Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI


DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)
Dosen Pembimbing : Ibu Musviro, S.Kep. Ns. M.Kes

Oleh:
Aprillia Firnanda Damayanti
172303101081

PRODI D3 KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER KAMPUS LUMAJANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas Keperawatan Anak yang berjudul “ BBLR “. Dalam penyusunan makalah
ini penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan, akan tetapi berkat bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu, memberi pengarahan,
bimbingan, semangat serta doa untuk keberhasilan penulis ibu Musviroh S.Kep.,
Ns. M.Kes, selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Anak , yang telah
membimbing dan memberi masukan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca.

Lumajang,25 Februari 2019

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Berat badan lahir merupakan alat ukur paling sensitif dan paling penting
untuk mengetahui status kesehatan seorang bayi. World Health Organization
(WHO) memberikan batasan bahwa bayi dengan bayi berat badan lahir rendah
(BBLR) adalah bayi lahir dengan berat kurang dari 2.500 gram. Batasan ini
didasarkan pada observasi epidemiologi bahwa bayi dengan berat badan lahir
dibawah 2.500 gram memiliki mortalitas 20 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
bayi dengan berat badan lahir lebih dari 2.500 gram.1 Terdapat dua penyebab
utama BBLR yaitu prematur dan janin tumbuh lambat (Intrauterine Growth
Retardation / IUGR). Bayi kecil untuk masa kehamilan atau IUGR adalah bayi
yang lahir cukup bulan tetapi berat lahir kurang. Keadaan ini terjadi akibat
terganggunya pertumbuhan janin ketika di dalam rahim ibu.
Kejadian BBLR dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik itu faktor ibu,
plasenta maupun faktor janin itu sendiri. Uraian beberapa faktor tersebut, antara
lain:5 Faktor ibu meliputi : umur (umur < 20 tahun, umur > 35 tahun), paritas
(kurang dari 2 dan lebih dari 4), malnutrisi, keadaan sosial (golongan sosial
ekonomi rendah, tingkat pendidikan rendah, status bekerja dan perkawinan yang
tidak sah). Penyakit dari ibu antara lain toxemia gravidarum, perdarahan
antepartum, trauma fisik, hipertensi, penyakit ginjal, edemisitas malaria dan
psikologis, dan nefritis aku. Faktor penyebab lain antara lain : merokok, tempat
tinggal di dataran tinggi, radiasi, peminum alkohol dan pecandu narkoba. Dari
faktor janin meliputi :hidramnion, kehamilan ganda, kelainan kromosom, infeksi.
Semntara dari faktor plasenta yaitu penyakit vaskuler, kehamilan ganda dan
tumor.
Berat badan lahir rendah (BBLR) dapat berdampak buruk pada kesehatan
bayi. Permukaan tubuh bayi dengan berat lahir rendah relatif lebih luas, sehingga
risiko kehilangan panas dan air relatif lebih besar. Selain itu, jaringan lemak
subkutan bayi lebih tipis, sehingga risiko kehilangan panas melalui kulit dan
kekurangan cadangan energi lebih besar.5 Pada BBLR, fungsi organ bayi seperti
sistem pernafasan, saluran cerna, hati, ginjal, metabolisme dan kekebalan belum
berjalan baik (terutama usia kehamilan < 34 minggu). Hal ini menyebabkan bayi
berat badan lahir rendah rentan terhadap berbagai penyakit. Penyakit yang
berhubungan dengan BBLR prematur antara lain sindrom gangguan nafas
idiopatik, pneumonia aspirasi dapat akibat refleks menelan dan batuk yang belum
sempurna, hipotermia dan hiperbilirubinemia dapat akibat dari fungsi hati yang
belum matang. Sedangkan penyakit yang dihubungkan dengan dismaturitas antara
lain sindrom aspirasi mekoneum, hipoglikemia, hiperbilirubinemia, dan
hipotermia. Tingginya kerentanan bayi berat badan lahir rendah menyebabkan
bayi memiliki risiko kematian yang tinggi.5 Sedangkan dampak jangka panjang
berat lahir rendah pada bayi adalah rendahnya tingkat kecerdasan, gangguan
neurologis dan gangguan tumbuh kembang kepribadiannya.5 Selanjutnya bayi
juga lebih peka terhadap penyakit infeksi, sehingga lebih sering sakit,

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dan mampu menerapkan Asuhan
keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan pada masalah bayi
berat lahir rendah.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan tentang definisi BBLR
b. Menjelaskan tentang klasifikasi BBLR
c. Menjelaskan tentang etiologi BBLR
d. Menjelaskan tentang patofisiologi dari BBLR
e. Menjelaskan tentang pathway BBLR
f. Menjelaskan tentang manifestasi klinis BBLR
g. Menjelaskan tentang penatalaksanaan pada klien dengan BBLR
h. Menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan BBLR
BAB 2

KONSEP TEORI

2.1 Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang
bulan (>37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrautaurine growth restriction)
(pudjiadi,dkk,2010)
Berat badan lahir merupakan salah satu indikator dalam tumbuh kembang
anak hingga masa dewasanya dan menggambarkan status gizi yang diperoleh
janin selama dalam kandungan. Pada negara berkembang, berat bayi lahir rendah
(BBLR) masih menjadi salah satu permasalahan defi siensi zat gizi. BBLR ialah
bayi yang dilahirkan dengan berat badan kurang dari 2.500 gram, tanpa
memandang masa gestasi (Kosim, 2012)

2.2 Klasifikasi
Bayi berat lahir kuang dari 2500 gram diklasifikasikan menjadi :
a. BBLR yaitu, berat lebih dari 1500 gram sampai dengan kurang dari 2500 gram.
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) atau very low birth weight (VLBW)
adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari 1500 gram.
c. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) atau extremely low birth weight
(ELBW) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari 1000 gram
(Proverawati, 2010)

2.3 Etiologi
1. Faktor Ibu
a. Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya
toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, pre eklampsia, eklampsia,
hipoksia ibu, trauma fisis dan psikologis. Penyakit lainnya ialah nefritis
akut, gagal ginjal kronik, diabetes mellitus, hemoglobinopati, penyakit
paru kronik,infeksi akut atau tindakan operatif (Suwoyo et al., 2011).
b. Gizi ibu hamil
Keadaan gizi ibu hamil sebelum hamil sangat berpengaruh pada
berat badan bayi yang dilahirkan. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat
mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan
keguguran, abortus, bayi lahir mati, cacat bawaan, anemia pada bayi, mati
dalam kandungan dan lahir dengan BBLR. Oleh karena itu, supaya dapat
melahirkan bayi yang normal, ibu perlu mendapatkan asupan gizi yang
cukup
c. Anemia
Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar hemoglobin (Hb)
dalam darah kurang dari 12 gram %. Sedangkan anemia dalam kehamilan
adalah kondisi ibu dengan kadar 10 Hb dibawah 11 gram % pada trimester
I dan III atau kadar Hb kurang 10,5 gram % pada trimester II (Latief et al.,
2007). Kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai mengingat
anemia dapat meningkatkan resiko kematian ibu, BBLR dan angka
kematian bayi. Anemia dalam kehamilan disebabkan kekurangan zat besi
yang dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan
janin baik sel tubuh maupun sel otak. Hal ini dapat meningkatkan resiko
morbiditas dan mortilitas ibu dan bayi. Kemungkinan melahirkan BBLR
juga lebih besar (Arista, 2012).
d. Keadaan sosial-ekonomi
Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas.
Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial-ekonomi yang rendah.
Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan
antenatal yang kurang (Proverawati, 2010)
2. Faktor Janin
a. Hidroamnion
Hidroamnion adalah cairan amnion yang lebih dari 2000 ml. Pada
sebagian besar kasus, yang terjadi adalah hidroamnion kronik yaitu
peningkatan cairan berlebihan secara bertahap. Pada hidroamnion akut,
uterus mengalami 11 peregangan yang jelas dalam beberapa hari.
Hidroamnion dapat menimbulkan persalinan sebelum kehamilan 28
minggu, sehingga dapat menyebabkan kelahiran prematur dan dapat
meningkatkan kejadian BBLR (Chandra, 2011).
b. Kehamilan ganda/kembar
Kehamilan ganda dapat didefinisikan sebagai suatu kehamilan
dimana terdapat dua atau lebih embrio atau janin sekaligus. Kehamilan
ganda dibagi menjadi dua yaitu, kehamilan dizigotik dan monozigotik.
Kehamilan ganda terjadi apabila dua atau lebih ovum dilepaskan dan
dibuahi atau apabila satu ovum yang dibuahi membelah secara dini hingga
membentuk dua embrio yang sama. Kehamilan ganda dapat memberikan
resiko yang tinggi terhadap ibu dan janin. Oleh karena itu, harus dilakukan
perawatan antenatal yang intensif untuk menghadapi kehamilan ganda
(Mandriwati, 2008).
c. Infeksi dalam kandungan (toksoplasmosis, rubella, sitomegalovirus,
herpes, sifillis, TORCH ) (Suwoyo et al., 2011).

2.3 Patofisiologi
Semakin kecil dan semakin prematur bayi, maka akan semakin tinggi risiko
gizinya Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi.
1. Menurunnya simpanan zat gizi, cadangan makanan di dalam tubuh sedikit.
Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor, dan
seng dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan.
2. Meningkatnya kebutuhan energi dan nutrien untuk pertumbuhan dibandingkan
BBLC.
3. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi antara
reflek hisap dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk mencegah aspirasi
pneoumonia belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32 – 34 minggu.
Penundaan pengosongan lambung atau buruknya motilitas usus sering terjadi pada
bayi preterm.
Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan, pada bayi preterm mempunyai
lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan
mengabsorbsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm. Produksi amilase pankreas
dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam pencernaan lemak dan karbohidrat juga
menurun. Begitu pula kadar laktose (enzim yang diperlukan untuk mencerna susu)
juga sampai sekitar kehamilan 34 minggu.
Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja nafas dan kebutuhan kalori
yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu makanan secara oral.
Potensial untuk kehilangn panas akibat permukaan tubuh dibanding dengan BB dan
sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit. Kehilangan panas ini akan meningkatkan
kebutuhan akan kalori.
2.4 Pathway

Faktor Pencetus

Faktor Ibu Faktor Janin Faktor


1. Hydroamnion Lingkungan
1. Faktor penyakit
2. Kehamilan 1. Tempat tinggal di
(toksemia
multiple/ganda dataran tinggi
gravidarum,
3. Kelainan 2. Radiasi
trauma fisik, dll)
kromosom 3. Zat-zat beracun
2. Faktor usia

BBLR

Kulit tipis dan lemak Imaturitas system Reflek menelan dan menghisap
subcutan kurang pernafasan blm sempurna

Tidak dapat Pernafasan belum Intake nutrisi tidak


menyimpan panas sempurna adekuat

Asupan gizi kurang


Mudah kehilangan O2 dalam darah CO2
panas

Sel-sel kekurangan
Kedinginan O2 dalam sel darah rendah
nutrisi
Co2 tinggi

Kerusakan sel
hipotermi
Asidosis
respiratoris Penurunan
Gangguan BB/kematian
pertukaran gas

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
2.5 Manifestasi Klinis
Menurut Maryanti (2011) ciri- ciri bayi prematur dan dismatur sebagai
berikut :
a. Ciri- Ciri prematuritas murni:
1) Berat badan kurang dari 2500 gram.
2) Panjang badan kurang dari 45 cm.
3) Lingkar kepala kurang dari 33 cm.
4) Lingkar dada kurang dari 33 cm.
5) Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
6) Kulit transparan.
7) Kepala lebih besar dari badan.
8) Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga dan lengan.
9) Lemak subkutan kurang.
10) Ubun- ubun dan sutura lebar.
11) Labia minor belum tertutup oleh labia mayor pada bayi perempuan, pada
bayi laki- laki tertis belum turun.
12) Tulang rawan dan daun telinga imatur.
13) Bayi kecil, posisi masih fetal.
14) Pergerakan kurang dan lemah.
15) Tangisan lemah.
16) Pernafasan belum teratur dan sering mengalami apnea.
17) Reflek tonus leher lemah, reflek menghisap dan menelan belum
sempurna.

b. Ciri- ciri dismaturitas:


1) Kulit terselubung verniks kaseosa tipis atau tidak ada.
2) Kulit pucat atau bernoda mekonium.
3) Kering keriput tipis.
4) Bayi tampak gesit, aktif dan kuat.
5) Tali pusat berwarna kuning kehijauan.
2. 6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik pada BBLR yaitu :
1. Laboratorium
a. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-
24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).
b. Hematokrit (Ht): 43%- 61% (peningkatan sampai 65% atau lebih
menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau
hemoragic prenatal/ perinatal).
c. Hemoglobin (Hb): 15- 20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan
anemia atau hemolisis berlebihan).
d. Bilirubin total: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1- 2 hari,
dan 12 mg/dl pada 3- 5 hari.
e. Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4- 6 jam pertama setelah
kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60- 70 mg/dl pada hari ketiga
dan Pemeriksaan glukosa darah terhadap hipoglikemia.
f. Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl): biasanya dalam batas normal pada
awalnya.
g. Pemeriksaan Analisa gas darah.
2. Radiologi
a. Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan usia kehamilan kurang
bulan, dapat dimulai pada umur 8 jam.
b. USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu dimulai
pada umur 2 hari.

2.7 Komplikasi
Komplikasi pada masa awal bayi berat lahir rendah antara lain yaitu :
1. Hipotermia.
2. Hipoglikemia.
3. Gangguan cairan dan elektrolit.
4. Hiperbilirubinemia.
5. Sindroma gawat nafas (asfiksia).
6. Paten suktus arteriosus.
7. Infeksi.
8. Perdarahan intraventrikuler.
9. Apnea of prematuruty.
10. Anemia
Komplikasi pada masa berikutnya yaitu :
1. Gangguan perkembangan.
2. Gangguan pertumbuhan.
3. Gangguan penglihatan (retionopati).
4. Gangguan pendengaran.
5. Penyakit paru kronis.
6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit.
7. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan.

2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksan pada bayi BBLR adalah sebagai berikut :
a. Pengaturan suhu tubuh bayi premature (BBLR)
Bayi dengan BBLR yang paling tepat dilakukan perawatan dalam
inkubator. Inkubator yang modern dilengkapi dengan alat pengatur suhu dan
kelembaban agar bayi dapat mempertahankan suhu tubuhnya yang normal.
Harapan hidup bayi BBLR akan semakin besar apabila dirawat dalam suhu
lingkungan yang netral seperti halnya dalam inkubator. Suhu inkubator yang
optimum diperlukan agar panas yang hilang dan konsumsi oksigen terjadi
minimal sehingga bayi dapat mempertahankan suhu tubuhnya
b. Makanan bayi prematur
Pengaturan dan pengawasan makanan bayi adalah menentukan pilihan
susu, cara pemberian dan jadwal pemberian yang sesuai dengan kebutuhan.
ASI merupakan makanan yang paling utama, dan menjadi pilihan utama
untuk makanan bayi. Bila faktor menghisap yang kurang maka ASI dapat di
peras dan di minumkan dengan sendok perlahan atau melalui sonde ke
lambung
c. Menghindari infeksi
Bayi BBLR yang rentang terhadap terjadinya infeksi, terutama infeksi
nosokomial. Hal ini terjadi akibat dari kadar imunoglobulin pada bayi BBLR
sangat rendah, sehingga tidak adanya barier pada tubuh bayi. Kerentanan
terhadap infeksi ini juga disebabkan aktifitas bakterisidal neotrofil dan efek
sitotoksik limfosit yang masih rendah. Jadi fungsi perawatan bayi disini
adalah memberikan perlindungan terhadap bayi BBLR dari bahaya infeksi.

Berikut cara pencegahan terjadinya infeksi pada bayi BBLR :


a) Menggunakan masker dan baju khusus dalam penanganan bayi.
b) Lakukan perawatan tali pusat.
c) Mengatur kunjungan.
d) Tindakan aseptic dan antiseptic alat- alat.
BAB 3

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Data Subjektif :
a. Identitas
Bayi dengan berat badan lahir rendah sering terjadi pada bayi yang lahir
dengan usia kehamilan <37 minggu dan pada bayi dismaturitas, biasanya
dilahirkan dari ibu yang hamil pada usia <20 tahun dan >35 tahun, ibu dengan
sosial ekonomi rendah dan pekerja keras, kehamilan dengan komplikasi, ataupun
terjadi infeksi pada janin atau plasenta.

b. Keluhan utama
Bayi BBLR biasanya mengalami ketidakefektifan pola nafas dikarenakan
pengaturan pola nafasnya masih belum sempurna dan mengalami ketidak
efektifan termoregulasi: hipotermi (suhu axilla <36,5ºC) , reflek hisap lemah

c. Riwayat Kesehatan sekarang


Biasanya bayi lahir dengan berat badan < 2500 gram, panjang badan
kurang dari 45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang dari 33
cm, dengan masa gestasi cukup bulan ataupun kurang bulan, lemak subkutan
sedikit, kulit tipis, tangisan lemah, pernafasan belum teratur, reflek premitif belum
sempurna, pergerakan kurang dan lemah, lanugo banyak
2. Keluhan Saat Pengkajian
Biasanya bayi BBLR mengalami hipotermi dengan suhu axilla <36.5ºC
akibat dari pusat pengaturan suhu yang masih dalam perkembangan, jaringan
lemak subkutan tipis, kulit tipis, dan luas permukaan tubuh relatif luas sehingga
kehilangan panas lebih besar.
c. Anamnese ibu
1.) Riwayat Kehamilan Sekarang
Biasanya riwayat prenatal pada bayi BBLR ibu tidak rutin memeriksakan
kehamilan, ibu mengalami komplikasi kehamilan seperti penyakit anemia,
perdarahan antepartum, hipertensi, preeklamsi berat, eklamsi, penyakit infeksi,
gizi ibu saat kehamilan kurang baik, riwayat terkena radiasi, ibu memiliki
kebiasaan merokok, minum alkohol, pecandu obat narkotik dan riwayat
penggunaan obat antimetabolisme
2.) Riwayat Persalinan Sekarang
Bayi BBLR dapat dilahirkan dengan persalinan normal ataupun caesarea,
bayi BBLR bisa lahir dengan usia gestasi cukup bulan ataupun kurang bulan,
namun lebih sering BBLR lahir dengan usia gestasi kurang dari 37 minggu/
kelahiran prematur
3.) Post natal (neonatus) saat pengkajian
Bayi BBLR lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram, panjang
badan kurang dari 45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang
dari 33 cm, dengan masa gestasi cukup bulan ataupun kurang bulan, lemak
subkutan sedikit, kulit tipis, tangisan lemah, pernafasan belum teratur, reflek
premitif belum sempurna, pergerakan kurang dan lemah, lanugo banyak .

Data Obyektif :
a. Pemeriksaan Umum Bayi
1) Pemeriksaan APGAR SCORE
Biasanya bayi dengan BBLR berpotensi mengalami asfiksia akibat dari
pernafasan yang belum teratur
2) Vital Sign
- Suhu Tubuh: Biasanya bayi BBLR mengalami hipotermi dengan suhu
axilla <36.5ºC akibat dari pusat pengaturan suhu yang masih dalam
perkembangan, jaringan lemak subkutan tipis, kulit tipis, dan luas permukaan
tubuh relatif luas
- Pernafasan : Pernafasan pada bayi dengan BBLR belum teratur dan
biasanya sering terjadi serangan apnea
- Nadi : Pada bayi dengan BBLR biasanya heat rate dapat normal (120- 160
kali/ menit)

b. Pemeriksaan Fisik bayi (Head To Toe)


1.) Kepala
- Inspeksi : biasanya pada bayi BBLR kepala lebih besar dari pada badan.
- Palpasi : biasanya bayi BBLR rambut tipis dan halus, lingkar kepala <33
cm
2.) Mata
- Inspeksi : biasanya bayi BBLR didaerah mata pada pelipis terdapat banyak
lanugo.
- Palpasi : biasanya tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan palpasi mata
3.) Hidung
- Inspeksi : biasanya terdapat pernafasan cuping hidung akibat dari gangguan
pola nafas.
- Palpasi : biasanya pada bayi BBLR tulang hidung masih lunak, dikarenakan
tulang rawan belum terbentuk sempurna
4.) Mulut
- Inspeksi : biasanya pada bayi BBLR reflek hisap, menelan dan batuk belum
sempurna
- Palpasi : bayi BBLR motilitas usus yang kurang mnyebabkan waktu
pengosongan lambung lama sehingga bayi mudah terjadi regurgitasi isi
lambung dan muntah
5.) Muka
Inspeksi : biasanya pada bayi BBLR muka kemerahan akibat dari hipotermi
6.) Telinga
- Inspeksi : biasanya bayi BBLR daun telinga imatur, terdapat banyak lanugo
pada telinga.
- Palpasi : biasanya bayi BBLR daun telinga imatur dan masih elastic
7) Leher
- Inspeksi : bayi BBLR mudah terjadi gangguan pernafasan akibat dari
inadekuat jumlah surfactan, jika hal itu terjadi maka biasanya didapatkan
retraksi suprasternal
8.) Dada
a) Area Paru:
- Inspeksi : biasanya bayi BBLR pernafasan tidak teratur, frekuensi nafas 40 –
50 kali/ menit, terdapat penggunaan otot bantu pernafasan
- Palpasi : pada bayi BBLR biasanya dinding dada teraba elastis karena
imatur pada tulang rawan, puting susu belum terbentuk
- Perkusi : Perkusi biasanya area paru sonor.
- Auskultasi : jika bayi megalami gangguan pernafasan biasanya bayi
mendengkur, jika terjadi aspirasi mekonium maka terdapat suara nafas
tambahan ronchi
b) Area Jantung:
- Inspeksi : biasnaya ictus cordis nampak di ICS 4 mid klavikula sinistra.
- Palpasi : biasanya ictus cordis teraba di ICS 4 mid klavikula sinistra.
- Perkusi : area jantung redub.
- Auskultasi : S1 S2 tunggal, normalnya heat rate 120– 160 kali/ menit
9.) Abdomen
- Inspeksi : bayi BBLR biasanya abdomen terlihat distensi akibat
perpanjangan waktu pengosongan lambung, kulit abdomen tipis, dan
pembuluh darah nampak, bayi BBLR juga memilki pola nafas diafragmatik
dan abdominal dengan gerakan yang sinkron dari dada dan abdomen
- Auskultasi : pada bayi BBLR akibat dari imatur fungsi pencernaan maka
motilitas usus berkurang/ menurun.
- Palpasi : Palpasi biasanya abdomen teraba keras karena distensi akibat dari
pengosongan lambung yang lama dan daya unuk mencerna makanan lemah.
- Perkusi : bayi BBLR mudah terjadi kembung sehingga pemeriksaan perkusi
abdomen hipertimpani, jika hal ini terjadi dapat dicurigai kelainan bedah pada
bayi .
10.) Ekstremitas
- Inspeksi : biasanya pada bayi BBLR garis plantar sedikit, kadang terjadi
oedem, pergerakan terlihat lemah, terdapat lanugo pada lengan, terjadi
kekakuan/ sklerema pada kaki dan tangan, jaringan lemak subkutan sedikit
11.) Genetalia
Inspeksi : Pada bayi BBLR biasanya testis belum turun pada bayi laki.
13.) Anus
Inspeksi : biasanya pada bayi BBLR anus bisa berlubang atau tidak.
c. Antoprometri
BB : Kurang dari 2500 gram.
PB : Kurang dari 45 cm.
Lila : Kurang dari 33 cm.
Lida : kurang dari 33 cm.
d. Reflek
Biasanya pada bayi dengan BBLR Refek primitife yang terdiri dari refleks
morow, refleks tonick neek, refleks suching dan refleks rooting lemah diakibatkan
dari sistem syaraf yang masih belum sempurna (Maryanti, 2011: 173).
e. Eliminasi
Urine : Biasanya BBLR memiliki masalah pada perkemihan karena ginjal
bayi belum matang

3.2 Diagnosa Keperawatan


Masalah keperawatan yang muncul pada bayi dengan BBLR adalah sebagai
berikut:
a. Ketidakefektifan termoregulasi: hipotermi berhubungan dengan kulit tipis
dan jaringan lemak subkutan kurang, sitem termoregulasi imatur.
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imatur otot – otot
pernafasan dan penurunan ekspansi paru.
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan imatur fungsi
pencernaan, reflek hisap lemah, reflek menelan lemah.
d. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganprematuritas, reflek
hisap bayi buruk.
e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imatur sistem imunitas.
f. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor
mekanik, imaturitas kulit, dan imobilitas.

3.3 Intervensi Keperawatan


1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imatur otot – otot pernafasan
dan penurunan ekspansi paru
- Definisi : Pertukaran udarainspirasi dan/atau ekspirasitidak adekuat
- Batasan karakteristik :Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi, penurunan ventilasi
per menit, penggunaan otot bantu pernapasan, napas pendek, frekuensi napas < 25
atau > 60 x/menit.
Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
Tujuan : 1) Obsevasi adanya 1) Mengetahui adanya
Setelah dilakukan tanda-tanda distress nafas cuping hidung,
intervensi keperawatan pernafasan retraksi, takipnea,
klien menunjukkan pola sianosia dan SPO2
napas efektif. 2) Observasi respon 2) Mengetahui manfaat
bayi terhadap terapi dari terapi
Kriteria:
oksigenasi
Jalan nafas tetap paten,
3) Berikan alat bantu 3) Meningkatkan fungsi
tidak ada tarikan pernafasan pernafasan
intercosta, frekuensi 4) Posisi untuk 4) telungkup: posisi
pernafasan pertukaran udara inimenghasil kan
30- 60x/menit, yang optimal, perbaikan oksigenasi,
oksigenasi adekuat seperti posisi pembrian makan
telungkup dan ditoleransi dengan
posisi telentang lebih baik, dan lebih
dengan leher sedikit mengatur pola tidur.
ekstensi dan hidung Telentang: untuk
menghadap ke atap mencegah adanya
dalam posisi penyempitan jalan
“mengendus”. nafas.
5) Karena akan
5) Hindari mengurangi diameter
hiperekstensi leher. trakhea.
6) Untuk menghilangkan
6) Lakukan mukus yang
pengisapan. terkumulasi dari
nasofaring, trahkea,
dan selang
7) Hindari penggunaan endotrakheal.
posisi 7) Karena ini akan
Trendelenburg. menyebabkan
peningkatan TIK dan
menurunkan
kapasitas paru akibat
8) Gunakan posisi dari gravitasi yang
semi-telungkup atau mendorong organ ke
miring. arah diafragma.
8) Untuk mencegah
9) Pertahankan suhu aspirasi pada bayi
lingkungan yang dengan mukus
netral. berlebihan atau yang
sedang diberi makan.
9) Untuk menghemat
penggunaan oksigen.

2. Ketidakefektifan termoregulasi: hipotermi berhubungan dengan kulit tipis dan


jaringan lemak subkutan kurang, sitem termoregulasi imatur.
- Definisi : Hipotermi adalah suhu tubuh dibawah rentang normal akibat jaringan
lemak dibawah subkutis sangat tipis. Karena cadangan lemak di subkutis pada
bayi prematur dan bblr kurang, maka tubuh tidak dapat menyimpan panas yang
berakibat mudah kehilangan panas sehingga menyebabkan hipotermi.
- Batasan karakteristik : kulit dingin, bantalan kuku sianosis, hipertensi, pucat,
merinding, penurunan suhu dibawah rentang normal, menggigil, pengisian ulang
kapiler lambat, takikardia.

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Tujuan : Setelah 1. Kaji suhu dengan 1. Hipotermia membuat bayi
dilakukan tindakan memeriksa suhu rektal cenderung merasa stres
keperawatan selama pada awalnya, karena dingin, penggunaan
…x24 jam diharapkan selanjutnya periksa suhu simpanan lemak tidak dapat
suhu tubuh bayi kembali aksila atau gunakan alat diperbaruai bila ada dan
normal. termostat dengan dasar penurunansensivitas untuk
Kriteria hasil : Panas terbuka dan penyebar meningkatkan kadar CO2
tubuh seimbang, hangat atau penurunan kadar O2.
kehilangan dan produksi
panas seimbang, suhu 2.Tempatkan bayi pada 2.Mempertahankan
tubuh dalam batas normal inkubator atau dalam lingkungan termonetral,
(36,5ºC- 37,5ºC), tidak keadaan hangat. membantu mencegah stres
terjadi perubahan warna Kaji haluaran dan berat karena dingin.
kulit. jenis urine
3. Pantau sistem 3.Hipertermi dengan
pengatur suhu, penyebar peningkatan laju
hangat (pertahankan metabolisme kebutuhan
batas atas pada 98,6°F, oksigen dan glukosa serta
bergantung pada ukuran kehilangan air dapat terjadi
dan usia bayi) bila suhu lingkungan terlalu
tinggi.

4. Pantau penambahan 4. Hipertermi dengan


berat badan berturut- peningkatan laju
turut. Bila penambahan metabolisme kebutuhan
berat badan tidak oksigen dan glukosa serta
adekuat, tingkatkan suhu kehilangan air dapat terjadi
lingkungan sesuai bila suhu lingkungan terlalu
indikasi. tinggi.

5. Berikan obat-obat 5. Membantu mencegah


sesuai dengan indikasi kejang berkenaan dengan
fenobarbital perubahan fungsi SSP yang
disebabkan hipertermi dan
memperbaiki asidosis yang
dapat terjadi pada
hiportemia dan hipertermia.

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan imatur fungsi


pencernaan, reflek hisap lemah, reflek menelan lemah
- Definisi : Ketidakefektifan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuhn adalah Asupan
nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolic. Pada bayi
prematur dan bblr biasanya ditemukan reflek menelan dan hisap yang belum
sempurna sehingga intake nutrisi yang dibutuhkan tubuh menjadi terganggu, maka
terjadilah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
- Batasan Karakteristik : menolak makan, kurangnya makanan, diare, bising usus
hiperaktif, kurangnya minat terhadap makanan,membrane mukosa pucat. Intake
tidak adekuat menyebabkan nutrisi kurang karena apabila masukan makanan klien
tidak adekuat maka nutrisi yang masuk tidak mencukupi untuk kebutuhan
metabolismenya sehingga terjadi kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Tujuan : Setelah 1. Periksa reflek hisap 1. Menentukan metode
dilakukan tindakan dan menelan. pemberian makan yang
keperawatan selama... x tepat untuk bayi.
24 jam diharapakan 2. Berikan enteral tube 2. Memberi asupan nutrisi
menunjukkan feeding dan masukan saat bayi belum dapat
peningkatan berat badan. secara perlahan diberikan nutrisi peroral.
Kriteria hasil : 3. Berikan ASI/ PASI 3. Pemberian cairan dini
Peningkatan asupan peroral jika reflek hisap mencegah penurunan
makanan, pencapaian baik cadangan
kenaikan berat badan, 4. Timbang BB bayi 4. Pertumbuhan &
peningkatan asupan setiap hari dalam waktu peningkatan BB kriteria
yang sama.
cairan, reflek hisap dan untuk penentuan kebutuhan
menelan bayi baik. kalori.
3.4 Implementasi

a. Kaji adanya distress pernafasan

b. Berikan alat bantu pernafasn pada bayi

c. Melakukan perawatan bayi dalam inkubator

d. Berikan enteral tube feeding dan masukkan secara perlahan

e. Berikan ASI jika reflek hisap nya sudah membaik

d. Timbangg BB setiap hari dalam waktu yang sama

3.5 Evaluasi

a. Pengaturan pola nafas bayi BBLR sudah sempurna

b. Tidak terjadi hipotermi dan suhu dalam batas normal

c. Reflek hisap sudah sempuna

d. Intake nutrisi yang dibutuhkan tidak terganggu


BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram, tanpa memandang masa gestasi, berat lahir rendah adalah yang
ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah bayi lahir

Penanganan bayi dengan berat badan lahir rendah bergantung pada besara
kecilnya bayi. Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin
besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis
lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator. Bayi
dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam mempertahankan suhu
tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan
antara 35,50 C s/d 370 C.. Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu
lingkungan dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic
yang minimal. Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka,
juga memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus
diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C untuk
bayi dengan berat kurang dari 2000 gram. Bayi dengan berat badan lahir rendah,
dirawat didalam incubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“
atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator, incubator
terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7
kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang,
hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa
dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm
BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2yang diberikan
sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi
dalam masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi
yang dapat menimbulkan kebutaan. Bayi preterm dengan berat rendah,
mempunyai system imunologi yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit
atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat
harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi,
memakai masker, gunakan gaun/jas, lepaskan semua asessoris dan tidak boleh
masuk kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit kulit.
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah
terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama,
dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap
dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih
banyak kalori, dibandingkan dengan bayi preterm.

4.2 Saran
Dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan mahasiswa dibidang
kesehatan khususnya mahasiswa jurusan keperawatan dapat memhaminya
sehingga dapat memberikan penyuluhan atau pendidikan kesehatan kepada ibu
maupun calon ibu atau keluarga untuk menjaga kesehatan mereka dalam
mencegah terjadi kelahiran bayi dengan berat badan rendah sehingga dapat
meningkatkan derajat kesehatan ibu maupun bayi di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A. Buku ajar neonatologi.
Edisi ke-1. Jakarta: IDAI; 2012.
Betz, C.L., Sowden, L.A. 2003. Keperawatan Pediatrik. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai