Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEBIDANAN

BERSALIN

ASMA PADA
PERSALINAN
KELOMPOK 1
Angelina Kristiani

Anita Rohmana

Fraya Nadila Putri

Marselina Syah Putri

Romalumitha Simatupang

Rida Nurul Hasanah

Sarmila Wati

Tiara Anastasya Simatupang

Yolanda Juliarsyah Putri


POKOK PEMBAHASAN
DEFENISI ASMA

DEFENISI YANG MENYERTAI PERSALINAN

TANDA DAN GEJALA

PROHNOSIS

PATOFISIOLOGI

TATA LAKSANA
DEFENISI ASMA

ASMA adalah penyakit sistem respirasi yang


ditandai dengan episode sesak dan mengik
berulang. Hal ini di sebabkan oleh inflamasi
kronik saluran udara serta sekresi mukus
berlebih.
Pada serangan asma akut,inflamasiakan
menyebabkan saluran udara menjadi sempit
sehingga mengurangi aliran udara inspirasi dan
ekspirasi.
DEFENISI YANG MENYERTAI PERSALINAN

Eksaserbasi serangan asma tampaknya sering


terjadi pada trimester III atau pada saat persalinan,
hal ini menimbulkan pendapat adanya pengaruh
perubahan faktor hormonal, yaitu penurunan
progesteron dan peningkatan prostaglandin,
sebagai faktor yang memberikan pengaruh.Pada
persalinan dengan seksio sesarea resiko timbulnya
eksaserbasi serangan asma mencapai 18 kali lipat
dibandingkan jika persalinan berlangsung
pervaginam.
TANDA DAN GEJALA
• Sesak napas
• Batuk yang bertambah parah pada
malam dan pagi hari
• Batuk saat melakukan aktivitas fisik
• Mengi
• Dada terasa tertekan
• Kulit tampak pucat
• Lemas
• Bibir dan jari tangan tampak kebiruan
PROHSNOSIS
Seperti pada penyakit lain,
diagnosis penyakit asma
dapat ditegakkan dengan
anamnesis yang baik.
Pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan faal i. paru
akan lebih meningkatkan
nilai diagnostik.
a) Anamnesis
Anamnesis yang baik meliputi riwayat tentang
penyakit/gejala,yaitu:
• a) Asma bersifat episodik, sering bersifat reversibel dengan atau
• tanpa pengobatan
• b) Asma biasanya muncul setelah adanya paparan terhadap
• alergen, gejala musiman, riwayat alergi/atopi, dan riwayat
• keluarga pengidap asma.
• c) Gejala asma berupa batuk, mengi, sesak napas yang episodik,
• rasa berat di dada dan berdahak yang berulang
• d) Gejala timbul/memburuk terutama pada malam/dini hari
• e) Mengi atau batuk setelah kegiatan fisik
• f) Respon positif terhadap pemberian bronkodilator
b) Pemeriksaan Fisik
 Gejala asma bervariasi sepanjang hari sehingga
pemeriksaan fisik dapat normal (GINA, 2009).
 Kelainan pemeriksaan fisik yang paling umum
ditemukan pada auskultasi adalah mengi.
Padasebagian penderita, auskultasi dapat terdengar
normal walaupun pada pengukuran objektif (faal
paru) telah terdapat penyempitan jalan napas. Oleh
karena itu, pemeriksaan fisik akan sangat membantu
diagnosis jika pada saat pemeriksaan terdapat gejala-
gejala obstruksi saluran pernapasan (Chung, 2002).
 Sewaktu mengalami serangan, jalan napas akan
semakin mengecil oleh karena kontraksi otot
polos saluran napas, edema dan hipersekresi
mukus. Keadaan ini dapat menyumbat saluran
napas; sebagaikompensasi penderita akan
bernapas pada volume paru yang lebih besar
untuk mengatasi jalan napas yang mengecil
(hiperinflasi). Hal ini akan menyebabkan
timbulnya gejala klinis berupa batuk,sesak
napas, dan mengi (GINA, 2009).
c) Faal Paru
Pengukuran faal paru sangat berguna untuk
meningkatkan nilai diagnostik. Ini disebabkan karena
penderita asma sering tidak mengenal gejala dan
kadar keparahannya, demikian pula diagnosa oleh
dokter tidak selalu akurat. Faal paru menilai derajat
keparahan hambatan aliran udara, reversibilitasnya,
dan membantu kita menegakkan diagnosis asma.
Akan tetapi, faal paru tidak mempunyai hubungan
kuat dengan gejala, hanya sebagai informasi
tambahan akan kadar kontrol terhadap asma
(Pellegrino dkk, 2005).
Menurut Global Initiative for Asthma (GINA)
penggolongan asma berdasarkan beratnya
penyakit dibagi 4 (empat) yaitu:

a) Asma Intermiten (asma jarang).


(1) gejala kurang dari seminggu.
(2) serangan singkat.
(3) gejala pada malam hari < 2 kali dalam
sebulan.
(4) APE dan VEP1 > 80%(5) Variasi diurnal <
20%
b) Asma mild persistent (asma persisten ringan)
(1) gejala lebih dari sekali seminggu.
(2) serangan mengganggu aktivitas dan tidur.
(3) gejala pada malam hari > 2 kali sebulan
(4) APE atau VEP1 > 80%.
(5) Variasi diurnal 20% – 30%
c) Asma moderate persistent (asma persisten sedang)
(1) gejala setiap hari
(2) serangan mengganggu aktivitas dan tidur
(3) gejala pada malam hari > 1 dalam seminggu
(4) APE atau VEP1 60% – 80%
(5) Variasi diurnal > 30%
d) Asma severe persistent (asma persisten
berat)
(1) gejala setiap hari
(2) serangan terus menerus
(3) gejala pada malam hari setiap hari
(4) terjadi pembatasan aktivitas fisik
(5) APE atau VEP1 <60%
(6) Variasi diurnal > 30%.
PATOFISIOLOGI

Asma ditandai dengan adanya


kontraksi spastic dari otot polos
bronkeolus yang menyebabkan
sulit bernafas.
Penyebab yang umum adalah
hipersensitibilitas bronkeolus
terhadap benda asing di udara.
Tata Laksana

• 1. mencegah terjadinya stress


• 2. menghindari faktor resiko/pencetus yang
sudah diketahui secara intensif
• 3. mencegah penggunaan obat seperti aspirin
atau semacamnya yang dapat menjadi
pencetus timbulnya serangan asma.
• 4. pada asma yang ringan dapat digunakan obat-
obat local yang berbentuk inhalasi atau peroral
seperti isoproterenol
• 5. pada penderita yang berat dapat di rawat dan
serangan dapat di hilangkan dengan atau lebih
dari obat di bawah ini :
a. epineprin
b. isoproterenol
c. oksigen
d. aminopilin 250-500 mg
e. hidokortison 260-1000 mg secara IV ( intra vena
)
Sumber

http://
makalahsmapadakehamilan.blogspot.c
om/2011/10/penyakiut-asma-yang-me
nyertai-kehamilan.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai