Anda di halaman 1dari 7

Integritas: Menjadi Diri Kita yang Seutuhnya

Seseorang semestinya memiliki integritas sehingga dapat menjadi seseorang yang bisa dipercaya.
Dengan integritas, maka seseorang menjadi dirinya seutuhnya. Integritas merupakan sumbu kesatuan
yang utuh dari pribadi seseorang.
Apa yang diucapkan, apa yang diperlihatkan dan apa yang dilakukan merupakan suatu kesatuan yang
utuh dan tidak saling bertentangan, namun sesuatu yang sama dan saling mendukung. Dengan
integritas seseorang akan dapat taat dan tulus dalam melakukan segala sesuatu. Dilihat atau tidak dilihat
orang tersebut akan tetap taat dan tulus melakukan segala sesuatu.
Orang yang berintegritas tidak akan munafik, semua dilakukan karena memang itu yang ingin dilakukan
dan itu pula yang dipikirkan. Tidak ada maksud lain di balik semua yang dilakukan, itulah ketulusan.
Bagaimana Cara Memiliki Integritas dalam Hidup?
Integritas ini dapat kita miliki jika kita memiliki kesadaran bahwa Tuhan itu maha tahu sampai
kedalaman hati seseorang. Dengan menyadari bahwa Tuhan selalu mengawasi dan melihat kehidupan
kita, maka kita akan menjadi pribadi yang tidak asal berpikir, berkata dan berbuat.
Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa Tuhan itu maha tahu. Tidak ada yang dapat kita sembunyikan
dihadapan Tuhan. Kita bisa menipu sesama kita manusia, namun tidak dengan Tuhan. Coba baca dan
renungkan ayat-ayat Alkitab berikut ini:
Mazmur 139:1-24 (TB)
Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku;
Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh.
Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi.
Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya
TUHAN.
Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku, dan Engkau menaruh tangan-Mu ke atasku.
Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya.
Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu?
Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situ
pun Engkau.
Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut,
juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku.
Jika aku berkata: "Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam," maka
kegelapan pun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama
seperti terang.
Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku.
Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku
benar-benar menyadarinya.
Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku
direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah;
mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan
dibentuk, sebelum ada satu pun dari padanya.
Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah! Betapa besar jumlahnya!
Jika aku mau menghitungnya, itu lebih banyak dari pada pasir. Apabila aku berhenti, masih saja aku
bersama-sama Engkau.
Sekiranya Engkau mematikan orang fasik, ya Allah, sehingga menjauh dari padaku penumpah-penumpah
darah, yang berkata-kata dusta terhadap Engkau, dan melawan Engkau dengan sia-sia.
Masakan aku tidak membenci orang-orang yang membenci Engkau, ya TUHAN, dan tidak merasa jemu
kepada orang-orang yang bangkit melawan Engkau? Aku sama sekali membenci mereka, mereka
menjadi musuhku.
Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku;
lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!
Amsal 3:6 (TB) Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.
Mari belajar mengakui Tuhan dalam segala tingkah laku kita. Biarkanlah hidup kita dituntun dalam jalan
kebenaran yang menuju ke pada hidup yang kekal dan bukan kebinasaan. Berpikir benar, berkata benar
dan berlaku benar.
Milikilah integritas dalam hidup ini sehingga kita menjadi diri kita yang seutuhnya. Bukan pikiran dan
hati kita jahat namun kita berpura-pura baik. Sebab Tuhan tahu seutuhnya tentang diri kita. Tidak ada
yang tersembunyi bagi Tuhan. Selamat merenungkan, Tuhan Yesus memberkati..

Integritas: Setia, Benar, Jujur


Ayat bacaan: Mazmur 15:1,5
===================
"Mazmur Daud. TUHAN, siapa boleh menumpang di Kemah-Mu dan tinggal di bukit-Mu yang
suci...Orang yang berbuat demikian, akan selalu tentram." (BIS)

integritas, setia, benar, jujurMencari orang yang punya integritas saat ini sama sulitnya dengan mencari
jarum di balik tumpukan jerami. Jangankan mencari orangnya, kata ini pun semakin lama sudah semakin
jarang digunakan. Katanya simpel saja, tetapi makna yang terkandung di dalamnya sangatlah luas
sehingga tidak mudah untuk bisa tampil menjadi orang dengan integritas tinggi. Dalam sebuah kamus
kata integritas dijabarkan sebagai keterpaduan antara kesempurnaan dan ketulusan. Sementara ada
defisi lain yang mendefenisikan integritas sebagai sebuah tindakan yang konsisten dengan mengamalkan
nilai-nilai kebenaran, meski tengah berada dalam kondisi sulit sekalipun untuk melakukannya.
Konsistensi antara perkataan dan perbuatan, antara yang diajarkan dengan tindakan. Itu pun bentuk
dari sebuah integritas. Orang dengan integritas inilah yang akan tampil sebagai pribadi yang tepat
seperti yang diharapkan, bahkan dalam sebuah artikel ada yang mengatakan bahwa orang yang
berintegritas adalah orang yang penuh dengan kemuliaan.

Seperti apa bentuknya orang yang punya integritas ini? Ada sebuah ayat yang sangat menarik dalam
kitab 1 Raja Raja menggambarkan pribadi yang berintegritas yaitu lewat sosok Daud. "Lalu Salomo
berkata: "Engkaulah yang telah menunjukkan kasih setia-Mu yang besar kepada hamba-Mu Daud,
ayahku, sebab ia hidup di hadapan-Mu dengan setia, benar dan jujur terhadap Engkau; dan Engkau telah
menjamin kepadanya kasih setia yang besar itu dengan memberikan kepadanya seorang anak yang
duduk di takhtanya seperti pada hari ini." (1 Raja Raja 3:6).Ada tiga hal disana yang menunjukkan
elemen integritas, yaitu setia, benar dan jujur. Lalu perhatikanlah, bahwa orang yang menghidupi ketiga
elemen penting ini akan mendapatkan kasih setia Tuhan yang besar, dan itu dikatakan pula sebagai
sebuah jaminan dari Tuhan.

Siapa yang disebutkan punya integritas itu? Daud. Pertanyaannya, adakah perkataan Daud sendiri
mengenai sebuah integritas, sesuatu yang ternyata ia lakukan dalam hidupnya? Jawabannya ada. Mari
kita lihat pandangan Daud akan pentingnya sebuah integritas, sebuah kebenaran yang ia dapatkan
sehingga ia bisa teguh mengamalkan elemen-elemen integritas ini dalam hidupnya. Semua itu
terangkum dalam Mazmur 15 yang isinya sangat pendek, cuma 15 ayat tetapi apa yang terkandung di
dalamnya sesungguhnya bernilai sangat tinggi. Agar lebih jelas, mari kita lihat bunyinya menurut versi
Bahasa Indonesia Sehari-hari.
"Mazmur Daud. TUHAN, siapa boleh menumpang di Kemah-Mu dan tinggal di bukit-Mu yang suci. Orang
yang hidup tanpa cela dan melakukan yang baik, dan dengan jujur mengatakan yang benar; yang tidak
memfitnah sesamanya, tidak berbuat jahat terhadap kawan, dan tidak menjelekkan nama tetangganya;
yang menganggap rendah orang yang ditolak Allah, tetapi menghormati orang yang takwa; yang
menepati janji, biarpun rugi dan meminjamkan uang tanpa bunga; yang tak mau menerima uang suap
untuk merugikan orang yang tak bersalah. Orang yang berbuat demikian, akan selalu tentram." (Mazmur
15:1-5 BIS).

Itulah bunyinya secara lengkap. Perhatikanlah nilai-nilai yang terkandung disana. Dalam pasal ini kita
bisa melihat hasil perenungan Daud mengenai orang dengan pribadi seperti apa yang bisa tinggal dalam
kemahNya dan dibukitNya yang suci. Dalam Bahasa Inggrisnya dikatakan: "LORD, WHO shall dwell
[temporarily] in Your tabernacle? Who shall dwell [permanently] on Your holy hill?" (ay 1). Selanjutnya
lihat Daud menjabarkan ciri-cirinya satu persatu, yaitu orang yang:
- hidup tanpa cela
- melakukan yang baik
- jujur yang berkata benar
- tidak memfitnah sesamanya
- tidak berbuat jahat
- tidak menjelekkan orang lain
- tidak ikut-ikutan berbuat seperti orang yang ditolak Allah melainkan menghormati orang yang takut
akan Tuhan atau taat
- orang yang menepati janji sekalipun harus merugi karenanya
- yang tidak mengharapkan bunga kalau meminjamkan
- yang tidak menerima suap

Secara singkat semua poin ini akan menuju kepada tiga hal seperti yang digambarkan Salomo di atas,
yaitu: kesetiaan, kebenaran dan kejujuran. Daud jelas mengerti kriteria orang yang akan berhak berdiam
(dwell) dalam Kerajaan Allah yang kudus, karena itulah ia pun menghidupi nilai-nilai yang terkandung
dalam integritas itu seperti apa yang telah ia ketahui. Tidak heran apabila kemudian Salomo yang penuh
hikmat menyebutkan nilai-nilai yang dihidupi ayahnya. Inilah bentuk sebuah integritas, sebuah bentuk
kehidupan yang berkenan di mata Tuhan.

Satu saja dari nilai-nilai itu tidak kita lakukan maka integritas pun hilang dari diri kita. Sekedar
mengetahui saja tidak cukup, hanya mengatakan saya tidak cukup, kita harus pula menyelaraskannya
dengan perbuatan nyata dalam hidup kita. Jika melihat kompleksitas dari poin-poin di atas dan
implikasinya yang bisa menjadi jauh lebih luas lagi, mungkin saja semua itu menjadi terlihat tidak mudah
untuk dilakukan. Tetapi sosok seperti inilah yang sesungguhnya diinginkan Tuhan untuk mewarnai
kehidupan kita, orang-orang percaya. Untuk membangun pribadi yang berintegritas dan berkualitas
maka Mazmur 15 ini penting untuk kita renungkan dan kemudian terapkan dalam hidup. Kita bisa terus
berkata tidak mungkin, tetapi sebaliknya kita pun bisa mulai memasang komitmen untuk menghidupinya
mulai dari sekarang. Sebagai warga Kerajaan kita harus mampu pula hidup dengan nilai-nilai Kerajaan.
Orang yang berintegritas tinggi semakin lama semakin langka. Siapkah anda tampil beda di dunia ini
dengan menjadi sosok berintegritas yang menjunjung tinggi nilai-nilai Kerajaan Allah?

Setia, benar dan jujur harus menjadi bagian hidup kita sebagai orang-orang berintegritas yang berkenan
di mata Tuhan
BERINTEGRITAS DI DUNIA KERJA
Salah satu definisi integritas adalah melakukan sesuatu yang benar meskipun tidak ada orang yang
melihat, misalnya, menolak disuap dan melakukan penyuapan agar tender berhasil, memproduksi atau
menjual barang dengan kualitas asli sesuai deskripsi, serta tidak mengakui ide dan hasil kerja orang lain
meskipun karir Anda dipertaruhkan. Tentu ada harga yang harus dibayar atas keputusan-keputusan
tersebut, namun tidak ada kata �rugi� saat Anda berani melakukannya, sebab saat itulah kita
akan membuktikan bahwa Tuhan beserta orang-orang yang memiliki integritas.

Daniel adalah tokoh Alkitab yang terkenal memiliki integritas tinggi dalam hidup dan dalam menjalankan
pekerjaannya. Ia tetap teguh memegang komitmennya untuk menyembah Tuhan tiga kali sehari dan
tidak menyembah berhala, meskipun karena hal tersebut akhirnya ia harus dimasukkan ke gua singa.
Daniel telah membuktikan sendiri bahwa Tuhan menepati janji-Nya. Tuhan melepaskan dirinya dari
terkaman singa meskipun singa tersebut dalam keadaan lapar. Karena integritas yang dimiliki Daniel
pula, maka nama Tuhan dipermuliakan dan banyak orang berbalik menyembah Tuhan. Prinsipnya, ketika
kita bekerja, terapkanlah Kolose 3:23 "Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap
hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." Dengan prinsip ini, pekerja Kristen yang
berintegritas akan selalu menganggap setiap pekerjaan dan jabatan adalah sebuah kepercayaan yang
harus dipertanggungjawabkan dengan penuh kesetiaan dan kejujuran. [CK]

Bekerja Dengan Integritas


irman Tuhan: Kolose 3:17

Baru-baru ini di medsos, viral video tentang omotenashi. Di dalam video itu disebutkan bahwa
omotenashi adalah budaya kerja orang Jepang yang mengedepankan keramahtamahan (hospitality)
secara detail. Karyawan di perusahan kereta api di Jepang secara rutin akan mengecek jika ada barang
tertinggal di kereta, mengamankan, mencuci jika kotor, menyimpan dan mengembalikan kepada
pemiliknya. Mereka berkomitmen untuk tidak mengambil barang yang bukan miliknya. Kepuasan
pelanggan adalah tujuan pelayanan mereka. Meskipun Jepang bukanlah negara Kristen tetapi budaya
kerja seperti ini menunjukan bahwa negara ini juga menekankan pentingnya menjaga integritas. C.S
Lewis mendefinisikan integritas sebagai mengerjakan sesuatu yang benar, meski tak seorangpun
melihat. Definisi lain yang pernah dibuat orang adalah “Walk the talk” (lakukan yang kau katakan).
Di dalam Kolose 3 ayat 17, Paulus mengatakan: Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan
perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus. Konteks ayat ini adalah
tentang manusia baru. Paulus menyarankan beberapa hal yang harus kita lakukan sebagai manusia baru
di Kolose 3:5-17 dan salah satunya adalah berkata-kata dan bertingkah-lakulah di dalam nama Tuhan
Yesus. Ini berarti bahwa apapun yang kita katakan dan lakukan, haruslah di dalam pertolongan Allah
dengan motivasi untuk memuliakan Allah. Dengan kata lain, jika kita mampu berkata jujur, berbuat adil
dan menjaga integritas, maka semua itu sesungguhnya adalah pekerjaan Allah di dalam kehidupan kita.
Kita tidak boleh bermegah. Itulah yang membedakan kita dengan orang-orang yang di luar Kristus.
Setelah kita menerima Yesus Kristus menjadi Tuhan dan juru selamat secara pribadi maka sebenarnya
kita telah berpindah dari gelap ke terang, dari manusia lama menjadi manusia baru. Sebagai manusia
baru, kita diajarkan untuk berkata benar, melakukan kebenaran dan menyatakan kebenaran dengan
cara yang benar setiap saat, baik pada saat dilihat orang maupun pada saat tidak ada seorang pun yang
melihat. Hal ini semua dapat kita lakukan jika kita bersedia untuk dipimpin dan dikuasai oleh Allah Roh
Kudus tiap tiap saat di dalam semua segi kehidupan kita.
Inspirasi: Sebagai orang Kristen kita dapat berkata-kata dan bekerja dengan lebih baik dan excellent
dibandingkan dengan orang lain yang tidak di dalam Kristus jika kita bersedia hidup dipimpin dan
dikuasai oleh Roh Kudus. Ingin bekerja dengan integritas? Ijinkan Roh Kudus bekerja di dalammu

Menjadi Orang Kristen yang Punya Integritas


Integritas seseorang erat kaitannya dengan jati diri yang sejati. Seluruh aspek kehidupannya, baik yang
internal maupun eksternal, berjalan dengan harmonis, tanpa kepalsuan atau kemunafikan. Dengan kata
lain, pribadi yang berintegritas adalah mereka yang memiliki keselarasan dalam pikiran, perasaan,
perbuatan, serta perkataannya.

Bagi orang Kristen, integritas merupakan hal yang sepaket dengan kehidupan rohaninya. Integritas
menjadi gambaran hidup orang percaya, yang tercermin dari sikap sehari-harinya, entah saat berada di
tempat umum maupun saat sendirian.

Alkitab menunjukkan bahwa orang yang berintegritas punya hubungan atau pergaulan yang erat dengan
Tuhan. Misalnya, Nuh, Abraham, Daud, dan Paulus. Mereka selalu berusaha hidup benar, mau terus
belajar, dan menjadi pelaku firman yang setia.

Lalu, bagaimana caranya kita bisa menjadi pribadi yang punya integritas?

3 Tokoh Alkitab dengan Integritas Tinggi


Mari belajar dari ketiga tokoh Alkitab berikut yang menjunjung tinggi nilai integritas dalam kehidupan
mereka.

1. Yusuf – Integritas Berarti Kejujuran (Kejadian 39:1-23)


integritas-gereja gkdi-1

Setelah dilihat oleh tuannya, bahwa Yusuf disertai TUHAN dan bahwa TUHAN membuat berhasil segala
sesuatu yang dikerjakannya, maka Yusuf mendapat kasih tuannya, dan ia boleh melayani dia; kepada
Yusuf diberikannya kuasa atas rumahnya dan segala miliknya diserahkannya pada kekuasaan Yusuf. –
Kejadian 39:3-4

“… bahkan di rumah ini ia tidak lebih besar kuasanya dari padaku, dan tiada yang tidak diserahkannya
kepadaku selain dari pada engkau, sebab engkau isterinya. Bagaimanakah mungkin aku melakukan
kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?” – Kejadian 39:9

Berkat integritasnya, Yusuf dipercaya tuannya untuk mengurus rumah dan asetnya. Dengan kekuasaan
yang besar itu, Yusuf punya banyak kesempatan untuk menyalahgunakan wewenang. Namun, karena
rasa hormatnya kepada Tuhan, ia menolak diajak berzina oleh istri majikannya dan memilih lari, bahkan
menerima risiko difitnah dan dipenjara.

Seberapa sering kita meremehkan atau mengesampingkan integritas dalam pengambilan keputusan?
Maukah kita mengorbankan tawaran atau jalan pintas yang tampaknya menggiurkan demi
menyelamatkan masa depan kita? Ataukah, kita mementingkan kenikmatan sesaat yang akan memberi
dampak buruk di kemudian hari?
Kalau setiap pagi Anda boleh bangun, bernapas, dan beraktivitas, artinya Anda masih diberi kesempatan
menjalani hidup yang lebih baik. Jadi, gunakanlah itu dengan mengambil keputusan-keputusan yang
benar di dalam Tuhan.

Ketika semua kolega Anda menyalahgunakan dana atau properti perusahaan, akankah Anda ikut-ikutan?
Sebagai pimpinan, apakah Anda benar-benar memprioritaskan kesejahteraan karyawan, atau itu hanya
jadi wacana dalam pidato Anda di acara kantor?

Integritas tak hanya berlaku dalam profesi. Jika Anda mahasiswa, Anda juga harus punya integritas,
misalnya jujur dalam mengisi daftar hadir dan mengerjakan skripsi (tidak menjiplak atau membayar
orang untuk melakukannya). Dalam pergaulan, itu berarti Anda tidak berkata “A” kepada seseorang, “B”
kepada orang lain, lalu “C” kepada pihak yang lain lagi.

Integritas berarti dapat dipercaya, jujur, dan setia pada hal benar. Dan, kita menjadi orang yang bisa
dipercaya jika perkataan kita sejalan dengan perbuatan.

2. Daniel – Integritas Berarti Komitmen (Daniel 6)


integritas - gereja gkdi - 2

Sebab itu raja Darius membuat surat perintah dengan larangan itu. Demi didengar Daniel, bahwa surat
perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang
terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa
dilakukannya. Lalu orang-orang itu bergegas-gegas masuk dan mendapati Daniel sedang berdoa dan
bermohon kepada Allahnya. – Daniel 6:10-12

Posisi Daniel sebagai pejabat tinggi di Kerajaan Media-Persia membuat banyak pejabat lain iri dan tidak
senang. Untuk menjatuhkan Daniel, mereka memengaruhi Raja Darius untuk mengeluarkan perintah
terkait larangan ibadah kepada siapa pun, kecuali raja (Daniel 6:4-7).

Namun, Daniel merupakan sosok yang memiliki integritas. Ia teguh memegang komitmennya dalam doa
dan untuk tidak menyembah berhala. Bahkan, dimasukkan ke gua singa pun tak dapat menggoyahkan
hati dan imannya kepada Allah.

Integritas berarti memegang komitmen dan loyalitas. Mereka yang punya integritas akan menepati janji
dan mempertahankannya sampai akhir, walaupun itu membutuhkan pengorbanan. Sebaliknya,
kegagalan dalam memenuhi komitmen sering kali mencerminkan lemahnya integritas seseorang.

Sebagai orang Kristen, sudahkah kita berkomitmen terhadap iman kita? Apakah janji yang kita ikat
dengan Tuhan mulai digoyahkan oleh gaya hidup buruk? Apakah iman kita mudah dipengaruhi teman,
lingkungan, keluarga, atau berbagai persoalan hidup yang melanda?

Mari belajar membangun integritas seperti Daniel dengan menjaga komitmen kita terhadap Tuhan serta
menaati firman-Nya.

3. Habakuk – Integritas Berarti Tanggung Jawab (Habakuk 1-3)


integritas-gereja gkdi-3
“Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan,
sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan,
dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di
dalam Allah yang menyelamatkan aku. ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki
rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku.” – Habakuk 3:17-19

Habakuk dikenal sebagai nabi yang memiliki integritas dalam kepemimpinan. Situasi sulit yang
dihadapinya, seperti penindasan, ketidakadilan, dan kekerasan, tidak membuat ia meninggalkan Allah.
Habakuk tetap berharap dan percaya bahwa Tuhan akan menegakkan keadilan atas orang benar.

Integritas berarti kemauan menerima tanggung jawab, dan sikap bertanggung jawab adalah tanda
kedewasaan pribadi. Pribadi yang berintegritas adalah mereka yang bersedia mengambil risiko,
memperbaiki keadaan, serta melaksanakan kewajibannya sebaik mungkin, sekalipun dalam keadaan
sulit.

Orang Kristen yang punya integritas mampu bersukacita di dalam Tuhan meski situasinya sedang tidak
baik atau ditimpa kesukaran. Contohnya, kita dicurangi dalam pekerjaan, menghadapi masalah dalam
pernikahan, atau harus memimpin orang lain yang tidak menyukai kita. Saat ini terjadi, apakah kita tetap
setia, percaya, dan mengandalkan Tuhan? Atau, kita meragukan kuasa-Nya dan meninggalkan iman kita?

Integritas Kristiani: Kesepadanan dengan Kristus


integritas-gereja gkdi-4

“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam
Kristus Yesus.” – Filipi 2:5

Di tengah banyaknya kepalsuan dan kepura-puraan di dunia, kita sebagai orang Kristen sebenarnya
sudah punya fondasi yang benar, yaitu Tuhan. Jadi, padankanlah hidup kita dengan pikiran dan perasaan
Kristus. Dengan demikian, integritas kita dapat menjadi inspirasi bagi mereka yang belum mengenal
Tuhan. Amin.

Anda mungkin juga menyukai