Anda di halaman 1dari 10

PERUMPAMAAN TENTANG DIRHAM

YANG HILANG
KITA MASING-MASING SANGAT BERHARGA
DI MATA-NYA
KITA MASING-MASING SANGAT BERHARGA DI MATA-NYA
(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXXI Kamis, 5 November 2015)
Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa, semuanya datang kepada Yesus untuk
mendengarkan Dia. Lalu bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat,
katanya, Orang ini menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan
mereka. Lalu Ia menyampaikan perumpamaan ini kepada mereka, Siapakah di antara
kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di
antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan
pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya? Kalau ia telah menemukannya, ia
meletakkannya di atas bahunya dengan gembira, dan setibanya di rumah ia memanggil
sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah
bersama-sama dengan aku, sebab aku telah menemukan dombaku yang hilang itu. Aku
berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di surga karena satu orang bertobat,
lebih daripada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak
memerlukan pertobatan.
Atau perempuan manakah yang mempunyai sepuluh dirham, dan jika ia kehilangan satu
dirham, tidak menyalakan pelita dan menyapu rumah serta mencarinya dengan cermat
sampai ia menemukannya? Kalau ia telah menemukannya, ia memanggil sahabat-sahabat
dan tetangga-tetangganya serta berkata: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab
aku telah menemukan dirhamku yang hilang itu. Aku berkata kepadamu: Demikian juga
akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang
bertobat. (Luk 15:1-10)
Bacaan Pertama: Rm 14:7-12; Mazmur Tanggapan: Mzm 27:1,4,13-14

Kadang-kadang sulitlah bagi kita untuk percaya bahwa


Yesus menilai kita masing-masing sedalam seorang gembala yang menilai domba-dombanya
atau seorang janda yang menilai uang dirhamnya yang hilang. Namun pada kenyataannya kita
adalah memang sangat berharga di mata-Nya. Seperti sang gembala yang meninggalkan 99 ekor
domba untuk mencari seekor yang hilang, maka Yesus pun akan meninggalkan setiap orang di
belakang guna menyelamatkan satu jiwa yang sedang salah jalan pada hari ini.
Apakah kita (anda dan saya) percaya bahwa setiap pribadi di atas bumi ini diciptakan menurut
gambar dan rupa Allah? (lihat Kej 1:26,27). Setiap pribadi manusia tak ternilai harganya di mata
Allah, betapa keras kepalanya sekalipun orang itu dalam melawan pesan Kabar Baik (Injil) Yesus
Kristus, walaupun betapa berdosa mereka menurut pandangan kita. Jalan Yesus bukanlah jalan
pintas Ia memanggul salib-Nya sampai ke Golgota dan di salibkan di bukit itu untuk menebus
kita semua bahkan orang-orang miskin, orang-orang buangan/termarjinalisasi, orang-orang
yang tidak masuk hitungan. Kebenaran ini dapat menjadi suatu sumber kepercayaan diri bagi
kita, dan suatu sumber belarasa sejati terhadap orang-orang lain. Jika Yesus mengasihi setiap
orang dengan begitu mendalam, maka bukankah kita pun harus memiliki hasrat untuk melihat
orang-orang lain direstorasikan agar menjadi pribadi-pribadi yang utuh dan bermartabat?

Beata Bunda Teresa dari Kalkuta pernah berkata,


Yesus datang untuk bertemu dengan kita. Guna menyambut Dia, marilah kita pergi menemuiNya. Yesus datang tidak hanya dalam kehangatan suatu waktu doa yang baik, melainkan juga
dalam rupa seorang yang lapar, seorang yang sedang sunyi-sepi-sendiri, seorang penderita
narkoba atau HIV-AIDS, seorang yang membutuhkan pertolongan, dlsb. Dia datang kepada kita

dalam diri seorang anggota keluarga yang merasa diabaikan dan kurang diperhatikan. Ia datang
kepada kita dalam diri seorang pengemis di sudut jalan dlsb. Apakah kita mengenali kehadiranNya? Bunda Teresa dari Kalkuta menulis, Orang-orang miskin datang kepada kita. Kita harus
sadar akan kehadiran mereka agar dapat mengasihi mereka.
Manakala kita mengenali orang-orang yang membutuhkan pertolongan, kita dapat menanggapi
kebutuhan mereka seturut kemampuan yang kita miliki. Tentu kita semua mempunyai sumber
daya yang terbatas, namun kita mempunyai sesuatu yang dapat kita berikan kepada setiap orang:
doa kita. Apakah ada seseorang yang lapar, telanjang, tidak mempunyai tempat berteduh? Dalam
hal ini kita dapat memohon kepada Bapa surgawi yang memiliki sumber daya berlimpah agar
menyediakan makanan, pakaian dan tempat berteduh. Apakah ada seseorang yang menderita
sakit atau sedang ketagihan narkoba? Dalam hal ini kita dapat memanggil dan memohon
pertolongan dari sang Dokter ilahi. Kita pun dapat melakukan pertempuran atau perang roh bagi
mereka yang sedang menderita. Selagi kita melakukan semua itu kita akan bertemu dengan
Yesus dan demikian pula dengan orang-orang yang kita doakan.
DOA: Yesus, aku mengetahui bahwa Engkau menghitung setiap pribadi sebagai milik-Mu yang
tak ternilai harganya. Buatlah diriku, ya Tuhan, agar mau dan mampu menaruh perhatian
terhadap berbagai kebutuhan orang-orang yang berada di sekelilingku. Tolonglah aku untuk
membuka tangan-tanganku guna melayani dan membuka hatiku untuk melakukan doa-doa syafat
(pengantaraan) bagi orang-orang yang memerlukan. Amin.

Perumpamaan Dirham Yang


Hilang [LUKAS 15:8-10]
Tuhan Yesus dalam pelayananNya selalu menggunakan perumpamaan untuk
mengajar murid-muridNya, orang banyak yang mengerumuni bahkan menegur ahli
Taurat dan kaum Farisi.
Di dalam kisah perumpamaan dirham yang hilang dikisahkan mengenai seorang
wanita yang tekun mencari 1 dari 10 dirhamnya yang hilang.
Di dalam perumpamaan dirham yang hilang ini ada pesan khusus yang disampaikan

oleh TUHAN YESUS tentang :


-

ketekunan / persistensi
keseriusan
pemulihan hubungan
pertobatan
menghargai sebuah komitmen dan hubungan.

Wanita yang dimaksud di dalam perumpamaan dirham yang hilang ini adalah
seorang wanita yang sudah menikah, dan bukanlah seorang janda.
Dirham yang dimaksudkan di perumpamaan itu adalah bagian dari mas kawin yang
terpasang di atas kepala wanita ketika pesta kawin umat Yahudi.
Motivasi dari wanita yang mencari dirham yang hilang ini adalah begitu menghargai
sebuah perkawinannya dengan suaminya. TUHAN YESUS ingin mengajarkan kita
mempunyai sebuah sikap hati seperti wanita tersebut.
-Di ayat 15:8 TUHAN Yesus ingin memastikan bahwa setiap wanita Yahudi pastilah ,
tidak mungkin tidak akan mencari dirham yang hilang. Mungkin ada beberapa
wanita Yahudi yang mendasari upaya mencari dirham yang hilang tersebut karena
MEMANG MENGHARGAI PERKAWINAN karena DASAR CINTA, tapi ada beberapa
wanita Yahudi yang MEMANG TAKUT DICERAIKAN SUAMINYA karena telah
menghilangkan TANDA PERKAWINAN mereka. (Mungkin utk saat ini, dirham itu
sedikit bisa dihubungkan dengan CINCIN KAWIN sebagai TANDA IKATAN SEPASANG
SUAMI ISTRI).
Wanita Yahudi akan menyalakan pelita sebagai tools untuk menerangi ruangan
tempat di mana wanita tersebut mencari dirham tsb. Mungkin di saat tersebut
pelita itu kurang minyak, wanita tersebut akan pergi membelinya dengan uangnya,
mungkin ke pasar atau mungkin ke mana pun sampai dapat.
Kemudian wanita tersebut juga menggunakan peralatan menyapu seluruh bagian
ruangan dan mencarinya dengan cermat.Di dalam usaha pencarian itu tentulah
memakan waktu, mungkin dirham tersebut terselip di sudut-sudut ruangan yang
susah dijangkau, jika memang benar begitu maka usahanya sangatlah patut
dihargai. Satu tangan memegang pelita, satu tangan memegang sapu dengan mata
yang penuh konsentrasi mencari sampai ketemu. Usaha yang penuh kesungguhan,
ketekunan dan ketelitian, bahkan pengorbanan !
Apakah kita akan melakukan segala daya upaya untuk kembali memulihkan

hubungan kita dengan TUHAN YESUS? Apakah kita begitu menghargai komitmen
awal kita kepada TUHAN ? Apakah kita mengingat kasih mula-mula kita dengan
TUHAN ? Apakah ketika kita melakukan sedikit kesalahan kepada TUHAN YESUS,
kita akan segera minta ampun untuk pengampunan? Atau kita akan berlarut-larut
dengan kesalahan dan dosa kita? Wanita tersebut tidak mengulur2 waktu sampai
SEPULUH DIRHAM nya hilang.

Di ayat 15:9 Tidak sampai itu, ketika dirham yang hilang tersebut ditemukan,
maka wanita itu segera memanggil sahabat2nya dan bahkan tetangga2nya.
Dia ingin mengumumkan kepada orang-orang tidak peduli penolakan mungkin
dari sahabat2nya atau dari tetangga2nya yang mungkin menganggap hal ini adalah
hal sepele,
kenapa harus dibesar2kan ? Mungkin wanita tersebut membelanjakan uang untuk
melakukan pesta merayakan penemuan kembali SATU DIRHAM YANG HILANG.
Dia ingin berbagi dengan orang-orang tentang sukacitanya, hal ini juga
membutuhkan usaha.
Di ayat 15:10 - Hei, ketika hubungan kita pulih dengan TUHAN YESUS, bukan
hanya kita yang bersukacita! Tapi juga malaikat-malaikat Allah di surga bersuka
cita.
Begitu pentingnya kita di mata TUHAN, begitu TUHAN menghargai hubungan
dengan kita yang sebenarnya tidak ada apa-apanya. Jika TUHAN saja begitu
menghargai hubungan dengan kita,
kenapa kita tidak?

Saudara-saudara, ingatlah bagaimana TUHAN YESUS begitu mengasihi kita,


berapapun kesalahan kita yang pernah kita lakukan, ingatlah kasih mula-mula kita
dengan TUHAN.
Jika kita merasa ada yang tidak beres, segera kita minta ampun, dan DIA pasti akan
mengampuni kita, bahkan DIA menunggu usaha kita !!!

Lukas 15:8-10
15:8 "Atau perempuan manakah yang mempunyai sepuluh dirham, dan jika ia
kehilangan satu di antaranya, tidak menyalakan pelita dan menyapu rumah serta
mencarinya dengan cermat sampai ia menemukannya?

15:9 Dan kalau ia telah menemukannya, ia memanggil sahabat-sahabat dan


tetangga-tetangganya serta berkata: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku,
sebab dirhamku yang hilang itu telah kutemukan.
15:10 Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikatmalaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat."

DIRHAM YANG HILANG


(Identitas Kekristenan yang Hilang)
Lukas 15:8-10

Dalam Injil Lukas pasal 15 kita menemukan tiga perumpamaan yang disampaikan Yesus, dan
semua perumpaan itu membahas tentang yang hilang, yaitu ayat 1-7 perumpaan tentang domba
yang hilang, ayat 8-10 perumpaan tentang dirham yang hilang dan ayat 11-32 perumpamaan
tentang anak yang hilang.
Ketiga perumpamaan ini sebenarnya menggambarkan tentang tingkat kerohanian/kekristenan.
Perumpamaan yang pertama yaitu perumpamaan tentang domba yang hilang, menggambarkan
Kristen tingkat domba. Sedangkan tingkat yang kedua adalah perumpamaan tentang anak yang
hilang, menggambarkan tingkat kekristenan orang muda, sebab tokoh utama dalam kisah ini
adalah seorang anak muda yang kemudian terhilang dari rumah bapanya. Dan tingkat yang
ketiga adalah perumpamaan tentang dirham yang hilang, menggambarkan tentang kekristenan
tingkat calon mempelai wanita, yang adalah puncak dari kekristenan.
Dalam surat 1 Yohanes 2:12-14 Yohanes juga menjelaskan tentang tingkat-tingkat kekristenan
dalam jemaat, yaitu tingkat anak-anak, orang muda dan bapa-bapa. Di sini Yohanes bukan
berbicara tentang kelompok usia atau jenis kelamin, tetapi tentang tingkat kekristenan yang
dimulai dari kanak-kanak, bertumbuh menjadi orang muda, dan kemudian menjadi bapa-bapa,
yakni figur manusia yang sudah matang atau dewasa penuh, dan inilah yang dikehendaki Tuhan.
Injil Lukas pasal 15 dengan suratan 1 Yohanes pasal 2 mengkonfirmasi bahwa seperti inilah
tingkat-tingkat kekristenan dalam jemaat, yaitu domba - anak-anak, orang muda, calon pengantin
perempuan bapa / dewasa penuh.
Berikut karakteristik dari tingkat-tingkat kekristenan ini :
Tingkat Kekristenan Domba, menggambarkan orang Kristen pemula, atau istilah yang
digunakan Yohanes adalah kanak-kanak. Pengenalannya masih terbatas. Dia percaya kepada
Tuhan Yesus hanya karena Dia adalah Gembala yang baik yang menyediakan semua
kebutuhannya. Cenderung kekristenan tingkat ini selalu diukur dengan materi. Dan biasanya
kekristenan pemula atau Kristen domba ini tahunya hanya berteriak atau mengembik seperti
domba, selebihnya tidak bisa. Maka kekristenan pada tingkat ini justru banyak menyusahkan
gembala. Bayangkan Gembala harus meninggalkan 99 domba di kandang hanya untuk mencari
satu yang hilang. Sebab kekristenan seperti ini mudah disesatkan dan terhilang. Karena itu tidak
ada pilihan, Kristen domba/kanak-kanak harus bertumbuh dalam peningkatan yang lebih dewasa.
Tingkat Kekristenan Orang Muda, menggambarkan orang Kristen yang mulai bertumbuh.
Kristen anak muda lebih baik dibandingkan dengan Kristen domba. Kalau kita cermati dari surat
1 Yohanes 2, tingkat kekristenan orang muda sudah mengerti bahwa kehidupan itu seperti orang
yang berperang, ada musuh-musuh yang harus dikalahkan, yang mana bisa menewaskan kita
kalau kita tidak mempunyai perlengkapan-perlengkapan rohani. Itu sebabnya Kristen orang
muda mengerti kebutuhan di dalam kehidupannya yaitu kebenaran firman Tuhan dan kekuatan
Illahi. Juga dalam perumpamaan yang dicatat dalam Lukas 12, orang muda itu berhak mewarisi
harta bapanya. Setelah kita dilahirkan baru dan dibaptis, kita berhak menerima kekayaan
sorgawi, mulai dari kepenuhan Roh Kudus, karunia-karunia Roh, dan berbagai-bagai hal lainnya
untuk melayani.

Namun tingkat kekristenan orang muda tidaklah cukup, sebab masih dikuasai keinginan diri.
Bukan apa yang Bapa kehendaki yang dipikirkan tetapi apa yang dia sendiri pandang adalah baik
yang dipikirkan. Itu sebabnya ketika dia menerima kekayaan dari bapanya, dia berpikir
bagaimana menggunakan kekayaan itu menurut konsep dirinya, bukan menurut konsep bapanya.
Dia masih ingin kesenangan dunia bahkan memilih menjauh dari bapanya supaya bisa
melakukan kesenangan menurut kehendak hatinya. Dan akhir hidup Kristen orang muda sangat
menyedihkan yaitu berakhir di kandang babi. Memalukan dan menyedihkan! Karena itu jangan
berhenti pada tingkat kekristenan orang muda yang cenderung keinginan diri yang menonjol
bukan keinginan Tuhan dan firmanNya. Kita harus bertumbuh ke tingkat kekristenan berikutnya.
Tingkat Kekristenan Calon Mempelai. Ini adalah figur anak Tuhan yang dewasa, matang dan
siap untuk menikah. Dalam 1 Yohanes 2 digambarkan dengan figur seorang bapa, seorang yang
dewasa dan bertanggungjawab. Ia terikat dan bertanggungjawab dengan tugas yang dipercayakan
kepadanya yaitu di rumah. Dalam perumpaan dalam Lukas pasal 15 kita perhatikan bagaimana
wanita yang kehilangan mata dirham itu orientasinya bukan di gunung atau di lembah apalagi di
kandang babi, tetapi di rumah.
Ada dua rumah dalam artian rohani yang harus kita pelihara :
1) Rumah pribadi.
1 Korintus 6:19. Ini menyangkut tentang kehidupan pribadi kita yang harus kita jaga. Orang
Kristen yang bertumbuh dengan baik akan memperhatikan kekudusannya, baik roh, jiwa dan
tubuh agar tidak dicemari oleh hal-hal dosa. Dari ujung rambut di kepala sampai telapak kaki
harus kita jaga kekudusannya. Karena Tuhan akan memperhatikan tanggungjawab kita untuk
kekudusan rumah yang pertama yaitu kehidupan pribadi kita.
2) Rumah yang besar.
1 Korintus 3:16. Kata 'kamu' dalam ayat ini bukan menunjuk kepada orang pribadi tetapi
menunjuk kepada sidang jemaat di Korintus. Yang disebut rumah Allah pada masa sekarang
bukan berbicara tentang bangunan atau gedung gereja tetapi perhimpunan jemaat. Karena itu
jangan sampai ada seorang pun di antara kita yang mencoba untuk mencabik-cabik atau
memecah belah sidang jemaat. Melainkan sebagai pribadi yang mencapai tingkat kerohanian
calon mempelai harus memelihara persekutuan dengan begitu rupa.
Sehingga setiap kali kita berkumpul Allah hadir dan memberkati kita. Allah akan membuat
perhitungan apabila ada orang yang bermain-main dengan pekerjaan Tuhan. Baca 1 Korintus
3:17.
Namun dalam tingkat kekristenan dewasa yang digambarkan dengan wanita yang siap untuk
menikah tidak berarti sudah sempurna. Sebab dalam perumpamaan itu disebutkan bahwa wanita
itu kehilangan mata dirham. Hal ini mengingatkan kita agar jangan lalai. Janganlah sampai
terjadi, di mana kita kerja, melayani, aktif di gereja, tetapi ada nilai-nilai kekristenan yang hilang
dalam diri kita. Kita jangan kehilangan 'mata dirham' (identitas pengikut Kristus).

Kenapa wanita itu begitu gelisah dan ketakutan ketika dirhamnya hilang? Di zaman dulu
pernikahan didahului dengan pertunangan. Bandingkan Matius 1:18. Masa pertunangan penting,
sebab masa itu digunakan untuk persiapan biaya pesta dan persiapan kebutuhan rumah tangga
kelak. Tetapi masa pertunangan juga digunakan untuk menguji sejauh mana kesetiaan sang calon
mempelai perempuan. Karena itu dalam prosesi pertunangan itu, di hadapan keluarga kedua
pihak, para tetangga dan kerabat, calon mempelai laki-laki menyematkan seuntai kalung dengan
sejumlah mata dirham kepada calon mempelai wanita. Setelah itu calon mempelai pria pergi
merantau dan meminta sahabatnya memantau sikap dan perilaku calon mempelai wanita. Apabila
calon mempelai wanita tidak setia, secara diam-diam ia ambil mata dirham pada kalung yang
dikenakan calon mempelai wanita tersebut. Dan apabila mata dirham itu tidak utuh ketika
mempelai pria kembali, maka pernikahan akan dibatalkan. Itu sebabnya, perempuan yang telah
kehilangan mata dirham itu, mencari dirham itu dengan sungguh-sungguh sebab itu menyangkut
masa depannya.
Ini adalah hal yang Alkitabiah. Yesus pergi ke sorga dan akan datang kembali menjemput kita
'calon mempelai wanita'. Dan sekarang orang percaya ada dalam pantauan Roh Kudus. Roh
Kudus yang memberikan penilaian kepada kita ketika Yesus datang kembali. Dan ketika ada satu
mata dirham yang hilang itu sudah cukup alasan untuk gagalnya pernikahan dan Tuhan berkata
kepada mempelai perempuan : Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku,
kamu sekalian pembuat kejahatan!" Baca Matius 7:21-23. Karena itu perhatikan agar jangan
sampai kita kehilangan nilai-nilai kekristenan.
II Korintus 11:2,3. Paulus membina jemaat Korintus dari tidak kenal Yesus sampai Kristen
Domba/Anak-anak, Kristen orang muda, dan Kristen calon mempelai. Tetapi Paulus merasa
kuatir/takut jemaat itu kehilangan KESETIAAN.
Di akhir zaman, banyak pengikut Yesus yang kehilangan mata dirham yang seharusnya
dijaga/dipelihara. 2 Timotius 3:1-5. Ada 19 nilai-nilai kekristenan yang seharusnya melekat
dalam diri kita tetapi menjadi hilang karena pengaruh akhir zaman. Antaralain : Kasih digantikan
cinta akan uang, hamba Kristus menjadi hamba uang, kejujuran digantikan kebohongan, rendah
hati menjadi sombong, kepercayaan menjadi pemfitnah, penundukan menjadi berontak, syukur
menjadi persungutan, empati menjadi kekerasan, iman menjadi nalar/rasio, roh pengampunan
menjadi dendam, solidaritas menjadi menjelekkan, pengawasaan diri menjadi hawa nafsu, lemah
lembut menjadi garang, kebaikan menjadi mencelakakan, kesetiaan menjadi pengkhianatan,
pengharapan menjadi putus asa, haus Firman Allah menjadi berlagak tahu, taat kepada firman
Allah menjadi umbar nafsu, dan ibadah menjadi formalitas/munafik.
Kira-kira kalau Tuhan Yesus datang sekarang, apakah mata dirham yang melekat pada anda
masih utuh? Ketika wanita itu sadar bahwa ada mata dirham yang hilang, ia mencarinya bukan di
pasar atau di toko tetapi di rumah. Ketika anda merasa bahwa ada nilai-nilai kekristenan yang
hilang dari hidupmu, maka carilah itu di rumah Tuhan. Berseru dan minta supaya dikembalikan
Tuhan, sehingga kita menjadi gereja yang siap menyambut kedatangan Yesus yang kedua
kalinya. Tuhan Yesus memberkati!

Anda mungkin juga menyukai