Anda di halaman 1dari 11

7. Bagaimana pencegahan dan penanganan pada distosia?

Jawab : Pencegahan Distosia : Status gizi ibu saat hamil Senam hamil secara teratur Mengontrol kehamilan Persiapan mental menjelang persalinan Asuhan persalinan yang baik jalan lahir yang perlu ditempuh janin untuk bisa keluar jadi lebih pendek. Suplai oksigen dari ibu ke janin pun berlangsung optimal. Kendati begitu, posisi persalinan ini bisa memunculkan kelelahan dan keluhan punggung pegal. Apalagi jika proses persalinan tersebut berlangsung lama. Status gizi ibu saat hamil Pada Saat hamil status gizi ibu harus baik,sehingga tenaga ibu saat melahirkan akan bagus melakukan senam hamil secara teratur Senam hamil perlu untuk melemaskan otot-otot,selain itu pada senam hamil juga di ajarkan cara-cara bernapas saat persalinan dan posisi-posisi persalinan yang baik, tentunya posisi persalinan adalah posisi yang dirasakan nyaman oleh ibu Mengontrol kehamilan Dengan sering mengontrol kehamilan ,minimal 4 kali dalam masa kehamilan,dapat mendeteksi sedini mungkin bila ada kelainan,seperti ukuran bayi yang tidak sesuai dengan usia kehamilan. Biasanya Dokter juga akan memberikan konseling dan pengetahuan tentang kehamilan dan persalinan pada ibu Persiapan mental menjelang kehamilan

Ketakutan & Kecemasan akan berpengaruh pada psikologi ibu,sehingga ibu perlu kesiapan mental menjelang kelahiran Asuhan persalinan yang baik - Sikap ramah dan jaminan keamanan penolong (Bidan/Dokter) kepada ibu,akan membangun rasa percaya diri ibu dan rasa percayanya pada tenaga penolong. - Tidak mengejan sebelum diperintah oleh bidan/dokter - Mengejan yang tidak teratur akan mengurangi tenaga ibu melahirkan - Memantau persalinan dengan patograf Patograf merupakan suatu metode grafik untuk merekam kejadian-kejadian pada perjalanan persalinan.jika perjalanan persalinannya masih sesuai grafik,maka masih bisa di usahakan untuk melahirkan normal,tapi jika tidak,maka segera lakukan operasi. - Waktu rujukan yang tepat Sebaiknya jika pasien melahirkan di puskesmas dan disitu hanya ada bidan,kemudian terjadi hal-hal yang tidak normal seperti persalinan tidak maju dan sudah aterm tapi belum masuk panggul ,yang mungkin dikarenakan oleh bayi normal,tetapi panggul ibu yang sempit atau panggul ibu normal dan ukuran bayi yang besar,dan bidan puskemas tidak bisa lagi menangani,maka sebaiknya cepat dirujuk ke rumah sakit dan jangan menunda-nunda,karena jika terlambat akan berakibat fatal bagi ibu & bayinya. Penanganan Distosia Kelainan Power 1. Inersia uteri hipotonik Adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah / tidak adekuat untuk melakukan pembukaan serviks atau mendorong anak keluar. Di sini kekuatan his lemah dan frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya akibat hidramnion atau kehamilan kembar atau makrosomia, grandemultipara atau primipara, serta pada penderita dengan keadaan emosi kurang baik. Dapat terjadi

pada kala pembukaan serviks, fase latin atau fase aktif, maupun pada kala pengeluaran. a. Inersia uteri primer : terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah terjadi his yang tidak adekuat, sehingga sering sulit untuk memastikan apakah penderita telah memasuki keadaan in partu atau belum. b. Inersia uteri sekunder : terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik, kemudian pada keadaan selanjutnya terdapat gangguan / kelainan. Penanganan : a. Keadaan umum penderita harus diperbaiki. Gizi selama kehamilan harus diperhatikan. b. Penderita dipersiapkan menghadapi persalinan, dan dijelaskan tentang kemungkinan-kemungkinan yang ada. c. Pada inersia primer, setelah dipastikan penderita masuk dalam persalinan, evaluasi kemajuan persalinan 12 jam kemudian dengan periksa dalam. Jika pembukaan kurang dari 3 cm, porsio tebal lebih dari 1 cm, penderita diistirahatkan, diberikan sedativa sehingga dapat tidur. Mungkin masih dalam "false labor". Jika setelah 12 jam berikutnya tetap ada his tanpa ada kemajuan persalinan, ketuban dipecahkan dan his diperbaiki dengan infus pitosin. Perlu diingat bahwa persalinan harus diselesaikan dalam waktu 24 jam setelah ketuban pecah, agar prognosis janin tetap baik. d. Pada inersia uteri sekunder, dalam fase aktif, harus segera dilakukan : 1) penilaian cermat apakah ada disproporsi sefalopelvik dengan pelvimetri klinik atau radiologi. Bila ada CPD maka persalinan segera diakhiri dengan sectio cesarea. 2) bila tidak ada CPD, ketuban dipecahkan dan diberi pitocin infus. 3) nilai kemajuan persalinan kembali 2 jam setelah his baik. Bila tidak ada kemajuan, persalinan diakhiri dengan sectio cesarea. 4) pada akhir kala I atau pada kala II bila syarat ekstraksi vakum atau cunam dipenuhi, maka persalinan dapat segera diakhiri dengan bantuan alat tersebut. Perlu diingat bahwa hampir 50% kelainan his pada fase aktif disebabkan atau dihubungkan dengan adanya CPD, sisanya baru disebabkan faktor lain seperti

akibat kelainan posisi janin, pemberian obat sedativa atau relaksan terhadap otot uterus, dan sebagainya. 2. Inersia uteri hipertonik Adalah kelainan his dengan kekuatan cukup besar (kadang sampai melebihi normal) namun tidak ada koordinasi kontraksi dari bagian atas, tengah dan bawah uterus, sehingga tidak efisien untuk membuka serviks dan mendorong bayi keluar. Disebut juga sebagai incoordinate uterine action. Contoh misalnya "tetania uteri" karena obat uterotonika yang berlebihan. Pasien merasa kesakitan karena his yang kuat dan berlangsung hampir terus-menerus. Pada janin dapat terjadi hipoksia janin karena gangguan sirkulasi uteroplasenter. Faktor yang dapat menyebabkan kelainan ini antara lain adalah rangsangan pada uterus, misalnya pemberian oksitosin yang berlebihan, ketuban pecah lama dengan disertai infeksi, dan sebagainya. Penanganan : a. pemberian sedativa dan obat yang bersifat tokolitik (menekan kontraksi uterus) agar kontraksi uterus tersebut hilang dan diharapkan kemudian timbul his normal. Denyut jantung janin HARUS terus dievaluasi. b. Bila dengan cara tersebut tidak berhasil, persalinan harus diakhiri dengan sectio cesarea.

Kelainan Letak & Bentuk Janin 1. Presentasi oksiput posterior Adalah presentasi belakang kepala dengan oksiput (UUK)berada di belakang. Angka kejadian untuk kasus ini mencapai angka 8 % dari kehamilan yang ada.

Penanganan : a. Persalinan akan terganggu (lama) bila rotasi spontan tidak terjadi (90 % akan terjadi rotasi spontan menjadi oksiput anterior). b. Pecahkan ketuban c. Bila kepala tdk turun (teraba > 3/5 diatas PAP) lakukan seksio sesarea d. Bila pembukaan serviks belum lengkap, tdk ada tanda2 obstruksi drips oksitosin e. Pembukaan lengkap & Kala II lama & tdk ada tanda2 obstruksi drips oksitosin f. Syarat2 terpenuhi ekstraksi vakum atau forseps. 2. Presentasi oksiput transversalis Adalah presentasi belakang kepala dengan oksiput (ubun-ubun kecil) melintang. 3. Presentasi puncak kepala Adalah presentasi kepala dengan defleksi/ekstensi minimal dengan sinsiput merupakan bagian terendah. Penanganan : a. dapat ditunggu kelahiran spontan b. episiotomy c. bila 1 jam dipimpin mengejan tak lahir, dan kepala bayi sudah didasar panggul, maka dilakukan ekstraksi forcep 4. Presentasi dahi Adalah presentasi kepala dengan defleksi/ekstensi maksimal sedang dahi merupakan bagian terendah. Terjadi pada 1 dari 400 kelahiran. Biasanya akan berubah Penanganan : a. bayi kecil maka bisa lahir spontan b. jika pada kala 1 kepala belum masuk ke dalam rongga panggul, dapat diusahakan dengan melakukan perasat Thorn (10% bisa menjadi presentasi muka/ belakang kepala jika tidak berhasil lakukan SC c. jalan persalinan tak lancar/pembukaan belum lengkap/janin besar dan sukar melewati PAP kemudaian terjadi molage hebat maka lakukan Sectio caesaria menjadi presentasi muka atau belakang kepala.

d. jika janin mati lakukan pembukaan lengkap dan lakukan kraniotomi dan jika pembukaan tidak lengkap lakukan SC 5. Presentasi muka Adalah presentasi kepala dengan defleksi/ekstensi maksimal sedang muka merupakan Penanganan : a. periksa apakah ada CPD jika positif ada maka lakukan SC dan jika negatif dan kondisi baik lakukan persalinan pervaginam b. dalam kehamilan, bila terjadi posisi mentoposterior (dagu berada di belakang) perasat Schatz c. dalam persalinan 1) konservatif dan aktif : tidur miring kesebelah dagu, bila mentoanterior lahir spontan, bila mentoposterior ubah menjadi mentoanterior dengan perasat Thorn atau forsep jika tidak berhasil lakukan SC. 2) janin mati embriotomi 6. Letak sungsang Adalah keadaan janin dimana letaknya memanjang dgn bagian terbawah bokong dengan atau tanpa kaki. Angka kejadian mencapai 3 % dari kelahiran. Klasifiaksi : Ada 4 presentasi yaitu a. presentasi bokong murni, kedua kaki menjungkit ke atas terletak dekat kepala b. presentasi bokong kaki, kedua kaki disamping bokong dsb sempurna, bila hanya satu kaki dsb tidak sempurna c. presentasi kaki, bgn terendah 2 kaki dsb presentasi kaki sempurna, bila hanya 1 dsb presentasi kaki tidak sempurna d. presentasi lutut, bgn terendah 2 lutut dsb sempurna, bila hanya 1 dsb tidak sempurna Penanganan : a. Dalam kehamilan, Bila ditemui pada primigravida hendaknya diusahakan versi luar yang dilakukan antara 34 dan 38 minggu. Sebelum melakukan versi luar, diagnosis letak janin harus pasti dan denyut jantung janin harus dalam keadaan bagian terendah. Terjadi pada 1 dari 1000 kelahiran.

baik. Perlu diingat kotraindikasi versi luar ialah panggul sempit, perdarahan antepartum, hipertensi, hamil kembar, dan plasenta previa. b. Dalam persalinan, Untuk menolong persalinan letak sungsang ini diperlukan ketekunan dan kesabaran. Pertama-tama tentukan apakah ada kelainan yang mengindikasikan untuk seksio sesarea. Apabila tidak ada, dan diperkirakan dapat dilahirkan pervaginam maka hendaknya pengawasan dilakukan secara seksama. Setelah bokong lahir, jangan menarik atau mengadakan dorongan secara Kristeller karena dapat menyulitkan kelahiran lengan dan bahu. Untuk melahirkan bahu dan kepala dapat dipilih perasat Bracht. Sedangkan untuk melahirkan lengan dan bahu dapat dipakai cara klasik yaitu Mueller / Loevset. Kepala janin dapat dilahirkan secara Mauriceau 7. Presentasi rangkap Penanganan : a. Pada sebagian besar kasus, penatalaksanaan kasus adalah ekspektatif oleh karena jarang mengganggu jalannya persalinan dan umumnya tangan janin secara reflektoar akan ditarik sehingga tidak lagi mengganggu jalannya persalinan. b. Tindakan yang bisa dikerjakan adalah dengan mereposisi tangan dan menurunkan kepala kedalam jalan lahir secara bersamaan. 8. Letak lintang Keadaan di mana sumbu panjang janin kira-kira tegak lurus dengan sumbu panjang tubuh ibu - Knee-chest position, Pada primigravida umur kehamilan kurang dari 28 minggu dianjurkan posisi lutut dada, jika lebih dari 28 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal dianjurkan posisi lutut dada sampai persalinan. Pada multigravida umur kehamilan kurang dari 32 minggu posisi lutut dada, jika lebih dari 32 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal posisi lutut dada sampai persalinan. 9. Presentasi ganda Menumbungnya satu ekstremitas disisi bagian terbawah janin dan kedua bagian ini sekaligus berada didalam panggul. Penanganan : Jika lengan menumbung disamping kepala, keadaan tersebut harus diawasi ketat apakah lengan keluar bersama dengan penurunan bagian terbawah janin. Jika gagal

mengikuti penurunan tersebut/bila tampaknya menghalangi penurunan kepala, lengan yang menumbung tersebut secara perlahan-lahan harus didorong ke atas dan bersamaan dengan itu, kepala akan turun karena tekanan fundus uteri. 10. Kehamilan ganda Kehamilan ganda atau kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Sejak ditemukannya obat-obat dan cara induksi ovulasi maka dari laporanlaporan dari seluruh pelosok dunia, frekuensi kehamilan kembar condong meningkat. Bahkan sekarang telah ada hamil kembar lebih dari 6 janin.

Penanganan : a. Bila anak satu letaknya membujur, kala satu diawasi seperti biasa ditolong seperti biasa dengan episiotomi mediolateralis. b. Setelah itu baru waspada, lakukan periksa luar, periksa dalam untuk menentukan Keadaan janin II. Tunggu, sambil memeriksa tekanan darah itu dan lain-lain. Biasanya dalam 10-15 menit his akan kuat lagi. Bila janin II letaknya membujur, ketuban dipecahkan pelan-pelan supaya air ketuban tidak deras mengalir keluar.Tunggu dan pimpinan persalinan anak II seperti biasa. c. Awas akan kemungkinan terjadinya perdarahan post partum, maka sebaiknya dipasang infuse profilaksis. d. Bila ada kelainan letak anak II, melintang atau terjadi prolaps tali pusat dan solusio plasentae, maka janin dilahirkan dengan cara operatif obstetric : 1) Pada letak lintang coba versi luar dulu. 2) Atau lahirkan dengan cara versi dan ekstrasi. 3) Pada letak kepala persalinan dipercepat dengan ekshasi vakum atau forseps. 4) Pada letak bokong atau kaki; ekstraksi bokong atau kaki. Indikasi section caecarea hanya pada : 1) Janin I letak lintang. 2) Terjadi prolaps tali pusat.c 3) Plasenta praevia. 4) Terjadi interlocking pada letak kedua janin 69; anak satu letak sungsang dan anak II letak kepala.

5) Kala IV diawasi terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan postpartum; berikan suntikan sinto-metrin yaitu l0 satuan sintosinon tambah 0,2 mg methergin intravena. 11. Hidrocephalus adalah pengumpulan cairan cerebrospinai di dalam ventrikel otak. Jumlah cairan berkisar 500-1500 ml. Hidrosefalus sering ditemui dalam keadaan letak sungsang. Bagaimnapun letaknya hidrosefalus menyebabkan CPD. Penanganan : a. awasi secara seksama resiko ruptur uteri terutama saat pembukaan belum legkap b. presentasi kepala pengecilan kepala : dilakukan pada pembukaan 3 cm ke atas, dengan jarum punksi besar dan panjang dilakukan pada kepala janin,cairan keluar,kepala mengecil,bahaya regangan segmen bawah rahim berkurang kepala masuk ke panggul persalinan spontan c. presentasi bokong pengecilan kepala : dilakukan setelah badan janin lahir buat sayatan pada kulit, otot, ligamentum pada batas antara kepala dan tulang leher dengan perforatorium,kepala ditembus melalui foramen magnum,cairan keluar,kepala mengecil d. setelah janin lahir lakukan eksplorasi kavum uteri e. bisa dilakukan dengan seksio sesar, atas indikasi : indikasi maternal, bayi dalam keadaan letak lintang yang tidak mudah diputar, ketidakberhasilan

dekompresasi/penurunan kepala, keraguan diagnosis sementara bayinya masih hidup. 12. Prolapsus fonikuli adalah suatu keadaan dimana bagian kecil janin berada di samping/di bawah besar janin dan bersama-sama memasuki jalan lahir. Penanganan : a. ketuban utuh, berbaring dengan posisi trendelenburg, dengkul-dada, dengkulsiku b. ketuban sudah pecah,

c. pada kepala tangan, persalinan spontan bisa terjadi, jika terjadi gangguan putaran pada paksi dalam maka bisa dilakukan ekstraksi forsep d. pada kepala lengan, dilakukan reposisi, kalau kepala sudah masuk jauh panggul reposisi tidak bisa dilakukan dan diganti dengan ekstraksi forsep, kalau gagal lakukan SC e. kepala kaki, reposisi,SC

Kelainan Bentuk Panggul 1. Kesempitan Pintu Atas Panggul dianggap sempit bila konjugata vera kurang dari 10 cm atau diameter transversa kurang dari 12 cm. Penanganan : a. panggul sempit ringan : konjugata vera kurang 10 cm lakukan partus percobaan b. panggul sempit sedang : konjugata vera kurang dari 9 cm lakukan SC c. panggul sempit berat : konjugata vera kurang dari 8 cm lakukan SC d. panggul sempit absolut : konjugata vera kurang dari 6 cm lakukan SC, janin mati pun lakukan SC. Lakukan pengawasan dengan seksama jika partus lama dan risiko dehidrasi, asidosis atasi dengan pemberian infus IV 2. Kesempitan Pintu Tengah Panggul dikatakan sempit jika jumlah diameter transversa dan sagitalis 13,5 cm atau kurang, dan diameter antar spina kurang dari 9 cm. Ukuran yang penting yang ada di panggul tengah adalah a. diameter transversa : 10. 5 cm b. diameter anterioposterior : 11,5 cm c. diameter sagitalis posterior : 5 cm Penanganan : a. lahir pervaginam lakukan dengan cara ekstraksi vakum,jika dgn forsep maka akan memeperkecil ruang jalan lahir b. kalau diameter antarspina kurang dari 9 cm lakukan SC 3. Kesempitan Pintu Bawah Panggul

pintu bawah panggul dianggap sempit jika jarak antar tuberiskii 8 cm atau kurang. Kalau jarak ini berkurang maka arcus pubis akan meruncing. Pada kondisi ini juga ditemukan diameter transversa + daimeter sagitalis posterior kurang dari 15 cm(normal ny 11 cm + 7,5 cm =18,5 cm). Penanganan : SC sangat jarang dilakukan. Persalinan dilakukan secara pervaginam yang dipermudah dengan ekstraksi forcep dengan sebelumnya dilakukan episiotomi secara luas untuk mencegah terjadinya ruptur perinei.

Sumber : 1. Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Edisi keempat cetakan kedua. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo 2. Norwits, Errol & John Schorge. 2002. Obstetri & Ginekologi. edisi kedua. Jakarta : Erlangga 3. Abdul Bari, Saifuddin. 2007. Buku Acuan Nasional Kesehatan Maternal Dan Maternal.

Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai