Anda di halaman 1dari 14

Makalah Resusitasi pada Bayi Baru Lahir

DI SUSUN OLEH :

NAMA : Yolanda Juliarsyah Putri


NIM : P031915401040
DOSEN PEMBIMBING : Ani Laila,SST,M.Biomed
MATA KULIAH : Asuhan Kehamilan Bersalin

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES RIAU

JURUSAN DIII KEBIDANAN TK.IIA

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang
berjudul “Resusitasi Bayi Baru Lahir” ini.

Makalah ini kami susun berdasarkan data-data yang telah kami ambil dari internet. Selesainya
makalah ini tentunya tidak terlepas dari bantuan banyak pihak. Dalam penyusunan Makalah ini
penulis juga memberi kesempatan kepada pembaca, kiranya berkenan memberi kritikan dan
saran yang bersifat membangun dengan maksud meningkatkan pengetahuan penulis agar lebih
baik dalam karya selanjutnya.

Pekanbaru, 28 Agustus 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 latar belakang 1

1.2 tujuan 1

1.3 sasaran 2

BAB II PEMBAHASAN 3

2.1 Persiapan Resisutasi BBL 4

2.2 Penilaian Segera untuk Dilakukan Resusitasi 5

2.3 Langkah-langkah Resusitasi 5

2.4 Macam-macam reflex pada bayi 8

BAB III PENUTUP 10

3.1 kesimpulan 10

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Resusitasi merupakan upaya untuk mengembalikan bayi baru lahir dengan
asfiksia berat menjadi keadaan yang lebih baik dapat bernafas atau menangis spontan dan
denyut jantung menjadi teratur.

Menurut WHO, setiap tahunnya, kira-kira 35 (3,6 juta) dari 120 juta bayi baru
lahir mengalami asfiksia, hamper 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia, dari
seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa BBL (usia di bawah 1
bulan). Setiap 6 menit terdapat satu BBL yang meninggal. Penyebab kematian BBL di
Indonesia adalah bayi berat lahir rendah (29%), asfiksia (27%), trauma lahir, tetanus
neonatorum, infeksi lain dan kelainan congenital.

Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi penyebab
utama kematian BBL adalah pelayanan antenatal yang berkualita, asuhan persalinan
normal/dasar dan pelayanan kesehatan neonatal oleh tenaga professional. Untuk
menurunkan kematian BBL karena asfiksia, persalinan harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kemampuan dan keterampilan manajemen asfiksia pada bayi
baru lahir. Kemampuan dan keterampilan ini digunakan setiap kali menolong persalinan.

B. TUJUAN
 Untuk mengetahui persiapan resusitasi bayi baru lahir
 Untuk mengetahuai penilaian segera untuk dilakukan resusitasi
 Untuk mengetahui langkah-langkah resusitasi
 Untuk mengetahui apa saja reflex pada bayi

C. SASARAN
 Masyarakat
 Mahasiswa/i
 Ibu-ibu hamil
 Ibu-ibu bersalin
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Persiapan Resusitasi


2.1.1 Persiapan Resusitasi Bayi Baru Lahir
Didalam setiap persalinan, penolong harus selalu siap melakukan tindakan resusitasi bayi
baru lahir. Kesiapan untuk bertindak dapat menghindarkan kehilangan waktu yang
sangat berharga bagi upaya pertolongan. Walaupun hanya beberapa menit tidak bernafas,
bayi baru lahir dapat mengalami kerusakan otak yang berat atau meninggal.

2.1.2 Persiapan Keluarga

Sebelum menolong persalinan, bicarakan dengan keluarga mengenai kemungkinan-


kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu dan bayinya, serta persiapan yang dilakukan
oleh penolong untuk membantu kelancaran persalinan dan melakukan tindakan yang
diperlukan.

2.1.3 Persiapan Tempat Resusitasi

Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi. Gunakan
ruangan yang hangat dan terang. Tempat resusitasi hendaknya rata, keras, bersih dan
kering, misalnya meja, atau diatas lantai beralas tikar, kondisi yang rata diperlukan untuk
mengatur posisi kapala bayi. Tempat resusitasi sebaiknya didekat sumber pemanas
(misalnya, lampu sorot) dan tidak banyak tiupan agin (jendela tau pintu yang terbuka).
Nyalakan lampu menjelang kelahiaran bayi.
2.1.4 Persiapan Alat Resusitasi

Sebelum menolong persalinan, selain peralatan persalinan, siapkan juga alat-alat


resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu :

 Alat penghisap lendir De Lee


 Tabung dan sungkup atau baloa dan sungkut
 Jam atau pencetak waktu
 Sepasang sarung tangan karet
 2 helai kain
 Bahan ganjal bahu bayi. Dapat berupa kain, kaos, handuk kecil, digulung setinggi
5cm dan mudah disesuikan untuk mengatur posisi kepala bayi.

2.1.5 Persiapan Penolong

 Mengenakan alat pelindung diri pada persalinan


 Mencuci kedua tangan dengan air mengalir dan sabun
 Mengenakan kedua sarung tangan menjelang kelahiran.

2.2 Penilaian Segera


Segera setelah lahir, letakan bayi diperut bawah ibu atau dekat perenium (harus bersih dan
kering). Cegah kehilangan panas dengan menutupi tubuh bayi dengan kain atau handuk yang
telah disiapkan sambil melakukan penilaian sebagai berikut :
1. Apakah kehamilan cukup bulan ?
2. Apakah air ketuban jernih dan tidak terkontaminasi mekonium ?
3. Apakah bayi bernafas adekuat atas menangis ?
4. Apakah tonus otot bayi baik ?

Bila semua pertanyaan diatas dijawab dengan “Ya”, lakukan perawatan rutin perawatan rutin
ialah memberikan kehangatan, membuka/membersihkan jalan nafas, mengeringkan, dan
menilai warna.
Bila salah satu atau lebih pertanyaan dijawab “Tidak”, lakukan langkah awal resusitasi.
Setelah melakukan penilaian dan memutuskan bahwa bayi baru lahir perlu resusitasi, segera
lakukan tindakan yang diperlukan, penundaan pertolongan dapat membahayakan
keselamatan bayi. Jepit dan potong tali pusat dan pindahkan bayi ketempat resusitasi, yang
telah disediakan

2.3 Langkah-langkah Resusitasi


2.3.1 Langkah Awal
Langkah ini perlu dilakukan dalam waktu 30 detik. Bagi kebanyakan bayi baru lahir, 6
langkah awal dibawah ini cukup untuk merangsang bayi bernafas spontan dan teratur. Sambil
melakukan langkah awal.
 Beritahu ibu dan keluarganya bahwa bayinya memerlukan bantuan untuk memulai
bernafas.
 Minta salah seorang keluarga mendampinggi ibu untuk memberi dukungan moral
menjaga ibu dan melaporkan bila ada pendarahan.

Adapun 6 langkah awal tersebut adalah :

1) Jaga bayi tetap hangat :


 Letakkan bayi diatas kain yang ada diatas perut ibu
 Selimuti bayi dengan kain tersebut, potong tali pusat
 Pindahkan bayi keatas kain di tempat resusitasi.

2) Atur posisi bayi


 Baringkan bayi terlantang dengan kepala didekat penolong
 Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstens

3) Isap lender

Gunakan alat penghisap lendir De Lee dengan cara sebagai berikut :

 Pertama, isap lendir didalam mulut, kemudian baru hisap lendir dihidung
 Hisap lendir sambil menarik keluar penghisap, bukan pada saat memasukan
 Jangan memasukan ujung penghisap terlalu dalam (jangan lebih dari 5 cm kedalam mulut
atau lebih dari 3 cm kedalam hidung), karena dapat menyebabkan denyut jantung bayi
melambat atau henti nafas bayi.

4) Keringkan dan rangsang bayi.


 Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainya dengan sedikit tekanan.
Rangsangan ini dapat memula,I pernafasan bayi atau bernafas lebih baik.
 Lakukan rangsangan taktik dengan beberapa cara di bawah ini :
- Menyentil dan menepuk telapak kaki
- Menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan telapak
tangan

5) Atur kembali posisi kepala dan selimuti bayi


 Ganti kain yang telah basah dengan kain bersih dan kering yang baru (yang dibawahnya)
 Selimuti bayi dengan kain tersebut, jangan tutupi bagian muka dan dada agar
pemantauan pernafasan bayi dapat diteruskan.
 Atur kembali posisi kapala bayi sehingga kepala sedikit ekstensi

6) Lakukan penelitian bayi


 Lakukan penilaian apakah bayi bernafas normal, megap-ngap atau tidak bernafas.
- Bila bayi bernafas normal, berikan bayi kepada ibunya :
a. Letakan bayi diatas dada ibu dan selimuti keduanya untuk menjaga
kehangatan tubuh bai melalui persentuhan kulit ibu kekulit bayi.
b. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya sambil membelainya.
- Bila bayi tidak bernafas atau bernafas megap-megap, segera lakukan
tindakan vertilasi
2.3.2 Ventilasi
Ventilasi adalah bagian dari tindakan resusitasi untuk memasukan sejumlah volume udara ke
dalam paru dengan tekanan positif yang memadai untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa
bernafas spontan dan teratur.

Langkah-langkah :
1. Pemasangan sungkup
- Pasang dan pegang sungkup agar menutupi mulut dan hidung bayi
2. Ventilasi 2 kali
- Lakukan tiupan udara dengan tekanan 30 cm air tiupan awal ini sangat penting
untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa mulai bernafas dan sekaligus menguji
apakah jalan nafas terbuka atau bebas.
- Lihat apakah dada bayi mengembang

Bila tidak mengembang :

- Periksa posisi kepala, pastikan posisinya sudah benar


- Periksa pemasangan sungkup dan pastikan tidak terjadi kebocoran
- Periksa ulang apakah jalan nafas tersumbat cairan atau lendir

Bila dada mengemban, lakukan tahap berikutnya

3. Ventilasi 20 kali dalam 30 detik


- Lakukan tiupan dengan tekanan 20 cm air, 20 kali dalam 30 detik
- Pastikan udara masuk (dada mengembang) dalam 30 detik tindakan.
4. Lakukan Penilaian
- Bila bayi sudah bernafas normal, hentikan ventilasi dan pantau bayi. Bayi
diberikan asuhan pascaresusitasi.
- Bila bayi belum bernafas atau megap-megap, lanjutkan vertilasi dengan tekana 20
cm air, 20 x untuk 30 detik berikutnya dalam 2 menit, evaluasi hasil ventilasi
setiap 30 detik
- Lakukan penilaian bayi apakah bernafas, tidak bernafas atau megap-megap
Bila bayi telah bernafas normal, hentikan ventilasi dan pantau bayi dengan seksam berikan
asuhan pascaresusitasi.

Bila bayi tidak bernafas , atau megap-megap, teruskan ventilasi dengan tekanan 20 cm air, 20 x
untuk 30 detik berikutnya dan nilai hasilnya setiap 30 detik dalam 10 menit :

- Siapkan rujukan bila bayi belum bernafas normal sesudah 2 menit di ventilasi.
- Hentikan ventilasi bila tidak ada tanda kehidupan
- Bayi yang tidak bernafas normal setelah 20 menit diresusitasi akan mengalami kerusakan
otak sehingga bayi akan menderita kecacatan yang berat atau meninggal.

2.4 Macam-macam Refleks pada Bayi

1. Refleks Mencari dan Menangkap Puting (Rooting Reflex)


Refleks ini terjadi ketika Moms menyentuh pipi Si Kecil, baik dengan jari tangan maupun
payudara. Setelah disentuh, ia akan langsung menoleh ke arah datangnya sentuhan,
membuka mulut, dan berusaha menangkap puting.
Ini menandakan refleks untuk mencari sumber makanannya (puting) sedang bekerja.
Refleks ini akan menghilang seiring dengan pertumbuhan, umumnya setelah 3-4 bulan.
2. Refleks Mengisap (Sucking Reflex)
Setelah menangkap puting susu, selanjutnya bayi akan melakukan gerakan mengisap.
Inilah yang disebut refleks mengisap, yaitu gerakan otomatis mengisap benda yang
ditempatkan di mulutnya. Refleks ini merupakan rute bayi menuju pengenalan makanan.
Agar refleks ini bekerja maksimal, pastikan areola (lingkaran berwarna lebih gelap di
sekitar puting) telah masuk ke dalam mulut dan puting sudah menyentuh bagian langit-
langit mulut.
3. Refleks Menelan (Swallowing Reflex)
ASI yang keluar setelah diisap, selanjutnya akan ditelan oleh Si Kecil. Refleks menelan
dimulai dengan gerakan dorongan ASI ke bagian belakang mulut oleh lidah untuk
disalurkan menuju kerongkongan kemudian pencernaan.
4. Refleks Muntah
Refleks muntah terjadi ketika bayi menelan terlalu banyak ASI. Hal ini terjadi ketika ibu
mengalami suplai ASI berlebih atau ASI memancar terlalu kuat. Kondisi ini
menyebabkan tenggorokan bayi tertutup agar tidak tersedak, dan lidahnya mengeluarkan
kelebihan ASI. Biasa juga dikenal dengan gumoh.
5. Refleks bayi mencengkeram
Refleks ini ada sejak bayi baru lahir. Jika Anda meletakkan satu jari di tangan bayi, dia
akan langsung mencengkram jari tersebut. Setiap kali ada sentuhan di telapak tangannya,
dia akan refleks mengenggam benda apapun yang ada di dekat tangannya.
6. Refleks gallant
Dokter akan melakukan pemeriksaan secara rutin untuk memantau tumbuh kembang
saraf tulang belakang si kecil. Salah satunya adalah dengan melihat refleks galant si kecil.
Caranya dengan memosisikan bayi tengkurap, dan mengelus bagian samping punggung
bayi. Bila sarafnya tumbuh dengan baik, tubuh bayi akan melengkung dan pelvisnya
tertarik ke arah sentuhan berasal.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Resusitasi merupakan upaya untuk mengembalikan bayi baru lahir dengan asfiksia berat
menjadi keadaan yang lebih baik dapat bernafas atau menangis spontan dan denyut
jantung menjdi teratur

Penilaian awal terhadap bayi untuk dilakukan resusitasi adalah :

1. Bayi kurang bulan


2. Air ketuban bercampur meconium
3. Bayi tidak bernafas spontan atau nafas megap-megap
4. Torus otot buruk

Langkah-langkah resusitasi terdiri dari :


1. 6 langkah awal
2. ventilasi
DAFTAR PUSTAKA

http://noveniiswarti123.blogspot.com/2016/05/makalah-resusitasi-bayi-baru-
lahir_54.html

Anda mungkin juga menyukai