Anda di halaman 1dari 23

Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

BAB II

LATAR BELAKANG KITAB DAN LATAR BELAKANG TEKS

IMAMAT

Pada bab ini akan membahas latar belakang kitab dan latar belakang teks

Imamat. Ada beberapa yang akan dibahas yaitu meliputi latar belakang budaya,

nama dan isi kitab Imamat, penulis kitab Imamat, waktu penulisan, waktu

penulisan. Kemudian dilanjutkan dengan membahas latar belakang teks Imamat.

2.1 LATAR BELAKANG KITAB IMAMAT

2.1.1 Latar Belakang Budaya

Kitab Imamat berasal dari wahyu Yahweh yang diberikan kepada Musa di

“Kemah Pertemuan” (1:1) dan di gunung Sinai (25:1) selama sebelas bulan Israel

tinggal di Sinai sesudah peristiwa Keluaran dari Mesir (bdg. Keluaran 19:1;

40:17; Bilangan 10:11).1 Kitab Imamat merupakan kitab ketiga dalam Pentateukh,

sering juga disebut sebagai salah satu kitab Taurat (Torah). Dengan demikian

perlu bagi kita untuk mengatahui apa yang dimaksud dengan Torah dan

bagaimana sikap bangsa Israel terhadap Torah.

Torah terdiri dari hukum-hukum yang berbeda kemudian dikumpulkan dan

disatukan dalam pentateukh. Taurat (dalam bahasa Ibarani: Torah) adalah nama

yang diberikan orang-orang Yahudi kepada lima kitab pertama dari Kitab

Perjanjian Lama, yaitu kitab Kejadian, kitab Keluaran, kitab Imamat, kitab

Bilangan, kitab Ulangan.2

1
Andrew E. Hill dan John H. Wilton, Survei Perjanjian Lama (Jawa Timur : Yayasan
Penerbit Gandum Mas, 1998), 189.
2
Stefen Leks, Menuju Tanah Terjanji (Flores : Nusa Indah, 1978), 8.

13
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

Istilah Torah berasal dari kata yarah yang artinya ‘menuntun’, ‘mengajar’

atau ‘memerintah’.3 Sering kali mendengar kata hukum, dan kita berpikir

mengenai hukum dalam arti yang lazim, yaitu: peraturan, ketetapan, perintah, dan

sebagainya. Dalam arti alkitabiah dapat dijumpai keterangan bahwa Hukum Ilahi

ialah sejumlah peraturan yang dinyatakan Allah kepada manusia. Kata “hukum”

(Taurat) berasal dari kata dasar “mengajar” tetapi berhubungan erat dengan kata

lain yaitu “memberi dasar, meletakan pedoman”. Kata Taurat mencakup kehendak

Allah, kebenaran-Nya.4 Bila demikian maka pengertian dasarnya ialah pengajaran,

yang tidak terbatas pada lingkungan hukum saja, melainkan melingkupi pengajran

dari ayah dan ibu (Ams. 1:8; 3:1), pengajaran oleh orang bijak (Ams. 13:14),

pengajaran oleh para nabi (Yes. 1:10).5

Timur Dekat kuno yang dikenal istilah sekarang Timur Tengah. Timur

Tengah merupakan wilayah yang subur sampai ke Mesir yang meliputi daerah

Mesopotamia-Siria-Libanon-pantai Barat Kanaan-Mesir.6. Bagian yang subur dari

wilayah Timur Tengah Kuno itu di sebut daerah-daerah bulan-sabit. Pemikiran

Mesir dibentuk oleh negerinya. Sungai Nil mempunyai kecenderungan untuk

melimpah (banjir), tapi ini terjadi pada waktu tertentu, banjir membawa kesuburan

pada tanah dan air yang dibutuhkan untuk kehidupan. Orang Mesir pada

umumnya ‘optimis’;7 dewa-dewa baik dan menjadi penunggu manusia. Berbeda

dengan pemikiran Mesopotamia secara mendasar adalah “pesimis”.8 Nama


3
Bdk. Bambang Budijanto, Torah Dalam Hidup Bangsa Israel, (Yogyakarta: Yayasan Andi
1995), 2.
4
Stepen Leks, Menuju Tanah Terjanji (Flores : Nusa Indah, 1978), 71.
5
Bdk. Karel sosipater, Etika Perjanjian Lama, (Jakrta: Suara Harapan Bangsa, 2010), 53.
6
S.Wismoady Wahono, Di Sini Kutemukan Petunjuk Mempelajari Dan Mengali Alkitab,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), 43
7
Optimis dalam KBBI artinya penuh harap, orang yang selalu berpengharapan baik
8
Pesimis dalam KBBI artinya bersikap tidak mempunyai harapan baik, orang yang khawatir
akan mendapatkan atau menemui sesuatu yang buruk, misalkan kalah, celaka, orang yang tipis
harapan.

14
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

“Mesopotamia” berarti ‘daerah di antara dua sungai’ Ada dua sungai besar, yaitu

sungai Efrat dan Tigris. Wilayah Mesopotamia utara diapit oleh dua sungai

tersebut. Sungai Efrat dan Tigris mendapatkan air dari pegunungan Armenia dan

Kurdistan yang selalu tertutup salju. Wilayah ini melandai ke selatan, mulai dari

ketinggian 400 m di atas permukaan laut sampai ke selatan dengan ketinggian 70

m di atas permukaan laut. Jadi wilayah utara itu merupakan plateau yang diapit

oleh dua sungai, membujur dari pegunungan utara sampai dengan wilayah dekat

kota Bagdad.9

Sungai Tigris, yaitu sungai yang di sebelah timur, bemata air di pegunungan

Tagras. Sering terdapat hujan, sehingga sungai Tigris tak pernah kekurangan air.

Karena sungai Tigris lebih pendek ketimbang sungai Efrat, yang di sebelah barat,

maka alirannyapun lebih deras. Wilayah utara di sepanjang sungai Tigris itu

merupakan daerah negara Assyiria dengan ibu kotanya Niniweh.10

Timur Dekat Kuno tidak hanya orang Israel yang mempraktikkan upacara

penyucian dan korban binatang sembelihan. Terdapat golongan-golongan imam

yang tersusun dengan sangat rapi memimpin tempat-tempat penyembahan atau

kuil-kuil. Upacara pembasuhan dan tata cara pengurapan dan pengudusan tersebut

sebelum ibadah atau kebaktian yang dilakukan di hadapan para dewa merupakan

hal-hal yang umum baik dalam agama orang Mesopotamia maupun Mesir. Agama

orang Kanaan meliputi juga “korban pendamaian” dan korban secara

“menyeluruh” atau korban “bakaran” yang mirip dengan korban-korban yang

dipersembahkan oleh umat Ibrani.11

9
Wismoady Wahono, Di Sini Kutemukan Petunjuk Mempelajari Dan Mengajarkan Alkitab,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia 2002), 43
10
Ibid., 44
11
Andrew E. Hill & John H. Wilton, Survei Perjanjian Lama (Jawa Timur : Yayasan Penerbit
Gandum Mas, 1998), 190

15
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

Orang-orang Kanaan asli adalah penyembah-penyembah banyak dewa-dewi.

Dewa tertinggi El, yang dipercayai sebagai pencipta alam semesta dan sekaligus

kepala dewa dari semua dewa. Dewa yang penting adalah Baal yaitu dewi Anath,

Astarot dan Ashera. Agama Kanaan adalah agama kesuburan, yang selalu

mendambakan kesuburan bagi tanaman-tanaman, ternak dan keturunan.12

Meskipun ada kesamaan-kesamaan baik dalam jabatan keimaman dan

bentuk upacara agama, dalam beberapa hal agama Isreael memiliki kekudusan

dari agama-agama lain di Timur Tengah kuno. Ada beberapa perbedaan yaitu

meliputi gagasan wahyu ilahi dan teofani secara langsung, sifat etis

monotheisme13 yang ketat, pemahaman mengenai dosa manusia, sifat etis dan

moral yang tinggi dari agama Ibrani yang berlawanan dengan pemujaan dewa-

dewi kesuburan dari bangsa Kanaan, dan hakikat yang kudus serta benar dari

Yahweh dibandingkan dengan kelakuan yang berubah-ubah dari ilah kafir.14

Corak keagamaan bangsa-bangsa di Timur Tengah Kuno pada umumnya

bersifat politeisme (kepercayaan kepada banyak dewa), sehingga agama menjadi

godaan bagi bangsa Israel dalam menggumuli imannya. Maka dalam hukum

pertama ada berbunyi “Jangan ada Allah lain di hadapan-Ku.15

Dalam kehidupan sosial, sistem kemasyarakatan yang patriakhal sangat

melekat kuat bagi bangsa Israel maupun bangsa-bangsa lain di sekitarnya pada

masa itu. Kaum laki-laki lebih dominan dibandingkan dari kaum perempuan. 16

12
Wismoady Wahono, Di Sini Kutemukan Petunjuk Mempelajari Dan Mengajarkan Alkitab,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia 2002), 117-118
13
Monoteisme dalam KBBI artinya ajaran agama yang menyakiniadanya satu Tuhan saja
14
Ibid., 190-191.
15
Barnabas Ludji, Pemahaman Dasar Perjanjian Lama 1, (Malang: Gandum Mas, 1996), 32.
16
Barnabas Ludji, Pemahaman Dasar Perjanjian Lama 1, (Malang: Gandum Mas, 1996), 30.

16
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

Dalam budaya patriakhal, kaum laki-laki menjadi salah satu figur yang amat

penting, dibandingan status dan peran perempuan.

2.1.2 Nama dan Isi Kitab Imamat

Dalam bahasa Ibrani, sesuai dengan kebiasaan kuno yang lazim dipakai di

Timur Dekat, dipakai kata pertama, yaitu “wayidrat” yang berarti “Dan Dia

memanggil”.17 Dalam beberapa terjemahan kitab ini sering terdapat judul yang

dihubungkan dengan nama Lewi. Misalkan, Septuaginta18 Levitikon; Vulgata19

(memekai Judul Leviticus dan dalam semua terjemahan bahasa Inggris Leviticus

juga dipakai.20 Terdapat beberapa subjudul diberikan kepada Kitab Imamat.

Berisi peraturan-peraturan dan tugas keimaman dan buku penduan berisi

instruksi-intruksi yang menguraikan “kehidupan kudus” yang praktis untuk umat

Israel sebagai komunitas perjanjian.21

Judul dalam bahasa Indonesia, disebut “Imamat” menunjuk ke pada isi kitab

ini, sama seperti judul Leviticus tersebut. Judul “Imamat” lebih dekat bila

dihubungkan dengan kata imam.22

Dengan menggunakan judul dari bahasa Indonesia orang akan lebih

mengerti apa yang dimaksud. Meskipun hukum-hukum serta peristiwa-peristiwa

dihubungkan dengan kehidupan Musa, namun maksudnya ialah supaya hukum-

hukum itu ditaati dan peristiwa-peristiwa itu digunakan pada setiap zaman dalam

sejarah umat Israel.23

17
Robert M. Patreson, Tafsiran Alkitab : Kitab Imamat, (Jakarta : Gunung Mulia, 1994), 2.
18
Septuaginta merupakan terjemahan ke dalam bahsa Yunani yang di buat pada abad ketiga
sebelum Masehi
19
Vulgata merupakan terjemahan ke dalam bahasa Latin yang dibuat kira-kira 400 M
20
Robert M. Patreson, Tafsiran Alkitab : Kitab Imamat, (Jakarta : Gunung Mulia, 1994), 2.

21
Ibid., 187.
22
Ibid., 2
23
Ibid, 2-3

17
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

Dalam kitab Imamat berisi hukum-hukum dan peraturan-peraturan. Hukum-

hukum yang terdapat kitab ini yaitu mengenai Ibadah, kekudusan, kenajisan,

perbedaan antara yang haram dan yang halal, dan kelakuan etis dalam kehidupan

sehari-hari. Kumpulan hukum tersebut berguna agar umat Israel tetap setia kepada

Tuhan dan mengadakan pendamaian jika mereka melakukan kesalahan.24

Garis besar Kitab Imamat ialah sebagai berikut.25

2.1.2.1 Mendekati Allah yang kudus

1. Ketetapan-ketetapan mengenai korban (1-7)

2. Korban Bakaran (1 : 1-17)

3. Korban Sajian (2)

4. Korban Pendamaian (Keselamatan) (3)

5. Korban penghapusan dosa (4: 1-5:13)

6. Korban penebus salah (5:14-6:7)

7. Petunjuk untuk para imam (6:8-7:38)

8. Ketetapan-ketetapan mengenai pentahbisan imam-imam (8-10)

9. Pengurapan Harun dan anak-anaknya (8)

10. Korban Harun (9)

11. Kematian Nadab dan Abihu (10)

2.1.2.2 Hidup di hadapan Allah yang kudus

1. Ketetapan-ketetapan mengenai hal-hal yang “halal” dan “haram” (11-15)

2. Makanan (1)

3. Kelahiran (12)

4. Penyakit kusta dan penyakit kulit (13-14)

24
Ibid, 14
25
Andrew E. Hill & John H. Wilton, Survei..., 191-192

18
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

5. Cairan kotoran dan hal lelehan (15)

6. Ketetapan-ketetapan mengenai kekuduasan (16-25)

7. Hari Raya Pendamaian (16)

8. Larangan tentang makan dan minum darah (17)

9. Ketetapan-ketetapan mengenai seksualitas (18)

10. Hukum sipil dan hukum upacara (19)

11. Berbagai ketetapan dan hukuman (20)

12. Ketetapan untuk imam-imam (21-22)

13. Hari-hari Raya dan penanggalan (23-25)

2.1.2.3 Berbagai berkat perjanjian dan kutuk (26)

2.1.2.4 Tambahan: Hukum mengenai nazar dan pemberian (27)

Kitab Imamat ini terdiri dari enam bagian, yaitu :26

1. Pasal 1: 1 s/d 77:38. Bagian ini mengenai ibadah, dan dalam pasal 1 s/d 3

terdapat peraturan-peraturan singkat tentang cara tiga macam korban, yaitu

korban bakaran, korban sajian dan korban keselamatan. Peraturan-

peraturan tentang korban penghapusan dosa dalam 4:1 s/d 5:13 serta korban

penebus salah dalam 5:14 s/d 6:7. Lebih lanjut misalnya disebut kapankah

korban-korban demikian dipersembahkan. Di antara 6:8 s/d 7:38 terdapat

lagi peraturan-peraturan tentang kelima macam korban tersebut dan

berangkali ini membuat pembaca heran. Tetapi pasal 1 s/d 7 ini terdiri dari

dua kelompok peraturan-peraturan. Yang pertama yaitu 1:1 s/d 6:7,

dialamatkan pada orang-orang Israel pada umumnya (lihat 1;2) dan berisi

apa yang seharusnya diketahui kaum awam tentang korban, dan yang

kedua, yaitu 6:8 s/d 7:38, dialamatkan kepada “Harun dan anak-anaknya”,
26
Robert M. Patreson, Tafsiran Alkitab : Kitab Imamat.., 3

19
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

yaitu para imam (lihat 6:9),dan berisi pengetahuan khusus yang mereka

perlukan.

2. Pasal 8:1 s/d 10:20. Bagian ini mengenai imam-imam, dalam pasal 8 s/d 9

diriwayatkan pentahbisan Harun serta anak-anaknya. Pakaian khusus

dikenakan kepada mereka, minyak dituangkan atas kepala Harun, beberapa

korban dipersembahkan dan mereka menerima jabatannya. Terdapat dalam

10:1-7 cerita tetantang kesalahan serta kematian kedua anak Harun, yaitu

Nahab dan Abihu, juga peraturan-peraturan tentang minuman keras bagi

imam dan tentang apa yang diterima dari korban.

3. Pasal 11:1 s/d 15:33. Tema bagian ini ialah perbedaan antara yang najis

(atau haram) dan yang tahir (atau tidak haram). Pasal 11 membedakan

antara binatang-binatang, ikan-ikan, burung-burung dan seterusnya yang

tidak haram yang boleh dimakan dan yang haram yang dilarang bagi

bangsa Israel. Dalam pasal 12 terdapat peraturan tentang pentahiran

seorang perempuan sesudah melahirkan anak dan tentang korban yang

harus dipersembahkan. Pasal 13-14 mengenai suatu penyakit kulit yang

parah, yang menurut tradisi sama dengan kusta tetapi yang sesungguhnya

tdiak bisa diidentifikasi dengan penyakit tersebut karena beberapa alasan,

misalkan gejala-gelajanya berbeda, terdapat tanda penyakit itu bukan

hanya pada manusia tetapi juga pada pakaian dan rumah. Pasal 15 berisi

peraturan tentang cara bagaiamana laki-laki dan perempuan melenyapkan

ketidaktahirannya sesudah lelehan. Secara ringkas, bangsa Israel yang

berhubungan khusus dengan Allah dan beribadah kepada Dia, harus

menjadi tahir, bahkan kudus dalam tubuh, jiwa serta roh.

20
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

4. Pasal 16:1-34. Meskipun istilah “Hari Raya Pendamaian” hari raya

dirayakan sekali setahun dan menjadi penting sekali bagi orang Israel,

sebab Imam Besar masuk tempat Mahakudus, dan pendamaian diadakan

bagi Bait Suci, para imam serta seluruh umat.

5. Pasal 17:1 s/d 26:46. Bagian merangkum bermacam pokok, tetapi

dipersatukan oleh satu tema yang menonjol, yaitu kekudusan. Tuhan, Allah

Israel, bersifat kudus, sebab itu umat yang denganNya Dia masuk

hubungan khusus harus hidup sebagai umat kudus.

6. Pasal 27 : 1-34. Bagian yang singkat ini mengenai pembayaran nazar-nazar

yang diucapkan kepada Tuhan dan pemberian persembahan sukarela

kepada-Nya.

2.1.3 Tujuan Penulisan Kitab Imamat

Dalam penulisan pasti memuat suatu tujuan yang ingin dicapai oleh penulis.

Demikian pula dengan penulisan kitab Imamat. Tujuan kitab Imamat ialah

memperlihatkan kepada umat Israel cara bagaimana seharusnya mereka hidup

sebagai umat yang kudus, yaitu umat yang dengannya Tuhan masuk dalam

hubungan perjanjian dan yang dipilih serta dipanggil untuk melayani Dia.27

Ajaran pokok kitab Imamat diringkas dalam perintah “Kuduslah kamu,

sebab Aku, TUHAN Allahmu, kudus” (Imamat 19:2). Secara khusus Kitab

Imamat bertujuan menjelaskan bangsa Israel harus hidup di hadapan Tuhan sesuai

dengan status mereka sebagai umat pilihan. Ini berarti umat Israel harus hidup

kudus yaitu terpisah dari kecemaran, dosa, najis, dan lainnya. Begitupun dengan

cara hidup, sifat dan tingkah lakunya harus berbeda dengan yang lainnya. Dalam

konteks Kitab Imamat, umat yang kudus adalah mereka yang sepenuhnya seluruh
27
Ibid, 14

21
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

kehidupannya memenuhi/mentaati semua peraturan, ketetapan dan hukum.28

Dalam kitab Imamat terdapat dua bagian : 29

1. Memuat garis besar tuntutan untuk menyembah Yahweh (1-10).

2. Menetapkan bagaimana umat perjanjian Allah mewujudkan gagasan ke

dalam kehidupan setiap hari (pasal 11-27).

Terjadi suatu perkembangan dari kata kudus yang berasal dari kata ‘qadosy’

yang artinya ‘dipisahkan’ atau ‘dikhususkan’, dengan maksud untuk keagamaan

dan peribadatan. Semula tidak mengandung nilai moral. Dalam perkembangan

selanjutkan, konsep kekudusan akhirnya mencakup nilai moral. Pernyataan “Allah

adalah kudus” berarti Allah bersifat rohani dan manusia bersifat jasmani, dan

Allah tidak kelihatan dan manusia kelihatan. Allah terpisah dari dosa sedangkan

manusia berdosa. Allah berada di tempat kudus dan manusia tidak bersama di

tempat yang kudus karena dosa. Jadi Allah telah memilih dan mengkhususkan

maka secara moral menjadi bagian dari konsep kekudusan-Nya dan tuntutan-Nya

dengan umat perjanjian-Nya menjadi kudus dengan bersikap moral.30

Dengan mengacu pada arti kata dipisahkan dan dikhususkan ada 2 hal yang

dapat dijelaskan:31

1. Hal dipisahkan dari dunia berarti dipisahkan dari hal-hal duniawi dan

yang bertentangan dengan kehendak Allah. Umat Israel harus

menghindari kebiasaan-kebiasaan bejat bangsa lain, yang pada

umumnya berakhkal rendah (Im. 18:3). Di Mesir, perkawinan dengan


28
Barnabas Ludji, Pemahaman Dasar Perjanjian Lama (Bandung : Bina Media Informasi,
2009), 93.
29
Robert M. Patreson, Tafsiran Alkitab : Kitab Imamat, (Jakarta : Gunung Mulia, 1994),
192.
30
Andrew E. Hill & John H. Wilton, Survei Perjanjian Lama (Jawa Timur : Yayasan Penerbit
Gandum Mas, 1998), 216-217.
31
David L. Baker, Mari Mengenal Perjanjian Lama (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994) 37-
38.

22
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

saura kandung merupakan hal biasa. Di Kanaan terjadi kurban anak,

perzinahan, menggoresi tubuh akibat musibah kematian, bertenung,

membuat tanda pada kulit, pelacuran, balas dendam, dan sebagainya.

Hukum kekudusan menuntut agar umat Allah menghindar kebiasaan

kafir seperti itu (Im. 19:28-31)

2. Hal dikhususkan untuk Allah berarti banhwa umut Israel, yang telah

dibebaskan dari perbudakan di Mesir, dikhususkan menjadi milik Sang

Pembebas, yaitu Allah (Im. 20:29). Mereka harus hidup sesuai dengan

kebiasaan baru yang terikat pada kehendak Allah yang kudus itu (Im.

19:2). Sikap terhadap Allah adalah antara “patuh” dan “tidak patuh”.

Patuh berarti memperoleh berkat, damai sejahtera dan kemamkmuran

(Im. 26:1-13). Tidak patuh berakibat fatal, malapetaka, penyakit (Im.

26:14-15).

2.1.4. Penulis Kitab Imamat

Siapa penulis kitab Imamat tidak disebutkan. Namun, ada dua kemungkinan

bahwa kitab tersebut ditulis oleh satu orang penyunting atau lebih dari satu

penyunting.

Dalam pandangan tradisional mengatakan bahwa penulis kitab Imamat ialah

Musa sendiri sebagai pengarang. Dengan dua alasan :

1. Mereka yang berpegang pada tanggal awal untuk Keluaran umat Israel dari

Mesir menempatkan penulisan kitab ini pada paruhan pertama dari Abad

Perunggu Akhir (sekitar abad ke-13 SM).

2. Mereka yang cenderung pada tanggal kemudian untuk Keluaran umat

Ibrani menempatkan penulisannya dalam Zaman Besi Awal (sekitar tahun

23
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

1200 SM).32 Kemudian ada ungkapan “Tuhan berfirman pada Musa”

muncul lebih dari dua puluh kali dalam naskah tersebut (paling tidak sekali

dalam setiap pasal kecuali 2, 3, 9, 10 dan 26). 33 Pada zaman kuno sudah

dapat diterima bahwa penulis Pentateukh ialah Musa, sangat sering

dijumpai dalam Pentateukh ada ungkapan :kitab hukum Musa’ cukup

banyak di dalam Perjanjian Lama.34

Penulisnya banyak atau beberapa orang penyunting. Pandangan ini

berdasarkan sebuah pemikiran yang menyatakan bahwa tidak mungkin Musa yang

menulis seluruh bagian dalam Kitab Pentateukh. Beberapa bukti yang meragukan

bahwa Musa merupakan penulis Pentatuekh yaitu terdapat dalam Ulangan 34:1-

12, yang mencatat tentang kematian dan penguburan Musa. Sangat tidak mungkin

apabila Musa sendir yang menulis tentang kematiannya. Sehingga hal ini

mengindikasikan bahwa bagian ini ditulis oleh orang lain setelah kematian

Musa.35

Julius Welhaussen merupakan seorang cendikiawan Jerman membuat

bentuk-bentuk definitif dari sumber-sumber tersebut yang disebut dengan

Hipotesis Dokumenter (HD). Mengikuti Welhaussen, para pakar berbicara sumber

utama Taurat, yaitu:36

1. Sumber Yahwista (Y) merupakan sumber tertua. Sumber tertua yang

berkaitan dengan narasi-narasi, membentuk setengah dari Kitab

Kejadian dan paruhan pertama Kitab Keluaran, ditambah dengan

32
Andrew E. Hill & John H. Wilton, Survei..., 188.
33
Ibid, 187
34
V. Indra Sanjaya, Membaca Lima Kitab Pertama Alkitab I, (Yogyakarta: Kanisius, 2003),
29.
35
Gleason L. Archer, A Survei of the Old Testament, (Chicago: Moody Press, 1994), 95.
36
Bdk. Haris Stepen L, Understanding The Bible, (Palo Alto: Mayfield, 1985), 84.

24
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

potongan-potongan dari Kitab Bilangan. Y melukiskan Allah yang

seperti manusia, dalam tulisannya di panggil Yahweh (YHWH).

2. Sumber E (Elohim) sejajar dengan Y dan keduanya mengulang narasai-

narasi yang sudah ada. Sumber ini merupakan sepertiga dari Kitab

Kejadian dan membentuk paruhan pertama Kitab Keluaran, ditambah

dengan potongan-potongan dari Kitab Bilangan. E menggambarkan

Allah seperti manusia, yang mulanya disebut Elohim, dan Yahweh

setelah peristiwa belukar yang terbakar, di situ Elohim mengungkapkan

diri-Nya sebagai Yahweh. E memusatkan perhatian pada Kerajaan Israel

dan Imamat Silo.

3. Sumber D (Deutronomy) mengambil bentuk serangkaian khotbah

tentang hukum-hukum Taurat, yang terdiri dari sebagian besar Kitab

Ulangan. Salah satu yang merupakan ciri khas ialah penyebutan nama

Allah sebagai YHWH Elohainu, yang diterjemahkan dalam Bahasa

Indonesia sebagai “Tuhan Allah kita”.

4. Sumber P (Priest) sentralitas Imamat dan daftarnya, tanggal-tanggal

Kitab Bilangan dan hukum-hukum. P mengambarkan Allah yang jauh

dan tidak mengenal kasihan, yang di rujuk sebagai Elohim. P sebagian

menduplikasikan Y dan E, tetapi mengubah rincinya untuk menekankan

pentingnya Imamat. Sumber P membentuk sekitar seperlima dari Kitab

Kejadian, bagian yang cukup besar dari Kitab Keluaran dan Bilangan,

dan hampir seluruh Kitab Imamat. Sumber P (Priest) sebagai penulis

kitab Imamat. Para ahli sering mengatakan bahwa sumber P menjadi

25
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

sumber dari kitab Imamat. Ada beberapa ciri-ciri sumber P yaitu sebagai

berikut :37

a. Sumber P menggunakan kata Elohim untuk untuk nama Allah. Sumber

ini juga menggambarkan Allah sebagai pribadi yang transenden, jauh,

bertindak serta berkomunikasi hanya melalui media keimanan. Allah

juga digambarkan sebagai pribadi yang adil, tidak berbelas kasihan dan

menghukum ketika perintah-Nya dilanggar.

b. Dalam sumber ini juga menuliskan sil-silah, umur-umur dan riwayat

hidup. Ini terlihat dari para imam yang melakukan pekerjaan, cara pikir,

cara bercerita yang sistematis, dan teratur.

c. Memperhatikan kehidupan kultus dan lembaga-lembaga keagamaan

seperti Hari Sabat, sunat, dan lainnya. Dan menonjolkan hukum dan

peraturan-peraturan yang harus dilakukan oleh bangsa Israel.

d. Salah satu tradisi yang mementingkan kuasa firman Allah. Firman Allah

merupakan asal-usul dari semua yang ada. Setiap kenyataan adalah

akibat firman Allah.

Konteks yang terdapat didalam sumber P ini, ketika orang Israel berada di

pembuangan Babel. Ada banyak kesulitan yang mereka alami, bangsa Israel

mengalami keadaan yang tidak menguntungkan. Mereka hidup bersama orang

asing dan di negeri asing. Sehingga mereka menganggap tanah Babel tidak layak.

Mereka merasakan kacau, hancur, dan menggap Allah meninggalkan mereka.

Pada masa yang sulit, berada di tempat pembuangan tersebut, kepemimpinan

bangsa Israel dipegang oleh imam yang berasal dari keturunan Harun dan yang

37
Barnabas Ludji, Pemahaman Dasar Perjanjian Lama (Bandung : Bina Media Informasi,
2009), 52-53.

26
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

dibantu oleh orang-orang Lewi. Ketika menjelang akhir pembuangan, terdapat

kekuatan baru seorang pemimpin yang dipakai oleh Allah dalam menjalankan

misi. Yaitu seorang raja dibawah pimpinan raja Koresy dari kerajaan persia dalam

kancah politik Timur Tengah Kuno. Para imam mulai memikirkan suatu masa

depan yang baru bagi umat israel.38

Suatu peristiwa yang dialami oleh bangsa Yehuda membuat mereka merasa

tertindas, terbuang dan terlupakan oleh Allah. Oleh karena itu umat tidak lagi

percaya kepada Allah Israel. Dengan Alasan demikian pula mereka menganggap

kehancuran Yehuda merupakan petunjuk akan kekalahan Allah Israel dari para

dewa Babel. Itulah penyebab sebagian umat Israel beralih menyembah dewa-dewa

asing. Dalam menghadapi situasi, keadaan yang menimpa umat Israel yang

demikian, maka para imam berusaha melakukan persiapan-persiapan untuk

membangun kembali ibadah Israel yang hampir dilupakan dan ditinggalkan. 39

Melalui keterpurukan membuat kesadaran Israeluntuk belajar Taurat.

Kreativitas para imam untuk membangun kembali agama Israel tampak

dalam usaha mereka mengumpulkan tulisan-tulisan sebelumnya untuk dibaca dan

diaktulisasikan dalam situasi zamannya. Para imam sangat menekankan ibadah

yang rapi, maka tulisan-tulisan mereka banyak terdiri dari berbagai ketetapan,

peraturan, dan hukum yang berhubungan dengan kehidupan keagamaan, walaupan

mereka tidak mengaiakan kehidupan sosial (misalkan Im. 25). 40

2.1.5. Waktu Penulisan

Para sarjana Alkitab yang menganut suatu teori banyak penulis atau

Hipotesa Dokumen-dokumen untuk komposisi Pentateukh menghubungkan


38
Ibid., 54
39
Robert M. Patreson, Tafsiran Alkitab : Kitab Imamat, (Jakarta : Gunung Mulia, 1994), 12
40
Barnabas Ludji, Pemahaman Dasar Perjanjian Lam..., 55

27
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

seluruh kitab Imamat dengan sumber P. Pandangan tradisonal menegaskan bahwa

sumber P ditulis pada masa pembuangan di Babel tetapi bukan berasal dari Musa.

Alasana-alasan yang mendukung yaitu berdasarkan kesamaan-kesamaan

antara pengajaran di dalam kitab Imamat dan kitab Hakim-hakim dan Samuel

mengenai soal kekudusan, pribadi, perang, dan korban darah (misalnya Im. 17:10-

16 dan 1 Samuel 14:33-34) dan kutipan-kutipan dari kitab Imamat yang terdapat

dalam kitab-kitab perjanjian Lama lainnya jelas di tulis sebelum pembuangan atau

pada masa pembuangan (misalkan Ul. 26:14; Yeh 18:13; 20:9). Yehezkiel sering

sekali mengutip hukum-hukum dari Imamat menunjukkan bahwa karya itu

setidaknya sudah ada sebelum pembuangan ke Babel.41

Dalam sumber P sendiri dibedakan dua bahan yang terpisah sebagai P1 dan

P2. P1 adalah bahan-bahan dari zaman pembuangan, sementara P2 adalah bahan-

bahan dari zaman sesudah pembuangan.42 Jadi keseluruhan kitab Imamat

merupakan semacam perpaduan pelbagai peraturan yang disusun di kalangan para

imam di zaman pembuangan ke Babel, yaitu antara tahun 597 dan 539 SM. Para

imam (pengarang) itu memusatkan perhatiannya pada ibadat dan hirarki imamat.

Dengan mengenang masa lampau, mereka berusaha memberi petunjuk yang

berguna kepada generasi mendatang.43

Musa sebagai penulis kitab-kitab Pentateuk, kepercayaan ini sudah diterima

secara umum. Pentateukh dianggap sebagai wahyu Allah yang berotoritas dan

dinyatakan melalui Musa ketika zaman Ezra. Tiga agama, yaitu Yudaisme, Islam

41
Andrew E. Hill & John H. Wilton, Survei..., 188

42
Ensklopedia Alkitab Masa Kini, (Jakarta : Yayasan Kominikasi Bina Kasih, 2001), 429
43
Stepen Leks, Menuju Tanah Terjanji...,(Flores : Nusa Indah, 1978), 98

28
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

dan Kristen juga menerima pendapat tersebut bahwa Musa tidak hanya perantara

hukum-hukum Ilahi, melainkan penulis seluruh Kitab Pentateukh.44

Dapat disimpulkan bahwa kitab Imamat ditulis pada zaman masa

pembuangan dan sesudah pembuangan ke Babel yaitu antara 597-539 oleh para

imam. Para imam menuliskan karyanya, tentu untuk diterapkan dalam kehidupan

umat yang sudah mengalami perubahan besar. Bangsa Israel berpaling dan

menyembah dewa-dewa Babel. Sehingga umat Allah memerlukan pandangan-

pandangan dan peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, hukum-hukum yan

dapat menjawab persoalan mereka.

2.2 LATAR BELAKANG TEKS IMAMAT 19:2, 4, 12, 17 DAN 18

Pengantar Teks

Dalam Kejadian 12-50 menggambarkan bahwa Allah telah memilih dan

mengkhususkan sebuah keluarga yang menjadi nenek moyang dari Israel, yaitu

keluarga Abraham, yang telah dipilih. Maksud sebenarnya Kejadian 12-50 ialah

memperlihatkan bahwa keluarga nenek-moyang bangsa Israel adalah suatu

keluarga pilihan Allah. Seorang sebagai pilihan Allah ialah Abram, tetapi nama

itu oleh Tuhan sendiri dirubah menjadi Abraham, sehingga nama itu merupakan

tanda pilihan dan janji Tuhan. Abraham dipilih dari seluruh sukunya dan

dipanggil oleh Allah dari daerah Mesopotamia dan dijadikan pangkal suatu

bangsa baru.45
44
R.K. Harrison, Introduction to the Old Tesment..., 497
45
C. Grenen Ofm, Pengantar ke dalam Perjanjian Lama, (Yogyakarta: Kanisius, 1980), 93-
95

29
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

Namun tidak hanya Abraham yang menjadi pilihan Allah, Musa salah satu

orang yang dikhususkan dan dipilih untuk memimpin dan membawa bangsa Israel

keluar dari Mesir. Selama empat puluh tahun Musa membimbing umat Israel di

gurun dan mengatasi kesulitan dan hambatan. Musa menjadi pemimpin sipil dan

militer, pembuat hukum, pemimpin agama dan pengatur ibadat. Musa menjadi

perantara antara Allah dan umat Israel dan sebaliknya. Terutama ia menjadi

perantara perjanjian yang diadakan Tuhan dengan umat Israel dan memberinya

rencana terperinci sebagai pegangan untuk bangsa setelah menduduki negeri

Kanaan. Musa sendiri yang mengantar bangsanya sampai perbatasan.46

Allah memerintahkan agar umatNya melakukan kehendak-Nya (Im. 22:32;

19:1 dst). Seperti peristiwa Musa ketika Ia tidak mematuhi perintah-Nya maka

tidak dapat masuk ke Tanah Kanaan (Bil 20:12).

Kitab Imamat mengemukakan hukum-hukum dan asas-asas yang harus

menjadi pedoman hidup Israel sebagai umat Allah. Tempat suci-Nya berada di

tengah-tengah mereka; dan jika mereka berbakti mereka “menghadap TUHAN’.

Ini berarti pemisahan dari kecemaran dan dosa, karena mereka yang berdosa dan

cenderung melakukan dosa. Hukum ini bersifat umum, dan bersifat khusus dalam

upacara dan moral. Melalui hukum-hukum yang berlaku memisahkan Israel dari

bangsa lain dan mengkhususkan bagi pelayanan kepada Allah yang telah

menjadikan mereka milik-Nya. Hukum tersebutlah secara langsung ditujukan

kepada Israel sebagai bangsa yang diperintahkan oleh hukum Musa dalam setiap

segi hidup kebangsaan dan hidup pereorangan.

Sama seperti Imamat pasal 1-7. Dalam Imamat pasal 17-26 ini terdapat salah

satu tugas imam Israel ialah menyampaikan kehendak Tuhan kepada umat,
46
Ibid, 75-76

30
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

memutuskan perkara-perkara yang ruwet47 serta memberikan penjelasan praktis

mengenai hukum dan ketetapan kuno. Tugas tersebut menjadi titik tolak bagi

penyusunan bagian kitab Imamat. Yang lazimnya diberi nama “Hukum

Kekudusan”. Diambil dari yang asasi48 yang menghubungkan semua pasal satu

dengan yang lain, yaitu “Kuduslah kamu, sebab Aku, Tuhan, Allahmu, kudus”
49
(Im. 19:2; bnd 20:7, 8, 26; 21:6, 8,15, 23: 22:9, 16, 32). Tuhan telah

memisahkan mereka dari semua bangsa lain dan kekhususan mereka bagi-Nya.

Mereka harus memelihara kekudusan itu dengan menaati secara tegas semua

hukum-Nya.

Hukum kekudusan ini mempunyai sifat-sifat khusus. Dan yang paling nyata

ialah termasuk didalamnya ajaran tentang aspek kehidupan yang jauh lebih

banyak daripada yang terdapat dalam kumpulan hukum-hukum yang lain. Dalam

pasal 19 ini menjelaskan tentang kekudusan dalam kehidupan sehari-hari.50 Ini

dimulai dengan amanat penting, TUHAN berfirman kepada Musa : “Bicaralah

kepada orang Israel dan katakan kepada mereka : Akulah TUHAN, Allah.

Janganlah kamu berbuat seperti yang diperbuat orang di tanah Mesir, di

mana kamu diam dahulu ; juga janganlah kamu berbuat seperti yang diperbuat

orang di tanah Kanaan, ke mana Aku membawa kamu; janganlah kamu hidup

menurut kebiasaan mereka. Kamu harus lakukan peraturanKu dan harus

berpegang pada ketetapanKu dengan hidup menurut semuanya itu; Akulah

TUHAN, Allahmu. Sesungguhnya kamu harus berpegang pada ketetapanKu dan

peraturanKu. Orang yang melakukannya, akan hidup karenanya; Akulah

47
Ruwet dalam KBBI artinya rumit
48
Asasi dalam KBBI artinya bersifat dasar, pokok.
49
Robert M. Patreson, Tafsiran Alkitab : Kitab Imamat, (Jakarta : Gunung Mulia, 1994), 234
50
Ibid., 234

31
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

TUHAN.” (Im. 18:1-5). Itulah yang menjadi alasan bagi tuntutan kesucian

terhadap umat Israel. 51

Kitab Imamat pasal 19 masih berkaitan dengan pasal 20 yang merupakan

suatu daftar nasihat dan daftar hukuman yang amat panjang. Ini pun bukan untuk

dijadikan buku undang-undang yang lengkap. Melainkan untuk mengatur segala

sesuatu guna kebaikan bagi bangsa Israel.52

Teks Imamat 19: 2, 4, 12, 17, 18 memuat sebuah perintah bahwa umat

Israel harus menjadi umat yang kudus, sebab Allah adalah kudus. Hal tersebut

menekankan perintah-perintah tentang perilaku sehari-hari yang terdapat dalam

pasal ini tidak hanya dialamatkan kepada kelompok orang khusus tetapi kepada

setiap orang Israel. Umat Israel pun harus saling mengasihi: “Kasihilah sesamamu

manusia seperti dirimu sendiri” (Im. 19:18).53

Umat yang kudus ialah umat yang terpisah dari bangsa-bangsa lain. Umat

yang hanya mendengarkan dan melalukan kehendak Allah. Mereka telah

dipisahkan dari dunia (Mesir) melalui peristiwa Exodus. Dasar kehidupan bagi

bangsa Israel ialah 10 Hukum. Dengan Musa menerima 10 Hukum agar Ia

berbicara kepada umat dalam melaksanakan hukum Taurat dan menjadi model

kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dalam Imamat 19: 2 jika dihubungkan dengan kekudusan berarti Allah

berbeda (terpisah) dari dewa lainnya. Ia terpisah dari makhluk ciptaan. Sifat khas

dalam Perjanjian Lama ialah kudus. Salah satu dalam menjalankan hidup kudus

51
J.Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab 1 Kejadian s/d Ester (Jakarta : Yayayan Komunikasi
Bina Kasih, 1989 4), 109
52
Ibid., 110.

53
Stepen Leks, Menuju Tanah Terjanji..., (Flores : Nusa Indah, 1978), 97.

32
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

ialah dengan mentaati Hukum Taurat. Umat, tempat, benda dapat disebut kudus,

yang membuat benda tersebut menjadi bermakna.

Dalam bagian ini, penulis akan memaparkan apa yang dimaksud dengan

kekudusan dan bagaimanakah seseorang dapat menjadi kudus agar makna dari

kekudusan umat pilihan Allah dapat dipahami.

Dalam Imamat berisi tentang peraturan-peraturan ibadat dan upacara agama

Israel dan pedoman bagi para iman yang bertanggung jawab melaksanakannya.

Dalam kekudusan Allah ditekankan, dan bagaimana cara hidup umat Israel supaya

melestarikan hubungan mereka yang istimewa dengan Dia. Umat Allah harus

menjadi kudus. Sebagian besar dalam pasal 19 : 2, 4, 12, 17, 18 merupakan bagian

yang berbicara mengenai perbuatan-perbuatan orang kudus. Dalam teks tersebut

juga terdapat sebuah ungkapan yang dianggap baik sebagai keterangan sebuah

perintah yang ditujukan bukan kepada orang khusus melainkan kepada setiap

orang. Perintah yang berupa larangan agar umat tetap hidup dalam kekudusan.

Kuduslah kamu; ungkapan ini sebagai keterangan maupun sebagai perintah.

Israel merupakan umat yang kudus, karena hubungan khusus antara mereka

dengan TUHAN, tetapi sekaligus mereka diperintah untuk menjadi kudus dalam

kelakuan sehari-hari dengan membuat apa yang dikehendaki TUHAN54.

Bagaimanakah seseorang menjadi kudus, dalam konteks Imamat seseorang

dapat menjadi kudus ialah dengan penyucian dari dosa melalui korban. Korban

tersebut diserahkan melalui perantara (imam). Sebab tidak hanya mengenai

korban tetapi juga Imam. Pengudusan berarti: dipisahkan, diperuntukan, bagi

sesuatu yang khusus. Dimulai dari seorang perantara yaitu seorang imam. Imam-

imam dipisahkan bagi Allah. Dasar pengudusan ialah darah. Harus


54
Robert M. Patreson, Tafsiran Alkitab : Kitab Imamat, (Jakarta : Gunung Mulia, 1994), 260

33
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

dipersembahkan suatu korban penghapusan dosa, dan suatu korban bakaran, dan

seekor ‘Domba jantan persembahan pentahbisan’. Misalkan keluarga Harun dan

anak-anaknya harus meletakkan tangannya di atas kepala korban.

Kemudian darah korban itu diperikkan atas mereka. Imam-imam

mempertalikan korban penghapus dosa sehingga umat diterima dan dikuduskan.

Cuping telinga kanannya, ibu jaru kanan dan ibu jari kaki kanannya, harus

dimeteraikan dengan darah (8:23-24).

Untuk mendengarkan apa yang Allah perintahkan, sebelah telinga harus

dimeteraikan dengan darah, untuk melakukan pelayanan di tempat kudus. Sebelah

kaki tangan harus dimeteraikan dengan darah dan untuk menginjak halaman.

Halaman rumah Tuhan, sebelah kaki harus dimeteraikan dengan darah. Mezbah

harus dipercik dengan darah juga (8:15, 19, 24). Darah adalah dasar satu-satunya

bagi segala pengudusan.55

Melalui percikan tersebut memiliki makna, apabila dipercikan pada telinga

agar telinga dapat mendengar khusus apa yang diperintahkan Tuhan, karena

telinga dapat mendengar dari segala macam suara maka daripada itu hanya

diperuntukan bagi Tuhan. Diperikan pada tangan agar digunakan untuk berbuat

khusus untuk melakukan kebaikan, kaki dapat melabgka kemana saja tetapi

dengan dipercikan darah agar kaki melangkah kepada hal-hal kebenaran

55
J.Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab 1 Kejadian s/d Ester (Jakarta : Yayayan Komunikasi
Bina Kasih, 1989),103-104

34
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

35

Anda mungkin juga menyukai