Disusun Oleh
Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta 1
Jl. Wijaya Kusuma Raya 47-48 Cilandak Barat- Jakarta Selatan (12430)
Telp. 021-7590 9605 Fax. 021-75909638
Website:http//www.poltekkesjakarta1.ac.id
Email : poltekkes_jkt1@yahoo.co.id
Jakarta
2018
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang telah
memberi kami kesempatan untuk dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
Asuhan Keperawatan pada Bayi dengan Kasus Perina “Asfiksia”. Mengingat
dalam pembuatan makalah ini tidaklah mudah dan perlu adanya dukungan
maupun motivasi dari berbagai pihak. Maka dari itu tidak lupa kami ucapkan
banyak terimakasih kepada:
1. Ibu Suryati B. SKp.MKM, selaku koordinator mata kuliah Keperawatan Anak
2. Ibu Amelia Arnis, M.Ners, selaku dosen pembimbing kelompok
3. Bapak, Ibu, dan Kakak tercinta yang telah memberikan dorongan moril
maupun materil, dan semangat untuk membuka semangat baru.
4. Teman-teman yang juga sudah sangat membantu kami dalam pembuatan
makalah ini.
Berkat motivasi dan dukungan dari berbagai pihak tersebut, kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Harapan kami, semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi para pembaca dalam menuntut ilmu.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan...................................................................................................................2
1.2.1 Tujuan Umum................................................................................................................2
1.2.2 Tujuan Khusus...............................................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah..................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................................3
2.1 Definisi Asfiksia....................................................................................................................3
2.2 Etiologi Asfiksia....................................................................................................................3
2.3 Patofisiologi Asfiksia.............................................................................................................4
2.4 Manifestasi Klinis..................................................................................................................6
2.5 Komplikasi............................................................................................................................7
2.6 Pemeriksaan Diagnostik..............................................................................................................8
2.7 Penatalaksanaan...........................................................................................................................8
BAB III...............................................................................................................................................10
ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................................................10
3.1 Pengkajian...........................................................................................................................10
3.2 Diagnosa Keperawatan........................................................................................................12
3.3 Intervensi Keperawatan.......................................................................................................12
3.4 Evaluasi Keperawatan..........................................................................................................16
BAB IV...............................................................................................................................................18
PENUTUP..........................................................................................................................................18
4.1 Kesimpulan..........................................................................................................................18
4.2 Saran....................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................20
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
adalah gangguan pernapasan/ respiratory disorders (35,9%), prematuritas (32,4%)
dan sepsis neonatorum (12.0%) (Kemenkes RI, 2014).
Berdasarkan latar belakang diatas, kelompok ingin membahas mengenai
Asuhan Keperawatan pada Bayi dengan masalah Asfiksia. Sehingga diharapkan
setelah membaca makalah ini pembaca dapat mengetahui apa itu Asfiksia dan
bagaimana cara mencegah terjadinya Asfiksia terutama untuk para ibu yang
sedang hamil. Sehingga dapat mengurangi kasus Asfiksia pada bayi baru lahir di
Indonesia.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Asfiksia neonatorum adalah keadaan gawat bayi yang tidak dapat bernafas
spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan oksigen dan semakin
meningkatkan karbondioksida yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan
lebih lanjut (Manuaba, 2007).
3
b. Gangguan aliran darah fetus;
Gangguan kontraksi uterus pada hipertoni, hipotoni, tetani uteri
Hipotensi mendadak pada ibu karena pendarahan
Hipertensi pada penyakit toksemia, eklamsia, dll
c. Primi tua, DM, anemmia, riwayat lahir mati, ketuban pecah dini, infeksi.
2. Faktor plasenta
Abruptio plasenta, solutio plasenta
3. Faktor fetus
Tali pusat menumbung, lilitan tali pusat, meconium kental, prematuritas,
persalinan ganda
4. Faktor lama persalinan
Persalinan lama, VE, Kelainan letak, operasi caesar.
5. Faktor neonatus:
a. Anastesi atau analgetik yang berlainan pada ibu secara langsung dapat
menimbulkan depresi pernapasan pada bayi.
b. Trauma lahir sehingga mengakibatkan pendarahan intracranial.
c. Kelainan kongenital seperti hernia diagframatika, atreisa atau stenosis
saluran pernafasan, hipoplasi paru, dll.
4
4. Asfiksia menyebabkan janin kekurangan O2 dan kadar CO2 meningkat
kemudian suplay O2 dalam darah menurun dan bisa diangkat diagnosa resiko
ketidakseimbangan suhu tubuh.
5. Asfiksia menyebabkan paru-paru terisi cairan dan diangkat diagnosa bersihan
jalan nafas tidak efektif
6. Asfiksisa menyebabkan paru-paru terisi cairan kemudian adanya gangguan
metabolisme dan perubahan asam basa kemudian menyebabkan asidosis
respiratorik dan adanya gangguan perfusi jaringan kemudian diangkat
diagnosa kerusakan pertukaran gas
5
2.4 Manifestasi Klinis
Pada bayi yeng kekurangan oksigen akan terjadi pernafasan cepat dalam
periode yang singkat. Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan
berhenti, denyut jantung juga mulai menurun, sedangkan tonus neuromuskular
berkurang secara berangsur-angsur dan bayi memasuki periode apnu primer
(Saifudin 2001).
Menurut Snyder & Cloherty (1998), gejala klinis biasanya terjadi 12 jam
setelah asfiksia berat yaitu stupor sampai koma, pernafasan periodik
atau respiratory effort yang irregular, oliguria, hipotonus, tidak ada reflek
komplek seperti Moro dan hisap, kejang tonik-klonik atau multifokal antara 12-24
jam dapat terjadi apnu yang menggambarkan disfungsi batang otak. Kemudian
terjadi perburukan berupa koma, apnu lama dan mati batang otak 24-72 jam
kemudian.
Menurut Henderson & Jones (2001) tiga gambaran klinis yang dapat
disimpulkan dari sistem penilaian APGAR adalah sebagai berikut:
1. Bayi dengan nilai APGAR sangat rendah tampak pucat, terkulai, tidak ada
usaha napas, dan nadi sangat lambat.
2. Bayi dengan nilai APGAR 4-7 memiliki nadi dibawah 100 kali permenit,
pernapasan tidak teratur dan kulit berwarna biru. Bayi ini dapat berespon
dengan baik terhadap stimulasi, tetapi seringkali membutuhkan masker
O2 atau kantong dan masker pendukung ventilator
6
3. Bayi dengan nilai APGAR >7 mempunyai irama jantung normal, bernapas dan
berespon terhadap stimulus.
2.5 Komplikasi
7
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan
menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan
perdarahan pada otak.
2.7 Penatalaksanaan
8
Observasi tanda vital sampai stabil, biasanya sekitar 2 – 4 jam.
b. Apgar Score 4 – 6 :
Bersihkan jalan napas dengan kateter dari lubang hidung, sambil melihat
adanya atresia choane, kemudian bersihkan jalan napas dengan kateter
melalui mulut sampai nasopharynx. Kecuali pada bayi asfiksia yang air
ketubannya mengandung meconeum.
Bayi jangan dimandikan, cukup dikeringkan termasuk rambut kepala.
Beri rangsangan taktil dengan tepukan pada telapak kaki,
maksimum 15 – 30 detik.
Bila belum berhasil, beri O2 dengan atau tanpa corong
( lebih baik yang dihangatkan )
c. Apgar Score 4 – 6 dengan detik jantung > 100. Lakukan bag and mask
ventilation dan pijat jantung.
d. Apgar Score 0 – 3 :
Jaga agar bayi tidak kedinginan, sebab dapat menimbulkan
hipotermia dengan segala akibatnya.
Jangan diberi rangsangan taktil.
Jangan diberi obat perangsang napas.
Segera lakukan resusitasi.
9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Identitas Klien
Terdiri dari nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak
keberapa, jumlah saudara dan identitas orang tua. Yang lebih ditekankan
saat pengkajian dengan asfiksia adalah umur bayi karena akan berkaitan
dengan diagnosa Asfiksia Neonatorum.
b. Menurut Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal (2009) pengkajian pada asfiksia neonatorum untuk melakukan
resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga hal penting, yaitu : 15 a.
Pernafasan Observasi pergerakan dada dan masukan udara dengan cermat.
Lakukan auskultasi bila perlu lalu kaji pola pernafasan abnormal, seperti
pergerakan dada asimetris, nafas tersengal, atau mendengkur. Tentukan
apakah pernafasannya adekuat (frekuensi baik dan teratur), tidak adekuat
(lambat dan tidak teratur), atau tidak sama sekali.
c. Denyut jantung Kaji frekuensi jantung dengan mengauskultasi denyut apeks
atau merasakan denyutan umbilicus. Klasifikasikan menjadi >100 atau
Penilaian APGAR score
d. Warna Kaji bibir dan lidah yang dapat berwarna biru atau merah muda.
Sianosis perifer (akrosianosis) merupakan hal yang normal pada beberapa
jam pertama bahkan hari. Bayi pucat mungkin mengalami syok atau anemia
berat. Tentukan apakah bayi berwarna merah muda, biru, atau pucat. Ketiga
observasi tersebut dikenal dengan komponen skor apgar. Dua komponen
lainnya adalah tonus dan respons terhadap rangsangan menggambarkan
depresi SSP pada bayi baru lahir yang mengalami asfiksia kecuali jika
ditemukan kelainan neuromuscular yang tidak berhubungan.
e. APGAR : Asfiksia berat bernilai 0-3, asfiksia sedang 4-6, asfiksia
ringan 7-9, bayi normal bernilai 10.
10
Menurut Henderson& Jones (2001) :
2. Bayi dengan nilai APGAR 4-7 memiliki nadi dibawah 100 kali
permenit, pernapasan tidak teratur dan kulit berwarna biru. Terdapat
beberapa respon terhadap suksion dan beberapa tonus otot. Bayi ini
dapat berespon dengan baik terhadap stimulasi.
11
f. Neurology Reflek
Tidak ada reflek komplek seperti moro dan hisap.
g. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala bukit, fontanela mayor dan minor masih cekung,
sutura belum menutup dan kelihatan masih bergerak.
h. Mata
Pada pupil terjadi miosis saat diberikan cahaya.
i. Hidung
Yang paling sering ditemukan adalah didapatkan adanya pernafasan cuping
hidung.
j. Dada
Pada dada biasanya ditemukan pernafasan yang irregular dan frekuensi
pernafasan yang cepat.
12
a) Dx : Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan jumlah CO2 dalam
darah meningkat.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan masalah ketidakefektifan pola nafas teratasi,
dengan kriteria hasil sebagai berikut;
b. Menunjukan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa
tercekik, irama nafas dan frekuensi nafas dalam batas
normal, tidak ada suara nafas abnormal.
c. Tanda-tanda vital dalam rentang normal
INTERVENSI RASIONAL
13
b) Dx : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran darah
ke alveoli, alveolar edema, alveoli-perfusi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam
diharapkan masalah gangguan pertukaran gas dapat teratasi
dengan kriteria hasil sebagai berikut;
Tidak ada suara nafas abnormal, paru-paru bersih dan
bebas dari tanda-tanda distress pernafasan.
Tanda-tanda vital dalam rentang normal.
INTERVENSI RASIONAL
14
Tidak ada suara nafas abnormal.
INTERVENSI RASIONAL
INTERVENSI RASIONAL
15
hipotermi dan hipertermi.
Pertahankan panas tubuh bayi
dengan menggunakan matras
panas dan selimut hangat sesuai Mempertahankan keseimbangan
kebutuhan. suhu tubuh bayi
INTERVENSI RASIONAL
16
3.4 Evaluasi Keperawatan
a) Pola nafas efektif dengan kriteria suara nafas bersih, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada sianosis, tidak ada dyspnea, menunjukkan jalan
nafas yang paten, tanda-tanda vital dalam rentang normal.
b) Pertukaran gas dalam alveolus normal dengan kriteria adanya peningkatan
ventilasi dan oksigenasi yang adekuat, paru-paru bersih dan bebas dari
tanda-tanda distress pernafasan.
c) Kardiak output berangsur normal dengan kriteria tanda-tanda vital dalam
batas normal.
d) Suhu tubuh bayi kembali normal dengan kriteria suhu tubuh antara 36,5°C-
37,4°C, kelembapan cukup.
e) Tidak terjadi syndrome kematian bayi mendadak.
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
18
4.2 Saran
Setelah pembaca mengerti dan memahami Konsep Teori Asfiksia
diharapkan para pembaca dapat mengantisipasti terjadinya Asfiksia pada bayi
baru lahir. Terutama bagi ibu hamil sebaiknya rutin mengecek kandungan ke
fasilitas kesehatan supaya mengetahui keadaan janin yang ada didalam
kandungan. Bagi mahasiswa keperawatan khususnya setelah membaca
makalah ini diharapkan dapat memahami konsep dan teori Asfiksia sehingga
dapat menentukan apa yang harus dilakukan oleh perawat pada bayi yang
mengalami Asfiksia serta membuat Asuhan Keperawatan yang professional.
19
DAFTAR PUSTAKA
Ghai, OP, Paul VK & Bagga, A. 2010. Essential Pediatrics. Seventh edition. Pp96-
140
Henderson C & Jones K. 2005. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Edisi ketiga. EGC:
Jakarta
Suriadi, Yuliani Rita. 2001. Asuhan keperawatan pada Anak. CV Sagung Seto:
Jakarta
20