Anda di halaman 1dari 15

Mendampingi Klien Yang Kehilangan

Mendampingi Klien Yang kehilangan


Menjadi tua adalah proses alamiah yang akan dihadapi oleh setiap mahluk hidup dan
meninggal dengan tenang adalah dambaan setiap insan. Namun sering kali harapan
dan dambaan tersebut tidak tercapai. Dalam masyarakat kita, umur harapan hidup
semakin bertambah dan kematian semakin banyak disebabkan oleh penyakit-penyakit
degeneratif seperti kanker dan stroke. Pasien dengan penyakit kronis seperti ini akan
melalui suatu proses pengobatan dan perawatan yang panjang. Jika penyakitnya
berlanjut maka suatu saat akan dicapai stadium terminal yang ditandai dengan oleh
kelemahan umum, penderitaan, ketidak berdayaan, dan akhirnya kematian.
Sebagin besar kematian di rumah sakit adalah kematian akibat penyakit kronis dan
terjadi perlahan-lahan. Pada umumnya, dokter dan perawat lebih mudah menghadapi
kematian yang muncul secara perlahan-lahan. Mereka tidak dipersiapkan dengan baik
untuk berhadapan dengan ancaman kematian. Ditengah keputusasaan, sering kali
terdengar Kami sudah melakukan segalanya yang bisa dilakukan........
Namun kini telah mulai disadari untuk pasien terminal pun profesi medis masih dapat
melakukan banyak hal. Jika upaya kuratif tidak dimunginkan lagi, masih luas
kesempatan untuk upaya paliatif. Pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis
tidak hanya mengalami berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan
berat badan, gangguan aktivitas tetapi juga mengalami gangguan psikososial dan
spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya. Maka kebutuhan
pasien pada stadium lanjut suatu penyakit tidak hanya pemenuhan/pengobatan gejala
fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan
spiritual yang dilakukan dengan pendekatan interdisiplin yang dikenal sebagai
perawatan paliatif atau palliative care. Dalam perawatan paliatif maka peran perawat
adalah memberikan Asuhan Keperawatan pada Pasien Terminal untuk membantu
pasien menjalani sisa hidupnya dalam keadaan seoptimal mungkin.
Konsep Kehilangan dan berduka
(sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya: Asuhan Keperawatan pada pasien
kehilangan dan berduka)
Arti Kematian
Kematian terjadi bila:
- Fungsi spontan pernafasan dan jantung telah terhenti secara pasti
- Penghentian ireversibel setiap fungsi otak telah terbukti
Meninggal dunia adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli kedokteran yang
berwenang bahwa fungsi otak, pernafasan dan denyut jantung terhenti.jantung
seseorang telah terhenti.
Tanda-tanda Kematian
1. Dini:
Pernafasan terhenti , penilaian > 10 menit (inspeksi, palpasi auskultasi)
Terhentinya sirkulasi, penilaian 15 menit, nadi karotis tidak teraba

Kulit pucat
Tonus otot menghilang dan relaksasi
Pembuluh darah retina bersegmentasi beberapa menit pasca kematian
Pengeringan kornea yang menimbulkan kekeruhan dalam 10 menit (hilang dengan
penyiraman air)
2. Lanjut (Tanda pasti kematian)
Lebam mayat (livor mortis)
Kaku mayat (rigor mortis)
Penuruna suhu tubuh (algor mortis)
Pembusukan (dekomposisi)
Adiposera (lilin mayat)
Mumifikasi
Perawatan Setelah Kematian
Menangani tubuh klien secepat mungkin untuk mencegah kerusakan jaringan atau
perubahan bentuk tubuh (setelah kematian tubuh akan mengalami perubahan fisik)
Beri kesempatan keluarga untuk melihat tubuh klien
Luangkan waktu bersama keluarga untuk membantu mereka dala melewati masa
berduka
Siapkan kondisi ruangan sebelum keluarga melihat mayat klien
Perawat menyiapkan tubuh klien dengan membuatnya tampak sealamiah dan
senyaman mungkin
Dampak sakit Terminal
Gangguan psikologis
Gangguan somatis
Gangguan seksual
Gangguan sosial
Gangguan dalam bidang pekerjaan
GEJALA DAN MASALAH YANG SERING DIJUMPAI PADA BERBAGAI SISTEM ORGAN
Sistem Gastrointestinal
- Anorexia
- Konstipasi
- Mulut kering dan bau
- Kandidiasis dan sariawan mulut
Sistem Genitourinaria
- Inkontinensia urin
Sistem Integumen
- Kulit kering/pecah-pecah
- Dekubitus
Sistem Neurologis :
- Kejang
Perubahan Status Mental
- Kecemasan

- Halusinasi
- Depresi
Asuhan Keperawatan pada Pasien Terminal
a. Pengkajian
Faktor Predisposisi
Faktor Presipitasi (Kehilangan bio, psiko, sosial, spiritual)
Perilaku
Mekanisme Koping
b. Diagnosa Keperawatan
1. Dukacita adaptif b.d kehilangan kepemilikan pribadi
2. Dukacita maladaptif b.d penyakit Terminal kronis
3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor psikologis (respon
dukacita yang tertahan)
4. Perubahan proses keluarga b.d transisi/krisis situasi
5. Isolasi sosial b.d sumber pribadi tidak adequat
6. Gangguan pola tidur b.d stress karena respon berduka
7. Distress spiritual b.d perpisahan dari ikatan keagamaan dan kultural
c. Intervensi
1. Akomodasi dukacita
2. Menerima realitas kehilangan
3. Mencapai kembali rasa harga-diri
4. Memperbarui aktivitas atau hubungan normal
5. Terpenuhinya kebutuhan fisiologis, perkembangan dan spiritual
6. Mencapai kembali dan mempertahankan kenyamanan
7. Mempertahankan kemandirian dalam aktivitas sehar-hari
8. Mempertahankan harapan
9. Mencapai kenyamanan spiritual
10. Meraih kelegaan akibat kesepian dan isolasi
d. Implementasi
1. Komunikasi terapeutik
a. Denial
Pembantahan ini menyangkut penyakit atau pronologis yang fatal. Pembantahan ini
hanya diepaskan sedikit demi sedikit dalam suatu relasi kepercayaan dan pasien untuk
diberi waktu untuk itu.

b. Anger
Dalam fase ini pasien memberontak melawan suratan nasip ,melawan Tuhan. Secara
konkrit kemarahannya diarahkan kepada dokter, perawat atau keluarga terdekat. Yang
penting ialah dokter atau perawat tidak menanggapi dengan mencap pasien sebagai
pasien rewel.

c. Bergaining
Pasien mencoba meloloskan diri dari nasibnya atau sekurang-kurangnya menundanya.
Dalam fase ini kita sering melihat pasien mencari kesembuhan dangan konsutasi pada
dokter lain atau ia mencoba pengobatan alternatif
d. Depression
Jika akhir keAhidupan harus diakui dengan tidak mungkin dihindarkan lagi, pasien
menjadi sedih dan depresi. Konselor berusaha mendobrak kesedihan, terutama
membuat pasien menyelesaikan hal-hal yang masih harus diurus atau memperbaiki
kesalahan dahulu. Dengan cara ini pasien dapat meninggal dengan tenang dan damai.
e. Aceptence
Dalam fase ini konselor tidak boleh kecewa kalu fase terakhir tidak tercapai. Konselor
harus mendampingi pasien dan tidak memaksa cara yang paling dianggap ideal
Orang yang paling dapat bertindak sebagai konseling kepada pasien terminal adalah
dokter. Selain itu perawat seringkali juga paling dekat dengan pasien juga dapat
memberikan konstribusi yang sangat berharga.
Hal penting yang harus dimiliki konselor adalah empati, yang penting pasien
mendapat kepastian bahwa ia tidak ditinggalkan sendirian.
2. Pemeliharaan harga diri
3. Peningkatan kembalinya aktivitas kehidupan
4. Merawat klien menjelang ajal dan keluarganya

Mendampingi Pasien Yang Kritis


Mendampingi pasien yang krisis
Artikel mendampingi pasien kritis
Bimbingan rohani pasien merupakan bagian integral dari bentuk pelayanan kesehatan dalam
upaya pemenuhan kebutuhan bio-Psyco-Socio-Spritual ( APA, 1992 ) yang komprehensif, karena
pada dasarnya setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar spiritual ( Basic spiritual needs,
Dadang Hawari, 1999 ).
Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO yang
menyatakan bahwa aspek agama ( spiritual ) merupakan salah satu unsur dari pengertian
kesehataan seutuhnya (WHO, 1984). Oleh karena itu dibutuhkan dokter, terutama perawat untuk
memenuhi kebutuhan spritual pasien.
Perawat memiliki peran untuk memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan
spiritual klien. Akan tetapi, kebutuhan spiritual seringkali dianggap tidak penting oleh perawat.
Padahal aspek spiritual sangat penting terutama untuk pasien yang didiagnosa harapan
sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut dan seharusnya perawat bisa menjadi
seperti apa yang dikemukakan oleh Henderson, The unique function of the nurse is to assist the
individual, sick or well in the performance of those activities contributing to health or its
recovery (or to a peaceful death) that he would perform unaided if he had the necessary strength
will or knowledge,maksudnya perawat akan membimbing pasien saat sakaratul maut hingga
meninggal dengan damai.
Biasanya pasien yang sangat membutuhkan bimbingan oleh perawat adalah pasien terminal

karena pasien terminal, pasien yang didiagnosis dengan penyakit berat dan tidak dapat
disembuhkan lagi dimana berakhir dengan kematian, seperti yang dikatakan Dadang Hawari
(1977,53) orang yang mengalami penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak
mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual,dan krisis kerohanian sehingga pembinaan
kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus. Sehingga, pasien
terminal biasanya bereaksi menolak, depresi berat, perasaan marah akibat ketidakberdayaan dan
keputusasaan. Oleh sebab itu, peran perawat sangat dibutuhkan untuk mendampingi pasien yang
dapat meningkatkan semangat hidup klien meskipun harapannya sangat tipis dan dapat
mempersiapkan diri pasien untuk menghadapi kehidupan yang kekal.
Dalam konsep islam, fase sakaratul maut sangat menentukan baik atau tidaknya seseorang
terhadap kematiannya untuk menemui Allah dan bagi perawat pun akan dimintai
pertanggungjawabannya nanti untuk tugasnya dalam merawat pasien di rumah sakit. Dan fase
sakaratul maut adalah fase yang sangat berat dan menyakitkan seperti yang disebutkan
Rasulullah tetapi akan sangat berbeda bagi orang yang mengerjakan amal sholeh yang bisa
menghadapinya dengan tenang dan senang hati.
Ini adalah petikan Al-Quran tentang sakaratul maut,,
Datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya.(QS.50:19).
Alangkah dahsyatnya ketika orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul
maut. (QS. 6:93)
Dalam Al-hadits tentang sakaratul maut..
Al-Hasan berkata bahwa Rasulullah SAW pernah mengingatkan mengenai rasa sakit dan duka
akibat kematian. Beliau bertutur, Rasanya sebanding dengan tiga ratus kali tebasan pedang.
(HR.Ibn Abi ad-Dunya)
Begitu sakitnya menghadapi sakaratul maut sehingga perawat harus membimbing pasien dengan
cara-cara,seperti ini:
1. Menalqin(menuntun) dengan syahadat
Sesuai sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam,
Talqinilah orang yang akan wafat di antara kalian dengan, Laa illaaha illallah. Barangsiapa
yang pada akhir ucapannya, ketika hendak wafat, Laa illaaha illallaah, maka ia akan masuk
surga suatu masa kelak, kendatipun akan mengalami sebelum itu musibah yang akan
menimpanya. Perawat muslim dalam mentalkinkan kalimah laaillallah dapat dilakukan pada
pasien muslim menjelang ajalnya terutama saat pasien akan melepaskan nafasnya yang terakhir
sehingga diupayakan pasien meninggal dalam keadaan husnul khatimah.
Para ulama berpendapat, Apabila telah membimbing orang yang akan meninggal dengan satu
bacaan talqin, maka jangan diulangi lagi. Kecuali apabila ia berbicara dengan bacaan-bacaan
atau materi pembicaraan lain. Setelah itu barulah diulang kembali, agar bacaan La Ilaha Illallha
menjadi ucapan terakhir ketika menghadapi kematian. Para ulama mengarahkan pada pentingnya
menjenguk orang sakaratul maut, untuk mengingatkan, mengasihi, menutup kedua matanya dan
memberikan hak-haknya." (Syarhu An-nawawi Ala Shahih Muslim : 6/458)

Ciri-ciri pokok pasien yang akan melepaskan nafasnya yang terakhir, yaitu :
1. penginderaan dan gerakan menghilang secara berangsur-angsur yang dimulai pada anggota
gerak paling ujung khususnya pada ujung kaki, tangan, ujung hidung yang terasa dingin dan
lembab,
2. kulit nampak kebiru-biruan kelabu atau pucat.
3. Nadi mulai tak teratur, lemah dan pucat.
4. Terdengar suara mendengkur
disertai gejala nafas cyene stokes.
5. Menurunnya tekanan darah, peredaran darah perifer menjadi terhenti dan rasa nyeri bila ada
biasanya menjadi hilang. Kesadaran dan tingkat kekuatan ingatan bervariasi tiap individu. Otot
rahang menjadi mengendur, wajah pasien yang tadinya kelihatan cemas nampak lebih pasrah
menerima.
Meninggal dengan membaca syahadat
2. Hendaklah mendoakannya dan janganlah mengucapkan dihadapannya kecuali kata-kata yang
baik
Berdasarkan hadits yang diberitakan oleh Ummu Salamah bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi
wa sallam telah bersabda.
Artinya : Apabila kalian mendatangi orang yang sedang sakit atau orang yang hampir mati,
maka hendaklah kalian mengucapkan perkataan yang baik-baik karena para malaikat mengamini
apa yang kalian ucapkan. Maka perawat harus berupaya memberikan suport mental agar pasien
merasa yakin bahwa Allah Maha Pengasih dan selalu memberikan yang terbaik buat hambanya,
mendoakan dan menutupkan kedua matanya yang terbuka saat roh terlepas dari jasadnya.
3. Berbaik Sangka kepada Allah
Perawat membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT, seperti di dalam hadits
Bukhari Tidak akan mati masing-masing kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah
SWT. Hal ini menunjukkan apa yang kita pikirkan seringkali seperti apa yang terjadi pada kita
karena Allah mengikuti perasangka umatNya
4. Membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut
Disunnahkan bagi orang-orang yang hadir untuk membasahi kerongkongan orang yang sedang
sakaratul maut tersebut dengan air atau minuman. Kemudian disunnahkan juga untuk membasahi
bibirnya dengan kapas yg telah diberi air. Karena bisa saja kerongkongannya kering karena rasa
sakit yang menderanya, sehingga sulit untuk berbicara dan berkata-kata. Dengan air dan kapas
tersebut setidaknya dapat meredam rasa sakit yang dialami orang yang mengalami sakaratul
maut, sehingga hal itu dapat mempermudah dirinya dalam mengucapkan dua kalimat syahadat.
(Al-Mughni : 2/450 milik Ibnu Qudamah)

5. Menghadapkan orang yang sakaratul maut ke arah kiblat


Kemudian disunnahkan untuk menghadapkan orang yang tengah sakaratul maut kearah kiblat.
Sebenarnya ketentuan ini tidak mendapatkan penegasan dari hadits Rasulullah Saw., hanya saja
dalam beberapa atsar yang shahih disebutkan bahwa para salafus shalih melakukan hal tersebut.
Para Ulama sendiri telah menyebutkan dua cara bagaimana menghadap kiblat :
1. Berbaring terlentang diatas punggungnya, sedangkan kedua telapak kakinya dihadapkan
kearah kiblat. Setelah itu, kepala orang tersebut diangkat sedikit agar ia menghadap kearah
kiblat.
2. Mengarahkan bagian kanan tubuh orang yang tengah sakaratul maut menghadap ke kiblat.
Dan Imam Syaukai menganggap bentuk seperti ini sebagai tata cara yang paling benar.
Seandainya posisi ini menimbulkan sakit atau sesak, maka biarkanlah orang tersebut berbaring
kearah manapun yang membuatnya selesai.

Askep Kanker
( Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Kanker )
Definisi Kanker
1.
Kanker adalah penyakit yang menyerang proses dasar kehidupan sel, mengubah genom sel
(komplemen genetik total sel) dan menyebabkan penyebaran liar dan pertumbuhan sel-sel.

Askep Kanker
Penyebab mutasi genom berubah dari satu atau lebih gen atau mutasi dari segmen besar dari
untai DNA yang mengandung banyak gen atau kehilangan segmen kromosom besar (Guyton,
1981).
2.
Kanker bukanlah penyakit tunggal dengan satu penyebab, melainkan merupakan grup
penyakit berbeda dengan penyebab yang berbeda, manifestasi, perawatan dan prognosis
(Brunner).
Epidemiologi Kanker

Jumlah pasien kanker meningkat di Amerika, Eropa, Asia

Kulit hitam lebih banyak dari kulit putih

Vegetarian lebih sedikit dari non vegetarian

Faktor penyebab utama : Lingkungan, sosial

Fisik : radiasi, perlukaan/lecet


Kimia : makanan, industri, farmasi, rokok
Genetik : payudara, uterus
Virus : umumnya pada binatang
Jenis/Lokasi Kanker
1.

Payudara

2.

Kolon rektum

Kanker Paru
3.

Laring

4.

Paru

5.

Leukemia

6.

Pankreas

7.

Prostat

8.

Gaster

9.

Uterus

10. Serviks
11. Lain : Hodgkins, Thyroid dll
Penamaan Kanker
Dinamakan bedasarkan jaringan asalnya. Sarcoma berasal dari jaringan mesodermal yang terdiri
dari jaringan ikat, tulang, kartilage, lemak, otot dan pembuluh darah. Osteosarcoma menunjukan

kanker tulang. Carcinoma menunjukan tumor yang berasal dari jaringan epitel seperti membran
mukosa dan kelenjar (termasuk didalamnya kanker payudara, ovarium, dan paru). Kanker
sumsum tulang disebut dengan myeloma. Sementara kanker darah atau hemopoietik dikenal
sebagai balstoma dan tumor dapat meliputi kanker lympe, eritrosit, dan sel mieloid. Leukemias
menjelaskan tentang kanker yang berasal dari sel darah putih yang dapat di golongkan menjadi
myeloid, lymphatik atau monositik
Peran Perawat
Promotif sampai dengan rehabilitatif
1.

Memberi dukungan klien terhadap prosedur diagnostik

2.

Mengenali kebutuhan psiko sosial dan spiritual

3.

Memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi klien

4.

Memberi bantuan bagi klien yang mendapat pengobatan anti kanker/terhadap keganasan

5.

Membantu klien fase penyembuhan/rehabiltasi

6.

Membantu klien untuk tindak lanjut pengobatan

7.

Berpartisipasi dalam koleksi data penelitian/registrasi kanker

Diagnostik Kanker
1.

Riwayat keperawatan & penyakit, sosial, pemeriksaan fisik

2.

Biopsi patologis

3.
Pemeriksaan darah, darah lengkap, thrombosit, kimia darah: elektrolit & LFT & BUN &
chreatinin
4.

Imaging : foto toraks, scan-nuklir, CT-scan, MRI.

Manajemen : Pendekatan Multi Disiplin


Tindakan pengobatan : pembedahan, kemotherapi, radiasi, imunotherapi, atau kombinasi
Jenis Pembedahan :
1.

Biopsi

2.

Rekontruksi

3.

Paliatif

4.

Adjuvant

5.

Pembedahan primer otak

6.

Reseksi metastasis

7.

Profilaksis : polip

8.

Kuratif

Kemotherapi
Penggunaan obat anti kanker yang bertujuan mematikan sel kanker
Indikasi dan prinsip :
1.

Sebanyak mungkin mematikan sel kanker seminimal mungkin mengganggu sel normal

2.

Dapat digunakan untuk : pengobatan, pengendalian, paliatif

3.

Jangan diberikan jika bahaya/komplikasinya lebih besar dari manfaatnya

4.

Obat kemotherapi umumnya sangat toksik teliti/cermat evaluasi kondisi pasien

Komplikasi Kemotherapi
1. Efek samping :
-

nausea, vomiting

alopecia

rasa (pengecap) menurun

mucositis

2. toksik
-

hematologik : depresi sumsum tulang, anemia

ginjal, hepar

Radiotherapy
1. Menggunakan X-ray atau radiopharmaceuticals (radionuclides)
2. Pada X-ray therapy, radiasi diberikan secara lokal untuk menghindari kerusakan jaringan sehat
lainnya.

Pengkajian Keperawatan pada Asuhan Keperawatan Kanker


A.

Sistem Integumen

1.

Perhatikan : nyeri, bengkak, flebitis, ulkus

2.

Inspeksi kemerahan & gatal, eritema

3.

Perhatikan pigmentasi kulit

4.

Kondisi gusi, gigi, mukosa & lidah

B.

Sistem Gastrointestinal

1.
Kaji frekwensi, mulai, durasi, berat ringannya mual & muntah setelah pemberian
kemotherapi
2.

Observasi perubahan keseimbangan cairan & elektrolit

3.

Kaji diare & konstipasi

4.

Kaji anoreksia

5.

Kaji : jaundice, nyeri abdomen kuadran atas kanan

C.

Sistem Hematopoetik

1.

Kaji Netropenia

a. Kaji tanda infeksi


b. Auskultasi paru
c. Perhatikan batuk produktif & nafas dispnoe
d. Kaji suhu

2.

Kaji Trombositopenia : < 50.000/m3 menengah, < 20.000/m3 berat

3.

Kaji Anemia

a. Warna kulit, capilarry refill


b. Dispnoe, lemah, palpitasi, vertigo
D.

Sistem Respiratorik & Kardiovaskular

1.
Kaji terhadap fibrosis paru yang ditandai : Dispnoe, kering, batuk non produktif terutama
bleomisin
2.

Kaji tanda CHF

3.

Lakukan pemeriksaan EKG

E.

Sistem Neuromuskular

1.

Perhatikan adanya perubahan aktifitas motorik

2.

Perhatikan adanya parestesia

3.

Evaluasi refleks

4.

Kaji ataksia, lemah, menyeret kaki

5.

Kaji gangguan pendengaran

6.

Diskusikan ADL

F.

Sistem Genitourinari

1.

Kaji frekwensi BAK

2.

Perhatikan bau, warna, kekeruhan urine

3.

Kaji : hematuria, oliguria, anuria

4.

Monitor BUN, kreatinin

Diagnosa Keperawatan pada Asuhan Keperawatan Kanker


1.

Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan netropenia

2.

Resiko perlukaan berhubungan dengan trombositopenia

3.

Resiko gangguan Perfusi Jaringan

4.

Resiko Gangguan Keseimbangan Cairan

5.

Resiko Gangguan Integritas Mukosa Mulut

6.

Resiko Gangguan Rasa Nyaman akibat Stomatitis

7.

Resiko Gangguan komunikasi verbal akibat nyeri di mulut

8.

Resiko Gangguan Integritas Kulit Perineum akibat diare

9.

Resiko Gangguan Citra Diri akibat Alopesia

10. Resiko Disfungsi Seksual akibat Kemoterapi


Intervensi Keperawatan pada Asuhan Keperawatan Kanker
Diagnosa 1. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan netropenia
1. Kaji resiko yang dapat terjadi akibat depresi sistem imun:

2. Jenis, dosis, cara pemberian kemoterapi


3. Stressor yang sedang dialami klien dan kemampuan koping yang dimiliki
4. Kebiasaan kebersihan diri
5. Pola tidur
6. Pola makan
7. Pola eliminasi
8. Riwayat & pemeriksaan fisik
9. Tanda-tanda infeksi: demam, adanya nyeri menelan, nyeri saat eliminasi, adanya exudat
10. Tanda perdarahan: pusing, adanya perdarahan
11. Tanda anemia: pucat, lemah, sesak nafas saat aktifitas
12. Fungsi pernafasan & suara nafas
13. Laboratorium: DPL
14. Lakukan tindakan khusus jika angka neutrofil <500/mm3
15. Lindungi klien dari terpaparnya bakteri
16. Tempatkan klien di ruang isolasi
17. Pasang papan pengumuman di pintu masuk ruang isolasi klien yang menginformasikan:
pengunjung harus cuci tangan sebelum masuk, pengunjung yang FLU dilarang masuk dan
DILARANG membawa buah, bunga atau sayuran segar ke ruangan klien

18. Pasang papan pengumuman yang menginformasikan TIDAK BOLEH menginjeksi per-IM dan
mengukur suhu per-rektum

19. Rencanakan program kebersihan mulut, mandi sehari sekali, dan kebersihan area perineum dalam
kegiatan perawatan klien

20. Kaji tempat penusukan infus, ganti balutan dengan teknik aseptik 2 hari sekali atau apabila ada
tanda-tanda plebitis

21. Hindari tindakan invasif (jika memungkinkan)


22. Cuci tangan sebelum merawat klien, tidak menempatkan petugas kesehatan yang FLU (atau
infeksi lain) atau yang merawat klien yang terinfeksi di ruang isolasi

23. Lakukan tindakan khusus jika angka neutrofil <500/mm3


24. Kaji terus menerus adanya infeksi pada klien
25. Monitor tanda vital terutama pada peningkatan temperatur
26. Monitor angka lab neutrofil
27. Kaji tanda infeksi seperti kemerahan, adanya peradangan di area tertentu (mukosa mulut, tempat
bekas penusukan suntik/infus, dll)

28. Monitor perubahan warna urin, sputum & feses


Diagnosa 2. Resiko perlukaan berhubungan dengan trombositopenia
1. Lakukan tindakan khusus jika trombosit menurun / meningkat
2. Cegah klien dari trauma dan resiko perdarahan

3. Pasang tanda Dilarang injeksi per IM dan pemberian obat aspirin


4. Minimalkan penusukan vena atau tekan bekas penusukan minimal 5 menit
5. Ajarkan cara sikat gigi dengan sikat gigi lembut, hindari penggunaan dental floss
6. Pasang pembatas tempat tidur
7. Cegah konstipasi dengan pemberian cairan minimal 3 L/hari
Monitor terjadinya perdarahan
1. Kaji tanda infeksi dini: petekie, ekimosis, epistaksis, darah di feses, urin, dan muntahan
2. Perubahan tekanan darah ortostatik >10 mmHg atau nadi >100/mnt
3. Monitor hematokrit & trombosit
Lapor dokter jika ada tanda perdarahan
Diskusikan tanda & gejala infeksi yang terjadi ke dokter yang bertanggung jawab, kolaborasi
perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan kultur, pemberian antipiretik & antibiotik
Diagnosa 3. Resiko gangguan Perfusi Jaringan
1. Kaji tanda dan gejala anemia
2. Hematokrit: 31-37% (anemia ringan), 25-30% (anemia sedang), <25%>
3. Tanda anemia ringan: pucat, lemah, sesak ringan, palpitasi, berkeringat dingin; anemia sedang:
meningkat tingkat keparahan tanda dari anemia ringan; tanda anemia berat: sakit kepala, pusing,
nyeri dada, sesak saat istirahat, dan takikardi)

4. Anjurkan klien untuk merubah posisi secara bertahap, dari tidur ke duduk, dari duduk ke berdiri.
5. Anjurkan latihan nafas dalam selama perubahan posisi.
6. Kaji respon pemberian transfusi, menjadi lebih baik atau tetap.
7. Kaji pula perubahan hematokrit setelah transfusi
8. Kaji adanya ketidak mampuan melakukan aktifitas, dan kebutuhan klien akan Oksigen
9. Kolaborasikan ke gizi & anjurkan klien untuk mendapatkan diet tinggi Fe (zat besi)
10. Intervensi Keperawatan pada Dx Resiko Ketidakmampuan melakukan aktifitas akibat anemia
11. Anjurkan klien untuk meningkatkan frekuensi & kualitas istirahat & buatkan daftar aktifitasistirahat

12. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi diet tinggi zat besi seperti hati, telur, daging, wortel dan
kismis

Diagnosa 4. Resiko Gangguan Keseimbangan Cairan


1. Anjurkan klien untuk minum 3L/hari
2. Monitor intake-output tiap 4 jam
3. Kaji frekuensi, konsistensi & volume diare/muntah
4. Kaji turgor kulit, kelembaban mukosa
5. Beri obat antidiare/antimuntah sesuai program
6. Rawat area kulit perineum dengan salep betametasone atau Zinc

7. Beri cairan rehidrasi (cairan fisiologis) per-infus sesuai program


Diagnosa 5. Resiko Gangguan Integritas Mukosa Mulut
1. Kaji & catat kondisi mukosa mulut (lidah, bibir, dinding & langit-langit mulut) & kaji adanya
stomatitis tiap shift. Ajarkan pada klien cara mendeteksi dini adanya stomatitis

2. Kaji kenyamanan & kemampuan untuk makan & minum


3. Kaji status nutrisi klien
4. Anjurkan & ajarkan klien membersihkan mulut (kumur-kumur) tiap 2 jam
5. Gunakan cairan fisiologis, atau campuran cairan fisiologis dan BicNat (1 sdt dicampur 800 cc air)
tiap 4 jam atau,

6. Gunakan larutan H2O2 dg perbandingan 1 : 4, atau


7. Obat kumur Listerine
8. Anjurkan & ajarkan sikat gigi dan menggunakan dental floss, & tidak dilakukan jika leukosit
<1500/mm3>

9. Anjurkan & jelaskan klien untuk melepas gigi palsu saat kumur-kumur & saat sedang iritasi
mukosa

10. Anjurkan & ajarkan klien untuk melembabkan mulut dengan cara banyak minum dan
menggunakan pelembab bibir

11. Hindarkan makanan yang merangsang (pedas, panas & asam) & jelaskan pada klien
Diagnosa 6. Resiko Gangguan Rasa Nyaman akibat Stomatitis
1. Berikan (kolaborasi) obat kumur yang mengandung xylocain 2% 10-15 cc per kumur dilakukan
tiap 3 jam

2. Kolaborasikan perlunya pemberian analgesic sedang-kuat per parenteral (mis. Morphin)


Diagnosa 7. Resiko Gangguan komunikasi verbal akibat nyeri di mulut
1. Kaji kemampuan komunikasi klien
2. Kaji adanya sekret yang kental yang sulit untuk dikeluarkan, anjurkan minum hangat
3. Sediakan alat komunikasi yang lain seperti papan tulis atau buku jika klien tidak dapat
berkomunikasi verbal

4. Responsif terhadap bel panggilan dari klien


Diagnosa 8. Resiko Gangguan Integritas Kulit Perineum akibat diare
1. Kaji area kulit perineum
2. Anjurkan untuk membersihkan menggunakan sabun lembut saat membilas sesudah bab
3. Oleskan anastetik topikal K/P
4. Gunakan pampers untuk menjaga keringnya area perineum
5. Intervensi Keperawatan pada Dx Resiko Terjadi Nefrotoksik akibat Kemoterapi
6. Hidrasi dengan cairan fisiologis 100-150cc/jam atau sampai cairan urin bening
7. Diuresis dengan furosemid sesuai dg program
8. Ukur pH urin (pH > 7)

9. Cegah dehidrasi dan muntah yang masif


10. Hidrasi pasca kemoterapi minimal 3L/hari
11. Monitor hasil lab ureum, creatinin
Diagnosa 9. Resiko Gangguan Citra Diri akibat Alopesia
1. Kaji resiko terjadi alopesia, obat kemoterapi yang digunakan
2. Jelaskan penyebab dari alopesia dan dampak yang terjadi, yaitu alopesia terjadi sejenak, dapat
tumbuh rambut yang baru

3. Anjurkan klien menceritakan perasaannya


4. Anjurakan klien mencukur rambutnya yang panjang
5. Anjurkan klien mencoba memakai kerudung, wig, topi atau selendang
6. Ikutkan klien pada kegiatan pasien alopesia di RS
7. Ajarkan cara perawatan kulit kepala dengan menggunakan sampoo baby, sun cream, dll
8. Jika terjadi kerontokan alis & bulu mata, gunakan kacamata hitam & topi jika bepergian
Diagnosa 10. Resiko Disfungsi Seksual akibat Kemoterapi
1. Bina rasa saling percaya
2. Kaji pengetahuan klien tentang efek penyakit dan pengobatannya pa da fungsi seksual
3. Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk mendiskusikan masalah klien
4. Mendiskusikan strategi menghadapi disfungsi seksual
5. Alternatif pengekspresian seksual
6. Alternatif posisi yang meminimalkan nyeri
7. Melakukan aktifitas seksual saat kondisi tubuh fit
8. Membantu mengetahui perasaan seksual dirinya dan pasangannya
9. Penjelasan dampak kemoterapi pada fungsi seksual
10. Mendiskusikan alternatif pola dalam keluarga
11. Mengajak orangtua klien untuk merawat anaknya
12. Menganjurkan klien yang sulit punya anak untuk adopsi

Anda mungkin juga menyukai