Kulit pucat
Tonus otot menghilang dan relaksasi
Pembuluh darah retina bersegmentasi beberapa menit pasca kematian
Pengeringan kornea yang menimbulkan kekeruhan dalam 10 menit (hilang dengan
penyiraman air)
2. Lanjut (Tanda pasti kematian)
Lebam mayat (livor mortis)
Kaku mayat (rigor mortis)
Penuruna suhu tubuh (algor mortis)
Pembusukan (dekomposisi)
Adiposera (lilin mayat)
Mumifikasi
Perawatan Setelah Kematian
Menangani tubuh klien secepat mungkin untuk mencegah kerusakan jaringan atau
perubahan bentuk tubuh (setelah kematian tubuh akan mengalami perubahan fisik)
Beri kesempatan keluarga untuk melihat tubuh klien
Luangkan waktu bersama keluarga untuk membantu mereka dala melewati masa
berduka
Siapkan kondisi ruangan sebelum keluarga melihat mayat klien
Perawat menyiapkan tubuh klien dengan membuatnya tampak sealamiah dan
senyaman mungkin
Dampak sakit Terminal
Gangguan psikologis
Gangguan somatis
Gangguan seksual
Gangguan sosial
Gangguan dalam bidang pekerjaan
GEJALA DAN MASALAH YANG SERING DIJUMPAI PADA BERBAGAI SISTEM ORGAN
Sistem Gastrointestinal
- Anorexia
- Konstipasi
- Mulut kering dan bau
- Kandidiasis dan sariawan mulut
Sistem Genitourinaria
- Inkontinensia urin
Sistem Integumen
- Kulit kering/pecah-pecah
- Dekubitus
Sistem Neurologis :
- Kejang
Perubahan Status Mental
- Kecemasan
- Halusinasi
- Depresi
Asuhan Keperawatan pada Pasien Terminal
a. Pengkajian
Faktor Predisposisi
Faktor Presipitasi (Kehilangan bio, psiko, sosial, spiritual)
Perilaku
Mekanisme Koping
b. Diagnosa Keperawatan
1. Dukacita adaptif b.d kehilangan kepemilikan pribadi
2. Dukacita maladaptif b.d penyakit Terminal kronis
3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor psikologis (respon
dukacita yang tertahan)
4. Perubahan proses keluarga b.d transisi/krisis situasi
5. Isolasi sosial b.d sumber pribadi tidak adequat
6. Gangguan pola tidur b.d stress karena respon berduka
7. Distress spiritual b.d perpisahan dari ikatan keagamaan dan kultural
c. Intervensi
1. Akomodasi dukacita
2. Menerima realitas kehilangan
3. Mencapai kembali rasa harga-diri
4. Memperbarui aktivitas atau hubungan normal
5. Terpenuhinya kebutuhan fisiologis, perkembangan dan spiritual
6. Mencapai kembali dan mempertahankan kenyamanan
7. Mempertahankan kemandirian dalam aktivitas sehar-hari
8. Mempertahankan harapan
9. Mencapai kenyamanan spiritual
10. Meraih kelegaan akibat kesepian dan isolasi
d. Implementasi
1. Komunikasi terapeutik
a. Denial
Pembantahan ini menyangkut penyakit atau pronologis yang fatal. Pembantahan ini
hanya diepaskan sedikit demi sedikit dalam suatu relasi kepercayaan dan pasien untuk
diberi waktu untuk itu.
b. Anger
Dalam fase ini pasien memberontak melawan suratan nasip ,melawan Tuhan. Secara
konkrit kemarahannya diarahkan kepada dokter, perawat atau keluarga terdekat. Yang
penting ialah dokter atau perawat tidak menanggapi dengan mencap pasien sebagai
pasien rewel.
c. Bergaining
Pasien mencoba meloloskan diri dari nasibnya atau sekurang-kurangnya menundanya.
Dalam fase ini kita sering melihat pasien mencari kesembuhan dangan konsutasi pada
dokter lain atau ia mencoba pengobatan alternatif
d. Depression
Jika akhir keAhidupan harus diakui dengan tidak mungkin dihindarkan lagi, pasien
menjadi sedih dan depresi. Konselor berusaha mendobrak kesedihan, terutama
membuat pasien menyelesaikan hal-hal yang masih harus diurus atau memperbaiki
kesalahan dahulu. Dengan cara ini pasien dapat meninggal dengan tenang dan damai.
e. Aceptence
Dalam fase ini konselor tidak boleh kecewa kalu fase terakhir tidak tercapai. Konselor
harus mendampingi pasien dan tidak memaksa cara yang paling dianggap ideal
Orang yang paling dapat bertindak sebagai konseling kepada pasien terminal adalah
dokter. Selain itu perawat seringkali juga paling dekat dengan pasien juga dapat
memberikan konstribusi yang sangat berharga.
Hal penting yang harus dimiliki konselor adalah empati, yang penting pasien
mendapat kepastian bahwa ia tidak ditinggalkan sendirian.
2. Pemeliharaan harga diri
3. Peningkatan kembalinya aktivitas kehidupan
4. Merawat klien menjelang ajal dan keluarganya
karena pasien terminal, pasien yang didiagnosis dengan penyakit berat dan tidak dapat
disembuhkan lagi dimana berakhir dengan kematian, seperti yang dikatakan Dadang Hawari
(1977,53) orang yang mengalami penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak
mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual,dan krisis kerohanian sehingga pembinaan
kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus. Sehingga, pasien
terminal biasanya bereaksi menolak, depresi berat, perasaan marah akibat ketidakberdayaan dan
keputusasaan. Oleh sebab itu, peran perawat sangat dibutuhkan untuk mendampingi pasien yang
dapat meningkatkan semangat hidup klien meskipun harapannya sangat tipis dan dapat
mempersiapkan diri pasien untuk menghadapi kehidupan yang kekal.
Dalam konsep islam, fase sakaratul maut sangat menentukan baik atau tidaknya seseorang
terhadap kematiannya untuk menemui Allah dan bagi perawat pun akan dimintai
pertanggungjawabannya nanti untuk tugasnya dalam merawat pasien di rumah sakit. Dan fase
sakaratul maut adalah fase yang sangat berat dan menyakitkan seperti yang disebutkan
Rasulullah tetapi akan sangat berbeda bagi orang yang mengerjakan amal sholeh yang bisa
menghadapinya dengan tenang dan senang hati.
Ini adalah petikan Al-Quran tentang sakaratul maut,,
Datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya.(QS.50:19).
Alangkah dahsyatnya ketika orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul
maut. (QS. 6:93)
Dalam Al-hadits tentang sakaratul maut..
Al-Hasan berkata bahwa Rasulullah SAW pernah mengingatkan mengenai rasa sakit dan duka
akibat kematian. Beliau bertutur, Rasanya sebanding dengan tiga ratus kali tebasan pedang.
(HR.Ibn Abi ad-Dunya)
Begitu sakitnya menghadapi sakaratul maut sehingga perawat harus membimbing pasien dengan
cara-cara,seperti ini:
1. Menalqin(menuntun) dengan syahadat
Sesuai sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam,
Talqinilah orang yang akan wafat di antara kalian dengan, Laa illaaha illallah. Barangsiapa
yang pada akhir ucapannya, ketika hendak wafat, Laa illaaha illallaah, maka ia akan masuk
surga suatu masa kelak, kendatipun akan mengalami sebelum itu musibah yang akan
menimpanya. Perawat muslim dalam mentalkinkan kalimah laaillallah dapat dilakukan pada
pasien muslim menjelang ajalnya terutama saat pasien akan melepaskan nafasnya yang terakhir
sehingga diupayakan pasien meninggal dalam keadaan husnul khatimah.
Para ulama berpendapat, Apabila telah membimbing orang yang akan meninggal dengan satu
bacaan talqin, maka jangan diulangi lagi. Kecuali apabila ia berbicara dengan bacaan-bacaan
atau materi pembicaraan lain. Setelah itu barulah diulang kembali, agar bacaan La Ilaha Illallha
menjadi ucapan terakhir ketika menghadapi kematian. Para ulama mengarahkan pada pentingnya
menjenguk orang sakaratul maut, untuk mengingatkan, mengasihi, menutup kedua matanya dan
memberikan hak-haknya." (Syarhu An-nawawi Ala Shahih Muslim : 6/458)
Ciri-ciri pokok pasien yang akan melepaskan nafasnya yang terakhir, yaitu :
1. penginderaan dan gerakan menghilang secara berangsur-angsur yang dimulai pada anggota
gerak paling ujung khususnya pada ujung kaki, tangan, ujung hidung yang terasa dingin dan
lembab,
2. kulit nampak kebiru-biruan kelabu atau pucat.
3. Nadi mulai tak teratur, lemah dan pucat.
4. Terdengar suara mendengkur
disertai gejala nafas cyene stokes.
5. Menurunnya tekanan darah, peredaran darah perifer menjadi terhenti dan rasa nyeri bila ada
biasanya menjadi hilang. Kesadaran dan tingkat kekuatan ingatan bervariasi tiap individu. Otot
rahang menjadi mengendur, wajah pasien yang tadinya kelihatan cemas nampak lebih pasrah
menerima.
Meninggal dengan membaca syahadat
2. Hendaklah mendoakannya dan janganlah mengucapkan dihadapannya kecuali kata-kata yang
baik
Berdasarkan hadits yang diberitakan oleh Ummu Salamah bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi
wa sallam telah bersabda.
Artinya : Apabila kalian mendatangi orang yang sedang sakit atau orang yang hampir mati,
maka hendaklah kalian mengucapkan perkataan yang baik-baik karena para malaikat mengamini
apa yang kalian ucapkan. Maka perawat harus berupaya memberikan suport mental agar pasien
merasa yakin bahwa Allah Maha Pengasih dan selalu memberikan yang terbaik buat hambanya,
mendoakan dan menutupkan kedua matanya yang terbuka saat roh terlepas dari jasadnya.
3. Berbaik Sangka kepada Allah
Perawat membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT, seperti di dalam hadits
Bukhari Tidak akan mati masing-masing kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah
SWT. Hal ini menunjukkan apa yang kita pikirkan seringkali seperti apa yang terjadi pada kita
karena Allah mengikuti perasangka umatNya
4. Membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut
Disunnahkan bagi orang-orang yang hadir untuk membasahi kerongkongan orang yang sedang
sakaratul maut tersebut dengan air atau minuman. Kemudian disunnahkan juga untuk membasahi
bibirnya dengan kapas yg telah diberi air. Karena bisa saja kerongkongannya kering karena rasa
sakit yang menderanya, sehingga sulit untuk berbicara dan berkata-kata. Dengan air dan kapas
tersebut setidaknya dapat meredam rasa sakit yang dialami orang yang mengalami sakaratul
maut, sehingga hal itu dapat mempermudah dirinya dalam mengucapkan dua kalimat syahadat.
(Al-Mughni : 2/450 milik Ibnu Qudamah)
Askep Kanker
( Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Kanker )
Definisi Kanker
1.
Kanker adalah penyakit yang menyerang proses dasar kehidupan sel, mengubah genom sel
(komplemen genetik total sel) dan menyebabkan penyebaran liar dan pertumbuhan sel-sel.
Askep Kanker
Penyebab mutasi genom berubah dari satu atau lebih gen atau mutasi dari segmen besar dari
untai DNA yang mengandung banyak gen atau kehilangan segmen kromosom besar (Guyton,
1981).
2.
Kanker bukanlah penyakit tunggal dengan satu penyebab, melainkan merupakan grup
penyakit berbeda dengan penyebab yang berbeda, manifestasi, perawatan dan prognosis
(Brunner).
Epidemiologi Kanker
Payudara
2.
Kolon rektum
Kanker Paru
3.
Laring
4.
Paru
5.
Leukemia
6.
Pankreas
7.
Prostat
8.
Gaster
9.
Uterus
10. Serviks
11. Lain : Hodgkins, Thyroid dll
Penamaan Kanker
Dinamakan bedasarkan jaringan asalnya. Sarcoma berasal dari jaringan mesodermal yang terdiri
dari jaringan ikat, tulang, kartilage, lemak, otot dan pembuluh darah. Osteosarcoma menunjukan
kanker tulang. Carcinoma menunjukan tumor yang berasal dari jaringan epitel seperti membran
mukosa dan kelenjar (termasuk didalamnya kanker payudara, ovarium, dan paru). Kanker
sumsum tulang disebut dengan myeloma. Sementara kanker darah atau hemopoietik dikenal
sebagai balstoma dan tumor dapat meliputi kanker lympe, eritrosit, dan sel mieloid. Leukemias
menjelaskan tentang kanker yang berasal dari sel darah putih yang dapat di golongkan menjadi
myeloid, lymphatik atau monositik
Peran Perawat
Promotif sampai dengan rehabilitatif
1.
2.
3.
4.
Memberi bantuan bagi klien yang mendapat pengobatan anti kanker/terhadap keganasan
5.
6.
7.
Diagnostik Kanker
1.
2.
Biopsi patologis
3.
Pemeriksaan darah, darah lengkap, thrombosit, kimia darah: elektrolit & LFT & BUN &
chreatinin
4.
Biopsi
2.
Rekontruksi
3.
Paliatif
4.
Adjuvant
5.
6.
Reseksi metastasis
7.
Profilaksis : polip
8.
Kuratif
Kemotherapi
Penggunaan obat anti kanker yang bertujuan mematikan sel kanker
Indikasi dan prinsip :
1.
Sebanyak mungkin mematikan sel kanker seminimal mungkin mengganggu sel normal
2.
3.
4.
Komplikasi Kemotherapi
1. Efek samping :
-
nausea, vomiting
alopecia
mucositis
2. toksik
-
ginjal, hepar
Radiotherapy
1. Menggunakan X-ray atau radiopharmaceuticals (radionuclides)
2. Pada X-ray therapy, radiasi diberikan secara lokal untuk menghindari kerusakan jaringan sehat
lainnya.
Sistem Integumen
1.
2.
3.
4.
B.
Sistem Gastrointestinal
1.
Kaji frekwensi, mulai, durasi, berat ringannya mual & muntah setelah pemberian
kemotherapi
2.
3.
4.
Kaji anoreksia
5.
C.
Sistem Hematopoetik
1.
Kaji Netropenia
2.
3.
Kaji Anemia
1.
Kaji terhadap fibrosis paru yang ditandai : Dispnoe, kering, batuk non produktif terutama
bleomisin
2.
3.
E.
Sistem Neuromuskular
1.
2.
3.
Evaluasi refleks
4.
5.
6.
Diskusikan ADL
F.
Sistem Genitourinari
1.
2.
3.
4.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
18. Pasang papan pengumuman yang menginformasikan TIDAK BOLEH menginjeksi per-IM dan
mengukur suhu per-rektum
19. Rencanakan program kebersihan mulut, mandi sehari sekali, dan kebersihan area perineum dalam
kegiatan perawatan klien
20. Kaji tempat penusukan infus, ganti balutan dengan teknik aseptik 2 hari sekali atau apabila ada
tanda-tanda plebitis
4. Anjurkan klien untuk merubah posisi secara bertahap, dari tidur ke duduk, dari duduk ke berdiri.
5. Anjurkan latihan nafas dalam selama perubahan posisi.
6. Kaji respon pemberian transfusi, menjadi lebih baik atau tetap.
7. Kaji pula perubahan hematokrit setelah transfusi
8. Kaji adanya ketidak mampuan melakukan aktifitas, dan kebutuhan klien akan Oksigen
9. Kolaborasikan ke gizi & anjurkan klien untuk mendapatkan diet tinggi Fe (zat besi)
10. Intervensi Keperawatan pada Dx Resiko Ketidakmampuan melakukan aktifitas akibat anemia
11. Anjurkan klien untuk meningkatkan frekuensi & kualitas istirahat & buatkan daftar aktifitasistirahat
12. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi diet tinggi zat besi seperti hati, telur, daging, wortel dan
kismis
9. Anjurkan & jelaskan klien untuk melepas gigi palsu saat kumur-kumur & saat sedang iritasi
mukosa
10. Anjurkan & ajarkan klien untuk melembabkan mulut dengan cara banyak minum dan
menggunakan pelembab bibir
11. Hindarkan makanan yang merangsang (pedas, panas & asam) & jelaskan pada klien
Diagnosa 6. Resiko Gangguan Rasa Nyaman akibat Stomatitis
1. Berikan (kolaborasi) obat kumur yang mengandung xylocain 2% 10-15 cc per kumur dilakukan
tiap 3 jam