Anda di halaman 1dari 41

Lukas 16: 1-13 | Menjadi Orang

Kepercayaan Tuhan
Bacaan Firman Tuhan: Lukas 16: 1-13
“Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam
perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-
perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar”

Tuhan Yesus menyampaikan suatu perumpamaan tentunya tidaklah asal


mengungkapkan tanpa ada makna dari perumpamaan yang disampaikannya.
Terkhusus perumpamaan yang ada dalam nas ini tentang “Bendahara yang tidak
jujur”. Ada banyak yang bingung dan sulit memahami perumpamaan ini, sebab
dalam perumpamaan ini bendahara yang tidak jujur itu akhirnya mendapatkan
pujian. Seakan ada pengajaran untuk “mendukung” ataupun “membenarkan”
kejahatan.

Walaupun perumpamaan ini berkisah tetang perilaku orang yang jahat, ada
pelajaran yang bisa kita ambil. Yaitu hal apa yang harus kita hindari, dan hal apa
yang bisa kita pelajari

1. Cerdik tetapi bodoh (Dihindari)


Menjadi bendahara seorang yang memiliki banyak harta tentunya menjadi suatu
kehormatan tersendiri, sebab pada bendahara tersebut dipercayakan harta
kepemilikan dan keuntungan segala usaha yang dimiliki orang kaya tersebut. Bahkan
dalam perumpaan yang singkat itu, kita dapat melihat bagaimana bendahara itu
memiliki “kuasa” dalam mengatur harta kepemilikan orang kaya itu.
Tetapi kepercayaan yang diberikan kepada bendahara itu ternodai oleh
ketidakjujuran. Ternyata bendahara itu telah menyalahgunakan kepercayaan
tuannya. Maka orang kaya tersebut meminta pertanggungjawaban atas segala
kepemilikan yang dipercayakan kepada bendahara itu.

Layaknya bendahara tadi yang diberi kepercayaan untuk mengurus harta


kepemilikan tuannya, demikian juga dengan kita. Bahwa Tuhan mempercayakan
anugerah dan berkat-Nya bagi kita. Apakah itu hidup kita, anak, keluarga, harta
bahkan Firman-Nya juga dipercayakan bagi kita untuk kita jaga dalam kehidupan
kita ini.
Bagaimana kita memegang kepercayaan yang Tuhan berikan kepada kita suatu saat
akan dipertanyakan oleh Tuhan “berilah pertanggunggan jawab atas
urusanmu?” sebab akan tiba saat dimana kita akan berdiri di hadapan
penghakiman Tuhan mempertanggungjawabkan atas apapun yang kita perbuat
selama hidup.

Pada kita diperlihatkan bagaimana hidup seorang yang cerdik tetapi bodoh, yaitu
seorang yang membangun masa depan dengan kebodohan (mendirikan rumah di
atas pasir). “mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu” artinya pemalas dan
tinggi hati. Ia membangun masa depannya dengan memanfaatkan orang lain.
Seandainya dia mengakui kesalahannya kepada tuannya mungkin saja dimaafkan.
Artinya adalah kebodohan membangun kehidupan di atas dosa, tetapi
alangkah bijaknya orang yang hidup di atas pertobatan – di atas kasih
karunia Tuhan.

2. Bodoh tetapi cerdik (Di pelajari)


Ternyata di balik kebodohannya terdapat juga kecerdikan yang bisa kita pelajari.
Walaupun fakta bahwa yang dilakukan bendahara itu membangun hidup dalam
dosa, tetapi yang mau kita pelajari adalah kesigapannya “sedia payung sebelum
hujan”. Dia jauh menatap ke depan untuk keselamatan hidupnya. Bendahara itu
memanfaatkan waktu yang sempit dan genting itu dengan tidak mengsia-siakannya.

Sebagaimana yang dituliskan oleh Paulus “Karena itu, perhatikanlah dengan


saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal,
tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena
hari-hari ini adalah jahat” (Efesus 5: 15). Jika kita pernah mempelajari berapa
tahun umur dari bumi ini, manusia lahir dan mati. Maka dapat dikatakan bahwa
sungguh singkat umur manusia jika kita membandigkan usia bumi yang ditempati
oleh manusia.

Hidup manusia di dunia ini pada dasarnya adalah singkat. Namun sebagaimana
pengetahuan kita akan iman di dalam Yesus Kristus bahwa Tuhan telah
menyediakan kehidupan yang kekal. Kesitulah tujuan akhir kehidupan kita, bukan di
dunia ini. Maka kita bisa belajar dari bendahara tadi yang menatap jauh ke depan
dan mempergunakan waktu yang ada sebelum ia di pecat oleh tuannya.
Maka bagaimana kita memanfaatkan segala anugerah dan berkat Tuhan dalam
kehidupan kita di dunia ini untuk memperoleh kehidupan kekal. Pada dasarnya
apapun yang kita pegang dan miliki di dunia ini akhirnya akan kita tinggalkan, ‘tak
satupun dapat kita bawa. Akan tetapi, kepemilikan kita yang ada di dunia ini sebagai
anugerah Tuhan dapat kita pakai untuk memperoleh harta yang abadi.

Kita tidak bisa memiliki harta yang abadi itu dengan uang yang banyak, tetapi harta
yang banyak itu dapat kita pakai untuk memperoleh harta yang kekal jika itu kita
perbuat dengan keyakinan iman. Maka maksudnya bukanlah masalah banyak atau
sedikit yang kita miliki di dunia ini untuk memperoleh harta yang abadi, tetapi
bagaimana kita memanfaatkan apa yang Tuhan percayakan dalam hidup ini kita
dengan sebaiknya. Tidak mengsia-siakan hidup dan anugerah yang Tuhan berikan
pada kita. Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengatakan “Ikatlah persahabatan
dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon
itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi”
(Lukas 16: 9).

Nas khotbah ini sesungguhnya memiliki makna yang tidak jauh beda dengan apa
yang tertulis dalam 1 Timoteus 1: 12-17, yang mana disitu Paulus mengatakan
“karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini
kepadaku”. Artinya, bahwa Tuhan mempercayakan kebaikanNya – kasihNya
kepada Paulus dan itu adalah anugerah. Setiap apapun yang ada pada kita dalam
dunia ini adalah anugerah Tuhan, bahwa Tuhan menganggap kita dapat dipercaya.

Sama halnya seperti bendahara tadi yang dianggap dapat dipercaya oleh tuannya
untuk memegang harta tuannya. Bahwa apapun yang ada pada kita saat ini
semuanya berasal dari Tuhan, yang dipercayakan pada kita untuk kita pegang dan
pelihara dan pakai dengan sebaiknya.

Maka bagaimana kita untuk dapat memahami bahwa apapun yang ada pada kita
semua adalah anugerah Tuhan dan dengan tetap memegang teguh
kepercayaan yang diberikan Tuhan pada kita. Jika “titipan” harta duniawi
yang akan lenyap saja kita sudah tidak bisa lagi dipercaya bagaimana mungkin kita
di percaya untuk menerima harta yang sesungguhnya? (ay. 11).

Itulah sebabnya dikatakan Tuhan Yesus “Barangsiapa setia dalam perkara-


perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar”. Jika kita dapat
dipercaya dalam menjalani kehidupan di dunia ini dengan baik, maka Tuhan juga
akan mempercayakan pada kita kehidupan yang sesungguhnya, kehidupan yang
kekal bersama Allah. Maka jadilah menjadi seorang Ayah, Ibu, Anak yang dapat
dipercaya; jadilah gembala yang dapat dipercaya; jadilah menjadi pegawai atau
karyawan yang dapat dipercaya; jadilah pedagang yang dapat dipercaya; jadilah
bendahara yang dapat dipercaya; jadilah orang kepercayaan Tuhan.

Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan


karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya.
Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan
karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta
mencurinya.
(Matius 6: 19-20)

BELAJAR DARI BENDAHARA YANG TIDAK JUJUR


Posted on Oktober 19, 2010 by blessedday4us

Lukas 16: 1 – 13

Mengapa Tuhan Yesus memuji bendahara yang kelihatannya tidak jujur ini dalam
perumpamaanNya? Mengapa ia dikatakan telah melakukan sesuatu yang baik? Apakah ini
berarti Yesus setuju dengan tindakan menipu? Apakah Yesus berpihak kepada ketidak
jujuran?

Untuk memahami bagian ini kita perlu memahami budaya pada masa itu dalam hal
pengelolaan keuangan yang dipercayakan kepada seorang bendahara. Pada masa itu, si
pemilik modal hanya menyediakan suatu dana agar manajer yang diangkatnya mampu
mengelola uang tersebut sehingga usaha tersebut menghasilkan keuntungan. Karena itu
manager yang disebutnya sebagai bendahara yang menentukan tingkat besarnya suatu bunga.
Sehingga risiko kerugian harus ditanggung penuh oleh bendahara; tetapi kalau dia berhasil,
maka dia akan memperoleh keuntungan lebih. Dalam perumpamaan tersebut si pemilik
modal mengetahui bahwa bendaharanya telah menghambur-hamburkan uang. Oleh sebab itu,
sang bendahara ini segera dipanggil oleh tuannya untuk mempertanggungjawabkan seluruh
keuangan yang telah dikelolanya. Apa yang kemudian dilakukan oleh bendahara tersebut?

Di Luk. 16:5-7, bendahara tersebut mengurangi jumlah hutang dari para krediturnya. Dengan
pengurangan jumlah hutang tersebut para kreditur dapat membayar hutangnya dan pada
akhirnya sang bendahara dapat membayar apa yang menjadi kewajibannya kepada sang
pemilik modal sehingga dia akhirnya dapat menyelamatkan masa depan dan kariernya. Uang
yang menjadi hak tuannya tidak berkurang sedikit pun sehingga ia tidak jadi dipecat. Yang
dia potong sebenarnya adalah apa yang menjadi hak keuntungannya dari menjalankan usaha
tersebut. Dari perumpamaan Tuhan Yesus ini, kita dapat belajar bagaimana sang bendahara
memikirkan masa depannya secara cerdik. Walaupun dia pernah berbuat kesalahan besar,
tetapi dia segera memperbaikinya.
Apa yang dapat kita pelajari dari kehidupan sang bendahara dalam perumpamaan ini bagi
kehidupan kita?

1. Di dalam situasi kritis ia mengambil langkah yang tepat untuk masa depannya. Ia tidak
mudah menyerah dan berputus asa saat menghadapi kegagalan. Ia tidak jatuh dalam
keputusasaan atau meratapi keadaan melainkan berpikir taktis dan kreatif untuk mengatasi
masalah yang ada dihadapannya.
2. Ia tidak sembunyi dari masalah atau mencari kambing hitam dari masalahnya, melainkan
menghadapinya dan menyelesaikannya.

3. Ia adalah pribadi yang berorientasi pada penyelesaian masalah, bukan berfokus pada
masalah. Ia menggunakan uang yang ada dalam pengelolaannya untuk menjadi modal
dalam membangun pertemanan, atau lebih tepatnya membeli pertemanan, dengan sesama
yang dapat menolongnya kelak jika ia mendapat masalah, dipecat dari pekerjaannya, seperti
ia pernah menolong mereka.

Meskipun Yesus memuji bendahara yang tidak jujur ini dalam memikirkan masa depan
kehidupannya, Yesus pun memberikan kritiknya terhadap bendahara ini. Ayat ke-9 dapat kita
lihat sebagai teguran Yesus. Bagi Yesus membangun persahabatan dengan berdasarkan
materi/uang adalah sebuah kesia-siaan. Hubungan itu dibangun di atas dasar yang rapuh.
Ucapan Yesus di ayat ini merupakan sindiran yang halus tetapi tajam menghujam.
Barangsiapa membangun persahabatan dengan mamon (materi) yang tidak jujur akan
menghasilkan perbuatan yang licik dan mendapatkan persahabatan yang semu sifatnya.

Bagi Yesus, apabila mereka yang tidak mengenal Tuhan, di saat-saat yang sulit dan kritis
mampu berpikir kreatif, bukankah anak-anak Allah harusnya juga mampu berpikir lebih
cerdik dan kreatif dalam menghadapi masalah dengan tetap berpedoman pada iman kita
kepada Yesus Kristus. Kreatif dan cerdik tanpa berlandaskan iman hanya akan menghasilkan
tindakan memperdaya dan merugikan orang lain demi kepentingan diri sendiri. Ia akan
menjadi pribadi yang cerdik tetapi licik, lihai tetapi jahat. Sikap kritis dan kreatif yang
berlandaskan sikap iman akan membawa kita pada kemampuan untuk menghadapi dan
mengatasi masalah dengan tetap memerhatikan apa yang menjadi hak orang lain dan
kewajiban kita kepada sesama.

Iman kepada Kristus seharusnya mendorong kita untuk selalu berpikir kritis, kreatif, dan
dinamis. Iman kepada Kristus Yesus adalah iman yang mampu mengalahkan pencobaan dan
pergumulan hidup tanpa harus kehilangan hati nurani pada sesama, pada diri sendiri, dan
kesetiaan kepada Kristus.

Tuhan memberkati.

Happy Sunday,

Perumpamaan tentang Bendahara yang Tidak Setia

Lukas 16:1-13 - Disampaikan oleh Pendeta Eric Chang, Montreal


Kita akan melanjutkan pembahasan Firman Allah di Lukas 16:1-13. Perumpamaan ini dikenal
sebagai Perumpamaan tentang Bendahara yang Tidak Adil, atau Perumpamaan tentang
Bendahara yang Tidak Jujur. Perumpamaan ini ternyata sangat sesuai diberitakan pada waktu
Tahun Baru ini, karena ia mengajarkan kita untuk menyusun rencana hidup ini supaya kita
bisa memberikan pertanggungjawaban di Hari kita bertemu dengan Yesus nanti. Perhatikan
bahwa Yesus menyampaikan hal ini kepada para murid, berarti perumpamaan ini ditujukan
kepada orang Kristen secara khusus.

Dan Yesus berkata kepada murid-muridnya: "Ada seorang kaya yang mempunyai seorang
bendahara. Kepadanya disampaikan tuduhan, bahwa bendahara itu menghamburkan
miliknya. Lalu ia memanggil bendahara itu dan berkata kepadanya:

Apakah yang kudengar tentang engkau? Berilah pertanggungan jawab atas urusanmu, sebab
engkau tidak boleh lagi bekerja sebagai bendahara. Kata bendahara itu di dalam hatinya:
Apakah yang harus aku perbuat? Tuanku memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara.
Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu. Aku tahu apa yang akan aku perbuat,
supaya apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang akan
menampung aku di rumah mereka.

Lalu ia memanggil seorang demi seorang yang berhutang kepada tuannya. Katanya kepada
yang pertama: Berapakah hutangmu kepada tuanku? Jawab orang itu: Seratus tempayan
minyak. Lalu katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, duduklah dan buat surat
hutang lain sekarang juga: Lima puluh tempayan. Kemudian ia berkata kepada yang kedua:
Dan berapakah hutangmu? Jawab orang itu: Seratus pikul gandum. Katanya kepada orang
itu: Inilah surat hutangmu, buatlah surat hutang lain: Delapan puluh pikul.

Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan
cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak
terang. Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon
yang tidak jujur (yaitu uang), supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu
diterima di dalam kemah abadi (yaitu hidup kekal)."

"Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar.
Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam
perkara-perkara besar. Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur,
siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya? Dan jikalau
kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri
kepadamu? Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia
akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang
seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan
kepada Mamon (yakni Anda tidak dapat mengabdi kepada Allah sekaligus kepada uang)."

Si bendahara dituduh menghamburkan kekayaan, bukan tuduhan penggelapan uang

Ini adalah perumpamaan yang sangat penting, sekaligus juga menimbulkan masalah rumit.
Persoalan dasar yang dipertanyakan orang adalah: Bagaimana mungkin Yesus memuji
bendahara atau pengelola (steward) yang tidak jujur ini? Bagaimana mungkin Yesus memakai
orang yang tidak jujur ini sebagai contoh kecerdikan, yaitu sebagai contoh seorang yang
bertindak dengan memikirkan tentang masa depannya (yang memiliki foresight)? Inilah poin
yang perlu kita pelajari. Namun jawaban yang cukup singkat bagi pertanyaan tersebut adalah
Yesus bukan sedang memuji ketidakjujuran orang itu, melainkan kemampuannya untuk
melihat ke depan dan melakukan perencanaan yang bijaksana. Tentu saja jawaban ini tidak
meniadakan keberatan yang diajukan tentang pemakaian contoh dari orang yang tidak jujur
sekalipun bukan ketidakjujurannya yang sedang dipuji. Kita akan mengamati hal ini.

Di ayat yang pertama, apakah Anda melihat tuduhan apa yang diajukan oleh sang majikan
kepada bendaharanya? Tuduhannya adalah ia telah menghambur-hamburkan kekayaan sang
majikan. Apa arti menghamburkan kekayaan majikan itu? Poin pertama yang harus diingat
adalah pemborosan bukanlah ketidakjujuran. Bertindak boros tidak selalu didasari oleh
ketidakjujuran. Ia lebih merupakan suatu kecerobohan; kegagalan dalam mengelola sesuatu.
Namun tidak harus berarti ketidakjujuran. Ini adalah hal yang penting untuk diingat.

Yang kedua adalah di ayat 8, kata Yunani yang kemudian diterjemahkan dengan 'tidak jujur'
ini sebenarnya bermakna perbuatan yang salah (wrongdoing), suatu ungkapan yang
mempunyai arti yang luas. Namun pihak penterjemah (dalam bahasa Inggris, dan kemudian
juga diikuti dalam bahasa Indonesia), tampaknya mencampuradukkan tugas penerjemahan
dengan kegiatan penafsiran, dan kemudian menyajikan penafsiran mereka dengan memilih
untuk memakai kata 'tidak jujur', sebuah ungkapan yang mencondongkan artinya ke arah
tertentu. Seharusnya kata tersebut diterjemahkan dengan ungkapan perbuatan yang
salah, artinya telah melakukan sesuatu yang salah. Memboroskan kekayaan sang majikan
tentunya merupakan satu kesalahan, bukankah begitu? Akan tetapi tidak harus bermakna
tidak jujur. Seorang yang ceroboh dalam pekerjaannya, dapat dituduh telah melakukan
kesalahan. Tetapi kecerobohan bukanlah ketidakjujuran. Ketidakjujuran melibatkan penipuan.

Tetapi mungkin Anda akan berkata, "Ah! Tetapi dia memotong 50% jumlah minyak dan 20%
gandum dari total kewajiban orang-orang yang berhutang kepada tuannya. Itu tidak jujur."
Nah, apakah hal itu akan dinilai jujur atau tidak, kita akan membahasnya nanti dengan
berdasarkan hukum Yahudi.

Pengelolaan adalah poin pokok di dalam perumpamaan ini

Namun pertama-tama, izinkan saya untuk mengupas poin utama dari perumpamaan ini. Apa
yang menjadi bahasan pokoknya? Anda dapat segera melihat bahwa perumpamaan ini
berbicara tentang pengelolaan (stewardship). Apa arti pengelolaan itu?

Kata yang diterjemahkan dengan bendahara(steward) berasal dari kata Yunani oikonomos,
sebuah kata yang biasanya diterjemahkan dengan ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa kata
ekonomi yang ada di dalam bahasa Indonesia bersumber dari bahasa Yunani. Kata oikonomos
sebenarnya terdiri dari dua kata yaitu: oikos yang berarti rumah dan nomos yang berarti
hukum. Jadi 'ekonomi' berarti aturan rumah tangga, atau dengan kata lain manajemen rumah
tangga, atau ilmu pengetahuan domestik. Dan dari makna dasar ini, kemudian
dikembangkanlah bidang ilmu ekonomi, yang mempelajari prinsip-prinsip pengelolaan
keuangan bagi rumah tangga, dan dalam cakupan yang lebih luas akan meliputi perusahaan
dan juga negara. Jadi, seorang bendahara adalah orang yang diberi tanggungjawab dalam
mengelola sebuah rumah tangga. Ia menerima kewenangan untuk mengatur sebuah rumah
tangga. Ia bekerja untuk menjamin bahwa segala sesuatu berjalan dengan lancar di rumah
tersebut, dan rumah tangga pada masa itu berukuran cukup besar. Bendahara di dalam
perumpamaan ini memegang tanggungjawab di bidang bisnis karena ia mengurusi gandum
dan minyak. Ia bisa disebut sebagai seorang manajer bagi majikannya yang kaya raya, yang
bergerak di dalam bidang bisnis.
Sesudah memahami poin ini dengan jelas, kita akan segera memeriksa jumlah kemunculan
kata 'pengelolaan/pengurusan (stewardship)' dan kata 'bendahara/pengurus (steward)'. Tiga
referensi bagi kata 'pengelolaan/pengurusan (stewardship)' dari ajaran Yesus terdapat di
dalam perumpamaan ini, yaitu di Lukas 16:2,3,4. Referensi bagi kata 'bendahara/pengurus
(steward)' hanya ada satu yang terletak di luar perumpamaan ini. Dari sebanyak empat
referensi bagi kata 'bendahara/pengurus (steward)' ada tiga yang terdapat di dalam
perumpamaan ini, yaitu di Lukas 16:1,3,8 tetapi 4 kali di dalam ajaran Yesus. Referensi yang
satu lagi yang tidak di dalam perumpamaan ini ditemukan di Lukas 12:42, tetapi masih
sangat berkaitan dengan poin utama dari perumpamaan ini, sebagaimana yang akan kita lihat
nanti.

Dan kata kerja 'menjadi bendahara/bekerja sebagai bendahara (to be a steward)' muncul
sekali di Perjanjian Baru dan itu terdapat di dalam perumpamaan ini (Luk. 16:2). Dengan
demikian kita dapat segera melihat bahwa seluruh isi perumpamaan ini berbicara tentang hal
pengelolaan, hal menjadi seorang pengurus.

Setiap orang Kristen adalah milik Yesus dan adalah bendahara/pengurus

Lalu muncul pertanyaan, bagaimana menerapkannya dalam hidup saya? Kita tentunya tidak
mau mempelajari sebuah perumpamaan yang tidak ada kaitan apa-apa dengan kita. Jadi
pertanyaan yang diajukan adalah: Apa hubungan antara perumpamaan ini dengan kehidupan
kita sebagai murid? Yesus menyampaikan perumpamaan ini kepada para muridnya, kepada
orang-orang Kristen, jadi pasti ada pesan yang terkandung di dalamnya. Apa pesannya?
Apakah Yesus sedang berkata bahwa sekalipun sebelumnya para murid mungkin bekerja
dengan tidak jujur tidak jadi masalah asalkan semuanya dibereskan? Inikah pesannya?

Mari kita mulai dari pokok yang mendasar. Dan pokok tersebut adalah semua orang Kristen
itu merupakan para pengurus yang bekerja bagi Allah. Setiap kita yang sudah menjadi Kristen
sudah dibeli, seperti yang disampaikan oleh Rasul Paulus, "Sebab kamu telah dibeli dan
harganya telah lunas dibayar" (1 Korintus 6:20). Saya harap Anda mengerti bahwa ketika
Anda menjadi seorang Kristen, Anda tidak sekadar percaya kepada Yesus. Bukan sekadar hal
itu yang disebut menjadi Kristen! Ketika Anda menjadi Kristen, Anda tidak sekadar berkata,
"Oh, saya sudah jadi orang Kristen sekarang!" Apa bedanya antara Anda yang sudah menjadi
Kristen sekarang dengan yang belum menjadi Kristen dulunya? Apakah Anda akan
menjawab, "Yah, perbedannya adalah, sebelumnya saya tidak percaya kepada Yesus tetapi
sekarang saya sudah percaya"? Hanya itukah perbedaannya? Tentu saja tidak! Bukan sekadar
itu saja perbedaannya. Bukan juga sekadar perbedaan antara tadinya Anda tidak religius
namun sekarang menjadi religius. Lalu apakah Anda akan menjadi 'alim ulama'? Apakah
Anda akan menunjukkan kealiman dengan menggantungkan salib di leher Anda? Itukah
artinya menjadi Kristen? Bahwa tadinya Anda tidak mempercayai Yesus, namun sekarang
Anda percaya bahwa Yesus telah mati bagi dosa-dosa Anda? Itu hanya sebagian kecil saja
dari makna menjadi seorang Kristen.

Hal terpenting dalam menjadi seorang Kristen adalah: sekarang Anda menjadi milik Yesus;
Anda tidak menjadi penguasa atau bos atas diri Anda lagi. Mengapa begitu? Karena Anda
sudah dibeli dengan darah Yesus. Jika uang sangat berharga, maka darah tentunya jauh lebih
berharga lagi. Darah adalah kehidupan. Dengan kata lain, ketika Alkitab berkata, "Ia telah
membelimu dengan darahnya," itu berarti bahwa Yesus membeli Anda dengan mengorbankan
hidupnya. Ia harus mengorbankan nyawanya untuk menjadikan Anda sebagai miliknya. Jika
Anda adalah seorang Kristen muda, yaitu yang baru saja menjadi Kristen, saya ingin agar
Anda ingat hal ini baik-baik. Menjadi seorang Kristen bukan sekadar masalah bahwa tadinya
Anda tidak pernah ke gereja tetapi sejak sekarang Anda rajin masuk gereja. Bukan sekadar
perkara tadinya Anda tidak pernah baca Alkitab tetapi sekarang mulai membaca Alkitab.
Bukan sekadar urusan bahwa tadinya Anda tidak percaya bahwa Yesus adalah Juruselamat
dunia dan telah mati bagi dosa-dosa Anda, dan sekarang Anda mempercayainya. Tidak,
menjadi Kristen berarti bahwa Anda sekarang ini adalah milik Yesus; diri ini bukan milik
Anda lagi.

Anda mungkin bertanya, "Baiklah, lalu apa artinya saya ini menjadi milik Yesus?" Itu berarti
bahwa Anda tidak lagi menjalani hidup ini demi diri Anda sendiri. Maknanya adalah
terjadinya suatu perubahan mendasar di dalam tujuan dan arah hidup Anda. Anda harus
pahami pokok ini. Jika sebelumnya yang Anda kejar adalah tujuan hidup Anda, Anda hidup
bagi diri Anda sendiri, maka sekarang yang Anda kejar adalah penggenapan kehendak Tuhan.
Mungkin Anda akan berkata, "Wah! Apakah itu berarti bahwa saya harus menjadi
pengkhotbah?" Sabar dulu. Anda tidak harus menjadi seorang juru khotbah, kecuali jika
memang Allah sendiri yang telah merencanakan bahwa Anda akan menjadi seperti itu. Allah
tidak terburu-buru dalam melatih Anda untuk menjadi hamba-Nya. Anda tidak perlu
memusingkan hal itu. Dan jika Allah kemudian memberi Anda hak istimewa itu, maka Anda
harus menyadari bahwa itu adalah penghargaan yang sangat langka. Tidak semua orang
mendapat panggilan seperti itu. Namun tentu saja, jika Anda tidak mendapat panggilan
seperti itu, maka itu bukan berarti bahwa Allah meremehkan Anda. Hanya mungkin
panggilan Anda bukan di sana. Namun, jika Anda memang direncanakan oleh Allah untuk
menjadi hamba-Nya, maka Anda pasti akan segera mengetahui pada saatnya. Allah akan
menyatakan hal itu dengan jelas kepada Anda.

Mungkin Anda menanyakan lagi, "Lalu apa artinya bahwa sekarang ini saya adalah milik
Allah dan saya hidup untuk Dia?" Itu berarti bahwa mulai sekarang, apapun yang Anda
lakukan, apakah di dalam hal pekerjaan atau pelajaran, Anda menjalankan semua itu atas
dorongan niat untuk memuliakan nama Allah. Itu sebabnya mengapa Paulus berkata
kepada jemaat di Korintus, "Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau
melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah" (1 Kor.
10:31). Jika Anda sedang menuntut ilmu, maka Anda melakukan itu demi kemuliaan-Nya.
Anda memikirkan tentang bagaimana cara memanfaatkan ilmu pengetahuan yang Anda dapat
itu bagi Dia. Seluruh hidup Anda sekarang terpusat kepada Dia.

Yesus memberikan hidupnya, manfaatkan dengan benar

Apa hubungannya dengan pengelolaan? Jelas sangat berkaitan. Jika Anda menjadi milik
Kristus, itu berarti bahwa Anda menyerahkan diri Anda kepadanya. Yesus juga memberikan
dirinya kepada Anda. Sungguh indah sekali! Menjadi seorang Kristen bukan sekadar berarti
Anda menjadi milik Kristus tetapi juga berarti bahwa Kristus pun menjadi milik Anda, sama
seperti dalam suatu pernikahan. Di dalam suatu ikatan pernikahan, Anda tidak sekadar
menjadi milik orang lain. Orang tersebut pada saat yang sama juga menjadi milik Anda.
Pemilikan itu tidak berlangsung searah; melainkan secara timbal balik. Mulai saat ini Yesus
menjadi milik Anda. Ia telah mengkomitkan dirinya kepada Anda. Dan di dalam
menyerahkan dirinya itu, ia telah memberikan hidupnya kepada Anda, yaitu hidup kekal. Itu
berarti bahwa Anda sekarang adalah pengelola hidup yang kekal itu. Seorang
pengelola/bendahara (steward) bertanggungjawab ke atas segala sesuatu yang dipercayakan
kepadanya. Hidup yang kekal itu diberikan kepada Anda bukan supaya Anda dapat
bersenang-senang dengannya, tetapi Anda menerima hidup itu sebagai milik yang harus
dikelola dengan benar.

Hidup itu diberikan bukan untuk dimakan. Apakah Anda memakan kehidupan? Tidak, Anda
tidak memakan kehidupan. Jadi apa yang akan Anda lakukan dengan kehidupan itu?
Menciumnya? Tidak juga. Mengenakannya seperti pakaian? Tentu juga tidak. Apa yang akan
Anda lakukan dengan kehidupan yang diberikan itu? Apa gunanya kehidupan itu? Kehidupan
itu adalah untuk dijalani. Hal ini berkaitan dengan cara hidup kita, cara berbicara, cara
berpikir dan bertindak. Hidup yang kekal adalah arah dan tujuan hidup yang baru yang
Allah berikan kepada Anda. Itulah hal yang menggairahkan di dalam menjalani kehidupan
Kristen. Bukan sekadar menerima kepercayaan untuk memiliki hidup yang kekal, tetapi juga
kepercayaan untuk mengelolanya, dan membaginya kepada orang lain, untuk melakukan
sesuatu hal yang bermanfaat dengan hidup itu. Poin ini sangat penting di dalam pengajaran
Yesus dan dia menyampaikannya dalam beberapa perumpamaan. Perumpamaan tentang
Uang Mina dan tentang Talenta, keduanya memberitahu bahwa ketika kita menjadi seorang
Kristen, kita diberi kepercayaan untuk mengelola sesuatu yang sangat berharga; kita
dipercayakan dengan hidup yang kekal. Kita menjadi seorang pengurus bagi Allah.

Sebagai contoh, beberapa dari antara Anda yang menikah dan memiliki anak-anak tahu apa
artinya diberi kepercayaan untuk mengurus. Ketika Anda mendapatkan anak yang pertama,
tiba-tiba Anda tersadar, "Hei, saya mendapat kepercayaan untuk mengurus satu jiwa! Nyawa
di tubuh yang sedang saya gendong ini menjadi tanggung-jawab saya sekarang!" Tiba-tiba
saja tanggung-jawab pengurusan sekarang melekat di pundak Anda. Ada satu jiwa yang harus
Anda rawat, satu orang yang harus Anda besarkan. Ada orang lain yang jiwanya bergantung
pada Anda. Apapun yang Anda lakukan terhadap orang itu akan menjadi tanggung-jawab
Anda yang sangat besar. Akankah anak Anda bertumbuh sebagai orang yang mengasihi
Tuhan? Akankah anak Anda bertumbuh dalam kehidupan yang bermakna, kehidupan dalam
pelayanan terhadap sesama manusia? Akankah anak Anda menjadi berkat bagi sesamanya
dan memuliakan nama Allah? Tiba-tiba saja terbit rasa tanggung-jawab di dalam diri Anda.
Berapa banyak orang tua yang mengenang masa lalu mereka dan berkata, "Aku telah
mengacaukan hidup anak yang dipercayakan kepadaku"?

Sebagai seorang Kristen, Anda bertanggung-jawab atas cara Anda menjalani hidup ini. Sama
seperti seorang pengurus, Anda harus memberi pertanggung-jawaban kepada Allah. Inilah
poin utama di dalam perumpamaan ini. Anda dan saya akan menghadap takhta penghakiman
Allah dan Ia akan bertanya, "Apa yang telah engkau kerjakan dengan hidup yang telah
kuberikan padamu?" Dalam hal ini, setiap orang harus bertanggung-jawab kepada Allah
karena sekalipun Anda bukan orang Kristen, dari manakah asalnya hidup yang Anda miliki
sekarang? Allah adalah Pencipta segala kehidupan, baik kehidupan jasmani mau pun rohani.
Jika Anda menikmati kehidupan jasmani, Anda harus mempertanggung-jawabkan hal-hal
yang telah Anda kerjakan dengan kehidupan jasmani Anda. Dan orang Kristen memiliki
tanggung-jawab ganda. Ia tidak sekadar harus mempertanggung-jawabkan kehidupan
jasmaninya tetapi juga kehidupan rohaninya, hidup kekal yang telah diberikan Allah
kepadanya. Jadi, hidup sebagai seorang Kristen justru bermakna bahwa kita menerima
tanggung-jawab yang lebih besar, tetapi hal itu juga memberi kita satu hak istimewa yang
lebih besar. Jika lebih banyak yang diberikan kepada Anda, Anda mempunyai penghargaan
yang lebih tinggi, tetapi tanggungjawab yang menyertainya juga lebih besar.

Pikirkanlah dengan lebih teliti, sejalan dengan semakin dekatnya tahun baru, sesudah lebih
dari dua ribu tahun sejak kelahiran Kristus: Apa yang akan saya kerjakan di tahun yang
sedang mendekat ini? Bagaimana cara menjalani hidup ini supaya kalau di hari itu nanti
ketika Yesus bertanya, "Apa yang engkau kerjakan di tahun ini?" maka saya tidak perlu
tertunduk malu? Yang terbaik memang adalah membuat perencanaan dari jauh-jauh hari.
Jangan menunggu sampai saat itu benar-benar datang dan Anda kebingungan, "Apa yang
harus kulakukan hari ini? Apa yang harus kukerjakan besok?" Jika Anda hidup dengan cara
seperti ini, maka Anda akan segera menghabiskan waktu dan hidup Anda dengan percuma.
Anda tidak punya tujuan.

Setiap orang yang pernah belajar tentang ekonomi tahu bahwa tidak seorangpun yang dapat
sukses menata perekonomian cukup dengan duduk-duduk menunggu apa yang akan terjadi
esok hari. Anda harus merencanakan sejak awal. Ada rencana tahunan, 5-tahunan, atau yang
10-tahunan. Ilmu ekonomi berkaitan dengan perencanaan di depan. Harus tahu bagaimana
memanfaatkan waktu. Berpikir ke jauh ke depan. Apa sasaran rohani saya di tahun ini? Jika
Anda mengingat-ingat semua yang telah terjadi di tahun lalu, apakah di dalam kehidupan
jasmani dan rohani Anda mengalami kemacetan dan kehilangan arah? Jika demikian, maka
itu berarti bahwa Anda masih belum mengerti "ekonomi rohani." Kehidupan rohani berjalan
dalam hukum-hukum rohani, dan ada prinsip-prinsip yang harus Anda kerjakan jika Anda
ingin mengalami kemajuan.

Pengurus atau bendahara di dalam perumpamaan ini tidak tahu ke mana arah
hidupnya

Inilah masalah yang terdapat pada si bendahara di perumpamaan ini. Akan tetapi, kebanyakan
orang memang menjalani hari-harinya tanpa arah tujuan, bukankah begitu? Dan mereka
bergelut dengan hari-hari yang dijalaninya sambil berharap suatu saat akan mendapatkan
yang terbaik. Orang Tionghoa menyebut hal ini dengan istilah Hu li hu tu, tiada arah tiada
tujuan. Mereka tidak tahu apa yang sedang dikerjakan. Dan jika Anda hu li hu tu, maka Anda
juga akan ma ma hu hu, terjemahan harafiahnya adalah kuda kuda macan macan. Seperti si
bendahara ini, Anda tidak tahu akan kemana. Anda tidak tahu apakah sedang berurusan
dengan kuda atau dengan macan. Keduanya tampak sama di mata Anda. Bayangkan jika
Anda melihat seekor binatang dan Anda mengira bahwa ia adalah seekor kuda padahal ia
adalah seekor macan, saya rasa Anda akan segera mendapatkan pengalaman buruk. Mungkin
dari peristiwa seperti itulah asal-usul dari pepatah ma ma hu hu ini. Macan dan kuda jadi
terlihat sama saja, dan kita tidak tahu lagi mana yang kuda dan mana yang macan. Itulah yang
disebut sebagai hu li hu tu; hidup tanpa arah tujuan. Anda tidak boleh menjalani kehidupan
rohani seperti ini. Anda harus memilah mana yang macan dan mana yang kuda. Kuda akan
membawa Anda pergi ke tempat yang Anda inginkan, tetapi macan akan membawa Anda
pergi ke tempat yang tidak Anda inginkan, yaitu ke dalam perutnya! Jadi Anda memang
sebaiknya memilah antara keduanya.

Cara banyak orang dalam menjalani kehidupan Kristennya cukup mengerikan.


Kenyataannya, cara mereka menjalani kehidupan duniawinya juga cukup mengerikan.
Mereka tidak tahu kemana harus menuju. Jalanilah kehidupan Kristen dengan mengetahui ke
mana arah tujuan hidup Anda. Yesus berkata di Yohanes 8:14, "Aku tahu, dari mana aku
datang dan ke mana aku pergi. Tetapi kamu tidak tahu, dari mana aku datang dan ke mana
aku pergi." Keadaan rohani orang non-Kristen yang menyedihkan adalah kenyataan bahwa
mereka tidak tahu dari mana mereka berasal dan kemana mereka akan pergi. Ia tahu bahwa ia
harus berjuang dalam hidupnya dan ia berharap untuk dapat meraih kemajuan dari waktu ke
waktu, akan tetapi itu bukanlah kehidupan. Makna sejati dari kehidupan adalah tahu
kemana Anda mengarahkan hidup Anda.
Orang-orang Kristen harus tahu tujuan hidupnya. Mengertikah Anda apa tujuan hidup Anda?
Tahukah Anda apa yang harus Anda kejar dalam hidup ini? Jika Anda seorang Kristen, ada
satu hal yang sangat penting bagi Anda. Allah telah mempercayakan kepada Anda kasih
karunia-Nya dan Anda harus memanfaatkan kasih karunia tersebut. Anda nanti harus
mempertanggung-jawabkan apa saja yang telah Anda kerjakan dengan kasih karunia tersebut.
Pastikan bahwa Anda tahu bagaimana menggunakannya. Saya harap Anda segera
merenungkannya. Bagaimana saya akan menjalani kehidupan Kristen saya di tahun ini,
supaya ini mejadi tahun yang luar biasa? Bagaimana menjadikannya tahun yang menggugah,
tahun yang penuh peluang, tahun prestasi bagi kemuliaan Allah dan berkat bagi sesama?
Renungkanlah hal itu! Saya tidak dapat mengatur bagaimana cara Anda akan menjalani hidup
Anda sendiri. Anda harus mengaturnya sendiri. Saya tidak tahu karunia macam apa yang
diberikan kepada Anda.

Gunakanlah semua karunia yang dari Allah untuk memuliakan Dia

Ada satu hal yang telah pasti. Setiap orang Kristen adalah hamba Allah, ingatlah akan hal ini.
1 Petrus 2:16 memberitahu kita bahwa setiap orang Kristen adalah hamba Allah dan Petrus
berkata, "Hiduplah sebagai hamba Allah." Jangan mengira bahwa hanya para pendeta atau
pengkhotbah saja yang merupakan hamba Allah. Di dalam Alkitab, setiap orang Kristen
adalah hamba Allah, dan itu berarti bahwa Anda juga merupakan hamba Allah. Dan karena
Anda juga adalah hamba Allah, maka Anda juga memiliki tanggung-jawab kepengurusan,
memiliki tugas yang harus dijalankan. 1 Petrus 4:10-11 berkata bahwa setiap orang Kristen
adalah seorang pengurus:

Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap
orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah. Jika ada orang yang berbicara,
baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah; jika ada orang yang
melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah, supaya
Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus. (Jika karunia Anda bukanlah
dalam hal menyampaikan Firman Allah, Anda dapat melayani di bidang yang lainnya, seperti
membantu saudara-saudara seiman yang kekurangan. Itu adalah salah satu jenis pelayanan.)
Ialah (Allah dan Yesus) yang empunya kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya! Amin.
Tujuan hidup ini adalah menjalaninya bagi kemuliaan Allah.

Saya tidak tahu apakah ada hidup yang lebih berarti dibandingkan dengan hidup yang
memiliki arah. Kehidupan Kristen adalah kehidupan yang memiliki makna, arah dan tujuan,
dan Anda harus tahu tujuan tersebut. Sangat sering terjadi, orang yang bukan Kristen menjadi
tidak tertarik menjadi orang Kristen karena melihat orang Kristen yang tampaknya hidup
tanpa arah dan tujuan. Tampaknya mereka seperti tidak memiliki tujuan yang jelas. Saya
harap jika Anda hidup berdekatan dengan orang-orang non-Kristen di tahun yang baru ini,
pastikanlah bahwa mereka akan melihat Anda sebagai orang Kristen yang menjalani hidup
yang memiliki tujuan, memiliki arah dan sasaran. Tunjukkanlah kehidupan yang penuh arti
dan teratur.

Di dalam ayat-ayat itu kita melihat penerapan dari perumpamaan ini. Rasul Petrus
memberitahu kita bahwa kita semua adalah para pengurus dari kasih karunia Allah yang
berupa hidup kekal itu dan juga karunia-karunia lainnya yang telah Ia berikan kepada kita.
Apakah Ia memberi Anda karunia untuk berbicara? Pakailah itu bagi kemuliaan Allah.
Apakah Allah memberi Anda karunia untuk bermain musik? Pakailah itu bagi Allah. Apakah
Ia memberi Anda karunia pemahaman bahasa? Gunakan itu untuk penerjemahan. Apakah Ia
memberi Anda karunia untuk menulis? Muliakanlah Allah dengan itu. Buatlah perencanaan
dalam tahun nanti, misalnya, "Saya akan menulis beberapa artikel buat Allah." Allah akan
senang. Ada banyak orang yang memiliki berbagai karunia, namun apa yang mereka lakukan
dengan karunia-karunia itu? Mereka menguburnya dan karunia-karunia itu membusuk. Saya
sering bertemu dengan orang-orang yang punya banyak karunia. Jika setiap orang Kristen di
dalam Jemaat Allah mau merenungkan karunia apa saja yang telah mereka miliki, jika
mereka memakai inisiatif mereka, jika saja mereka memiliki semangat kerohanian untuk
memakai karunia milik mereka sepenuhnya bagi Allah, kemuliaan yang mereka berikan bagi
Allah dan berkat yang mereka alirkan kepada sesama manusia akan tak terhitung besarnya.

Setiap pengetahuan yang Anda miliki bisa sangat bermanfaat bagi Allah.

Sebagai contoh, kami memiliki sistem terjemahan simultan (dari satu bahasa ke dalam
beberapa bahasa) yang dirancang dan dibuat oleh seorang saudara seiman. Suatu hari
datanglah seseorang dari organisasi 4M untuk mempelajari sistem terjemahan kami. Ia
berkata, "Sistem ini sungguh sangat bagus!" Lalu ia mencontoh diagram rangkaian elektronik
dari sistem ini untuk dipakai dalam kegiatan KKR yang lain. Saya harap saudara kita yang
telah merancang sistem ini tidak memusingkan masalah hak cipta! Dengan cara begini,
pekerjaan Allah menjadi sangat terbantu. Bagaimana caranya? Karena adanya satu orang
yang mengerti tentang elektronika. Selanjutnya, terjadi rangkaian tindakan yang membantu
mempermudah pelayanan di segala bidang. Coba Anda pikirkan, cukup dengan sedikit
inisiatif dan segera Anda akan melihat betapa luar biasa hal yang dilakukan Tuhan melalui
orang-orang yang tampaknya tidak berarti seperti kita ini. Sungguh luar biasa! Saya tidak
tahu karunia-karunia apa yang Anda miliki. Anda harus merenungkannya sendiri. Pakailah
inisiatif Anda dan temukanlah cara untuk melayani Allah. Jangan ada orang yang berkata,
"Saya tidak tahu harus bagaimana melayani Allah." Setiap orang pasti punya karunia yang
bisa dipakai untuk melayani Allah. Setiap orang punya itu.

Menyumbangkan uang adalah cara yang paling sederhana. Sebagai contoh, setiap orang
dari kita pasti memiliki uang lebih yang dapat disumbangkan. Tahukah Anda betapa
berharganya satu atau dua dolar kelebihan Anda itu bagi mereka yang hanya bisa makan
sekali dalam tiga hari? Berusahalah untuk mencari tahu siapa saja orang yang sedang
kekurangan agar Anda bisa membantu mereka. Ini merupakan pelayanan kepada Allah yang
setara dengan menyampaikan khotbah di mimbar. Anda telah melayani Allah dengan
memberikan dua dolar itu kepada orang yang membutuhkan karena orang itu akan bersyukur
kepada Allah dan berkata, "Ya Tuhan, Engkau sungguh baik kepada saya karena telah
menggerakkan hati orang ini untuk memperhatikan kebutuhan saya." Anda telah melayani
Allah. Tidak ada pekerjaan yang tidak berarti di mata Allah. Dan kadang kala, karya yang
terbaik justru berawal dari pekerjaan yang dianggap 'remeh'.

Anda dapat menelpon atau mengunjungi orang yang kesepian. Anda juga dapat saja
menelpon orang-orang. Apakah Anda tidak punya waktu untuk itu? Apakah sepuluh sen itu
terlalu mahal? Satu kali telepon atau kunjungan bisa sangat membangkitkan semangat
seseorang. Itulah namanya melayani Allah. Itu adalah pelayanan di tingkat yang paling
praktis dan itulah yang sedang dibicarakan oleh rasul Petrus di sini. Akan tetapi, justru dalam
hal-hal kecil di mana kita sudah gagal, dan gagal secara menyedihkan.

Perumpamaan ini tentang kesetiaan dalam menggunakan otoritas yang telah Allah
berikan
Perhatikanlah kata-kata di Lukas 16:10, "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia
setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar (tidak setia) dalam
perkara-perkara kecil, ia tidak benar (tidak setia) juga dalam perkara-perkara besar." Di
sini kita melihat bahwa sekali lagi para penerjemah bukannya melakukan penerjemahan
tetapi penafsiran dan menaruh kata 'tidak benar'. Seluruh perumpamaan ini berbicara tentang
kesetiaan. Anda bukan termasuk orang yang tidak benar jika tidak menelpon teman yang
sedang membutuhkan bantuan, namun Anda tidak setia. Dan tuduhan yang paling parah yang
dapat diajukan kepada seorang pelayan adalah masalah kesetiaan.

Rasul Paulus berkata di 1 Korintus 4:2, Yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan yang
demikian ialah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai. Sama halnya dengan rasul Paulus,
Anda dan saya, kita semua adalah para pelayan. Dan Yesus dengan jelas menegaskan bahwa
ia ingin agar kita setia (Luk. 12:42-47). Ia sendiri sudah membuktikan kesetiaannya kepada
kita. Giliran kita sekarang untuk menunjukkan kesetiaan kita.

Si bendahara harus mempertanggung-jawabkan otoritasnya

Jika poin utama dari perumpamaan ini sudah menjadi jelas, kita akan segera melihat apa yang
terjadi pada bendahara ini. Si bendahara ini dituduh melakukan pemborosan. Kata Yunani
yang diterjemahkan dengan 'menghamburkan' itu adalah diaskorpizo. Inilah tuduhan yang
diajukan dan kita akan mempelajarinya dengan cermat.

Apa arti menghamburkan? Kita dapat mencari tahu maknanya dengan melihat bagaimana
kata Yunani ini dipakai dalam berbagai ayat. Diaskorpizo dipakai di Matius 26:31, ayat yang
berbicara tentang gembala, Yesus memasuki saat-saat kematian dan domba-domba 'tercerai-
berai'. Jika Anda membunuh si gembala domba, maka tidak ada orang yang akan menjaga
serta memimpin domba-domba itu. Dan jika domba-domba itu tidak tahu apa yang harus
dilakukan, mereka akan tercerai-berai.

Kata ini juga dipakai dalam Yohanes 10:12. Dalam kasus ini, si orang upahan lari ketika
melihat serigala mendekat. Orang itu berkata, "Aku tidak mau kehilangan nyawa demi
domba-domba!" Lalu ia lari dan meninggalkan domba-domba itu dibunuh dan dicerai-
beraikan oleh serigala, mereka berlarian ke segala arah demi menyelamatkan nyawa mereka.

Kata yang sama dipakai lagi di Lukas 15:13, yaitu di dalam Perumpamaan tentang Dua Anak
yang Hilang. Si bungsu 'menghamburkan' harta warisannya. Terjemahan LAI memakai kata
'memboroskan'. Jadi, dalam ayat itu dijelaskan bahwa si bungsu memboroskan atau
menghamburkan harta warisannya.

Itu sebabnya, si bendahara ini dapat memboroskan atau menghamburkan harta kekayaan
tuannya karena ia memang diberi otoritas untuk mengurus bisnis tuannya. Ia tidak setia dalam
mempertanggung-jawabkan otoritas yang dipercayakan padanya. Dan ia dituntut untuk
mempertanggung-jawabkan hal itu oleh tuannya. Sangatlah penting untuk kita pahami satu
prinsip alkitabiah ini bahwa seorang pelayan memiliki kuasa atau otoritas. Anda harus ingat
baik-baik bahwa setiap orang Kristen memiliki otoritas. Dan orang Kristen memiliki otoritas
justru karena mereka semua adalah pelayan. Satu-satunya orang yang memiliki otoritas
adalah pelayan karena ia diserahkan otoritas itu. Saya memiliki otoritas di dalam Injil karena
saya seorang pelayan Kristus. Justru karena saya seorang pelayan, saya mempunyai otoritas
untuk memberitakan Injil. Justru karena saya adalah seorang pelayan, maka saya memiliki
kuasa dalam memberitakan Firman Allah dan menjalankan pekerjaan-Nya. Seperti yang
sudah dikatakan oleh rasul Petrus, kita semua memiliki otoritas karena kita adalah pelayan
Allah. Setiap orang Kristen memiliki otoritas atas karunia yang dipercayakan padanya.

Dan karena Anda memiliki otoritas sebagai orang Kristen, maka Anda juga memiliki
tanggung-jawab. Jika Anda tidak memiliki tanggung-jawab, maka Anda tidak perlu
memberikan pertanggungjawaban. Hanya orang yang memiliki tanggung-jawablah yang
harus memberi pertanggung-jawaban. Jika Anda menganggap bahwa orang Kristen tidak
perlu bertanggung-jawab atas segala perbuatannya, berarti Anda menganggap bahwa setiap
orang Kristen tidak memiliki kebebasan berpikir dan bertindak. Seluruh ajaran Alkitab
mengatakan kita semua bertanggung-jawab atas semua perbuatan kita karena kita telah
dipercayakan dengan otoritas itu. Anda harus mempertanggung-jawabkan hidup Anda di
hadapan Allah pada Hari itu nanti.

Anda bertanggung-jawab atas kehidupan Anda sekarang. Apakah Allah selalu mencampuri
kehidupan Anda? Tidak. Apakah Ia selalu datang setiap malam dan berkata, "Berikan
laporanmu sekarang"? Tidak. Ia menunggu sampai tibanya "Hari Pertanggung-jawaban",
yaitu Hari Penghakiman. Jadi, Anda bertanggung-jawab atas segala yang Anda lakukan. Allah
tidak mencampuri urusan Anda sekarang ini. Apa yang Anda kerjakan dengan hidup Anda
sekarang ini adalah tanggung-jawab Anda, ingatlah hal itu baik-baik. Jika Anda tidak
memanfaatkan karunia milik Anda bagi Allah, maka Allah tidak akan memaksakannya
kepada Anda sekarang ini. Ia akan menuntut pertanggung-jawabannya nanti. Jangan pernah
lupa akan hal itu!

Apa tujuannya menekankan pembahasan tentang otoritas yang ada pada seorang pelayan?
Untuk menunjukkan bahwa si pelayan memiliki otoritas untuk mengerjakan sesuai dengan
kehendaknya. Ia memang harus mempertanggung-jawabkannya nanti, akan tetapi di dalam
pelaksanaannya sekarang ini ia berkuasa penuh. Dan jika ia bertindak di dalam
kewenangannya, berarti ia mengemban tanggung-jawab.

Si bendahara memotong tagihan

Hal selanjutnya yang perlu dipahami adalah ini: Jika si bendahara telah berlaku tidak jujur,
sebagaimana yang telah ditafsirkan oleh para penerjemah Alkitab, lalu mengapa ia hanya
memotong 20% saja tagihan gandumnya? Ia sudah memotong 50% tagihan minyak, lalu
mengapa ia hanya memberi potongan 20% untuk gandum? Potongan sekecil itu tentunya
tidak akan membuat Anda menjadi sahabat orang yang berhutang gandum tersebut, ia masih
harus membayar sebesar 80% dari total hutangnya. Bebannya memang sudah berkurang,
akan tetapi tidak banyak. Jika si bendahara ini ingin mencari teman, mengapa ia tidak
sekalian saja berkata, "Baiklah, lupakan saja hutang kalian! Lagi pula, itu semua tagihan
majikan saya, bukan tagihan saya. Lupakan saja." Mengapa ia tidak berkata seperti itu?
Mengapa ia memotong 50% tagihan minyak dan 20% tagihan gandum?

Banyak sekali Pengkhotbah sekarang ini yang tidak memahami hal ini. Untuk bisa
memahaminya, Anda harus mengerti hukum agama orang Yahudi. Apa yang akan saya
sampaikan kepada Anda nanti bersumber dari hasil karya yang sangat penting dari Profesor
John Duncan Durret, dari London University di Inggris, yang berjudul The Law in The New
Testament (Hukum Taurat dalam perjanjian Baru). Di dalam tulisan itu, ia menjelaskan poin
ini berdasarkan hukum agama orang Yahudi. Jika Anda dapat memahami hal ini, maka Anda
akan segera melihat bahwa si bendahara itu tidak melakukan satu kecuranganpun dalam
tindakan terakhirnya. Tadinya ia memang sangat boros, tidak mampu mengurus bisnis
tuannya. Kata Yunani di ayat 8 itu diterjemahkan dengan kata 'tidak jujur' di versi LAI. Akan
tetapi, seperti yang sudah saya nyatakan sebelumnya, kata itu sebenarnya bermakna "berbuat
salah", suatu ungkapan yang maknanya sangat luas. Ia tidak melakukan kecurangan. Hal ini
sangat penting untuk dipahami. Ia tidak curang, dan Yesus tidak sedang memuji seorang
bendahara yang tidak jujur.

Apa yang Anda kerjakan pada saat menjalankan bisnis? Tujuan utama dalam berbisnis
tentunya untuk mendapatkan keuntungan. Setiap bank dan perusahaan berfungsi menurut
prinsip ini. Salah satu bidang usaha yang memberi untung besar adalah perkreditan. Jika
Anda ingin membeli rumah, maka mereka akan membantu pembiayaannya dan menarik
bunga dari bantuan tersebut. Sekarang ini suku bunga yang berlaku mungkin sekitar 11-12%.
Lalu Anda harus membayar cicilan pokok mau pun bunga dari kredit rumah tersebut, dan
Anda harus menghabiskan sebagian besar dari hidup Anda untuk melunasi hutang berikut
bunga itu. Kenyataannya, dari yang saya baca di sebuah koran, orang yang mengkredit rumah
seharga $35.000 harus membayar bunga sebesar $35.000 yang akan dilunasinya dalam 20
tahun. Dengan kata lain, Anda harus mengeluarkan uang sebesar $70.000 untuk membeli
rumah seharga $35.000. Sekarang Anda tahu mengapa lembaga-lembaga perkreditan itu
dapat menikmati untung yang sangat besar. Anda harus meminjam uang mereka dan
menerima syarat pengembalian ditambah dengan bunga, karena Anda tidak punya uang kas
sebesar $35.000 untuk membayar rumah tersebut.

Ada nasabah yang berhutang 100 tempayan minyak, akan tetapi kenapa si bendahara
memotong tagihannya menjadi 50 tempayan? Persoalanya akan menjadi sederhana jika Anda
telah memahami hukum agama Yahudi. Pada masa itu, hutang minyak dikenakan bunga
sebesar 100% sekali pinjam. Mirip dengan bisnis lembaga perkreditan, jika Anda mengkredit
rumah, maka Anda harus membayar bunga sebesar 100% dalam waktu 20 tahun. Jadi
poinnya terletak di sini. Si majikan, sebagai pemilik dari segala kekayaan itu, telah memberi
kuasa kepada si bendahara untuk menjalankan bisnisnya. Dan si bendahara ini memang ada
menjalankan kegiatan bisnis tetapi tidak banyak. Ia telah memberikan pinjaman barang
dagangan pada nasabah majikannya. Pada zaman itu, orang jarang meminjam uang untuk
berbisnis, karena nilai uang cenderung turun atau terkena inflasi. Jadi, di masa itu, orang
lebih memilih untuk meminjam barang-barang yang akan diperdagangkan. Kebanyakan
orang meminjam minyak dan gandum karena kedua komoditas itu sangat ramai
diperdagangkan. Dan hal ini ternyata masih berlangsung sampai di zaman kita sekarang.
Demikianlah, si bendahara itu memberi pinjaman sebanyak 50 tempayan atas nama tuannya,
dan ia segera mencatat jumlah tagihan sebesar 100 tempayan. Berapa besar hutang si
nasabah? 100 tempayan. Terdiri dari 50 tempayan hutang pokok dan 50 tempayan lagi
sebagai bunga.

Mengapa bunga untuk hutang minyak sangat tinggi di zaman itu? Untuk berjaga-jaga
terhadap kemungkinan kecurangan. Biasanya, minyak zaitun yang diperdagangkan. Yang
menjadi masalah adalah terbukanya kesempatan yang cukup besar untuk berbuat curang di
dalam pengembalian minyak itu. Sebagai contoh, orang bisa saja menambahkan air ke dalam
tempayan, dan karena minyak akan selalu mengambang di atas air, maka satu-satunya cara
untuk membuktikan kecurangan itu adalah dengan menuangkan seluruh isi tempayan itu. Di
samping itu, masih ada lagi cara lain dalam berbuat curang, yaitu dengan mencampur minyak
dari kualitas yang berbeda. Karena kemungkinan berbuat curang di dalam bisnis ini sangat
tinggi, maka tingkat bunga yang dibebankan terhadap pinjaman minyak dibuat sangat tinggi.
Sangat mudah melakukan penipuan dalam bisnis minyak.
Anda boleh memandang suku bunga sebagai semacam polis asuransi. Mirip dengan keadaan
pada saat Anda mengkredit sebuah rumah, Anda mengasuransikan cicilan rumah Anda
sehingga jika tiba-tiba Anda nanti tidak mampu melunasi pembayaran rumah Anda, maka
pelunasannya dilakukan oleh perusahaan asuransi. Dengan demikian, Anda harus membayar
cicilan pokok dan asuransinya sekaligus. Anda harus membayar ekstra. Itulah hal yang terjadi
dalam bisnis minyak ini.

Sedangkan gandum, suku bunga yang berlaku untuk gandum berkisar antara 20-25%. Jadi
nasabah yang satunya lagi telah meminjam 80 pikul gandum dengan hutang yang berbunga,
sehingga ia harus melunasinya dengan 100 pikul gandum.

Hukum agama Yahudi tidak mengijinkan pembebanan bunga

Apa yang sedang dilakukan oleh si bendahara ini? Sekarang kita tahu apa yang sedang
dilakukan oleh si bendahara ini. Ia akan dipecat karena kemalasannya dan pengelolaan yang
keliru atau kecerobohannya selama ini. Jadi ia harus melakukan satu atau dua perbuatan baik
sebelum ia benar-benar kehilangan pekerjaannya agar dapat memperoleh paling tidak satu
orang teman yang biasa diandalkan nantinya. Saat ia keluar nanti, paling tidak akan ada orang
yang masih bersimpati padanya. Mungkin mereka bersedia membantunya karena ia pernah
berbuat baik terhadap mereka. Ia harus mencari orang yang bersedia membantunya sesudah
dipecat nanti. Anda mungkin akan berkata bahwa perbuatannya tetaplah merupakan
kecurangan karena bunga tersebut merupakan hak dari majikannya.

Hal ini membawa kita kepada satu pokok di dalam hukum agama Yahudi yang sangat
menarik: di bawah aturan hukum agama Yahudi, pembebanan bunga sama sekali dilarang.
Saya harus menyampaikan hal ini supaya Anda dapat memperoleh pemahaman yang benar
atas perumpamaan ini. Anda tidak akan dapat memahami perumpamaan ini dengan sekadar
membacanya. Diperlukan tambahan pengetahuan yang tepat untuk bisa memahaminya.
Orang-orang Yahudi yang menjadi pendengar saat perumpamaan ini disampaikan Yesus dapat
memahami ucapannya dengan baik karena mereka semua tahu fakta-fakta yang melatar-
belakanginya. Akan tetapi kita tidak tahu fakta-fakta tersebut sehingga kita gagal memahami
perumpamaan ini. Dengan demikian, menurut hukum agama Yahudi, seorang Yahudi tidak
diperkenankan untuk membebankan bunga terhadap saudara sebangsanya yang sedang
membutuhkan sesuatu. Pembebanan bunga atas pinjaman tidak diperkenankan karena
biasanya jika ada orang yang meminjam sesuatu berarti bahwa ia sedang dalam keadaan yang
kekurangan. Dengan demikian seharusnya Anda justru memberi saja apa yang ia butuhkan
tanpa embel-embel ucapan, "Baiklah, kamu harus membayar hutang ini berikut bunganya
nanti." Kalimat seperti itu tentunya bukan merupakan ungkapan kasih terhadap sesama
manusia. Anda dituntut untuk memberi pinjaman kepadanya dan ia boleh mengembalikannya
tanpa bunga. Jadi, di bawah hukum agama Yahudi, sebagai contoh di Imamat 25:36-37 dan di
Ulangan 23:19-20, dan masih banyak rujukan lainnya lagi, orang Yahudi dilarang untuk
membebankan bunga atas suatu pinjaman. Namun, pada zaman-zaman belakangan, termasuk
di zaman Yesus, orang-orang meminjam barang bukan sekadar untuk memenuhi kebutuhan
pokoknya; mereka meminjam untuk keperluan bisnis. Itu sebabnya, orang-orang Farisi
menetapkan untuk mengabaikan aturan yang terdapat dalam kitab Imamat dan Ulangan dan
mengizinkan orang-orang untuk menarik bunga. Itulah latar belakangnya. Artinya,
pembebanan bunga diperbolehkan orang Farisi dalam urusan bisnis, namun menurut hukum
Taurat tidak diperkenankan.
Jadi, ketika si bendahara itu melakukan pemotongan, ia hanya memotong bagian bunganya
saja. Ia tidak dapat memotong bagian pokok hutang yang menjadi hak tuannya karena hal itu
akan merupakan suatu kecurangan. Jadi ketika seorang nasabah meminjam 50 tempayan
minyak, berarti ia terkena bunga sebanyak 50 tempayan minyak. Si bendahara ini tidak dapat
memotong bagian pokok dari hutang itu, namun ia dapat menghapus 50 tempayan yang
merupakan bagian bunga dari hutang itu. Dengan melakukan hal itu, sebenarnya ia sedang
menjalankan perintah Alkitab. Ia menghapus beban bunga yang ditanggung oleh saudara
sebangsanya. Itu sebabnya ia hanya memotong 20% saja dari hutang gandum karena memang
hanya itulah bagian bunganya. Sisanya yang 80% tidak boleh dipotong karena memang
merupakan hak dari majikannya. Yang dapat dikurangi hanya bagian bunganya saja karena
memang dilarang oleh hukum Taurat. Dengan demikian, si bendahara ini tidak dapat dituduh
curang.

Semestinya ini adalah Perumpamaan tentang Bendahara yang Tidak Setia

Saya harap Anda dapat melihat apa pokok bahasan dari perumpaman yang indah ini, yang
telah disampaikan oleh Yesus. Poinnya adalah tentang ketidaksetiaan si bendahara. Tuduhan
yang diajukan kepadanya adalah ketidaksetiaan, bukannya ketidakjujuran. Anda yang tidak
memahami hukum agama Yahudi akan kehilangan pengertian atas poin tersebut. Ia dipandang
tidak setia karena tidak mengerjakan dengan baik kewenangan atau kuasa yang dipercayakan
kepadanya; ia sangat boros. Namun ia lalu berjuang untuk mendapatkan teman atau sahabat
di saat-saat terakhir. Jika pembebanan bunga diperkenankan oleh hukum agama Yahudi, dan
jika si bendahara ini tetap saja berkata, "Aku akan mengurangi 50% hutang minyakmu, dan
juga 20% hutang gandummu," maka para nasabah itu segera tahu bahwa si bendahara ini
sedang berbuat curang. Apakah Anda bersedia bersahabat dengan orang yang tidak jujur?
Apakah Anda mengira bahwa jika ia sudah berbuat curang maka ia dapat mendatangi para
nasabah itu dan mendapat pertolongan dari mereka nantinya? Bersediakah Anda membantu
orang yang sudah jelas-jelas tidak jujur? Tentu tidak! Ia tidak akan mendapat sahabat
satupun. Bahkan mungkin ia justru akan kehilangan sahabat. Tindakannya yang terakhir
justru menjadi lebih buruk dari pekerjaannya yang sudah gagal. Jika tindakannya yang
terakhir itu adalah suatu kecurangan, ia tidak akan berhasil mendapatkan teman sama sekali!
Tidak, ia pasti juga tidak mau berbuat curang. Tindakannya yang terakhir haruslah
merupakan suatu perbuatan yang baik jika ia ingin mendapatkan sahabat.

Demikianlah, perumpamaan ini tidak tepat jika disebut Perumpamaan tentang Bendahara
yang Tidak Jujur. Semestinya disebut sebagai Perumpamaan tentang Bendahara yang Tidak
Setia. Ketidaksetiaannya bukan terletak pada tindakannya yang terakhir, melainkan pada
pekerjaannya selama ini, pada cara pengurusannya yang boros. Itu sebabnya ia dipecat. Akan
tetapi ia berusaha untuk memperbaiki segala sesuatunya pada kesempatannya yang terakhir
itu.

Sekarang Anda dapat memahami poin utama dari pengajaran Yesus ini. Yesus sedang berkata
kepada kita: Bereskan segala sesuatu di hadapan Allah selagi Anda masih punya kesempatan.
Seperti halnya dengan bendahara yang tidak setia ini, perbaikilah segala sesuatu yang
perlu diperbaiki, sebelum tiba hari pertanggung-jawaban. Pada mulanya, si bendahara ini
sangat malas, namun dalam tindakannya yang terakhir, ia berusaha memperbaiki segala
sesuatu yang bisa diperbaikinya supaya ia dapat memiliki sahabat yang akan membantunya di
saat kesulitan. Mereka akan berkata, "Orang ini malas dan tidak setia kepada tuannya, akan
tetapi ia ternyata taat kepada Hukum Taurat di akhir pekerjaaannya." Jadi pelajaran yang
perlu kita tarik adalah, bereskan segala hal yang menyangkut hubungan Anda dengan Allah.
Perbaiki segala sesuatu selagi masih ada waktu karena waktu yang tersedia semakin cepat
berlalu. Ini adalah perumpamaan yang sangat indah! Saya harap Anda dapat memahami
sepenuhnya dan memperhatikan peringatan dalam perumpaman ini baik-baik.

Berbuat salah atau malas seharusnya dipakai bukannya kata tidak jujur
Masih ada lagi satu pokok eksegetik. Saya ingin menyampaikan bahwa kata Yunani adikia,
yang diterjemahkan dengan kata 'tidak jujur' di Lukas 16:8, juga muncul di 2 Korintus 12:13
dengan pengertian yang sama sekali tidak berkaitan dengan ketidak-jujuran. Di sana, Paulus
menyebut dirinya tidak adil atau melakukan kesalahan terhadap jemaat di Korintus karena ia
menolak pemberian uang dari mereka. Tidak mengambil uang pemberian tentunya tidak
dapat dipandang sebagai ketidak-jujuran, bukankah demikian? Jadi, kata adikia yang artinya
berbuat salah ini tidak memiliki hubungan langsung dengan ketidak-jujuran.

Kata yang sama juga dipakai di Lukas 13:27, dan LAI menerjemahkannya dengan kata
kejahatan. Siapa itu orangnya yang disebut melakukan kejahatan yang tidak akan dapat
masuk ke dalam kerajaan surga? Kita baca di ayat 24 yang menjelaskan bahwa mereka adalah
orang-orang yang tidak berjuang masuk ke gerbang yang sempit itu. Mereka adalah orang-
orang yang malas secara rohani. Jadi, saudara-saudaraku, Anda tidak harus menjadi orang
yang melakukan kejahatan jika ingin dicampakkan pada Hari Penghakiman nanti. Cukup
dengan menjadi malas saja. Allah tidak punya waktu untuk orang-orang yang secara rohaniah
malas. Orang-orang seperti itu tidak mau berjuang untuk masuk melalui pintu gerbang yang
sempit. Mereka tidak mau berjuang untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah. Mereka tidak mau
berjuang untuk masuk ke dalam hidup yang kekal. Itulah kejahatan mereka. Orang-orang itu
disebut melakukan kejahatan. Jika Anda tidak mengerjakan hal yang baik, secara otomatis
Anda sudah mengerjakan hal yang jahat.

Di Matius 25:26, dalam Perumpamaan tentang Talenta, Anda akan mendapati hal yang persis
sama. Apakah orang yang menguburkan satu talentanya itu telah melakukan tindak
kejahatan? Tidak, ia sekadar menguburkannya. Ia tidak mencuri dari orang lain. Ia tidak
menipu orang lain. Lalu mengapa Yesus menyebutnya, "Hamba yang jahat dan malas"?
mengapa ia disebut jahat? Tepatnya karena ia tidak setia. Itulah kesalahannya. Ia berkata
kepada tuannya, "Aku mengembalikan uangmu seperti apa adanya. Engkau mempercayakan
satu talenta kepadaku, dan aku menguburkannya. Sekarang aku kembalikan satu talenta itu
kepadamu." Anda harus memanfaatkan apa yang sudah dipercayakan kepada Anda dan
bukannya justru mengubur pemberian itu. Itulah poin penting di dalam perumpamaan ini, dan
saya harap Anda dapat menangkapnya dengan jelas.

Setiap Kristen harus mempertanggung-jawabkan pengelolaan uangnya kepada Allah

Ada banyak hal yang telah dipercayakan kepada kita. Dan perumpamaan ini secara khusus
berbicara tentang cara kita memakai uang. Perhatikan ayat 9, "Ikatlah persahabatan dengan
mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi,
kamu diterima di dalam kemah abadi." Uang di dalam ayat ini dikatakan tidak jujur. Firman
Allah mengatakan kepada kita bahwa akar segala kejahatan ialah cinta uang (1Tim. 6:10).
Cinta akan uang merupakan akar dari segala kejahatan. Uang itu sendiri bukanlah kejahatan,
tetapi mencintai uang itulah kejahatan.

Kita adalah pengurus dari uang yang ada pada kita dan kita bisa memanfaatkannya untuk
memuliakan nama Allah. Ikatlah persahabatan dengan Allah dengan uang itu maka Anda
akan menjadi bendahara yang baik. Anda nanti harus menjelaskan kepada Allah tentang apa
saja yang telah Anda kerjakan dengan apa yang Anda miliki. Ini adalah tantangan yang sangat
besar! Saya berdoa supaya dengan kasih karunia Allah, di sepanjang tahun yang baru ini,
Anda akan menata 'ekonomi rohani' Anda dengan baik, supaya Anda dapat menyusun rencana
perjalanan hidup Anda dengan memberikan berkat yang maksimum kepada sesama manusia
dan kemuliaan yang maksimum kepada Allah.

-Selesai-

Perumpamaan tentang Bendahara yang tidak Jujur (Lukas 16:1-13)


- November 10, 2017

Struktur Perumpamaan

Perumpamaan di atas dibagi menjadi dua bagian besar yaitu:

A. Pengajaran Perumpamaan:
1. Pembukaan perumpamaan: Kerajaan Surga sama seperti narasi
perumpamaan.

B. Narasi Perumpamaan:

1. Seorang kaya yang mempunyai seorang bendahara.

2. Bendahara tersebut menghamburkan milik tuannya (korupsi).

3. Bendahara tersebut mendapat suatu tuduhan yaitu tindakkannya diketahui.

a. Bendahara tersebut berpikir akan apa yang ia lakukan jika dirinya


dipecat.

b. Bendahara itu memanggil seorang demi seorang yang berhutang


kepada tuannya dan mengurangi hutangnya tersebut.

4. Tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur.

Analisis Perumpamaan
Tujuan menganalisis narasi perumpamaan adalah mendapatkan tema atau pokok cerita
perumpamaan. Premis/tesis dalam studi perumpamaan ini adalah gabungan antara tokoh
(karakter) dan peristiwa (prolog (mulai cerita) – konflik (puncak/perumitan cerita) – epilog
(akhir cerita)) menghasilkan tema atau pokok cerita. Analisis narasi ini akan dibagi dalam
tiga tahap yaitu analisis peristiwa, tokoh dan peristiwa dan tokoh.

Analisis peristiwa

Di dalam narasi perumpamaan, peristiwa berlangsung dari awal sampai akhir. Peristiwa
awal adalah seorang tuan yang memiliki bendahara yang tidak jujur. Selanjutnya,
peristiwa awal bergerak ke perumitan atau puncak yaitu perbuatan bendahara tersebut
diketahui oleh tuannya dan dipecat. Dan peristiwa akhir adalah tuannya memuji
bendahara tersebut karena kecerdikkannya. Peristiwa awal sampai akhir adalah peristiwa
sebuah dampak dari karakter yang dimiliki bendahara tersebut.

Analisi tokoh

Di dalam narasi perumpamaan terdapat tiga tokoh yaitu tuan, seorang bendahara, orang-
orang yang berhutang kepada tuan. Yang dilakukan oleh tuan adalah mengawasi harta
yang dikelola oleh bendahara, dan orang-orang yang berhutang kepada sang tuan adalah
menunggu daripada beban dan tindasan tersebut terselesaikan. Tokoh utama disini adalah
seorang bendahara yang tidak jujur tersebut.

Analisis peristiwa dan tokoh

Analisis ini menggabungkan antara tokoh (karakter) dan peristiwa (prolog (mulai cerita) –
konflik (puncak/perumitan cerita) – epilog (akhir cerita)) sehingga menghasilkan tema
atau pokok cerita. Tema ceritanya adalah Ketidakjujuran membawakan krisis, kecerdikan
mengantisipasi krisis mendatangkan pujian, “sikap ketidakjujuran membawakan krisis”
merupakan karakter yang ditonjolkan di dalam narasi. “sikap kecerdikkan mengantisipasi
krisis” mengandung unsur peristiwa awal hingga akhir di dalam narasi.

Konsep Teologis (Spiritual Truth)

Ada begitu banyak orang-orang yang mempertanyakan tentang perikop ini, karena kalau
dibaca sekilas, seolah-olah Tuhan menginginkan agar kita mengikat persahabatan dengan
mempergunakan mamon yang tidak jujur (lih. ayat 9). Dan kenapa pada ayat ke- 8
disebutkan bahwa tuan itu memuji kecerdikan bendahara yang tidak jujur? Bagaimana kita
dapat mengartikan ayat-ayat ini, apakah ayat-ayat ini tidak bertentangan dengan nilai-
nilah Kristiani? Apakah dapat dikatakan bahwa perikop ini sebenarnya mengajarkan kita
untuk mempunyai sikap yang benar terhadap benda-benda duniawi, seperti kekayaan,
kekuasaan, kepandaian, bakat, dll.? Perikop yang seolah-olah sulit diartikan ini dapat
mudah dimengerti, kalau kita mencoba mengerti siapakah “tuan” dan “hamba” yang
disebutkan di ayat 1-8. Pada akhirnya, Yesus sendiri memberikan kunci untuk mengerti
ayat ini, yaitu ketika Dia mengatakan “Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan
Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu
diterima di dalam kemah abadi.” (Lk 16:9).

Mengapa tuan itu memuji hambanya yang jahat?

Dari ayat 1-7, kita masih dapat mengikuti perumpamaan ini dengan jelas tanpa ada
pertanyaan apapun, karena kita juga dapat menghubungkannya dengan keadaan di dunia
ini dan mungkin juga dari pengalaman kita. Namun, yang membuat kita sulit untuk
menerima adalah, tuan dari hamba yang tidak setia memuji kecerdikan dari hamba
tersebut, yang sebenarnya perbuatan itu dapat dikategorikan culas. Kecerdikkannya ini
diketahui pada saat ia mampu mengantisipasi krisis yang akan terjadi pada dirinya ketika
dipecat. Krisis teratasi ketika ia melakukan ketidakjujuran sekali lagi setelah ia diketahui
perbuatannya oleh sang tuan. Adapun ketidakjujuran ini yaitu dengan mengurangi nilai
pembayaran daripada orang-orang yang berhutang kepada tuannya. Jika diteliti lebih lagi
maka dapat diketahui bahwa sepertinya mereka adalah orang-orang yang lemah, dan
tertindas sebab beban hutang-hutang mereka kepada sang tuan. Dengan demikian mereka
tentunya dengan senang hati untuk menulis surat hutang dengan nilai yang telah dikurangi
oleh sang bendahara. Dengan demikian orang-orang yang berhutang kepada sang tuan
terperangkap untuk membalas budi kepada sang bendahara jika sewaktu-waktu bendahara
tersebut mendapatkan krisis. Karakter cerdik inilah yang dipuji oleh tuannya sebab ia
mengikat persahabatan dengan orang-orang dengan mamon yang tidak jujur.

Anak-anak dunia dan anak-anak terang

Setelah perumpamaan itu berakhir di ayat 8a, maka Yesus memberikan komentar “anak-
anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang” (ay. 8b).
Jadi pada saat tuan itu memuji kecerdikan hambanya, maka Yesus memberikan komentar
bahwa memang anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya daripada anak-anak
terang. Kalau kita amati keadaaan di lingkungan dan masyarakat modern ini, maka kita
melihat bagaimana setiap orang berusaha dengan segala cara untuk mendapatkan
kehidupan finansial yang lebih baik; membanting tulang dari pagi sampai malam untuk
mencukupi kebutuhan jasmani; memperjuangkan posisi atau kekuasaan dengan segenap
kekuatan; mempunyai kesabaran yang luar biasa untuk meniti karir dan menanggung
segala sesuatu demi tercapainya tujuan, dan masih begitu banyak usaha yang luar biasa
yang dilakukan oleh manusia untuk urusan dunia ini, urusan yang bersifat sementara dan
tidak kekal.

Setelah kita mengetahui akan perbedaan anak-anak dunia dan anak-anak terang yang
disebutkan pada ayat 8, maka hal yang cukup sulit untuk dipahami adalah di ayat 9,
dimana Yesus berkata “Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak
jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah
abadi.” Bagaimana mungkin Yesus mengatakan bahwa kita harus mengikat persahabatan
dengan mamon yang tidak jujur? Bukankah Yesus mengajarkan untuk tidak mengabdi
kepada mamon (lih. Mt 6:24)?

Mamon adalah uang atau sesuatu yang dipercayai atau disimpan, yang sering dikonotasikan
dengan kekayaan. Kekayaan memang sering mendatangkan godaan besar untuk berbuat
dosa, namun kekayaan sendiri adalah sesuatu yang netral, karena dapat dipergunakan
untuk sesuatu yang baik, walaupun sering dipergunakan untuk sesuatu yang buruk.
Kekayaan juga dapat berupa bakat dan kemampuan, yang juga merupakan sesuatu yang
bersifat netral. Berapa banyak kita melihat orang-orang yang jenius yang membangun
dunia, namun ada juga yang orang yang jenius yang menggunakan kepintarannya untuk
berbuat kriminal. Kuncinya adalah kita semua adalah bendahara yang dipercayakan oleh
Tuhan dengan berbagai macam talenta dan karunia, yang dapat berupa kekayaan,
kepandaian, dan sebagainya. Pada waktu seseorang dipercaya oleh Tuhan dengan
kekayaan atau kepandaian, maka sikap yang benar adalah mengikat persahabatan
menggunakan mamon yang jujur. Maksudnya adalah hak atau harta atau milik kita sendiri
yang berikan Tuhan kepada kita untuk kita kelola. Atau saling membantu sehingga jika
ketika tiba kita mendapatkan krisis maka kita pun akan dibantu. Dengan demikian jika
mamon tidak dapat membantu lagi maka kita akan masuk kedalam kemah abadi.
Maksudnya kita akan berhenti memegang hak kita sampai pada batasannya kita mati sebab
ketika kita mati maka tidak ada yang dibutuhkan lagi kecuali kemah abadi. Dengan
demikian Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk lebih cerdik daripada anak-anak dunia.
Jikalau anak-anak dunia cerdik yaitu mengikat persahabatan dengan uang haram untuk
masa depannya, maka kita pun juga menggunakan uang tersebut untuk mengikat
persahabatan sehingga ketika datangnya krisis kita mampu mengatasinya.

PENGARUH UANG DAN KEKAYAAN BAGI MANUSIA


Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Juli 2016

Baca: Lukas 16:1-9

"Apakah yang kudengar tentang engkau? Berilah pertanggungan jawab atas urusanmu, sebab
engkau tidak boleh lagi bekerja sebagai bendahara." Lukas 16:2

Tuhan menyampaikan pelajaran berharga kepada murid-murid-Nya tentang pengaruh uang dan
kekayaan dalam kehidupan manusia melalui perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur.
Dikisahkan ada orang kaya yang memercayakan harta kekayaannya kepada hambanya untuk dikelola,
tapi kemudian didapati bahwa hambanya ini telah menyalahgunakan kepercayaan tuannya ini. Tuan
kaya ini adalah gambaran dari Tuhan, pemilik segala-galanya. Sedangkan bendahara yang tidak jujur
adalah gambaran dari kita.

Tuhan telah memercayakan kepada kita segala sesuatu: talenta, uang, kekayaan, dan sebagainya.
Semua berkat yang Tuhan percayakan kepada kita itu bukan bertujuan untuk dinikmati sendiri, tapi
harus dikembangkan dan dipergunakan untuk kemuliaan nama Tuhan dan disalurkan untuk
memberkati sesama (diberkati untuk memberkati). Jika kita menyalahgunakan berkat yang Tuhan
percayakan kita dapat digolongkan sebagai bendahara yang tidak jujur. Jelas sekali bahwa uang dan
kekayaan dapat memengaruhi pola pikir dan juga jalan hidup seseorang. Dengan kata lain uang dan
kekayaan memiliki kekuatan untuk menjerat dan memikat hati seseorang, "Karena di mana hartamu
berada, di situ juga hatimu berada." (Matius 6:21), bahkan dapat memerbudak hidup seseorang.
"Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya
dengan berbagai-bagai duka." (1 Timotius 6:10b). Uang dan kekayaan juga dapat mengubah sikap
hati seseorang, dari rendah hati menjadi sombong, sehingga memandang rendah orang lain.

Melalui perumpamaan ini Yesus hendak mengingatkan bahwa uang dan kekayaan adalah sesuatu
yang sementara, tidak kekal. Hal itu tersirat dari pernyataan-Nya, "...jika Mamon itu tidak dapat
menolong lagi," (ayat 9). Banyak ayat yang mendukung hal itu: kekayaan itu sesuatu yang tidak
menentu (baca 1 Timotius 6:17), kekayaan mudah sekali lenyap (baca Amsal 23:5). Apa yang ada
pada kita adalah sesuatu yang dipercayakan Tuhan, yang suatu waktu kelak harus kita
pertanggungjawabkan di hadapan-Nya.

"...kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut." Lukas
12:48b

Memakai Uang secara Bertanggung-jawab (Luk. 16:1-13)

1. MEMAKAI UANG SECARAMEMAKAI UANG SECARA BERTANGGUNG JAWABBERTANGGUNG


JAWAB Injil Lukas 16:1-13Injil Lukas 16:1-13 Ev. Lukman ( 丘集銘丘集銘 傳導 ) Minggu, 18
September 2016

2. Dan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Ada seorang kaya yang mempunyai seorang
bendahara. Kepadanya disampaikan tuduhan, bahwa bendahara itu menghamburkan miliknya. 2Lalu
ia memanggil bendahara itu dan berkata kepadanya: Apakah yang kudengar tentang engkau? Berilah
pertanggungan jawab atas urusanmu, sebab engkau tidak boleh lagi bekerja sebagai bendahara.
3Kata bendahara itu di dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat? Tuanku memecat aku dari
jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu. 4Aku tahu apa yang
akan aku perbuat, supaya apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang
akan menampung aku di rumah mereka. 5Lalu ia memanggil seorang demi seorang yang berhutang
kepada tuannya. Katanya kepada yang pertama: Berapakah hutangmu kepada tuanku? 6Jawab orang
itu: Seratus tempayan minyak. Lalu katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, duduklah dan
buat surat hutang lain sekarang juga: Lima puluh tempayan. 7Kemudian ia berkata kepada yang
kedua: Dan berapakah hutangmu? Jawab orang itu: Seratus pikul gandum. Katanya kepada orang itu:
Inilah surat hutangmu, buatlah surat hutang lain: Delapan puluh pikul. 8Lalu tuan itu memuji
bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini
lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang. 9Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah
persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat
menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi." 10"Barangsiapa setia dalam perkara-perkara
kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara
kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar. 11Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal
Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya?
12Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu
sendiri kepadamu? 13Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian
ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan
tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." Lukas
16:1-13 2

3. 3

4. Apa ygApa yg terpentingterpenting dlmdlm hidupku ini?hidupku ini? Selain sandang, pangan,
papan: •Kesehatankah? •Keluargakah? •Usaha/pekerjaankah? •Pendidikan/gelarkah?
•Kedudukan/posisikah? •Dana darurat, dana pendidikan anak, dana pensiun, dana warisankah? 4

5. 5

6. Apa yang dicari orang?Apa yang dicari orang? • Ada banyak pemenuhan kebutuhan kita itu
memerlukan UANG, terlebih lagi di zaman yang sangat kompetitif, materialistis dan individualistis ini.
• Hampir tidak ada yg gratis dlm hidup ini, kecuali udara, matahari, dan hujan. • Makan, minum,
membuang air kecil/hajat, menaruh kendaraan/parkir, membuang sampah dan keamanan, semuanya
ini membutuhkan UANG. • Ada banyak hal di dalam dunia ini diukur dengan nilai mata uang atau
harta (Mamon). 6

7. Uang memang penting, namunUang memang penting, namun uang bukanlah segala-
galanya.uang bukanlah segala-galanya. • Kita harus takluk dan hanya mengabdi kepada Allah Bapa,
Anak, dan Roh Kudus, bukan kepada Mamon. • Luk. 16:13: “Seorang hamba tidak dapat mengabdi
kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain,
atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat
mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” 7

8. Kita harus menentukan sikapKita harus menentukan sikap hati, orientasi, tujuan hidup kitahati,
orientasi, tujuan hidup kita • Apakah kita mau mengasihi Allah dan sesama kita dengan memakai
uang kita secara bertanggung jawab? • Atau malah sebaliknya, apakah kita justru memakai Allah dan
manusia untuk mengasihi uang, harta, Mamon di dalam dunia ini? Kita TIDAK dapat mengabdi
kepada dua tuan! Kepada siapakah kita akan berkomitmen? 8

9. Perumpamaan tentangPerumpamaan tentang bendahara yg tidak jujurbendahara yg tidak jujur


9

10. Bertindak cerdikcerdikMempergunakan MamonMempergunakan Mamon yang tidak jujur (8,


9)yang tidak jujur (8, 9) 10 Saya ada akal; apabila saya sudah dipecat, saya harus mempunyai banyak
kawan yang mau menampung saya di 100 tempayan minyak menjadi 50 100 pikul gandum menjadi
80

11. . . . meskipun kecil, kita harus bersikap. . . meskipun kecil, kita harus bersikap SETIA ketika
menanganinya (10-12)SETIA ketika menanganinya (10-12) 11

12. Uang adalah hamba yg baik,Uang adalah hamba yg baik, tetapi BUKAN majikan yg baiktetapi
BUKAN majikan yg baik 12

13. Memakai uang secaraMemakai uang secara bertanggung jawabbertanggung jawab 13


14. MEMAKAI UANG SECARAMEMAKAI UANG SECARA BERTANGGUNG JAWABBERTANGGUNG
JAWAB Injil Lukas 16:1-13Injil Lukas 16:1-13 Ev. Lukman ( 丘集銘丘集銘 傳導 ) Minggu, 18
September 2016

Renungan Harian, Minggu 18 September 2016


September 18, 2016 Renungan

Ilustrasi Bendahara Yang Tidak Jujur

Minggu Biasa XXV

Bacaan: Lukas 16:1-13

Perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur

16:1 Dan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Ada seorang kaya yang mempunyai
seorang bendahara. Kepadanya disampaikan tuduhan, bahwa bendahara itu menghamburkan
miliknya. 16:2 Lalu ia memanggil bendahara itu dan berkata kepadanya: Apakah yang
kudengar tentang engkau? Berilah pertanggungan jawab atas urusanmu, sebab engkau tidak
boleh lagi bekerja sebagai bendahara. 16:3 Kata bendahara itu di dalam hatinya: Apakah yang
harus aku perbuat? Tuanku memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku
tidak dapat, mengemis aku malu. 16:4 Aku tahu apa yang akan aku perbuat, supaya apabila
aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang akan menampung aku di rumah
mereka. 16:5 Lalu ia memanggil seorang demi seorang yang berhutang kepada tuannya.
Katanya kepada yang pertama: Berapakah hutangmu kepada tuanku? 16:6 Jawab orang itu:
Seratus tempayan minyak. Lalu katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, duduklah
dan buat surat hutang lain sekarang juga: Lima puluh tempayan. 16:7 Kemudian ia berkata
kepada yang kedua: Dan berapakah hutangmu? Jawab orang itu: Seratus pikul gandum.
Katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, buatlah surat hutang lain: Delapan puluh
pikul. 16:8 Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak
dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-
anak terang. 16:9 Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan
Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di
dalam kemah abadi.” 16:10 “Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga
dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia
tidak benar juga dalam perkara-perkara besar. 16:11 Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal
Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang
sesungguhnya? 16:12 Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang
akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu? 16:13 Seorang hamba tidak dapat mengabdi
kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang
lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak
dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.”

Renungan

Dimanapun dan kapanpun, ketidakjujuran merupakan sebuah tindakan yang tidak benar.
Setiap orang dipanggil untuk bertindak dan berkata-kata secara jujur. Secerdik apapun
seseorang, tindakan ketidakjujuran selalu tidak dibenarkan. Kesalahan dan dosa bukan
pertama-tama apakah terbukti atau tidak terbukti, namun dari tindakan dan kata-kata itu
sendiri sudah menjelaskan apakah jujur atau tidak. Dalam dunia pengadilan, sebuah tindakan
baru akan dikatakan salah apabila bukti-bukti fisik menunjukkan demikian. Jika tidak ada
yang bisa membuktikan, tindakan pembunuhan belum tentu menjadi sebuah kesalahan.

Perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur mau mengajarkan kepada kita bahwa
secerdik dan secerdas apapun tindakan bendahar itu, dimata tuannya ia tetap sebagai
bendahara yang tidak baik dan harus dipecat. Dari perikopa ini kita belajar bahwa tujuan
yang baik tidak menghilangkan cara yang baik pula untuk mencapainya. Tujuan yang baik
harus ditempuh dengan cara yang baik pula, maka semuanya akan menjadi baik dan benar.

Perumpamaan tentang bendahara dilanjutkan dengan pengajaran akan tanggung jawab.


Sekecil apapun tanggung jawab, jika dilakukan dengan baik, akan mendatangkan
kepercayaan yang semakin besar. Sebesar apapun tanggung jawab, jika tidak dikerjakan, akan
mendatangkan kepercayaan yang semakin kecil, bahkan tidak lagi dipercaya. Demikian juga
dalam hal kebenaran. Latihan jujur dan benar dalam hal-hal kecil akan membawa seseorang
pada kejujuran dan kebenaran pada perkara yang lebih besar. Jika sejak kecil sudah tidak
jujur, ketika besarpun akan demikian. Mirip-mirip, tidak jauh beda. Maka diperlukan latihan
terus menerus untuk itu.

Pengajaran hari ini dibungkus dalam kerangka pengajaran kepada para murid. Seperti yang
Yesus katakana, menjadi murid-Nya berarti harus siap ‘membenci’ orang-orang yang bahkan
paling dekat, memikul salib setiap hari, dan mengikuti-Nya. Menjadi murid-Nya berarti
mengutamakan Dia diatas segala-galanya. Bahkan harta benda yang adalah berkat dari-Nya,
juga hanya menjadi sarana supaya orang sampai kepada Ia yang kuasa memberi dan kuasa
mengambil.

Kita diingatkan hari ini bahwa harta kekayaan yang kita miliki adalah sarana untuk hidup
yang memuliakan Tuhan. Fokus mengikuti jalan Kristus adalah yang utama diatas segalanya.
Yang tidak fokus, akan sangat mudah menjadi bala kurawa Mamon.
Pertanyaannya, mau menjadi tentara Mamon atau Laskar Kristus? Mari mengendalikan
mammon, bukan kita yang dikendalikan oleh mammon. Kita dipanggil untuk semakin
memuliakan Tuhan dan mengangkat manusia dengan ‘kekayaan’ yang kita miliki, entah
capital budaya maupun capital ekonomi.

Doa

Ya Tuhan, kami bersyukur atas kelengkapan hidup yang boleh kami nikmati. Ajarilah kami
untuk mampu membantu orang lain juga menikmati dan mensyukuri hidup mereka. Semoga
karena kesadaran menjadi murid-Mu, kami berani menolong sesama kami. Ajarilah kami agar
kami mampu untuk menjadi murid-Nya yang setia sampai akhir. Amin.

Bendahara Yang Tidak Jujur


November 26, 2010 2 Komentar 4304 Views

Pak Pdt.,

Dalam beberapa kali kebaktian saya mendengar khotbah yang diambil dari Lukas 16:1-9.
Yang terakhir pada bulan September 2009, sayangnya waktu itu bersamaan ada pendeta tamu
dari Korea dengan bahan renungan dari Injil lain, praktis firman tersebut tidak dibahas sama
sekali.

Begini Pak Pendeta, jujur saja, saya tidak mengerti penekanan pada perikop Perumpamaan
tentang bendahara yang tidak jujur tersebut, karena ada bagian yang menurut saya
kontradiktif yakni: ayat 8 tertulis… tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia
telah bertindak dengan cerdik.

Saya berpikir: apanya yang hebat sehingga ia dipuji, tidakkah tindakannya itu sama seperti
politikus yang masa jabatannya mau habis maka mengambil hati rakyat agar terpilih kembali.
Mohon maaf Pak Pendeta, saya memang sering menghubung-hubungkan dengan keadaan
nyata di sekeliling saya.

Pertanyaannya, mohon diterangkan maksud perikop tersebut di atas. Atas pencerahannya


terima kasih.

S.U di Jakarta

Jawab:

Saudara SU yang baik,

Memang perikop ini merupakan perikop yang tidak mudah kita pahami. Karena itu kita harus
berhati-hati membaca perikop ini agar kita dapat menangkap maknanya. Baiklah, mari kita
melihat sekali lagi perikop ini:

1. Perikop ini adalah sebuah perumpamaan, dan pujian kepada bendahara yang tidak jujur itu
datang dari sang tuan yang ada dalam perumpamaan itu. Apakah itu berarti mewakili pujian
dari Yesus? Dalam konteks perumpamaan ini, sang tuan tidak mewakili Allah atau Yesus.
Karena itu kita harus berhati-hati untuk tidak secara langsung menghubungkan sang tuan
dengan Allah atau Yesus. Sang tuan ya adalah sang tuan dalam kisah perumpamaan itu.
Bukankah dalam sebuah alur perumpamaan bisa saja muncul pujian dari siapapun dan dalam
situasi apapun?

2. Coba perhatikan pujian dari sang tuan: “Lalu tuan itu memuji bendahara YANG TIDAK
JUJUR ITU, karena ia telah bertindak dengan CERDIK.” Artinya, tetap disadari bahwa
bendahara itu TIDAK JUJUR. Yang dipuji bukanlah KETIDAKJUJURAN si bendahara,
melainkan KECERDIKAN si bendahara dalam merespons situasi yang dihadapinya. Itulah
sebabnya Yesus kemudian menambahkan kalimat: “Sebab ANAK-ANAK DUNIA ini lebih
cerdik terhadap sesamanya dari pada ANAK-ANAK TERANG”. Dengan sangat jelas Yesus
menyejajarkan bendahara yang tidak jujur itu dengan anak-anak dunia. Dalam hal ini Yesus
tidak pernah memuji bendahara yang tidak jujur itu atas ketidakjujurannya. Tetapi soal
kecerdikan, anak-anak terang kadang harus belajar dari anak-anak dunia tetapi tetap dengan
cara yang bisa dipertanggungjawabkan sebagai anak-anak terang. Bukankah kita dipanggil
untuk CERDIK seperti ular dan TULUS seperti merpati? (Matius 10:16).

3. Yang terakhir, sebagai penutup dari perumpamaan itu, Yesus berkata: “Ikatlah persahabatan
dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat
menolong lagi, KAMU DITERIMA DI DALAM KEMAH ABADI. Mamon adalah dewa
uang, dan sering diidentikkan dengan uang. Bagi Yesus, uang tetap diperlukan oleh anak-anak
terang, tetapi tetap harus disadari bahwa yang paling penting adalah TETAP DITERIMA
DALAM KEMAH ABADI. Jadi, Yesus tetap mementingkan kebaikan yang membuat kita
dapat diterima dalam kemah abadi. Namun melalui perumpamaan ini, Yesus sedang
memberikan tantangan buat kita. Kalau anak-anak dunia bisa memakai kecerdikan untuk hal
yang tidak baik, mengapa kita sebagai anak-anak terang tidak memakai kecerdikan untuk hal-
hal yang baik?

Nah, semoga melalui penjelasan ini, menjadi jelas apa makna pujian dari sang tuan dalam
perumpamaan Yesus ini.

Jangan Copas Gan :) https://teologiareformed.blogspot.com/2018/01/bendahara-yang-tidak-


jujur.html

SYARAT MENDAPAT
HARTA
(Baca: Lukas 16:1-13)

Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan
mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya? Lukas 16:11
Di jaman ini masih banyak orang yang berpikir bahwa orang yang kaya itu pasti diberkati oleh
Tuhan, sementara orang yang hidupnya pas-pasan atau miskin pasti tidak diberkati oleh Tuhan.
Pandangan ini sangat keliru dan bertolak dari filsafat materialistik. Orang yang memiliki banyak harta
memang diijinkan Tuhan untuk mengalami hal tersebut, tetapi tidak semua orang yang dalam
keadaan berkelimpahan pasti dari Tuhan. Koruptor kelas kakap, bandar narkoba dan mafia tingkat
tinggi yang berpenghasilan selangit adalah bukti nyata ada orang-orang yang kaya tetapi sebenarnya
bukan berkat apalagi diperkenan Tuhan. Tuhan hanya ijinkan itu terjadi untuk sementara tetapi
bukan sedang memperoleh harta sesungguhnya.

Ada orang orang yang sangat mengasihi Tuhan, berusaha hidup berkenan di hati Tuhan tetapi
hidupnya sederhana dan bahkan boleh dikatakan miskin. Tentu ada banyak sebab dan bisa dilakukan
banyak penelitian mengenai karakteristik kecerdasan emosional, cara berpikir, nalar dan kemampuan
membaca situasi serta kegesitan di dalam mengambil peluang. Tampaknya orang-orang yang tidak
memiliki semua karakteristik kejeniusan berbisnis atau menghadapi hidup tidak mungkin mendapat
harta berkelimpahan.

Alkitab menjelaskan bahwa entah orang itu kaya atau miskin atau biasa-biasa; semuanya
dapat memiliki harta sesungguhnya. Bagaimana cara mendapatkan harta yang sesungguhnya dari
Tuhan? Perbuatan apa yang harus kita pastikan sehingga kita dapat diberkati Tuhan dengan harta
yang sesungguhnya?

Konteks dari ayat Alkitab yang Anda baca di atas adalah berbicara seputar penginjilan atau
kabar baik. Yesus sedang memberikan kesempatan setiap orang untuk percaya, diselamatkan dan
memperoleh surga bukan menghardik apalagi menakut-nakuti dengan hukuman dan ancaman.
Kabar baik yang Yesus berikan adalah harta sesungguhnya: keselamatan dan hidup yang dipelihara,
dituntun dalam keberhasilan versi Pencipta alam semesta.

Kalau kita masih diperbudak oleh pikiran materialistik, maka hanya uang dan harta material
yang menjadi segalanya. Orang-orang yang diikat oleh filsafat materialistik (yang Yesus sebut
Mamon) dijebak oleh pemikiran harta sesungguhnya adalah uang dan kekayaan materi. Mereka ini
akhirnya akan mendapatkan kenikmatan sesaat, kemudian perasaan kosong, tidak bermakna dan
hidupnya berantakan. Salomo yang sangat kaya dan memperoleh apa yang dunia sebut segalanya
(harta, takhta, istri, kekuasaan dan banyak lagi) membenarkan suatu kenyataan bahwa semua ini
adalah seperti usaha menjaring angin (Pengkhotbah 2:4-11).
Ketika Yesus menyampaikan perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur, sebenarnya
bukan mengajak pembaca untuk jadi pembohong agar sukses; bukan pula mengajak pembaca cari
Tuhan ketika baru dalam keadaan terjepit. Maksud perumpamaan ini disimpulkan Yesus dalam
perikop selanjutnya (Lukas 16:10-13) sebagai sikap hidup tanggung jawab di hadapan Tuhan.

Sikap seseorang bisa “setia dalam perkara kecil” dan jujur dalam bersikap dimulai dari hati
yang mengutamakan Tuhan; mempercayakan hidup ke depan dalam tangan Tuhan; mengabdi hanya
kepada Tuhan Yesus dan bukan hal lain apalagi harta dijadikan Tuhan. Setiap orang butuh uang;
butuh harta; butuh hal-hal lain dalam hidup ini dan ini tidak bisa dipungkiri: Penting! Itulah
sebabnya Yesus mengatakan, “Tetapi carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka
semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Matius 6:33).

Syarat memperoleh harta yang sesungguhnya dari Tuhan dimulai dari sikap hati percaya dan
hidup untuk Tuhan; belajar mengikut kehendak Tuhan. Harta berupa uang; emas; deposito; saham;
valuta asing adalah bonus kecil dan bukan harta yang sesungguhnya. Semakin kita sungguh-sungguh
mengikut Tuhan, belajar berjalan bersama Yesus maka kita akan merasakan banyak bonus, ada
kalanya: harta kita peroleh hasil dari kerja keras (yang mana kekuatan dan hikmat pun didapat dari
Tuhan); ada kalanya bonus itu merasakan sukacita; damai sejahtera; kedamaian/ketenangan jiwa. Ini
semua baru bonus dan bukan harta sesungguhnya.

Merenungkan pengajaran Yesus dalam Injil Lukas 16, kelak setiap orang percaya yang
sungguh-sungguh mengikut Yesus akan dipercayakan harta sesungguhnya. Kita yang ada di dunia
saat ini diajak untuk mempersiapkan kekekalan. Orang yang berpikir panjang akan menaruh investasi
dalam banyak hal untuk setahun hingga puluhan tahun bahkan sampai anak cucu bila perlu. Orang
yang bijaksana akan menaruh investasi untuk kekekalan.

Marilah kita mempersiapkan diri menerima harta sesungguhnya dengan mengikuti beberapa
aspek berikut ini:
1. Harta yang sesungguhnya diberikan kepada orang yang men-Tuhankan Yesus Kristus. Bukan saja
percaya tetapi belajar mengikut Dia sampai akhir hidupnya. Harta sesungguhnya diberikan Tuhan
kepada orang yang hatinya untuk Tuhan bukan untuk Mamon.

2. Harta yang sesungguhnya diberikan kepada orang yang berpikir jauh ke depan dengan cara yang
jujur. Ini adalah suatu sikap dan latihan yang tidak mudah ditengah keadaan yang tidak ideal, namun
cara ini adalah paling bijaksana dan tidak kekurangan penyertaan Tuhan. Sikap ini adalah latihan
untuk hal yang Tuhan akan percayakan kepada kita di masa depan.

Anda ingin diberkati Tuhan? Ikutlah Yesus, bukan dengan cara Anda tetapi cara-Nya Yesus. Amin.

I never attempt to make money on the stock market. I buy on the assumption that they could close
the market the next day and not reopen it for five years.
Warren Buffett

 WhatsApp
 Facebook

 Twitter

 Pinterest

 Tumblr

 LinkedIn

 Email

 Print

Related
GOOD NEWS

Post navigation
Older post

BERKEMAH

Newer post

BERTUMBUH DALAM ANUGERAH TUHAN YANG ISTIMEWA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *
Comment

Name *

Email *

Website

Notify me of follow-up comments by email.

Notify me of new posts by email.

SELAMAT DATANG !
Terima kasih sudah berkunjung! kami antusias menyambut Anda.

Doa kami, wadah ini dapat menjadi saluran berkat bagi pertumbuhan kerohanian para
pembaca. Tuhan memberkati Anda!

MUTIARA IMAN
BUKU RENUNGAN
AVAILABLE ON GOOGLE PLAY BOOKS NOW... !
CLICK HERE

Telah hadir di Google Play Store, renungan rohani "Bersama Tuhan di Negeri Sakura." Mari rasakan
perjalanan rohani bersama Tuhan melalui renungan inspiratif ini.

Unduh Sekarang !
Telah memberkati di lebih dari 12 Negara!
Download saat ini ... !!!
Sudah memberkati 3.247 orang di 16 Negara!
Dapatkan Sekarang juga!

Telah memberkati 3.629 orang di 15 Negara. Haleluyah!


Hadirkan sekarang juga di smart phone Anda!
Telah memberkati 3.909 orang di 15 negara!

Dapatkan!
Buku Digital Percikan Ilahi
Puji Tuhan! Sudah memberkati 2.482 orang di 22 negara.

BUKU MERENUNG SEJENAK DI KAKI KRISTUS


Telah memberkati 6 negara di lebih dari 33 kota.
Maaf, ===== STOK HABIS =====
BUKU TAMU
Mau menuliksan komentar kesan pesan?

4 entries.

Tjen Astuti from Surabaya wrote on March 5, 2015 at 1:58 am:

all of HIM, by HIM and to HIM, let all the glory of only for HIM YESUS bless you always, amin

Ermin. from Nishinomiya wrote on March 2, 2015 at 11:11 pm:

Good job! also good pic as always - keep the spirit to love our Mighty Jesus!

Erlyn from Izumo wrote on February 20, 2015 at 8:30 pm:

What a wonderful work for our Mighty God.. May God bless you, so you can bless others through
your articles.. By the way, I love your website (poke Ryan). :p

BERLANGGANAN
Ingin dikabari renungan terbaru? Silahkan Tulis Alamat Email Anda di kotak berikut:
Seri Bersama Tuhan di Jordan
LANGGANAN LEWAT GOOGLE

JADIKAN HALAMAN UTAMA

JEFFRY SUDIRGO

Rohaniwan lulusan South East Asia Bible Seminary ini mempunyai moto: hidup bagi Tuhan
dengan menulis, mengajar dan berkhotbah. Dunia literatur menjadi bagian dari pelayanannya
sejak 2007. Selain aktif menulis di renungan Serambi Jeffry Sudirgo, penulis anonim di
Kompasiana, kontributor renungan harian Lentera Jiwa, juga telah menerbitkan beberapa
buku renungan rohani. Tulisannya telah memberkati banyak orang di sejumlah benua
termasuk Amerika, Eropa, Asia dan Australia.

EDITORIAL
Apakah Anda merasakan denyut jantung Anda? Atau hal tersebut sudah menjadi terlalu biasa hingga
kita tidak menyadari denyut kehidupan? Seringkali kita terlalu sibuk dengan pikiran dan
permasalahan yang ada di depan sampai kita lupa mendengarkan isi hati Tuhan.
Alkitab adalah Firman Tuhan. Firman Tuhan ditulis bukan untuk keterangan historis atau sekedar
buku pegangan di hari minggu pada waktu ke gereja. Sebenarnya Firman Tuhan adalah penuntun
kehidupan yang menjadi cermin keadaan kita, yang menjadi penolong ketika kita sesat, yang menjadi
penguat di tangan Allah Roh Kudus. Paulus menyebutnya sebagai bermanfaat untuk kehidupan kita
(II Timotius 3:16).

Hari sudah jauh larut dan setiap aspek nubuatan Firman Tuhan digenapi satu persatu menjelang Hari
Tuhan (Yom YHWH), yakni hari kiamat. Bagi sebagian orang yang tidak percaya terdengar konyol dan
menggelikan, tetapi bagi orang yang mengerti ada kehidupan sesudah kehidupan menjadi peringatan
penting sekaligus persiapan. Ketika hari Tuhan datang, akan menjadi hari mengerikan bagi orang
yang tidak bersiap diri, dan sekaligus menjadi kegembiraan dan kelegaan bagi orang yang hidup setia
di dalam Dia. Kiranya Tuhan menolong kita hidup dalam cara pandang-Nya yang bersifat kekal. Amin.
Be up grade one level with Him!

Tags
Anda Pengunjung ke

Anda mungkin juga menyukai