Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya masalah dari segi medis, tapi juga meluas ke masalah sosial, budaya, ekonomi, keamanan, dan juga ketahanan nasional. Penyakit kusta pada umumnya terdapat di negara yang sedang berkembang sebagai akibat keterbatasan negara tersebut dalam memberikan pelayanan yang memadai dalam bidang kesehatan, kesejahteraaan sosial ekonomi pada masyarakat (Kemenkes, 2015). Penyakit ini berkembang perlahanlahan dan dapat menyebabkan lesi pada kulit hingga menjadikan seseorang mengalami beberapa gangguan kesehatan terutama pada masalah kerusakan integritas kulit. Kerusakan integritas kulit merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami atau berada pada risiko rusaknya kulit yang meliputi dermis dan atau epidermis atau jaringan yang meliputi membran mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan ligamen (SDKI, 2016). Menurut data kementrian Kesehatan RI Pada tahun 2017 pravelensi penderita kusta di Indonesia yaitu sebesar 261.890.872 dengan 10.477 merupakan penderita kasus baru dan tingkat deteksi kasus per 100.000 penduduk ada 4,00 kasus (Kementerian Kesehatan RI, 2017). Dan Secara umum angka prevalensi kusta di Jawa Timur mengalami kenaikan meskipun tidak significant yaitu ada 1,02 kasus dengan 3496 penderita pada tahun 2015 menjadi 1,04 kasus dengan 4058 penderita pada tahun 2016 (Jatim, 2016). Mycobacterium Leprae satusatunya bakteri yang menginfeksi saraf tepi dan hampir semua komplikasinya merupakan akibat langsung dari masuknya bakteri ke dalam saraf tepi. Cara penularan bakteri ini melalui cairan dari hidung yang biasanya menyebar ke udara. Perlu beberapa bulan kontak yang sering dengan penderita kusta, sehingga penyakit ini dapat ditularkan. Saat setelah bakteri masuk ke dalam tubuh dan menginfeksi jaringan saraf tepi, penderita lepra mengalami gangguan sistem saraf (neuritis). Sehingga ketika bagian tubuh mengalami suatu tekanan, otak tidak dapat menerima impuls akibatnya dapat terjadi kelelahan hebat dan kerusakan jaringan pada bagian tubuh tersebut. Respon normal jaringan tubuh ketika kerusakan jaringan adalah dilepaskannya mediator radang yang menimbulkan edema dan tanda-tanda infeksi. Ketika edema tersebut terjadi pembuluh darah kecil tertekan dan menyebabkan sirkulasi nutrisi dan oksigen terganggu sehingga terjadi kematian jaringan. Ketika akumulasi plasma dari jaringan yang rusak dibiarkan menyebabkan peningkatan tekanan internal memicu robeknya jaringan kulit, akibatnya cairan plasma keluar dan timbul ulkus terbuka. Dan terjadi kerusakan integritas kulit. Dampak dari kerusakan integritas kulit pada pasien kusta adalah adanya nekrosis bagian tubuh yang timbul ulkus, kemudian jika dibiarkan akan terjadinya reabsorsi bagian tubuh seperti jari dan hal yang paling buruk kemungkinannya adalah luka yang akan menjalar dan akan merusak fungsi tubuh lain. Sehingga menyebabkan sebagian penderita kusta akan menjalani tindakan amputasi (Lestari, 2015). Cara untuk menjaga dan mencegah terjadinya kerusakan kulit adalah dengan minyak zaitun yang memiliki beragam manfaat, baik untuk kesehatan maupun kecantikan. Minyak zaitun dipercaya dapat membantu mempertahankan kelembapan dan elastisitas kulit sekaligus memperlancar proses regenerasi kulit, sehingga kulit tidak mudah kering dan berkerut (Chaerunisa, 2008).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mengambil masalah keperawatan sebagai berikut, “Bagaimana Asuhan Keperawatan Kusta pada keluarga Tn.X Dan Tn.Y Dengan Masalah Keperawatan Kerusakan Integritas Kulit Di Puskesmas Kunir Tahun 2020?”
1.3 Tujuan Penulisan
Mampu mengkaji, mendiagnosa, menyusun intervensi, dan mengimplemetasikan rencana dan evaluasi suatu masalah atau fenomena dalam asuhan keperawatan klien dan keluarga dengan Kusta dengan masalah keperawatan Kerusakan Integritas Kulit di Puskesmas Kunir Tahun 2020.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Manfaat teoritis Bagi penulis karya laporan tugas akhir ini dapat memberikan pengalaman terhadap proses pemberian asuhan keperawatan yang baik dan benar, menambah pengetahuan, yang khususnya dapat mengetahui, memahami, mendeskripsikan, dan menganalisis suatu masalah atau fenomena dalam proses pemberian asuhan keperawatan keluarga dengan klien Kusta dengan masalah keperawatan Kerusakan Integritas Kulit di Puskesmas Kunir Tahun 2020.
1.4.2 Manfaat praktis
a. Bagi Institusi Terkait Diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam pemberian praktek asuhan keperawatan secara komprehensif utamanya dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga pada klien dengan Kusta dengan masalah keperawatan Kerusakan Integritas Kulit serta menerapkan pemanfaatan terapi Minyak zaitun dipercaya dapat membantu mempertahankan kelembapan dan elastisitas kulit sekaligus memperlancar proses regenerasi kulit. b. Bagi perawat Diharapkan laporan tugas akhir ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi atau rujukan dalam pemberian asuhan keperawatan keluarga pada klien dengan Kusta dengan masalah Kerusakan Integritas Kulit. c. Bagi klien Diharapkan laporan tugas akhir dapat memberikan masukan, menambah pengetahuan kepada klien, keluarga serta masyarakat mengenai upaya dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan Kusta dengan masalah keperawatan Kerusakan Integritas Kulit. d. Bagi penulis selanjutnya Dapat dijadikan sebagai data dasar atau sumber rujukan dalam pengembangan proposal selanjutnya yang berhubungan dengan penyakit Kusta khususnya dengan masalah keperawatan Kerusakan Integritas Kulit.