Anda di halaman 1dari 51

Tugas MID Kelompok

Nama Dosen : Nurhidayat Trianingsih, S.ST.,M.Keb


Mata Kuliah : Kegawatdaruratan
Kelas H

BAYI BARU LAHIR SEHAT

Disusun Oleh
Kelompok 3

1. Siti Harningsih Safitri (A1B1 19 093)


2. Andi Diah Rahmalia A (A1B1 19 095)
3. Suryani (A1B1 19 163)

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGA RESKY MAKASSAR
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala Puji Bagi Allah SWT. Yang telah menciptakan kami dengan akal
dan budi, kehidupan yang patut kami syukuri, keluarga yang mencintai kami, dan
teman-teman yang menginspirasi. Karena berkat Rahmat-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Bayi Baru Lahir Sehat. Shalawat beriring
salam kami sampaikan juga kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Sebagai suri
tauladan atas umatnya.

Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih


kepada : Nurhidayat Trianingsih, S.ST.,M.Keb

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas MID dan untuk membantu
mempermudah pemahaman dalam memahami mata kuliah Kegawatdaruratan.

Penulis menadari segala keterbatasan yang dimiliki, oleh karena itu


penulis memohon saran dan kritik kepada semua piak agar makala ini mejadi
sempurna. Atas saran dan kritiknya, penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Semoga makala ini dapat bermanfaat, memberikan kelancaran dan barokah.
Aamiin Allahumma aamiin.

Makassar, Mei 2020

Kelompok 3

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………. 1

DAFTAR ISI …………………………………………………………. 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………………………….. 3


B. Rumusan Masalah ……………………………………………… 5
C. Tujuan Penulisan …………………………………………….…. 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Asuhan segera bayi baru lahir ………………………………….. 6


B. Asuhan lanjut pada bayi baru lahir normal ………………….. 12
C. Pengkajian bayi baru lahir ……………………………………... 18
D. Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir ………………………. 20
E. Kuning fisiologi bayi baru lahir ………………………………. 26
F. Imunisasi ………………………………………………………. 31

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………………… 49
B. Saran …………………………………………………………….. 49

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………. 50

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi Baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang
kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37
minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan lahir 2500 - 4000 gram,
dengan nilai apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan. Neonatus adalah bayi yang
baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan
intra uterin ke kehidupan ekstra uterin. Tiga faktor yang mempengaruhi
perubahan fungsi dan peoses vital neonatus yaitu maturasi, adaptasi dan
toleransi. Empat aspek transisi pada bayi baru lahir yang paling dramatik dan
cepat berlangsung adalah pada sisem pernafasan, sirkulasi, kemampuan
menghasilkan glukosa.
Sustainable Development Goals (SDGs) menargetkan angka kematian
bayi dan balita masing-masing maksimum 12 dan 25 setiap 1.000 kelahiran
hidup di tahun 2030. Akan tetapi, berdasarkan data SDKI 2012 angka
kematian bayi dan balita, 32 dan 40 per 1.000 kelahiran hidup (SHRS dan
Agenda 2030, 2015).
Angka kematian bayi sekarang ini dianggap sebagai ukuran yang lebih
baik serta lebih peka untuk menilai kualitas pelayanan kebidanan.
Pembangunan manusia seutuhnya dapat terwujud bila terjadi peningkatan
kualitas manusia Indonesia yang dipersiapkan sejak dini, yaitu dari masa bayi
dikandung, masa kelahiranya, masa bayi baru lahir, serta masa-masa
selanjutnya.
Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan WHO dan UNICEF yang
merekomendasikan inisiasi menyusui dini sebagai tindakan penyelamatan
kehidupan, karena IMD dapat menyelamatkan 22 % dari bayi yang meninggal
sebelum usia 1 bulan. Program ini dilakukan dengan cara langsung
meletakkan bayi baru lahir di dada ibunya dan membiarkan bayi mencari
untuk menemukan putting susu ibun untuk menyusu. IMD harus dilaksanakan

3
langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dangan kegiatan menimbang atau
mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh dibersihkan hanya dikeringkan kecuali
tangannya. Proses ini harus berlangsung skin to skin antara bayi dan ibu.
Peran serta masyarakat untuk menurunkan AKB dengan cara melakukan
kunjungan neonatal minimal 2 kali setelah bayi lahir. Agar masalah yang
timbul bisa segera di tangani. Masalah pada neonatus biasanya timbul sebagai
akibat yang spesifik terjadi pada masa perinatal. Tidak hanya merupakan
penyebab kematian tetapi juga kecacatan. Dan untuk mencegah meningkatnya
AKB dan angka kesakitan bayi baru lahir maka perlu dilakukan asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir.
Untuk mengatasi masalah pada bayi baru lahir maka perlu penanganan
yang dilakukan secara dini, aman, bersih dan cepat untuk mencegah terjadinya
kematian dan kesakitan pada bayi baru lahir. Sebagian besar ibu-ibu masih
memakaikan anaknya gurita dan membubuhkan jamu-jamuan di tali pusat,
seperti yang terjadi di daerah Ngawen, Gunung Kidul.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan menjelaskan
bahwa bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang mempunyai posisi
penting dan strategis terutama dalam penurunan AKI dan AKB. Bidan
memberikan pelayanan kebidanan yang berkesinambungan, kemitraan dan
pemberdayaan masyarakat bersamam-sama dengan tenaga kesehatan lainnya
untuk senantiasa siap melayani siapa saja yang membutuhkannya.
Salah satu upaya untuk melindungi penduduk tehadap penyakit tetentu
yakni imunusasi. Program imunisasi diberikan kepada populasi yang dianggap
rentan terjangkit penyakit menular, yaitu bayi, balita, anak sekolah dan WUS..
setiap bayi wajib mendapatkan lima imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari :
1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 3 dosisi Hepatitis B dan 1 dosis
Imunusasi campak.
Peran bidan dalam melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk
resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusui dini, injeksi vitamin K1,
Perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari) dan perawatan tali

4
pusat. Bayi Baru Lahir memerlukan asuhan yang segera yang cepat, tepat,
aman dan bersih. Hal tersebut merupakan bagian esensial bayi baru lahir.
Sebagian besar proses persalinan terfokus pada ibu, tetapi sehubungan dengan
proses pengeluaran hasil kehamilan (bayi) maka penatalaksanaan persalinan
baru dikatakan berhasil jika ibu dan bayinya dalam kondisi yang optimal,
sehingga selain ibunya bayi yang dilahirkan juga harus dalam keadaan sehat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja asuhan segera bayi baru lahir?
2. Apa saja asuhan lanjut pada bayi baru lahir normal?
3. Apa saja pengkajian bayi baru lahir?
4. Bagaimana pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir?
5. Apakah kuning fisiologi bayi baru lahir?
6. Apa saja imunisasi?

C. Tujuan Penulisan
G. Untuk mengetahui tentang asuhan segera bayi baru lahir
H. Untuk mengetahui tentang asuhan lanjut pada bayi baru lahir normal
I. Untuk menetahui tentang pengkajian bayi baru lahir
J. Untuk mengetahui tentang pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir
K. Untuk mengetahu tentang kuning fisiologi bayi baru lahir
L. Untuk mengetahui tentang imunisasi

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Asuhan Segera Bayi Baru Lahir


Menurut JNPK-KR/POGI, APN, asuhan segera, aman dan bersih untuk bayi
baru lahir ialah :
1. Pencegahan Infeksi
a. Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan dengan
bayi
b. Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum
dimandikan
c. Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem,
gunting, penghisap lendir DeLee dan benang tali pusat telah
didesinfeksi tingkat tinggi atau steril.
d. Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan
untuk bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikin pula dengan
timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop.
2. Melakukan penilaian
a. Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan
b. Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas; Jika bayi tidak
bernapas atau bernapas megap – megap atau lemah maka segera
lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.
3. Pencegahan Kehilangan Panas
Mekanisme kehilangan panas
a. Evaporasi
Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh
bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan.
b. Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi
dengan permukaan yang dingin, contoh meja, tempat tidur, timbangan

6
yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas
tubuh bayi bila bayi diletakkan di atas benda – benda tersebut
c. Konveksi
Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang
lebih dingin, contohnya ruangan yang dingin, adanya aliran udara dari
kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi, atau pendingin
ruangan.
d. Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat
benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu
tubuh bayi, karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh
bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung)

Gambar 2.1 Mekanisme kehilangan panas bayi baru lahir


Sumber: (WHO/RHT/MSM/97-2)

Mencegah kehilangan panas


Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut :
a. Keringkan bayi dengan seksama Mengeringkan dengan cara menyeka
tubuh bayi, juga merupakan rangsangan taktil untuk membantu bayi
memulai pernapasannya.
b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat. Ganti
handuk atau kain yang telah basah oleh cairan ketuban dengan selimut
atau kain yang baru (hanngat, bersih, dan kering)

7
c. Selimuti bagian kepala bayi. Bagian kepala bayi memiliki luas
permukaan yang relative luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan
panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya. Pelukan ibu pada
tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan
panas. Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu satu (1)
jam pertama kelahiran
e. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru Lahir. Karena
bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya, sebelum
melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain
atau selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari
selisih berat bayi pada saat berpakaian/diselimuti dikurangi dengan
berat pakaian/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya enam
jam setelah lahir.
4. Membebaskan Jalan Nafas
Dengan cara sebagai berikut yaitu bayi normal akan menangis spontan
segera setelah lahir, apabila bayi tidak langsung menangis, penolong
segera membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut :
a. Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.
b. Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu, sehingga leher bayi
lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit
tengadah ke belakang.
c. Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokkan bayi dengan jari
tangan yang dibungkus kassa steril.
d. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi
dengan kain kering dan kasar.
e. Alat penghisap lendir mulut (De Lee) atau alat penghisap lainnya yang
steril, tabung oksigen dengan selangnya harus sudah ditempat
f. Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung
g. Memantau dan mencatat usaha bernapas yang pertama (Apgar Score)

8
h. Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau mulut
harus diperhatikan.
Tabel 2.1 Apgar Score
Penilaian Nilai = 0 Nilai = 1 Nilai 2

Appearance Warna kulit Warna kulit biru Warna kilit pink


(warna kulit) seluruh tubu pada ekstremitas, pada tubuh dan
dan ektremitas warna kulit pink ekstremitas
biru pada tubuh
Pulse Tidak ada <100 kali/menit >100 kali/menit
(denyut jantung)

Grimace Tidak ada Meringis atau Bayi menangis,


(refleks) menangis saat batuk atau bersin
distimulasi

Activity Tidak ada Sedikit gerakan Begerak aktif


(tonus otot)
Respiration Tidak ada Pernafasan lemah, Pernafasan bak
(pernafasan) tidak teratur dan teratur,
menangis kuat

Skor APGAR dihiyting pada menit ke-1 dan ke-5 untuk semua bayi,
kemudian dilanjutkan setiap 5 menit sampai menit ke-20 untuk bayi
dengan skor APGAR kurang dari 7.
5. Merawat tali pusat
a. Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil, ikat atau
jepitkan klem plastik tali pusat pada puntung tali pusat.
b. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam
larutan klonin 0,5 % untuk membersihkan darah dan sekresi tubuh
lainnya.
c. Bilas tangan dengan air matang atau disinfeksi tingkat tinggi
d. Keringkan tangan (bersarung tangan) tersebut dengan handuk atau kain
bersih dan kering.

9
e. Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan menggunaka
benang disinfeksi tingkat tinggi atau klem plastik tali pusat (disinfeksi
tingkat tinggi atau steril). Lakukan simpul kunci atau jepitankan secara
mantap klem tali pusat tertentu.
f. Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling
ujung tali pusat dan dilakukan pengikatan kedua dengan simpul kunci
dibagian tali pusat pada sisi yang berlawanan.
g. Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan klonin
0,5%
h. Selimuti ulang bayi dengan kain bersih dan kering, pastikan bahwa
bagian kepala bayi tertutup dengan baik.
6. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Pada waktu lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya, dan
membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi
baru lahir harus di bungkus hangat. Suhu tubuh bayi merupakan tolok ukur
kebutuhan akan tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya sudah
stabil. Suhu bayi harus dicatat. Bayi baru lahir tidak dapat mengatur
temperatur tubuhnya secara memadai dan dapat dengan cepat kedinginan
jika kehilangan panas tidak segera dicegah. Bayi yang mengalami
kehilangan panas (hipotermi) beresiko tinggi untuk jatuh sakit atau
meninggal, jika bayi dalam keadaan basah atau tidak diselimuti mungkin
akan mengalami hipoterdak, meskipun berada dalam ruangan yang relative
hangat. Bayi prematur atau berat lahir rendah sangat rentan terhadap
terjadinya hipotermia.
7. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
IMD adalah kontak dengan kulit segera setelah lahir dan menyusu sendiri
dalam 1 jam pertama setelah melahirkan. IMD adalah pemberian ASI (Air
Susu Ibu) pada 1 jam pertama setelah melahirkan (Wibowo, 2008). IMD
dengan cara merangkak mencari payudara (the breast crawl). Dari hasil
penelitian dalam dan luar negeri, IMD tidak hanya mensukseskan
pemberian ASI Eksklusif. Lebih dari itu terlihat hasil yang nyata yaitu

10
menyelamatkan nyawa bayi. Oleh karena itu menyusu di satu jam pertama
bayi baru lahir sangat berperan dalam menurunkan AKB. Faktanya dalam
1 tahun, 4 juta bayi berusia 28 hari meninggal. Jika semua bayi di dunia
segera lahir diberikan kesempatan menyuu sendiri dengn membeiarkan
kontak kulit ibu ke kulit bayi setidaknya selama 1 jam maka 1 nyawa bayi
dapat diselamatkan.

Gambar 2.2 Cara IMD


Sumber : (ibudanmama.com)
8. Pencegahan infeksi dengan pemberian obat
a. Memberikan vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K
pada bayi baru lahir normal atau cukup bulan perlu di beri vitamin K
per oral 1 mg / hari selama 3 hari, dan bayi beresiko tinggi di beri
vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 – 1 mg IM.
b. Memberikan obat tetes atau salep mata
Untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular
seksual) perlu diberikan obat mata pada jam pertama persalinan, yaitu
pemberian obat mata eritromisin 0.5 % atau tetrasiklin 1 %, sedangkan
salep mata biasanya diberikan 5 jam setelah bayi lahir.

Gambar 2.3. Cara memberikan salep mata antibiotic

11
c. Pemberian Imunisasi Hepatitis B
Memberikan Imunisasi Hepatitis B regimen tunggal sebanyak 3 kali,
pada usia 0 bulan (segera setelah lahir), usia 1 bulan, usia 6 bulan atau
pemberian regimen kombinasi sebanyak 4 kali, pada usia 0 bulan, usia
2 bulan (DPT+Hep B), usia 3 bulan, usia 4 bulan. Pemberian Imunisasi
Hepatitis B.
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi, pastikan untuk
melakukan tindakan pencegahan infeksi berikut ini :
1) Cuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan
kontak dengan bayi.
2) Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum
dimandikan.
3) Pastikan bahwa semua peralatan, termasuk klem gunting dan
benang tali pusat telah didinfeksi tingkat tinggi atau steril, jika
menggunakan bola karet penghisap, pakai yang bersih dan baru.
4) Pastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang
digunakan untuk bayi telah dalam keadaan bersih.
5) Pastikan bahwa timbangan, pipa pengukur, termometer, stetoskop
dan benda-benda lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi
dalam keadaan bersih (dekontaminasi dan cuci setiapsetelah
digunakan)

B. Asuhan Lanjut Pada Bayi Baru Lahir Normal


1. Menjaga kehangatan
Kehangatan sangat dibutuhkan oleh bayi baru lahir, karena perubahan
suhu lingkungan intrauterin dan ekstrauterin sangat berbeda sehingga bayi
rentan terhadap hipotermi.
a. Keringkan bayi secara seksama
Segera setelah bayi lahir, keringkan permukaan tubuh sebagai upaya
untuk mencegah kehilangan panas akibat evaporasi cairan ketuban

12
pada permukaan tubuh bayi. Hal ini juga merupakan rangsangan taktil
untuk membantu bayi memulai pernafasan.
b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
Segera setelah bayi lahir dikeringkan dan tali pusat dipotong, ganti
handuk atau kain yang telah dipakai kemudian selimuti bayi dengan
selimut atau kain hangat, kering dan bersih Kain yang basah yang
diletakkan dekat tubuh bayi akan menyebabkan bayi tersebut
mengalami kehilangan panas tubuh.
c. Tutupi kepala bayi
Pastikan bahwa bagian kepala bayi ditutupi setiap saat. Bagian kepala
bayi memiliki luas permukaan yang cukup besar sehingga bayi akan
kehilangan panas tubuh jika bagian kepalanya tidak tertutup.
d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan memberikan ASI
Memeluk bayi akan membuat bayi tetap hangat dan merupakan upaya
pencegahan kehilangan panas yang sangat baik. Anjurkan ibu untuk
sesegera mungkin menyusukan bayinya setelah lahir. Pemberian ASI,
sebaiknya dimulai dalam waktu satu jam setelah bayi lahir.
e. Lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian
Karena bayi baru lahir mudah mengalami kehilangan panas tubuh,
(terutama jika tidak berpakaian ) sebelum melakukan penimbangan,
selimuti tubuh bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering.
Timbang selimut atau kain secara terpisah, kemudian kurangi berat
selimut atau kain tersebut dari total berat bayi saat memakai selimut
tadi.
f. Jangan memandikan bayi setidak-tidaknya 6 jam setelah lahir
Tunda untuk memandikan bayi hingga sedikitnya enam jam setelah
lahir. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama kehidupannya
dapat mengarah pada kondisi hipotermia dan sangat membahayakan
keselamatan bayi.
2. Pemberian nutrisi dan cairan
Pemberian nutrisi adalah zat penusun makanan yang diperlukan oleh tubuh

13
untuk metabolisme. Kebutuhan nutrisi dan cairan merupakan kebutuhan
yang sangat membantu dalam proses pertumbuhan dan perrkembangan
bayi/anak. Sebab, manfaat nutrisi dan cairan dalam tubuh dapat
membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Selain itu,
nutrisi juga mencegah terjadinya berbagai penyakit akibat kurang
nutrisi dalam tubuh, seperrki kekurangan energy dan protein.
a. Memberikan cairan kepada bayi
Cairan yang dimaksud disini dapat berupa ASI maupun PASI
(Pengganti ASI). Dalam pemberrian cairan kepada bayi, bidan/perawat
dapat melakukan dengan beberapa cara pemberian minum
1) Pengertian ASI yaitu makanan pokok untuk bayi, berikan ASI 2-3
jam sekali atau on-demand (semau bayi). Berikan ASI dengan satu
payudara samai terasa kosong setelah itu baru ganti payudara yang
lain. ASI eksklusif adalah memberikan ASI saja sampai usia usia 6
bulan tanpa tambahan makanan apapun kecuali imunisasi, vitamin.
Berikan ASI sampai 2 tahun dengan tambahan makan lunak sesuai
tahapan usia bayi.
2) Pedoman menyusui ASI antara lain:
Inisiasi Menyusui ASI (IMD) adalah bayi berusaha sendiri di
atas perut ibu segera setelah minimal 1 jam. Tanda posisi bayi
menusu dengan baik yaitu dagu menyentuh payudarra, mulut
membuka lebar, hidung mendekat terkadang menyentuh
payudara, mulut mencakup aroela. perawatan paudara selama
ibu menyusui.
3) Perhatikan posisi menyusui, oleskan ASI sebelum dan sesudah
menyusui untuk mencegah lecet. Jika mengalami bendungan
payudara atau mastitis tetap susukan ke bayi sesering mungkin
serta lakukan perawatan payudara.
3. Menjaga Kebersihan
Bayi baru lahir rentan terhadap terjadinya infeksi, sehingga kebersihan
dalam perawatan bayi sangat penting.

14
4. Perawatan Secara Aman dan Waspada
Dalam perawatan bayi baru lahir kita harus memperhatikan keamanan
apakah itu menguntungkan atau malah merugikan bagi bayi. Selain itu kita
juga harus meningkatkan kewaspadaan terhadap perawatan bayi baru lahir
masih rendah sehingga rentan terhadap penyakit dan infeksi.
5. Pencegahan Infeksi
a. Pencegahan infeksi pada tali pusat
Upaya dilakukan dengan cara merawat tali pusat :
1) Menjaga agar luka tetap bersih, Tidak terkena air kencing, kotoran
bayi atau nanah
2) Pemakaian popok bayi diletakkan disebelah bawah tali pusat.
Apabila tali pusat kotor, cuci luka tali pusat dengan air bersih
yang mengalir dan segera keringkan dengan kasa steril dan
dibungkus dengan kasa steril dan kering. Dilarang membubuhkan
atau mengoleskan ramuan, abu dapur pada tali pusat sebab akan
menyebabkan infeksi dan tetanus yang dapat berakhir dengan
kematian neonatal
Tanda-tanda infeksi tali pusat yang harus diwaspadai antara lain :
a) Kulit disekitar tali pusat berwarna kemerahan, ada pus/ nanah,
berbau busuk
b) Perdarahan
c) Pembengkakan
d) Keluar cairan
b. Pencegahan infeksi pada kulit
Beberapa cara yang diketahui dapat mencegah terjadi infeksi pada kulit
bayi baru lahir atau penyakit infeksi lain adalah :
Meletakkan bayi di dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan
bayi sehingga menyebabkan terjadinya kolonisasi mikroorganisasi
yang ada di kulit dan saluran pencernaan bayi dengan mikroorganisme
ibu yang cenderung bersifat nonpatogen serta adanya zat antibodi bayi
yang sudah terbentuk dan terkandung dalam air susu ibu.

15
c. Pencegahan infeksi pada mata
Cara mencegah infeksi pada mata bayi baru lahir :
a) Merawat mata dengan mencuci tangan terlebih dahulu
b) Membersihkan kedua mata bayi segera setelah lahir dengan kapas
dengan air hangat.
c) Dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir berikan salep/ obat tetes mata
untuk mencegah oftalmi neonatorum (tetrasiklin 1%, eritromisin
0,5% atau nitras argensi 1%). Biarkan obat tetap pada mata dan
obat yang ada di sekitar mata jangan dibersihkan.
d) Setelah melakukan perawatan mata, cuci tangan kembali.
keterlambatan salep mata setelah lewat 1 jam setelah lahir merupakan
sebab tersering kegagalan upaya pencegahan infeksi pada mata bayi
baru lahir.
d. Imunisasi
a) Pada daerah risiko tinggi infeksi tuberkolosis, imunisasi BCG
harus segera diberikan pada bayi segera setelah lahir.
b) Pemberian dosis pertama tetesan polio dianjurkan pada bayi
segera setelah lahir atau pada umur 2 minggu. Maksud
pemberian imunisasi polio secara dini adalah untuk
meningkatkan perlindungan awal.
c) Imunisasi hepatitis B sudah merupakan program nasional
meskipun pelaksanaannya dilakukan secara bertahap.
6. Rawat Gabung
Rawat gabung/ Rooming In adalah suatu sistem perawatan dimana bayi
serta ibunya dirawat dalam satu unit sehingga memungkinkan sewaktu-
waktu ibu dapat menyusui bayinya. Dalam pelaksanaannya bayi harus
selalu berada disamping ibu sejak segera setelah dilahirkan sampai pulang.
Macam-macam rawat gabung
a. Rawat Gabung Kontinu
Dimana bayi dapat berada sepanjang hari dan malam hari disamping
ibunya.

16
b. Rawat Gabung Intermiten
Dimana bayi ada yang berada disamping ibunya selama siang hari saja
atau juga ada yang menempatkan bayi ditempat khusus selama jam
berkunjung.
7. Pemberian Identitas
Semua bayi baru lahir di fasilitas kesehatan harus segera mendapatkan
tanda pengenal berupa gelang yang diikenakan pada bayi dan ibunya untuk
menghindari tertukanya bayi, sebaiknya dilakukan segera setelah IMD.
Gelang pengenal berisi identitas nama ibu dan ayah, tanggal, jam lahir dan
jeis kelamin. Apabila fasilitas memungkinkan juga dilakukan cap telapak
kaki bayi pada rekam medis kelahiran.
UU No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak menyatakan bahwwa
setia anak berhak atas identitas diri. Tenaga kesehatan sebagai penolong
persalinan menuliskan keterangan kelahiran untuk digunakan orrang tua
dalam memperole akta kelahiran bayi, lembar keterangan lahir terdapat di
dalam buku KIA
8. Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Hari pertama kelahiran bayi sangat penting. Banyak perubahan yang
terjadi pada bayi dalam menyesuaikan diri dari kehidupan di dalam rahim
ke kehidupan diluar rahim. Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui
sedini mungkin jika terdapat kelainan pada bayi. Risiko terbesar kematian
BBBL terjadi 24 jam pertama kehidupan, sehingga jika ayi lahir di fasilitas
kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan
selama 24 jam pertama.
Waktu pemeriksaan BBL:
a. Setelah lahir saat bayi stabil (sebelm 6 jam)
b. Pada usia 6-48 jam (Kunjungan Neonatal 1)
c. Pada usia 3-7 hari (Kunjungan Neonatal 2)
d. Pada usia 8-28 hari (Kunjungan Neonatal 3)

17
C. Pengkajian Bayi Baru Lahir
1. Pengertian Pemeriksaan Fisik Pada Bayi Baru Lahir
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir adalah pemeriksaan awal yang dilakukan
terhadap bayi setelah berada di dunia luar yang bertujuan untuk mengetahui
apakah bayi dalam keadaan normal dan memeriksa adanya
penyimpangan/kelainan pada fisik, serta ada atau tidaknya refleks primiti.
Pemeriksaan fisik dilakukan setelah kondisi bayi stabil, biasanya 6 jam setelah
lahir. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir memerlukan pengetahuan dan
keterampilan yang adekuat, sehingga tidak akan menimbulkan resiko yang dapat
membahayakan bayi. Pada pemeriksaan ini yang paling penting adalah cara
menjaga agar bayi tidak mengalami hipotermi dan trauma dari tindakan yang kita
lakukan. Jangan lupa untuk melakukan informed consent terlebih dahulu kepada
ibu/orang tua bayi, apabila bayi telah dirawat gabungkan bersama ibunya.
2. Tujuan Pemeriksaan Fisik pada Bayi Baru Lahir
a. Untuk menentukan status kesehatan klien.
b. Mengidentifikasi masalah
c. Mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan
d. Untuk mengenal dan menemukan kelainan yang perlu mendapat tindakan
segera.
e. Untuk menentukan data objektif dari riwayat kesehatanklien.
3. Prinsip Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir
a. Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan tindakan .
b. Cuci dan keringkan tangan, pakai sarung tangan .
c. Pastikan pencahayaan baik.
d. Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yang akan
diperiksa (jika bayi telanjang pemeriksaan harus dibawah lampu
pemancar) dan segera selimuti kembali dengan cepat.
e. Periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh.
4. Pengkajian Fisik Bayi Baru Lahir
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, perlu dilakukan pengkajian pada
bayi baru lahir antara lain: faktor lingkungan, faktor genetic, faktor

18
ibu/maternal, faktor perinatal. Peralatan dan perlengkapan yang perlu
dipersiapkan antara lain:
a. Tempat tidur pemeriksaan
b. Stetoscope
c. Termometer
d. Pita pengukur
e. Timbangan bayi
f. Sarung tangan
g. Penunjuk waktu/jam
h. Lampu
i. Sabun
j. Handuk
k. Air mengalir
5. Prosedur Pelaksanaan
a. Pengkajian segera BBL
1) Penilaian
Nilai kondisi bayi :
 Apakah bayi menangis kuat/bernafas tanpa kesulitan ?
 Apakah bayi bergerak dengan aktif/lemas?
 Apakah warna kulit bayi merah muda, pucat/biru?
b. Pemeriksaan fisik
Langkah-langkah dalam pemeriksaan fisik pada bayi :
1) Pemeriksaan umum
Pengukuran antropometri yaitu pengukuran lingkar kepala yang
dalam keadaan normal berkisar 32-37 cm, lingkar dada 34-36 cm,
panjang badan 45-53 cm, berat badan bayi 2500-4000 gram.
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital
Suhu tubuh, nadi, pernafasan bayi baru lahir bervariasi dalam
berespon terhadap lingkungan.
a) Suhu bayi

19
Suhu bayi dalam keadaan normal berkisar antara 36,5-37,50 C
pada pengukuran diaxila.
b) Nadi
Denyut nadi bayi yang normal berkisar 120-140 kali permenit.
c) Pernafasan
Pernafasan pada bayi baru lahir tidak teratur kedalaman,
kecepatan, iramanya. Pernafasannya bervariasi dari 40 sampai
60 kali permenit.

D. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir


Pemeriksaan fisik secara sistematis (head to toe) pada bayi baru lahir di mulai dari:
1. Kepala
Raba sepanjang garis sutura dan fontanel, apakah ukuran dan tampilannya
normal. Sutura yang berjarak lebar mengidentifikasikan yang preterm,
moulding yang buruk atau hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak
kepala, sering terlihat tulang kepala tumpang tindih yang disebut moulding
atau moulase. Fontanel anterior harus diraba, fontanel yang besar dapat
terjadi akibat prematuritas atau hidrosefalus, sedangkan yang terlalu kecil
terjadi pada mikrosefali. Jika fontanel menonjol, hal ini diakibatkan
peningkatan tekanan intakranial, sedangkan yang cekung dapat terjadi akibat
dehidrasi. Periksa adanya trauma kelahiran misalnya : caput suksedaneum,
sefalhematoma, perdarahan subaponeurotik /fraktur tulang tengkorak.
Perhatikan adanya kelainan congenital seperti : anensefali, mikrosefali,
kraniotabes dan sebagainya.

Gambar 2.4. mikrosefali Gambar 2.5 Hidrosefalus

20
2. Telinga
Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya pada bayi cukup bulan,
tulang rawan sudah matang. Daun telinga harus berbentuk sempurna
dengan lengkungan yang jelas dibagian atas. Perhatikan letak daun telinga.
Daun telinga yang letaknya rendah (low set ears) terdapat pada bayi yang
mengalami sindrom tertentu (Pierre-robin). Perhatikan adanya kulit
tambahan atau aurikel hal ini dapat berhubungan dengan abnormalitas
ginjal.

Gambar 2.6. Pierre-robin syndrom


3. Mata
Periksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna.
Periksa adanya glaucoma congenital, mulanya akan tampak sebagai
pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada kornea. Katarak congenital
akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus tampak bulat.
Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci (kolobama) yang dapat
mengindikasikan adanya defek retina. Periksa adanya trauma seperti
palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina, adanya secret pada mata,
konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat menjadi panoftalmiadan
menyebabkan kebutaan. Apabila ditemukan epichantus melebar
kemungkinan bayi mengalami sindrom down.

Gambar 2.7 sindrom down (epichantus mata melebar)

21
4. Hidung atau mulut
Bibir bayi baru lahir harus kemerahan dan lidahnya harus rata dan
simetris.bibir dipastikan tidak adanya sumbing dan langit-langit harus
tertutup. Reflek hisaf bayi harus bagus, dan berespon terhadap rangsangan.
Kaji benttuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih
2,5 cm. Bayi harus bernafas dengan hidung, jika melalui mulut harus
diperhatikan kemungkinan adanya obstruksi jalan nafas karena atresia
koana bilateral, fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke
nasofaring.

Gambar 2.8 Bibir sumbing


5. Leher
Ukuran leher normalnya pendek dengan banyak lipatan tebal. Leher
berselaput berhubungan dengan abnormalitas kromosom. Periksa
kesimetrisannya. Pergerakannya harus baik. Jika terdapat keterbatasan
pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang leher. Periksa adanya trauma
leher yang dapat menyebabkan kerusakan pada fleksus brakhialis.lakukan
perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan. Periksa adanya
pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis. Adanya lipatan kulit yang
berlebihan dibagian belakang leher menunjukan adanya kemungkinan
trisomi 21.
6. Dada
Kontur dan simetrisitas dada normalnya adalah bulat dan simetris.
Payudara baik pada laki-laki maupun perempuan terlihat membesar.karena
pengaruh hormone wanita dari darah ibu. Periksa kesimetrisan gerakan
dada saat bernafas. Apabila tidak simetris kemungkinan bayi mengalami

22
pneumotorik, paresis diafragma atau hernia diafragmatika.pernafasan yang
normal dinding dada dan abdomen bergerak secara bersamaan. Tarikan
sternum atau interkostal pada saat bernafas perlu diperhatikan.
7. Bahu, lengan dan tangan
Gerakan normal, kedua lengan harus bebas gerak, jika gerakan kurang
kemungkinan adanya kerusakan neurologis atau fraktur. Periksa jumlah
jari. Perhatikan adanya plidaktili atau sidaktili. Telapak tangan harus dapat
terbuka, garis tangan yang hanya satu buah berkaitan dengan abnormalitas
kromosom, seperti trisomi 21. Periksa adanya paronisia pada kuku yang
dapat terinfeksi atau tercabut sehingga menimbulkan luka dan
perdarahan.
8. Perut
Bentuk, penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis, perdarahan tali
pusat. Perut harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan
gerakan dada saat beernafas. Kaji adanya pembengkakan, jika perut sangat
cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika, perut yang
membuncit kemungkinan karena hepato- splenomegali atau tumor lainnya.
Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis,
omfalokel atau duktus omfaloentriskus persisten.
9. Kelamin
Pada wanita labia minora dapat ditemukan adanya verniks dan smegma
(kelenjar kecil yang terletak dibawah prepusium mensekresi bahan yang
seperti keju) pada lekukan. Labia mayora normalnya menutupi labia
minora dan klitoris. Klitoris normalnya menonjol. Menstruasi palsu
kadang ditemukan, diduga pengaruh hormon ibu disebut juga
psedomenstruasi, normalnya terdapat umbai hymen. Pada bayi laki-laki
rugae normalnya tampak pada skrotum dan kedua testis turun kedalam
skrotum. Meatus urinarius normalnya terletak pada ujung glands penis.
Epispadia adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskann kondisi
meatus berada dipermukaan dorsal. Hipospadia untuk menjelaskan kondisi
meatus berada dipermukaan ventral penis.

23
10. Ekstermitas atas dan bawah
Ekstermitas bagian atas normalnya fleksi dengan baik dengan gerakan
yang simetris. Refleks menggengam normalnya ada. Kelemahan otot
parsial atau komlet dapat menandakan trauma pada pleksus brakhialis.
Nadi brakhialis normalnya ada. Ekstermitas bagian bawah normalnya
pendek, bengkok dan fleksi dengan baik. Nadi femoralis dan pedis
normalnya ada.
11. Punggung dan Anus
Periksa spina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda
abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan atau cekungan, lesung
atau bercak kecil berambut yang dapat menunjukan adanya abnormalitas
medulla spinalis atau kolumna vertebrata.
12. Kulit
Verniks (tidak perlu dibersihkan karena untuk menjaga kehangatan tubuh
bayi), warna, pembengkakan atau bercak-bercak hitam, tanda-tanda lahir.
Perhatikan adanya lanugo, jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang
bulan.

E. Perilaku Dan Penampilan Bayi Baru Lahir


Pada dasarnya bayi baru lahir sudah memiliki penampilan atau ciri-ciri dan
perilaku yang khusus.
1. Bernafas dan menangis spontan, terjadi sekitar 30 detik setelah lahir
dengan frekuensi 40-60x/menit
2. Frekuensi jantung berkisar 180x/menit, kemudian turun menjadi 140-
120x/menit
3. Warna kulit kemerah-merahan dan terkadang terdapat verniks casseosa
4. Lemak subkutan cukup tebal
5. Rambut lanugo dan rambut kepala tumbuh dengan baik
6. Aktiitas/gerakan aktif, ektremitas biasanya dalam keadaan fleksi
7. BB berkisar antara 2500-3000 gram
8. PB antara 50-55 cm

24
9. Ukuran lingkar kepala, antara lain: Fronto Oksipital 34 cm, Mento
Oksipital 35 cm, Suboksipito Bregmatika 32 cm.
10. Anus (+) dalam 24 jam pertama dapat mengeluarkan meconium
11. Dalam 24 jam pertama bayi dapat BAK dengan volume 20-30 ml/hari
12. Genitalia: labia mayora menutupi labia minora, testis sudah turun ke
dalam skrotum
13. Sensitif terhadap cahaya terang, yang menyebabkan mata bayi akan
berkedip, dapat mengenali pola-pola hitam putih tang tercetak tebal dan
bentuk wajah manusia. Jarak focus adalah sekitar 15-20 cm
14. Bayi akan bereaksi dengan menggerakan matanya bila mendengar suara-
suara yang nyaring. Ia lebih menyukai suara yang lembut dengan pola
yang sama. Jika mendengar suara yang tiba-tiba, bayi akan bereaksi
dengan menggerakan anggota tubuhnya
15. Bayi baru lahir sudah dapat membedakam aroma susu manusia/ibunya
dengan aroma susu dari wanita lain, bereaksi secara kuat terhadap berbagai
rasa dan memperlihatkan kesukaan yang kuat pada rasa manis
16. Bayi baru lahir sangat sensitive terhadap sentuhan dan sangat menyukai
kontak langsung antara kulit dengan kulit
17. Adalah normal bila dalam 2 minggu pertama bayi banyak tidur
18. Tangisan bayi berbeda-beda disesuaikan dengan apa yang dirasakannya,
seperti sakit, merasa tidak nyaman karena basah, dingin, lapar, merasa
kesepian dll.

Sedangkan beberapa perilaku bayi baru lahir diinterpretasikan dalam bentuk


releks-refleks seperti:

a. Refleks hisap : dilihat pada waktu bayi menyusu


b. Refleks genggam : dengan meletakkan jari telunjuk pada palmar,
tekanan dengan gentle, normalnya bayi akan menggenggam dengan
kuat
c. Refleks Plantar : tekan permukaan plantar kaki di bawah ibu jari,
dalam keadaan normal ibu jari akan fleksi kearah plantar.

25
d. Refleks moro : tangan pemeriksa menyangga bayi dan punggung
posisi 45° , dalam keadaan rileks kepala dijatuhkan 10°. Pada keadaan
normal akan terjadi abduksi sendi bahu dan ekstensi lengan.
e. Refleks Tonik neck : letakkan bayi dalam posisi terlentang, putar
kepala ke satu sisi dengan badan ditahan, ekstremitas pada sisi kemana
kepala diputar terekstensi, tapi ekstremitas pada sisi lain terefleksi.
Pada keadaan normal bayi akan berusaha untuk mengembalikan kepala
ketika diputar ke sisi pengujian syaraf asesori.
f. Refleks Muntah : Menunjukkan fungsi neurology glosofaringeal dan
syaraf fagus normal.
g. Refleks kedipan : merupakan respon terhadap cahaya terang yang
menunjukkan normalnya syaraf optic.

F. Kuning Fisiologik Bayi Baru Lahir


1. Defenisi
Ikterus neonatrum adalah keadaan klins yang ditandai oleh
ppearnaan kuning pada kulit dan sclera akibat akumulasi ilirubin indirek
yang berlebih. Hiperbilirubinemia ialah terjadinya peningkatan kadar
bilirubin dalam darah, baik oleh faktor fisiologik maupun non-fisiologik,
yang secara klinis ditandai dengan ikterus. Bilirubin diproduksi dalam
sistem retikuloendotelial sebagai produk akhir dari katabolisme heme dan
terbentuk melalui reaksi oksidasi reduksi. Karena sifat hidrofobiknya,
bilirubin tak terkonjugasi diangkut dalam plasma, terikat erat pada
albumin. Ketika mencapai hati, bilirubin diangkut ke dalam hepatosit,
terikat dengan ligandin. Setelah diekskresikan ke dalam usus melalui
empedu, bilirubin direduksi menjadi tetrapirol tak berwarna oleh mikroba
di usus besar.
Pada janin, tugas mengeluarkan biliru-bin dari darah dilakukan
oleh plasenta, dan bukan oleh hati. Setelah bayi lahir, tugas ini langsung
diambil alih oleh hati, yang memerlukan sampai beberapa minggu untuk
penyesuaian. Selama selang waktu tersebut, hati bekerja keras untuk

26
menge-luarkan bilirubin dari darah. Walaupun demikian, jumlah bilirubin
yang tersisa masih menumpuk di dalam tubuh. Oleh karena bilirubin
berwarna kuning, maka jumlah bilirubin yang berlebihan dapat memberi
warna pada kulit, sklera, dan jaringan-jaringan tubuh lainnya.

Gambar 2.9 bayi kuning


2. Ikterus fisoligis
Icterus fisiologi adalah tidak mempunya dasar patologi atau tidak
mempunai potensi menjadi kernicterus. Biasanya timbul pada hari kedua
dan ketiga. Kadar bilirubim serum total 6-8 ml/dL, bahkan hinga 12
mg/dL. Pada bayi cukup bulan, masih dianggap fisiologi. Penurunan kadar
bilirubin total akan terjadi secara cepat dalam 2-3 hari, kemudian diikuti
penurunan lambar sebesar 1 mg/dL selama 1-2 minggu. Pada bayi kurang
bulan kadar bilirubin total 10-12 mg/dL, bahkan dapat meninkat hingga 15
mg/dL dengan tanpa adanya gangguan pada metabolism bilirubin. Kadar
bilirubin total yang aman bayi kurang bulan sangat bergantung pada usia
kehamilan.
3. Ciri-ciri bayi kuning secara fisiologis
a. Bayi umumnya menjadi kuning pada hari kedua atau keempat dan
dapat berlangsung hingga 14 hari
b. Bagian wajah hingga dada mejadi kuning, pada baian puti mata
menjadi kuning
c. Bayi tidak terlihat sakit, gerak aktif menyusu kuat
d. Warna tinja kuning.

Sebagian besar kasus hiperbilirubin-emia tidak berbahaya, tetapi kadang-


kadang kadar bilirubin yang sangat tinggi bisa menyebabkan kerusakan
otak (Kern icterus). Gejala klinis yang tampak ialah rasa kantuk, tidak

27
kuat menghisap ASI/susu formula, muntah, opistotonus, mata ter-putar-
putar keatas, kejang, dan yang paling parah bisa menyebabkan kematian.
Efek jangka panjang Kern icterus ialah retardasi mental, kelumpuhan
serebral, tuli, dan mata tidak dapat digerakkan ke atas.

Gambar 2.10 Cara Memeriksa apakah bayi kuning atau tidak, dengan
caramreggangkan kulitnya.

4. Ikterus non-fisiologik

Apabila tidak diobati dapat terjadi icterus non-fisiologik. Jenis ikterus ini dahulu
dikenal sebagai ikterus patologik, yang tidak mudah dibedakan dengan ikterus
fisiologik. Ter-dapatnya hal-hal di bawah ini merupakan petunjuk untuk tindak
lanjut, yaitu:ikterus yang terjadi sebelum usia 24 jam; setiap peningkatan kadar
bilirubin serum yang memerlukan fototerapi; peningkatan kadar. bilirubin total
serum >0,5 mg/dL/jam; adanya tanda-tanda penyakit yang men-dasar pada setiap
bayi (muntah, letargis, malas menetek, penurunan berat badan yang cepat, apnea,
takipnea, atau suhu yang tidak stabil); ikterus yang bertahan setelah delapan hari pada
bayi cukup bulan atau setelah 14 hari pada bayi kurang bulan.

28
Dasar Penyebab
Peningkatan bilirubin yang tersedia
Peningkatan produksi bilirubin Peningkatan jumlah sel darah merah
Penurunan umur sel darah merah
Peningkatan early bilirubin
Peningkatan aktivitas ß-glukoronidase
Tidak adanya flora bakteri
Peningkatan resirkulasi melalui
Pengeluaran mekonium yang terlambat
entero-hepatic shunt
Defisiensi protein karier
Penurunan aktifitas UDPGT
Penurunan klirens bilirubin
Penurunan klirens dari plasma
Penurunan metabolisme hati
Tabel 2.2. Faktor yang berhubungan dengan ikterus fisiologik
5. Faktor resiko
a. ASI yang kurang
Bayi yang tidak mendapat ASI cukup saat menyusui dapat bermasalah
karena tidak cukupnya asupan ASI yang masuk ke usus untuk
memroses pembuangan bilirubin dari dalam tubuh. Hal ini dapat
terjadi pada bayi prematur yang ibunya tidak memroduksi cukup ASI
b. Peningkatan jumlah sel darah merah
Peningkatan jumlah sel darah merah dengan penyebab apapun berisiko
untuk terjadinya hiperbilirubinemia. Sebagai contoh, bayi yang
memiliki jenis golongan darah yang berbeda dengan ibunya, lahir
dengan anemia akibat abnormalitas eritrosit (antara lain eliptositosis),
atau mendapat transfusi darah; kesemuanya berisiko tinggi akan
mengalami hiperbilirubinemia
c. Infeksi/ inkompabilitas ABO-Rh
Bermacam infeksi yang dapat terjadi pada bayi atau ditularkan dari ibu
ke janin di dalam rahim dapat meningkatkan risiko hiperbilirubinemia.
Kondisi ini dapat me-liputi infeksi kongenital virus herpes, sifilis
kongenital, rubela, dan sepsis

29
6. Pencegahan bayi kuning di rumah
a. Rutin melakukan pemeriksaan kehamilan saat hamil
b. Berikan ASI yang cukup sejak dini (8-12 kali sehari)
c. Hindari pemakaian pakaian bayi yang menggunakan kapur barus atau
pengahrum pakaian
d. Menjemur bayi di bawah sinar matahari
Menjemur bayi yang benar:
1) Tepatkan bayi dekat denan jendela terbuka untuk mendapat sinarr
matahari paggi antara jam 7-9 pagi
2) Atur posisi kepala agar wajah tidak menghadap matahari langsung
3) Lakikan penyinaran selama kurang lebih 15 menit tengkurap
4) Usahankan kontak sinar dengan kulit seluas mungkin, oleh karena
itu bayi tidak memakai pakaian (telanjang) tetapi hati-hati jangan
sampai kedinginan.
7. Penanganan
a. Fototerapi
Fototerapi dapat digunakan tunggal atau dikombinasi dengan transfusi
peng-ganti untuk menurunkan bilirubin. Bila neonatus dipapar dengan
cahaya ber-intensitas tinggi, tindakan ini dapat menurunkan bilirubin
dalam kulit. Secara umum, fototerapi harus diberikan pada kadar
bilirubin indirek 4-5 mg/dl. Neonatus yang sakit dengan berat badan
kurang dari 1000 gram harus difototerapi bila kon-sentrasi bilirubin 5
mg/dl. Beberapa pakar mengarahkan untuk memberikan fototerapi
profilaksis 24 jam pertama pada bayi berisiko tinggi dan berat badan
lahir rendah.
b. Intravena immunoglobulin (IVIG)
Pemberian IVIG digunakan pada kasus yang berhubungan dengan
faktor imunolo-gik. Pada hiperbilirubinemia yang disebab-kan oleh
inkompatibilitas golongan darah ibu dan bayi, pemberian IVIG dapat

menu-runkan kemungkinan dilakukannya trans-fusi tukar.3,16

30
c. Transfusi pengganti
Transfusi pengganti digunakan untuk mengatasi anemia akibat eritrosit
yang rentan terhadap antibodi erirtosit maternal; menghilangkan
eritrosit yang tersensitisasi; mengeluarkan bilirubin serum; serta
meningkatkan albumin yang masih bebas bilirubin dan meningkatkan
keterikatannya dangan bilirubin.
d. Penghentian ASI
Pada hiperbilirubinemia akibat pem-berian ASI, penghentian ASI
selama 24-48 jam akan menurunkan bilirubin serum. Mengenai
pengentian pemberian ASI (walaupun hanya sementara) masih terda-
pat perbedaan pendapat.
e. Terapi medikamentosa
Phenobarbital dapat merangsang hati untuk menghasilkan enzim yang
mening-katkan konjugasi bilirubin dan mengeks-kresikannya. Obat ini
efektif diberikan pa-da ibu hamil selama beberapa hari sampai
beberapa minggu sebelum melahirkan.
Penggunaan phenobarbital post natal masih menjadi pertentangan
oleh karena efek sampingnya (letargi). Coloistrin dapat mengurangi
bilirubin dengan mengeluar-kannya melalui urin sehingga dapat menu-
runkan kerja siklus enterohepatika.

G. Imunisasi
1. Defenisi Imunsasi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak
diimunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu.
Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal
terhadap penyakit yang lain.
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila
suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan.

31
2. Defenisi Vaksin
Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati,
masih hidup tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah
diolah, berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid,
protein rekombinan yang apabila diberikan kepada seseorang akan
menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit infeksi
tertentu.
3. Peyelanggaraan Imunisasi
Yang dapat melaksanakan pelayanan imunisasi adalah pemerintah, swasta,
dan masyarakat, dengan mempertahankan prinsip keterpaduan antara
pihak terkait. Penyelenggaraan imunisasi adalah serangkaian kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi kegiatan imunisasi.
4. Tujuan Imunisasi
a. Tujuan Umum
Menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat Penyakit
yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I).
b. Tujuan Khusus
1) Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu
cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi
di seluruh desa/kelurahan pada tahun 2014.
2) Tervalidasinya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden
di bawah 1 per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun) pada tahun
2013.
3) Eradikasi polio pada tahun 2015.
4) Tercapainya eliminasi campak pada tahun 2015.
5) Terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman serta
pengelolaan limbah medis (safety injection practise and waste
disposal management).

5. Sasaran Imunisasi

32
Yang menjadi sasaran dalam pelayanan imunisasi rutin adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.3 Sasaran Imunisasi pada Bayi
Jenis Jumlah
Usia Pemberian Interval minimal
Imunisasi Pemberian
Hepatitis B 0–7 hari 1 -
BCG 1 bulan 1 -
Polio / IPV 1, 2, 3,4 bulan 4 4 minggu
DPT-HB-Hib 2, 3, 4 bulan 3 3 mimggu
Campak 9 bulan 1 -

Tabel 2.4 Sasaran Imunisasi pada Anak Balita


Jenis Imunisasi Usia Pemberian Jumlah Pemberian

DPT-HB-Hib 18 bulan 1
Campak 24 bulan 1

Tabel 2.5 Sasaran Imunisasi pada Anak Sekolah Dasar (SD/Sederajat)

Usia
Jenis Imunisasi Jumlah Pemberian Jenis Imunisasi
Pemberian
Kelas 1 SD Campak Bulan Agustus Bulan Imunisasi
Kelas 1 SD DT Bulan November Anak Sekolah
Kelas 2 & 3 SD Td Bulan November (BIAS)

Tabel 2.6 Sasaran Imunisasi Wanita Usia Subur (WUS)


Jenis Imunisasi Usia Pemberian Masa Perlindungan
TT1 - -
TT2 1 bulan setelah TT1 3 tahun
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun
TT4 12 bulan setelah TT3 10 Tahun
TT5 12 bulan setelah TT4 25 Tahun
Pemberian imunisasi pada WUS disesuaikan dengan hasil skrining
terhadap status T.
6. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I)
Ada banyak penyakit menular di Indonesia yang dapat dicegah dengan
imunisasi selanjutnya disebut dengan Penyakit yang Dapat Dicegah

33
dengan Imunisasi (PD3I). Dengan mempelajari konsep dalam tabel berikut
ini, Anda dapat mengetahui jenis penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi antara lain sebagai berikut.
a. Difteri
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae.
Penularan : Melalui kontak fisik dan pernafasan
Gejala :
1) Radang tenggorokan
2) Hilang nafsu makan
3) Demam ringan
4) Dalam 2–3 hari
5) timbul selaput putih kebiru-biruan pada tenggorokan
dan tonsil.
Komplikasi: gangguan pernafasan yang berakibat kematian.

Gambar 2.11 gejala difteri


b. Pertusis
Penyakit pada saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri
Bordetella pertussis. (batuk rejan)
Penularan : Melalui percikan ludah (droplet infection) dari batuk atau
bersin
Gejala :
1) Pilek
2) Mata merah
3) Bersin
4) Demam

34
5) Batuk ringan yang lama-kelamaan menjadi parah dan
menimbulkan batuk yang cepat dan keras.
Komplikasi: pneumonia bacterialis yang dapat menyebabkan kematian

Gambar 2.12 Pertusis


c. Tetanus
Penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani yang menghasilkan
neurotoksin.
Penularan : Melalui kotoran yang masuk ke dalam luka yang dalam.
Gejala :
1) Gejala awal: kaku otot pada rahang, disertai kaku pada
leher, kesulitan menelan, kaku otot perut, berkeringat
dan demam.
2) Pada bayi terdapat gejala berhenti menetek (sucking)
antara 3 sampai dengan 28 hari setelah lahir.
3) Gejala berikutnya kejang yang hebat dan tubuh menjadi
kaku.
Komplikasi:
1) Patah tulang akibat kejang,
2) Pneumonia
3) Infeksi lain yang dapat menimbulkan kematian.

Gambar 2.13 Tetanus


d. Tuberculosis (TBC)

35
Penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa disebut
juga batuk darah.
Penularan : Melalui pernafasan, Lewat bersin atau batuk.
Gejala :
1) Gejala awal: lemah badan, penurunan berat badan,
demam, dan keluar keringat pada malam hari.
2) Gejala selanjutnya: batuk terus-menerus, nyeri dada dan
(mungkin) batuk darah.
3) Gejala lain: tergantung pada organ yang diserang.
Komplikasi : Kelemahan dan kematian.

Gambar 2.14 TBC


e. Campak
Penyakit yang disebabkan oleh virus myxovirus viridae measles.
Penularan : Melalui udara (percikan ludah) dari bersin atau batuk
penderita
Gejala :
1) Gejala awal: demam, bercak kemerahan, batuk, pilek,
konjunctivitis (mata merah) dan koplik spots.
2) Selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher,
kemudian menyebar ke tubuh dan tangan serta kaki.
Komplikasi:
1) Diare hebat
2) Peradangan pada telinga
3) Infeksi saluran napas (pneumonia)

36
Gambar 2.15 Campak
f. Poliomielitis (pemberian vaksin polio/IPV)
Penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus polio
tipe 1, 2, atau 3. Secara klinis menyerang anak di bawah umur 15
tahun dan menderita lumpuh layu akut (acute flaccid paralysis = AFP).
Penularan : Melalui kotoran manusia (tinja) yang terkontaminasi
Gejala :
1) Demam
2) Nyeri otot dan kelumpuhan terjadi pada minggu
pertama
Komplikasi: Bisa menyebabkan kematian jika otot pernafasan
terinfeksi dan tidak segera ditangani.

Gambar 2.16 polio


g. Hepatitis B
Penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang merusak hati
(penyakit kuning).
Penularan secara horizontal:
1) Dari darah dan produknya
2) Suntikan yang tidak aman
3) Transfusi darah
4) Melalui hubungan seksual
Penularan secara vertical:

37
1) Dari ibu ke bayi selama proses persalinan
2) Merasa lemah
3) Gangguan perut
4) Gejala lain seperti flu, urin menjadi kuning, kotoran
menjadi pucat.
5) Warna kuning bisa terlihat pada mata ataupun kulit.
Komplikasi : Penyakit ini bisa menjadi kronis yang
menimbulkan pengerasan hati (Cirrhosis Hepatis), kanker hati
(Hepato Cellular Carsinoma) dan menimbulkan kematian.

Gambar 2.17 Hepatitis B


h. Hemofilus Influenza tipe b (Hib)
Salah satu bakteri yang dapat menyebabkan infeksi dibeberapa organ,
seperti meningitis, epiglotitis, pneumonia, artritis, dan selulitis. Banyak
menyerang anak di bawah usia 5 tahun, terutama pada usia 6 bulan–1
tahun.
Penularan : Droplet melalui nasofaring.
Gejala :
1) Pada selaput otak akan timbul gejala meningitis
(demam, kaku kuduk, kehilangan kesadaran),
2) Pada paru menyebabkan pneumonia (demam, sesak,
retraksi otot pernafasan), terkadang menimbulkan gejala
sisa berupa kerusakan alat
3) pendengaran.
i. Hepatitis A
Suatu penyakit yang disebabkan oleh virus

38
Penullaran : Disebarkan oleh kotoran/ tinja penderita; biasanya melalui
makanan (fecaloral).
Gejala :
1) Kelelahan
2) Mual dan muntah
3) Nyeri perut atau rasa tidak nyaman, terutama di daerah
hati
4) Kehilangan nafsu makan
5) Demam
6) Urin berwarna gelap
7) Nyeri otot
8) Menguningnya kulit dan mata (jaundice).

Gambar 2.18 Hepatitis


7. Jenis Imunisasi
Setelah mempelajari tentang penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi,
sekarang kita akan mempelajari jenis imunisasi berdasarkan sifat
penyelenggaraannya di Indonesia. Berikut ini bagan pembagian jenis
imunisasi.

39
Bayi Umur 0–1
Dasar
Tahun

Rutin Balita

Lanjutan Anak Usia SD

Wajib
Crash Program,
Imunisasi Tambahan PIN, Sub-PIN
WUS

Pilihan
Calon
Khusus Haji/Umrah,
KLB

Gambar 2.19 Skema Jenis Imunisasi Berdasarkan Sifat


Penyelenggaraan
Pada bagian selanjutnya akan diuraikan satu persatu tentang jenis
imunisasi.
a. Imunisasi Wajib
Imunisasi wajib merupakan imunisasi yang diwajibkan oleh
pemerintah untuk seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam
rangka melindungi yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari
penyakit menular tertentu. Imunisasi wajib terdiri atas imunisasi rutin,
imunisasi tambahan, dan imunisasi khusus.
1) Imunisasi Rutin
Imunisasi rutin merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan
secara terus-menerus sesuai jadwal. Imunisasi rutin terdiri atas
imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan. Berikut akan diuraikan
macam vaksin imunisasi rutin meliputi deskripsi, indikasi, cara
pemberian dan dosis, kontraindikasi, efek samping, serta
penanganan efek samping.

40
a) Imunisasi Dasar
Tabel 2.7 Imunisasi dasar
Vaksin BCG
Deskripsi:
Vaksin BCG merupakan vaksin
beku kering yang mengandung
Mycrobacterium bovis hidup yang
dilemahkan (Bacillus Calmette
Guerin), strain paris.

Indikasi:
Gambar 2.20 Vaksin BCG & Untuk pemberian kekebalan aktif
pelarut terhadap tuberkulosis.
(Sumber:www.biofarma.co.id
)
Cara pemberian dan dosis:
 Dosis pemberian: 0,05 ml, sebanyak 1 kali.
 Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas
(insertio musculus deltoideus),
dengan menggunakan ADS 0,05 ml.
Efek samping:
2–6 minggu setelah imunisasi BCG daerah bekas suntikan
timbul bisul kecil (papula) yang
semakin membesar dan dapat terjadi ulserasi dalam waktu 2–4
bulan, kemudian menyembuh perlahan dengan menimbulkan
jaringan parut dengan diameter 2–10 mm.
Penanganan efek samping:
 Apabila ulkus mengeluarkan cairan perlu dikompres dengan
cairan antiseptik.
 Apabila cairan bertambah banyak atau koreng semakin
membesar anjurkan orangtua membawa bayi ke ke tenaga
kesehatan.

Vaksin Hepatitis B

Deskripsi:
Vaksin virus recombinan yang
telah diinaktivasikan dan
bersifat non-infecious,
berasal dari HBsAg.
Gambar 2.21 Vaksin Hepatitis B
(Sumber: www.biofarma.co.id)
Cara pemberian dan dosis:

41
 Dosis 0,5 ml atau 1 (buah) HB PID, secara intramuskuler,
sebaiknya pada anterolateral paha.
 Pemberian sebanyak 3 dosis.
 Dosis pertama usia 0–7 hari, dosis berikutnya interval
minimum 4 minggu (1 bulan).
Kontra indikasi:
Penderita infeksi berat yang disertai kejang.
Efek Samping:
Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan
di sekitar tempat penyuntikan.
Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah
2 hari.

Vaksin DPT – HB – HIB

Deskripsi:
Vaksin DTP-HB-Hib
digunakan untuk pencegahan
terhadap difteri, tetanus,
pertusis (batuk rejan),
hepatitis B, dan infeksi
Haemophilus influenzae tipe b
Gambar 2.22 Vaksin DPT-HB-HIB secara simultan.
(Sumber: www.biofarma.co.id)
Cara pemberian dan dosis:
 Vaksin harus disuntikkan secara intramuskular pada
anterolateral paha atas.
 Satu dosis anak adalah 0,5 ml.
Kontra indikasi:
Kejang atau gejala kelainan otak pada bayi baru lahir atau
kelainan saraf serius ..
Efek samping:
Reaksi lokal sementara, seperti bengkak, nyeri, dan kemerahan
pada lokasi suntikan, disertai demam dapat timbul dalam
sejumlah besar kasus. Kadang-kadang reaksi berat, seperti
demam tinggi, irritabilitas (rewel), dan menangis dengan nada
tinggi dapat terjadi dalam 24 jam setelah pemberian.
Penanganan efek samping:
 Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak
(ASI atau sari buah).
 Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.
 Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
 Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam
(maksimal 6 kali dalam 24 jam).
 Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.

42
 Jika reaksi memberat dan menetap bawa bayi ke dokter.

Vaksin Inactive Polio Vaccine (IPV)


Deskripsi:
Bentuk suspensi injeksi.

Indikasi:
Untuk pencegahan poliomyelitis
pada bayi dan anak
immunocompromised, kontak di
lingkungan keluarga
dan pada individu di mana vaksin
polio oral menjadi
Gambar 2.23 Vaksin Polio IPV kontra indikasi.
(Sumber:www.vaxserve.com)
Cara pemberian dan dosis:
 Disuntikkan secara intra muskular atau subkutan dalam,
dengan dosis pemberian 0,5 ml.
 Dari usia 2 bulan, 3 suntikan berturut-turut 0,5 ml harus
diberikan pada interval satu atau dua bulan.
 IPV dapat diberikan setelah usia bayi 6, 10, dan 14, sesuai
dengan rekomendasi dari WHO.
 Bagi orang dewasa yang belum diimunisasi diberikan 2
suntikan berturut-turut dengan interval satu atau dua bulan.
Kontra indikasi:
 Sedang menderita demam, penyakit akut atau penyakit kronis
progresif.
 Hipersensitif pada saat pemberian vaksin ini sebelumnya.
 Penyakit demam akibat infeksi akut: tunggu sampai sembuh.
 Alergi terhadap Streptomycin.
Efek samping:
Reaksi lokal pada tempat penyuntikan: nyeri, kemerahan,
indurasi, dan bengkak bisa terjadi dalam waktu 48 jam setelah
penyuntikan dan bisa bertahan selama satu atau dua hari.
Penanganan efek samping:
 Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak
(ASI).
 Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.
 Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
 Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam
(maksimal 6 kali dalam 24 jam)
 Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.

43
Vaksin Campak
Deskripsi:
Vaksin virus hidup yang
dilemahkan.

Indikasi:
Pemberian kekebalan aktif
terhadap penyakit campak.
Gambar 2.24 Vaksin campak dan
pelarut
(Sumber: www.biofarma.co.id)
Cara pemberian dan dosis:
0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas atau
anterolateral paha, pada usia 9–11 bulan.
Kontra indikasi:
Individu yang mengidap penyakit immune deficiency atau
individu yang diduga menderita gangguan respon imun karena
leukemia, limfoma.
Efek samping:
Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan
kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8–12 hari setelah
vaksinasi.
Penanganan efek samping:
 Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak
(ASI atau sari buah).
 Jika demam kenakan pakaian yang tipis.
 Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
 Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam
(maksimal 6 kali dalam 24 jam).
 Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
 Jika reaksi tersebut berat dan menetap bawa bayi ke dokter.

b) Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan imunisasi ulangan untuk
mempertahankan tingkat kekebalan atau untuk memperpanjang
masa perlindungan. Imunisasi lanjutan diberikan kepada anak
usia bawah tiga tahun (Batita), anak usia sekolah dasar, dan
wanita usia subur.
Tabel 2.8 Jenis Imunisasi Lanjutan

44
Vaksin DT
Deskripsi:
Suspensi kolodial homogen
berwarna putih susu mengandung
toksoid tetanus dan toksoid
difteri murni yang terabsorpsi ke
dalam alumunium fosfat.
Indikasi:
Pemberian kekebalan simultan
Gambar 2.25 Vaksin DT
terhadap difteri dan
(Sumber: www.biofarma.co.id) tetanus pada anak-anak..
Cara pemberian dan dosis:
Secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan dosis 0,5
ml. Dianjurkan untuk anak usia di bawah 8 tahun.
Kontra indikasi:
Hipersensitif terhadap komponen dari vaksin.
Efek Samping:
Gejala-gejala seperti lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan
yang bersifat sementara, dan kadang-kadang gejala demam.
Penanganan Efek samping:
 Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum anak lebih
banyak.
 Jika demam, kenakan pakaian yang tipis
 Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin
 Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam
(maksimal 6 kali dalam 24 jam)
 Anak boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.

Vaksin Td
Deskripsi:
Suspensi kolodial homogen
berwarna putih susu mengandung
toksoid tetanus dan toksoid difteri
murni yang terabsorpsi ke dalam
alumunium fosfat.
Indikasi:
Imunisasi ulangan terhadap
Gambar 2.26 Vaksin Td tetanus dan difteri pada individu
(Sumber: www.biofarma.co.id) mulai usia 7 tahun.
Cara pemberian dan dosis:
Disuntikkan secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan
dosis pemberian 0,5 ml.
Kontra indikasi:

45
Individu yang menderita reaksi berat terhadap dosis
sebelumnya.
Efek samping:
Pada uji klinis dilaporkan terdapat kasus nyeri pada lokasi
penyuntikan (20–30%) serta demam (4,7%)

Vaksin TT
Deskripsi:
Suspensi kolodial homogeny
berwarna putih susu dalam vial
gelas, mengandung toksoid
tetanus murni, terabsorpsi ke
dalam aluminium fosfat.
Indikasi:
Perlindungan terhadap tetanus
Gambar 2.27 Vaksin TT
neonatorum pada wanita usia
(Sumber: www.biofarma.co.id)
subur.
Cara pemberian dan dosis:
secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan dosis 0,5
ml.
Kontra indikasi:
 Gejala-gejala berat karena dosis TT sebelumnya.
 Hipersensitif terhadap komponen vaksin.
 Demam atau infeksi akut.
Efek samping:
Jarang terjadi dan bersifat ringan seperti lemas dan kemerahan
pada lokasi suntikan yang bersifat sementara, dan kadang-
kadang gejala demam.
Penanganan efek samping:
 Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
 Anjurkan ibu minum lebih banyak.

2) Imunsasi Tambahan
Imunisasi tambahan diberikan kepada kelompok umur tertentu yang
paling berisiko terkena penyakit sesuai kajian epidemiologis pada
periode waktu tertentu. Yang termasuk dalam kegiatan imunisasi
tambahan adalah Backlog fighting, Crash program, PIN (Pekan
Imunisasi Nasional), Sub-PIN, Catch up Campaign campak dan
Imunisasi dalam Penanganan KLB (Outbreak Response
Immunization/ORI).

46
3) Imunisasi Pilihan
Imunisasi khusus merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan
untuk melindungi masyarakat terhadap penyakit tertentu pada
situasi tertentu. Situasi tertentu antara lain persiapan keberangkatan
calon jemaah haji/umrah, persiapan perjalanan menuju negara
endemis penyakit tertentu dan kondisi kejadian luar biasa. Jenis
imunisasi khusus, antara lain terdiri atas Imunisasi Meningitis
Meningokokus, Imunisasi Demam Kuning, dan Imunisasi Anti Rabies.
b. Imunisasi Pilihan
Setelah mempelajari tentang macam vaksin imunisasi dasar, sekarang
kita akan mempelajari macam vaksin imunisasi pilihan yang sudah
beredar di Indonesia. Imunisasi pilihan merupakan imunisasi yang
dapat diberikan kepada seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam
rangka melindungi yang bersangkutan dari penyakit menular tertentu,
yaitu vaksin MMR, Hib, Tifoid, Varisela, Hepatitis A, Influenza,
Pneumokokus, Rotavirus, Japanese Ensephalitis, dan HPV.
8. Jadwal Imunisasi
Perlu Anda ketahui bahwa saat ini imunisasi yang diberikan kepada bayi
dan anak cukup banyak jumlahnya. Untuk itu, perlu diatur urutan
pemberian vaksin dalam jadwal imunisasi. Berikut ini jadwal pemberian
imunisasi pada bayi di bawah 1 tahun, usia Batita, anak usia SD, dan WUS.
a. Jadwal imunisasi dasar

Gambar 2.28 Jadwal imunisasi dasar (untuk bayi 0-11 bulan)


b. Jadwal imunisasi lanjutan pada usia balita

47
Gambar 2.29 Jadwal imunusasi lanjutan
c. Jadwal Imunisasi Lanjutan Tetanus Toksoid ( TT )

Gambar 2.30 Jadwal Imunisasi Tetanus Toksoid

BAB III

48
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bayi Baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan
genap 37 minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan lahir 2500 - 4000
gram, dengan nilai apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan. Pada bayi lahir
normal umunya tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium, namun
kadang-kadang dengan riwayat kehamilan dengan kondsi tertentu perrrlu
dilakukan pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi tertentu. Bayi baru
lahir harus terus dijaga kehangatannya karena perubahan suhu lingkungan
intrauterin dan ekstrauterin sangat berbeda sehingga bayi rentan terhadap
hipotermi
Obat profilaksis yang ruti diberkan pada bayi baru lahir yaitu::
Vitamin K dan salep mata.
Pada bayi juga biasa terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam
darah, baik oleh faktor fisiologik maupun non-fisiologik, yang secara
klinis ditandai dengan icterus dengan kulit bayi berwarna kuning.
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila
suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan. Sasaran imunisasi yaitu bayi, Batita, anak usia SD
kelas 1, 2, 3, dan wanita usia subur. Penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi: diphteri, pertusis, tetanus, tuberkulosis, hepatitis B,
poliomyelitis, dan campak.

B. Saran
Jika dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangan dan kesalahan, kami
mohon maaf. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang mmbangun
agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik di kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA

49
Isnaini, Evi Nur & Fitnaningsinh Endang. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Bayi
Baru Lahir Normal Di Bps Dwi Maryati Gunung Kidul. Jurnal D III Prodi
Kebidanan STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta : Yogyakarta

Jamil, Siti Nurhasiyah, & Febi Sukma, Hamidah. 2017. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Pada Neonatus, Bayi, Balita, Dan Anak Pra Sekolah. Jurnal
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta :
Jakarta

Kementerian Kesehatan RI. 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita Dan
Anak Pra Sekolah. Pusdik SDM Kesehatan: Jakarta Selatan

Kementerian Kesehatan RI. 2015. Buku Ajar Imunisasi. Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Tenaga Kesehatan: Jakarta

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal


Esensial. Departemen Kesehatan: Jakarta

Mathindas, Stevry & Rocky Wilar, Audrey Wahani. 2015. Hiperbilirubinemia


Pada Neonatus. Jurnal Biomedik, Volume 5, Nomor 1

Triana, Vivi. 2015. Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Imunisasi


Dasar Lengkap Pada Bayi. Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas
Andalas, Padang

50

Anda mungkin juga menyukai