Anda di halaman 1dari 4

Yudas Iskariot (Matius 26:14-16)

14. Kemudian pergilah seorang dari kedua belas murid itu, yang bernama Yudas Iskariot,
kepada imam-imam kepala.
15. Ia berkata: "Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia
kepada kamu?" Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya.
16. Dan mulai saat itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus.

Ada sebuah “Kutipan” yang mengatakan: “Tidak ada pengkhianatan yang lebih buruk
daripada pengkhianatan yang dilakukan oleh orang terdekat.”
Pada zaman kekaisaran Romawi, ada seorang Jendral Romawi, yang kemudian menjadi
Penguasa terhebat dalam kekaisaran Romawi. Dia adalah Julius Caesar. Julius Caesar
memiliki seorang sahabat dan orang terdekat, yang bernama Markus Junius Brutus, atau yang
lebih dikenal dengan Brutus. Brutus bukan hanya menjadi orang kepercayaan Caesar, tetapi
Caesar juga mengasihi Brutus seperti anaknya sendiri.
Suatu saat, Brutus merasa tidak puas melihat situasi dan kondisi pemerintahan Romawi
dibawah kepemimpinan Caesar. Ia dianggap sebagai telah menjadi diktator yang sewenang-
wenang. Maka Brutus bersama dengan dengan dua orang anggota senator (seperti anggota
DPR di Indonesia), mereka merencanakan untuk melakukan pengkhianatan terhadap Julius
Caesar. Mereka menggalang kekuatan politik untuk menjatuhkan Caesar dari kursi
kekuasaannya. Untuk itu, mereka bersepakat dengan rencana busuk untuk menggelar sidang
Senator (seperti sidang DPR di Indonesia). Nantinya, di Sidang itu, Caesar akan dijebak
dengan rencana penghianatan untuk membunuh Julius Caesar.
Brutus bertugas untuk membujuk Caesar datang ke dalam Sidang itu. Meski sempat beredar
kabar desas-desus yang tidak baik, Caesar akhirnya memutuskan datang. Di dalam ruang
sidang, Caesar segera dikelilingi sekitar 60 orang senator yang masing-masing telah
membawa belati di balik jubah mereka (belati: sejenis pisau kecil). Ketika Caesar sedang
membaca pidato di atas mimbar, salah seorang senator bernama Publius Casca menarik
lengan sang kaisar, lalu menikam lehernya dengan sebilah belati. Dilanjutkan dengan 23
anggota senator lain, yang ikut menikamnya. Terus dan terus.
Tepat sebelum napas terakhirnya, Caesar sempat menatap Brutus, yang juga ikut
menikamnya, lalu berkata: “Kau juga, Brutus, anakku?”
inilah kisah penghianatan yang dialami oleh Julius Caesar. Dalam Alkitab kita juga
menemukan kisah-kisah Pengkhianatan.
Dimana Yusuf dikhianati oleh saudara-saudaranya, dijual kepada orang Ismael dengan harga
dua puluh keping perak, Lalu dibawa ke Mesir.
Begitu juga, dengan Daud dikhianati oleh Ahitofel, Penasihat kerajaannya, orang yang dia
percayai. Dalam Mazmur 41:10, Daud mengatakan, “Bahkan sahabat karibku yang
kupercayai, yang makan rotiku, telah mengangkat tumitnya terhadap aku.”
Saudara, ‘makan roti’ dengan seseorang merupakan tanda persahabatan, tindakan
kesetiaan.
Ahitofel, bagi Daud adalah Sahabatnya, orang yang selama ini setia kepada Daud. Tetapi
kemudian “mengangkat tumitnya” terhadap Daud.
‘Mengangkat tumit’ dapat diartikan sebagai ‘tindakan penghianatan’. Orang yang menyerang
seseorang dengan cara yang tak terduga, di bawah kepura-puraan persahabatan.
Mazmur 41:10 ini juga dikutip dalam Injil Yohanes, menjadi ayat yang berbicara tentang
penggenapan nubuatan yang akan dialami Yesus. Dimana Yesus akan dikhianati oleh seorang
murid-Nya, yang bernama Yudas Iskariot.
Siapakah Yudas Iskariot ?
Dalam Matius 26:14, dikatakan, salah satu dari Murid, yang akan menyerahkan
(mengkhianati) Yesus itu, “bernama Yudas Iskariot”.
Nama Yudas Iskariot, nama belakangnya, “Iskariot”, itu menggambarkan tentang dari mana
Yudas berasal, yaitu dari “Keriot”. Keriot adalah sebuah kota di suku Yehuda. Yudas adalah
bagian dari sekte sicarii , sekelompok pemberontak Yahudi yang membunuh orang dengan
sebuah “belati” (biasa disebut sicae).
Nama Yudas Iskariot, pertama kali muncul dalam Matius 10:4, daftar dari kedua belas murid
Yesus, “Pertama Simon yang disebut Petrus dan Andreas saudaranya, dan Yakobus anak
Zebedeus dan Yohanes saudaranya, (3) Filipus dan Bartolomeus, Tomas dan Matius
pemungut cukai, Yakobus anak Alfeus, dan Tadeus, (4) Simon orang Zelot dan Yudas
Iskariot yang mengkhianati Dia.”

Selanjutnya, tentang kehidupan Yudas, tidak banyak yang kita ketahui. Bagaimana
Yudas dipanggil Yesus ? Kapan dan dimana Yudas dipanggil Yesus ? Kita tidak
dapat mengetahuinya. Tidak dituliskan dalam kitab-kitab Injil.
Lalu nama Yudas muncul kembali dalam persekongkolan, atau persepakatan jahat,
antara Yudas dengan Imam-imam kepala. Ini yang kita baca dalam Matius 26:14-
16. Yudas datang kepada Imam-imam kepala, lalu Yudas mengajukan penawaran
kepada mereka, dan Imam-imam kepala memberikan tiga puluh uang perak
kepadanya. Kemudian Yudas mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan
Yesus (mengkhianati Yesus).
Kalau kita bertanya, Mengapa Yudas menghianati Yesus ? Apa yang memotivasi Yudas
menyerahkan Yesus ?
- Yudas mengkhianati Yesus, karena dimotivasi Keserakahan.
Bagi orang yang serakah, Dia tidak akan memperdulikan, bahwa apa yang dia lakukan itu,
merugikan orang lain, atau mencelakai orang lain. Dia tidak peduli, tetapi yang penting bagi
dia adalah mendapatkan keuntungan.
Ini yang dilakukan Yudas, ketika dia mengkhianati Yesus, menyerahkan Yesus kepada
imam-imam kepala, yang membawa Yesus dijatuhi hukuman mati.
Matius 26:15, mengatakan hanya demi “tiga puluh uang perak”. Yudas menyerahkan Yesus.
Berapa sih jumlah “tiga puluh uang perak” ?
1 uang perak sama dengan 4 dinar. Di jaman Yesus, upah seorang pekerja satu hari adalah
satu dinar. Jadi dibutuhkan waktu sekitar 4 bulan bekerja untuk mendapatkan tiga puluh
keping perak.
Gaji UMR, seorang buruh di tanggerang, satu bulan: Rp. 4,3 Juta. X 4 bulan = Rp. 17,2 Juta.
Bukan jumlah uang yang begitu besar, bukan ? Tetapi itulah Yudas. Dia tamak. Dia serakah.
Dia berpikir yang penting, saya mendapatkan untung. Dia mengkhianati gurunya.
Bukankah sebelumnya, Yudas pernah mendengarkan pengajaran Yesus ? Yang berkata: “Tak
seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang
seorang dan mengasihi yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada
Mamon”
Bahkan Yudaspun menyaksikan bagaimana kehidupan Zakheus, seorang yang begitu
mencintai uang, mengejar uang sebagai segala-galanya. Kehidupan Zakheus berubah, setelah
dia berjumpa dengan Yesus. Zakheus mengatakan: "Tuhan, setengah dari milikku akan
kuberikan kepada orang miskin, dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan
kukembalikan empat kali lipat.”
Tetapi, apa yang pernah Yudas saksikan, apa yang Yudas pernah dengar dari Yesus dalam
pengajaran-Nya, tidak mengubah Yudas. Disia-siakan oleh Yudas.
Dalam mempelajari kehidupan Yudas, Saya ingin merefleksikannya. Dengan Judul sebuah
Lagu, yang mengatakan : “Hidup ini adalah Kesempatan”, Lalu bagaimana kita hidup ?
- Yudas memiliki kesempatan untuk hidup bersama Yesus, kurang lebih tiga tahun.
Hidup bersama Anak Allah. Hidup bersama Tuhan diatas segala tuhan. Tetapi Yudas
menyia-yiakan kesempatan yang besar ini. Dia mengkhianati Yesus.
- Yudas adalah seseorang yang memiliki kesempatan untuk mendengarkan Firman
Tuhan, mendengarkan pengajaran yang berharga. Bukan dari seorang pengkhotbah
yang terkenal, atau pembicara motivator yang hebat, tetapi dari Sang Firman Hidup
itu sendiri. Yesus, Sang Firman Hidup yang langsung berbicara kepada Yudas. Tetapi
Yudas menyia-yiakan kesempatan yang luar biasa ini. Yudas tidak membiarkan
Firman Hidup itu mengubahkan kehidupannya. Yudas mengkhianati Yesus.
- Yudas memiliki kesempatan untuk melayani Tuhan. Dipakai Tuhan secara luar
biasa, dengan kuasa Roh Kudus, seperti: Petrus, Yohanes, dan murid-murid yang lain.
Yang mengubah dunia dengan berita Injil. Tetapi Yudas menghianati Yesus.
Mungkin kita sekarang, berkata: “andai saya jadi Yudas, Saya tidak akan menyia-yiakan
kesempatan yang besar itu.” Tetapi, kitapun sekarang memiliki kesempatan yang luar biasa.
- Untuk kita tinggal di dalam Tuhan, dan Tuhan tinggal dalam kehidupan kita. Adakah
kita menggunakan waktu dalam kehidupan kita untuk bersekutu dengan Yesus,
bersaat teduh setiap hari, ataukah kita sibuk dengan agenda kehidupan kita?
- Saat ini, kitapun memiliki kesempatan, untuk mendengarkan Firman Tuhan, melalui
khotbah. Kesempatan untuk membaca Firman Tuhan dari Alkitab. Adakah kita
menjadi orang yang sungguh-sungguh mendengar dan melakukan Firman Tuhan
dalam kehidupan kita ?
- Sekarangpun, kita memiliki kesempatan untuk melayani Tuhan. Adakah kita
sungguh-sungguh, memberikan hati kita, memberikan tenaga kita, untuk melayani
Tuhan ?
Suatu saat, kehidupan kita, tidak lagi kuat, tidak lagi jaya, bahkan kehidupan kita akan
berhenti. Apakah hidup kita telah menjadi berkat ?

Apakah Pdt. Wilhelmus atau Pdt. Surbakti yang mengarang lagu ini. Tetapi bukti kuat
menerangkan bahwa Pdt. Wilhelmus lah yang menciptakan lagu ini. Lagu ini berawal dari
sebuah kisah pergumulan batin yang dialami oleh Pdt. Wilhelmus. Ia adalah seorang Gembala
Sidang GBI Betsaida di Serpong, Tangerang dan dia memiliki seorang anak yang adalah anak
sulungnya. Anaknya ini sangat diberkati oleh Tuhan dengan bakat yang diberikan oleh Tuhan di
bidang musik. Bakat yang ia miliki membuatnya terlibat di bidang musik dan masuk ke dalam
komunitas pengiring musik ibadah di gereja. Komunitas musik ini terdiri dari orang dewasa dan
hanya ia sendiri yang adalah anak-anak. Hari silih berganti ia semakin diberkati oleh Tuhan dan
tumbuh semakin besar. Hingga pada usianya yang ke-17 tahun pada tahun 2004 (saat itu anak
dari Pdt. Wilhelmus baru saja lulus SMA) terjadilah suatu kecelakaan lalu lintas yang akhirnya
merenggut nyawa dari anak sulung Pdt. Wilhelmus. Saat-saat kehilangan akan putra sulungnya
ini, ia duduk dalam keheningan untuk merenungkan hidup ini. Pada saat itulah ia merenungkan
bahwa dalam kehidupan ini ada tenggang waktu yang Tuhan beri buat kita. Artinya ada
batasnya.
1. Tidak selamanya kita muda
2. Tidak selamanya kita kuat
3. Tidak selamanya kita jaya
4. Tidak selamanya kita hidup
Pdt. Wilhelmus sangat menyadari bahwa dalam kehidupan ini ada masa saat kita nantinya akan
mengalami stuck (terjebak) dan tidak bisa berbuat apa-apa.

Maka kita akan tahu bahwa menit-menit, hari-hari, minggu-minggu bahkan tahun-tahun yang kita
jalani di dalam kehidupan ini adalah waktu yang menentukan kekekalan. Kekekalan itu adalah
tentang bagaimana kelak kita akan berada, apakah di sorga yang kekal ataukah di neraka. Itu
semua berdasarkan kepada perbuatan kita selama kita hidup di bumi ini. Oleh karena itu selama
kita masih diberikan oleh Tuhan waktu dan selama masih ada nafas kita, hendaknya kita tidak
menyia-nyiakan kesempatan yang diberi oleh Tuhan. Sehingga hidup kita tidak akan sia-sia
begitu saja.

Anda mungkin juga menyukai