Oleh:
Aprillia Firnanda Damayanti
172303101081
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas Keperawatan Anak yang berjudul “ BBLR “. Dalam penyusunan makalah
ini penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan, akan tetapi berkat bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu, memberi pengarahan,
bimbingan, semangat serta doa untuk keberhasilan penulis ibu Musviroh S.Kep.,
Ns. M.Kes, selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Anak , yang telah
membimbing dan memberi masukan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dan mampu menerapkan Asuhan
keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan pada masalah bayi
berat lahir rendah.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan tentang definisi BBLR
b. Menjelaskan tentang klasifikasi BBLR
c. Menjelaskan tentang etiologi BBLR
d. Menjelaskan tentang patofisiologi dari BBLR
e. Menjelaskan tentang pathway BBLR
f. Menjelaskan tentang manifestasi klinis BBLR
g. Menjelaskan tentang penatalaksanaan pada klien dengan BBLR
h. Menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan BBLR
BAB 2
KONSEP TEORI
2.1 Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang
bulan (>37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrautaurine growth restriction)
(pudjiadi,dkk,2010)
Berat badan lahir merupakan salah satu indikator dalam tumbuh kembang
anak hingga masa dewasanya dan menggambarkan status gizi yang diperoleh
janin selama dalam kandungan. Pada negara berkembang, berat bayi lahir rendah
(BBLR) masih menjadi salah satu permasalahan defi siensi zat gizi. BBLR ialah
bayi yang dilahirkan dengan berat badan kurang dari 2.500 gram, tanpa
memandang masa gestasi (Kosim, 2012)
2.2 Klasifikasi
Bayi berat lahir kuang dari 2500 gram diklasifikasikan menjadi :
a. BBLR yaitu, berat lebih dari 1500 gram sampai dengan kurang dari 2500 gram.
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) atau very low birth weight (VLBW)
adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari 1500 gram.
c. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) atau extremely low birth weight
(ELBW) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari 1000 gram
(Proverawati, 2010)
2.3 Etiologi
1. Faktor Ibu
a. Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya
toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, pre eklampsia, eklampsia,
hipoksia ibu, trauma fisis dan psikologis. Penyakit lainnya ialah nefritis
akut, gagal ginjal kronik, diabetes mellitus, hemoglobinopati, penyakit
paru kronik,infeksi akut atau tindakan operatif (Suwoyo et al., 2011).
b. Gizi ibu hamil
Keadaan gizi ibu hamil sebelum hamil sangat berpengaruh pada
berat badan bayi yang dilahirkan. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat
mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan
keguguran, abortus, bayi lahir mati, cacat bawaan, anemia pada bayi, mati
dalam kandungan dan lahir dengan BBLR. Oleh karena itu, supaya dapat
melahirkan bayi yang normal, ibu perlu mendapatkan asupan gizi yang
cukup
c. Anemia
Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar hemoglobin (Hb)
dalam darah kurang dari 12 gram %. Sedangkan anemia dalam kehamilan
adalah kondisi ibu dengan kadar 10 Hb dibawah 11 gram % pada trimester
I dan III atau kadar Hb kurang 10,5 gram % pada trimester II (Latief et al.,
2007). Kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai mengingat
anemia dapat meningkatkan resiko kematian ibu, BBLR dan angka
kematian bayi. Anemia dalam kehamilan disebabkan kekurangan zat besi
yang dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan
janin baik sel tubuh maupun sel otak. Hal ini dapat meningkatkan resiko
morbiditas dan mortilitas ibu dan bayi. Kemungkinan melahirkan BBLR
juga lebih besar (Arista, 2012).
d. Keadaan sosial-ekonomi
Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas.
Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial-ekonomi yang rendah.
Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan
antenatal yang kurang (Proverawati, 2010)
2. Faktor Janin
a. Hidroamnion
Hidroamnion adalah cairan amnion yang lebih dari 2000 ml. Pada
sebagian besar kasus, yang terjadi adalah hidroamnion kronik yaitu
peningkatan cairan berlebihan secara bertahap. Pada hidroamnion akut,
uterus mengalami 11 peregangan yang jelas dalam beberapa hari.
Hidroamnion dapat menimbulkan persalinan sebelum kehamilan 28
minggu, sehingga dapat menyebabkan kelahiran prematur dan dapat
meningkatkan kejadian BBLR (Chandra, 2011).
b. Kehamilan ganda/kembar
Kehamilan ganda dapat didefinisikan sebagai suatu kehamilan
dimana terdapat dua atau lebih embrio atau janin sekaligus. Kehamilan
ganda dibagi menjadi dua yaitu, kehamilan dizigotik dan monozigotik.
Kehamilan ganda terjadi apabila dua atau lebih ovum dilepaskan dan
dibuahi atau apabila satu ovum yang dibuahi membelah secara dini hingga
membentuk dua embrio yang sama. Kehamilan ganda dapat memberikan
resiko yang tinggi terhadap ibu dan janin. Oleh karena itu, harus dilakukan
perawatan antenatal yang intensif untuk menghadapi kehamilan ganda
(Mandriwati, 2008).
c. Infeksi dalam kandungan (toksoplasmosis, rubella, sitomegalovirus,
herpes, sifillis, TORCH ) (Suwoyo et al., 2011).
2.3 Patofisiologi
Semakin kecil dan semakin prematur bayi, maka akan semakin tinggi risiko
gizinya Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi.
1. Menurunnya simpanan zat gizi, cadangan makanan di dalam tubuh sedikit.
Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor, dan
seng dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan.
2. Meningkatnya kebutuhan energi dan nutrien untuk pertumbuhan dibandingkan
BBLC.
3. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi antara
reflek hisap dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk mencegah aspirasi
pneoumonia belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32 – 34 minggu.
Penundaan pengosongan lambung atau buruknya motilitas usus sering terjadi pada
bayi preterm.
Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan, pada bayi preterm mempunyai
lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan
mengabsorbsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm. Produksi amilase pankreas
dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam pencernaan lemak dan karbohidrat juga
menurun. Begitu pula kadar laktose (enzim yang diperlukan untuk mencerna susu)
juga sampai sekitar kehamilan 34 minggu.
Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja nafas dan kebutuhan kalori
yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu makanan secara oral.
Potensial untuk kehilangn panas akibat permukaan tubuh dibanding dengan BB dan
sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit. Kehilangan panas ini akan meningkatkan
kebutuhan akan kalori.
2.4 Pathway
Faktor Pencetus
BBLR
Kulit tipis dan lemak Imaturitas system Reflek menelan dan menghisap
subcutan kurang pernafasan blm sempurna
Sel-sel kekurangan
Kedinginan O2 dalam sel darah rendah
nutrisi
Co2 tinggi
Kerusakan sel
hipotermi
Asidosis
respiratoris Penurunan
Gangguan BB/kematian
pertukaran gas
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
2.5 Manifestasi Klinis
Menurut Maryanti (2011) ciri- ciri bayi prematur dan dismatur sebagai
berikut :
a. Ciri- Ciri prematuritas murni:
1) Berat badan kurang dari 2500 gram.
2) Panjang badan kurang dari 45 cm.
3) Lingkar kepala kurang dari 33 cm.
4) Lingkar dada kurang dari 33 cm.
5) Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
6) Kulit transparan.
7) Kepala lebih besar dari badan.
8) Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga dan lengan.
9) Lemak subkutan kurang.
10) Ubun- ubun dan sutura lebar.
11) Labia minor belum tertutup oleh labia mayor pada bayi perempuan, pada
bayi laki- laki tertis belum turun.
12) Tulang rawan dan daun telinga imatur.
13) Bayi kecil, posisi masih fetal.
14) Pergerakan kurang dan lemah.
15) Tangisan lemah.
16) Pernafasan belum teratur dan sering mengalami apnea.
17) Reflek tonus leher lemah, reflek menghisap dan menelan belum
sempurna.
2.7 Komplikasi
Komplikasi pada masa awal bayi berat lahir rendah antara lain yaitu :
1. Hipotermia.
2. Hipoglikemia.
3. Gangguan cairan dan elektrolit.
4. Hiperbilirubinemia.
5. Sindroma gawat nafas (asfiksia).
6. Paten suktus arteriosus.
7. Infeksi.
8. Perdarahan intraventrikuler.
9. Apnea of prematuruty.
10. Anemia
Komplikasi pada masa berikutnya yaitu :
1. Gangguan perkembangan.
2. Gangguan pertumbuhan.
3. Gangguan penglihatan (retionopati).
4. Gangguan pendengaran.
5. Penyakit paru kronis.
6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit.
7. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan.
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksan pada bayi BBLR adalah sebagai berikut :
a. Pengaturan suhu tubuh bayi premature (BBLR)
Bayi dengan BBLR yang paling tepat dilakukan perawatan dalam
inkubator. Inkubator yang modern dilengkapi dengan alat pengatur suhu dan
kelembaban agar bayi dapat mempertahankan suhu tubuhnya yang normal.
Harapan hidup bayi BBLR akan semakin besar apabila dirawat dalam suhu
lingkungan yang netral seperti halnya dalam inkubator. Suhu inkubator yang
optimum diperlukan agar panas yang hilang dan konsumsi oksigen terjadi
minimal sehingga bayi dapat mempertahankan suhu tubuhnya
b. Makanan bayi prematur
Pengaturan dan pengawasan makanan bayi adalah menentukan pilihan
susu, cara pemberian dan jadwal pemberian yang sesuai dengan kebutuhan.
ASI merupakan makanan yang paling utama, dan menjadi pilihan utama
untuk makanan bayi. Bila faktor menghisap yang kurang maka ASI dapat di
peras dan di minumkan dengan sendok perlahan atau melalui sonde ke
lambung
c. Menghindari infeksi
Bayi BBLR yang rentang terhadap terjadinya infeksi, terutama infeksi
nosokomial. Hal ini terjadi akibat dari kadar imunoglobulin pada bayi BBLR
sangat rendah, sehingga tidak adanya barier pada tubuh bayi. Kerentanan
terhadap infeksi ini juga disebabkan aktifitas bakterisidal neotrofil dan efek
sitotoksik limfosit yang masih rendah. Jadi fungsi perawatan bayi disini
adalah memberikan perlindungan terhadap bayi BBLR dari bahaya infeksi.
3.1 Pengkajian
Data Subjektif :
a. Identitas
Bayi dengan berat badan lahir rendah sering terjadi pada bayi yang lahir
dengan usia kehamilan <37 minggu dan pada bayi dismaturitas, biasanya
dilahirkan dari ibu yang hamil pada usia <20 tahun dan >35 tahun, ibu dengan
sosial ekonomi rendah dan pekerja keras, kehamilan dengan komplikasi, ataupun
terjadi infeksi pada janin atau plasenta.
b. Keluhan utama
Bayi BBLR biasanya mengalami ketidakefektifan pola nafas dikarenakan
pengaturan pola nafasnya masih belum sempurna dan mengalami ketidak
efektifan termoregulasi: hipotermi (suhu axilla <36,5ºC) , reflek hisap lemah
Data Obyektif :
a. Pemeriksaan Umum Bayi
1) Pemeriksaan APGAR SCORE
Biasanya bayi dengan BBLR berpotensi mengalami asfiksia akibat dari
pernafasan yang belum teratur
2) Vital Sign
- Suhu Tubuh: Biasanya bayi BBLR mengalami hipotermi dengan suhu
axilla <36.5ºC akibat dari pusat pengaturan suhu yang masih dalam
perkembangan, jaringan lemak subkutan tipis, kulit tipis, dan luas permukaan
tubuh relatif luas
- Pernafasan : Pernafasan pada bayi dengan BBLR belum teratur dan
biasanya sering terjadi serangan apnea
- Nadi : Pada bayi dengan BBLR biasanya heat rate dapat normal (120- 160
kali/ menit)
3.5 Evaluasi
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram, tanpa memandang masa gestasi, berat lahir rendah adalah yang
ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah bayi lahir
Penanganan bayi dengan berat badan lahir rendah bergantung pada besara
kecilnya bayi. Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin
besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis
lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator. Bayi
dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam mempertahankan suhu
tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan
antara 35,50 C s/d 370 C.. Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu
lingkungan dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic
yang minimal. Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka,
juga memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus
diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C untuk
bayi dengan berat kurang dari 2000 gram. Bayi dengan berat badan lahir rendah,
dirawat didalam incubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“
atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator, incubator
terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7
kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang,
hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa
dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm
BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2yang diberikan
sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi
dalam masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi
yang dapat menimbulkan kebutaan. Bayi preterm dengan berat rendah,
mempunyai system imunologi yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit
atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat
harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi,
memakai masker, gunakan gaun/jas, lepaskan semua asessoris dan tidak boleh
masuk kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit kulit.
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah
terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama,
dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap
dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih
banyak kalori, dibandingkan dengan bayi preterm.
4.2 Saran
Dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan mahasiswa dibidang
kesehatan khususnya mahasiswa jurusan keperawatan dapat memhaminya
sehingga dapat memberikan penyuluhan atau pendidikan kesehatan kepada ibu
maupun calon ibu atau keluarga untuk menjaga kesehatan mereka dalam
mencegah terjadi kelahiran bayi dengan berat badan rendah sehingga dapat
meningkatkan derajat kesehatan ibu maupun bayi di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A. Buku ajar neonatologi.
Edisi ke-1. Jakarta: IDAI; 2012.
Betz, C.L., Sowden, L.A. 2003. Keperawatan Pediatrik. Edisi 3. Jakarta: EGC.