Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

PARTUS TAK MAJU

A. Definisi
Partus tak maju adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung
12 jam atau lebih,bayi belum lahir. Dilatasi serviks di kanan garis waspada persalinan
fase aktif. Partus tak maju adalah ketiadaan kemajuan dalam dilatasi serviks, atau
penurunan dari bagian yang masuk selama persalinan aktif. Partus tak maju
merupakan fase dari suatu partus yang macet dan berlangsung terlalu lama sehingga
menimbulkan gejala-gejala seperti dehidrasi, infeksi, kelelahan, serta, asfiksia dan
kematian dalam kandungan (Purwaningsih & Fatmawati, 2010).
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, di mana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan
utuh serta berat janin di atas 500 gram (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012).
Jadi dapat disimpulkan bahwa SC dengan indikasi partus tak majuadalah suatu
persalinan buatan, di mana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut
dan dinding rahim karena ketiadaan kemajuan dalam dilatasi serviks, atau penurunan
dari bagian yang masuk selama persalinan aktif.

B. Anatomi Tubuh Ibu Melahirkan


Ibu bertubuh pendek < 150 cm yang biasanya berkaitan dengan malnutrisi dan
terjadinya deformitas panggul merupakan risiko tinggi dalam persalinan, tinggi badan
< 150 cm berkaitan dengan kemungkinan panggul sempit. Tinggi badan Ibu < 145 cm
terjadi ketidakseimbangan antara luas panggul dan besar kepala janin. Sebagian besar
kasus partus tak maju disebabkan oleh tulang panggul ibu terlalu sempit sehingga
tidak mudah dilintasi kepala bayi waktu bersalin. Proporsi wanita dengan rongga
panggul yang sempit menurun dengan meningkatnya tinggi badan, persalinan macet
yang disebabkan panggul sempit jarang terjadi pada wanita tinggi. Penelitian di
Nigeria Utara dari seluruh ibu yang mengalami persalinan macet, proporsi wanita
dengan panggul sempit memiliki tinggi badan < 145 cm sebesar 40%, tinggi badan
150 cm sebesar 14% dan tinggi badan 160 cm sebesar 1%.
C. Etiologi
Sebab-sebab terjadinya partus tak maju ini sangat kompleks dan tergantung pada
pengawasan saat hamil, pertolongan persalinan yang baik dan penatalaksanaannya
(Purwaningsih & Fatmawati, 2010). Faktor-faktor penyebabnya adalah:
1. Kelainan letak janin.
2. Kelainan-kelainan panggul.
3. Kelainan his.
4. Pimpin partus yang salah.
5. Janin besar atau ada kelainan congenital.
6. Primitua.
7. Perut gantung, grandemulti.
8. Ketuban pecah dini.

D. Klasifikasi
Klasifikasi Partus tak maju Klasifikasi Partus tak maju menurut Kurniawati &
Mirzanie (2009) dan Saifuddin (2010) adalah:
1. Fase laten yang memanjang (Prolonged Latent Phase)
Pembukaan serviks tidak melewati 4 cm sesudah 8 jam in partu dengan his yang
teratur.
2. Fase aktif yang memanjang
Pembukaan serviks melewati kanan garis waspada partograf. Faktor penyebabnya
yaitu:
a. Inersia uteri
Frekuensi his kurang dari 3 his per 10 menit dan lamanya kurang dari 40 detik.
b. Disproporsi sefalopelvik Pembukaan serviks dan turunnya bagian janin yang
dipresentasi tidak maju, sedangkan his baik.
c. Obstruksi kepala Pembukaan serviks dan turunnya bagian janin yang
dipresentasi tidak maju dengan kaput, terdapat moulase hebat, edema serviks,
tanda ruptura uteri imminens, gawat janin.
d. Malpresentasi dan malposisi Malpresentasi merupakan posisi abnormal dari
verteks kepala janin (dengan ubun-ubun kecil sebagai penanda) terhadap
panggul ibu. Malposisi adalah semua presentasi lain dari janin selain
presentasi verteks.
3. Kala II lama (Prolonged Expulsive Phase) Pembukaan serviks lengkap, ibu ingin
mengedan, tetapi tak ada kemajuan penurunan.

E. Manifestasi Klinis
manifestasi klinik partus tak maju yaitu:
1. Pada ibu
a. Gelisah, letih, suhu badan meningkat, nadi cepat, pernafasan cepat,
meteorismus.
b. Di daerah lokal sering dijumpai edema vulva, edema serviks, cairan ketuban
berbau, terdapat mekonium.
2. Pada janin
a. Denyut jantung janin cepat/tidak teratur, bahkan negatif, air ketuban terdapat
mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau.
b. Kaput suksadenum yang membesar.
c. Moulage kepala yang hebat.
d. Kematian janin dalam kandungan (Purwaningsih & Fatmawati, 2010).

F. Patofisiologi
Tidak ada pembukaan servik walaupun didapatkan kontraksi uterus yang adekuat,
pembukaan servik tidak melewati 3 cm sesudah 8 jam inpartu dan ibu ingin mengejan
tetapi tidak ada kemajuan presentasi pada janin. Partus tak maju merupakan penyulit
persalinan dalam kala I, hal ini terjadi di karenakan adanya 2 faktor yaitu faktor ibu
dan faktor janin, dimana dari faktor ibu adanya penyempitan pintu tengah panggul
yang berbentuk android, tidak adanya penurunan kepala serta putaran paksi yang
disebabkan karena disproporsi antara panggul dan janin, kontraksi uterus yang tidak
adekuat sehingga menghambat kemajuan pembukaan.Dari faktor janin yang
ditimbulkan yaitu adanya kelainan posisi seperti Posisi Oksipitalis PosteriorPersisten
atau ubun – ubun kecil janin melintang, presentasi dahi serta berat janin yang
melebihi dari normal >4250 – 4500.
H. Pemeriksaan Penunjang/ diagnostik
1. Pemeriksaan USG untuk mengetahui letak janin
2. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kadar hemoglobin untuk
mengidentifikasi apakah pasien menderita anemia

I. Penatalaksanaan dan Terapi


Tekanan darah diukur setiap empat jam, bahkan pemeriksaan perlu dilakukan
lebih sering apabila ada gejala preeklampsia. Denyut jantung janin dicatat setiap
setengah jam dalam kala I dan lebih sering dalam kala II. Kemungkinan dehidrasi dan
asidosis harus mendapat perhatian sepenuhnya. Karena persalinan lama selalu ada
kemungkinan untuk melakukan tindakan narkosis. Ibu hendaknya tidak diberi
makanan biasa namun diberikan dalam bentuk cairan.
Sebaiknya diberikan infus larutan glukosa 5% dan larutan NaCl isotonik secara
intravena berganti-ganti. Untuk mengurangi rasa nyeri dapat diberikan petidin 50 mg
yang dapat di ulangi, pada permulaan kala I dapat diberikan 10 mg morfin.
Pemeriksaan dalam mengandung bahaya infeksi. Apabila persalinan berlangsung 24
jam tanpa kemajuan berarti maka perlu diadakan penilaian seksama tentang keadaan.
Apabila ketuban sudah pecah maka, keputusan untuk menyelesaikan persalinan tidak
boleh ditunda terlalu lama berhubung mengantisipasi bahaya infeksi. Sebaiknya
dalam 24 jam setelah ketuban pecah sudah dapat diambil keputusan apakah perlu
diadakan SC dalam waktu singkat atau persalinan dapat dibiarkan berlangsung terus.

J. Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang
sehat agar tetap sehat atau tidak sakit. Untuk menghindari risiko partus tak maju
dapat dilakukan dengan :
a. Memberikan informasi bagi ibu dan suaminya tentang tanda bahaya selama
kehamilan dan persalinan.
b. Pendidikan kesehatan reproduksi sedini mungkin kepada wanita usia
reproduksi pra-nikah.
c. Meningkatkan program keluarga berencana bagi ibu usia reproduksi yang
sudah berkeluarga.
d. Memperbaiki perilaku diet dan peningkatan gizi.
e. Antenatal Care dengan yang teratur untuk mendeteksi dini kelainan pada ibu
hamil terutama risiko tinggi
f. Mengukur tinggi badan dan melakukan pemeriksaan panggul pada
primigravida.
g. Mengajurkan untuk melakukan senam hamil.
h. Peningkatan pelayanan medik gawat darurat.
i. Menyediakan sarana transportasi dan komunikasi bagi ibu-ibu yang
melahirkan dirumah (Maternity Waiting Home) apabila terjadi komplikasi,
sehingga harus di rujuk ke fasilitas yang lebih baik.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini dan pengobatan
yang tepat untuk mencegah timbulnya komplikasi, yaitu :
a. Diagnosis dini partus tak maju meliputi
1) Pemeriksaan Abdomen
Tanda-tanda partus tak maju dapat diketahui melalui pemeriksaan
abdomen sebagai berikut :
a) Kepala janin dapat diraba diatas rongga pelviss karena kepala tidak
dapat turun
b) Kontraksi uterus sering dan kuat (tetapi jika seorang ibu mengalami
kontraksi yang lama dalam persalinanya maka kontraksi dapat berhenti
karena kelelahan uterus)
c) Uterus dapat mengalami kontraksi tetanik dan bermolase (kontraksi
uterus bertumpang tindih) ketat disekeliling janin.
d) Cincin Band/Bandles ring ; cincin ini ialah nama yang diberikan pada
daerah diantara segmen atas dan segmen bawah uterus yang dapat
dilihat dan diraba selama persalinan. Dalam persalinan normal, daerah
ini disebut cincin retraksi. Secara normal daerah ini seharusnya tidak
terlihat atau teraba pada pemeriksaan abdomen, cincin bandl adalah
tanda akhir dari persalinan tidak maju. Bentuk uterus seperti kulit
kacang dan palpasi akan memastikan tanda-tanda yang terlihat pada
waktu observasi.
2) Pemeriksaan Vagina
Tanda-tandanya sebagai berikut :
a) Bau busuk dari drainase mekonium
b) Cairan amniotik sudah keluar
c) Kateterisasi akan menghasilkan urine pekat yang dapt mengandung
mekonium atau darah
d) Pemeriksaan vagina : edema vulva (terutama jika ibu telah lama
mengedan), vagina panas dan mengering karena dehidrasi, pembukaan
serviks tidak komplit. Kaput suksedaneum yang besar dapat diraba dan
penyebab persalinan macet antara lain kepala sulit bermolase akibat
terhambat di pelvis, presentasi bahu dan lengan prolaps.
3) Pencatatan Partograf
Persalinan macet dapat juga diketahui jika pencatatan pada partograf
menunjukan:
a) Kala I persalinan lama (fase aktif) disertai kemacetan sekunder
b) Kala II yang lama
c) Gawat janin (frekuensi jantung janin < dari 120 permenit, bau busuk
dari drainase mekonium sedangkan frekuensi jantung janin normal
120-160 permenit)
d) Pembukaan serviks yang buruk walaupun kontraksi uterus yang kuat.
b. Melakukan penanganan secepat mungkin untuk mencegah terjadinya
komplikasi, partus tak maju berisiko mengalami infeksi sampai ruptur uterus
dan biasanya ditangani dengan tindakan bedah, seksio caesarea, ekstraksi
cunam atau vacum oleh sebab itu harus dirujuk kerumah sakit.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dilakukan dengan mencegah terjadinya komplikasi yang
lebih berat dan kematian, yaitu :
a. Rehidrasikan pasien untuk mempertahankan volume plasma normal dan
menangani dehidrasi, ketosis dengan memberikan natrium laktat 1 liter dan
dekstrosa 5% 1-2 liter dalam 6 jam.
b. Pemberiaan antibiotik untuk mencegah sepsis puerperalis dan perawatan
intensif setelah melahirkan.
K. Komplikasi
1. Komplikasi Partus tak maju menurut Prawirohardjo (2008) yaitu:
a. Infeksi Intrapartum
b. Ruptura Uteri
c. Cincin Retraksi Patologis
d. Pembentukan Fistula
e. Cedera Otot-otot Dasar Panggul
f. Efek pada Janin
g. Kaput Suksedaneum
h. Molase Kepala Janin
2. Komplikasi Post Sectio Caesarea Komplikasi yang mungkin ditemukan pada post
partum SC menurut Ayuni (2011) adalah:
a. Infeksi purperial (nifas)
1) Ringan, seperti kenaikan suhu dalam beberapa hari selama masa nifas.
2) Sedang, dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi yang disertai dehidrasi
dan perut yang sedikit kembung.
3) Berat, seperti peritonitis dan sepsis hal ini sering dijumpai pada partus
terlantar. Di mana sebelumnya telah terjadi infeksi intraportal karena
ketuban yang pecah terlalu lama.
b. Perdarahan yang disebabkan karena banyaknya pembuluh darah yang terputus
dan terbuka atau atonia uteri (kurangnya tonus otot pada dinding uteri) dan
perdarahan pada plasenta
c. Luka kandung kemih dan embolisme paru.
d. Ruptur uteri pada kehamilan berikutnya.

L. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
1) Nama Klien
Digunakan untuk membedakan antar klien yang satu dengan yang lain
2) Umur
Untuk mengetahui masa reproduksi klien beresiko tinggi atau tidak, <16
tahun atau > 35 tahun.
3) Suku / Bangsa
Untuk menentukan adat istiadat / budayanya
4) Agama
Untuk menentukan bagaimana kita memberikan dukungan kepada ibu
selama memberikan asuhan.
5) Pekerjaan
Pekerjaan ibu yang berat bisa mengakibatkan ibu kelelahan yang akan
berdampak pada janin nya
6) Alamat
Untuk mengetahui keadaan lingkungan dan tempat tinggal.
7) Tanggal / jam
Untuk mengetahui kapan klien datang dan mendapatkan pelayanan.
8) Keluhan
Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan ibu sebelum dan setelah
melahirkan.
9) Riwayat kehamilan dan persalinan
Untuk mengetahui apakah klien melahirkan secara spontan atau SC
b. Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)
1) Keadaan umum
untuk mengetahui keadaan ibu secara umum baik sebelum atau sesudah
nifas.
2) Keadaan emosional
Untuk mengetahui apakah keadaan emosional stabil / tidak dan apakah
terjadi pre atau post partum blues (depresi) pada post partum.
3) Tanda Vital
Suhu 36,4°C sampai 37,4°C.
Tekanan darah 120/80 – 140/90
Nadi 80 – 100 x/menit
c. Pemeriksaan fisik
1) Muka
a) Kelopak mata
Ada edema atau tidak
b) Konjungtiva
Merah muda atau pucat (anemis atau an anemis)
c) Sklera
Putih atau tidak (ikterik atau an ikterik)
2) Mulut dan gigi : Lidah bersih, gigi ada karies atau tidak ada.
3) Leher
Kelenjar ada pembesaran tiroid atau tidak
4) Dada
a) Jantung : irama jantung teratur
b) Paru-paru : ada ronchi dan wheezing atau tidak
5) Payudara
Bentuk simetris atau tidak, puting susu menonjol atau tidak, pengeluaran
colostrum
6) Abdomen
a) Inspeksi, fundus uterus
b) Auskultasi, bising usus (+) normal
c) Perkusi tympani
d) Palpasi supel, hepar dan lien tidak teraba

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan berhubungan dengan agens cedera biologis
(inpartu)
b. Risiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan lingkungan patogen
3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Intervensi Tindakan


No Tujuan dan Kriteria Hasil Rasional Tindakan
Keperawatan Keperawatan

1. Nyeri akut Tujuan : 1. Melakukan 1. untuk mengetahui tingkat nyeri yang di


berhubungan dengan pengkajian secara rasakan sangat penting karena dapat
 Kontrol Nyeri
agens cedera biologis komperhensif, membantu menentukan intervensi yang
(inpartu) Kriteria hasil : observasi dan catat tepat.
lokasi, beratnya 2. untuk mengetahui perubahan tanda-
 Mampu mengontrol nyeri
(skala 1-10) dan tanda vital terutama suhu dan nadi
(tahu penyebab nyeri,
karakteristik nyeri merupakan salah satu indikasi
mampu menggunakan
(menetap, hilang peningkatan nyeri yang di alami oleh
tehnik nonfarmakologi
timbul) klien.
untuk mengurangi nyeri,
2. Observasi tanda - 3. lingkungan yang nyaman dapat membuat
mencari bantuan)
tanda vital tiap 8 klien beristirahat dengan tenang.
 Melaporkan bahwa nyeri
jam. 4. posisi yang nyaman dapat
berkurang dengan
3. Ciptakan menghindarkan penekanan pada area
menggunakan manajemen
lingkungan yang nyeri.
nyeri
nyaman dan tenang. 5. teknik relaksasi dapat membuat klien
 Mampu mengenali nyeri
4. Beri posisi yang merasa nyaman dan distraksi dapat
(skala,
nyaman. mengalihkan perhatian klien terhadap
 intensitas, frekuensi dan 5. Anjurkan pasien nyeri sehingga dapat mengurangi nyeri
tanda nyeri) untuk melakukan yang di rasakan
 Menyatakan rasa nyaman teknik relaksasi 6. obat-obat analgetik akan memblok
setelah nyeri berkurang 6. Kolaborasi dengan reseptor nyeri sehingga nyeri tidak dapat
 Tanda vital dalam rentang dokter pemberrian dipersepsikan
normal terapi secara
 Tidak mengalami farmakologis
gangguan tidur

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Tindakan Rasional Tindakan


Keperawatan Hasil Keperawatan

2. Risiko infeksi Tujuan : 1. Kaji adanya tanda-tanda 1. Untuk mengetahui adanya gejala awal
berhubungan dengan infeksi. dari proses infeksi.
 Keparahan Infeksi
Peningkatan paparan 2. Observasi vital sign 2. Perubahan vital sign merupakan satu
lingkungan Kriteria hasil : 3. Observasi kulit yang indikator dan terjadinya proses infeksi
patogen mengalami dalam tubuh.
 Tidak ada kemerahan
kerusakan(luka, garis 3. Deteksi dini perkembangan infeksi
 Tidak ada cairan luka
jahitan), alat infasif 4. Antibiotik dapat menghambat
yang berbau busuk
(infus, kateter). pembentukan sel bakteri sehingga proses
 Tidak ada sputum
4. Kolaborasi dengan tim infeksi tidak terjadi
purulen
medis untuk pemberian
obat antibiotik.
4. Implementasi
Implementasi yang merupakan kompnen dari proses keperawatan
adalah kategori dari prilaku keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang dperkirakan dari
asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Dalam teori,
implementasi dari rencana asuhan keperawatan mengikuti komponen
perencanaan dari proses keperawatan. Namun demikian, di banyak
lingkungan perawatan kesehatan, implementasi mungkin dimulai
secara lansung setelah pengkajian
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang
merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil
yang teramati dengan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan yang menggunakan pendekatan SOAP.
Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan
klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan
tercapainya tujuan dan kriteria hasil, klien bias keluar dari siklus
proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk kembali
kedalam siklus tersebut mulai dari pengkajian ulang (reassessment).
Secara umum, evaluasi ditujukan untuk:
a. Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
b. Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum.
c. Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum
tercapai
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. K
DENGAN POST SECTIO CAESAREA INDIKASI PARTUS TAK
MAJU DI RUANGAN SEBETUL RUMKITAL
DR. MIDIYANTO SURATANI
TANJUNGPINANG

Disusun Oleh :

Sri Kautsar, S. Kep

092014020

Perseptor Akademik: Tanda Tangan

Wasis Pujiati, S. Kep, Ns, M. Kep

Perseptor Klinik: Tanda Tangan

Christine Mona S. S, Amd. Keb

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TANJUNGPINANG

2021

DAFTAR PUSTAKA
Ayuni, K N. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Ny.W Dengan Post Partum Sectio
Caesaria Indikasi Chepalo Pelvik Disproportion Di Ruang Mawar I
RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan.

Jitowiyono, S dan Kristiyanasari, W. 2012. Asuhan Keperawatan Post Operasi


Dengan Pendekatan Nanda, NIC, NOC. Yogyakarta: Nuha Medika.

Kurniawati, D dan Mirzanie, H. 2009. Obgynacea Obstetri & Ginekologi.


Yogyakarta: TOSCA Entreprise.

M. Bulechek, G. 2016. Edisi Enam Nursing Interventions Classification (NIC).


Singapore: Elseiver Global Rights.

Nanda. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10.
Editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru, Jakarta: EGC

Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Purwaningsih, W dan Fatmawati, S. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Saifuddin, A B (ed). 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sue Moorhead, D. 2016. Edisi Enam Nursing Outcomes Classifications (NOC).


Singapore: Elseiver Global Rights

Anda mungkin juga menyukai