KABAR GEMBIRA
DALAM KEMAJEMUKAN
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018
2
MEWARTAKAN
KABAR GEMBIRA
DALAM KEMAJEMUKAN
Gagasan Pendukung
Dr. V. Indra Sanjaya, Pr
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018
***
4
1 Amanat Agung:
Mewartakan Kabar
Sukacita
Kalau kita memeras seluruh Perjanjian Baru menjadi satu ayat, mungkin
yang keluar adalah satu nats terkenal dari Injil Yohanes. “Karena Allah
begitu mengasihi dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya
yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa,
melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh. 3:16 TB2). Seluruh narasi
kekristenan sepanjang sejarah, tidak lain dan tidak bukan sebenarnya
adalah kisah tentang penjabaran nats pokok ini dalam sejarah yang selalu
berubah. Kekristenan adalah kisah tentang Allah yang begitu mengasihi
dunia. Kekristenan adalah kisah tentang Allah yang mengaruniakan
Anak-Nya yang tunggal. Kekristenan adalah kisah tentang orang percaya
dan membuat orang percaya.
Untuk membuat “setiap orang” – artinya seluruh umat manusia, tidak
hanya kini dan di sini, tetapi juga yang kemudian dan di sana – percaya
kepada Anak Tunggal Bapa, perlulah ada gerakan yang membawa Dia
kepada setiap makhluk mengarungi zaman. Seperti Paulus berujar,
“Bagaimana orang dapat percaya kepada Dia yang belum pernah mereka
dengar? Bagaimana orang mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang
memberitakan-Nya? Dan bagaimana orang dapat memberitakan-Nya,
jika tidak diutus?” (Rm. 10:14-15). Oleh karena itu, tidak mengherankan
jika Perjanjian Baru, khususnya keempat Injil, menempatkan karya
pewartaan Kabar Gembira kepada segala makhluk ini sebagai perutusan
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018
pokok dari Gereja semesta. Hidup Gereja praktis tidak bisa dipisahkan
dari karya pewartaan Injil atau Kabar Gembira. Setelah Gereja sendiri
lahir dari pewartaan Injil dari Yesus dan keduabelas rasul, pada
gilirannya, Gereja sendiri mesti mewartakan Injil “dengan mengutus
para pewarta Injil. Gereja meletakkan dalam bibir-bibir mereka Sabda
yang menyelamatkan” (EN 15).
Setelah kisah kebangkitan dan penampakan Yesus kepada para murid,
keempat Injil dengan caranya masing-masing menyampaikan perintah
perutusan. Injil Matius mempunyai Amanat Agung yang menjadi 5
misi Gereja sepanjang masa, “Karena itu, pergilah, jadikanlah semua
bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak
dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang
telah Kuperintahkan kepadamu. Ketahuilah, Aku menyertai kamu
senantiasa sampai akhir zaman” (Mat. 28:19-20). Perintah yang mirip
bisa kita temukan dalam Injil Markus. “Pergilah ke seluruh dunia,
beritakanlah Injil kepada segala makhluk” (Mrk. 16:15). Injil keempat
memang tidak mempunyai perintah penginjilan dalam bentuk yang
eksplisit. Tetapi, rumusan yang ada pada akhir Injil Yohanes sebenarnya
mengandaikan (akan) terjadinya karya pewartaan Injil. “Memang
masih banyak tanda mukjizat lain yang diperbuat Yesus di depan mata
murid-murid-Nya, yang tidak tertulis dalam kitab ini, tetapi hal-hal ini
telah ditulis, supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah,
dan supaya karena percaya, kamu memperoleh hidup dalam nama-
Nya” (Yoh. 20:30-31 Terjemahan Pribadi). Dengan dicatat atau ditulis
(Yun: graphein), kisah tentang Yesus menjadi terbekukan, terbukukan
dan terbakukan; dan dengan demikian tersedia bagi para pewarta yang
nantinya akan membawa kisah tersebut kepada setiap orang di setiap
zaman dan tempat.
Lalu bagaimana dengan Injil ketiga, yaitu Injil Lukas? Injil ini meru-
muskannya dengan agak berbeda. “Dalam nama-Nya berita tentang
pertobatan untuk pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala
bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamulah saksi-saksi dari semuanya
ini” (Luk. 24:47-48). Buku kedua Lukas, yaitu Kisah Para Rasul,
menyatakannya dengan cara yang agak berbeda, tetapi lebih terperinci.
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N
pada hari Pentakosta (Kis. 2:14-40) dan di Serambi Salomo (Kis. 3:11-26),
serta di hadapan Mahkamah Agama (Kis. 4:1-22) merupakan kesaksian
para rasul pertama di Yerusalem. Kemudian pecahlah penganiayaan atas
Jemaat. Penganiayaan ini memaksa orang Kristiani untuk keluar dari
Yerusalem. “Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap
Jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke
seluruh daerah Yudea dan Samaria” (Kis. 8:1b). Tetapi, penganiayaan
ini ternyata menjadi blessing in disguise, karena orang Kristiani tidak
sekedar melarikan diri dari Yerusalem, tetapi juga memberitakan Injil
di tempat mereka berada. “Mereka yang tersebar itu menjelajahi seluruh 7
negeri itu sambil memberitakan Injil” (Kis. 8:4).
Mulai dari sini gerak keluar untuk mewartakan Injil berjalan terus
semakin meluas, meninggalkan pusatnya, Yerusalem. Barnabas dan
Saulus sampai di Antiokhia (Kis. 11:19-30). Gerakan mereka kemudian
merambah ke beberapa provinsi Romawi di Asia Kecil (Kis. 13:1-14:28;
15:40-16:8). Dari sana para misionaris awal ini menyeberang ke tanah
Yunani, ke Makedonia dan Akhaya (16:9-19.22). Kis. mengakhiri narasi
misionarisnya dengan menceritakan kisah Paulus di Roma (Kis. 27:1-
28:31). Orang banyak menafsirkan bahwa Roma adalah “ujung bumi”. OK
lah...silahkan saja. Yang jelas, menurut Rm. 15:24,28 Paulus sebenarnya
masih ingin mengunjungi Spanyol.
Sang Eksekutor
Program menjadi saksi Kristus sampai ke ujung bumi seperti digariskan
oleh Kis. 1:8 membutuhkan pelaksana. Siapa yang akan berangkat ke
ujung bumi ini? Siapa orangnya? Ada beberapa orang yang tampil
sebagai pewarta Injil. Filipus, salah seorang dari tujuh diakon (lihat Kis.
6:5), membawa dan mewartakan Injil ke Samaria (Kis. 8:4-25). Kemudian
kita juga temukan nama Barnabas (Kis. 13:2) yang ditunjuk Allah untuk
menjadi pewarta Kabar Sukacita. Tetapi, di antara semua itu, ada tokoh
yang mengejutkan. Siapa yang menduga kalau sang pelaksana karya
misioner ini adalah seorang mantan “penganiaya Jemaat” (bdk. Flp. 3:6;
1Tim. 1:13) yang bernama Paulus atau Saulus.
Sulit dibayangkan bahwa seorang “yang nafasnya penuh ancaman dan
pembunuhan atas murid-murid Tuhan” (bdk. Kis. 9:1) ternyata kemudian
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N
keluar meninggalkan dunia Yahudi dan masuk dunia asing, mau tidak
mau mereka juga harus hidup menurut gaya dunia asing itu. Bisa diba-
yangkan bahwa soal makanan yang kosher menjadi persoalan tersendiri
bagi mereka. Dalam situasi seperti itu, suara dari surga pada ay. 15
memberikan pemecahan bagi persoalan makanan ini. Dengan demiki-
an, tidak ada lagi masalah bagi orang Kristiani Yahudi untuk bertemu
dan bergaul, atau makan bersama dengan orang-0rang non-Yahudi.
Dengan demikian satu dimensi dari ketegangan antara budaya Yahudi
dengan budaya asing terselesaikan. Dari pihak hukum dan tradisi 11
Yahudi kini tidak ada lagi keberatan untuk menerima orang asing. Satu
teks lagi yang juga mesti dipertimbangkan adalah Kis. 15:1-21 yang diberi
judul Sidang di Yerusalem. Pertemuan ini seringkali disebut juga konsili
pertama dalam Gereja. Dalam pertemuan ini, sekali lagi konflik budaya
menjadi pokok perdebatan.
Sampai saat itu kekristenan masih melekat kuat pada agama Yahudi
dengan segala macam tradisinya, termasuk Hukum Taurat. Di beberapa
tempat – terutama di bagian awal Kis. – kita melihat bagaimana para
rasul berkhotbah di Bait Suci. Tampaknya mereka masih berdoa di
Bait Suci walau kemudian mereka melanjutkan persekutuan mereka
(memecahkan roti) di rumah masing-masing. Oleh karena itu, ketika
orang non-Yahudi akan menjadi Kristiani, pertanyaan yang mendasar
adalah: apakah mereka juga masih harus menjalankan kewajiban-
kewajiban Hukum Taurat? Secara konkret pertanyaannya adalah: apakah
orang-orang non-Yahudi yang menjadi Kristiani harus juga menjalani
sunat dan mengikuti Hukum Musa? Inilah yang didiskusikan dalam
Konsili Yerusalem ini.
Kita bisa mendengar gema pertentangan itu dalam Kis. 15. Kita mendengar
ada kelompok yang mengatakan
“Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh
Musa, kamu tidak dapat diselamatkan” (Kis. 15:1)
Dengan penduduk yang mencapai dua per tiga dari enam miliar pendu-
duk dunia, Asia merupakan benua yang paling banyak dihuni. Asia juga
merupakan benua yang luar biasa luas, merentang dari Terusan Suez
yang memisahkan benua Asia dan Afrika sampai dengan Selat Bering,
Laut Jepang, dan Laut Cina Timur; dari Siberia sampai dengan Samudera
Hindia. Secara tradisional, Asia dibagi menjadi lima daerah:2 Asia Tengah
(misalnya, Tajikistan, Turkmekistan, Uzbekistan), Asia Timur (seperti
Cina, Jepang, Korea, Taiwan), Asia Selatan (India, Bangladesh, Pakistan,
Nepal, Srilangka), Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, Thailand,
Kambodia, Filipina, Laos, Vietnam), dan Asia Barat yang mencakup
negara-negara Timur Tengah. Dari paparan ini, bisa dibayangkan bahwa
Asia memang diwarnai oleh pluralisme. Ada pluralisme dalam bidang
linguistik, etnik, politik, kultural, dan tentu saja religius.
Tuhan kita Yesus Kristus lahir dan dibesarkan di benua Asia, di daerah
kecil di sebelah barat Asia. Dan sebenarnya, selain kekristenan, agama-
agama besar di dunia seperti misalnya, Yudaisme, Islam, dan Hindu,
14
2
Peter C. Phan, Christianities in Asia (Wiley-Blackwell, Chichester 2011) 2.
serta juga tradisi kerohanian lain, seperti, Buddha, Tao, Konghucu,
Shinto, dan yang lain lagi, juga lahir di Asia (bdk. Ecclesia in Asia 6).3
Ironi terbesar bagi kekristenan adalah bahwa meskipun kekristenan lahir
di Asia, ia kembali ke benua asalnya sebagai agama asing, atau bahkan
lebih buruk, agama dari mereka yang menjajah Asia, yang merupakan
benua tempat kelahiran kekristenan itu sendiri. Tidak mengherankan
kalau sampai sekarang ini, masih banyak orang Asia yang menganggap
kekristenan sebagai agama penjajah.
Dalam suasana yang sedemikian itu, bisa dibayangkan bahwa perutusan
mewartakan Kabar Sukacita mesti memperhitungkan banyak hal agar
bisa dilaksanakan dan menghasilkan buah. Justru karena menyadari
bahwa bagaimanapun tugas pewartaan ini merupakan suatu tugas,
yang sekarang ini mendesak untuk dijalankan, suatu keharusan dan
hal yang agung, para bapa uskup Asia secara khusus berkumpul untuk
membicarakan hal ini. Dalam Sidang Paripurna FABC I di Taipei, Taiwan
tanggal 27 April 1974 ditelurkan sebuah pernyataan sidang berjudul
“Pewartaan Injil di Asia Zaman Sekarang.” Tanpa harus menguraikan
panjang lebar pernyataan sidang FABC tersebut, dapatlah kita katakan
bahwa mempertimbangkan situasi Asia yang plural itu, karya pewartaan
injil harus diadakan dengan cara berdialog dengan situasi setempat.
Secara khusus ditegaskan bahwa pewartaan Injil di Asia mesti menempuh
dialog rangkap tiga atau triple dialogue, yaitu dialog dengan bangsa-
bangsa Asia, khususnya mereka yang miskin dan tersingkir; dialog
dengan budaya-budaya Asia (kontekstualisasi dan interkulturasi), dan
dialog dengan agama-agama lain (dialog antar-agama atau antar-iman).
Gereja Indonesia adalah bagian dari Gereja di Asia. Uniknya, kalau
kita memperhatikan Indonesia sebenarnya boleh dipandang sebagai
miniatur benua Asia. Sebagaimana benua Asia, Indonesia juga diwarnai
oleh kemajemukan. Kemajemukan dari segi budaya dan dari segi agama
– walaupun secara resmi Pemerintah Indonesia hanya menerima enam
agama menjadi ciri kehidupan Gereja di Indonesia. Tentang kemajemukan
ini, Pater John Prior dari STFK Ledalero melukiskan, “Politely ask to
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018
***
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018
17
2 13
Dialog Dengan Yang
Miskin Dan Tersingkir
(Matius 14:13-21)
roti, tetapi juga ‘menyumbang’ meskipun kecil dan tak berarti. Firman
Tuhan, “Bawalah kemari kepada-Ku!” mengandaikan ada sesuatu yang
dibawa, seberapapun adanya.
Yang mungkin lebih menarik untuk diperhatikan adalah ini. Coba simak
dengan seksama rumusan yang terdapat dalam ay. 19 dan bandingkan
dengan lukisan yang terdapat dalam kisah Perjamuan Malam Mat. 26:26.
Kita memperoleh hasil seperti ini:
“Setelah diambil-Nya lima roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah
ke langit dan mengucap syukur. Ia memecah-mecahkan roti itu dan 21
memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya mem-
berikannya kepada orang banyak” (Mat. 14:19)
***
“Orang-orang miskin selalu ada padamu.” Ini adalah kata-kata Yesus yang
direkam baik oleh Injil Sinoptik maupun Injil Yohanes (Mrk. 14:7; Mat. 26:11;
Yoh. 12:8). Ungkapan yang mirip juga terdapat dalam Perjanjian Lama, Ul.
15:11 “Sebab orang-orang miskin tidak hentinya akan ada di dalam negeri
itu.” Ungkapan ini kiranya tepat untuk Gereja Asia yang berada di tengah-
tengah bangsa-bangsa Asia, yang sebagian terbesarnya ialah massa kaum
22 miskin (FABC I no. 19). Dengan orang-orang seperti inilah Gereja mesti
hidup dan berdialog.
Dengan ungkapan “orang-orang miskin selalu ada padamu” Yesus kiranya
menerima adanya kelas miskin di dalam masyarakat. Ia tidak bermaksud
memperjuangkan sebuah masyarakat tanpa kelas, sama rata sama rasa.
Meskipun demikian, Ia juga tidak menginginkan bahwa mereka yang
miskin semakin lama akan semakin miskin, sampai segala miliknya,
termasuk hidupnya, habis sehabisnya. Institusi Tahun Sabat dan Tahun
Yobel yang dipaparkan dalam Im. 25 merupakan strategi yang ditawarkan
agar kelompok miskin dalam masyarakat Israel tidak hancur sama sekali,
tetapi selalu mempunyai pengharapan untuk bangkit kembali demi hidup
yang lebih baik. Tuhan Yesus dalam program kerja-Nya seperti terungkap
dalam Luk. 4:18-19 jelas mengatakan bahwa “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh
sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik (Yun:
euanggelisasthai = menginjili) kepada orang-orang miskin” (Luk. 4:18).
Hal yang mirip dikatakan ketika murid-murid Yohanes datang kepada-
Nya dan bertanya tentang identitas-Nya. Kepada mereka Yesus menjawab,
“Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu
dengar: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi
sembuh, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada
orang miskin diberitakan kabar baik” (Luk. 7:22). Kepada orang buta
diberikan penglihatan; orang lumpuh bisa berjalan; orang kusta ketahiran,
tetapi orang miskin? Tidak dikatakan bahwa orang miskin akan di-kaya-
kan atau dibuat kaya, tetapi kepada mereka akan diberitakan kabar baik.
Apa yang menjadi ‘kabar baik’ bagi orang miskin? Kalau kita melihat
gambaran hidup komunitas kristen perdana sebagaimana terdapat dalam
Kisah Para Rasul (Kis. 2:41-47; 32-35) secara jelas dilukiskan bahwa gaya
hidup saling berbagi merupakan cara sehingga “tidak ada seorang pun
yang berkekurangan di antara mereka” (Kis. 4:34).
Gereja, melalui Konsili Vatikan II, sudah menegaskan posisinya bahwa
“kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan orang-orang zaman
sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita, merupakan
kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus juga”
(GS 1). Di tempat lain, konsili menjelaskan apa yang dimaksud dengan
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018
24
3 18
Dialog Dengan Budaya
(Matius 1:18-25)
Teks yang akan direnungkan pada Minggu II ini sudah sangat terkenal,
bahkan di antara kita mungkin ada yang sudah hampir hafal luar kepala.
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018
Alkitab kita memberi judul Kelahiran Yesus Kristus, dan diberi catatan
bahwa teks paralelnya adalah Luk. 2:1-7. Tetapi, tentu saja kalau kita lihat,
kisahnya berbeda. Memang, sebagaimana kita semua sudah ketahui,
kita mempunyai dua versi kisah Masa Kanak-kanak Yesus (Infancy
Narrative), yaitu versi Injil Matius dan Injil Lukas. Teks ini serasa sudah
punya konteks tersendiri, sehingga mungkin agak aneh kalau teks ini
kita bicarakan dalam konteks yang lain. Tapi kita coba.
Bahwa seorang gadis bertunangan dengan seorang laki-laki sebenarnya
bukanlah yang terlalu istimewa. Sebelum pernikahan, amat wajar kalau
calon suami-istri memasuki tahap pertunangan. Itu sangat normal. Dalam 25
adat Yahudi, perkawinan terdiri dari dua tahap. Tahap yang pertama
adalah pertunangan. Tahap kedua adalah ketika mempelai wanita dibawa
ke tempat mempelai laki-laki kira-kira setahun kemudian. Pertunangan
atau tahap pertama dari perkawinan sudah diatur oleh hukum. Demikian
juga apa yang terjadi dengan Maria dan Yusuf. Kalau tidak terjadi apa-
apa, bisa dibayangkan bahwa setelah periode pertunangan akan ada
pesta pernikahan, dan seterusnya, dan seterusnya. Persoalannya adalah
bahwa kemudian penginjil memberikan informasi bahwa sang calon
mempelai wanita, yaitu Maria, ternyata sudah mengandung “sebelum
mereka hidup sebagai suami-istri” (ay. 18) artinya sebelum tahap kedua
terjadi. Ini mengubah situasi.
Kehamilan sebelum kedua calon mempelai ini hidup bersama bisa
dipandang sebagai skandal. Dalam hal ini, kehamilan Maria merupakan
sesuatu yang memalukan bagi Yusuf. Sebenarnya dalam tradisi religius
Israel yang tersimpan dalam Perjanjian Lama, orang Israel sudah terbiasa
dengan kisah-kisah kelahiran yang tidak biasa untuk menunjukkan
campur tangan Allah. Tokoh seperti Ishak, Samson, dan Samuel adalah
tokoh-tokoh yang lahir dari ibu yang mandul dan lanjut usia. Tetapi,
kelahiran dari seorang perawan merupakan sesuatu yang sebelumnya
sama sekali tidak diperhitungkan. Di sini kita bisa bertanya, kalau benar
kehamilan Maria ini merupakan kehendak Tuhan, lalu mengapa hal ini
mesti mengakibatkan ketidaknyamanan bagi Bapa Yusuf? Kalau hal ini
terjadi ketika Bunda Maria belum bertunangan, tentu dampaknya tidak
terlalu besar. Paling tidak hanya seorang saja yang dipermalukan.
Kehamilan Maria memang diberi keterangan “mengandung dari Roh
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N
menjadi ayah secara hukum dari bayi Yesus. Ini berarti menempatkan
Yesus dalam garis keturunan Daud. Dengan memberi nama kepada sang
bayi (“engkau akan menamakan Dia Yesus” – ay. 21), Yusuf menegaskan
secara publik bahwa bayi Yesus adalah anaknya. Dalam tradisi rabinik,
seorang yang menyatakan sebuah pengakuan: “Si-X ini adalah anak saya”,
maka pernyataan ini mesti dipercaya (mBaba Batra 8,6).
Malaikat kemudian melanjutkan dengan menyingkap latar belakang
peristiwa ini. “Hal itu terjadi supaya digenapi yang difirmankan Tuhan
melalui nabi” (ay. 22). Kelahiran Yesus dipandang sebagai pemenuhan
27
nubuat lama, yang pernah diucapkan oleh nabi Yesaya sekitar delapan
abad yang lalu. “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan
melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia
Imanuel” (Mat. 1:23). Di sini pembaca mungkin bertanya: lho, kok
“memanggil nama” lagi? Bukankah pada ayat sebelumnya dikatakan
bahwa Yusuf sebagai ayah menurut hukum sudah memberi nama sang
bayi kecil ini? Yang patut dicatat adalah bahwa di sini, subjek yang
memberi nama adalah mereka. Siapa yang dimaksud dengan mereka
ini? Tampaknya mereka di sini mewakili Jemaat Matius atau orang-
orang Kristiani, atau orang-orang yang percaya kepada Kristus. Dengan
demikian, Imanuel yang kemudian diberi penjelasan sebagai “Allah
menyertai kita”, kiranya lebih baik tidak diartikan sebagai nama diri,
tetapi semacam gelar Yesus. Bukankah nama diri sudah diberikan oleh
yang lebih berhak, yaitu Yusuf, ayahnya secara hukum?
Mereka yang pernah mempelajari Injil Matius mengetahui bahwa
gagasan Allah yang menyertai Jemaat-Nya adalah gagasan yang sentral.
Ada tiga ayat kunci dalam Injil Matius yang membangun struktur injil
pertama ini.
Dengan cara ini penginjil mau mewartakan siapakah Yesus ini. Dia adalah
Firman yang menjadi daging, Allah yang menyertai manusia sepanjang
segala masa. Juga ketika kita mewartakan Kabar Sukacita pada zaman
sekarang ini, Tuhan Yesus tetap menyertai kita.
***
Kekayaan budaya yang dikandung oleh tanah air kita, Indonesia ini
sungguh luar biasa mengagumkan. Di banyak tempat, sudah banyak
dipikirkan bagaimana kekayaan budaya ini sungguh-sungguh bisa
dimanfaatkan untuk penyebaran dan perkembangan iman umat.
Dengan demikian, masalah inkulturasi sudah menjadi bahan pemikiran
dan diskusi dengan melihatkan banyak pihak yang berkompeten. Tentu
saja mesti diakui bahwa di masing-masing tempat, perkembangan soal
inkulturasi ini juga melewati tahap-tahap yang berbeda. Di beberapa
tempat, masalah inkulturasi ini berada pada ranah liturgi: bagaimana
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N
1
David J. Bosch, Transforming Mission. Paradigm Shifts in Theology of Mission (Orbis
30 Book, New York 2011) 256.
2
Bosch, Transforming Mission, 385.
4
16
Dialog Dengan Agama
Lain (Kisah 17:16-34)
36
***
Dalam hal religius, Asia merupakan locus yang istimewa. Asia boleh
dibilang sebagai rahim agama-agama besar di dunia. Kekristenan sendiri
lahir di Asia, tetapi kemudian seiring dengan pergerakan misionaris-
misionaris pertama, kekristenan bergerak ke arah barat dan mendapatkan
Roma sebagai pusat. Baru setelah berabad-abad berlalu, kekristenan
kembali lagi ke Asia, dengan wajah yang tentu saja sudah berbeda.
Berkaitan dengan ini ada dua catatan yang patut dipertimbangkan saat
kita merenungkan karya pewartaan Injil di Asia.
Yang pertama, perjalanan misi ke Asia dalam banyak kasus terjadi dengan
membonceng kaum kolonial Eropa, seperti misalnya Spanyol, Portugal,
Inggris, dan Belanda. Akibatnya, kekristenan sendiri seringkali dicurigai
sebagai agama kaum penjajah. Kedua, negara-negara besar praktis sudah
dikuasai oleh beberapa agama besar, misalnya Hindu di India, Muslim
di Bangladesh, Indonesia, Malaysia, dan Pakistan; Buddha di Kambodia,
Hongkong, Laos, Mongolia, Myanmar, Singapura, Korea Selatan. Hanya
di Filipina kekristenan menjadi mayoritas. Situasi ini menjadi tantangan
khusus bagi Gereja dalam tugas perutusannya mewartakan Injil.
Fakta ini perlahan-lahan menyadarkan Gereja bahwa secara manusiawi
tidak masuk akal mengharapkan bahwa pernah seluruh bangsa dan
masyarakat di bumi akan masuk ke dalam Gereja. Rasanya Gereja akan
tetap menjadi “kawanan kecil” saja (Luk. 12:32). Kesadaran baru ini pelan-
pelan mengubah sikap Gereja Katolik terhadap agama-agama lain. Tidak
mungkin agama-agama itu – yang terbesar di antaranya adalah agama
Islam, Buddha, Hindu, dan Kongfutsu - dianggap sebagai semacam sisa
umat manusia yang belum kristiani.1
Dalam situasi seperti ini, dialog antar agama merupakan salah satu
alternatif niscaya yang tersedia. Orang tidak bisa hidup tanpa berdialog
dan kerja sama dengan orang lain. Tugas utama orang Kristiani adalah
mewartakan dan memberi kesaksian akan Kerajaan Allah, sebagaimana
dibuat oleh Yesus Kristus dalam karya publik-Nya, dan bukan pertama-
tama memperluas keanggotaan dan pengaruh melalui pembaptisan
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018
38
5 20
Dialog Dengan Gereja
Lain (Yohanes 17:20-26)
Bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-
orang, yang percaya kepada-Ku melalui pemberitaan mereka; 21supaya
mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam
Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya
dunia percaya bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. 22Aku telah
memberikan kepada mereka kemuliaan yang Engkau berikan kepada-
Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: 23Aku di
dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka menjadi satu
dengan sempurna, agar dunia tahu bahwa Engkau yang telah mengutus
Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau
mengasihi Aku. 24Bapa, Aku ingin supaya mereka, yang Bapa berikan
kepada-Ku, ada bersama-Ku di tempat Aku berada, supaya mereka
melihat keagungan-Ku; yaitu keagungan yang Bapa berikan kepada-Ku,
karena Bapa mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan. 25Bapa yang adil!
Dunia tidak mengenal Bapa, tetapi Aku mengenal Bapa; dan orang-orang
ini tahu bahwa Bapa mengutus Aku. 26Aku sudah menyatakan nama Bapa
kepada mereka; dan Aku akan terus berbuat begitu, supaya kasih Bapa
kepada-Ku tetap di dalam hati mereka dan Aku bersatu dengan mereka.”
Ada dua hal yang perlu diperhatikan di sini. Pertama, kesatuan para
murid Kristus ini mesti didasarkan pada kesatuan Bapa dan Putra, Bapa
“di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau” (ay. 21). Dan yang kedua,
kesatuan Bapa dan Putra ini dirumuskan dengan kata “di dalam”: Bapa
di dalam Putra, Putra di dalam Bapa. Menarik memperhatikan bahwa
dalam doa Yesus ini, rumusan seperti ini muncul cukup sering: Yesus
berdoa juga untuk orang-orang yang percaya kepada-Ku (ay. 21); Ia juga
memohon agar kasih yang diberikan kepada-Nya “ada di dalam mereka
dan Aku di dalam mereka” (ay. 26). Hubungan antara Bapa dengan
Yesus dan para murid dirumuskan demikian: Bapa di dalam Yesus (ay.
21.23), Yesus di dalam Bapa (ay. 21). Yesus di dalam para murid (ay. 23.26),
sementara para murid dikatakan berada di dalam Yesus dan di dalam Dia
dan Bapa (ay. 21).
Kesatuan Bapa-Putra yang dirumuskan dengan menggunakan ungkapan
yang unik, “di dalam”. Bapa di dalam Putra; Putra di dalam Bapa. Rumusan
semacam ini adalah rumusan khas Yohanes, walaupun sulit dipahami apa
yang sebenarnya mau dikatakan dengan rumusan tersebut. Salah satu
kemungkinan untuk memahami rumusan tersebut adalah demikian.
Dengan mengatakan “Bapa di dalam Putra” (atau sebaliknya) mau
ditunjukkan di satu pihak, kesatuan yang amat kuat antara keduanya,
tetapi di lain pihak, keduanya tetap berbeda. Mengatakan Bapa di dalam
Putra tidak sama dengan mengatakan Bapa adalah Putra, dan sebaliknya.
Dalam kesatuan erat ini, identitas masing-masing tidak lebur dan
menjadi sesuatu yang lain.
Lalu apa kandungan makna ungkapan “di dalam” (en) ini? Ungkapan
ini tampaknya mau menunjukkan unsur kedekatan antara pihak-pihak
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018
yang terlibat (Bapa di dalam Putra, Putra di dalam Bapa, Yesus di dalam
para murid, dsb). Dalam relasi ini, mereka berbagi hidup, kasih, dalam
kehendak, dalam kemuliaan, dan juga dalam kebahagiaan.
Dalam konteks ini, kesatuan para murid Kristus mesti bercermin pada
kesatuan atau relasi “tinggal di dalam” yang dihidupi oleh Bapa dan
Putra. Dengan kata lain, kesatuan para murid Kristus sebenarnya tetap
mau mempertahankan, di satu pihak, kesatuan atau kedekatan mereka,
tetapi di lain pihak, juga identitas masing-masing yang khas. Kesatuan
para murid Kristus, sebagai mana juga kesatuan Bapa dan Putra, tidak 43
menuntut kesatuan di mana identitas dan kekhasan masing-masing
lenyap melebur menjadi satu.
Sampai saat ini kita bicara tentang “tinggal di dalam”. Tetapi, silakan
diperhatikan bahwa “tinggal di dalam” ini hanya terjadi antara Bapa dan
Putra di satu pihak, dengan para pengikut Yesus di lain pihak. Artinya,
dalam bagian ini, tidak pernah dikatakan bahwa murid yang satu tinggal
di dalam murid yang lain. Meskipun sebenarnya bisa diandaikan bahwa
jika para murid tinggal di dalam Bapa atau Putra, maka di antara mereka
pun, sebenarnya terjalin sebuah kesatuan. Bapa dan Putra menjadi titik
yang mempersatukan mereka semua. Tetapi, kita tahu bahwa dalam doa
ini, tidak dikatakan secara eksplisit bahwa murid yang satu tinggal di
dalam murid yang lain.
Satu poin lain perlu juga mendapat perhatian. Dalam dua pengharapan
agar mereka menjadi satu, Yesus menyatakan bahwa tujuannya adalah
“supaya dunia percaya” bahwa Bapa lah yang telah mengutus Diri-Nya (ay.
21 dan 23). Dengan demikian, kesatuan para murid Kristus sebenarnya
mempunyai dimensi lain, yaitu dimensi kemartiran, yaitu memberikan
kesaksian bagi dunia. Lalu, kesaksian apa? Dunia mesti tahu bahwa
Allah telah mengutus Yesus dan Allah mengasihi para pengikut Yesus
sebagaimana Ia mengasihi Yesus. Itu berarti bahwa di dalam komunitas
para murid Kristus terungkap kuasa yang lebih besar, yaitu kuasa
Allah sendiri. Komunitas murid Kristus tidak tiba-tiba muncul dengan
kekuatannya sendiri.
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N
***
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N
46
MEWARTAKAN
KABAR GEMBIRA
DALAM KEMAJEMUKAN
GAGASAN POKOK
Gereja Katolik hadir dan tinggal bersama-sama dengan realitas konkret
hidup keseharian manusia. Gereja Asia sendiri telah menandaskan bahwa
Gereja hadir dalam tiga realitas yang harus dijumpai dalam kehidupan yaitu
realitas kemajemukan bersama dengan agama-agama lain, realitas budaya
yang beragam dan realitas hidup bersama dengan masyarakat miskin. Fokus
kita pada pertemuan pertama ini hendak merefleksikan sabda Tuhan yang
berbicara mengenai orang-orang miskin dan tersingkir.
Kehadiran Yesus ke dunia membawa suatu perutusan dari Allah Bapa untuk
menjadi tanda rahmat keselamatan bagi banyak orang. Tanda keselamatan
itu diwujudkan dalam sabda pengajaran serta tindakan-tindakan-Nya yang
merengkuh orang untuk mengalami keselamatan dari Allah. Lukas mencatat:
“Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018
PEMBUKA
Nyanyian Pembuka
“Yang Kauperbuat bagi Saudara-Ku” (PS 702)
Pengantar
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N
Doa Pembuka
P Marilah kita berdoa: Ya Allah Bapa Mahakasih, kami bersyukur
50
atas sabda-sabda-Mu yang Engkau wariskan kepada kami. Melalui
Sabda-Mu yang tertulis dalam Kitab Suci, kami menyadari
kehadiran-Mu yang menuntun langkah laku kehidupan kami.
Teguhkanlah semangat kami agar semakin mengenal kehendak-
Mu dalam nilai-nilai Injili, yang juga harus kami wartakan kepada
sesama dan dunia dewasa ini. Perjumpaan-Mu dengan orang-orang
miskin dan sederhana menggerakkan kami pula untuk terlibat dan
menyapa saudara-saudari kami yang berkekurangan baik dalam kata
dan perbuatan yang nyata. Bantulah kami agar selalu rela berbagi
kasih kepada sesama kami yang miskin dan tersingkir tanpa harus
membedakan keberagaman di antara kami, karena kami sama-sama
makhluk ciptaan-Mu. Demi Yesus Kristus Putra-Mu, Tuhan dan
Pengantara kami kini dan sepanjang segala masa.
U Amin.
ILUSTRASI
pembicaraan:
1. Di sekitar kita ada banyak orang yang miskin dan tersingkir. Kita
dipanggil dan diutus untuk membantu mereka.
2. Gotong-royong sebagai nilai bangsa sangat diperlukan dalam
membantu orang yang miskin dan tersingkir di sekitar kita.
Pertanyaan Pendalaman
1. Apa reaksi yang muncul dari dalam pribadi Yesus ketika melihat
banyak pengikut-Nya belum makan?
2. Apa yang dilakukan oleh Yesus? Apa yang dilakukan oleh para murid?
3. Hikmat apa yang dapat kita petik dari kisah Yesus memberi makan
lima ribu orang?
Doa Permohonan
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N
Peserta lalu diajak untuk menyampaikan doa-doa sebagai tanggapan atas Sabda
Tuhan yang telah direnungkan bersama dan penegasan atas niat dan komitmen
yang sudah diungkapkan. Doa-doa ini diakhiri dengan doa Bapa Kami.
Usulan tema/pokok doa:
1. Kerelaan berbagi.
2. Semangat pelayanan bagi kaum miskin dan tersingkir.
3. Peka pada kebutuhan sesama.
4. Kerendahan hati untuk menerima bantuan dari orang lain.
PENUTUP
Doa Penutup
P Marilah kita berdoa: Allah Bapa yang Mahabaik, puji syukur kami
54 haturkan ke hadirat-Mu. Kami telah merenungkan kisah Yesus yang
memberi makan lima ribu orang. Melalui sabda-Mu kami sebagai
murid-murid-Mu diundang dan ditantang untuk mewujudkan
pelayanan murah hati dengan sikap belas kasih yang selalu siap
berkorban dan berbagi. Syukur bagi kemuliaan-Mu, ya Bapa, atas
kelimpahan berkat dan rejeki yang kami terima setiap hari. Penuhilah
kami dengan kemurahan hati-Mu sendiri agar kami juga murah
hati terhadap sesama terutama kepada mereka yang miskin dan
berkekurangan. Semuanya ini kami mohon kepada-Mu demi Yesus
Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami, yang hidup dan berkuasa kini
dan sepanjang masa.
U Amin.
Berkat
Lagu Penutup
“Lima Roti dan Dua Ikan”
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018
55
2
TUJUAN
Mewartakan Kabar
Gembira Di Tengah
Kemajemukan Budaya
(Matius 1:18-25)
GAGASAN POKOK
Masyarakat kita adalah masyarakat majemuk dalam budaya. Perbedaan
budaya, menimbulkan perbedaan dalam pola pikir, pola pandang, cita rasa,
sikap dan perilakunya. Juga pastilah berpengaruh pada kebersamaan hidup
bermasyarakat.
Kenyataan adanya kemajemukan budaya dalam masyarakat, menjadi
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N
PEMBUKA
Nyanyian Pembuka:
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018
Doa Pembuka
P Marilah kita berdoa: Allah Bapa kami yang penuh kasih. Layak dan
pantas jika saat ini kami bersyukur kepada-Mu. Kami bersyukur atas
karunia hidup di bumi Nusantara Indonesia. Kami juga bersyukur
karena Kau-karuniai Indonesia dengan aneka suku, agama, ras, dan
budaya. Semua karunia-Mu ini memperkaya kehidupan kami sebagai
warga negara. Kenyataan kebhinekaan nusantara ini mengajak kami
sebagai Gereja, untuk menemukan bentuk pewartaan Kabar Gembira
sesuai dengan konteks tempat dan waktu kehidupan kami. Kiranya
Roh Kudus yang menggerakkan para pendahulu kami dalam mewu-
judnyatakan nilai-nilai Injili di tengah konteks kemajemukan budaya
Nusantara, memampukan kami untuk juga mengikuti gerakan-Nya.
Sehingga pertemuan BKSN ini meneguhkan, mengilhami, atau meng-
koreksi gerak langkah pewartaan Kabar Gembira di tengah kemajemu-
kan budaya zaman ini. Dengan perantaraan Kristus Tuhan kami.
58 U Amin.
ILUSTRASI
18
Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria,
ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari
Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami istri. 19Karena Yusuf
suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama
istrinya di depan umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-
diam. 20Tetapi, ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat
Tuhan tampak kepadanya dalam mimpi dan berkata, “Yusuf, anak
Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab
anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. 21Ia akan
melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus,
karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa
mereka.” 22Hal itu terjadi supaya digenapi yang difirmankan Tuhan
melalui nabi: 23”Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan
melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia
Imanuel.” (Yang berarti: Allah menyertai kita.) 24Sesudah bangun dari
tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan
itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai istrinya, 25tetapi tidak
bersetubuh dengannya sampai Maria melahirkan anaknya laki-laki dan
60 Yusuf menamakan Dia Yesus.
Pertanyaan Pendalaman
1. Prinsip apakah yang dapat dipetik dari Mat. 1:18-25 untuk pewartaan
Kabar Gembira?
2. Apa yang dapat dibuat untuk mewujudnyatakan prinsip itu?
Doa Permohonan
Peserta diajak menyampaikan doa spontan sebagai tanggapan atas hasil
pembahasan bersama dan diakhiri dengan doa Bapa Kami.
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018
61
PENUTUP
Doa Penutup
P Marilah kita berdoa: Ya Allah Yang Mahakasih. Sejak kekal Engkau
mengasihi kami. Lewat beraneka cara Engkau berbicara kepada
kami. Namun, pada zaman akhir ini, Engkau bicara lewat Yesus
Kristus Tuhan kami. Karena kasih-Mu semata, Engkau masuk ke
dalam kehidupan manusia, menjadi manusia dalam segalanya,
kecuali dalam hal dosa. Peristiwa inkarnasi, peristiwa Allah menjadi
manusia, merupakan dasar bagi kami untuk melanjutkan inkarnasi-
Mu dalam setiap unsur kebudayaan kami. Semoga gerakan inkarnatif
yang mau kami lakukan sungguh menjadi tanda dan sarana
inkarnasi-Mu dalam kebudayaan zaman ini, sehingga kami semakin
mengalami Imanuel, Allah beserta kami, Allah penyelamat kami.
U Amin.
Berkat
Lagu Penutup
“Semua Kembang Bernyanyi” (PS 703)
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N
62
3
TUJUAN
Dialog Dengan Agama
Lain (Kisah 17:16-34)
GAGASAN POKOK
Pada masa sekarang ini, Gereja Katolik di Indonesia dihadapkan pada
sensitivitas kehidupan beragama yang tidak jarang menimbulkan gesekan
yang berujung tindakan anarkhis dari kelompok agama lain. Berbagai dalih
dijadikan alasan untuk menghambat gerakan Gereja. Karya-karya khas
Gereja seperti rumah sakit, sekolah, kegiatan-kegiatan karitatif tidak jarang
dicurigai sebagai upaya Kristenisasi. Selain itu, stigmatisasi kafir masih sering
dengan sengaja dihembuskan guna menebar kebencian. Bahkan, intimidasi
bagi mereka yang berkehendak untuk menjadi Katolik tak jarang terjadi. Yang
lebih menyedihkan adalah adanya pembubaran paksa kegiatan peribadatan
yang menunjukkan arogansi tak terkendali sekelompok orang dengan dalih
mengganggu ketertiban umum. Dalam situasi seperti ini kita sebagai orang
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018
PEMBUKA
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N
Lagu Pembuka
“Kamulah Terang Dunia” (PS 694)
Pengantar
P Saudara-saudari, pada pertemuan pekan lalu kita sudah membahas
tema Dialog dengan Kemiskinan dan Dialog dengan Budaya yang
64 mengandung kekayaan makna dalam kehidupan bersama. Sekarang
kita akan membahas salah satu pilar penting Gereja Katolik di Asia,
lebih-lebih dalam konteks masyarakat Indonesia yang majemuk dari
sisi agama.
Tema ini perlu kita tempatkan dalam konteks kita sebagai warga
Gereja Katolik yang mengemban amanat Tuhan untuk mewartakan
Injil kepada segala makhluk sampai ke ujung bumi. Namun, realitas
yang kita hadapi menunjukkan adanya upaya-upaya pihak lain
yang membatasi karya perutusan Gereja. Bahkan, kita dihadapkan
pada tantangan konkret di mana tidak jarang karya-karya yang kita
lakukan dicurigai, dihambat, dilarang bahkan berujung anarkhis.
Namun, hal ini tidak berarti tugas kita untuk mewartakan Injil
dengan sendirinya berhenti. Kita perlu mencari cara-cara kreatif
agar Kabar Gembira Kristus dirasakan oleh semakin banyak orang.
Hal ini harus dilakukan dengan tetap mempertimbangkan cara-
cara yang jitu dan berdaya guna sehingga tidak menimbulkan
kesulitan/konflik dalam tataran yang paling konkret. Mari kita
awali pendalaman Kitab Suci ini dengan menimba inspirasi dari
Santo Paulus bagaimana mewartakan Injil di antara kelompok
beragama lain. Semoga buahnya bisa mengembangkan pewartaan
kita.
Doa Pembuka
P Marilah kita berdoa: Allah Bapa yang Mahabaik, kami bersyukur
karena kami mengalami kekayaan iman dengan hadirnya keragaman
agama dan keyakinan di sekitar kami. Namun, masih sangat
sering terjadi gesekan antar-penganut agama dan keyakinan itu.
Tidak jarang terjadi tindakan anarkhis yang menciderai persatuan
kami. Bantulah kami menemukan cara-cara yang Kaupandang
layak untuk kami perjuangkan dalam kehidupan bersama kami.
Semoga perbedaan agama dan keyakinan justru memperkaya
kami dan menantang kami untuk menghayati iman kami lebih
baik seturut kehendak-Mu. Singkirkanlah aneka perpecahan dari
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018
65
ILUSTRASI
“Surat kepada Sahabat”
16
Sementara Paulus menantikan mereka di Atena, sangat sedih hatinya
karena ia melihat bahwa kota itu penuh dengan patung-patung berhala.
17
Karena itu di rumah ibadat ia bertukar pikiran dengan orang-orang
Yahudi dan orang-orang yang takut akan Allah, dan di pasar setiap hari
dengan orang-orang yang dijumpainya di situ. 18Juga beberapa ahli pikir
dari golongan Epikuros dan Stoa berdebat dengan dia dan ada yang
berkata, “Apa yang hendak dikatakan si pembual ini?” Tetapi, yang lain
berkata, “Rupa-rupanya ia pemberita ajaran dewa-dewa asing.” Sebab ia
memberitakan Injil tentang Yesus dan kebangkitan-Nya. 19Lalu mereka
membawanya menghadap sidang Areopagus dan mengatakan, “Bolehkah 67
kami tahu ajaran baru mana yang kauajarkan ini? 20Sebab engkau
memperdengarkan kepada kami hal-hal yang asing. Karena itu kami
ingin tahu apa artinya semua itu.” 21Adapun semua orang Atena dan orang
asing yang tinggal di situ tidak mempunyai waktu untuk sesuatu selain
untuk mengatakan atau mendengar segala sesuatu yang baru. 22Paulus
berdiri di hadapan sidang Areopagus dan berkata, “Hai orang-orang
Atena, aku lihat bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah kepada
dewa-dewa. 23Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat
barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan
tulisan: Kepada Allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa
mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu. 24Allah yang telah
menjadikan bumi dan segala isinya, Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan
bumi, tidak tinggal dalam kuil-kuil buatan tangan manusia, 25dan juga
tidak dilayani oleh tangan manusia, seolah-olah Ia kekurangan apa-apa,
karena Dialah yang memberikan hidup dan napas dan segala sesuatu
kepada semua orang. 26Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua
bangsa dan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi dan Ia
telah menentukan musim-musim bagi mereka dan batas-batas kediaman
mereka, 27supaya mereka mencari Allah dan mudah-mudahan mencari-
cari dan menemukan Dia, walaupun Ia tidak jauh dari kita masing-
masing. 28Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada, seperti
yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujanggamu: Sebab kita ini
keturunan-Nya juga. 29Karena kita berasal dari keturunan Allah, kita tidak
boleh berpikir bahwa keadaan ilahi serupa dengan emas atau perak atau
batu, ciptaan kesenian dan keahlian manusia. 30Tanpa memandang lagi
zaman kebodohan, sekarang Allah memerintahkan semua orang di mana
saja untuk bertobat. 31Karena Ia telah menetapkan suatu hari ketika Ia
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N
dengan adil akan menghakimi dunia oleh seorang yang telah ditentukan-
Nya, sesudah Ia memberikan kepada semua orang suatu jaminan tentang
hal itu dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati.” 32Ketika
mereka mendengar tentang kebangkitan orang mati, maka ada yang
mengejek, dan yang lain berkata, “Lain kali saja kami mendengar engkau
berbicara tentang hal itu.” 33Lalu Paulus meninggalkan mereka. 34Tetapi,
beberapa orang menggabungkan diri dengan dia dan menjadi percaya,
di antaranya juga Dionisius, anggota majelis Areopagus, dan seorang
perempuan bernama Damaris, dan juga orang-orang lain bersama-sama
dengan mereka.
Doa Permohonan
Peserta diajak untuk menyampaikan doa-doa sebagai tanggapan atas sabda
Tuhan yang telah direnungkan bersama. Doa-doa ini diakhiri dengan doa
Bapa Kami.
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018
69
PENUTUP
Doa Penutup
P Marilah berdoa: Bapa Maha Pengasih, Engkau sungguh mengasihi
setiap manusia. Dengan akal budi dan kelembutan hati, tiap-
tiap orang Kautuntun untuk mengalami kehadiran-Mu. Semoga
perbedaan agama dan keyakinan tidak menjadi penyebab perpisah-
an di antara umat manusia, tetapi persatukanlah dalam perbedaan
yang saling memperkaya penghayatan iman kami. Jauhkanlah dari
hati kami perasaan iri dengki yang menjadi sumber perpecahan.
Peliharalah kami dalam rahmat-Mu. Semoga kami giat mengupayakan
persatuan dan kerukunan dalam kehidupan bersama. Mampukanlah
kami menghargai secara tulus aneka perbedaan keyakinan. Semoga
seturut teladan santo Paulus, kami menjadi semakin kreatif
mewartakan Injil di tengah masyarakat. Bantulah kami menemukan
cara-cara yang baik dan berguna untuk mengembangkan karya-
karya kami dalam kehidupan nyata. Demi Kristus, pengantara kami.
U Amin.
Berkat
Lagu Penutup
“Kau Dipanggil Tuhan” (PS 683)
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N
70
4
TUJUAN
Dialog Dengan Gereja
Lain (Yohanes 17:20-26)
GAGASAN POKOK
Kalau orang sempat mengunjungi Gereja Makam Suci (Church of the Holy
Sepulcher) di Yerusalem akan terasakan sesuatu yang amat ironis. Sejak
tahun 1862, Gereja Makam Suci “dibagi” untuk enam denominasi Kristen:
Gereja Ortodoks Yunani, Gereja Armenia, Gereja Katolik Roma, Gereja Koptik,
Gereja Etiopia, dan Gereja Ortodoks Siria. Konsili Vatikan II dengan tegas
menggambarkan situasi di sana sebagai perpecahan yang “terang-terangan
berlawanan dengan kehendak Kristus, dan menjadi batu sandungan bagi
dunia, serta merugikan perutusan suci, yakni mewartakan Injil kepada semua
makhluk” (UR 1).
Dekrit tentang ekumenisme dibuka dengan kalimat “Mendukung pemulihan
kesatuan antara segenap umat Kristiani merupakan salah satu maksud
utama Konsili Ekumenis Vatikan II” (UR 1). Dengan demikian menjadi jelas
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018
PEMBUKA
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N
Lagu Pembuka
Pengantar
P Saudara-saudari, pada pertemuan pekan lalu kita sudah membahas
tema Dialog dengan Kemiskinan, Dialog dengan Budaya, dan Dialog
dengan Agama Lain. Dalam pertemuan IV ini kita akan membahas
tentang Dialog dengan Gereja Lain. Dalam konteks Gereja Indonesia,
Gereja Katolik tumbuh berkembang bersama dengan Gereja Lain.
Tidak dipungkiri, situasi ini tidak jarang menimbulkan tegangan yang
dapat memicu perpecahan. Karena itulah Kabar Sukacita juga mesti
diwartakan dalam pluralitas Gereja-gereja. Hal ini selaras dengan
cita-cita Konsili Vatikan II yang dinyatakan dalam dekrit tentang
ekumenisme (Unitatis Redintegratio - 1964), yaitu “mendukung
pemulihan kesatuan antara segenap umat Kristiani” (UR 1). Di dalam
pertemuan ini kita diajak untuk menemukan hal-hal konkret yang
bisa dikerjakan bersama dengan saudara-saudara dari Gereja lain
supaya bisa terbangun bonum commune atau kebaikan bersama.
Kita akan bersama-sama menimba inspirasi dari Doa Yesus (Yoh.
17:20-26).
Doa Pembuka
P Marilah kita berdoa: Ya Allah, Bapa Yang Mahakudus, Putra-Mu
Yesus Kristus sebelum wafat di salib telah berdoa bagi kami agar
Gereja-Mu berkembang hingga ke ujung bumi dan Ia berjanji akan
menyertai Gereja sampai akhir nanti. Kami mohon pertolongan-Mu
agar kami mampu memelihara Gereja-Mu yang majemuk dalam
semangat persatuan dan persaudaraan. Demi Yesus Kristus, Tuhan
dan Pengantara kami, yang hidup dan bertakhta bersama Dikau
dalam persekutuan dengan Roh Kudus, kini dan sepanjang segala
masa.
U Amin.
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018
ILUSTRASI
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Ibadah Pekan Doa Sedunia yang digelar di
Gereja St. Franciscus Xaverius Yogyakarta pada Rabu malam (24/1/2018)
membawa beberapa pesan persatuan untuk umat kristiani. Acara yang
digelar tiap tahun ini telah memasuki tahun ke-4 pada 2018, dengan cita-
cita yang sama setiap tahunnya, ibadah membawa beberapa isu penting
yang terjadi setahun terakhir.
73
Tidak hanya tentang persatuan umat Kristiani, isu kelaparan yang terjadi
di Asmat, Papua juga menjadi hal yang disoroti dalam ibadah kali ini.
“Ada tiga isu yang kita bawa dalam Ibadah malam ini, yaitu isu intoleransi,
kelaparan dan konflik yang terjadi di muka bumi,” ujar Sekretaris Panitia,
Paulus Kristanto. Bahkan, para panitia juga mengaku akan menggelar
aksi guna memberikan beberapa bantuan di Asmat, Papua agar dapat
membantu saudara yang dilanda kelaparan.
Dengan membawa pesan damai, acara indah malam ini ingin menunjuk-
kan bahwa umat kristiani ingin bersatu untuk saling meringankan beban
yang dialami orang lain.
(Sumber:http://jogja.tribunnews.com/2018/01/24/ibadah-pekan-doa-sedunia-
membawa-isu-intoleransi-hingga-kelaparan; diakses 15 Februari 2018.)
Bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-
20
Doa Permohonan
Peserta lalu diajak untuk menyampaikan doa-doa sebagai tanggapan atas
Sabda Tuhan yang telah direnungkan bersama dan penegasan atas niat dan
komitmen yang sudah diungkapkan. Doa-doa ini diakhiri dengan doa Bapa
Kami. Usulan tema/pokok doa:
1. Syukur atas kerukunan umat Kristiani.
2. Keterlibatan dalam kegiatan ekumene.
PENUTUP
Doa Penutup
P Marilah kita berdoa: Ya Allah Tritunggal Mahakudus, kami bersyukur
atas penyelenggaraan dan penyertaan-Mu di dalam setiap usaha kami
mewartakan Kabar Sukacita-Mu. Kami mohon, pimpinlah kami
senantiasa agar mampu mengusahakan dan menjaga kerukunan
bersama dengan saudara-saudari kami dari Gereja lain. Bantulah
kami agar dapat menjadi anak-anak-Mu yang berkenan di hadirat-
Mu dan senantiasa bekerjasama membangun kehidupan bersama
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N
yang lebih baik. Demi Yesus Kristus, Tuhan dan Juru Selamat kami.
U Amin.
Berkat
Lagu Penutup
“Alangkah Bahagianya” (PS 619)
76
MEWARTAKAN
KABAR GEMBIRA
DALAM KEMAJEMUKAN
1. MINGGU I: Dialog dengan Yang Miskin dan Tersingkir (Mat. 14: 13-21)
2. MINGGU II: Mewartakan Kabar Gembira di Tengah Kemajemukan
Budaya (Mat. 1: 18-25)
3. MINGGU III: Dialog dengan Agama Lain (Kis. 17: 16-34)
4. MINGGU IV: Dialog dengan Gereja Lain (Yoh. 17: 20-26)
Bahan pertemuan BKSN 2018 ini disusun kita dapat menemukan
kehendak Allah dalam situasi yang kita hadapi sekarang ini. Dengan
cara demikian, kaum muda juga dapat memahami bagaimana harus
mengambil bagian dalam tugas memberitakan kabar gembira kepada
sesama.
78
1 Dialog Dengan Yang
Miskin Dan Tersingkir
(Matius 14:13-21)
Lagu Pembuka
79
Tanda Salib-Salam
P Demi nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus
U Amin.
P Tuhan sertamu
U Dan sertamu juga.
Pengantar
P Rekan-rekan muda yang terkasih, dalam Bulan Kitab Suci Nasional
tahun ini, kita diajak untuk menjadi pewarta. Kaum muda itu bukan
sekadar golongan yang hanya mau enak dan bersenang-senang.
Dalam masa muda yang serba ceria, kita dipanggil untuk mewartakan
Injil melalui hidup kita: lewat segala tingkah laku kita. Mewartakan
Injil tak terbatas hanya melalui kotbah dan segala bentuk tata-
peribadatan. Kehadiran kita di masyarakat juga hendaklah menjadi
bentuk kesaksian nyata. Itulah artinya kalau kita mewartakan Injil.
Karena kita ini ada di Indonesia, pewartaan kita tak pernah lepas dari
keadaan nyata di sekeliling. Pewartaan mesti memiliki aspek dialog.
Dialog artinya ada relasi timbal-balik yang nyata. Untuk kita dalam
konteks masyarakat Indonesia, ada empat pihak yang mesti menjadi
rekan dialog: kemiskinan, aneka ragam budaya, perbedaan agama,
dan kemajemukan Gereja-gereja Kristiani. Satu per satu kita akan
membahas keempatnya selama BKSN kali ini.
Rekan-rekan muda sekalian, di banyak tempat kita temukan bentuk-
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N
Doa Pembuka
P Ya Bapa, utuslah Roh Kudus memenuhi hati umat-Mu dan
menyalakan di dalamnya api cinta-Mu. Utuslah Roh-Mu maka
80
semuanya akan diciptakan kembali.
U Dan Engkau akan membaharui muka bumi.
P Marilah kita berdoa. Ya Allah, Engkau telah mengajar hati umat-
Mu dengan penerangan Roh Kudus. Berilah supaya berkat Roh yang
kudus ini kami senantiasa berpikir benar, bertindak bijaksana, serta
selalu bergembira karena penghiburan-Nya, demi Kristus, Tuhan
kami.
U Amin.
Penjelasan
Pemimpin Ibadat membacakan sejumlah catatan untuk membantu pema-
haman atas bacaan yang baru saja dibacakan.
1. Kisah mukjizat pergandaan roti adalah satu-satunya kisah mukjizat yang
terdapat dalam keempat Injil (Mrk. 6:32-44; Luk. 9:10-17; Yoh. 6:1-15).
2. Setelah ada dua ayat pendahuluan yang berkisah tentang penyembuh-
an, mulailah Yesus berdialog dengan para murid yang gelisah karena
khawatir bahwa banyak orang itu akan kelaparan. Jawaban Yesus lugas
81
dan tegas: “Kamu harus memberi mereka makan.”
3. Sembari masih ragu, para murid mulai bertindak dengan memberikan
apa yang senyatanya mereka punyai. Tindakan sederhana itu berbuah:
mukjizat terjadi sedemikian sehingga “mereka semuanya makan
sampai kenyang” dan “potongan-potongan roti yang lebih sebanyak
dua belas bakul.”
4. Bunda Gereja yang kudus mengajarkan bahwa barang-barang lahiriah
yang kita gunakan dan kita miliki itu memiliki dimensi sosial, yaitu
untuk membantu mereka yang berkekurangan. Bahkan, dengan
cara yang provokatif, disebutkan bahwa mereka yang menghadapi
kebutuhan darurat berhak mengambil dari kekayaan orang-orang lain
apa yang memang sungguh-sungguh mereka butuhkan untuk hidup
(bdk. GS 69).
5. Kita sebagai kaum muda diajak untuk terlibat pula dalam berbagai
upaya untuk membantu mereka yang amat membutuhkan. Sebagai
orang Katolik, kita semestinya siap mengulurkan tangan untuk
membantu mereka yang berkekurangan.
Sharing
1. Bentuk-bentuk kemiskinan apa yang saat ini ada di sekitar saya?
2. Apakah saya pernah membantu mereka yang berkekurangan,
terutama bila itu menyangkut hal-hal dasar yang diperlukan untuk
hidup? Sekurang-kurangnya, pernahkah saya berdoa untuk mereka?
3. Apa yang bisa saya buat di hari-hari mendatang untuk membantu
mereka?
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N
Kesimpulan
1. Persoalan kemiskinan tak boleh membuat kita menyerah dan
berpangku-tangan. Tindakan sekecil apa pun bisa berdampak luar-
biasa seperti halnya yang dilakukan oleh para murid Yesus.
2. Bunda Gereja yang kudus melanjutkan karya Yesus dengan
menyebutkan secara eksplisit kewajiban untuk membantu mereka
yang berkekurangan.
3. Mari kita mulai berbuat sesuatu tanpa harus menunggu kita
berkelimpahan.
Doa Penutup
Antifon:
Tuhan akan menudungi engkau dengan kepak-Nya, engkau tak usah takut
82 akan bahaya di waktu malam.
Mazmur 90 (91)
Bisa didoakan bergantian antara pemimpin dan umat, atau bisa juga umat
diatur menjadi dua bagian dan mendaraskan bergantian.
Hendaklah orang yang berlindung pada Allah yang mahatinggi,*
menikmati malam yang aman dalam naungan Tuhan.
Hendaklah ia berdoa: “Ya Tuhan, Engkaulah pelindung dan pengungsianku,*
ya Allah, padaMulah aku percaya”
Hanya Tuhanlah yang akan melepaskan dikau dari perangkap,*
melindungi engkau terhadap wabah yang berkecamuk
Ia akan menudungi engkau dengan kepak-Nya,+
dan di bawah sayap-Nya engkau akan berlindung,*
lengan-Nya akan menjadi perisai dan jebang bagimu.
Engkau tak usah takut akan bahaya di waktu malam,*
akan panah yang mengancam di waktu siang;
Akan wabah yang menular dalam kegelapan,*
akan bencana yang mengamuk di siang hari.
Walaupun seribu orang rebah di sebelah kirimu,+
dan sepuluh ribu di sebelah kananmu,*
namun engkau takkan kejangkitan.
Engkau akan menyaksikan kehancuran musuh,*
dan pembalasan terhadap orang-orang jahat.
Jika engkau memilih Tuhan menjadi pelindungmu,*
dan Allah mahatinggi menjadi penopangmu;
Maka engkau takkan ditimpa malapetaka,*
dan kemahmu takkan diserang wabah;
Sebab Allah akan mengutus malaikat-Nya,*
untuk menjaga engkau ke mana pun engkau pergi.
Mereka akan menatang engkau dengan tangan mereka,*
jangan sampai kakimu tersandung pada batu.
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018
Bapa Kami
Berkat
P Tuhan beserta kita
U Sekarang dan selama-lamanya
P Semoga saudara sekalian senantiasa dilindungi dan dinaungi oleh
berkat Allah yang mahakuasa, Bapa, Putra, dan Roh Kudus.
U Amin.
Lagu Penutup
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018
85
2
Lagu Pembuka
Dialog Dengan Budaya
(Matius 1:18-25)
Tanda Salib-Salam-Doa
P Demi nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus
U Amin.
86 P Tuhan sertamu
U dan sertamu juga.
Pengantar
P Rekan-rekan muda terkasih, pekan lalu kita telah merenungkan
bahwa berdialog dengan kemiskinan itu artinya berani mengulurkan
tangan untuk menjawab apa yang menjadi kebutuhan mereka.
Dalam pertemuan pekan ini, kita hendak merenungkan budaya kita
sendiri. Kita hendak menyadari secara lebih mendalam bahwa ada
banyak titik temu antara iman Katolik dengan kebudayaan kita. Mari
kita mulai renungan kita dengan doa pembuka.
Doa Pembuka
P Ya Bapa, utuslah Roh Kudus memenuhi hati umat-Mu dan menyala-
kan di dalamnya api cinta-Mu. Utuslah Roh-Mu maka semuanya
akan dicipta kembali.
U Dan Engkau akan membaharui muka bumi.
P Marilah kita berdoa. Ya Allah, Engkau telah mengajar hati umat-Mu
dengan penerangan Roh Kudus. Berilah supaya berkat Roh yang kudus
ini kami senantiasa berpikir benar, bertindak bijaksana, serta selalu
bergembira karena penghiburan-Nya, demi Kristus, Tuhan kami.
U Amin.
yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. 21Ia akan melahirkan
anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang
akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka.” 22Hal itu terjadi
supaya digenapi yang difirmankan Tuhan melalui nabi: 23”Sesungguhnya,
anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-
laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel.” (Yang berarti: Allah
menyertai kita.) 24Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti
yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria
sebagai istrinya, 25tetapi tidak bersetubuh dengannya sampai Maria
melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus.
87
Penjelasan
1. Teks yang termashyur ini dipilih untuk menggarisbawahi peristiwa
inkarnasi, yaitu peristiwa di mana Allah menjadi daging: yang kekal
dan tak berwaktu kini masuk dalam dunia yang dibatasi oleh waktu.
Peristiwa iman nan mendalam ini menunjukkan kepada kita dengan
gamblang bahwa Allah tak hendak bermonolog dan mendikte manusia.
Ia mau masuk dalam dialog yang mendalam dengan berinkarnasi.
2. Di satu pihak inkarnasi adalah sebuah pengosongan diri; Allah yang
turun; tetapi di lain pihak, inkarnasi juga berarti sebuah pemuliaan;
kodrat manusia diangkat. Inkarnasi menunjukkan bahwa Allah menilai
tinggi budaya manusia. Gagasan ini menjadi penting bagi kita dalam
merenungkan tempat budaya-budaya lokal di mana Gereja berada.
3. Inkarnasi ini menjadi dasar bagi inkulturasi yang memainkan peranan
penting dalam tugas evangelisasi Gereja kini dan di sini. Bukan
kebetulan kalau almarhum Paus St. Yohanes Paulus II gemar dengan
istilah inkulturasi, yang baru mulai populer sekitar tahun 70-an, justru
karena mempunyai kemiripan dengan istilah inkarnasi, baik dari segi
isi maupun istilah.
4. Kekayaan budaya yang dikandung oleh tanah air kita, Indonesia ini
sungguh luar biasa mengagumkan. Di banyak tempat, sudah banyak
dipikirkan bagaimana kekayaan budaya ini sungguh-sungguh bisa
dimanfaatkan untuk penyebaran dan perkembangan iman umat.
Dengan demikian, masalah inkulturasi sudah menjadi bahan pemikiran
dan diskusi dengan melibatkan banyak pihak yang berkompeten. Tentu
saja mesti diakui bahwa di masing-masing tempat, perkembangan soal
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N
Sharing
1. Temukan nilai-nilai budaya dalam budaya setempat yang sesuai
dengan ajaran Gereja Katolik!
2. Sharingkan itu dengan rekan-rekan dalam pertemuan.
3. Apakah selama ini, nilai-nilai itu sudah dikembangkan sebagai bentuk
88 pembinaan iman Katolik melalui apa yang sudah ada dalam budaya
kita?
Kesimpulan
1. Allah mengkomunikasikan Diri-Nya bukan melalui hal yang asing.
Ia mau dikenal dengan “bahasa manusia”. Itulah sebabnya Ia menjadi
manusia.
2. Kebudayaan setempat tidak lah secara mutlak bertentangan dengan
nilai-nilai Katolik.
3. Iman kita haruslah dihidupi secara nyata sesuai dengan konteks
di mana kita berada. Menjadi orang Katolik tidak sama dengan
mengubah diri menjadi berkebudayaan barat!
Doa Penutup
Antifon:
Tuhan akan menudungi engkau dengan kepak-Nya, engkau tak usah takut
akan bahaya di waktu malam.
Mazmur 90 (91)
Bisa didoakan bergantian antara pemimpin dan umat, atau bisa juga umat
diatur menjadi dua bagian dan mendaraskan bergantian.
Hendaklah orang yang berlindung pada Allah yang mahatinggi,*
menikmati malam yang aman dalam naungan Tuhan.
Hendaklah ia berdoa: “Ya Tuhan, Engkaulah pelindung dan pengungsianku,*
ya Allah, padaMulah aku percaya”
Hanya Tuhanlah yang akan melepaskan dikau dari perangkap,*
melindungi engkau terhadap wabah yang berkecamuk
Ia akan menudungi engkau dengan kepak-Nya,+
dan di bawah sayap-Nya engkau akan berlindung,*
lengan-Nya akan menjadi perisai dan jebang bagimu.
Engkau tak usah takut akan bahaya di waktu malam,*
akan panah yang mengancam di waktu siang;
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018
Bapa Kami
Berkat
P Tuhan beserta kita
U Sekarang dan selama-lamanya
P Semoga saudara sekalian senantiasa dilindungi dan dinaungi oleh
berkat Allah Yang mahakuasa, Bapa, Putra, dan Roh Kudus.
U Amin.
Lagu Penutup
90
Gereja Bagai Bahtera
91
3
Lagu Pembuka
Dialog Dengan Agama
Lain (Kisah 17:16-34)
Tanda Salib-Salam-Doa
P Demi nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus
U Amin.
P Tuhan sertamu.
92
U Dan sertamu juga.
Pengantar
P Rekan-rekan muda yang terkasih dalam Kristus, setelah merenung-
kan dialog dengan kemiskinan dan dengan kebudayaan setempat,
kali ini kita hendak merenungkan dialog kita dengan agama lain.
Bila kita tengok sekeliling, tampak jelas bahwa kita sebagai orang
Katolik tinggal bersama dengan umat dari agama-agama yang lain.
Dalam situasi seperti ini, kreativitas, integritas, dan kontribusi nyata
kita di masyarakat adalah bentuk kesaksian iman akan Kristus.
Kesaksian ini dapat membuat banyak orang mengalami kasih Allah
dalam hidup. Mari kita mulai renungan kita dengan doa pembuka.
Doa Pembuka
P Ya Bapa, utuslah Roh Kudus memenuhi hati umat-Mu dan menyala-
kan di dalamnya api cinta-Mu. Utuslah Roh-Mu maka semuanya
akan dicipta kembali.
U Dan Engkau akan membaharui muka bumi.
P Marilah kita berdoa. Ya Allah, Engkau telah mengajar hati umat-Mu
dengan penerangan Roh Kudus. Berilah supaya berkat Roh yang kudus
ini kami senantiasa berpikir benar, bertindak bijaksana, serta selalu
bergembira karena penghiburan-Nya, demi Kristus, Tuhan kami.
U Amin.
dengan mereka.
Penjelasan
1. Kis. 17:16-34 yang diberi judul Paulus di Atena, kiranya menawarkan
inspirasi segar mengenai bagaimana pewartaan kepada bangsa-
bangsa lain bisa dilaksanakan. Seperti dikatakan dalam judul,
perikop ini berkisah tentang Paulus yang mewartakan Kristus di
Atena, yang merupakan pusat kebudayaan Yunani. Oleh karena
itu, karya pewartaan Paulus di Atena sungguh merupakan sesuatu
yang amat penting. Karya Paulus di Atena adalah puncak karya
kerasulannya di dunia non-Yahudi. Saat dia berada di Areopagus, kita
merasakan ketegangan bagaimana alam fikir Yunani bertemu dengan
kebijaksanaan dari timur, dari Yerusalem, yaitu berita gembira tentang
seorang bernama Yesus yang mati dan bangkit lagi.
2. Di sini terbuktilah kelihaian Paulus dalam mewartakan Injil. Ia tak
cepat-cepat mengutip teks-teks Kitab Suci tetapi memulai pewartaan
94
dengan berangkat dari pemikiran filsafat dan tata religius di masyarakat
Yunani.
3. Paulus tak merasa pewartaannya sia-sia saat ada yang tak tertarik
dengan pewartaan dia dan berkata, ”Lain kali saja kami mendengar
engkau berbicara tentang hal itu.” Ketabahan ini berbuah karena
nyatanya ada beberapa orang yang tergerak dan menggabungkan diri
dengan Paulus.
4. Sejalan dengan semangat Konsili Vatikan II, pada tahun 1984 Dewan
Kepausan untuk Dialog Antar-agama mengeluarkan sebuah dokumen
tentang refleksi dan orientasi atas Dialogue and Mission. Dalam
dokumen tersebut, disebutkan empat model dialog antar-agama:
a. Dialog Kehidupan (Dialogue of Life). Dialog dipahami sebagai
sebuah gaya hidup yang mencakup sikap perhatian, penghargaan,
serta hospitalitas orang lain. Sikap seperti inilah yang mesti dibawa
oleh setiap orang Katolik dalam hidup kesehariannya, entah sebagai
minoritas atau mayoritas.
b. Dialog Karya (Dialogue of Deeds). Dialog dalam bentuk kerjasama
dengan pihak lain dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi yang
terarah pada kemajuan dan pembebasan manusia.
c. Dialog Para Spesialis (Dialogue of Specialists). Sesuai dengan
namanya, dialog model ini melibatkan para ahli dalam bidang
tertentu dari agama masing-masing. Mereka berusaha mendalami
dan memperoleh pengertian satu sama lain. Hal ini dilakukan
supaya masing-masing saling memahami dan saling menghargai
warisan rohani dan budaya dari masing-masing tradisi religius.
d. Dialog Pengalaman Religius (Dialogue of Religious Experience).
Pada level ini masing-masing yang sudah terakar kuat pada tradisi
religiusnya mampu membagikan pengalaman mereka dalam doa,
iman, serta ungkapan iman mereka.
Dari empat model dialog di atas, dialog model kedua, yaitu dialog
karya, yang rasanya mempunyai kesempatan cukup luas untuk
dilaksanakan pada konteks zaman sekarang ini.
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018
Sharing
1. Apakah selama ini saya sadar bahwa berdialog dengan orang-orang
beragama lain itu penting? Ataukah selama ini saya sering curiga
dengan agama lain?
2. Apa usaha-usaha yang selama ini sudah saya lakukan dalam rangka
berdialog?
3. Apakah yang masih perlu saya tingkatkan dalam berdialog dengan
agama lain? 95
Kesimpulan
1. Belakangan ini, para politikus yang tak berhati nurani menghembuskan
kecurigaan antar agama sebagai tunggangan untuk kepentingan
dan keuntungan sendiri. Kesadaran kita untuk berdialog persis
kebalikannya: kita hendak membuka diri pada semua. Sesungguhnya
isu primordial tentang agama bukanlah sesuatu yang memecah
belah. Karena, setiap orang, apa pun agamanya, mempunyai banyak
kesamaan, antara lain kesamaan sebagai manusia dan sebagai sesama
orang yang tinggal di Indonesia.
2. Dialog dengan agama lain perlu terus dibangun dan dikembangkan.
3. Dialog karya adalah langkah strategis untuk memulainya.
Doa Penutup
Antifon:
Tuhan akan menudungi engkau dengan kepak-Nya, engkau tak usah takut
akan bahaya di waktu malam.
Mazmur 90 (91)
Bisa didoakan bergantian antara pemimpin dan umat, atau bisa juga umat
diatur menjadi dua bagian dan mendaraskan bergantian.
Hendaklah orang yang berlindung pada Allah yang mahatinggi,*
menikmati malam yang aman dalam naungan Tuhan.
Hendaklah ia berdoa: “Ya Tuhan, Engkaulah pelindung dan pengungsianku,*
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N
Bapa Kami
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018
Berkat
P Tuhan beserta kita
U Sekarang dan selama-lamanya
P Semoga saudara sekalian senantiasa dilindungi dan dinaungi oleh
berkat Allah yang mahakuasa, Bapa, Putra, dan Roh Kudus.
U Amin.
Lagu Penutup
97
Gereja Bagai Bahtera
98
4
Lagu Pembuka
Dialog Dengan Gereja
Lain (Yohanes 17:20-26)
Tanda Salib-Salam-Doa
P Demi nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus
U Amin.
P Tuhan sertamu 99
U Dan sertamu juga.
Pengantar
P Rekan-rekan muda terkasih dalam Kristus, setelah merenungkan
tentang dialog dengan kemiskinan, dengan budaya kita sendiri, dan
dengan kemajemukan agama yang ada di sekeliling, kini kita hendak
melihat dialog dengan saudara-saudari dari Gereja non-Katolik.
Mengapa ini penting? Dalam konteks dialog antar agama, semua
Gereja Kristiani seringkali disamaratakan sedangkan senyatanya
ada sejumlah perbedaan yang bahkan mendasar. Mengingat bahwa
perbedaan itu senyatanya ada, kini kita luangkan waktu untuk
secara khusus merenungkan dialog dengan mereka. Mari kita mulai
renungan kita dengan doa pembuka.
Doa Pembuka
P Ya Bapa, utuslah Roh Kudus memenuhi hati umat-Mu dan menyala-
kan di dalamnya api cinta-Mu. Utuslah Roh-Mu maka semuanya
akan dicipta kembali.
U Dan Engkau akan membaharui muka bumi.
P Marilah kita berdoa
U Ya Allah, Engkau telah mengajar hati umat-Mu dengan penerangan
Roh Kudus. Berilah supaya berkat Roh yang kudus ini kami senantiasa
berpikir benar, bertindak bijaksana, serta selalu bergembira karena
penghiburan-Nya, demi Kristus, Tuhan kami.
P Amin.
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N
Penjelasan
1. Teks yang baru saja kita dengarkan berisi permohonan Yesus akan
kesatuan para murid-murid-Nya. Yesus menghendaki kesatuan di
antara semua saja yang percaya pada-Nya. Dalam perjalanan sejarah,
kesatuan itu telah tercabik-cabik oleh berbagai perbedaan. Gereja-
gereja terpisah satu sama lain atas dasar berbagai alasan. Perpecahan
bahkan terus terjadi hingga saat ini.
2. Menjadi jelas bahwa dalam konteks Gereja Indonesia, Kabar Sukacita
mesti diwartakan dalam pluralitas Gereja-gereja. Seperti sudah
disinggung pada awal, kalau orang sempat mengunjungi Gereja
Makam Suci (Church of the Holy Sepulcher) di Yerusalem akan
terasakan sesuatu yang amat ironis. Di tempat di mana Sang Penebus
menjalankan karya penyelamatan Allah dengan menyerahkan diri-
Nya di kayu salib, di tempat itulah perpecahan umat kristiani amat
kentara. Sejak tahun 1862, pemeliharaan Gereja Makam Suci ini
menjadi tanggungjawab tidak kurang dari enam denominasi Kristen,
yaitu Gereja Ortodoks Yunani, Gereja Armenia, Gereja Katolik Roma,
Gereja Koptik, Gereja Etiopia, dan Gereja Ortodoks Siria. Gereja yang
luar biasa ini dibagi sangat ketat menjadi enam area. Pelanggaran
batas ini bisa menimbulkan konflik berdarah di antara orang Kristiani
sendiri. Begitu gentingnya suasana sampai-sampai kunci pintu Gereja
Makam Suci ini sejak berabad-abad justru dipercayakan kepada dua
keluarga Muslim untuk menjaga kenetralannya.
3. Konsili Vatikan II dengan tegas menggambarkan situasi ini sebagai
perpecahan yang “terang-terangan berlawanan dengan kehendak
Kristus, dan menjadi batu sandungan bagi dunia, serta merugikan
perutusan suci, yakni mewartakan Injil kepada semua makhluk” (UR 1).
4. Tidak mengherankan dan memang tidak bisa terhindarkan bahwa
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018
Sharing
1. Apakah selama ini saya sadar bahwa senyatanya ada perbedaan di
antara Gereja-gereja?
2. Adakah saya sudah mengupayakan untuk menjadi terbuka dan
bekerjasama dengan Gereja-gereja di sekitar saya?
3. Apa yang bisa diupayakan di masa mendatang terkait dengan
hubungan dengan Gereja-gereja lain?
Kesimpulan
1. Kesatuan sebagai sesama pengikut Kristus hendaknya kita sadari
sebagai bukti nyata iman kita.
2. Berbagai kesulitan yang ada karena ketertutupan pihak-pihak tertentu
atau mungkin ketertutupan hati kita karena merasa diri paling benar
pelan-pelan harus dikikis.
3. Perbedaan ajaran yang ada tak mesti ditonjol-tonjolkan. Ada banyak
hal yang bisa dikerjakan bersama lepas dari perbedaan ajaran.
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N
Doa Penutup
Antifon:
Tuhan akan menudungi engkau dengan kepak-Nya, engkau tak usah takut
akan bahaya di waktu malam.
Mazmur 90 (91)
Bisa didoakan bergantian antara pemimpin dan umat, atau bisa juga umat
diatur menjadi dua bagian dan mendaraskan bergantian.
Hendaklah orang yang berlindung pada Allah yang mahatinggi,*
menikmati malam yang aman dalam naungan Tuhan.
Hendaklah ia berdoa: “Ya Tuhan, Engkaulah pelindung dan pengungsianku,*
ya Allah, pada-Mulah aku percaya”
Hanya Tuhanlah yang akan melepaskan dikau dari perangkap,*
melindungi engkau terhadap wabah yang berkecamuk
102
Ia akan menudungi engkau dengan kepak-Nya,+
dan di bawah sayap-Nya engkau akan berlindung,*
lengan-Nya akan menjadi perisai dan jebang bagimu.
Engkau tak usah takut akan bahaya di waktu malam,*
akan panah yang mengancam di waktu siang;
Akan wabah yang menular dalam kegelapan,*
akan bencana yang mengamuk di siang hari.
Walaupun seribu orang rebah di sebelah kirimu,+
dan sepuluh ribu di sebelah kananmu,*
namun engkau takkan kejangkitan.
Engkau akan menyaksikan kehancuran musuh,*
dan pembalasan terhadap orang-orang jahat.
Jika engkau memilih Tuhan menjadi pelindungmu,*
dan Allah mahatinggi menjadi penopangmu;
Maka engkau takkan ditimpa malapetaka,*
dan kemahmu takkan diserang wabah;
Sebab Allah akan mengutus malaikat-Nya,*
untuk menjaga engkau ke mana pun engkau pergi.
Mereka akan menatang engkau dengan tangan mereka,*
jangan sampai kakimu tersandung pada batu.
Singa dan harimau akan kaulangkahi,*
ular dan naga akan kauinjak-injak.
Sebab Allah bersabda: “Mengingat bahwa ia berpaut pada-Ku,*
maka Aku akan menyelamatkannya;
Aku akan menjadi pelindungnya, jika ia mengakui Aku,*
jika ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawabnya.
Aku akan tetap besertanya dan membebaskan dia dari kesesakan,*
dan Aku akan memuliakannya.
Aku akan memuaskan dia dengan usia lanjut,*
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018
Antifon:
Tuhan akan menudungi engkau dengan kepak-Nya, engkau tak usah takut
akan bahaya di waktu malam. 103
Bapa Kami
Berkat
P Tuhan beserta kita
U Sekarang dan selama-lamanya
P Semoga saudara sekalian senantiasa dilindungi dan dinaungi oleh
berkat Allah yang mahakuasa, Bapa, Putra, dan Roh Kudus.
U Amin.
Lagu Penutup
Setiap orang yang telah dibaptis dan menjadi pengikut Kristus dipanggil
untuk memberitakan Injil kepada sesama. Anak-anak telah menerima
warisan iman dari orangtua mereka. Para orangtua membawa anak-
anal mereka kepada Kristus, memperkenalkan Kristus kepada mereka,
dan mengajak mereka untuk mengikuti Kristus dalam Gereja Katolik.
Karena itu, anak-anak yang telah tumbuh sebagai remaja perlu belajar
memberitakan Kabar Gembira Kristus kepada sesama.
Apakah yang dimaksud dengan kabar gembira yang harus diwartakan
kepada sesama itu? Kabar gembira itu adalah kasih Allah kepada
manusia. Kegembiraan karena Allah mengasihi manusia itulah yang
harus diwartakan kepada sesama. Setiap orang yang percaya kepada
Kristus dipanggil untuk mewujudkan kasih ini dalam kehidupan bersama
sehingga setiap orang dapat hidup dalam suasana damai.
Lalu siapakah sesama yang harus menerima pewartaan itu? Umat
Katolik di Indonesia hidup dalam keragaman bersama dengan warga
negara yang lain. Para remaja perlu diajak untuk menyadari diri mereka
sebagai seorang Katolik yang tinggal bersama dengan warga negara yang
lain. Mereka hidup bersama dengan orang yang memiliki kemampuan
ekonomi yang berbeda, dengan orang yang berasal dari budaya yang
berbeda, dengan orang yang memeluk agama lain, dan dengan orang
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N
yang berasal dari Gereja lain. Kepada sesama yang berbeda-beda inilah
orang Katolik dipanggil untuk memberitakan kabar gembira Kristus.
Dalam Bulan Kitab Suci Nasional 2018 ini para remaja diajak untuk
menyadari jatidiri mereka sebagai seorang pengikut Kristus dan seorang
Katolik. Mengingat jatidiri mereka itu, para remaja juga dipanggil untuk
mewartakan kabar gembira Kristus. Selanjutnya, para remaja juga dibantu
agar dapat melaksanakan tugas itu dalam kehidupan yang mereka
jalani. Secara khusus, para remaja akan belajar bagaimana mewartakan
kasih Allah itu dengan menjalin persahabatan dengan sesama. Dalam
empat pertemuan para remaja akan mempelajari hal itu dan keempat
pertemuan itu akan mengikuti sub-sub tema berikut:
1. Aku Mau Peduli Dan Berbagi
2. Aku Bisa Bekerja Sama
3. Aku Mau Bersaksi Tanpa Menyakiti
4. Dalam Kristus Kita Bersaudara
106
1
TUJUAN:
Aku Mau Peduli Dan
Berbagi
GAGASAN DASAR:
• Remaja memiliki banyak potensi dalam dirinya yang sedang berkembang.
Konteks sosial yang beragam bisa membawa para remaja pada pelbagai
perbedaan dengan teman sebaya.
• Mengikuti teladan Yesus, diharapkan para remaja bisa mengembangkan
kepedulian sosial untuk saling membantu sesama yang membutuhkan
bantuan.
Pembukaan
1. Lagu Pembuka
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018
Kasih
Doa Pembuka
Allah, Bapa kami yang Maha Pengasih, Engkau telah menanamkan
benih kasih dalam hati semua orang. Engkau menghendaki agar kami,
para remaja Katolik, mau peduli dan berbagi dengan teman yang
membutuhkan uluran tangan kami. Curahkanlah rahmat-Mu agar kami
selalu memiliki kepekaan satu sama lain. Semoga api kasih-Mu selalu
menyemangati kami untuk selalu peduli dan rajin membantu teman
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N
PERMAINAN
Permainan 2
Lagu Selingan
Penuhilah Bejanaku
Pendalaman Bacaan
a. Apa yang terjadi dengan orang banyak yang mengikuti Yesus?
Bagaimana Yesus dan para murid bertindak dalam situasi tersebut?
b. Adakah hal yang menarik atau menyentuh hatimu?
Sharing
Pemandu atau pendamping mengajak peserta untuk mendalami dan mendis-
kusikan pertanyaan-pertanyaan yang telah disampaikan dan mempersilahkan
anak-anak untuk menyampaikan pemahamannya dan mensharingkan
pengalaman pribadi yang mungkin dialami sehubungan dengan bacaan kitab
suci.
• Pernahkah kamu mempunyai pengalaman serupa dalam peduli dan
berbagi dengan teman yang membutuhkan?
Seruan Permohonan
Yesus yang murah hati, teladan hidup kami, tanamkanlah dalam hati
kami pengharapan yang teguh akan kasih dan kebaikan-Mu. Bantulah
kami mewujudkan kasih akan Allah dengan mengasihi sesama, terlebih
sesama kami yang membutuhkan. Berkenanlah mendengarkan doa-doa
kami yang berhimpun di tempat ini:
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N
a. Tuhan Yesus, Engkau tidak kikir, tetapi baik hati. Bantulah kami
untuk semakin peduli dan suka berbagi kepada teman yang
memerlukan bantuan kami. Kami mohon ...
b. Tuhan Yesus, Engkau senang jika kami hidup bersatu hati dalam
kasih. Semoga arus cinta kasih-Mu mengalir ke dalam hati kami.
Bantulah kami agar selalu mampu untuk memberi dan berbagi.
Kami mohon ...
c. Tuhan Yesus, Engkau tidak muram tetapi selalu besar hati. Bantulah
kami untuk berjuang melawan keinginan diri sendiri yang egois,
supaya kami semakin hari semakin peka terhadap kebutuhan
sesama. Marilah kita mohon .....
d. Tuhan Yesus, Engkau tetap rendah hati dan sederhana. Tolonglah
kami agar selalu memiliki semangat pengorbanan yang tulus.
Dengan demikian, kami layak disebut sebagai anak-anak Allah.
Marilah kita mohon .....
Demikianlah doa permohonan kami. Perkenankanlah kini kami
112 menyatukannya dengan doa yang Kauajarkan kepada kami. Bapa kami....
Penutup
Doa Penutup
Ya Tuhan, kami ucapkan syukur karena kami telah Kaukobarkan dengan
semangat Sabda-Mu yang suci. Berkatilah kami semua yang hadir di
tempat ini agar senantiasa memiliki hati yang menaruh perhatian dan
kasih kepada orang yang menderita dan yang membutuhkan bantuan.
Semangatilah kami untuk selalu mendahulukan kepentingan sesama
diatas kepentingan diri sendiri. Bantulah kami agar kami semakin pantas
hidup dan disebut sebagai murid-Mu yang sejati. Sebab Engkaulah Tuhan
kami, yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.
Lagu Penutup
113
2
TUJUAN:
Aku Bisa Bekerja
Sama
GAGASAN POKOK
• Setiap pribadi hidup di tengah budaya tertentu. Di satu sisi nilai budaya
dapat mempererat kebersamaan, di sisi lain perjumpaan dengan nilai-
nilai budaya lain dapat menimbulkan ketidakharmonisan, perpecahan,
atau keengganan untuk bekerjasama dengan orang lain.
• Seturut bentuk kehadiran Allah dalam rupa manusia, remaja dipanggil
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N
Pembuka
Lagu Pembuka
Doa Pembuka
Allah yang Mahabaik, kami berkumpul dan mengucap syukur pada-Mu
atas anugerah ragam suku, bahasa, adat istiadat yang boleh kami hidupi
di tanah air Indonesia tercinta ini. Engkau menghendaki agar kami
dapat hidup dalam kebersamaan di tengah perbedaan dan kekayaan
ragam budaya. Kami mohon tuntunlah pikiran kami. Bukalah mata batin
kami agar kami mampu memahami keindahan anugerah-Mu dengan
bercermin pada sabda-Mu. Engkaulah Allah yang hidup dan berkuasa
sepanjang masa. Amin
Membaca Kisah
Pendamping atau salah seorang dari peserta membacakan kisah berikut ini.
Paijo, Ling-ling dan Kadek adalah tiga orang sahabat yang bersekolah di
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018
tempat yang sama. Sejak kecil mereka sering bermain bersama karena
kebetulan rumah mereka berdekatan. Yang menarik, mereka berasal dari
keluarga yang berbeda dan dari suku yang berbeda pula. Paijo adalah
anak seorang petani yang berdarah Jawa. Seperti kebanyakan anak
Jawa, Paijo adalah anak yang sopan dan selalu menjaga tutur katanya.
Sedangkan Ling-ling adalah keturunan Cina yang manis dan cenderung
ceplas-ceplos dalam berbicara. Kadek adalah gadis manis keturunan Bali
yang amat pintar menari dan sering menghibur teman-temannya dengan
tarian yang ia tampilkan. 115
Pada suatu hari, sekolah mereka mengadakan lomba kerajinan tangan
berbahan barang bekas. Ketiga sahabat ini tergabung dalam satu
kelompok bersama seorang teman lain. Ucok namanya, Seorang anak
dari keluarga Batak yang baru tiga bulan pindah ke sekolah itu.
Awalnya Ling-ling merasa sedikit malas, karena ia harus bergabung dalam
satu kelompok dengan Ucok. Bagi dia, Si Ucok ini terlihat agak garang dan
kurang ramah. Kalau berbicara, suara Ucok seperti orang marah saja.
“Aku malas ah.., satu kelompok bersama Ucok. Kalian tahu sendiri kan,
dia seperti apa?” kata Ling-Ling dengan agak sewot.
“Hus.. jangan begitu Ling, kita kan belum mengenal Ucok dengan baik.
Kita tahu ia nak baru. Siapa tahu dia sebenarnya anak yang baik dan
ramah,” sela Kadek.
“Benar Ling, kita tidak boleh melihat orang hanya dari penampilan
luarnya saja. Kita harus mengenal Ucok lebih dalam, apalagi sekarang
kita satu kelompok.” Paijo menyambung pembicaraan itu.
Saat mereka tengah asyik berbicara, tiba-tiba datanglah Ucok dan
bergabung dengan mereka.
“Hai teman-teman..Maaf ya, aku terlambat. Tadi aku baru mengantar Andi
ke UKS. Kasihan.. dia baru saja jatuh dan kakinya terkilir,” sapa Ucok.
“Eh…ehm iya, tidak apa-apa kok, Cok. Kita juga belum mulai membuat
apa-apa,” jawab Kadek.
Setelah semuanya berkumpul, mereka mulai berdiskusi. Sambil
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N
berdiskusi mereka saling bercanda dan bercerita banyak hal. Ucok, tanpa
canggung, bercerita banyak tentang dirinya dan kesannya setelah tiga
bulan berada di sekolah yang baru itu.
Ling-Ling kini jadi tahu mengapa Ucok menurutnya terlihat tidak ramah.
Itu karena garis muka Ucok memang tegas. Namun, di balik wajahnya
yang terlihat keras, ternyata Ucok adalah anak yang baik, ramah, dan
suka melucu.
Akhirnya, mereka berempat bisa saling bekerjasama dengan baik, tanpa
ada kecurigaan satu sama lain. Kelompok mereka, bahkan akhirnya
memenangkan lomba itu. Sejak saat itu mereka menjadi sahabat karib
dan berteman tanpa mempersoalkan perbedaan yang ada.
Pertanyaan Pendalaman
• Siapa saja tokoh dalam cerita tersebut? Dan bagaimana sikap mereka?
116 • Apa pesan yang disampaikan oleh cerita di atas?
Pendalaman
Sebagai remaja Indonesia yang memiliki berbagai latar belakang suku
dan budaya tentunya kita memiliki banyak perbedaan. Namun, sebagai
remaja katolik, kita diajak untuk tidak melihat perbedaan itu sebagai
penghalang dalam membangun relasi dengan teman-teman kita. Kita
diajak untuk menghargai perbedaan dan bekerjasama dengan orang
yang berasal dari budaya yang berbeda dengan kita.
Lagu Selingan
Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami istri. 19Karena Yusuf
suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama
istrinya di depan umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-
diam. 20Tetapi, ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat
Tuhan tampak kepadanya dalam mimpi dan berkata, “Yusuf, anak Daud,
janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab anak
yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. 21Ia akan melahirkan
anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang
akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka.” 22Hal itu terjadi
supaya digenapi yang difirmankan Tuhan melalui nabi: 23“Sesungguhnya, 117
anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-
laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel.” (Yang berarti: Allah
menyertai kita.) 24Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti
yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria
sebagai istrinya, 25tetapi tidak bersetubuh dengannya sampai Maria
melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus.
Pendalaman Teks
• Pendamping meminta satu atau dua peserta untuk menceritakan teks
Injil tersebut dengan kata-katanya sendiri. “Peran apa yang dilakukan
oleh Yesus dengan kelahiran-Nya sebagai manusia?”
Sharing
Pendamping bisa meminta beberapa peserta untuk membagikan pengalaman
hidupnya dengan bercerita, misalnya, tentang:
• Nilai-nilai atau kebiasaan baik apa yang ada dalam keluarga/kelompok/
sukumu?
• Hal baik apa, meskipun berbeda dari dirimu, yang pernah kamu alami
atau temukan dalam diri orang lain/ keluarga / suku ?
Seruan Permohonan
Allah Bapa di surga, sabda-Mu telah menyadarkan kami untuk menghargai
setiap pribadi meski kami sering berjumpa dengan teman yang berbeda
suku, bahasa, adat istiadat Sadar bahwa kami bisa senantiasa belajar dari-
Mu, maka sudilah Engkau mendengarkan seruan permohonan kami:
a. Bantulah kami para remaja agar dapat membangun kerjasama
dengan setiap orang yang kami jumpai baik di sekolah, di gereja
dan di lingkungan kami tinggal. Kami mohon…
b. Bantulah kami agar dapat mewartakan nilai-nilai injil di tengah
arus budaya modern yang dapat merusak moral dan iman kami.
Kami mohon...
c. Bantulah kami agar dapat menyambut setiap perbedaan sebagai
anugerah Allah yang patut disyukuri dan membuat kami semakin
dekat dengan sesama dan Engkau sendiri. Kami mohon …
Demikianlah doa permohonan kami. Perkenankanlah kini kami me-
nyatukannya dengan doa yang diajarkan oleh Kristus, Putra-Mu. Bapa
kami ...
Penutup
Doa Penutup
Allah Bapa di surga, kami bersyukur Engkau telah mendampingi
kami dalam pertemuan ini. Engkau selalu menyadarkan kami untuk
menghargai setiap budaya, meski berbeda, dan untuk bekerjasama
dengan sesama kami demi kebaikan bersama. Bantulah kami dengan
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018
Lagu Penutup
119
Jangan Lelah
120
3
TUJUAN:
Aku Mau Bersaksi Tanpa
Menyakiti
GAGASAN DASAR:
• Remaja perlu memahami bahwa perbedaan agama adalah fakta, yang bisa
bermanfaat dalam kehidupan bersama.
• Belajar dari pengalaman Rasul Paulus, diharapkan para remaja berani
menjadi saksi iman dengan tetap menghargai dan menghormati
perbedaan agama.
Pembuka
Lagu Pembuka
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018
Reff:
Bangga, bangga jadi anak katolik 121
Bangga, bangga jadi anak katolik
Pengantar
Kita bersyukur hidup di Indonesia karena kita bisa mengenal teman-
teman yang berbeda keyakinan/agama. Perbedaan adalah bentuk
keanekaragaman sebagai anugerah Allah dalam kehidupan. Di hadapan
Allah yang Esa, kita semua adalah anak-anak-Nya.
Sayangnya, perbedaan agama sering masih dijadikan alasan untuk
memicu pertentangan, konflik, dan perpecahan. Belajar dari pengalaman
Rasul Paulus, remaja Katolik dipanggil untuk berani bersaksi tentang
imannya sekaligus tetap menghargai dan menghormati teman-teman
yang berlainan keyakinan/agama.
Doa Pembuka
Ya Allah, kami bersyukur atas segala kemurahan-Mu. Engkau memper-
kenankan kami hidup bersama dengan banyak teman, yang beragama
lain. Engkau telah mengumpulkan kami hari ini untuk merenungkan
sabda-Mu. Bantulah kami belajar dari Rasul Paulus untuk berani bersaksi
tanpa harus menyakiti. Terangilah hati dan pikiran kami agar kami dapat
memahami sabda-Mu dan menjalankannya dalam kehidupan kami
sehari-hari. Doa ini kami sampaikan kepada-Mu dengan pengantaraan
Kristus, Tuhan kami. Amin
PERMAINAN
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N
Pendalaman Permainan
• Bagaimana suasana permainan tadi?
• Kesulitan apa yang kalian alami?
• Pesan apa yang bisa kalian ambil dari permainan tersebut?
Peneguhan
Sebagai murid-murid Yesus kita diajak untuk mau bersaksi kepada
siapa saja tanpa membedakan dan tanpa menyakiti mereka. Kita tahu
bahwa kita hidup dalam perbedaan, baik suku maupun agama. Namun,
sebagai murid Yesus kita diajak untuk bersaksi bersama-Nya. Salah satu
cara yang bisa kita lakukan untuk bersaksi kepada sesama yang berbeda
agama adalah dengan berbuat kebaikan kepada siapa saja.
Lagu Selingan
Ayat:
1. Berat memang tugasmu, tetapi kau diberi rahmat
2. Sang Kristus memikatmu, tak ‘kan mampu kau menolak-Nya
3. Dan doaku bagimu, semoga teguh semangatmu
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018
berasal dari keturunan Allah, kita tidak boleh berpikir bahwa keadaan ilahi
serupa dengan emas atau perak atau batu, ciptaan kesenian dan keahlian
manusia. 30Tanpa memandang lagi zaman kebodohan, sekarang Allah
memerintahkan semua orang di mana saja untuk bertobat. 31Karena Ia telah
menetapkan suatu hari ketika Ia dengan adil akan menghakimi dunia oleh
seorang yang telah ditentukan-Nya, sesudah Ia memberikan kepada semua
orang suatu jaminan tentang hal itu dengan membangkitkan Dia dari
antara orang mati.” 32Ketika mereka mendengar tentang kebangkitan orang
mati, maka ada yang mengejek, dan yang lain berkata, “Lain kali saja kami
mendengar engkau berbicara tentang hal itu.” 33Lalu Paulus meninggalkan
mereka. 34Tetapi, beberapa orang menggabungkan diri dengan dia dan
menjadi percaya, di antaranya juga Dionisius, anggota majelis Areopagus,
dan seorang perempuan bernama Damaris, dan juga orang-orang lain
bersama-sama dengan mereka.
Pendalaman Bacaan
Untuk mendalami teks Kitab Suci yang baru dibacakan, pendamping bisa
124 mengajukan pertanyaan berikut:
• Bagaimana caranya dan hal-hal istimewa apa saja yang dipakai Paulus
untuk mewartakan Injil di Atena?
Sharing
Pendamping mengajak peserta untuk berbagi pengalaman hidup. Jika peserta
yang hadir lebih dari 10 orang, bisa dibagi dalam beberapa kelompok kecil.
• Ceritakan pengalaman baikmu saat berteman dengan teman yg
berbeda agama.
Seruan Permohonan
Ya Bapa yang Mahakasih, sabda-Mu telah menyadarkan kami, agar kami
berani menjadi saksi Kristus di tengah keberagaman agama tanpa saling
menyakiti. Kini dengarkanlah seruan permohonan kami:
a. Ya Bapa, berkatilah bangsa dan negara kami. Semoga dengan segala
keberagaman agama yang ada, kami dapat selalu hidup dengan
aman, damai dan sejahtera. Kami mohon ....
b. Ya Bapa, untuk kami semua yang berkumpul disini, ajarilah
kami supaya bisa saling menghargai, mengasihi, menghormati,
dan bekerjasama dengan teman-teman di sekitar kami, tanpa
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N
Penutup
Doa Penutup
Ya Allah, kami bersyukur atas bimbingan-Mu dalam pertemuan
ini. Bimbinglah kami agar dapat menjadi saksi Kristus di tengah
keberagaman agama dengan rukun dan damai seperti yang diajarkan
126 oleh Rasul Paulus, sehingga kami dapat menghadapi semua tantangan
didalam keberagaman ini. Bantulah kami untuk menciptakan harmoni
kerukunan dan kedamaian antar umat beragama di tempat kami. Demi
Kristus Tuhan dan Pengantara kami. Amin.
Lagu Penutup
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018
127
4
TUJUAN:
Dalam Kristus Kita
Bersaudara
GAGASAN DASAR:
• Kasih adalah ikatan yang mempersatukan para murid Kristus. Remaja
kristiani hendaknya juga berani hidup dalam kesatuan dengan teman
seiman meski berbeda Gereja. Kesatuan ini menjadi tanda bahwa sebagai
pengikut Kristus kita sudah menjadi saudara.
• Sebelum meninggalkan para murid-Nya untuk kembali kepada Bapa,
Yesus mendoakan mereka. Hasrat terdalam Yesus adalah bahwa mereka
senantiasa bersatu sebagaimana Ia dan Bapa adalah satu.
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N
Pembuka
Lagu Pembuka
Oh Betapa Indahnya
Doa Pembuka
Allah Bapa kami, puji syukur atas rahmat kesehatan dan kesempatan
sehingga kami bisa berkumpul kembali untuk menyelesaikan rangkaian
pertemuan BKSN 2018. Bukalah hati kami agar ditengah arus jaman ini
kasih-Mu yang selalu mempersatukan semakin dikenal. Gerakkanlah
kami dengan kuasa Roh-Mu agar kami, remaja kristiani selalu siap
membuka hati dalam kerjasama dengan semua teman yang sama-sama
menyebut-Mu sebagai Bapa. Biarlah Roh Kristus menyatukan kami
senantiasa sebagai anak-anak-Mu, kini dan sepanjang masa. Amin.
PERMAINAN
Berbagi Tali Kasih
• Lewat permainan ini pendamping mengajak para peserta untuk saling
bekerjasama dan menjalin persaudaraan yang erat.
• Sarana yang dipakai adalah potongan tali rafia (Panjang 2 meter dan diikat
kedua ujungnya sehingga membentuk lingkaran.
• Permainan dilakukan dengan cara berikut:
1. Peserta diminta membentuk kelompok kecil (8-10 orang) dan memben-
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018
Pendalaman Permainan
Sebagai remaja katolik kita diajak untuk mau saling bekerjasama dan
menjalin hubungan yang baik dengan teman-teman yang berbeda Gereja.
Kita diajak untuk saling mendukung dalam perbedaan. Saling mensyukuri
bahwa Kristus telah mempertemukan kita dalam iman yang sama.
Lagu Selingan
Penuhi Hatiku
Penuhilah hatiku, dengan roh-Mu ya Tuhan
Penuhilah mulutku, dengan nyanyian baru
Penuhilah jiwaku, dengan damai surgawi
Penuhilah hatiku, dengan roh kudus
Glori bagi Yesus, Glori bagi Yesus
Penuhilah hatiku dengan Roh Kudus
Pendalaman Teks
Untuk mendalami pesan dan isi bacaan, pendamping dapat mengajukan
beberapa pertanyaan kepada peserta:
a. Apa yang menjadi pokok keinginan Yesus bagi para murid-Nya dalam
doa-Nya?
b. Mengapa Yesus berdoa demikian untuk para murid-Nya?
Sharing
Pendamping mengajak peserta untuk mendalami pertanyaan-pertanyaan
yang telah disampaikan lalu menyampaikan pemahamannya.
a. Apakah kamu punya teman yang berbeda Gerejanya denganmu?
Kegiatan bersama apa yang pernah kamu lakukan dengannya?
b. Bagaimana perasaanmu dalam kegiatan bersama itu?
Seruan Permohonan
Allah Bapa di surga, dalam rasa syukur karena kasih-Mu yang besar
kepada kami, perkenankanlah kami serukan permohonan kami ini:
a. Tolonglah kami agar kasih, yang menyatukan Kristus dengan
Engkau ya Bapa, senantiasa menjadi sumber kekuatan dan
penghiburan kami untuk terus mengembangkan kesatuan dalam
Gereja-Mu. Kami mohon …
b. Bantulah kami agar iman akan kasih-Mu membuat kami semakin
mengenal kehendak-Mu dan membawa kami semakin dekat pada-
Mu. Kami mohon …
c. Bantulah kami agar doa Kristus yang ingin menyatukan kami
mendorong kami untuk hidup sebagai saudara dengan teman-
teman kami sehingga kami mampu menjadi tanda kasih-Mu bagi
siapa pun di sekitar kami. Kami mohon …
Dalam kegembiraan karena kami Kausatukan sebagai anak-anakmu,
bersama Kristus kami berdoa. Bapa kami …
Penutup
Doa Penutup
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N
Lagu Penutup
Setiap orang yang telah dibaptis dan menjadi pengikut Kristus dipanggil
untuk memberitakan Injil kepada sesama. Anak-anak telah menerima
warisan iman dari orangtua mereka. Para orangtua membawa anak-anak
mereka kepada Kristus, memperkenalkan Kristus kepada mereka, dan
mengajak mereka untuk mengikuti Kristus dalam Gereja Katolik. Karena
itu, anak-anak juga perlu diajar untuk memberitakan Kabar Gembira
Kristus kepada sesama.
Apakah yang dimaksud dengan kabar gembira yang harus diwartakan
kepada sesama itu? Kabar gembira itu adalah kasih Allah kepada
manusia. Kegembiraan karena Allah mengasihi manusia itulah yang
harus diwartakan kepada sesama. Setiap orang yang percaya kepada
Kristus dipanggil untuk mewujudkan kasih ini dalam kehidupan bersama
sehingga setiap orang dapat hidup dalam suasana damai.
Lalu siapakah sesama yang harus menerima pewartaan itu? Umat
Katolik di Indonesia hidup dalam keragaman bersama dengan warga
negara yang lain. Anak-anak perlu diajak untuk menyadari diri mereka
sebagai seorang Katolik yang tinggal bersama dengan warga negara yang
lain. Mereka hidup bersama dengan orang yang memiliki kemampuan
ekonomi yang berbeda, dengan orang yang berasal dari budaya yang
berbeda, dengan orang yang memeluk agama lain, dan dengan orang
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N
yang berasal dari Gereja lain. Kepada sesama yang berbeda-beda inilah
orang Katolik dipanggil untuk memberitakan kabar gembira Kristus.
Dalam Bulan Kitab Suci Nasional 2018 ini anak-anak diajak untuk
menyadari jatidiri mereka sebagai seorang pengikut Kristus dan seorang
Katolik. Mengingat jatidiri mereka itu, anak-anak juga dipanggil untuk
mewartakan kabar gembira Kristus. Selanjutnya, anak-anak juga dibantu
agar dapat melaksanakan tugas itu dalam kehidupan yang mereka jalani.
Secara khusus, anak-anak akan belajar bagaimana mewartakan kasih
Allah itu dengan menjalin persahabatan dengan sesama. Dalam empat
pertemuan anak-anak akan mempelajari hal itu dan keempat pertemuan
itu akan mengikuti sub-sub tema berikut:
1. Bersahabat Dengan Teman Yang Miskin Dan Tersingkir
2. Bersahabat Dengan Teman Yang Berbeda Budaya
3. Bersahabat Dengan Teman Yang Berbeda Agama
4. Bersahabat Dengan Teman Dari Gereja Lain
134
1
Tujuan:
Bersahabat Dengan
Teman Yang Miskin Dan
Tersingkir
Bacaan:
• Mat. 14:13-22 (Yang ikut makan kira-kira lima ribu laki-laki, tidak termasuk
perempuan dan anak-anak)
DOA PEMBUKA
Tuhan Yesus yang baik, terima kasih karena Engkau telah mengasihi
dan mencintai kami. Bimbinglah kami hari ini agar mau mendengarkan
Firman-Mu dengan baik dan melakukannya dalam kehidupan kami
sehari-hari. Amin.
MENDALAMI PENGALAMAN
1) Apakah kamu mempunyai teman yang miskin atau lebih miskin dari
kamu?
2) Apakah kamu mempunyai teman yang sering dijauhi atau diejek?
3) Apakah kamu berteman dengan mereka? (Misalnya, bermain atau
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018
belajar bersama)
4) Apakah kamu pernah melakukan kegiatan sosial untuk membantu
orang miskin?
5) Bagaimana perasaan mu ketika dapat membantu orang-orang yang
miskin dan tersingkir?
PENEGASAN
1) Dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin pernah melihat atau
135
bertemu orang-orang miskin yang hidupnya tidak seberuntung kita.
2) Di sekolah, di rumah atau di sekitar juga mungkin ada teman yang
sering diejek dan dijauhi.
3) Teman adalah hadiah dari Tuhan, maka sebagai murid-murid Yesus
kita tidak boleh memilih teman. Kita sebaiknya mau berteman dengan
siapa saja, termasuk yang lebih miskin dan teman yang sering diejek
atau dijauhi.
4) Ada perasaan bahagia dan sukacita jika kita dapat membantu orang
yang miskin dan tersingkir.
Pertanyaan
1) Apa yang dilakukan Yesus terhadap orang banyak di tempat
terpencil?
2) Apa yang terjadi ketika hari mulai malam?
3) Apa yang diperintahkan Yesus kepada murid-murid-Nya?
4) Berapa makanan yang dimiliki oleh murid-murid Yesus?
5) Bagaimana Yesus melakukan mukjizat?
6) Berapa sisa makanan yang masih terkumpul?
7) Berapa banyak orang yang makan?
136 8) Apakah kamu pernah mengasihi orang lain misalnya memberi
orang lain makan?
Jawaban
1) Tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada orang banyak dan
Ia menyembuhkan mereka yang sakit.
2) Menjelang malam, murid-murid meminta Yesus menyuruh orang
banyak itu pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa-
desa.
3) Yesus meminta murid-murid yang memberi orang banyak itu
makan.
4) Lima roti dan dua ikan.
5) Yesus menyuruh orang banyak itu duduk. Setelah diambil-Nya lima
roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah ke langit dan mengucap
syukur. Ia memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada
murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya memberikannya kepada
orang banyak. Mereka semuanya makan sampai kenyang.
6) Sebanyak dua belas bakul penuh.
7) Yang ikut makan kira-kira lima ribu laki-laki, tidak termasuk
perempuan dan anak-anak.
lima roti dan dua ikan dapat memberi makan lima ribu laki-laki belum
termasuk perempuan dan anak-anak dan masih sisa dua belas bakul
penuh.
4) Pada jaman Yesus, perempuan dan anak-anak adalah kaum kecil dan
tidak diperhitungkan. Tetapi, Yesus juga memberi mereka makan
sampai kenyang. Yesus mau mengasihi semua orang termasuk orang-
orang kecil dan tersingkir.
5) Apakah kamu sudah mau menjadi murid Yesus yang mau mengasihi
semua orang terutama yang miskin dan tersingkir?
137
PERUTUSAN
1) Anak-anak mau menyapa dan mengajak bermain temannya yang
selama ini sering diejek, dijauhi, atau dibully.
2) Anak-anak mau membagi makanan dengan teman yang tidak
membawa makanan.
3) Anak-anak mau mengajak orangtua untuk melakukan kegiatan sosial
membantu orang miskin.
DOA PENUTUP
Tuhan Yesus yang baik, terima kasih karena Engkau telah memberikan
kami teman-teman untuk menemani kami bermain dan belajar setiap
hari. Bimbinglah kami agar kami mau mengasihi dan berteman dengan
siapa saja terutama teman yang miskin dan tersingkir. Amin.
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N
138
2
Tujuan:
Bersahabat Dengan
Teman Yang Berbeda
Budaya
Bacaan:
• Mat. 1: 18-25 (…..sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari
Roh Kudus.)
DOA PEMBUKA
Tuhan Yesus yang baik, terima kasih karena Engkau begitu mencintai
kami sampai mau datang ke dunia menjadi manusia. Bimbinglah kami
agar dapat membaca dan memahami Firman-Mu dengan baik untuk
kehidupan kami. Amin.
MENDALAMI PENGALAMAN
1) Apakah kamu mempunyai teman yang berbeda budaya atau suku?
2) Darimana saja suku atau budaya teman-temanmu?
3) Apakah kamu berteman dengan mereka? (Misalnya, bermain atau
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018
belajar bersama)
4) Bagaimana perasaanmu ketika berteman dan bermain bersama
mereka?
PENEGASAN
1) Indonesia terdiri dari berbagai suku dan budaya, ada 34 provinsi di
Indonesia yang berbeda-beda.
2) Dalam kehidupan sehari-hari pasti kita pernah mempunyai teman
139
yang berbeda suku dan budaya.
3) Perbedaan suku dan budaya dalam pertemanan mungkin dapat
membuat perselisihan. Tetapi, jika kita mau menghargai budaya
orang lain, perbedaan akan membuat pertemanan lebih indah.
4) Perbedaan suku dan budaya membuat kita dapat belajar budaya yang
baru dan berbeda.
Pertanyaan
1) Darimana Maria mengandung Yesus?
2) Apa arti nama “Imanuel”?
3) Apa yang dikatakan malaikat Tuhan kepada Yusuf?
4) Apakah kamu pernah takut untuk berteman dengan orang yang
berbeda budaya?
Jawaban
1) Maria mengandung Yesus dari Roh Kudus.
2) Imanuel berarti Allah menyertai kita.
3) “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria
sebagai istrimu, sebab anak yang di dalam kandungannya
adalah dari Roh Kudus. 21 Ia akan melahirkan anak laki-laki dan
engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan
menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka.”
140
PENEGASAN KITAB SUCI
1) Kisah kelahiran Yesus memberikan teladan kepada kita. Yesus yang
sangat menghargai budaya manusia. Maria mengandung Yesus dari
Roh Kudus yang berasal dari Allah. Yesus adalah tetapi mau menjadi
manusia.
2) Yesus yang adalah Tuhan sangat mulia dan tidak berdosa, tetapi
mau lahir menjadi manusia yang sering melakukan dosa. Walaupun
manusia, Yesus tetap tidak melakukan dosa.
3) Perbedaan tidak membuat Yesus menjauh dari manusia tetapi justru
mau semakin dekat dengan manusia. Yesus selalu menyertai manusia
(Imanuel).
4) Bapa Yusuf pun tidak takut lagi menerima Maria dan Yesus.
PERUTUSAN
1) Anak-anak mau menyapa dan mengajak bermain temannya yang
berbeda suku dan budaya.
2) Anak-anak mau belajar terbuka dengan menerima dan menghargai
budaya orang lain yang berbeda.
DOA PENUTUP
Tuhan Yesus yang baik, terima kasih karena Engkau telah memberikan
kami teman-teman yang beraneka ragam suku dan budaya. Bimbinglah
kami agar kami mau menerima dan belajar menghargai perbedaan suku
dan budaya teman-teman kami. Semoga kami yang berbeda-beda tetapi
dapat hidup rukun dan damai. Amin.
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018
141
3
Tujuan:
Bersahabat Dengan
Teman Yang Berbeda
Agama
Bacaan:
• Markus 9: 38-41 ( … tidak seorang pun yang telah mengadakan mujizat
demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa
tidak melawan kita, ia ada di pihak kita.)
Doa Pembuka
Bapa yang mengasihi kami dan mengasihi teman-teman yang beragama
lain, terima kasih karena kami dapat tinggal di negara yang mengakui
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N
Mendalami Pengalaman
1. Apakah kamu mempunyai teman yang beragama lain?
2. Dari agama apa saja teman-temanmu?
3. Apakah kamu pernah bermain, belajar, atau melakukan kegiatan
bersama mereka?
4. Bagaimana perasaanmu ketika berteman dengan mereka?
5. Kamu tentu pernah bermain dengan balok mainan ini. Ada berapa
macam bentuk dan warnanya?
142
6. Menurutmu, apakah bentuk dan warna yang berbeda-beda dapat
membuatnya menjadi lebih indah? Mengapa demikian?
Penegasan
1. Di Indonesia terdapat enam agama besar yang diakui pemerintah,
yaitu Agama Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Budha, Hindu,
dan Kong Hu Cu.
2. Tuhan mengasihi semua ciptaan-Nya, termasuk teman yang beragama
lain. Kita dapat mengasihi dan berjumpa dengan Tuhan yang juga
hadir dalam diri mereka.
3. Sama halnya, seperti balok mainan yang beraneka warna dan bentuk
dapat digunakan untuk membuat bangunan yang indah, maka
persahabatan kita dengan teman yang berbeda agama juga dapat
dibangun menjadi lebih indah, lebih menyenangkan, jika kita mau
bekerjasama, saling menerima, menghargai, dan mengasihi.
cegah dia! Sebab tidak seorang pun yang telah mengadakan mujizat
demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. 40Barangsiapa
tidak melawan kita, ia ada di pihak kita. 41Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh
karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya.”
Pertanyaan
1. Siapakah yang disebut sebagai “guru” oleh Yohanes?
2. Mengapa Yohanes mencegah orang lain mengusir setan demi nama 143
Yesus?
3. Bagaimana tanggapan Yesus terhadap tindakan Yohanes? Mengapa
demikian?
Jawaban
1. Yohanes menyebut Yesus sebagai gurunya.
2. Yohanes mencegah orang lain mengusir setan demi nama Yesus
karena orang itu tidak termasuk pengikut Yesus.
3. Yesus melarang Yohanes untuk mencegah orang itu, sebab tidak
mungkin seseorang mengadakan mujizat demi nama Yesus
sekaligus mengumpat Yesus. Barangsiapa tidak melawan kita, ia
ada di pihak kita.
Perutusan
Anak-anak memancarkan Kasih Allah yang meraja di dalam dirinya,
melalui persahabatan dengan teman yang berbeda agama.
Doa Penutup
Tuhan Yesus, dengan gembira kami mau menemukan berkat tersembunyi
dalam perbedaan dan persahabatan dengan teman-teman yang Tuhan
hadiahkan bagi kami. Mampukanlah kami agar dapat hidup rukun,
damai, dan saling mengasihi, sehingga teman-teman yang beragama lain
juga dapat merasakan Kasih-Mu yang meraja dalam diri kami. Amin.
144
4
Tujuan:
Bersahabat Dengan
Teman Dari Gereja Lain
• Menyadari bahwa dalam Yesus semua anggota Gereja adalah satu dan
bersaudara.
• Mengajak anak-anak untuk berteman dengan semua orang tanpa melihat
dari Gereja mana orang tersebut berasal.
Bacaan:
• Yoh. 17: 20-23 (supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau,
ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam
Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.)
DOA PEMBUKA
Tuhan Yesus yang baik, kami bersyukur menjadi murid-murid-Mu yang
Kaukasihi. Bimbing kami untuk mendengarkan Firman-Mu dengan baik
dan melakukannya dalam hidup kami sehari-hari.
MENDALAMI PENGALAMAN
1. Apakah kamu mempunyai teman yang berasal dari Gereja lain (misal
Gereja Ortodoks, HKBP, Gereja Kristen Indonesia, dll)?
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018
PENEGASAN
1. Sebagai murid-murid Yesus kita bertemu banyak orang dalam
kehidupan sehari-hari. Di lingkungan rumah maupun lingkungan 145
sekolah. Kita juga bertemu dengan teman-teman kita dari Gereja
lain. Dalam berteman kita tidak boleh membeda-bedakan teman kita
karena mereka bukan dari Gereja Katolik.
2. Dalam pertemanan kita sering bermain bersama, belajar bersama dan
membantu teman yang sedang mengalami kesusahan.
3. Melakukan hal-hal tersebut bersama teman-teman yang berbeda
agama dan Gereja lain merupakan bentuk pewartaan kasih Yesus jika
kita lakukan dengan kasih.
PENEGASAN
1) Yesus dan Bapa adalah satu, Bapa mengutus Yesus dan mengasihi
Yesus.
2) Yesus mengasihi murid-murid-Nya dan mengutus mereka untuk
mewartakan Kasih Bapa.
146
3) Yesus menghendaki agar supaya semua murid-Nya dan orang-
orang yang percaya kepadanya menjadi satu di dalam kasih.
4) Kita dan seluruh teman-teman dari Gereja lain adalah satu dalam
Kristus.
5) Sebagai pengikut murid-murid Yesus kita diutus untuk melakukan
kebaikan-kebaikan untuk mewartakan kasih Yesus.
6) Kita dan teman-teman kita yang lain adalah anak-anak Indonesia
yang dikasihi oleh Tuhan Yesus.
PERUTUSAN
1) Anak-anak mau berteman dan bermain dengan teman-teman yang
berbeda Gereja.
2) Anak-anak mau membantu teman-temannya yang berbeda Gereja.
DOA PENUTUP
Tuhan Yesus yang baik, terima kasih karena kami boleh mengenal dan
berteman dengan teman-teman dari Gereja yang berbeda. Bimbinglah
kami untuk selalu untuk selalu saling membantu dan bersatu dalam
kasih-Mu. Amin.
B u la n Ki ta b Su ci N a s io nal 2018
147
Bulan Kitab Suci Nasional
Konsili Vatikan II menyerukan agar jalan menuju Kitab Suci dibuka
lebar-lebar bagi kaum beriman (Dei Verbum 22). Pembukaan jalan
menuju Kitab Suci ini dilakukan dengan menerjemahkan Kitab
Suci ke dalam banyak bahasa lokal. Konsili juga menganjurkan agar
terjemahan ini diselenggarakan bersama para saudara terpisah (Gereja-
gereja Protestan). Penerjemahan ini membuka jalan masuk ke dalam
Kitab Suci, memungkinkan setiap orang membaca Sabda Allah dalam
bahasa masing-masing, bahasa yang dipahaminya. Memang dalam Dei
Verbum 25 ”Konsili suci mendesak dengan sangat dan istimewa semua
orang beriman, terutama para religius, supaya dengan seringkali
membaca kitab-kitab ilahi memperoleh pengertian yang mulia akan
Yesus Kristus (Flp. 3:8).” Bagi para anggota Gereja Sabda Allah menjadi
kekuatan iman, santapan jiwa, dan sumber hidup rohani. Karena,
dalam Kitab Suci Bapa yang ada di surga dengan penuh cinta kasih
menjumpai para putra-Nya dan berwawancara dengan mereka.
Mengingat hal itu, Lembaga Biblika Indonesia, yang merupakan
Lembaga dari KWI untuk kerasulan Kitab Suci, mengadakan sejumlah
usaha untuk memperkenalkan Kitab Suci kepada umat dan sekaligus
mengajak umat untuk mulai membaca Kitab Suci. Hal ini dilakukan
antara lain dengan mengemukakan gagasan sekaligus mengambil
MEWARTAKAN KA BA R GEMBI RA D ALAM K E MAJE MU KA N