Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN

MENJELANG AJAL DAN PERAWATAN JENAZAH

Rachmat Nurhilal (P1337420217087)


Alif Fahrunisa (P1337420217090)
Desi Kurniawati (P1337420217093)
Anggit Auliana Nuzul (P1337420217095)
Fihrin Ashfihani Sholihah (P1337420217099)
Ismi Nurhafifah (P1337420217105)
Putri Bela Rosa Inas (P1337420217109)
Fachrizal Jodi Prabowo (P1337420217115)
Melli Dwi Rahmawati (P1337420217117)
Ika Yuliana (P1337420217122)
KONSEP DASAR PERAWATAN
PADA PASIEN MENJELANG AJAL
1. Definisi
Kematian/mati adalah apabila seseorang tidak lagi teraba denyut nadinya,
tidak bernapas selama beberapa menit, dan tidak menunjukkan segala refleks,
serta tidak ada kegiatan otak (Nugroho, 2008).

2. Ciri- Ciri/ Tanda Klien Menjelang Kematian


• Gerakan dan pengindraan menghilang secara berangsur-angsur
• Gerakan peristaltik usus menurun
• Tubuh klien lanjut usia tampak menggembung
• Badan dingin dan lembab, terutama pada kaki, tangan, dan ujung hidungnya
• Kulit tampak pucat, berwarna kebiruan/kelabu
• Denyut nadi mulai tidak teratur
• Napas mendengkur berbunyi keras (stridor)
• Tekanan darah menurun
• Terjadi gangguan kesadaran (ingatan menjadi kabur)
3. Penyebab Kematian
a. Penyakit
1) Keganasan (karsinoma hati, paru, mammae).
2) Penyakit kronis, misalnya: CVD (cerebrovascular diseases),
CRF (chronic renal failure [gagal ginjal] ), Diabetes melitus
(gangguan endokrin), MCI (myocard infarct [gangguan
kardiovaskular] ), COPD (chronic obstruction pulmonary diseases)
b. Kecelakaan (hematoma epidural)
4. Teori-Teori Kematian dan Menjelang Ajal
• Teori Elizabeth Kubler-Ross mengatakan bahwa orang yang
menjelang ajal mengalami lima tahap, yaitu :
Tahap I : penyangkalan dan isolasi
Tahap II : Kemarahan dan penyangkalan
Tahap III : tawar menawar
Tahap IV : depresi
Tahap V : Menerima
• Menurut Amberton mengisolasi empat strategi koping utama
yang digunakan oleh orang yang menjelang ajal : penyangkalan ,
ketergantungan , pemindahan , dan regresi. Teorinya menekankan
pada suatu pendekatan tim dalam merawat orang yang
menjelang ajal, dengan focus pada pendekatan asuhan paliatif
daripada pendekatan kuratif
5. Tahap Kematian
a. Tahap Pertama (Penolakan): kejutan dan penolakan
b. Tahap Kedua (Marah): ditandai oleh rasa marah dan emosi
c. Tahap Ketiga (Tawar-Menawar): mempunyai permintaan
terakhir
d. Tahap Keempat (Sedih/Depresi)
e. Tahap Kelima (Menerima/Asertif)
6. Pengaruh Kematian Terhadap keluarga Klien
• Bersikap kritis terhadap cara perawatan
• Keluarga dapat menerima kondisinya
• Terputusnya komunikasi dengan orang yang menjelang maut
• Penyesalan keluarga dapat mengakibatkan orang yang
bersangkutan tidak dapat mengatasi rasa sedih
• Pengalihan tanggung jawab dan beban ekonomi
• Keluarga menolak diagnosis
• Mempersoalkan kemampuan tim kesehatan
7. Hak Asasi Pasien Menjelang Ajal
 Berhak untuk tetap merasa mempunyai harapan, meskipun fokusnya
dapat saja berubah.
 Berhak untuk dirawat oleh mereka yang dapat menghidupkan terus
harapan, walaupun dapat berubah.
 Berhak untuk merasakan perasaan dan emosi mengenai kematian
yang sudah mendekat dengan caranya sendiri.
 Berhak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan mengenai
perawatannya
 Berhak untuk mengharapkan terus mendapat perhatian medis
dan perawatan, walaupun tujuan penyembuhan harus diubah
menjadi tujuan memberi rasa nyaman.
 Berhak untuk tidak mati dalam kesepian.
 Berhak untuk bebas dalam rasa nyeri.
 Berhak untuk memperoleh jawaban yang jujur atas pertanyaan.
 Berhak untuk tidak ditipu.
 Berhak untuk mendapat bantuan dari dan untuk keluarganya
dalam menerima kematian
 Berhak untuk mati dengan tenang dan terhormat.
 Berhak untuk mempertahankan individualitas dan tidak di-hakimi
atas keputusan yang mungkin saja bertentangan dengan orang
lain.
 Membicarakan dan memperluas pengalaman keagamaan dan
kerohanian.
 Berhak untuk mengharapkan bahwa kesucian tubuh manusia
akan dihormati sesudah mati.
8. Perawatan Paliatif Pada Lanjut Usia Menjelang Ajal
Perawatan paliataif adalah semua tindakan aktif untuk meringankan
beban penderita, terutama yang tidak mungkin disembuhkan.
Tujuan perawatan paliatif adalah mencapai kualitas hidup maksimal bagi
si sakit (lanjut usia) dan keluarganya. Perawatan paliatif tidak hanya
diberikan kepada lanjut usia yang menjelang akhir hayatnya, tetapi
deberikan segera setelah didiagnosis oleh dokter bahwa lanjut usia
tersebut menderita penyakit yang tidak ada harapan untuk sembuh.
Tim Perawatan Paliatif Tim perawatan paliatif tertidiri atas tim
terintegrasi, antara lain dokter, perawat, psikolog, ahli fisioterapi, pekerja
sosial medis, ahli gizi, rohaniawan, dan relawan.
Dari keseluruhan gejala, petugas, keluarga, dan pasien menganggap
bahwa masalah yang berat untuk dihadapi adalah masalah perawatan,
nyeri, nutrisi, dan masalah rehabilitasi medis. Data tersebut memperjelas
dan mempertajam arah dan sikap yang perlu dilakukan oleh tim
perawatan paliatif. Kerja sama yang erat antara anggota tim perawatan
paliatif dengan keluarga pasien dirasakan sebagai kebutuhan utama yang
paling mendukung perawatan paliatif.
Konsep Asuhan Keperawatan Pada
Lansia Yang Menjelang Kematian
1. Pengkajian
Pengumpulan data dimulai dengan upaya untuk mengenai
pasien dan keluarganya. Siapa pasien itu dan bagaimana
kondisinya akan membahayakan jiwanya. Rencana pengobatan
apa yang telah dilaksanakan? Tindakan apa saja yang telah
diberikan? Adakah bukti mengenai pengetahuannya,
prognosisnya, dan pada tahap proses kematian yang mana
pasien berada? Apakah ia menderita rasa nyeri? Apakah anggota
keluarganya mengetahui prognosisnya dan bagaimana reaksi
mereka? Filsafat apa yang dianut oleh pasien dan keluarganya
mengenai hidup dan mati. Pengkajian keadaan, kebutuhan, dan
masalah kesehatan/keperawatan pasien khususnya. Sikap pasien
terhadap penyakitnya, antara lain apakah Pasien tabah terhadap
penyakitnya, apakah pasien menyadari tentang penyakitnya?
1) Perasaan takut. Kebanyakan pasien merasa takut terhadap rasa nyeri
yang tidak terkendalikan yang begitu sering diasosiasikan dengan
keadaan sakit terminal, , terutama apabila keadaan itu disebabkan oleh
penyakit yang ganas.
2) Emosi pasien
3) Tanda vital : Perubahan fungsi tubuh sering kali tercermin pada suhu
badan, denyut nadi, pernapasan, dan tekanan darah.
4) Kesadaran : Kesadaran yang sehat dan adekuat dikenal dengan awas
waspada, yang merupakan ekspresi terhadap apa yang dilihat,
didengar, dialami, dan perasaan keseimbanagn, nyeri, suhu, raba, getar,
grek, gerak tekan dan sikap, bersifat adekuat, yaitu tepat dan sesuai
5) Fungsi tubuh : Tubuh terbentuk atas banyak jaringan dan organ. Setiap
organ mempunyai fungsi khusus.
6) Tingkat kesadaran :
Komposmentis = Sadar sempurna.
Apatis = Tidak ada perasaan/ kesadaran menurun (masa bodoh)
Somnolen = Kelelahan (mengentuk berat)
Soporus = Tidur lelep patologis (tidur pulas)
Subkoma = Keadaan tidak sadar/hamper koma.
Koma = Keadaan pingsan lama disertai dengan penurunan daya reaksi
(keadaan tidak sadar walaupun dirangsang dengan apa pun/ tidak
dapatdisadarkan)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas kematian berhubungan dengan ancaman kematian
(00146)
b. Distres spiritual b.d menjelang ajal (00066)
c. Kesiapan meningkatkan proses keluarga b.d mengungkapkan
keinginan meningkatkan keselamatan anggota keluarga
(00159
Intervensi Keperawatan
DX NOC NIC EVALUASI
Ansietas Setelah dilakukan tindakan NIC : perawatan kondisi
kematian keperawaan selama ... x ... akhir kehidupan
b.d diharapkan masalah dapat monitor perubahan
ancaman teratasi dengan kriteria suasana hati
kematian hasil : kematian yang minimalkan
nyaman (2007) ketidaknyamanan bila
mungkin
cari jalan alternatif ketika
masalah yang diatasi
bertambah
modifikasi
lingkungan,berdasarkan
kebutuhan dan keingnan
pasien
fasilitasi untuk
mendapatkan dukungan
spiritual bagi pasien
sertakan keluarga dalam
keptusan dan kegiatan
perawatan seperti yang
PERAWATAN JENAZAH
1. Pengertian
Perawatan klien setelah meninggal, adalah tindakan menyiapkan
jenazah untuk diperlihatkan pada keluarga, transportasi ke
kamar jenazah, dan melakukan disposisi (penyerahan) barang –
barang milik klien.

2. Indikasi
Perawatan jenazah dimulai setelah dokter menyatakan kematian
klien. Jika klien meninggal karena kekerasan atau dicurigai akibat
tindak kriminalitas, perawatan jenazah dilakukan setelah
pemeriksaan medis lengkap melalui autopsi.
3. Persiapan Alat
1) Kasa / perban gulung 3 helai, 50 cm
2) Sarung tangan
3) Pengganjal dagu
4) Kapas sublimat
5) Kain penutup jenazah
6) Label identifikasi
7) Plester penahan untuk menutup luka atau pungsi
8) Tas plastik untuk tempat barang – barang klien
9) Air dalam baskom
10) Sabun
11) Handuk
12) Selimut mandi
13) Daftar barang berharga
14) Peniti
15) Sisir
4. Persiapan Perawat
1) Mencuci tangan
2) Mempersiapkan alat
3) Menggunakan sarung tangan
5. Prosedur Kerja
• Siapkan alat yang diperlukan dan bawa ke dalam ruangan
• Atur lingkungan di sekitar tempat tidur. Jika kematian terjadi pada unit
multibed, jaga privasi klien yang lain, tutup pintu koridor, cuci tangan.
• Pastikan pasien sudah dalam kondisi meninggal (pupil melebar, nadi
tidak teraba, henti nafas)
• Atur posisi jenazah supinasi/posisi anatomis.
• Lepaskan semua alat – alat invasif yang masih terpasang pada tubuh
jenazah
• Bersihkan badan. Dengan menggunakan air bersih, bersihkan area tubuh
dari kotoran, seperti darah, feses, atau muntahan. Jika kotoran terdapat
pada area rectum, uretra, atau vagina, letakkan kasa untuk menutup
setiap lubang dan rekatkan dengan plester untuk mencegah pengeluaran
lebih lanjut.
• Bila ada luka tutup luka dengan kassa. Ganti balutan bila ada. Balutan
yang kotor harus diganti dengan yang bersih. Bekas plester dihilangkan
dengan bensin atau larutan yang lain sesuai dengan peraturan RS.
• Rapikan rambut dengan sisir rambut
• Tutup mata, dengan menggunakan kapas yang secara perlahan
ditutupkan pada kelopak mata dan plester jika mata tidak tertutup.
• Luruskan badan, dengan lengan diletakkan menyilang tubuh pada
pergelangan tangan dan menyilang abdomen dan diikat dengan perban.
(dilakukan berdasarkan keyakinan masing-masing ).
• Luruskan dan satukan kedua ibu jari kaki dan diikat dengan kassa
perban.
• Ikat bagian kaki (lutut dan pergelangan kaki).
• Ambil gigi palsu jika diperlukan dan tutup mulut. Bila perlu lakukan
pengikatan dagu menggunakan tali perban dari dbawah dagu ke kepala
agar mulut tertutup.
• Lepaskan perhiasan dan barang berharga di hadapan keluarga. Pada
umumnya semua cincin, anting, gelang, dll dilepas dan ditempatkan
pada tas plastic tempat barang berharga, termasuk kacamata, kartu,
surat, kunci, barang religi. Beri label identitas.
• Jaga keamanan barang berharga klien. Ikuti peraturan RS untuk barang
berharga. Tempatkan di kantor perawat sampai dapat disimpan di
tempat yang lebih aman atau diserahkan kepada keluarga.
• Beri label identifikasi pada jenazah. Label identitas berisi nama, umur
dan jenis kelamin, tanggal, nomor RS, nomor kamar, dan nomor dokter.
Sesuai dengan peraturan RS, ikatkan label identitas pada pergelangan
tangan atau pergelangan kaki atau plester label pada dada depan klien.
• Tutup jenazah dengan kain penutup jenazah.
• Bereskan dan bersihkan kamar pasien.
• Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan (identitas pasien waktu
meninggal, barang berharga yang diserahkan pada keluarga).
Perawatan Jenazah yang akan diotopsi
• Ikuti prosedur rumah sakit dan jangan lepas alat kesehatan
• Beri label pada pembungkus jenazah
• Beri label pada alat protesa yang digunakan
• Tempatkan jenazah pada lemari pendingin

Perawatan jenazah yang meninggal akibat kasus penyakit menular


• Luruskan tubuh, tutup mata, telinga dan mulut dengan kapas
• Lepaskan alat kesehatan yang terpasang
• Setiap luka harus diplester rapat
• Tutup semua lubang tubuh dengan plester kedap air
• Membersihkan jenazah perhatikan beberapa hal :
 Sebaiknya menggunakan masker penutup mulut.
 Harus menggunakan sarung tangan karet.
 Sebaiknya menggunakan apron / untuk melindungi tubuh
dalam keadaan tertentu.
 Menggunakan air pencuci yang telah dibubuhi bahan
desinfektan
 Mencuci tangan dengan sabun setelah
membersihkan jenazah (sebelum sarung tangan dilepaskan
dan sesudah sarung tangan dilepaskan).
 Pasang label identitas jenazah pada kaki.
 Keluarga/teman diberi kesempatan untuk melihat jenazah
 Memberitahukan kepada petugas kamar jenazah bahwa
jenazah adalah penderita penyakit “menular”
 Jenazah dikirimkan ke kamar jenazah
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai