, berbuat baik juga kepada mereka, tanpa memaksa
mereka untuk dibaptis menjadi Katolik.
4. Kita diajak untuk berjumpa dengan Tuhan yang hadir dalam diri
mereka, sekaligus memancarkan kasih Tuhan (yang meraja di hati
kita) bagi semua teman beragama lain.
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

Perutusan
Anak-anak memancarkan Kasih Allah yang meraja di dalam dirinya,
melalui persahabatan dengan teman yang berbeda agama.

Doa Penutup
Tuhan Yesus, dengan gembira kami mau menemukan berkat tersembunyi
dalam perbedaan dan persahabatan dengan teman-teman yang Tuhan
hadiahkan bagi kami. Mampukanlah kami agar dapat hidup rukun,
damai, dan saling mengasihi, sehingga teman-teman yang beragama lain
juga dapat merasakan Kasih-Mu yang meraja dalam diri kami. Amin.

144
4
Tujuan:
Bersahabat Dengan
Teman Dari Gereja Lain

• Menyadari bahwa dalam Yesus semua anggota Gereja adalah satu dan
bersaudara.
• Mengajak anak-anak untuk berteman dengan semua orang tanpa melihat
dari Gereja mana orang tersebut berasal.

Bacaan:
• Yoh. 17: 20-23 (supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau,
ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam
Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.)

DOA PEMBUKA
Tuhan Yesus yang baik, kami bersyukur menjadi murid-murid-Mu yang
Kaukasihi. Bimbing kami untuk mendengarkan Firman-Mu dengan baik
dan melakukannya dalam hidup kami sehari-hari.

MENDALAMI PENGALAMAN
1. Apakah kamu mempunyai teman yang berasal dari Gereja lain (misal
Gereja Ortodoks, HKBP, Gereja Kristen Indonesia, dll)?
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

2. Bagaimana sikap kamu dalam pertemanan dengan mereka?


3. Apakah kamu pernah melakukan kegiatan bersama mereka (Misalnya,
bermain bersama, belajar kelompok bersama, melakukan bakti sosial
bersama)?
4. Apa yang kamu rasakan saat melakukan kegiatan bersama?

PENEGASAN
1. Sebagai murid-murid Yesus kita bertemu banyak orang dalam
kehidupan sehari-hari. Di lingkungan rumah maupun lingkungan 145
sekolah. Kita juga bertemu dengan teman-teman kita dari Gereja
lain. Dalam berteman kita tidak boleh membeda-bedakan teman kita
karena mereka bukan dari Gereja Katolik.
2. Dalam pertemanan kita sering bermain bersama, belajar bersama dan
membantu teman yang sedang mengalami kesusahan.
3. Melakukan hal-hal tersebut bersama teman-teman yang berbeda
agama dan Gereja lain merupakan bentuk pewartaan kasih Yesus jika
kita lakukan dengan kasih.

BACAAN KITAB SUCI (Yohanes 17: 20-23)


Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-
20

orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; 21supaya mereka


semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku
di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya,
bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. 22Dan Aku telah memberikan
kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya
mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: 23Aku di dalam mereka
dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar
dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau
mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku.

MENDALAMI TEKS KITAB SUCI


1) Untuk siapa Tuhan Yesus berdoa?
2) Apa isi/ yang didoakan Tuhan Yesus?
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

3) Apa yang Tuhan Yesus inginkan?


4) Siapakah yang bersatu dengan Tuhan Yesus?
5) Apakah dalam berteman kita memilih teman karena teman kita
beragama Katolik?
6) Apakah kita sudah berteman semua orang tanpa memandang
teman kita dari Gereja mana?
7) Apakah kita sudah menyadari bahwa kita dan teman-teman kita
merupakan bagian dari bangsa Indonesia?
8) Apakah kita sudah menjadi murid-murid Tuhan dengan berbuat
baik kepada teman-teman kita?

PENEGASAN
1) Yesus dan Bapa adalah satu, Bapa mengutus Yesus dan mengasihi
Yesus.
2) Yesus mengasihi murid-murid-Nya dan mengutus mereka untuk
mewartakan Kasih Bapa.
146
3) Yesus menghendaki agar supaya semua murid-Nya dan orang-
orang yang percaya kepadanya menjadi satu di dalam kasih.
4) Kita dan seluruh teman-teman dari Gereja lain adalah satu dalam
Kristus.
5) Sebagai pengikut murid-murid Yesus kita diutus untuk melakukan
kebaikan-kebaikan untuk mewartakan kasih Yesus.
6) Kita dan teman-teman kita yang lain adalah anak-anak Indonesia
yang dikasihi oleh Tuhan Yesus.

PERUTUSAN
1) Anak-anak mau berteman dan bermain dengan teman-teman yang
berbeda Gereja.
2) Anak-anak mau membantu teman-temannya yang berbeda Gereja.

DOA PENUTUP
Tuhan Yesus yang baik, terima kasih karena kami boleh mengenal dan
berteman dengan teman-teman dari Gereja yang berbeda. Bimbinglah
kami untuk selalu untuk selalu saling membantu dan bersatu dalam
kasih-Mu. Amin.

B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018

147
Bulan Kitab Suci Nasional
Konsili Vatikan II ­menyerukan agar jalan menuju Kitab Suci dibuka
lebar-lebar bagi kaum beriman (Dei Verbum 22). Pembukaan jalan
menuju Kitab Suci ini dilakukan dengan menerjemahkan Kitab
Suci ke dalam banyak bahasa lokal. Konsili juga menganjurkan agar
terjemahan ini diselenggarakan bersama para saudara terpisah (Gereja-
gereja Protestan). Penerjemahan ini membuka jalan masuk ke dalam
Kitab Suci, memungkinkan setiap orang membaca Sabda Allah dalam
bahasa masing-masing, bahasa yang dipahaminya. Memang dalam Dei
Verbum 25 ”Konsili suci mendesak dengan sangat dan istimewa semua
orang beriman, terutama para religius, supaya dengan seringkali
membaca kitab-kitab ilahi memperoleh pengertian yang mulia akan
Yesus Kristus (Flp. 3:8).” Bagi para anggota Gereja Sabda Allah menjadi
kekuatan iman, santapan jiwa, dan sumber hidup rohani. Karena,
dalam Kitab Suci Bapa yang ada di surga dengan penuh cinta kasih
menjumpai para putra-Nya dan berwawancara dengan mereka.
Mengingat hal itu, Lembaga Biblika Indonesia, yang merupakan
Lembaga dari KWI untuk kerasulan Kitab Suci, mengadakan sejumlah
usaha untuk memperkenalkan Kitab Suci kepada umat dan sekaligus
mengajak umat untuk mulai membaca Kitab Suci. Hal ini dilakukan
antara lain dengan mengemukakan gagasan sekaligus mengambil
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N

prakarsa untuk mengadakan Hari Minggu Kitab Suci secara nasionaL


sejak tahun 1975. LBI mengusulkan dan mendorong agar keuskupan-
keuskupan dan paroki-paroki seluruh Indonesia mengadakan ibadat
khusus dan kegiatan-kegiatan sekitar Kitab SucI. Gerakan itu sekarang
menjadi Bulan Kitab Suci Nasional yang dilaksanakan dengan tujuan­:
1. Untuk mendekatkan dan memperkenalkan umat dengan sabda
Allah. Kitab Suci juga diperuntukkan bagi umat biasa, tidak hanya
untuk kelompok tertentu dalam Gereja. Mereka dipersilahkan
melihatnya dari dekat, mengenalnya lebih akrab sebagai sumber
dari kehidupan iman mereka.
2. Untuk mendorong agar umat memiliki dan menggunakannya.
Melihat dan mengagumi saja belum cukup. Umat perlu didorong
untuk memilikinya paling sedikit setiap keluarga mempunyai
satu kitab suci di rumahnya. Dengan demikian, umat dapat
148 membacanya sendiri untuk memperdalam iman akan Kristus.

Anda mungkin juga menyukai