Anda di halaman 1dari 37

1

BAB I
TATA CARA MERAWAT ORANG SAKIT DAN SAKARATUL
MAUT

1. Sakit dalam Pandangan Islam


Dalam setiap perjalanan hidup manusia, senantiasa dipertemukan pada tiga kondisi
dan situasi yakni sehat, sakit atau mati. Pada kondisi sehat, terkadang melupakan cara hidup
sehat dan mengabaikan perintah Allah SWT, sebaliknya pada kondisi sakit dianggap sebuah
beban penderitaan, malapetaka dan wujud kemurkaan Allah SWT.

Dalam Q.S. Saad: 27 Allah SWT selalu menciptakan sesuatu atau memberikan suatu
ujian kepada hambanya pasti ada hikmah atau pelajaran dibalik itu semua.

‫ار‬ َ َ‫اط اًل ۚ َٰذَلِك‬


ِ َّ‫ظ ُّن الَّذِينَ َكفَ ُروا ۚ فَ َو ْي ٌل ِللَّذِينَ َكفَ ُروا ِمنَ الن‬ َ ‫س َما َء َو ْاْل َ ْر‬
ِ ‫ض َو َما َب ْينَ ُه َما َب‬ َّ ‫َو َما َخلَ ْقنَا ال‬

Artinya:

Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa
hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-
orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.

Dalam perspektif Islam, setiap penyakit merupakan cobaan yang diberikan oleh
Allah SWT kepada hamba-Nya untuk menguji keimanannya. Sabda Rasulullah SAW yang
artinya “Dan sesungguhnya bila Allah SWT mencintai suatu kaum, dicobanya dengan
berbagai cobaan. Siapa yang ridha menerimanya, maka dia akan memperoleh keridhoan
Allah. Dan barang siapa yang murka (tidak ridha) dia akan memperoleh kemurkaan Allah
SWT”

(H.R. Ibnu Majah dan At Turmudzi).

Kondisi sehat dan kondisi sakit adalah dua kondisi yang senantiasa dialami oleh
setiap manusia. Allah SWT tidak akan menurunkan suatu penyakit apabila tidak
menurunkan juga obatnya, sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra dari
Nabi saw bersabda:

‫َّللاُ دَا اء ِإ ََّّل أ َ ْنزَ َل لَهُ ِشفَا اء‬


َّ ‫َما أ َ ْنزَ َل‬

Allah SWT tidak menurunkan sakit, kecuali juga menurunkan obatnya


2

(HR Bukhari)

Bila dalam kondisi sakit, umat Islam dijanjikan oleh Allah SWT berupa
penghapusan dosa apabila ia bersabar dan berikhtiar untuk menyembuhkan penyakitnya.
Sebagaimana sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, “Tidaklah seorang muslim
tertimpa derita dari penyakit atau perkara lain kecuali Allah hapuskan dengannya (dari
sakit tersebut) kejelekan-kejelekannya (dosa-dosanya) sebagaimana pohon menggugurkan
daunnya.”

2. Jenis Penyakit
a. Penyakit fisik/ lahir
b. Penyakit batin/ hati, seperti syirik, kufur, iri atau dengki, dan lain sebagainya
3. Macam-macam Orang Sakit
Orang yang sakit dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu:

a. Orang yang sakit ringan,


b. Orang yang sakit berat atau keras, dan
c. Orang yang sedang menghadapi sakaratul maut
4. Anjuran Bagi Orang yang Sakit
a. Berbaik sangka kepada Allah SWT
b. Bersabar atas apa yang menimpanya, tidak berputus asa

c. Menerima takdir Allah SWT atasnya

d. Bersyukur kepada Allah SWT

e. Memperbanyak istighfar

f. Memperbanyak doa

g. Banyak muhasabah diri

h. Senantiasa mengharapkan rahmat Allah SWT atasnya

i. Tawakkal

j. Tetap menjalankan ibadah sesuai kemampuan

k. Membaca buku-buku agama untuk menguatkan batinnya

l. Mendengarkan bacaan ayat-ayat al-Quran


3

m. Tidak boleh mengharapkan kematian bagi dirinya

n. Hendaklah segera menunaikan segala tanggungan-tanggungan (utang) kepada


orang lain atau memberi wasiat kepada keluarganya atau yang lainnya

5. Sifat-Sifat Perawat Orang Sakit


a. Ikhlas
b. Penuh kasih sayang
c. Pemaaf
d. Cermat/ teliti
e. Penuh tanggung jawab
f. Patuh pada peraturan
g. Menyimpan rahasia

6. Perawatan Bagi Orang Sakit


a. Pengobatan Medis
b. Pengobatan Non Medis, meliputi:
Doa-doa
Mendengarkan ayat-ayat al-Qur’an
c. Pengobatan alternatif lain yang tidak bertentangan dengan prinsip Islam
7. Pendampingan Terhadap Orang Sakit
Orang sakit biasanya mengalami krisis psikologis dalam dirinya, oleh karena itu
hendaknya didampingi dan diberi perhatian lebih, serta dorongan motivasi untuk
kesembuhannya. Doa-doa serta dzikir dirasa mampu mengurangi rasa sakit orang yang
merasakannya. Karena dalam doa dan dzikir tersebut terdapat ilmu ikhlas sebagai hamba
Allah swt yang tidak mempunyai daya dan upaya dihadapan-Nya. Kita dapat
mendampinginya sebagai wujud bertawaqal dan menyerahkan diri kepada Allah swt dan
menyadari segalanya kembali atas kehendaknya.
8. Pengertian Sakaratul Maut
a. Sakaratun jamak dari sakratun = ‘keadaan mabuk’
b. Naza’ = mencabut, mencopot, melepaskan, menghilangkan
c. Wafat (wafaa) = sempurna/ lengkap (tamma)
d. Ajal = batas waktu, akhir waktu
Imam Al Gazali berbicara tentang maut, “sesungguhnya diketahui dari jalan-jalan
yang menjadi pedoman dan al-Quranul Karim menyatakannya pula bahwa maut tidak lebih
4

perubahan keadaan manusia semata. Setelah berpisahnya jasad, wujudnya tetap, hanya
masalahnya dia tersiksa atau didalam nikmat allah”. Arti perpisahan dengan jasad adalah
berakhirnya kekuasaan atas jasad bersamaan dengan keluarnya roh dari jasad tersebut atas
kehendak masa yang telah ditetapkan baginya. Anggota badan merupakan alat bagi manusia,
seperti tangan dipergunakan untuk memukul dan perbuatan-perbuatan lainnya, telinga untuk
mendengar, mata untuk melihat, dan yang sebenarnya untuk memahami segala sesuatu
adalah hati. Hati disini diibaratkan sebagai roh karena itu disebut hati rohani bukan hati
jasmani, dan roh dengan sendirinya dapat mengetahui segala sesuatu tanpa bantuan alat atau
indera.
9. Tanda-Tanda Orang yang Sakaratul Maut
a. Kakinya terasa lebih dingin
b. Jari kaki dan tangan nampak hijau kebiru-biruan
c. Mata membalik
d. Denyut nadi mulai tidak teraba
e. Telinganya tampak lemas (pipih)
f. Sekali-kali merasa panas, minta dikipasi
g. Tampak kesehatannya lebih baik, kadang minta makan atau minum
10. Bimbingan Terhadap Pasien yang Sakaratul Maut
a. Mendampinginya dengan tegar
Apabila diperkenankan, membisikkan kalimat atau bacaan Tauhid ditelinga pasien
dan di doakan
b. Pasrah dan ikhlas atas segala yang terjadi, serta menyadari bahwa semua takdir
yang terjadi merupakan kehendak-Nya
c. Adapun bimbingan bagi keluarga pasien yang sakaratul maut:
*Mengajak keluarga untuk tetap berusaha memberikan yang terbaik untuk pasien
sakaratul maut dengan ridho dan ikhlas atas apa yang terjadi
*Menghimbau untuk menciptakan suasana yang tenang
*Ajak untuk berdoa bersama serta pasrah dengan apa yang akan terjadi dan
menyadari bahwa semata-mata atas kehendak-Nya
11. Tuntunan Merawat Orang Sekarat
Kepercayaan Spiritual dan Keagamaan. Penanganan penyakit secara serius pada
klien biasanya melibatkan intervensi medis untuk memulihkan atau menjaga kesehatan.
Sebagai rangkaian praktik kedua, strategi yang transformatif, mengakui keterbatasan hidup,
dan membantu individu yang sekarat menemukan arti dalam penderitaan sehingga mereka
5

dapat melampaui atau melangkah lebih ke depan, keberadaan diri mereka. Praktik yang
transformatif dihubungkan dengan penyembuhan, komunikasi, dan kepercayaan spiritual
atau keagamaan (Myers,2003). Sumber daya spiritual termasuk kepercayan pada kekuatan
tertinggi, komunitas pendukung, teman-teman, rasa pengharapan dan arti hidup, dan praktik
keagamaan. Spiritualitas klien dan anggota keluarga mempengaruhi kemampuan mereka
untuk beradaptasi terhadap rasa kehilangan. Individu yang memiliki hubungan yang kuat
dengan kekuatan tertinggi menunjukan ketabahan dan kemampuan untuk mengalami
pemulihan dari rasa kehilangan (Matheis, Tulsky, dan Matheis,2006).

Integrasi spiritual terjadi ketika individu mencapai kata sepakat dengan


kehidupannya dan meletakkan potongan-potongan kehidupannya bersama-sama dalam
suatu cara yang sesuai dengan seluruh kehidupannya. Mendekati akhir kehidupan, integrasi
tersebut membantu individu memperbaiki hubungan yang rusak atau menyelesaikan urusan
yang belum terselesaikan (O’gorman, 2002).

Fiqih Islam memberikan tuntunan terkait tindakan yang dilakukan terhadap orang
yang sakit keras/ sekarat (muhtadlir). Apabila nampak tanda-tanda ajalnya sudah tiba, maka

. Membaringkan muhtadlir pada lambung sebelah kanan untuk menghadapkannya


ke arah tindakan yang sunah dilakukan oleh orang yang sedang menungguinya adalah:

1. kiblat. Jika tidak memungkinkan, misalnya disebabkan karena tempatnya terlalu sempit
atau ada semacam gangguan pada lambung kanannya, maka ia dibaringkan pada lambung
sebelah kiri. Dan jika masih tidak memungkinkan, maka tidurkanlah dengan
melentangkan menghadap kiblat dengan memberi ganjalan di bawah kepala agar
wajahnya bisa lurus menghadap ke arah tersebut.

2. Membaca surat Yasin dengan agak keras dan al-Ro’du dengan suara yang pelan. Faidah
pembacaan Surat ini kata al-Qulyubi, adalah mempermudah keluarnya ruh, disamping
ada sebuah hadits yang menjelaskan, bahwa ia akan mati, masuk dan bangkit dari alam
kubur dalam keadaan segar bugar. Dalam Nihayah Az-Zain, Syaikh Nawawi Banten
menambahkan, jika tidak mungkin membaca keduanya, maka surat yang dibaca
disesuaikan dengan keadaan muhtadlir. Yakni apabila masih ada kesadaran dalam diri
muhtadlir, maka surat Yasin-lah yang dibaca. Dan jika sudah tidak ada, maka yang
dibaca adalah surat al-Ro’du karena surat ini berfaedah mempermudah keluarnya ruh.
6

3. Men-talqin dengan kalimat Tahlil secara santun (lembut) tidak menampakkan kesan
memaksa. Misalnya, mulaqqin (orang yang mentalqin) mengingatkan disampingnya
dengan ucapan: “ dzikir kepada Alloh itu amat diberkahi”, atau mengajak hadirin dzikir
bersama. Dalam talqinnya, Mulaqqin tidak perlu menambahkan lafadz Asyhadu kecuali
muhtadlir bukan seorang mukmin dan ada harapan ia masuk Islam, maka talqinnya
disamping harus mencantumkan lafadz tersebut juga harus disempurnakan menjadi dua
kalimat syahadat agar ia meninggal dalam keadaan Islam. Talqin ini tidak usah diulang
kembali jika muhtadlir telah mampu mengucapkannya, selama ia tidak berbicara lagi dan
menurut Ulama’ Jumhur, walaupun mengenai hal-hal yang berkenaan dengan akhirat.
Karena tujuan talqin ini, agar kalimat Tahlil menjadi penutup kalimat yang terucap dari
mulutnya. Rosululloh bersabda :

‫آخر ك َََل ِم ِه َل ِإلَهَ إِ ال هللا َد َخ َل ا ْل َجنا َة‬


ِ َ‫َم ْن كَان‬

Barang siapa yang akhir perkataannya adalah “Laa ilaaha illallâh”, maka dia masuk
sorga.

4. Sunah memberi minum, jika nampak gejala ia menginginkannya. Karena dalam kondisi
seperti itu, syaitan bisa saja menawarkan minuman yang akan ditukar dengan
keimanannya.

Sesaat Setelah Ajal Tiba

Setelah muhtadhir telah melalui kematiannya, seperti adanya tanda-tanda


mengendurnya telapak tangan dan kaki, cekungnya pelipis dan hidung yang tampak lemas,
tindakan berikutnya yang sunah dilalukan adalah:

1. Memejamkan kedua matanya

Jika sampai terlambat hingga kedua matanya tidak bisa dipejamkan, maka cara
memejamkannya dengan menarik kedua lengan serta kedua ibu jari kakinya secara
bersamaan, niscaya kedua mata tersebut akan terpejam dengan sendirinya.

2. Mengikat rahangnya ke atas kepala dengan memakai kain yang agak lebar agar
mulutnya tidak terbuka.

3. Melemaskan sendi-sendi tulangnya dengan melipat tangan ke siku, lutut ke paha dan
paha ke perut. Setelah itu dibujurkan kembali, kemudian jari-jari tangannya dilemaskan.
Jika agak terlambat sehingga tubuhnya sudah kaku, maka sunah dilemaskan memakai
7

minyak. Hikmah dari pelemasan ini agar mempermudah proses pemandian dan
pengkafanannya nanti.

4. Melepaskan pakaiannya secara perlahan. Kemudian disedekapkan lalu mengganti


pakaian tersebut dengan kain tipis, (izar misalnya) yang ujungnya diselipkan di bawah
kepala dan kedua kakinya (menutupi semua tubuh). Kecuali jika ia sedang menunaikan
ibadah Ihram, maka kepalanya harus dibiarkan tetap terbuka.

5. Meletakkan beban seberat 20 dirham (20gr x 2,75gr = 54,300 gr) atau secukupnya di
atas perutnya dengan dibujurkan dan diikat agar perutnya tidak membesar.

6. Membebaskan segala tanggungan hutang atau lainnya. Dan jika tidak mungkin
dilakukan pada saat itu, maka segeralah ahli warinya malakukan aqad Hawalah
(pelimpahan tanggungan hutang) dengan orang-orang yang bersangkutan. Dan sunah
bagi mereka menerima tawaran tersebut.

12. Tuntunan Praktis Orang Yang Sakaratul Maut

Tuntunan parktis ini dimaksudkan sebagai pedoman mudah untuk menuntun


seseorang yang sedang dalam keadaan sakit keras (sakaratul maut) dan tata cara pengurusan
jenazah (tajhiz al-mayyit), mulai seseorang baru saja meninggal dunia sampai penyelesaian
pemakamannya. Tuntunan ini disadur dari beberapa kitab fikih, terutama kitab Al-Mughniy,
karya Ibn Qudamah. Tuntunan ini juga merujuk kepada pengalaman praktis sejumlah ulama
di beberapa tempat dan dalam beberapa kondisi.

Tuntunan praktis ini betujuan membantu keluarga yang sedang mendapatkan cobaan
berupa adanya anggota keluarga yang sedang dalam keadaan sakaratul maut atau berpulang
ke rahmatullah. Keluarga yang mendapatkan cobaan seperti ini disarankan tidak boleh panik,
tetapi dianjurkan segera melakukan tuntunan secara sadar kepada, baik orang yang sedang
dalam keadaan sakaratul maut maupun yang sudah meninggal dunia.

Berdasarkan tuntunan dari Rasulullah Saw, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, baik oleh anggota keluarga, pembesuk orang sakit, maupun orang yang sedang
sakit. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut:

1. Menyabarkan orang sakit agar menerima kenyataan itu sebagai bagian dari takdir dan
cobaan Tuhan. Tabah menjalani penyakit bagian dari ibadah dan berfungsi sebagai
penghapus dosa masa lampau.

2. Jangan membayangkan sesuatu yang menakutkan kepada orang sakit, sebaliknya


upayakan membangkitkan semangat, rasa optimis, dan kepasrahan (tawakkal) kepada
Allah Swt.
8

3. Tuntunkan sebuah doa dari Rasulullah terhadap orang sakit sebagai berikut:
Allahumma ahyiniy ma kanatil hayatu khairan li, wa tawaffani idza kanatil wafatu
khairan li.
Artinya: “Ya Allah, perpanjanglah hidupku jika itu lebih baik bagiku, dan ambillah aku
jika itu lebih baik bagiku”.

4. Anggota keluarga dan para pelayat bisa membantu dengan doa sebagai berikut:
Allahumma ahyihi (ha) ma kanatil hayatu khairan lahu (laha), wa tawaffahu (ha) idza
kanatil wafatu khairan lahu (laha).

Artinya: “Ya Allah, panjangkanlah hidupnya jika itu lebih baik baginya, dan ambillah
jika itu lebih baik baginya”.

5. Doa lain yang dianjurkan dan diajarkan Rasulullah kepada para pembesuk terhadap orang
sakit ialah:

Allahumma rabban nasi, mudzhibal basi, isyfi antasy syafi, syifa’an la yughadiru
saqaman. Artinya: “Ya Allah, Tuhan manusia, sembuhkanlah (dia), Engkaulah Zat Yang
Maha Penyembuh, Penyembuh yang tidak menyisahkan (penyakit) kepada orang sakit”.

6. Ketika Rasulullah sedang sakit, Jibril membesuknya dan membaca : Bismillahi arqika,
min kulli syai’in yu’dzika, min syarri kulli nafsin wa ‘ainin hasidah, Alhahu yasyfika.
Artinya: “ Atas izin Allah saya mengupayakan kebaikan atasmu, dari segala sesuatu
yang membuatmu tersiksa, dari keluhan setiap diri dan mata yang dilemahkan Allah,
Allah menyembuhkanmu”.

7. Orang yang sudah dalam keadaan sakaratul maut, anggota keluarga atau pelayat
menuntun orang sakit untuk membaca atau mengikuti dalam hati lafaz tahlil: La ilaha
illal Lah, Muhammadur Rasulullah, berkali-kali, sampai orang sakit menghembuskan
napas terakhir. Nabi bersabda: “Barangsiapa yang mengakhiri hidupnya dengan kalimat
La ilaha illal Lah, maka yang bersangkutan akan masuk surga”.

8. Para pelayat lainnya dianjurkan membaca surah Yasin, untuk meringankan beban orang
yang sedang zakaratul maut, sesuai anjuran Rasulullah Saw.

Tuntunan Tajhizul Mayit

Seseorang dinyatakan meninggal dunia jika sudah mengalami tanda-tanda antara


lain sebagai berikut:

1. Denyut jantung sudah berhenti total.

2. Sebelumnya, bagi yang meninggal secara normal, biasanya diawali dengan rasa dingin
ujung jari-jari kaki, kemudian berangsur-angsur naik ke bagian atas anggota badan.

3. Biasanya dada mulai kedengaran bunyi sesak napas, lalu disusul dengan bunyi di
tenggorokan.
9

4. Biasanya yang bersangkutan mengambil dan membuang napas dari mulut.

5. Kemudian perlahan-lahan pandangan matanya menengok ke atas. Umumnya orang yang


akan meninggal matanya menengadah ke atas, seperti kata Rasulullah: “Sesungguhnya
apabila roh seseorang dicabut, maka tatapan matanya akan menyertainya”.

6. Bisa juga, dan lebih baik, jika pemberitaan kematian itu dinyatakan oleh dokter.

Catatan: Euthanasia, yakni melakukan upaya sadar untuk mempercepat proses kematian
seseorang, masih menjadi kontroversi di kalangan ulama. Euthanasia ada dua macam, yaitu
euthanasia aktif dan euthanasia pasif.

Euthanasia aktif, yakni melakukan upaya aktif untuk mempercepat proses kematian
seseorang, seperti tindakan seseorang dokter yang memberikan suntikan melebihi dosis
kepada pasien, meskipun menurutnya sudah tidak ada harapan lagi untuk hidup. Umumnya
para ulama mengharamkan euthanasia aktif, bahkan di antara mereka ada yang
menganggapnya sebagai pembunuh yang dapat dikenakan ancaman pembunuhan bagi yang
melakukannya.

Euthanasia pasif, yakni tindakan sadar untuk tidak melakukan upaya dan pertolongan
maksimal lebih lanjut terhadap seorang pasien yang dinyatakan sudah mati suri dan tidak
akan ada lagi harapan untuk hidup menurut kesimpulan tim dokter. Euthanasia seperti ini
umumnya para ulama menganggaap wajar dan boleh. Akan tetapi, kita harus hati-hati
terhadap penghentian mekanisme kerja alat-alat berat yang menolong pernapasan si
penderita, bisa saja dianggap eutanasia aktif, jika si pasien masih ada kemungkinan untuk
mempertahankan hidup.

Jika seseorang sudah dinyatakan telah meninggal, maka hal-hal yang segera harus
dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Anggota keluarga dan pelayat dianjurkan Rasulullah membaca ayat 83 dari surah Yasin:
Fasubhanal ladzi bi yadihi malakutu kulli syai’in wa ilaihi turja’un.
2. Orang lain yang mendengarkan berita kematian ini dianjurkan membaca: Inna lillahi
wa inna ilaihi raji’un.

3. Setelah itu, mayat segera ditutup rapat kelopak mata dan mulutnya, sambil membaca:
Bismillahi wa ’ala wafati ……(nama yang meninggal disebutkan). Misalnya: Bismillahi
wa ‘ala wafati Muhammad. Para pelayat dianjurkan mendoakan yang meninggal, seperti
diajarkan Rasulullah:
Allahummaghfir ………(sebut nama orang yang meninggal), warfa’ darajatahu (ha) fil
mahdiyyin al-muqarrabin, wakhlufhu (ha) fi ‘aqibihi fil ghairin, waghfir lana walahu (ha)
ya Rabbal ‘alamin.
Catatan: Sebut hu kalau laki-laki dan ha untuk perempuan.

4. Setelah itu, kedua kakinya dirapatkan dan kedua tangannya dilipat menyerupai lipatan
tangan orang sedang shalat, tangan kiri di bagian dalam dan tangan kanan di bagian luar.
10

5. Biasanya sulit untuk menutup mata, menutup mulut, melipat tangan, dan merapatkan kaki,
jika terlambat dan mayat sudah mengeras. Jika hal itu terjadi, biasanya dapat diatasi
dengan menarik kedua ibu jari kaki si mayat sambil menutup mata dan mulutnya.

6. Kemudian, posisi tidurnya diubah menghadap ke kiblat, membentang seperti bentangan


mayat di dalam kubur.

7. Mayat ditutupi seluruh anggota badannya dengan kain bersih.

8. Jika satu dan lain hal, mayat itu harus menunggu sesuatu, misalnya untuk diotopsi atau
menunggu anggota keluarga dekat, atau hal-hal yang darurat lainnya, maka mayat harus
diamankan dari segala sesuatu yang bisa mengganggu si mayat, misalnya kerumunan
semut atau lalat. Bahkan sebaiknya diupayakan bahan-bahan tertentu yang bisa
mempertahankan keutuhan dan kesegaran mayat.

9. Memberikan wewangian atau bahan-bahan lain yang bisa mencegah bau busuk dari
mayat.
Rujukan

Hadis riwayat Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Turmudzi, Nasa’I, Ibn Majah dan Ahmad
Ibn Hanbal. Lihat dalam Ibn Qudamah, Al-Mughny, Juz III, Kairo: al-Thiba’ah wa al-
Nasyr wa al-Tauzi’ wa al-I’lan, 1987, h. 360
11

BAB II

TUNTUNAN KB MENURUT ISLAM

KB yang kami maksud adalah Keluarga Berencana dengan merencanakan


dan mengatur jarak kelahiran. Adapun KB dengan maksud membatasi kelahiran,
apalagi mengharuskan hanya dua saja maka hal ini adalah bertentangan dengan
ajaran agama Islam.

Kemudian latar belakang kami menulis hal ini adalah ada beberapa ikhwan-
akhwat, walaupun tidak banyak, menganggap KB atau menggunakan KB terlarang
secara mutlak semuanya. Ada beberapa ikhwan-akhwat yang kurang paham tentang
bagaimana mengatur jarak kelahiran. Atau beralasan kaku bahwa kita tidak boleh
menolak anak yang akan dianugrahkan kepada kita. Ataupun juga menganggap kaku
bahwa tindakan KB yang harus melakukan tindakan invasif pada kemaluan yang
kurang sesuai dengan syariat dan alasan lainnya. Padahal mengenai KB ada rincian
penjelasan dari para ulama mengenai hukumnya berdasarkan metodenya. Sehingga
tidak jarang kita mendengar berita ada ikhwan yang istrinya mengalami rupture
rahim/ rahimnya jebol, atau harus operasi caesar atau minimal bayinya kurang sehat
dan harus dirawat intensif di NICU [Neonatal Intensif Care Unit] dan membutuhkan
biaya yang tidak sedikit. Hal ini bisa disebabkan jarak kehamilan yang sangat dekat
kemudian ditambah lagi kondisi istri yang kurang begitu baik atau sedang mengidap
penyakit tertentu.

Hukum KB

Hukumnya sudah dijelaskan oleh para ulama dengan rinciannya. Kami


mendapat faidah dari guru kami, Ustadz Aris Munandar, SS. MA. Hafidzahullah
bahwa Secara umum hukum KB sebagai berikut:

1. [‫ ]تحديد النسل‬Tahdidun nasl/ membatasi kelahiran


12

Jelas hukumnya terlarang karena bertentangan ajaran Islam. Baik dengan


alasan tidak bisa mencari rezeki ataupun susah mengurus anak.

ُ ‫عن أنس بن مالك قال َكانَ َر‬


‫س ْو ُل هللاِ صلى هللا عليه وسلم‬

َ ‫يَأ ْ ُم ُر بِالبَا َءةِ َو َي ْن َهى َع ِن التَّبَت ُّ ِل نَ ْهياا‬


‫ش ِد ْيداا‬

‫اء يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة‬


ِ َ‫َويَقُ ْو ُل ت َزَ َّو ُج ْوا ْال َود ُْودَ ْال َولُ ْودَ فَإِنِي ُمكَاثِ ُر ْاْل َ ْنبِي‬

Anas bin Malik berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam memerintahkan


untuk menikah dan melarang keras untuk membujang dan berkata, “Nikahilah
wanita yang sangat penyayang dan yang mudah beranak banyak karena aku akan
berbangga dengan kalian dihadapan para nabi pada hari kiamat ” [HR Ibnu
Hibban 9/338,Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Irwa’ no 1784]

Allah Ta’ala berfirman,

‫َو َج َع ْلنَا ُك ْم أ َ ْكثَ َر نَ ِفيراا‬

Dan Kami jadikan kelompok yang lebih besar. [Al-Isra’: 6]

Dan jumalah yang banyak adalah karunia semua kaum. Kaum Nabi Syu’aib
‘alaihissalam diperingati tentang karunia mereka,

‫َواذْ ُك ُرواْ إِذْ ُكنت ُ ْم قَ ِليًلا فَ َكث َّ َر ُك ْم‬

Dan ingatlah di waktu dahulunya kamu berjumlah sedikit, lalu Allah memperbanyak
jumlah kamu. [Al-A’raf: 86]

2. [‫ ]تنظيم السل‬tandzimun nasl/mengatur kelahiran

Hal ini boleh jika dengan alasan kesehatan dan berdasarkan saran dari dokter
yang terpercaya, karena jika sudah jelas berdasarkan fakta dan penelitian bahwa itu
berbahaya maka tidak boleh dilakukan. Allah Ta’ala berfirman,

َ‫َوَّلَ ت ُ ْلقُواْ بِأ َ ْيدِي ُك ْم إِلَى الت َّ ْهلُ َك ِة َوأَحْ ِسنُ َواْ إِ َّن َّللاَ ي ُِحبُّ ْال ُمحْ ِسنِين‬

“Janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat


baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”
[Al-Baqarah: 195]

Cara yang mudah dan aman


13

Ini berdasarkan pengalaman dan Alhamdulillah berhasil. Cara yang tidak


perlu menggunakan hormon dan obat. Yaitu kombinasi antara KB metode
penanggalan, coitus interuptus/ ‘azl dan barier seperti kondom. Cara ini
sederhana tetapi butuh kedisiplinan dan kemampuan menahan hasrat. Tidak
dianjurkan bagi mereka yang tidak bisa mengendalikan hasrat dan tidak istiqomah
menjalankannya

Metode penanggalan

Yaitu mengetahui masa subur istri. Masa subur istri adalah 14 hari setelah hari
pertama menstruasi. Masa subur adalah dimana ovum/sel telur wanita telah matang
dan siap untuk dibuahi. Para ahli mengambil kemungkinan empat hari sesudah
ataupun sebelumnya bisa terjadi masa subur.

Metode KB dengan penanggalan yaitu jangan menumpahkan sperma


kedalam rahim saat masa subur.

Misalnya:

Hari pertama menstruasi adalah tanggal 1 oktober. Maka perkiraan tanggal


suburnya adalah tanggal 14, berpatokan dengan maka empat hari sebelum dan
sesudahnya. Jangan menumpahkan sperma ke dalam rahim pada dari tanggal 10-18
oktober. Jika menstruasi berhenti pada tanggal 7 Oktober,

Berarti waktu yang boleh:

- tanggal 8-9 Oktober kita boleh menumpahkan sperma ke rahim

- tanggal 19 Oktober sampai dengan menstruasi selanjutnya.

Untuk jaga-jaga bisa juga dipakai lima hari sebelum dan sesudahnya. Dan
biasanya 1 atau 2 hari setelah mentruasi adalah waktu yang aman.

Bisa juga dibantu menggunakan kalender dengan menandai/membulatkan


tanggal hari mulai menstruasi misalnya tanggal 5 Oktober, maka perkiraan hari subur
adalah tanggal 19. Empat hari sebelum dan sesudah berarti tanggal 15-23 Oktober.
Maka arsir merah atau tandai deretan tanggal tersebut di kalender dan menjadi
patokan bahwa rentang tanggal tersebut tidak boleh menumpahkan sperma ke rahim.

Metode coitus interuptus/ ‘Azl

Ibnu Hajar Al-Asqalaniy rahimahullah menukil bab dalam shahih Bukhari


menjelaskan tentang ‘Azl,

‫باب العزل أي النزع بعد اإليًلج لينزل خارج الفرج‬


14

“Bab tentang Al-‘Azl yaitu mencabut (penis) setelah penetrasi agar (air mani)
tertumpah di luar farji/vagina” [Fathul-Bariy 9/305, Asy-Syamilah]

Hukum ‘Azl ada perselisihan diantara ulama, namun pendapat terkuat


adalah mubah. Dengan beberapa dalil.

Perkataan sahabat Jabir radhiallahu ‘anhu

.‫كنا نعزل على عهد النبي صلى هللا عليه وسلم‬

“Kami (para shahabat) melakukan ‘azl di jaman Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa


sallam” [HR.Bukhari no. 5207/ 5208-5209, Muslim no. 1440]

Di riwayat lainnya,

.‫كنا نعزل على عهد رسول هللا صلى هللا عليه وسلم فلم ينهنا عنه‬

“Kami melakukan ‘azl di jaman Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dan


beliau tidak melarang kami darinya” [Shahih Muslim no. 1440, Musnad Abi Ya’laa
no. 2255].

Jika ada yang mengatakan bahwa ‘Azl adalah pembunuhan


terselubung/kecil-kecilan, maka kita jawab dengan hadits Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam,

‫ بلغ رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬: ‫ قال‬،‫عن أبي سعيد الخدري‬

.‫أن اليهود يقول إن العزل هو الموؤودة الصغرى‬

،‫ كذبت يهود‬: ‫فقال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬

.‫ لو أفضيت لم يكن إَّل بقدر‬: ‫ثم قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬

Dari Abu Said Al-Khudri, ia berkata : “Telah sampai kepada Rasulullah


shallallaahu ‘alaihi wa sallam bahwasannya orang Yahudi berkata :
‘Sesungguhnya ‘azl itu pembunuhan kecil-kecilan’. Maka Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam bersabda : “Orang Yahudi telah berdusta. Seandainya engkau
menyetubuhinya, tidaklah akan menghasilkan anak kecuali dengan takdir Allah”
[HR.Ath-Thahawiy dalam Syarh Ma’aanil-Aatsaar 3/31-32 no. 4348 dengan sanad
hasan, At-Tirmidzi no. 1136, Abu Dawud no. 2173, Ahmad no. 11110 dengan sanad
yang shahih]

jadi ‘Azl bisa dilakukan pada rentang waktu yang tidak boleh
menumpahkan sperma ke dalam rahim. Pada contoh kita yaitu tanggal 10-18
Oktober.
15

Perlu diketahui juga bahwa jika melakukan ‘Azl pada istri kita sebaiknya
meminta izin kepada istri terlebih dahulu,

ِ ‫ب النَّبِي‬ ْ َ‫ص قَ ْو ٌم ِم ْن أ َ ْه ِل ال ِع ْل ِم ِم ْن أ‬
ِ ‫ص َحا‬ َ ‫َوقَدْ َر َّخ‬

‫سلَّ َم َو َغي ِْر ِه ْم‬ َّ ‫صلَّى‬


َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ
ُ‫ َو ََّل ت ُ ْستَأْ َم ُر اْل َ َمة‬،‫ «ت ُ ْست َأ ْ َم ُر ال ُح َّرة ُ فِي العَ ْز ِل‬:‫فِي العَ ْز ِل وقَا َل َما ِلكُ ْبنُ أَن ٍَس‬

“Para ahli ilmu dari sahabat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan sabahat
yang lain memberikan rukshah/keringanan tentang ‘azl.”

Maalik bin Anas radhiallahu ‘anhu berkata,

“Dimintai ijin (untuk melakukan ‘azl) bagi wanita merdeka, dan tidak dimintai ijin
bagi budak wanita” [HR. At-Tirmidzi 3/435 no.1137, dishahihkan oleh Al-Albani,
tahqiq Ahmad Syakir, Asy-Syamilah].

Metode barier/kondom

Kondom bisa kita kiaskan dengan ‘Azl karena alasan/illat adalah mencegah
tertumpahnya sperma ke dalam rahim. Maka hukumnya juga mubah. Karena
penggunaan kondom bisa menggantika ‘Azl. Sesuai dengan kaidah fiqhiyah,

‫حكم البدل حكم المبدل منه‬

“hukum pengganti sama dengan hukum yang digantikan”

Jika tidak bisa menahan saat akan ejakulasi dengan ‘Azl, maka bisa
menggunakan kondom. Kodom bisa digunakan pada rentang waktu yang tidak boleh
menumpahkan sperma ke rahim.

Metode yang lainnya yang sederhana

Ada beberapa metode lainnya yang sederhana juga tetapi kurang praktis,
misalnya metode lendir yaitu wanita subur jika lendir vagina agak kental, cara
mengetahuinya dengan memasukkan sedikit ibu jari dan telunjuk ke vagina
kemudian ada lendirnya dan merenggangkan ibu jari dan telunjuk. Jika lendirnya
masih menyatu ketika dipisahan oleh kedua jari, berarti kental dan ini adalah waktu
subur

Kemudian metode suhu yang menyatakan bahwa wanita yang subur


mengalami kenaikan suhu 0,5-1 derajat. Metode ini mengukur suhu setiap hari ketika
bangun tidur dan mencatatnya dikalender kemudian akan menjadi sebuah pola.
Menurut kami ini tidak praktis.

Metode lainnya yang menggunakan alat dan obat


16

-Menggunakan hormon baik dengan obat dan suntik KB

Kami berpendapat jika ada metode sederhana seperti yang kami jelaskan
kemudian ia sanggup melakukannya. Maka sebaiknya ini ditinggalkan. Belum lagi
ada pendapat dikalangan medis bahwa penggunaan Obat dan suntikan KB berupa
hormon estrogen dan progesteron bisa memacu kanker. Walaupun ini perlu
penelitian jangka panjang. Dan juga kita perlu mengingat hadits Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam bahwa haid dan nifas adalah ketetapan/kodrat wanita.
Sebaiknya kita tidak melawan kodrat kita.

ِ ‫علَى بَ َنا‬
‫ت آ َد َم‬ ‫فَ ِإنا ذَ ِلكَ ش َْى ٌء َكتَبَه ا‬
َ ‫َّللا‬

“Sesungguhnya, haid adalah ketetapan/kodrat yang Allah tetapkan bagi para wanita
keturunan Adam.” [H.R. Bukhari dalam bab Haidh dan Muslim]

- Alat Kontrasepsi Dalam Rahim [AKDR] misalnya spiral

Boleh menggunakannya. Karena secara medis insya Allah tidak merusak


rahim. Hanya sebgai pencegah atau mematikan sperma ketika hendak masuk ke
rahim. Tetapi hendaknya diperhatikan bahwa ini akan membuka aurat wanita. Jika
yang memasang dokter kandungan laki-laki jelas haram jika masih ada dokter wanita
atau bidan. Sebenarnya wanitapun tidak boleh melihat aurat sesama wanita begitu
juga laki-laki. Tetapi karena ini adalah satu-satunya jalan. Kami tetap menyarankan
memakai cara sederhana yang kami paparkan jika ia sanggup.

- Vasektomi dan Tubektomi

Jelas metode ini adalah haram karena membuat laki-laki dan wanita tidak
bisa membuat keturunan selamanya. Dan ini termasuk menggubah ciptaan Allah dan
keluar jauh dari tujuan penciptaannya yaitu untuk memperoleh keturunan. Kita telah
jelaskan dalil mengenai perintah agar memperbanyak keturunan. Kemudian ini juga
ditempuh dengan metode operasi yang melakukan invasif pada tubuh dengan alasan
yang kurang benar.

Penutup

Jika ada cara yang aman dan sederhana sebaiknya kita pakai yaitu kombinasi
metode kalender, coitus interuptus/ ‘azl dan barier/kondom. Ini lebih selamat karena
terbebas dari efek samping hormon, membuka aurat dan tindakan invasif ada tubuh
dengan cara melukai tubuh.

Kami tutup dengan hadits Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam,

‫ سهل‬،‫ و كان دائما البشر‬.‫ َّل‬: ‫ ما سئل شيئا قط فقال‬،‫ و أشجع الناس‬،‫كان النبي صلى هللا هليه و سلم أجود الناس‬
‫ ما خير بين أمرين إَّل اختار أيسر هما؛ إَّل أن يكون إثما؛ فيكون أبعد الناس عنه‬،‫ لين الجانب‬،‫الخلق‬
17

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam itu orang yang paling dermawan, manusia yang
paling pemberani, jika diminta sesuatu tidak pernah mengatakan tidak, dan
wajahnya selalu ceria, ahlaknya enak dan orangnya mudah. Jika diberi pilihan
pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,, maka beliau akan memilih yang paling
mudah, kecuali kalau itu mengandung dosa, maka Beliau adalah orang yang
paling menjauhi hal tersebut.” [HR. Bukhari 6/419-420 dan Muslim 2327]

BAB III

BIMBINGAN BAGI IBU HAMIL, MELAHIRKAN DAN BAYI BARU LAHIR

1. BIMBINGAN BAGI IBU HAMIL


Kehamilan dan melahirkan merupakan kodrat alami (Sunnatullah) bagi kaum
wanita. Hampir semua wanita akan mengalami dua masa yang cukup “melelahkan”
ini, kecuali mereka yang mengalami penyakit tertentu atau karena faktor-faktor lain
yang menyebabkan sperma dan ovum tidak mampu bertemu dan berkembang di
dalam rahim seorang wanita.

Setiap wanita mengalami perkembangan fisik secara bertahap. Walaupun


pada bulan-bulan pertama beban yang dipikul tidak begitu terasa berat dan
melemahkan kekuatan jasmaninya, namun pada beberapa wanita telah mengalami
perubahan fisik yg cukup berat. Ia sering merasa mual, muntah, pusing dan
mengidam. Bagi wanita hamil, perjalanan dari hari ke hari terasa panjang dan lama.
Kondisi ini menjadikan sebagian wanita hamil mengalami kelelahan, dan kelemahan.
Kondisi seperti ini merupakan perkembangan jasmani yang wajar, Allah SWT tidak
menjadikan kehamilan sebagai hukuman tetapi sebagai karunia dan rahmat. Oleh
karena itu, wanita yang sedang hamil sangat dituntut adanya ketulusan hati,
kesediaan menderita, penuh kesabaran dan ketabahan, kepasrahan penuh pada Allah
SWT dan penuh harap akan rahmat-Nya.

Al-Qur’an sendiri telah menegaskan dalam Surah Luqman:14 , sebagai berikut :

Artinya : ……ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-


tambah…….

Begitu juga saat melahirkan anak sangatlah sarat dengan kondisi


menegangkan, penuh dengan kekhawatiran, kecemasan dan ketakutan dan
kesusahan. Bahkan beberapa kaum wanita yang ditakdirkan untuk “mati Syahid”
ditengah-tengah “medan jihad” melahirkan.

Ketika wanita sedang hamil, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan
sebagai suatu langkah awal untuk menjamin anak yang ada di dalam kandungan agar
18

senantiasa berada dalam keadaan sehat dan seterusnya menuju kearah mendapatkan
anak yang soleh/solehah. Dalam perspektif Islam, disamping usaha-usaha lahiriah,
do’a memegang peran yang penting dan sangat menentukan dalam menghadapi
berbagai problem kehidupan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dan diamalkan
oleh wanita selama menghadapi kehamilan, adalah sebagai berikut :

1. Memperbanyak mengingat Allah SWT dengan memohon ampun dan taubat


Ibu hamil dianjurkan untuk banyak bermunajat kehadirat Allah SWT dan
berdo’a kepada-Nya semoga anak dalam kandungan senantiasa sehat dan agar
dimudahkan melahirkan, Do’anya adalah sbb:

”dengan nama Allah yang maha Pemurah lagi maha Pengasih. Ya Allah, peliharalah
anakku selama didalam kandungan dan sembuhkanlah ia, Engkau maha Penyembuh,
tiada sembuhan melainkan penawar-Mu, sembuh yang tidak meninggalkan kesan
buruk ya Allah, lahirkanlah ia dari kandunganku dengan kelahiran yang mudah dan
sejahterah. Ya Allah jadikanlah ia sehat sempurna, Ya Allah perbaikilah akhlaknya,
fasihkanlah lidahnya dan merdukannlah suaranya untuk membaca Al-Qur’an dan
hadis dengan berkat Nabi Muhammad S.a.w.”

2. Memperbanyak melakukan ibadah, berbuat kebaikan dan meninggalkan segala


larangan-Nya

Perbanyak melakukan ibadah, berbuat kebaikan dan meninggalkan larangan


Allah SWT, seperti : Shalat malam, shalat-shalat sunat, senantiasa menutup aurat.
Sementara suami juga dianjurkan memperbanyak ibadah, puasa sunat terutama senin
dan kamis.

3. Memperbanyak membaca Al-Qur’an

Wanita hamil dianjurkan Perbanyak membaca Al-Qur’an dan memahami


kandungannya.

Antara surat yang baik dibaca adalah : Surah Al-Fatihah, Surah Yasin,
Surah At-Taubah, Surah Yusuf, Surah Maryam, Surah Luqman, surah an-
Nahl ayat 78 dan surah al-A’raf ayat 189

Dengan membaca surah dan ayat tersebut, selain sebagai ibadah ia juga bisa
memudahkan dalam menghadapi persalinan, mendapat anak yang sehat dan
sempurna, anak yang soleh dan solehah, anak yang patuh dan taat kepada Allah dan
Rasul-Nya.
19

4. Memperbanyak wirid dan dzikir-dzikir kepada Allah SWT

Seorang wanita hamil juga yang hampir melahirkan sangatlah membutuhkan


do’a, wirid-wirid dan dzikir-dzikir, baik yang sama dengan wirid harian ataupun
yang dikhususkan baginya. Hal ini perlu untuk menstabilkan perasaan dan
memberikan kekuatan secara “ghaib” bagi kaum wanita dalam menjalani kehamilan
dan menghadapi masa melahirkan. Ada banyak literatur yang dapat dijadikan
panduan bagi ibu hamil dan hendaknya literatur tsb harus memiliki rujukan yang
shahih dari hadits-hadits Rasulullah Saw, sehingga tidak perlu ragu-ragu akan
terjebak kedalam perbuatan bid’ah yang dilarang, karena telah melakukan ritualitas
agama yang tidak dituntunkan oleh Nabiyullahu al-Mustafa. Salah satu do’a-do’a,
wirid-wirid dan dzikir-dzikir yang dianjurkan adalah membaca Al-Mathurat terutama
setiap pagi dan sore.

PANDUAN BAGI IBU MELAHIRKAN

Dzikir dan do’a ketika hampir melahirkan


Amalan berdzikir dan berdo’a amatlah dituntut bagi wanita hamil, karena
dengan berdo’a dan berdzikir dapat menentramkan fikiran dan dapat memupuk
kesabaran ketika dalam kesakitan melahirkan anak nanti. Selain membaca wirid
yang telah biasa diamalkan sejak awal kehamilan, ada beberapa dzikir dan do’a yang
sangat baik diamalkan, diantaranya :

”Ya Tuhan karuniakanlah kepadaku dari sisi-Mu anak yang baik sempurna (Tidak
cacat). Sesunguhnya Engkau senantiasa mendengar dan menerima rayuan dan doa
hamba-Mu”

“Tiada Tuhan yang disembah melainkan Engkau (Allah), Maha suci Ya Allah,
sesunguhnya aku termasuk di kalangan orang-orang yang zalim”

Untuk mendapatkan bakal anak yang sholeh bacalah doa :

“Tuhanku berilah kepadaku (Seorang anak) dari anak-anak yang sholeh”

Dan Apabila hampir melahirkan bacalah doa :

“Allah telah mencukupi sgala sesuatu bagiku dan kepada-Nya lah segalanya
kuserahkan”

Untuk mempermudah bersalin dianjurkan pula membaca ayat Al-Kursi lalu


diteruskan dengan membaca :
20

Artinya : Bahwasanya Tuhanmu, adalah Allah yang telah menjadikan langit dan
bumi dan yang diantara keduanya didalam enam hari kemudian dia bersemayam atas
Arasy. Dia memasukkan malam kedalam sarang yang mencarinya dengan cepat.
Matahari, bulan dan bintang semuanya ditundukkan dengan perintah-Nya. Dan
ketahui olehmu, Allah yang mempunyai pencipta dan suruhan. Maha Mulia Allah
Tuhan semesta alam.

Seterusnya perbanyak membaca tasbih :

”Maha Suci Allah” “Aku mohon ampun kepada Allah”

ADAB MENYAMBUT BAYI BARU LAHIR

1. Disunnahkan memberi kabar Gembira dan mengucapkan selamat kepada orang


yang dikaruniai anak.

Disunnahkan memberi kabar gembira dan mengucapkan selamat kepada


orang yang dikaruniai anak, Allah SWT berfirman :

Artinya : “maka kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang sabar”

(Ash-Shoffat[37] : 101)

Dan dianjurkan untuk mendo’akan kesejahteraan bagi orang yang dikaruniai


anak dan anak yg baru lahir, antara do’a/ucapannya adalah :

Artinya : Semoga Allah memberkati karunia-Nya syukurilah atas pemberian ini,


penuhilah keperluannya dan rezkikannlah masa depannya.

Kemudian setelah do’a ini diucapkan, maka disunnahkan pula untuk yang
dikaruniai anak menyahutnya dengan ucapan :

Artinya : Mudah-mudahan engkau juga diberkati Allah serta dilimpahi keberkatan


kepadamu

1. Mengumandangkan Adzan ditelinga kanan bayi

Dalam hadits riwayat timidzi yang artinya : dari abu Rafii, ia berkata “saya pernah
melihat rasulullah Saw. Menbaca adzan pada telinga Hasan bi Ali takkala dilahirkan
oleh Fatimah, seperti adzan shalat”
21

Rahasia/hikmah disyariatkan adzan ini – Wallohu ‘alam — adalah :

a. Supaya yang pertama mengetuk pendengaran manusia, adalah kalimat-


kalimat adzan yang mengandung kebesaran dan keagungan Allah SWT.
Sedangkan kalimat sahadat yang terkandung dalan lafaz adzan sebagai
kalimat pertama yang memasukkan orang kedalam Islam merupakan talqin
baginya akan sebah syiar Islam ketika pertama kali ia masuk ke alam dunia
sebagaimana ia juga akan ditalqinkan dengan kalimat tsb ketika akan
meninggal dunia.
Hikmah lainnya, larinya syaitan ketika mendengar seruan adzan. Dimana ia
senantiasa mengintai bayi ketika lahir dan menjadi pendampingnya ketika
menghadapi ujian yang Allah kehendaki dan takdirkan.
Makna lainnya, agar ajakan terhadap bayi kepada Allah, agama Islam dan
kepada beribadah kepada-Nya mendahului ajakan syaitan.

3. Melakukan Taknik

Dalam Ash-shohiihain dari hadits abu burdah dari musa, ia berkata : “ aku
dikaruniai seorang anak kemudian aku membawanya kepada Nabiyullahu Saw.
Maka beliau menamainya Ibrohim lalu mentakniknya dengan sebutir kurma.”

Mentaknik artinya mengambil kurma, lalu mengunyahnya hingga lembut,


lalu mengambilnya dari mulut dan meletakkan diatas jari telunjuk dan
memasukkannya kedalam dimulut sang bayiserta dengan perlahan-lahan jari itu
digerakkan kekiri dan kekanan didalam mulut bayi.

Adapun orang yang melakukan taknik ini diutamakan kepada mereka yang
taqwa dan sholeh. Hikmah dari mentaknik ini adalah untuk menguatkan anggota
mulut bayi supaya lebih mampu untuk menghisap susu ibunya.

4. Mencukur rambut dan bersedekah seberat timbangan rambutnya

Adalah antara amalan yang disunnahkan untuk dilakukan keatas diri bayi
baru lahir sebaik-baiknya adalah pada hari ketujuh kelahirannya.

Dalam hal ini Rasulullah Saw. Bersabda yang bermaksud :

Ketika Fatimah melahirkan hasan dan husin : “timbanglah Rambut Husin dan
sedekahkanlah seberat timbangan perak” (HR : Al-Hakim)
22

Ketika Fatimah melahirkan Hasan, baginda bersabda yang bermaksud :


“cukurlah rambutnya, sedekahlah seberat timbangan (rambutnya) itu dengan perak”
(HR : Ahmad)

Hikmahnya adalah :

a. Bisa menguatkan pertumbuhan rambut seterusnya, menghilangkan


selaput kepala (sejenis cairan yang menutupi kulit kepala) dan juga dapat
memberi kekuatan dan ketajaman pada penglihatan mata, bau dan
pendengaran.
b. Dari sudut kemasyarakatan, memberi peluang untuk bersedekah dengan
timbangan rambut tersebut (rambut yang dicukur), disamping itu
menunjukkan rasa syukur kepada Allah atas karunia-Nya.
5. Berkhitan

Khitan termasuk sunah-sunah, sebagaimana sabda Nabi yang maksudnya :

“Fitrah (kesucian) itu ada lima; khitan, mencukur bulu kemaluan, memangkas
rambut, memotong kuku dan mencabut bulu ketiak” (HR : Bukhori dan Muslim).

Terdapat beberapa perbedaan pendapat tentang hukum Khitan:

Menurut Imam Abu Hanifa dan Imam Hasan Al-basri bahwa khitan itu sunah
hukumnya, berdasarkan hadits yang maksudnya :

“Bekhitan itu sunnah bagi kaum lelaki dan baik bagi kaum wanita” (HR : Ahmad)

Sementara Imam Syafie, Imam Hanafi dan setengahnya yang lain


mengatakan bahwa khitan itu hukumnya wajib, berdasarkan hadits yang bermaksud :

“siapa yang menganut Islam, hendaklah ia berkhatan sekalipun ia dari golongan


dewasa”

Sementara khitan bagi perempuan hukumnya adalah suatu kelebihan


(keutamaan), sesuai dengan hadits tersebut diatas (HR : Ahmad)

Sedangkan waktu berkhitan ada yang berpendapat dilakukan sepekan


pertama sejak kelahiran, dan ada juga yang mengatakan sampai mendekati baligh.
Yang lebih afdhol adalah dihari ketujuh, berdasarkan hadits yang bermaksud :
23

“Baginda Rosulullah Saw. Melaksanakan aqiqah pada hasan dan husin serta
mengkhatan keduanya dalam waktu tujuh hari (setelah kelahiran)” (HR : Baihaqi)

6. Memberi nama

Sunnah Rosulullahu Saw. Menyebutkan ada tiga ragam waktu menamai anak
: ketika anak lahir, tiga hari setelah kelahiran, menamainya dihari ketujuh
kelahirannya. Perbedaan ini adalah Ikhtilaf Tanawwu (perselisihan pendapat dengan
beberapa alternatif yang sama-sama benar). Dimana ini menunjukkan bahwa urusan
ini longgar dan segala puji hanya milik Alloh robbul’alamin.

Memberi nama adalah hak ayah, sedang ibu tidak ada hak untuk menolaknya.
Kalau keduanya bertentangan, maka ayah dimenangkan. Sedangkan jika ada mufakat
keduanya, terdapat kelonggaran untuk saling merelakan.

Tentang nama yang disunnahkan, Rosulullah Saw bersabda :

“sesungguhnya kalian akan dipanggil kelak dihari kiamat dengan nama-nama kalian
dan nama ayah kalian, maka baguskanlah nama kalian” (HR : Abu Dawud)

Beliau juga bersabda :

“berilah nama dengan nama para nabi, dan nama yang paling disukai Alloh adalah;
‘Abdulloh dan ‘Abdurrahman. Sedangnkan nama yang paling benar adalah Harits
dan Hamman. Sementara nama yang paling buruk adalah Harb dan Murroh”

Dalam menamai anak, terdapat beberapa panduan, antara lain :

a. Hendaklah nama yang dipilih itu memberi pengertian dan maksud yang baik.
Sehubungan dengan itu, dilarang menamakan anak dengan maksud dan
pengertian yang buruk yg bisa mengurangi kehormatan atau mungkin
menjadi ejekan dan memalukan anak tsb.
b. Jangan menamakan anak dengan nama yang mencemarkan atau nama yang
susah untuk dimengerti maknanya.
c. Jangan menamakan anak dengan nama-nama yang khusus kepada nama
Allah, mis; Ahad, Ar-Rahman, Al-Khalid dsb.jika nama itu akan diberikan
pada anak, hendaknya disertai dengan nama lain didepannya, mis;
Abdurrahman, Abdul Khalid dsb.
d. Jangan menggunakan nama yang dikaitkan dengan abdul (hamba) kepada
selain Allah, mis; abdul Uzza (hamba kepada berhala Uzza), abdul Nabi
24

(hamba kepada Nabi) dsb. Ulama sepakat bahwa itu adalah haram
hukumnya.
e. Hindari dari menamakan anak dengan nama-nama orang kafir atau nama-
nama yang menyerupai dengan nama orang yang bukan islam, mis: jhon,
sally, cristin dsb.

7. ‘Aqiqah dan hukumnya

Aqiqah adalah amalan Sunnah sesai dengan hadits rosulullah, yang


maksudnya :

Dari Salman bin’Amir Abdh-Dhibbi, ia berkata : Rosulullahu Saw


bersabda,”setiap anak ada Aqiqohny.a, maka tumpahkanlah darah karenanya dan
sinngkirkanlah kotoran darinya”

Beliau juga bersabda, “setiap anak tergadai dengan Aqiqohnya; yang


disembelih dihari ketujuh (kelahiran)nya, saat ia diberi nama dan dicukur
rambutnya.” (HR : semua para penyusun kitab sunan dan menurut Imam at-Tirmizi,
hadits hasan-sahih)

Beliau juga bersabda, “untuk bayi lelaki dua ekor kambing yang sama besar
dan untuk bayi perempuan satu ekor.” (HR : Ahmad)

Adapun waktu penyembelihan hewan ‘Aqiqah, yakni pada hari ketujuh, jika
tidak bisa pada hari keempat belas, jika tidak bisa maka dihari kedua puluh satu, dan
jika belum tersedia bagi mereka tidak apa-apa dilakukan sesudah itu.

Tujuan ‘Aqiqah adalah menghidupkan salah satu sunnah Rosulullah Saw dan
mengikuti ajaran yan g beliau bawa.

Adapun faedah ‘Aqiqah antara lain,

1. ‘Aqiqah itu melepas ikatan anak itu dari tergadaikan dan baru ditebus dengan
‘Aqiqah-nya. Maksud dari tergadai adalah bahwa anak itu tergadaikan
(tertahan) dari memberi syafaat kedua orangtuanya (menurut Imam Ahmad,
Imam Ath’ bin Abu Rabah)
2. ‘Aqiqah merupakan tebusan untuk menebus bayi yang baru dilahirkan seperti
Allah SWT menebus ‘Ismail as. Dengan qibas. Binatang yang disembelih
hendaklah dipersembahkan kepada Allah SWT sebagai suatu ibadah seperti
halnya Qurban
25

Dalam ‘Aqiqah, disunnahkan pula hal-hal seperti dalam Qurban.


Umpamanya,menyedekahkan dan membagi-bagikan dagingnya. Dengan demikian
sembelihan untuk anak itu memuat arti pendekatan diri kepada Allah ta’ala,
kesyukuran, tebusan, sedekah, memberi makan di saat menerima kegembiraan besar
sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah ta’ala dan menampakkan nikmatnya
(anak) yang merupakan tujuan utama pernikahan.
26

BAB IV

PROBLEMATIKA HUKUM KONTEMPORER

A. Transplantasi Organ Tubuh

Transplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ manusia


tertentu, dari suatu tempat ke tempat lain, pada tubuhnya sendiri atau tubuh orang
lain untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat atau tidak berfungsi dengan
baik.[1]

Kemudian menurut Prof. Masjfu’ Zuhdi pengertian Transplantasiadalah


pemindahan organ tubuh yang mempunyai daya hidup yang sehat,
untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak berfungsi dengan baik.

Transplantasi ditinjau dari prakteknya, dapat dibedakan menjadi:


1. Autotransplantasi, yaitu pemindahan suatu jaringan atau organ ke tempat lain
dalam tubuh orang itu sendiri.

2. Homotransplantasi, yaitu pemindahan suatu jaringan atau organ dari tubuh


seseorang ke tubuh orang lain.
27

3. Heterotransplantasi, yaitu pemindahan suatu jaringan atau organ dari satu spesies
ke tubuh spesies lainnya.

Orang yang anggota tubuhnya dipindahkan disebut donor(pen-donor),


sedang yang menerima disebut Resipien. Cara ini merupakan solusi bagi
penyembuhan organ tubuh tersebut karena penyembuhan/pengobatan dengan
prosedur medis biasa tidak ada harapan kesembuhannya.

Dalam penyembuhan suatu penyakit, adakalanya transpalntasi tidak dapat


dihindari dalam menyelamatkan nyawa si penderita. Dengan keberhasilan teknik
transplantasi dalam usaha penyembuhan suatu penyakit dan dengan meningkatnya
keterampilan dokter – dokter dalam melakukan transplantasi, upaya transplantasi
mulai diminati oleh para penderita dalam upaya penyembuhan yang cepat dan tuntas.

Untuk mengembangkan transplantasi sebagai salah satu cara penyembuhan


suatu penyakit tidak dapat bagitu saja diterima masyarakat luas. Pertimbangan etik,
moral, agama, hukum, atau social budaya ikut mempengaruhinya.

Apa yang bisa di capai dengan teknologi belum tentu bisa di terima oleh
agama dan hukum yang hidup di masyarakat. Dari itu mengingat transplantasi adalah
masalah yang ijtihadi karena tidak ada hukumnya secara eksplisit di dalam al-Qur’an
dan Hadits dan juga merupakan masalah yang cukup kompleks menyangkut
berbagai bidang studi maka seharusnya masalah ini di analisis dengan menggunakan
metode pendekatanmultidisplainer, misalnya kedokteran biologi, hukum, etika, dan
agama agar dapat di peroleh kesimpulan hukum ijtihadi yang proporsional dan
mendasar.[6]

Pandangan Hukum Islam Terhadap Transplantasi Organ Tubuh

Kebanyakan dari para pemerhati masalah transpalnasi ini ketika membahas


hukum mereka akan mengklasifikasikan kapan transplantasi itudilakukan,
menurut Prof. Masyfuk Zuhdi, Apabila pencangkokan tersebut dilakukan pada
saat pendonor dalam keadaan hidup sehat wal afiat, begitu juga sakit (koma) atau
hampir meninggal, maka hukumnya adalah dilarang(haram), sedangkan apabila di
lakukan ketika pendonor sudah meninggal maka hukumnya ada yang
mengharamkan, juga ada yang memperbolehkannya dengan syarat- syarat tertentu.
Adapun syarat-syarat tersebut adalah :
1. Resipien dalam keadaan darurat, yang dapat mengancam jiwanya dan ia sudah
menempuh pengobatan secara medis dan non medis, tapi tidak berhasil.
2. Pencangkokan tidak menimbulkan komplikasi penyakit yang lebih berat bagi
repisien dibandingkan dengan keadaan sebelum pencangkokan.

Menurut Prof. Drs. Masjfuk Zuhdi Ada beberapa dalil yang di nilai sebagai
dasar pengharaman transplantasi organ tubuh ketika pendonor dalam keadaan hidup,
28

antara lain: [9]


1. Firman Allah dalam surat Al-Baqarah: 195

َ‫َّللاَ ي ُِحبُّ ْال ُمحْ ِسنِين‬


َّ ‫َّللاِ َو ََّل ت ُ ْلقُوا ِبأ َ ْيدِي ُك ْم ِإلَى الت َّ ْهلُ َك ِة َوأَحْ ِسنُوا ِإ َّن‬ َ ‫َوأ َ ْن ِفقُوا فِي‬
َّ ‫س ِبي ِل‬

Artinya: ”Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu ke dalam kebinasaan”

2. Hadits Rasulullah:

‫َّل ضرر وَّل ضرار‬

Artinya: ”Tidak di perbolehkan adanya bahaya pada diri sendiri dan tidak boleh
membayakan diri orang lain.” (HR. Ibnu Majah).

Dalam kasus ini, orang yang menyumbangkan sebuah mata atau ginjalnya
kepada orang lain yang buta atau tidak mempunyai ginjal… ia (mungkin) akan
menghadapi resiko sewaktu-waktu mengalami tidak berfungsinya mata atau
ginjalnya yang tinggal sebuah itu, dari itu dapat di pahami adanya unsur yang di nilai
mendatangkan bahaya dan menjatuhkan diri pada kebinasaan.
3. Kaidah hukum Islam:

‫درء المفاسد مقدم على جلب المصالح‬

Artinya:”Menolak kerusakan lebih didahulukan dari pada meraih


kemaslahatan”

Pendonor yang masih hidup berarti mengorbankan atau merusak dirinya


dengan cara melepas organ tubuhnya untuk diberikan kepada orang lain dan demi
kemaslahatan orang lain, yakniResipien. Dan itu tidaklah sesuai dengan kaidah
hukum tersebut.
4. Kaidah Hukum Islam:

‫الضرر َّل يزال بالضرر‬

Artinya” Bahaya tidak boleh dihilangkan dengan bahaya lainnya.”

Kaidah ini menegaskan bahwa dalam Islam tidak di benarkan


penanggulangan suatu bahaya dengan menimbulkan bahaya yang lain. Sedangkan
orang yang mendonorkan organ tubuhnya dalam keadaan hidup sehat dalam rangka
membantu dan menyelamatkan orang lain adalah di nilai upaya menghilangkan
bahaya dengan konsekwensi timbulnya bahaya yang lain.

Penjelasan yang berbeda akan kita temukan mengenai transplantasi organ


tubuh ini ketika kita membaca b uku Fatwa- Fatwa Kontemporer yang di tulis oleh
syiekh Yusuf Qardawi yang memberikan penjelasan di mana kita akan sampai pada
kesimpulan bahwa menurut Beliau transplantasi adalah suatu hal yang di
29

perbolehkan baik itu di lakukan di masa pendonor masih hidup ataupun sudah
meninggal, akan tetapi kebolehan tersebut bukanlah suatu kebolehan yang bersifat
mutlak tanpa syarat melainkan ada ketentuan –ketentuan yang harus di
perhatikan.[10]

Beliau mengawali pembahasan seputar transplantasi dengan mengajak kita


untuk memahami apakah seseorang itu memiliki tubuhnya sendiri
sehingga ia dapat mempergunakannya sekehendak hati, misalnya dengan
mendonorkan atau lainnya, Atau apakah tubuh itu merupakan titipan dari Allah
yang tidak boleh di pergunakan kecuali dengan izin-Nya.

Didalam kaidah syar'iyah ditetapkan bahwa mudarat (bahaya) itu harus


dihilangkan sedapat mungkin. Karena itulah kita disyariatkan untuk menolong
orang yang dalam keadaan tertekan/terpaksa, terluka, kelaparan, mengobati orang
yang sakit, dan menyelamatkan orang yang menghadapi bahaya, baik mengenai
jiwanya maupun lainnya.

Maka tidak diperkenankan seorang muslim yang melihat suatu


dharar (bencana, bahaya) yang menimpa seseorang, tetapi dia tidak berusaha
menghilangkan bahaya itu padahal dia mampu menghilangkannya, atau tidak
berusaha menghilangkannya menurut kemampuannya.

Apabila seorang muslim dibenarkan menceburkan dirinya ke laut untuk


menyelamatkan orang yang tenggelam, atau masuk ke tengah-tengah jilatan api
untuk memadamkan kebakaran, maka diperbolehkan pula seorang muslim
mempertaruhkan sebagian wujud materiilnya (organ tubuhnya) untuk
kemaslahatan orang lain yang membutuhkannya.[11]

Maka dari itu dengan jelas Syaekh Yusuf Qardawi mengatakan bahwa upaya
menghilangkan penderitaan seorang Muslim dengan cara memberikan donor organ
tubuh yang sehat kepadanya adalah merupakan tindakan yang di perkenankan syara’
bahkan terpuji dan berpahala bagi orang yang melakukannya. Akan tetapi yang harus
di perhatikan, masih menurut Beliau kebolehan ini bukanlah bersifat mutlak, bebas
tanpa syarat, melainkan tindakan ini bisa di benarkan jika memang tidak
menimbulkan mudarat (bahaya) bagi si pendonor. [12] Dalam kata lain jika
seseorang melakukan donor dan ternyata itu mengakibatkan bahaya, kesengsaraan
pada dirinya maka tindakan itu tidak bisa di benarkan syara’. [13]

Oleh sebab itu, tidak diperkenankan seseorang mendonorkan organ


tubuh yang cuma satu-satunya dalam tubuhnya, misalnya hati atau jantung, karena
dia tidak mungkin dapat hidup tanpa adanya organ tersebut; dan tidak
diperkenankan menghilangkan dharar dari orang lain dengan menimbulkan
dharar pada dirinya. Maka kaidah syar'iyah yang berbunyi:
30

"Dharar (bahaya, kemelaratan, kesengsaraan, nestapa) itu harus


dihilangkan," dibatasi oleh kaidah lain yang berbunyi: "Dharar itu tidak boleh
dihilangkan dengan menimbulkan dharar pula."[14]

Para Ulama Ushul Fiqh menafsirkan kaidah tersebut dengan


pengertian: tidak boleh menghilangkan dharar dengan menimbulkan dharar
yang sama atau yang lebih besar daripadanya. Karena itu tidak di
perbolehkan mendermakan organ tubuh bagian luar, seperti mata, tangan, dan
kaki. Karena yang demikian itu adalah menghilangkan dharar orang lain dengan
menimbulkan dharar pada diri sendiri yang lebih besar.

Kemudian mengenai wasiat pendonoran organ tubuh ketika seseorang sudah


meninggal Syekh Yusuf Qardawi memberikan pengertian dengan mengajak kita
untuk memahami lagi tentang pendonoran yang di lakukan oleh pendonor yang
masih hidup di mana ada kemungkinan kemudaratan yang menimpa si pendonor dan
itu hukumnya tetap di perbolehkan. Maka dengan itu, pendonoran yang di lakukan
dalam keadaan tanpa resiko mudarat /bahaya yang menimpa pendonor yang sudah
meninggal adalah upaya yang lebih berhak untuk di perkenankan. Sebab yang
demikian itu akan memberikan manfaat yang utuh kepada orang lain tanpa
menimbulkan mudarat (kemelaratan/ kesengsaraan) sedikit pun kepada dirinya (si
mayit), karena organ-organ tubuh orang yang meninggal akan lepas berantakan
dan dimakan tanah beberapa hari setelah dikubur. Dan menurutnya Dalam hal ini
tidak ada satu pun dalil syara' yang mengharamkannya, sedangkan hukum asal
segala sesuatu adalah mubah, kecuali jika ada dalil yang sahih dan
sharih (jelas) yang melarangnya. Dan dalam kasus ini dalil tersebut (dalil yang
mengharamkan) tidak dijumpai.[15]

Kemudian ketika menyinggung permasalahan kehormatan mayit di mana


dalam konteks ini Rasulullah SAW pernah bersabda yang kurang lebih artinya
: "Mematahkan tulang mayit itu seperti mematahkan tulang orang yang
hidup." [16] dalam artian apakah mendonorkan organ tubuh si mayit itu tidak
termasuk mengabaikan kehormatan mayit?, Beliau Yusuf Qardawi menekankan
bahwa mengambil sebagian organ dari tubuh mayit tidaklah bertentangan dengan
ketetapan syara'. Sebab yang dimaksud dengan menghormati tubuh itu ialah
menjaganya dan tidak merusaknya, sedangkan mengoperasinya (mengambil organ
yang dibutuhkan) itu dilakukan seperti mengoperasi orang yang hidup dengan
penuh perhatian dan penghormatan, bukan dengan merusak kehormatan
tubuhnya.[17]

Lebih dari itu Beliau menjelaskan kebolehan praktek transplantasi dari


organ si mayit tidaklah hanya terbatas pada kasus adanya wasiat dari si mayit, dalam
arti pendonoran organ tubuh dari seorang yang sudah meninggal itu di perbolehkan
sekalipun si mayit tidak pernah berwasiat sebelumnya.[18] Akan tetapi transplantasi
berkaitan organ tubuh orang yang meninggal ini bisa berubah hukum menjadi haram
atau tidak di perbolehkan jika memang si mayit pernah berwasiat supaya organ
tubuhnya tidak boleh ada yang di donorkan ketika meninggal.[19] Karena itu
31

merupakan haknya dan wasiat itu wajib di laksanakan selama tidak merupakan
kemaksiatan.

Demikianlah pembahasan terkait hukum transplantasi organ tubuh dengan


berbagai kemungkinannya di mana perbedaan pendapat pun masih kita temukan
dalam bahasan-bahasannya, meski demikian ketika kita berusaha memahami kajian-
kajian tersebut lebih –lebih apa yang telah di uraikan oleh Syekh Yusuf Qardawi kita
akan menemukan alur pemikiran yang tidak terlalu rumit untuk di mengerti dan
pantas untuk di jadikan acuan menyoal Transplantasi organ tubuh ini, di mana pada
intinya menurut beliau transpalntasi dengan berbagai kemungkinan prakteknya
adalah suatu hal yang di perkenankan syara’ selama tidak ada kemaslahatan besar
yang terabaikan, atau selama tidak mendatangkan bahaya atau kemudaratan.

Simpulan

Transplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ manusia tertentu


dari suatu tempat ke tempat lain pada tubuhnya sendiri atau tubuh orang lain untuk
menggantikan organ tubuh yang tidak sehat atau tidak berfungsi dengan baik.

Hukum transplantasi organ tubuh dalam beberapa kemungkinanprakteknya


masih di warnai perbedaan pendapat, Mengenai praktek transplantasi dari seorang
yang meninggal ada yang berpendapat hal itu di bolehkan tapi ada juga yang
berpendapat tidak di perbolehkan karena hal itu di nilai dapat mengabaikan
kehormatan si mayit, lebih dari itu orang yang sudah meninggal tidak bisa di katakan
memiliki tubuhnya, maka sekalipun ketika si mayit pernah berwasiat untuk
mendonorkan organ tubuhnya maka wasiat tersebut tidaklah sah. Akan tetapi
menurut Yusuf Qardawi transplantasi dengan berbagai kemungkinan prakteknya
adalah suatu hal yang di perkenankan syara’ selama tidak ada kemaslahatan besar
yang terabaikan, atau selama tidak mendatangkan bahaya atau kemudaratan,
terkecuali praktek pendonoran kepada orang kafir yang memusuhi islam, atau
pendonoran dari organ tubuh si mayit yang pernah berwasiat melarang pendonoran
organ tubuhnya ketika meninggal, maka transplantasi tersebut tidaklah boleh di
lakukan.

B. Aborsi

Aborsi (abortus) dimaksudkan sebagai tindakan untuk mengakhiri kehamilan


atau hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sedangkan teknik
aborsi dapat dilakukan melalui: (1) curettage and dilatage (C & D), (2) dengan
melebarkan mulut rahim kemudian janin dikiret dengan alat tertentu, (3) dengan
aspirasi atau penyedotan isi rahim, dan (4) melalui operasi (hysterotomi). Abortus
dapat terjadi karena ketidaksengajaan (spontaneous abortus) dan terjadi karena
disengaja (abortus provocatus atau induced pro abortion).
32

Aborsi yang disengaja terbagi ke dalam dua macam: (a) abortus artificialis
therapicus, yakni aborsi yang dilakukan dokter ahli atas dasar pertimbangan medis.
Misalnya, jika tidak dilakukan aborsi akan membahayakan ibu. (b) abortus
provocatus kriminalis, yaitu aborsi yang dilakukan tanpa adanya dasar indikasi
medis. Misalnya untuk meniadakan hasil ‘’hubungan gelap’’ atau kehamilan yang
tidak dikehendaki.

Dalam hukum Islam, aborsi yang dilakukan atas pertimbangan medis untuk
menyelamatkan nyawa sang ibu misalnya dapat dibenarkan, bahkan diharuskan. Hal
ini didasarkan atas prinsip kaedah hukum Islam:

‘’Menempuh salah satu tindakan yang lebih ringan dari dua hal yang berbahaya itu
adalah wajib’’.

Berdasarkan hadits Rasul yang menyatakan bahwa roh manusia ditiupkan ke


dalam janin setelah berumur 4 bulan atau hari ke 121 dari kehamilan, para ulama
berbeda pendapat dalam menentukan hukum aborsi. Sebagian kecil ulama seperti
Muhammad Ramli menganggap aborsi sebelum hari ke 121 hukumnya boleh, karena
belum adanya ruh. Sebagian kecil lainnya menyatakan makruh, karena janin sedang
mengalami pertumbuhan. Adanya kebanyakan ulama berpandangan bahwa sejak
terjadinya pembuahan sel telur oleh sperma hukum aborsi adalah haram. Sedangkan
untuk aborsi terhadap janin yang berumur lebih dari 4 bulan, para ulama bersepakat
mengharamkannya.

C. Euthanasia

Seperti halnya aborsi, euthanasia merupakan tindakan penghentian kehidupan

manusia baik dengan cara menyuntikkan zat tertentu atau dengan meminum pil atau

dengan cara lainnya. Tindakan ini muncul akibat terjadinya penderitaan yang

berkepanjangan dari pasien. Di beberapa negara Eropa dan sebagian Amerika

Serikat, tindakan euthanasia ini telah mendapat izin dan legalitas negara. Pada

umumnya mereka beranggapan bahwa menentukan hidup dan mati seseorang adalah

hak asasi yang dijunjung tinggi.


33

Berbeda dengan pandangan mereka, dalam memberikan tuntunan yang jelas

tentang hidup dan mati. Di dalam QS. Al-Mulk ayat 2 dinyatakan bahwa hidup dan

mati manusia ada di tangan Allah.

Artinya: “Dia menciptakan kehidupan dan kematian untuk menguji siapa di

antara manusia yang paling bagus amalnya” (QS. Al-Mulk (67): 2).

Karena kematian berada dalam genggaman-Nya dan jika terjadi penderitaan

yang panjang saat sakit merupakan bagian integral dari ujian Allah, maka tindakan

euthanasia dalam hal ini persis sama dengan tindakan bunuh diri. Karenanya hukum

euthanasia jelas diharamkan dalam pandangan Islam.

Di dalam al-Qur’an Allah berfirman: “dan janganlah kamu membunuh

dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepada kamu. Dan

barangsiapa yang berbuat demikian dengan melanggar dan aniaya maka kelak kami

akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi

Allah”. (QS. Al-Nisa (4): 29-30).

Larangan serupa juga terdapat di ayat lain “barangsiapa menghempaskan diri

dari sebuah bukit, lalu ia menewaskan dirinya, maka ia akan masuk neraka dalam

keadaan terhempas di dalamnya, kekal lagi dikekalkan di neraka untuk selama-

lamanya”. (HR. Bukhari Muslim).

D. Transfusi Darah

Transfusi darah dimaksudkan untuk manusia yang sedang membutuhkan

dalam menyelamatkan jiwanya. Ajaran Islam bahkan menganjurkan orang untuk

menyumbangkan darahnya demi kemanusiaan, bukan untuk komersialisasi. Tujuan

mulia tersebut tentu saja harus dibarengi dengan niat yang ikhlas untuk menolong
34

orang lain. Perbuatan itu termasuk amal kemanusiaan yang dianjurkan agama

(mandub), karena sesuai dengan maksud firman Allah:

“ dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah

memelihara kehidupan manusia seluruhnya”. (QS. Al-Maidah: 17: 70)

Dalam transfusi darah itu, tidak dipersyaratkan adanya kesamaan

adanya/kepercayaan antara donor 9pemberi maupun resipien (penerima). Semua

dilakukan untuk menolong dan menghormati harkat dan martabat manusia. Sebab

Allah sebagai pencipta (khalik) juga berkenan memuliakan manusia sebagaimana

firman Nya: “dan sesungguhnya Kami memuliakan anak cucu Adam (manusia) (al-

Isra’: 17, 70).

Untuk menentukan hukum transfusi darah secara syar’i, kaidah hukum fiqh

menyatakan: “bahwasanya hukum asal dari segala sesuatu (di luar ibadah) adalah

boleh, sehingga ada dalil yang tegas mengharamkannya”.

Dengan demikian, jelas bahwa hukum transfusi darah menurut Islam adalah

boleh. karena tidak adanya dalil atau ayat atau hadits yang tegas melarangnya.

Mengingat semua jenis darah termasuk darah manusia adalah najis berdasarkan

hadits Nabi, maka muncul pertanyaan: bolehkah memperjualbelikan darah? Di sini

mazhab Hanafi dan Daud Adz Dzahiri menyatakan bahwa jual beli barang najis

yang ada manfaatnya bagi manusia seperti kotoran hewan hukumnya boleh, maka

secara analogis mazhab ini berpendapat bahwa jual beli darah juga hukumnya boleh.

Akan tetapi secara etis dan moral hal ini sangat tercela, karena bertentangan dengan

tujuan semula yang utama, yakni menyelamatkan jiwa manusia.


35

DAFTAR PUSTAKA

Kisyik, Abdul Hamid. 1991. Mati Menebus Dosa. Jakarta: Gema Insani Press.

Potter dan Perry. 2002. Fundamental Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Ebrahim, Abul Fadl Mohsin. Fikih kesehatan. Penerbit Serambi. Jakarta. 2007

Hanafiah,Jusuf.1999.Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan.Jakarta:EGC

http://meetabied.wordpress.com/2009/11/02/hukum-kloning-tranplantasi-organ-
abortus-dan-bayi-tabung-menurut-islam/

http://fosmik-unhas.tripod.com/buletin.html

Sarimin,M.H, pandangan hukum islam terhadap transplantasi organ tubuh dan tran
fusi darah. http://pabondowoso.com

Qardawi, Yusuf, Fatwa fatwa Kontemporer, Jakarta: Gema Insani Press, jilid 2,
1995 ,
Zallum , Abdul Qadim, Hukmu Asy Syar’i fi Al Istinsakh, Naqlul A’dlaa’, ......,
Beirut, Libanon: Daar Al- Ummah, Cet 1, 1997
Zuhdi, Masjfuk, Pencangkokan Organ Tubuh dalam Masaail Fiqhiyah, Jakarta
: CV Haji Mas Agung, Cet IV, 1993
-------- , Inseminasi Buatan pada Hewan dan Manusia di tinjau dari Hukum Islam,
makalah seminar Universitas Malang, 2 april 1987.
http://konsultasi.wordpress.com/2007/01/13/transplantasi-organ/
http://nursing-transplan.blogspot.com/
http://osolihin.wordpress.com/2008/05/10/nasyrah-hukum-syara-transplantasi-organ-
tubuh/
36

DIKTAT
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Oleh:

Dr. M. Ali Sibram Malisi, M.Ag., M.Pd.


37

POLITEKNIK KESEHATAN
PALANGKA RAYA 2018

Anda mungkin juga menyukai