Anda di halaman 1dari 1

Domba sering dilukiskan sebagai umat yang baik, sedangkan kambing mengilustrasikan umat yang

jahat. Demikianlah pada penghakiman yang terakhir, Tuhan akan menghakimi umat-Nya seperti
gembala memisahkan domba dari kambing (ayat 32). Domba-domba menerima kerajaan yang telah
disediakan (ayat 34), sedangkan kambing-kambing dihukum dalam api kekal bersama Iblis dan
malaikat-malaikatnya (ayat 41)

Tuhan akan menempatkan domba-domba di sebelah kananNya sedangkan kambing-kambing


diletakan di samping kiriNya. Domba dan kambing memiliki perbedaan yang sangat jelas. Kawanan
domba dikenal lebih mudah diatur dibandingkan dengan kambing.

Domba lebih suka hidup bergerombol sedangkan kambing memilih menyendiri. Bergerombol berarti
hidup berdampingan dengan orang lain suka bekerja sama, bertukar pikiran, tolong menolong, serta
saling menghormati. Di saat mencari rumput, kawanan domba lebih teratur sedangkan kambing suka
berlarian tidak tentu arah. Kambing cenderung ingin menang sendiri.

Apakah dasar penghakiman Tuhan? Orang yang benar dalam perumpamaan ini bersedia melakukan
pelayanan yang tidak populer, yaitu memberi makan orang lapar, memberi minum orang haus,
memberi tumpangan bagi orang asing, memberi pakaian orang yang telanjang, melawat orang sakit,
dan mengunjungi orang yang dipenjara. Pelayanan-pelayanan ini penting di mata Tuhan (ayat 35-40;
42-45).

Dari perbedaan tersebut bisa direfleksikan tentang kehidupan manusia yang saling bekerja sama,
hidup teratur serta bertekun di dalam Kristus, tidak egois, dan mengenal suara Allah dengan baik.

Yang menarik dari kisah ini adalah: yang benar merasa tidak benar (ayat 37-39), sebaliknya yang tidak
benar merasa benar (ayat 44). Ini adalah masalah arogansi rohani. Akan banyak orang yang merasa
diri rohani, tetapi di mata Tuhan mereka adalah orang yang jahat. Orang yang demikian tidak lain
adalah orang munafik, yang mencari pengakuan publik akan apa yang diperbuatnya. Sebaliknya ada
banyak orang yang merasa diri tidak benar, tetapi sebenarnya di mata Tuhan mereka mengerjakan
hal-hal yang benar.

Tidak banyak orang yang suka melayani orang-orang yang tersingkir dan hina. Justru kesukaan dan
kesetiaan dalam melayani mereka yang hina ini (ayat 40, 45) merupakan tanda bahwa seseorang
sudah menjadi anak Tuhan. Hanya yang pernah dilayani Tuhan pada saat dirinya masih hina dan
berdosa, yang punya hati tulus untuk melayani siapa saja tanpa pandang bulu.

Kalau Yesus sudah mengidentifikasikan diri-Nya dengan mereka yang miskin dan terhina, siapakah
kita yang merasa terlalu tinggi untuk melayani mereka? Kalau kita merasa seperti itu, jangan-jangan
kita belum menjadi milik Kristus, sehingga kita tidak memiliki hati Kristus yang penuh kasih.

Oleh sebab itu, hendaknya masing-masing jemaat bisa merenung tentang apa yang sudah dilakukan
selama menjalani kehidupan di tahun 2023 ini.

Apakah sudah melakukan hal-hal seperti domba yang akan mendapatkan kerajaan kekal? Atau malah
menjadi kambing yang sibuk dengan dunianya sendiri?

Anda mungkin juga menyukai