Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

ASFIKSIA NEONATORUM

Dosen Pengampu : Ns. Wiwiek Retti Andriani, M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 2 :

 Anindia Putri Yudha Yanti (201701005)


 Eka Juliastuti (201701014)
 Yoga Deris Prasetiya (201701038)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES MALANG KAMPUS VI PONOROGO
Jln. Dr. Ciptomangunkusumo NO. 82A Ponorogo
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur hanya milik Allah SWT, Karena berkat rahmat, karunia
serta hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“ASFIKSIA NEONATORUM ”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak.
Kami menyadari bahwa di dalam proses penulisan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,
kami telah berusaha dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karena itu dengan rendah hati kami
berharap berharap kepada pembaca untuk memberikan masukan, saran dan kritik
yang sifatnya membangun guna penyempurnaan makalah ini.

Ponorogo, 7 Agustus 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan ............................................................................................... 2

BAB II ISI

A. Definisi asfiksia ................................................................................. 6


B. Jenis/klasifikasi asfiksia .................................................................... 7
C. Mengenali bayi lahir dengan asfiksia ................................................ 14
D. Tatalaksana bayi yang mengalami asfiksia ....................................... 13
E. Komplikasi bayi asfiksia ................................................................... 17
F. Askep tantang asfiksia ...................................................................... 19
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 32

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator dalam
menentukan derajat kesehatan anak. Setiap tahun kematian bayi baru lahir
atau neonatal mencapai 37% dari semua kematian pada anak balita. Setiap
hari 8.000 bayi baru lahir di dunia meninggal dari penyebab yang tidak
dapat dicegah. Mayoritas dari semua kematian bayi, sekitar 75% terjadi
pada minggu pertama kehidupan dan antara 25% sampai 45% kematian
tersebut terjadi dalam 24 jam pertama kehidupan seorang bayi. Penyebab
utama kematian bayi baru lahir atau neonatal di dunia antara lain bayi lahir
prematur 29%, sepsis dan pneumonia 25% dan 23% merupakan bayi lahir
dengan Asfiksia dan trauma. Asfiksia lahir menempati penyebab kematian
bayi ke 3 di dunia dalam periode awal kehidupan (WHO, 2012),
sedangkan menurut SDKI di indonesia angka kematian bayi/ AKB berada
diperingkat dua setelah BBLR yaitu sebesar33,6%.
Sedangkan untuk penyebabnya secara garis besar dibagi menjadi
tiga : penyebab dari ibu seperti Preeklampsia dan eklampsia Pendarahan
abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta).Partus lama atau partus
macet Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC,
HIV), ketuban pecah dini, distres janin yang mengakibatkan adanya
mekonium(kotoran bayi). Yang kedua disebabkan dari plasenta (tali pusat)
seperti lilitan tali pusar dikarenakan terlalu panjang, tali pusar terlalu
pendek simpul pada tali plasenta Faktor Tali Pusat, dan yang ketiga sebab
dari bayi seperti bayi prematur,dan trauma akibat persalinan tindakan
(vakum, vorsep). Sedangkan untuk tindakan yang akan dilakukan
menggunakan alogaritma menejemn bayi baru lahir yang akan dijelaskan
pada bab pembahasan dikerenakan dibutuhkan tindakan segera agar
kondisi pada bayi tidak bertambah.
Asfiksia Neonatorum merupakan kondisi atau keadaan di mana
bayi tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.

1
Keadaan tersebut akan disertai dengan keadaan hipoksia, hiperkapnea, dan
berakhir dengan asidosis. Dan hal ini diklasifikasikan high risk baby
newborn yaitu bayi dengan resiko tinggi.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana kasus askep pada bayi dengan asfiksia neonatorium ?

C. Tujuan
1. Mengetahui perubahan fisiologis pada system pernafasan pada BBL ?
2. Mengetahui definisi bayi asfiksia ?
3. Mengetahui jenis dan klasifikasi pada bayi asfiksia ?
4. Mengetahui mengapa bayi di atas mengalami asfiksia? jelaskan
dengan patofisiologinya dan etiologi yang kemungkina menyebabkan
seorang bayi mengalami asfiksia ?
5. Mengetahui cara menegnali bayi mengalami asfiksia ?
6. Mengetahui tatalaksana bayi yang mengalami asfiksia ?
7. Mengetahui komplikasi bayi yang mengalami asfiksia ?
8. Mengetahui pathway dari kasus bayi asfiksia ?
9. Mengetahui kemungkinan diagnosa keperawatan yang dapat muncul
dari bayi asfiksia ?
10. Mengetahui tujuan dan kriteria serta intervensi untuk mengatasi
diagnosis keperawatan yang kemungkinan muncul pada bayi Ny.A ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kompetensi yang akan dicapai


1. Mampu memahami definisi asfiksia.
2. Mampu mengatahui jenis/klasifikasi asfiksia.
3. Mampu mengenali bayi lahir dengan asfiksia.
4. Mampu memahami tatalaksana bayi yang mengalami asfiksia.
5. Mampu mengetahui komplikasi bayi asfiksia.
6. Mampu mamahami askep tantang asfiksia.

B. Daftar Unclear Term


Appearance (Penampakan) perhatikan warna tubuh bayi.
Activity Perhatikan cara bayi baru lahir menggerakan kaki dan tanganya atau tarik
salah satu tangan/kakinya.Perhatikan bagaimana kedua tangan dan
kakinya bergerak sebagai reaksi terhadap rangsangan tersebut
Grimace (Seringai) gosok berulang-ulang dasar tumit kedua tumit kaki bayi dengan
jari.perhatikan reaksi pada mukanya.Atau perhatikan reaksi ketika lender
pada mukanya.Atau perhatikan reaksi ketika lender dari mulut dan
tenggorokan di hisap.

Pulse (Denyut) Dengarkan denyut jantung bayi dengan stetoskop atau


palpasi denyut jantung dengan jari.
Respiratori Perhatikan cara bayi baru lahir menggerakan kaki dan tanganya atau tarik
salah satu tangan/kakinya.Perhatikan bagaimana kedua tangan dan
kakinya bergerak sebagai reaksi terhadap rangsangan tersebut.

Anuria dan Jantung tidak berfugsi dengan baik


Oliguria

Mekonial Fases janin didalam kandungan


Asfiksia Bayi baru lahir yang tidak dapat segera bernafas spontan/ kegagalan nafas

3
secara spontan sehingga dapat menurunkan O2, meningkatkan CO2 dan
asidosis.
Surfaktan Zat yang melapisi kantong udara /alveoli didalam paru-paru
APGAR Penilaian klasifikasi asfiksia
DJJ Denyut jantung bayi
Hipokalemia Kondisi ketika kadar kalium kurang didalam aliran darah
Hiperkalemia Kodisi ketika kadar kalium lebih didalam aliran darah

C. Daftar Learning Objective


1. Jelaskan perubahan fisiologis pada system pernafasan pada BBL !
2. Jelaskan definisi bayi asfiksia ?
3. Bayi di atas pada termasuk asfiksia jenis apa,dan jelaskan
jenis/klasifikasi asfiksia lainya!
4. Mengapa bayi diatas mengalami asfiksia ? jelaskan dengan
patofisiologinya. Termasuk jelaskan etiologi lainya yang
kemungkinan menyebabkan seorang bayi mengalami asfiksia.
5. Bagaiman cara mengenali bayi mengalami asfiksia ?
6. Jelaskan tatalaksana bayi yang mengalami asfiksia !
7. Apakah komplikasi pada bayi diatas yang mengalami asfiksia ?
jelaskan !
8. Buatlah pathway kasus diatas !
9. Rumuskan kemukinan diagnosis keperawatan (berdasarkan
diagnosis nanda) yang dapat muncul pada bayi dengan
asfiksia,dilengkapi batasan karakteristik/ fator resiko/data fokus !
minimal 4 diagnosis
10. Buatlah tujuan dan kriteria hasil serta intervensi untuk mengatasi
diagnosis keperawatan yang kemungkinan muncul pada bayi Ny M
(rujuk pada NOC/NIC)

4
D. Skenario

TRIGGER CASE
“HIGH RISK NEWBORN”
Kelompok 2

Seorang perempuan usia 36 tahun melahirkan seorang bayi


perempuan, spontan di bidang praktik mandiri atau BPM Ny, Murni. Berat
lahir 2650 gram, usia kehamilan (gestasi) 34 minggu. Saat bayi lahir tidak
segera menangis, ketuban pecah saat lahir, keruh bercampur mekonial.
Bayi tampak lemah, pucat, kulit sianosis, tonus otot menurun, denyut
jantung bayi 90x/menit

JAWABAN
1. Jelaskan perubahan fisiologis sistem pernapasan pada BBL?
Perubahan sistem ini di awali dari perkembangan organ paru – paru
itu sendiri dengan perkembangan struktur bronkus, bronkiolus, serta
alveolus yang berbentuk dalam proses kehamilan sehingga dapat
menentukan proses pematangan dalam sistem pernapasan. Proses perubahan
bayi baru lahir adalah dalam hal sistem pernapansan yang dapat dipengaruhi
oleh keadaan hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik
(lingkungan) yang merangsang pusat pernapasan medula oblongata di otak.
(Supriatini, 2010)
Selain itu, juga jadi tekanan rongga dada karna kompresi paru selama
persalinan, sehingga merangsang masuknya udara ke dalam paru, kemudian
timbulnya pernapasan dapat terjadi akibat interaksi sistem pernapasan itu
sendiri dengan sistem kardiovaskuler dan sumsum syaraf pusat. Selain itu
adanya surfaktan dan upaya respirasi dalam pernapasan dapat berfungsi
untuk mengeluarkan cairan dalam paru serta mengembangkan jaringan
alveolus paru agar dapat berfungsi. Surfaktan tersebut dapat mengurangi
tekanan permukaan paru dan membantu menstabilkan dinding alveolus
untuk mencegah collaps. (Supriatini, 2010)

5
2. Jelaskan definisi bayi asfiksia ?
Dibawah ini adalah pengertian asfiksia yang diambil dari berbagai sumber :
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir, keadaan ini dapat disertai
dengan hipoksia, hiperkapenia, sampai asidosis. (Yuliastini & Nining, 2016)
Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas
spontan dan teratur, sehingga dapat meurunkan O2 dan makin
meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih
lanjut . (Husna, Salama, Martianti, & Rahmi, 2018)
Asfiksia Neonatus adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang tidak
segera bernafas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan. (Agustin,
2018)
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan
asidosis, bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan
kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi
organ vital lainnya . (Rahayu & Tajowati, 2019)
Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) menurut IDAI (Ikatatan Dokter
Anak Indonesia) adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada
saat lahir atau beberapa saat setelah lahir.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa asfiksia neonates adalah keadaan bayi
baru lahir yang tidak dapat segera bernafas spontan/ kegagalan nafas secara
spontan sehingga dapat menurunkan O2, meningkatkan CO2 dan asidosis.

6
3. Pada kasus tersebut termasuk jenis apa asfiksia, dan jelaskan
jenis/klasifikasi jenis lainya ?
Klasifikasi Asfiksia
Nilai 0 1 2
Nafas Tidak ada Tidak teratur Teratur
Denyut jantung Tidak ada <100 >100
Warna kulit Biru atau Tubuhmerah Merah jambu
pucat jambu&kaki, tangan
biru.
Gerakan / tonus Tidak ada Sedikit fleksi Fleksi
otot
Refleks(menangis) Tidak ada Lemah / Kuat
lambat
Tabel 1. Nilai APGAR (Ghai, 2010)

KETERANGAN :
A : ”Appearance” (penampakan) perhatikan warna tubuh bayi.
P : ”Pulse”(denyut) Dengarkan denyut jantung bayi dengan stetoskop
atau palpasi denyut jantung dengan jari.
G : ”Grimace”(seringai) gosok berulang-ulang dasar tumit kedua tumit
kaki bayi dengan jari.perhatikan reaksi pada mukanya. Atau
perhatikan reaksi ketika lender pada mukanya.Atau perhatikan
reaksi ketika lender dari mulut dan tenggorokan di hisap.
A : ”Activity”. Perhatikan cara bayi baru lahir menggerakan kaki dan
tanganya atau tarik salah satu tangan/kakinya.Perhatikan
bagaimana kedua tangan dan kakinya bergerak sebagai
reaksi terhadap rangsangan tersebut.
R: ”Respiratori”.(Pernapasan).Perhatikan dada dan abdomen bayi.
Perhatikan pernapasannya.
Atas dasar pengalaman klinis, Asfikia Neonaiorum dapat dibagi dalam :
a. Asfiksia Ringan (Vigorous baby') skor apgar 7-10, dalam hal ini
bayi dianggap sehat dan tidak memerkikan istimewa.

7
b. Asfiksia Sedang (Mild-moderate asphyxia) skor apgar 4-6 pada
pemeriksaan fisis akan terlihat frekuensi jantung lebih dari
lOOx/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek
iritabilitas tidak ada.
c. Asfiksia berat: skor apgar 0-3. Pada pemeriksaan fisis ditemukan
frekuensi jantung kurang dari l00x/menit, tonus otot buruk,
sianosis berat dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada
Asfiksia berat dengan henti jantung yaitu keadaan :
1. Bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit
sebelum lahir lengkap.
2. Bunyi jantung bayi menghilang post partum.

Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR menurut Ghai, 2010 :


a. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3.
b. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6.
c. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9.
d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10

8
Kesimpulan dari trigger case dengan cara penilaan APGAR bayi
mengalami asfiksia berat dengan score 3. Dengan rincian sebagai berikut :

Nilai 0 1 2 Hasil
Nafas Tidak ada Tidak teratur Teratur Tidak
teratur(1
)
Denyut Tidak ada < 100x/mnt  100x/mnt 90
jantung x/mnt(1)
Warna kulit Biru/puca Tubuh dan Merah jambu Sinosis
t kaki merah (0)
jambu
Gerakan/tonu Tidak ada Tangan biru Fleksi Tonus
s otot otot
menurun
(1)
Refleks Tidak ada Sedikit fleksi Kuat Tidak
(menangis) Lemah/lamba menangi
t s (0)
KESIMPULAN 3 (bayi
JUMLAH asfiksia
berat)

4. Mengapa bayi dari kasus diatas mengalami asfiksia? Jelaskan dengan


patofisiologinya, termasuk etiologinya lainnya yang memungkinkan bayi
lahir asfiksia?
a. Patofisiologi
Cara bayi memperoleh oksigen sebelum dan setelah lahir :
Sebelum lahir, paru janin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen atau
jalan untuk mengeluarkan karbon dioksida. Pembuluh arteriol yang
ada di dalam paru janin dalam keadaan konstriksi sehingga tekanan
oksigen (pO2) parsial rendah. Hampir seluruh darah dari jantung

9
kanan tidak dapat melalui paru karena konstriksi pembuluh darah
janin, sehingga darah dialirkan melalui pembuluh yang bertekanan
lebih rendah yaitu duktus arteriosus kemudian masuk ke aorta.
(Nursalam, Sulanigrum, & Utami, 2011)
Setelah lahir, bayi akan segera bergantung pada paru-paru sebagai
sumber utama oksigen. Cairan yang mengisi alveoli akan diserap ke
dalam jaringan paru, dan alveoli akan berisi udara. Pengisian alveoli
oleh udara akan memungkinkan oksigen mengalir ke dalam pembuluh
darah di sekitar alveoli. (Nursalam, Sulanigrum, & Utami, 2011)
Arteri dan vena umbilikalis akan menutup sehingga menurunkan
tahanan pada sirkulasi plasenta dan meningkatkan tekanan darah
sistemik. Akibat tekanan udara dan peningkatan kadar oksigen di
alveoli, pembuluh darah paru akan mengalami relaksasi sehingga
tahanan terhadap aliran darah bekurang. (Husna, Salama, Martianti, &
Rahmi, 2018)
Keadaan relaksasi tersebut dan peningkatan tekanan darah
sistemik, menyebabkan tekanan pada arteri pulmonalis lebih rendah
dibandingkan tekanan sistemik sehingga aliran darah paru meningkat
sedangkan aliran pada duktus arteriosus menurun. Oksigen yang
diabsorbsi di alveoli oleh pembuluh darah di vena pulmonalis dan
darah yang banyak mengandung oksigen kembali ke bagian jantung
kiri, kemudian dipompakan ke seluruh tubuh bayi baru lahir. Pada
kebanyakan keadaan, udara menyediakan oksigen (21%) untuk
menginisiasi relaksasi pembuluh darah paru. Pada saat kadar oksigen
meningkat dan pembuluh paru mengalami relaksasi, duktus arteriosus
mulai menyempit. Darah yang sebelumnya melalui duktus arteriosus
sekarang melalui paru-paru, akan mengambil banyak oksigen untuk
dialirkan ke seluruh jaringan tubuh. (Nursalam, Sulanigrum, & Utami,
2011)
Pada akhir masa transisi normal, bayi menghirup udara dan
menggunakan paru-parunya untuk mendapatkan oksigen. Tangisan
pertama dan tarikan napas yang dalam akan mendorong cairan dari

10
jalan napasnya. Oksigen dan pengembangan paru merupakan
rangsang utama relaksasi pembuluh darah paru. Pada saat oksigen
masuk adekuat dalam pembuluh darah, warna kulit bayi akan berubah
dari abu-abu/biru menjadi kemerahan. (Nursalam, Sulanigrum, &
Utami, 2011)
Reaksi bayi terhadap kesulitan selama masa transisi normal :
Bayi baru lahir akan melakukan usaha untuk menghirup udara ke
dalam paru-parunya yang mengakibatkan cairan paru keluar dari
alveoli ke jaringan insterstitial di paru sehingga oksigen dapat
dihantarkan ke arteriol pulmonal dan menyebabkan arteriol
berelaksasi. Jika keadaan ini terganggu maka arteriol pulmonal akan
tetap kontriksi, alveoli tetap terisi cairan dan pembuluh darah arteri
sistemik tidak mendapat oksigen Pada saat pasokan oksigen
berkurang, akan terjadi konstriksi arteriol pada organ seperti usus,
ginjal, otot dan kulit, namun demikian aliran darah ke jantung dan
otak tetap stabil atau meningkat untuk mempertahankan pasokan
oksigen. Penyesuaian distribusi aliran darah akan menolong
kelangsungan fungsi organ-organ vital. Walaupun demikian jika
kekurangan oksigen berlangsung terus maka terjadi kegagalan fungsi
miokardium dan kegagalan peningkatan curah jantung, penurunan
tekanan darah, yang mengkibatkan aliran darah ke seluruh organ akan
berkurang. Sebagai akibat dari kekurangan perfusi oksigen dan
oksigenasi jaringan, akan menimbulkan kerusakan jaringan otak yang
irreversible, kerusakan organ tubuh lain, atau kematian. Keadaan bayi
yang membahayakan akan memperlihatkan satu atau lebih tanda-tanda
klinis seperti tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak,
otot dan organ lain; depresi pernapasan karena otak kekurangan
oksigen; bradikardia (penurunan frekuensi jantung) karena
kekurangan oksigen pada otot jantung atau sel otak; tekanan darah
rendah karena kekurangan oksigen pada otot jantung, kehilangan
darah atau kekurangan aliran darah yang kembali ke plasenta sebelum
dan selama proses persalinan, takipnu (pernapasan cepat) karena

11
kegagalan absorbsi cairan paru-paru dan sianosis karena kekurangan
oksigen di dalam darah. (Nursalam, Sulanigrum, & Utami, 2011)
Patofisiologi Asfiksia menurut FKUI 2007 :
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbullah
rangsangan terhadap nervus vagus sehingga denyut jantung janin
(DJJ) menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka
nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi, timbullah kini rangsangan
dari nervus simpatikus, sehingga DJJ menjadi lebih cepat dan
akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan
pernapasan intra uterin dan bila kita periksa kemudian terdapat banyak
air ketuban dan mekonium dalam paru. Bronkus tersumbat dan terjadi
atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang.
Apabila asfiksia berlajut, gerakan pernapasan akan ganti, denyut
jantung akan menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang
secara berangsur-angsur, dan bayi memasuki periode apnea primer.
Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernapasan yang dalam denyut
jantung terus menurun. Tekanan darah bayi juga menurun dan bayi
akan terlihat lemas. Pernapasan makin lama makin lemah sampai bayi
memasuki periode apnea skunder.

b. Etiologi dan Faktor Resiko Asfiksia


Asfiksia neonatorum dapat terjadi selama kehamilan, pada proses
persalinan dan melahirkan atau periode segera setelah lahir. Janin
sangat bergantung pada plasenta untuk oksigen, asupan nutrisi dan
pembuangan produk sisa sehingga gangguan pada aliran darah
umbilikal maupun plasental hampir selalu akan menyebabkan asfiksia.
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan gawat janin (asfiksia) antara
lain :
a. Faktor ibu
 Preeklampsia dan eklampsia Pendarahan abnormal (plasenta
previa atau solusio plasenta).

12
 Partus lama atau partus macet Demam selama persalinan Infeksi
berat (malaria, sifilis, TBC, HIV) .
 Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan).
c. Faktor Tali Pusat :
 Lilitan tali pusat
 Tali pusat pendek
 Simpul tali pusat
 Prolapsus tali pusat.
b. Faktor bayi :
 Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
 Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia
bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
 Kelainan bawaan (kongenital)
 Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) (DepKes
RI, 2009).
Menurut Betz et al. (2001), asfiksia dapat dipengaruhi beberapa faktor
yaitu :
a. Faktor ibu
 Hipoksia ibu
 Keracunan CO
 Hipotensi akibat perdarahan
 Gangguan kontraksi uterus
 Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
 Hipertensi pada penyakit eklampsia
b. Faktor plasenta
 Plasenta tipis/ kecil
 Plasenta tidak menempel
 Solusio plasenta
 Perdarahan plasenta
c. Faktor fetus
 Kompresi umbilikus

13
 Tali pusat menumbung
 Tali pusat melilit leher
 Kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir
d. Faktor neonatus
 Prematur
 Kelainan kongential
 Pemakaian obat anestesi
 Trauma yang terjadi akibat persalinan
Faktor predisposisi
1. Faktor dari ibu
 Gangguan his, misalnya: hipertoni dan tetani
 Hipotensi mandadak pada ibu karena perdarahan, misalnya:
plasenta previa
 Hipertensi pada eklampsia
 Gangguan mendadak pada plasenta seperti solusio plasentae
2. Faktor dari janin
a. Gangguan aliran darah dalam tali pusat karena tekanan tali pusat
b. Depresi pernafasan karena obat – obatan yang diberikan kepada
ibu
c. Keruban keruh

c. Analisis dari kasus tersebut adalah :


Karena ketuban pecah, sehingga bayi meminum air ketuban
menyebabkan terhalangnya jalan nafas dan brokus tersumbat dan
terjadi atelektasis(suatu kondisi diman sebagian atau salah satu
segmen paru-paru pada tidak berfungsi) dan ketika bayi lahir, alveoli
tidak berkembang, selain itu air ketuban tercampur mekonial/tinja
bayi dikerenakan bayi yang stres sehingga dapat mengiritasi saluran
pernafasan.(Betz et al,2001).

14
Penyebab asfiksia karena persalinan
a. Resiko persalinan Sectio Caesarea terhadap Asfiksia:
1. Pada tubuh bayi baru lahir dapat mengandung cairan lebih
banyak dan udara lebih sedikit di dalam parunya selama
enam jam pertama setelah lahir.
2. Kompresi toraks janin pada persalinan kala II mendorong
cairan untuk keluar dari saluran pernafasan.
3. Memicu pengeluaran hormon stress pada ibu yang menjadi
kunci pematangan paru-paru bayi yang terisi air.
(Fanny, 2015)
b. Resiko persalinan sungsang terhadap asfiksia :
1. Apabila dilakukan dengan cara pervaginam kelahiran
kepala yang lebih lama dari 8 menit setelah umbilikus
dilahirkan akan membahayakan kehidupan janin.
2. Apabila janin bernafas sebelum hidung dan mulut lahir
dapat membahayakan, karena mucus yang terhisap dapat
menyumbat jalan nafas.
3. Menyebabkan prognosis yang buruk pada ibu maupun bayi,
pada ibu bisa berupa robekan pada perinium lebih besar,
ketuban lebih cepat pecah, dan partus lebih lama,
sehingga akan mudah terkena infeksi.
(Azzahroh & Ariolena, 2018)
c. Resiko persalinan ekstraksi vakum terhadap asfiksia :
1. Terjadinya toleransi pada servik uteri dan vagina ibu
sehingga mengakibatkan perdarahan yang dapat
meningkatkan angka kematian ibu (AKI) dan angka
kematian bayi (AKB).
2. Mengakibatkan keletihan pada ibu
3. Terjadi laserasi pada kepala janin yang dapat
mengakibatkan pendarahan intracranial.
Kala II lama, partus tak maju, toksemia gravidarum, rupture
uteri imenens dan gawat janin. (Zakir, 2013)

15
5. Bagaimana cara mengenali bayi asfiksia ?
 Cara mengenali bayi asfiksia sebelum dilahirkan :
1. Kehamilan yang tidak cukup bulan
2. Air ketuban jernih yang bercampur mekonium (warna
kehijauan).
3. Denyut atau irama jantung yang tidak normal.
 Sedangkan cara mengenali bayi asfiksia setelah dilahirkan :
1. Kulit tampak pucat atau berwarna agak kebiruan.
2. Susah bernafas,hingga menyebabkan bayi bernafas dengan
cepat atau terengah-engah,dan menggunakan perut.
3. Detak jantung agak melambat.
4. Otot melemah.
5. Bayi terlihat lemas.
(Marwiyah, 2016)

6. Jelaskan penatalaksaan bayi yang mengalami asfiksia ?


Penatalaksanaan pada bayi Asfiksia dibagi menjadi tiga sesuai dengan
APGAR score sebagi berikut :
a. Asfiksia ringan (APGAR score 7-10)
 Bayi dibungkus dengan kain basah
 Bersihkan jalan nafas dengan menghisap lender pada hidug dan
mulut
 Bersihkan badan dan tali pusar
 Lakukan observasi TTV APGAR dan masukan ke dalam incubator.
b. Asfiksia sedang (APGAR score 4-6)
 Bersihkan jalan nafas
 Berikan oksigen 2liter/menit
 Rangsang pernafasan dengan cara menepuk kaki apabila belum ada
reaksi, ubantu pernafasn menggunakan masker (amubag)
 Bila bayi sudah mulai bernafas tetapi masih sianosis berikan
natrium biokarbonat 7,5% sebanyak 6cc. Dextrosa 40% sebnyak

16
4cc disuntikan melalui vena umbilicus secara perlahan-lahan,
untuk mencegah intracranial meningkat
c. Asfiksia berat (0-3)
 Bersihkan jalan nafas sambil pompa dengan amubag
 Berikan oksigen 4-6 liter permenit
 Bila tidak berhasil berikan ETT
 Bersihkan jalan nafas melalui ETT
 Apabila bayi sudah mulai bernafas tetapi masih sianosis berikan
natrium biokarbonat 7,5% sebanyak 6cc, Dektrosa 40% sebanyak
4cc.

17
Alur Resusitasi Bayi Asfiksia
BAYI BARU LAHIR

PENILAIAN
Sebelum bayi lahir :
1. Apakah bayi cukup bulan.
2. Apakah air ketuban jernih,tidak tercampur mekonium ?
Segera setelah bayi lahir :
1. Apakah bayi bernafas atau menangis?
2. Apakah tonus otot bayi baik/bayi aktif ?

Jika bayi tidak cukup dan atau tidak bernafas Jika ketuban bercampur
atau megap-megap dan atu lemas. mekonium
NILAI NAPAS
Potong tali pusat

Jika bayi menangis Jika bayi tidak


LANGKAH AWAL atau bernapas bernapas atau megap-megap.
1. Jaga bayi tetap hangat. normal. Buka mulut lebar, usap
2. Atur posisi bayi dan isap lendir dari mulut.
3. Keringkan dan rangsang taktil
Potong tali pusat
4. Reposisi.

NILAI NAPAS

Jika bayi bernapas normal Jika bayi tidak bernafas/bernafas megap-megap


ASUHAN PASCA RESUSITASI VENTILASI
1. Pemantauan tanda bahaya 1. Pasang sungkup,perhatikan lekatan.
2. Perawatan tali pusat 2. Ventilasi 2x dengan tekanan 30 cm air
3. Inisiasi menyusu dini 3. Bila dada mengembang lakukan ventilasi 20x dengan
4. Pencegahan hipotermi tekanan 20 cm air selama 30 detik.
5. Pemberian vitamin K1
6. Pemberian salep/tetes mata
7. Pemeriksaan fisik NILAI NAPAS
8. Pencatatan dan pelaporan

Jika bayi mulai bernafas Jika bayi tidak bernafas/bernafas megap-megap


1. Hentikan ventilasi 1. Ulangi ventilasi sebanyak 20x selama 30 detik
2. Asuhan pasca resusitasi 2. Hentikan ventilasi dan nilai kembali napas tiap 30
detik
3. Jika bayi tidak bernapas sepontan sesudah 2 menit
resusitasi,siapkan rujukan,nilai denyut jantung.

Bila dirujuk Jika bayi tidak dirujuk dan atau tidak berhasil
1. Konseling 1. Sesudah 10 menit bayi tidak bernafas spontan
2. Lanjutkan resusitasi dan tidak terdengar denyut jantung
3. Pemantauan tanda bahaya perimbangkan menghentikan resusitasi.
4. Perawatan tali pusat 2. Konseling
5. Pencegahan hipotermi 3. Pecatatan dan pelaporan.
6. Pemberian vitamin K1
7. Pemberian sale/tetes mata
8. Pencatatan dan pelaporan 18
7. Apakah komplikasi pada bayi asfiksia ? jelaskan
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain:
1. Edema otak dan perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah
berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah
ke otak pun akan menurun, keadaan ini akan menyebabkan hipoksia
dan iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga
dapat menimbulkan pendarahan otak.
2. Anuria dan Oliguria
Disfungsi jaringan jantung dapat pula terjadi pada penderita
asfiksia, keadaan ini dikenal dengan istilah disfungsi miokardium
pada saat terjadinya, yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada
keadaan ini curah jantung akan lebih banyak mengalir keorgan seperti
mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan pengeluaran
urine sedikit.
3. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan
pertukaran gas dan transport O2 hal ini dapat menyebabkan kejang
pada anak tersebut karena perfusi jaringan tak efektif.
4. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan
menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan
perdarahan pada otak. (Staf, 2011)

19
8. Buatlah pathway kasus diatas ?
Faktor fentus : Faktor neonatus :
Faktor Ibu : Faktor plasenta:
 Kompresi  Prematur
 Preeklampsia  Plasenta tipis/
dan eklampsia umbilikus  Kelainan
Pendarahan kecil
abnormal.  Tali pusat kongential
 Plasenta tidak
menumbung  Pemakaian obat
 Partus lama menempel
dan Infeksi  Tali pusat melilit anestesi
 Solusio
berat
leher
plasenta
 Kehamilan  Kompresi tali
 Perdarahan
Lewat Waktu
(sesudah 42 pusat antara janin
plasenta
minggu dan jalan lahir
kehamilan)

ASFIKSIA

B2 blood B3 brain B4 bladder B5 bowel


B1 Breting

Janin stres
Pecahnya Pertukaran gas
ketuban dini adekuat

Pertukaran gas Bayi mengeluarkan


terganggu fases mekoniumn
Cairan Paru-paru tidak
ketuban mengembang
terhisap Nafas capat Air seni bayi
janin tertampung di
Ganguan
popok
pola nafas
Apnue
Kebersihan Kerusakan Resiko
jalan nafas Otak Infeksi
DJJ dan TD

Ganguan
Janin tidak
Pertukaran Gas Daya Ketidakseimbang
bereaksi
tahan an suhu tubuh
tubuh
Resiko sindrom rendah
kematian bayi

20
9. Apa diagnosa keperawatan pada kasus tersebut ?
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
Adalah ketidakmampuan sekresi atau obstruksi dari saluran napas
untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Batasan Karakteristik :
1. Batuk yang tidak efektif
2. Dispnea
3. Gelisah
4. Kesulitan verbalisasi
5. Mata terbuka lebar
6. Ortopnea
7. Penurunan bunyi napas
8. Perubahan frekuensi napas
9. Perubahan pola napas
10. Sianosis
11. Sputum dalam jumlah yang berlebihan
12. Suara napas tambahan
13. Tidak ada batuk
Faktor yang Berhubungan
Lingkungan:
1. Perokok
2. Perokok pasif
3. Terpajan asap
Obstruksi jalan napas :
1. Adanya jalan napas buatan
2. Benda asing dalam jalan napas
3. Eksudat dalam alveoli
4. Hiperplasia pada dinding brokus
5. Mukus berlebihan
6. Penyakit paru obstrukti kronis
7. Sekresi yang tertahan
8. Spasme jalan napas

21
Fisiologis :
1. Asma
2. Disfungsi neuromuskular
3. Infeksi
4. Jalan napas alergik

2. Ketidakefektifan Pola Nafas


Adalah inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi
adekuat
Batasan Karakteristik :
1. Bradipnea
2. Dispnea
3. Fase ekspirasi memanjang
4. Ortopnea
5. Penggunaan otot bantu pernafasan
6. Penggunaan posisi tiga titik
7. Peningkatan diameter anterior-posterior
8. Penurunan kapasitas vital
9. Penurunan tekanan ekspirasi
10. Penurunan tekanan inspirasi
11. Penurunan ventilasi semenit
12. Pernapasan bibir
13. Pernapasan cuping hidung
14. Perubahan ekskursi dada
15. Pola napas abnormal (mis irama,frekuensi,kedalaman)
16. Takipnea
Faktor yang berhubungan
1. Ansietas
2. Cedera medula spinalis
3. Deformitas dinding dada
4. Deformitas tulang
5. Disfungsi neuromuscular

22
6. Gangguan muskuluskeletal
7. Gangguan neurologis (mis,elektroensefalogram (EEG) positif,
trauma kepala,gangguan kejang)
8. Hiperventilasi
9. Imaturitas neurologis
10. Keletihan
11. Keletihan otot pernapasan
12. Nyeri
13. Obesitas
14. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
15. Sindrom hipoventilasi

3. Gangguan Pertukaran Gas


Adalah kelebihan atau defisit oksigenasi dan/atau eliminasi karbon
dioksida pada membran alveolar-kapiler.

Batasan Karakteristik :
1. Diaforesis
2. Dispnea
3. Gangguan penglihatan
4. Gas darah arteri abnormal
5. Gelisah
6. Hiperkapnia
7. Hipoksemia
8. Hipoksia
9. Iritabilitas
10. Konfusi
11. Nafas cuping hidung
12. Penurunan karbon dioksida
13. Ph arteri abnormal
14. Pola pernafasan abnormal (mis kecepatan,irama,kedalaman)
15. Sakit kepala saat banggun
16. Sianosis

23
17. Somnolen
18. Takikardia
19. Warna kulit abnormal (mis pucat,kehitaman)
Faktor yang Berhubungan:
1. Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
2. Perubahan membran alveolar-kapiler

4. Resiko Ketidakseimbangan Suhu


Adalah rentan mengalami kegagalan mempertahankan suhu tubuh
dalam parameter normal,yang dapat mengganggu kesehatan.
Faktor resiko :
1. Agens farmaseutikal
2. Aktivitas yang berlebihan
3. Berat badan ekstrem
4. Cedera otak akut
5. Dehidrasi
6. Gangguan yang mempengaruhi regulasi suhu
7. Pakaian yang tidak sesuai untuk suhu lingkungan
8. Peningkatan area permukaan tubuh terhadap rasio berat badan
9. Peningkatan kebutuhan oksigen
10. Perubahan laju metabolisme
11. Sedasi
12. Sepsis
13. Suhu lingkungan ekstrem
14. Suplai lemak subkuntan tidak memadai
15. Termogenesis non-menggigil yang tidak efeksien
16. Tidak beraktivitas
17. Usia ekstrem

5. Resiko Infeksi
Adalah rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogenik
yang
dapat mengganggu kesehatan

24
Faktor Resiko
1. Kurang pengetahuan untuk menghidari pemajanan pathogen
2. Malnutrisi
3. Obesitas
4. Penyakit kronis (mis,diabetes melitus)
5. Prosedur invasif
Pertahanan Tubuh Primer Tidak Adekuat
1. Gangguan integritas kulit
2. Gangguan peristalsis
3. Merokok
4. Pecah ketuban dini
5. Pecah ketuban lambat
6. Penurunan kerja siliaris
7. Perubahan Ph sekresi
8. Statis cairan tubuh
Pertahanan Tubuh Sekuner Tidak Adekuat
1. Imunosupresi
2. Leukopenia
3. Penurunan hemogloblin
4. Supresi respons inflamasi (mis,interleukin 6 [IL-6],C-reactive
protein ( CRP)
5. Vaksinasi tidak adekuat
Pemajanan Terhadap Patogen Lingkungan Meningkat
1. Terpajan pada wadah

6. Resiko Sindrom Kematian Bayi Mendadak


Adalah rentan terhadap kematian bayi tidak diprediksi
Faktor Resiko
dapat diubah :
1. Alas tempat tidur yang terlalu empuk (benda lentur di dekat bayi)
2. Bayi yang dibendung berlebihan
3. Bayi yang terlalu dipanaskan

25
4. Bayi yang tidur dalam posisi miring
5. Bayi yang tidur dalam posisi telungkup
6. Kuragnya asuhan prenatal
7. Pemajanan pada asap
8. Perawatan prenatal yang terlambat
kemungkina dapat diubah :
1. Berat badan lahir rendah
2. Prematuritas
3. Usia ibu yang muda
tidak dapat diubah :
1. Etnis (mis.Afrika-Amerika atau Indian/Suku Asli-Amerika)
2. Jenis kelamin pria
3. Musim tahunan (mis,musim salju dan gugur)

10. Buatlah tujuan kriteria hasil, intervensi pada kasus tersebut ?


No Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Ketidakefektifa Setelah diberi tindakan Status respirasi : Ventilasi
n bersihan keperawatan selama 2×24 1. Gunakan alat yang steril
jalan nafas jam Px mampu : guna memulai tindakan.
Status respirasi 2. Monitori status oksigen.
1. Tidak ada suara nafas 3. Lakukan suction.
tambahan (rales, 4. Hentikan suction dan
whezeeng). berikan oksigen bila
2. Tidak ada cyanosis. perlu
Status oksigen :
5. Monitori oksigen bila
perlu
2. Ketidakefetifan Setelah diberi tindakan 1. Posisikan pasien
pola nafas keperawatan selama 2×24 untukmemaksimalkan
jam Px mampu : ventilasi.
NIC 2. Pemasangan alat jalan

26
Status respirasi : jalan nafas buatan bila perlu
nafas pasang mayo bila perlu.
1. Tidak ada sianosis dan 3. Keluarkan secret dengan
dyspnea. Suction.
2. Menunjukan jalan nafas 4. Auskultasi suara nafas,
yang paten (klien tidak catat adanya suara
merasa tercekik, irama tambahan.
nafas. Terapi oksigen
3. Frekkunsi nfas dalam 5. Bersihkan mulut,
batas normal hidung dan secret
Satus TVV trakea.
4. TTV dalm batas 6. Pertahankan jalan
dalam batas normal nafas yang paten.
Nadi : 7. Atur peralatan
Neonatus (<28 hari) oksigenasi.
: 8. Monitor aliran oksigen.
 Saat bangun : 9. Pertahankan posisi
100-165X pasien.
 Saat tidur 10. Observasi adanya
90-60 X tanda-tanda.
RR : 11. Hipoventilasi.
 Bayi (<1 12. Monitor oksigen
tahun) :30-55 13. Status TTV
X/menit
TD :
 Bayi baru lahir
(12 jam)
 Sistolik
60-85 mmHg
 Diastolik
45-55 mmHg
Suhu : 35,5-36,5 C

27
3 Ganguan Setelah diberi tindakan Perawatan bayi baru lahir
pertukarn suhu keperawatan selama 2×24 1. Pengaturan suhu :
jam Px mampu : mencapai dan atau
Kriteria Hasil : mempertahankan
Termoregulasi Bayi Baru suhu tubuh dalam range
Lahir: normal.
1. Suhu kulit normal 2. Pantau suhu bayi baru
Suhu badan 36oC- lahir sampai stabil.
37⁰C. 3. Pantau TD, N, dan RR
2. TTV dalam batas Pantau warna kulit dan
normal suhu kulit .
4. Pantau dan laporkan
tanda dan gejala
hipotermi dan hipertermi
Tingkatkan keadekuatan.
5. Masukan cairan dan
nutrisi.
6. Tempatkan bayi baru
lahir pada ruangan
isolasi atau bawah
Pemanas.
7. Pertahankan panas tubuh
bayi
8. Gunakan matras panas
dan selimut hangat yang
disesuaikan dengan
kebutuhan.
9. Berikan pengobatan
dengan tepat untuk
mencegah atau
control menggigil.
10. Gunakan matras sejuk

28
dan mandi dengan air
hangat untuk.
menyesuaikan dengan
suhu tubuh dengan tepat.
Temperatur Regulation
1. Monitor suhu minimal
tiap 2 jam
2. Rencanakan monitoring
suhu secara kontinyu.
3. Monitor TD, N, dan RR
Monitor warna dan suhu
kulit
4. Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi.
5. Selimuti pasien untuk.
6. Berikan antipiretik jika
perlu.
Temperatur Regulatisi :
Intraoperative
1. Mempertahankan suhu
tubuh interaoperatif
yang diharapkan.
4. Resiko Setelah diberi tindakan Keselamtan bayi 0-3 bulan
ketidakseimba keperawatan selama 2×24 1. Ajarkan keluarga untuk
ngan suhu jam Px mampu : tidak merokok didekat
Kinerja pengasuhan bayi.
Kriteria Hasil 2. Ajarkan orang tua atau
Parent infant attachmen : pengasuh menggunakan
1. Menjaga keamanan tempat makan yang
atau mencegah cedera aman

29
fisik anak dari lahir 3. Mengubah posisi bayi
hingga usia 2 tahun terlentang saat tidur.
indeks usia kandungan 4. Anjurkan orang tua atau
antara24 dan 37 pengasuh menghindari
minggu (aterm). penggunaan perhiasan
2. RR 30-60x/menit. pada bayi.
3. Saturasi oksigen lebih 5. Mencegah bayi jatuh.
dari 85%. 6. Amankan bayi jauh dari
4. Tidak ada perubahan hewan peliharaan
warna kulit bayi. Parent Education : Infant
5. Melindungi individu 1. Beri materi pendidikan
atau anak dari sindrom kesehatan yang
kematian bayi berhubungan dengan
mendadak strategi dan tindakan.
2. Untuk mencegah
sindrom kematian bayi
mendadak dan dengan
resusitasi untuk
mengatasinya.
5. Resiko Infeksi Setelah diberi tindakan Kontrol infeksi
keperawatan selama 1×24 1. Ajarkan Px dan kelurga
jam Px mampu : cuci tangan 6 langgkah.
Kontrol infeksi : 2. Cuci tangan sebelum
1. Px bebas dari tanda- dan sesudah tindakan
tanda infeksi keperawatan.
2. kelurga dan 3. Monitori tanda dan
penggunjung dapat gejala infeksi.
memutus rantai 4. Batasi pengunjung .
infeksi 5. Bersihkan peralatan
3. Jumlah leukosit medis seperti NGT,
dalam batas normal Inkubator.
6. Kolaborasi memberikan

30
antibiotic jika
diperlukan.
6 Resiko Setelah dilakukan tindakan Pengajaran : Keamanan
Sindrom keperawatan 2x24 jam bayi 0-3 meningkat
Kematian Bayi dengan . 1. Ajarkan keluarga untuk
mendadak Kriteria Hasil : tidak merokok didekat
Manajemen bayi prentem bayi.
: 2. Anjurkan orang
1. Tidak ada perubahan tua/pengasuh menghindari
kulit bayi. penggunaan perhiasan
2. Tidak ada pada bayi.
keseimbangan suhu. 3. Ajarkan untuk mengubah
3. Melindungi dari posisi bayi terletak saat
sindrom mendadak. tidur.
4. Mencegah cidera fisik. 4. Kaji faktor prenatal
5. TTV dalam batas seperti usia ibu terlalu
normal. muda.
Nadi : 5. Ajarkan pada orang
Neonatus (<28 hari) : tua/pengasuh bagaimana
 Saat bangun : 100- mencegah jatuh.
165 x. Pendidikan orang tua :
 Saat tidur 90-60 X 1. Beri materi
RR : pendidikan kesehatan
 Bayi (<1 tahun) yang berhubungan
:30-55 X/menit dengan strategi dan
TD : tindakan untuk

 Bayi baru lahir (12 mencegah sindrom

jam). kematian bayi

 Sistolik mendadak dan

60-85 mmHg. dengan resusitasi

 Diastolik untuk mengatasinya.

45-55 mmHg

31
Suhu : 35,5-36,5 C

32
BAB III
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Asfiksia neonates adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat
segera bernafas spontan/ kegagalan nafas secara spontan sehingga dapat
menurunkan O2, meningkatkan CO2 dan asidosis. Sedangkan
penyebabnya bisa terjadi dari ibu,bayi neonates. sedangkan untuk konsep
askep masalah utama adalah berhubungan dengan pernafasan sedangkan
untuk masalah utama selanjutnya adalah ketidakseimnbangan suhu, resiko
infeks dan resiko sindrom kematian bayi. Untuk pelaksaanan bisa
menggunakan alogoritma bayi asfiksia neonatorium.

33
DAFTAR PUSTAKA
A, M., & Suprahitan, W. (2012). Kapita Sekta Kedokteran. Jakarta: Media
Eskalipus.

Agustin, L. (2018). Gambaran Kejadian Asfiksia Neontum Di RS Kediri. Jurnal


Kebidanan Vol 7 , 127.

Azzahroh, P., & Ariolena, D. (2018). Hubungan Persalinan Letak Sungsang


dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD Dr. H. ABDUL
MOELOEK PROVINSI LAMPUNG Tahun 2015. JAKHKJ , 4, 17-21.

Fanny, F. (2015). Sectio Caesarea sebagai Faktor Risiko Kejadian Asfiksia


Neonatorum. Majority , 4 (8), 57-61.

Husna, A., Salama, E., Martianti, & Rahmi, n. (2018). Faktor-Fakror


Mempengaruhi Terjadinya Asfiksia BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas
Sibereh. Jural Healt Teknlogi and Medice , 2.

Marwiyah, N. (2016). Hubungan Penyakit Kehamilan dan Jenis Persalinan dengan


Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD dr DRADJAT
PRAWIRANEGARA SERANG. NurseLine Journal , 1, 257-266.

Nursalam, Sulanigrum, & Utami. (2011). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak.
Jakarta: ECG.

Rahayu, S. P., & Tajowati, S. (2019). Analisis Kasus Asfisia pada Kematian
Neontal di RSUD Tugerejo Semarang. Jurnal Kebidanan Indonesia Vol 10
, 58.

S. K. (2011). Ilmu Kesehatn Anak. Jakarta: Universitas UI.

Yuliastini, & Nining. (2016). Keperawatan Anak. Jakarta: Kemenkes.

Zakir, M. (2013). Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Ekstraksi Vskum


Pada Persalinan. Jurnal Keperawatan , IX, 79-86.

34
35

Anda mungkin juga menyukai