ISLAM
PENDAMPINGAN MASA KRITIS (PERAN PERAWAT
DALAM MEMBIMBING PASIEN) DAN LANGKAH –
LANGKAH SAKARATUL MAUT
Kelompok 8:
Bambang Sugiarto
Salsa Billa Nur Afifah
Elsa Sri Nursyifa
Indy Salsabila
PRODI KEPERAWATAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bimbingan rohani pasien merupakan bagian integral dari bentuk pelayanan
kesehatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan yang komprehensif, karena pada dasarnya
setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar spiritual (basic neds, Dadang hawari, 1999).
Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO
(world healt organization) yang menyatakan bahwa aspek agama (spritual) merupakan
salah satu unsur dari pengertian kesehatan seutuhnya (WHO,1984). Oleh karena itu
dibutuhkan dokter Terutama perawat untuk memenuhi kebutuhan spritual pasien.
Perawat memiliki peran untuk memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, sikologis,
dan spiritual klien. Akan tetapi, kebutuhan spiritual sering kali dianggap tidak Penting oleh
perawat. Padahal aspek spiritual sangat penting terutama untuk pasien yang di diagnosa
harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut dan seharusnya perawata
bisa menjadi apa yang dikemukakan oleh Henderson “the unique function of the nurse of
the nurse ia to assist the individual, sick or well in the performance of those activities
contributing to healt or its recovery (or to a) peaceful death) that he would perform
unaided if he had the necessary strength Will or knowledge” artinya fungsi unik perawat
adalah untuk membantu individu, baik yang sakit maupun yang sakit dalam melakukan
aktifitas yang bermanfaat bagi kesehatan atau pemulihannya (atau kematian yang damai)
yang akan ia lakukan tanpa bantuan jika ia mempunyai kemauan atau pengetahuan yang
kuat.
Biasanya Pasien yang membutuhkan bimbingan oleh perawat adalah pasien terminal,
pasien yang di diagnosis dengan penyakit berat dan tidak dapat disembuhkan lagi dimana
berakhir dengan kematian, sehingga pasien terminal biasanya bereaksi menolak, depresi
berat perasaan marah akibat ketidakberdayaan dan keputusasaan oleh sebab itu, peran
perawat Sangat dibutuhkan untuk mendampingi pasien yang meningkatkan untuk
meningkatkan semangat hidup klien meskipun harapannya sangat tipis.
Dalam konsep Islam, fase sakaratul maut sangat menentukan baik atau tidaknya
seseorang terhadap kematiannya untuk menemui Allah dan bagi perawat pun akan diminta
pertanggungjawabannya nanti untuk tugasnya dalam merawat pasien dirumah sakit. Dan
fase sakaratul maut adalah fase yang sangat berat dan menyakitkan seperti yang disebutkan
Rasulullah tetapi akan sangat berbeda bagi orang yang mengerjakan amal sholeh yang bisa
menghadapinya dengan tenang dan senang hati
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendampingan masa kritis
2. Apa langkah langkah sakaratul maut?
3. Apa adab terhadap jenazah?
4. Apa saja tatacara mengkafani jenazah?
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
PEMBAHASAN
2.1 Pendamping Masa Kritis
Definisi Pasien Kritis
Kritias adalah perubahan dalam proses yang mengindikasikan hasilnya sembuh atau
mati, sedangkan dalam bahasa yunani artinya berubah atau berpisah. Pasien kritis ada
pasien dengan disfungsi atau gagal pada satu atau lebih sistem tubuh, tergantung pada
penggunaan peralatan monitoring dan terapi. Suatu perawatan intensif adalah perawatan
yang menggabungkan teknologi tinggi dengan keahlian khusus dalam bidang perawatan
dan kedokteran gawat darurat yang dibutuhkan untuk merawat pasien sakit kritis. Pasien
kritis adalah pasien yang memerlukan pemantauan yang canggih dan terapi yang intensif.
َنَو ْيُت اْلُغ ْس َل َاَداًء َع ْن هَذ ااْلَم ِّيِتِ ِهلل َتَع اَلى
“Saya niat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari mayit (laki-laki) ini karena Allah
Ta’ala.”
b. Dewasa Perempuan
َنَو ْيُت اْلُغ ْس َل َاَداًء َع ْن هِذِه اْلَم ِّيَتِةِ ِهلل َتَع اَلى
“Saya niat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari mayit (perempuan) ini
dikarenakan Allah Ta’ala.”
c. Anak Laki Laki
َأْو (َس ْبًعا) ِإَذ ا َقاَل ِإْح َدى ُأَّم ُه ُثَّم َذ َك َرُه ِبَنَس ِبِه،)َنَو ْيُت اْلُغ ْس َل ِلَم ِّيٍت َفْر ًضا َقْد َأَداَء َفْر َض ُه َك َذ ا (َثاَل ًثا) َأْو (َخ ْم ًسا
“Aku niat mandi untuk jenazah anak laki-laki yang telah menunaikan kewajibannya
(mandi junub) seperti (tiga), (lima), atau (tujuh) kali mandi junub, jika salah satu dari
ibunya menyebutkannya, dan kemudian dia menyebutkannya dengan nama ayahnya.”
d. Anak Perempuan
َنَو ْيُت اْلُغ ْس َل ِلَم ِّيٍت َفْر ًضا َقْد َأَداَء َفْر َض ُه َك َذ ا (َثاَل ًثا) َأْو
(َأْو (َس ْبًعا) ِإَذ ا َقاَل ِإْح َدى ُأَّم ُه ُثَّم َذ َك َر ُه ِبَنَس ِبِه )َخ ْم ًسا
“Aku niat mandi untuk jenazah anak perempuan yang telah menunaikan kewajibannya
(mandi junub) seperti (tiga), (lima), atau (tujuh) kali mandi junub, jika salah satu dari
ibunya menyebutkannya, dan kemudian dia menyebutkannya dengan nama ayahnya.”
2. Jenazah di tempatkan di tempat yang terlindungi dari panas matahari,hujan
atau pandangan orang banyak.jenajah di tempatkan di tempat yang lebih tinggi
seperti dipan atau balai-balai
3. Memulainya dengan membaca basmalah
4. Jenajah di beri pakaian mandi (pakaian basahan)agar auratnya tetap tertutup
seperti sarung atau kain dan supaya mudah memandikannya
5. Membersihkan kotoran dan najis yang melekat pada anggota badan jenajah
dengan sopan dan lemah lembut
6. Jenajah di angkat(agak d dudukkan),kemudian perutnya di urut supayakotoran
yang mungkin masih ada di perutnya dapat keluar serta bersihkan
mulut,hidung,dan telinga
7. Kotoran yang ada pada kuku-kuku jari tangan dan kaki di bersihkan ,termasuk
kotoran yang ada d mulut dan gigi
8. Menyiramkan ai ke seluruh badan sampai merata dari atas kepala hingga
sampai ke kaki.setelah seluruh badan di siram air,kemudian di bersihkan
dengan sabun dan di siram kembali sampai bersih
Hadis nabi Muhammad SAW yang artinya:”dari Ummu Atiyah r.a. nabi SAW datang
kepada kamisewaktu kami memandikan putri beliau,kemudian beliau bersabda mandikan
lah ia tiga kali atau limakali atau lebih,kalo kamu Padang lebih baik dari itu,dengan air
serta daun bidar dan basuhla. Yang terakhir dengan campur kapur Barus.”(HR Bukhari
dan Muslim).pada riwayat lain,mulailah dengan bagian badannya yang kanan dang
anggahota wudu dari jenajah tersebut.
9. Jenajah d wudhukan
Laki-laki:
َنَو ْيُت َأْن ُأَو ِّد َي َح َّق اْلَم ِّيِت َو ُهَو َأْح ُّق ِبِه
“Aku niatkan untuk memandikan jenazah ini dengan niat mengikuti kewajiban
yang seharusnya dilakukan.”
Perempuan:
َنَو ْيُت َأْن ُأَو ِّد َي َح َّق اْلَم ِّيَتِة َوِهَي َأْح ُّق ِبِه
“Aku niatkan untuk memandikan jenazah perempuan ini dengan niat
mengikuti kewajiban yang seharusnya dilakukan.”
10. Setelah di wudhukan dan terakhir di siram dengan air yang di campur kapur
barus, daun bidara, wewangian yang lainnya agar berbau harum. Air untuk
memandikan jenazah hendaknya air biasa yang suci dan menyucikan kecuali
dalam keadaan darurat.
11. Dikeringkan dengan kain atau handuk.
2.5 Tata Cara Mengkafani jenazah
1. Siapkan perlengkapan untuk mengkafani yaitu sebagai berikut;
›⟩ Kain kafan 3 helai untuk lqki-laki dan sesuai ukuran panjang
badannya. Kain kafan 5 helai untuk perempuan dan sesuai ukuran panjang badannya
›⟩ Kapas secukupnya
›⟩ Bubuk cendana
›⟩ Minyak wangi
2. Cara Mengkafani
1. Kain kafan untuk mengkafani jenazah paling sedikit satu lembar yang dapat di
pergunakan untuk menutupi seluruh tubuh jenazah, baik laki-laki ataupun perempuan.
Akan tetapi, jika mampu disunahkan bagi jenazah laki-laki dikafani dengan tiga lapis atau
helai kain tanpa baju dan sorban. Masing-masing lapis menutupi seluruh tubuh jenazah
laki-laki. Sebagian ulama berpendapat bahwa tiga lapis itu terdiri dari izar (kain untuk alas
mandi) dan dua lapis yang menutupi seluruh tubuhnya.
2. Cara memakaikan kain kafan untuk jenazah tersebut ialah kain kafan itu
dihamparkan sehelai-sehelai dan ditaburkan harum-haruman seperti kapur barus dan
sebagainya diatas tiap-tiap lapis itu. Jenazah kemudian diletakkan diatas hamparan kain
tersebut. Kedua tangannya diletakkan diatas dadanya dan tangan kanan berada diatas
tangan kiri. Hadist Nabi Muhammad SAW yang artinya: “ Dari Aisyah r.a bahwa
Rasulullah SAW dikafani dengan tiga kain putih bersih yang terbuat dari kapas dan tidak
ada didalamnya baju maupun sorban.” (H.R Bukhari dan Muslim)
3. Adapun untuk jenazah wanita disunahkan untuk dikafani dengan lima lembar kain
kafan, yakni kain basahan (kain alas), baju, tutup kepala, dan kain yang menutupi seluruh
tubuhnya. Diantara beberapa helai atau lapisan kain diberi harum-haruman. Cara
memakainya yaitu mula-mula dihamparkan kain untuk membungkus jenazah. Setelah itu,
jenazah diletakkan diatasnya setelah kain tersebut diberi harum-haruman. Kemudian
jenazah dipakaikan kain basahan (kain alas), baju, dan tutup kepala yang masing-masing
diberi harum-haruman. Selanjutnya jenazah dibungkus seluruh tubuhnya dengan kain
pembungkus. Hadist Nabi Muhammad SAW yang artinya: “Dari Laila binti Qanif ia
berkata saya adalah salah seorang yang ikut memandikan Ummu kulsum binti Rasulullah
SAW ketika meninggalnya. Yang mula-mula diberikan oleh Rasulullah kepada kami ialah
kain basahan (kain alas), baju, tutup kepala, dan sesudah itu dimasukkan kedalam kain
yang lain (yang menutupi seluruh tubuhnya). Selanjutnya Laila berkata, waktu Rasulullah
Saw ditengah pintu membawa kafannya, dan memberikan kepada kami sehelai-sehelai.”
(HR.Ahmad dan Abu Daud).
Catatan:
Jika seorang meninggal dunia dalam keadaan Ikhram,baik Ikhram haji atau Ikhram umrah
tidak boleh ditaburi atau diberi wangi-wangian dan tutup kepala.
1.lubang-lubang seperti lubang hidung dan lubang telinga disumpal dengan kapas
2.lapisi bagian-bagian tertentu dengan kapas
Menyolatkan Jenazah
Sholat jenazah ialah sholat yang dikerjakan sebanyak empat kali takbir dalam rangka
mendoakan orang muslim yang sudah meninggal.Jenazah yang disholatkan ini ialah yang
telah dimandikan dan dikafani. Hadist nabi Muhammad Saw Rasulullah Saw bersabda
sholatkanlah olehmu orang-orang yang meninggal. (HR.Ibnu Majjah).
Adapun tata cara menyolatkan Jenazah adalah sebagai berikut:
1. Posisi kepala jenazah berada disebelah kanan, imam menghadap ke arah kepala
jenazah bila jenazah tersebut laki-laki dan menghadap ke arah perut bagi jenazah
perempuan. Makmum akan lebih baik bila dapat diusahakan bila lebih dari satu saf.
Saf bagi makmum perempuan berada di belakang saf laki-laki
2. Syarat orang yang dapat melaksanakan sholat jenazah adalah menutup aurat, suci
dari hadas besar dan hadasd kecil, bersih badan pakaian dan tempat dari najis, serta
menghadap kiblat.
3. Jenazah telah di mandikan dan dikafani
4. Letak jenazah berada di depan orang yang menyolatkan, kecuali pada sholat ghoib
Rukun sholat jenazah adalah sebagai berikut
a) Niat
b) Berdiri bagi yang mampu
c) Takbir empat kali
d) Membaca surat Al-fatihah
e) Membaca sholawat nabi
f) Mendoakan jenazah
g) Memberi salam
Tata cara pelaksanaan sholat jenazah adalah sebagai berikut
1) Mula-mula seluruh jamaah berdiri dengan berniat melakukan
sholat jenazah dengan empat
َنَو ْيُت َأْن ُأَص ِّلَي َفْر َض اْلَج َناَز ِة َأْر َبَع َتْك ِبيَر اٍت َم ْأُم ْو ًم ا ِهَّلِل َتَعاَلى
“Aku niat melaksanakan shalat fardhu jenazah empat takbir, berjamaah, karena Allah
Ta’ala.
2) Kemudian takbiratul Ikhram yang pertama dan setelah takbir
pertama itu melanjutkan surat Al-fatihah
3) Takbir yang kedua dan setelah takbir yang kedua membaca
sholawat atas nabi Muhammad Saw
4) Takbir yang ketiga dan setelah yg takbir yang ketiga membaca doa
jenazah. Bacaan doa bagi jenazah adalah sebagai berikut
1.Doa Setelah Takbir Pertama (Takbiratul Ihram): ُسْبَح اَنَك الَّلُهَّم َو ِبَحْمِد َك َو َتَباَر َك اْس ُم َك َو َتَع اَلى َج ُّد َك
َو اَل ِإَلَه َغْيُرَك
“Maha suci Engkau, ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Diberkati
nama-Mu dan tinggi martabat-Mu. Tidak ada ilah selain dari-Mu.”
2.Doa Setelah Takbir Kedua: الَّلُهَّم َص ِّل َع َلى ُمَحَّمٍد َو َع َلى آِل ُمَحَّمٍد َك َم ا
َص َّلْيَت َع َلى ِإْبَر اِهيَم َو َع َلى آِل ِإْبَر اِهيَم ِإَّنَك َحِم يٌد َمِج يٌد
“Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan salam atas Nabi Muhammad
dan keluarganya, sebagaimana Engkau limpahkan rahmat dan
salam kepada Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau
Maha Terpuji, Maha Mulia.”
3.Doa Setelah Takbir Ketiga: الَّلُهَّم ِإِّني َأُع ْو ُذ ِبَك ِم ْن َع َذ اِب اْلَقْبِر َوِم ْن َع َذ اِب
َجَهَّنَم َوِم ْن ِفْتَنِة اْلَم ْح َيا َو اْلَمَم ا ِت َوِم ْن ِفْتَنِة اْلَم ِس ْيِح الَّد َّجاِل
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, siksa
neraka, fitnah kehidupan dan kematian, serta fitnah Al-Masih Ad-
Dajjal.”
4.Doa Setelah Takbir Keempat: الَّلُهَّم اْغ ِفْر َلُه َو اْر َحْم ُه َو َعاِفِه َو اْعُف َع ْنُه
“Ya Allah, ampunilah dia, berilah rahmat kepadanya, berikanlah
kesehatan kepadanya, dan maafkanlah dia.”
5) Memperbanyak saf, jika Jumlah jamaah yang menyolatkan
Jenazah itu sedikit, lebih baik mereka dibagi tiga saf.Apabila
jamaah sholat jenazah terdiri dari empat orang, lebih baik
dijadikan dua saf masing-masinh saf dua orang dan makruh Judika
dijadikan tiga saf karena ada saf yang terdiri dari satu orang.
Menguburkan Jenazah
Setelah selesai menyolatkan, hal terakhir yang harus dilakukan adalah menguburkan atau
memakamkan jenazah. Tata cara pemakaman atau penguburan tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Tanah yang telah ditentukan sebagai kuburan digali dan dibuatkan liang
lahat sepanjang badan jenazah. Dalamnya jenazah dibuat kira-kira
setinggi orang ditambah setengah lengan dan lebarnya kira-kira satu
meter, didasar lubangnya dibuat miring lebih dalam ke arah kiblat.
Maksudnya adalah agar jasad tersebut tidak mudah dibongkar binatang.
2) Setelah sampai ditempat pemakaman jenazah dimasukkan ke dalam
liang lahat dengan posisi miring dan menghadap kiblat. Pada saat
meletakkan jenazah, hendaknya dibacakan lafazd-lafazd berikut
ِبْس ِم ِهللا َو َع َلى ِم َلِة َر ُسْو ِل ِهللا
“Dengan nama Allah dan atas agama Rasulullah.”
3) Tali-tali pengikat kain kafan dilepas, pipi kanan dan ujung kaki
ditempelkan pada tanah. Setelah itu jenazah ditutup depan papan atau
bambu. Diatasnya ditimbun dengan tanah sampai galian liang kubur itu
rata. Tinggikan kubur itu dari tanah biasa sekitar satu jengkal dan diatas
kepala diberi tanda batu nisan
4) Setelah selesai menguburkan, dianjurkan berdoa, mendoakan dan
memohonkan ampunan untuk jenazah. Hadist nabi Muhammad Saw
yang berbunyi yang artinya: “Dari Usman menceritakan bahwa nabi
Muhammad Saw apabila telah selesai menguburkan jenazah,beliau
berdiri diatasnya dan bersabda mohonkanlah ampun untuk sodaramu
dan mintakanlah untuknya supaya diberi ketabahan karena
sesungguhnya sekarang ia sedang ditanya.” (HR Abu Daud dan
Hakim)
Tatakrama yang sebaiknya dilakukan ketika akan menguburkan jenazah antara lain mengiri
jenazah dengan diam sambil berdoa, tidak turut mengiringi, kecuali jika memungkinkan
bagi perempuan, membaca salam ketika masuk pemakaman. Tidak duduk hingga jenazah
diletakkan, membuat lubang kubur yang baik dan dalam, orang yang turun kedalam kubur
bukan orang yang berhadas besar, tidak mengubur pada waktu yang terlarang, tidak
meninggikan tanha kuburan terlalu tinggi, tidak duduk diatas kuburan, dan tidak jalan-jalan
diatas kuburan.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendampingan keagamaan sangat penting diberikan bagi pasien, ketika medis membuat
prediksi beratnya penyakit bahkan sampai kemudian dinyatakan sudah tidak bisa dilakukan
apa-apa, bisa jadi pendamping keagamaan membawa pasien pada tingkat kepasrahan yang
tinggi, setelah itu terjadi perbaikan dari penyakit itu.
›⟩Kewajiban penyelenggaraan jenazah
Memandikan, mengkafani, mennyolatkan dan menguburnya
›⟩Kewajiban terhadap jenazahnya ada empat macam, yaitu
a) Memandikannya
b) Mengkafaninya
c) Menyolatkannya
d) Menguburkannya
›⟩Kewajiban orang yang hidup kepada yang meninggal ada dua hal yaitu kewajiban
terhadap jenazahnya dan kewajiban kepada harta peninggalannya
3.1 Saran
Demikian makalah di ni dibuat dengan sebaik-baiknya, namun sebagai manusia, penulis
selaalu tidak lepas dari kesalahan.Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun
penulis sangat harapkan untuk menyempurnakan makalah ini, agar penulis dapat
memperbaiki pembuatan makalah penulis diwaktu yang akan datang.