Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN BAYI SEGERA SETELAH LAHIR


BAYI NY. T JENIS KELAMIN LAKI-LAKI USIA 0 HARI
DI PUSKESMAS KARANGPANDAN, KARANGANYAR

Disusun oleh:
Nama : Sausan Aulia Fatiha
NIM : P27224021091
Kelas : D-IV Kebidanan Reguler Semester 4

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2023
ii
KATA PENGANTAR
iii
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pencapaian target
kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Bayi Segera Setelah Lahir Bayi Ny.T Jenis
Kelamin Laki – Laki Usia 0 Hari Di Puskesmas Karangpandan, Karanganyar”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu sehingga terselesainya tugas ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar yang telah memberi lahan praktek
untuk penulis melakukan praktek di lapangan.
2. Ibu Sih Rini Handajani, M. Mid, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Surakarta yang telah memberi dukungan dan motivasinya guna
terselesainya laporan kasus ini.
3. Ibu Henik Istikhomah, S.Si.T., Bdn., M. Keb, selaku Ketua Prodi D-IV Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta yang telah memberi dukungan dan
motivasinya guna terselesainya laporan kasus ini.
4. Ibu Dwi Retna Prihati , S.Si.T.,M.Si.Med selaku Dosen Penguji Asuhan Kebidanan
atas segala bimbingan, saran – saran dan bantuan dalam penyusunan laporan ini.
5. Bapak Sugita S.pd M.pd selaku Dosen Pembimbing Institusi yang senantiasa
membimbing dan memberikan arahan dalam tersusunnya laporan kasus ini.
6. Bapak dr. Wahyu Purwadi Rahmat. M. Kes Selaku kepala Puskesmas Karangpandan
Karanganyar
7. Ibu Dwi haryati, S.Tr. Keb selaku Pembimbing Lahan yang senantiasa membimbing
dan memberikan arahan saat pelaksaan praktek di lapangan.
8. Ny T Dan keluarga yang telah bersedia untuk dilakukan pemeriksaan dan bersedia
meluangkan waktunya.
Penulis menyadari bahwa laporan yang telah dibuat ini jauh dari sempurna. Maka
dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
sempurnanya laporan ini.

Karangpandan, 12 April
2023
Sausan Aulia Fatiha

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL
KATA PENGANTAR………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………...1
A. Latar Belakang………………………………………………………….1
B. Tujuan…………………………………………………………………..2
1. Tujuan Umum……………………………………………………...2
2. Tujuan Khusus……………………………………………………..2
C. Manfaat………………………………………………………………....2
BAB II TINJAUAN TEORI………………………………………………….3
A. Konsep Dasar Teori Bayi Segera Setelah Lahir………………………..3
1. Pengertian Bayi Baru Lahir………………………………………..3
2. Klasifikasi Pada Bayi Baru Lahir…………………………………...3
3. Tanda-Tanda Neonatus Normal…………….…………………..…..4
4. Perubahan Fisiologi dan Adaptasi pada Bayi Baru Lahir…………..5
5. Kebutuhan Dasar Bayi Baru Lahir……………………………...…..9
6. Pemantauan Bayi Baru Lahir…………………………………...…..11
7. Prinsip Aasuhan Bayi Baru Lahir………………………..…………12
8. Pelayanan Asuhan Bayi Baru Lahir………………………………...12
B. Konsep Dasar Manajemen dan Asuhan Kebidanan…………………...14
1. Konsep Manajemen Kebidanan…………………………………….14
2. Model Pendokumentasian…………………………………….…….24
BAB III TINJAUAN KASUS...............................................................................34
BAB IV PEMBAHASAN……………………………………………………..42
BAB V PENUTUP…………………………………………………………….43
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….45
LAMPIRAN………………………………………………………….(Terlampir)
A. Dokumentasi Asuhan Kebidanan (SOAP) dan lainnya………(Terlampir)

v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi baru lahir (BBL) adalah bayi yang baru mengalami proses
kelahiran, berusia 0-28 hari. BBL memerlukan penyesuain fisiologi
berupa maturasi, adaptasi (menyusuaikan diri dari kehidupan intrauteri ke
kehidupan ekstraurine) dan tolerasi BBL untuk dapat hidup dengan baik.
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang
sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus
dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke
kehidupan ekstrauteri
Neonatus (BBL) bukanlah miniature orang dewasa,bahkan bukan
pula miniature anak.Neonatus mengalami masa perubahan dari
kehidupan didalam rahim yang serba tergantung pada ibu menjadi
kehidupan diluar rahim yang serba mandiri.Masa perubahan yang paling
besar terjadi selama jam ke 24-72 pertama.Transisi ini hampir meliputi
semua system organ tapi yang terpenting bagi anastesi adalah system
pernafasan sirkulasi,ginjal dan hepar.Maka dari itu sangatlah diperlukan
penataan dan persiapan yang matang untuk melakukan suatu anastesi
terhadap neonatus (BBL).
Masalah pada neonatus biasanya timbul sebagai akibat yang
spesifik terjadi pada masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab
kematian tetapi juga kecacatan. Masalah ini timbul sebagai akibat
buruknya kesehatan ibu, perawatan kehamilan yang kurang memadai,
manajemen persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, kurangnya
perawatan bayi baru lahir. Kalau ibu meninggal pada waktu melahirkan,
si bayi akan mempunyai kesempatan hidup yang kecil.
Untuk mampu mewujudkan koordinasi dan standar pelayanan
yang berkualitas maka petugas kesehatan dibekali pengetahuan dan
keterampilan untuk dapat melaksanakan pelayanan essensial neonatal.

1
B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan


neonatus, balita, dan anak prasekolah
2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu mengkaji dan mengumpulkan data


akurat dari berbagai sumber yang berhubungan dengan
kondisi pasien.
b. Mahasiswa mampu membuat diagnosa terhadap pasien
sesuai dengan hasil pengkajian.
c. Mahasiswa mampu membuat rencana tindakan sesuai kasus.

d. Mahasiswa mampu melakukan tindakan dan


mendokumentasikan hasil tindakan.
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi setelah melakukan tindakan.

C. Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

Penulisan laporan ini diharapkan dapat menambah


pengetahuan dan wawasan mahasiswa, sehingga dapat
mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan kebidanan.
2. Bagi Petugas Kesehatan

Penulisan laporan ini diharapkan dapat menambah


wawasan dan informasi serta memberikan manfaat bagi
petugas kesehatan khususnya bidan dalam penanganan kepada
bayi baru lahir normal.
3. Bagi Institusi Pendidikan

Penulisan laporan ini diharapkan dapat meningkatkan


ilmu, wawasan dan menambah pembelajaran pendidikan

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir
1. Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir atau neonatus adalah masa kehidupan (0–28 hari),
dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam
rahim menuju luar rahim dan terjadi pematangan organ hampir pada
semua sistem. Bayi hingga umur kurang satu bulan merupakan
golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi
dan berbagai masalah kesehatan bisa muncul, sehingga tanpa
penanganan yang tepat bisa berakibat fatal (Kemenkes RI, 2020).
Periode ini merupakan periode yang sangat rentan terhadap suatu
infeksi sehingga menimbulkan suatu penyakit. Periode ini juga masih
membutuhkan penyempurnaan dalam penyesuaian tubuhnya secara
fisiologis untuk dapat hidup di luar kandungan seperti sistem
pernapasan, sirkulasi, termoregulasi dan kemampuan menghasilkan
glukosa (Juwita & Prisusanti, 2020).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat (Jamil et al.,
2018). Kriteria bayi normal adalah lahir dengan umur kehamilan genap
37 minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan lahir 2500–4000
gram, panjang badan: 48–52 cm, lingkaran dada: 30– 38 cm, nilai
Apgar 7–10 dan tanpa cacat bawaan (Ribek et al., 2018). Lingkar
kepala bayi baru lahir yang normal adalah 34–35 cm, dimana ukuran
lingkar kepala mempunyai hubungan dengan perkembangan bayi yaitu
pertumbuhan lingkar kepala umunya mengikuti pertumbuhan otak,
sehingga bila ada hambatan/gangguan pada pertumbuhan lingkar
kepala, pertumbuhan otak juga biasanya terhambat (Ribek et al.,
2013).
2. Klasifikasi Bayi Baru Lahir
Neonatus dikelompokkan menjadi dua kelompok (Juwita &
Prisusanti, 2020), yaitu:

3
a) Neonatus menurut masa gestasinya
Masa gestasi atau dapat disebut dengan umur kehamilan
merupakan waktu dari konsepsi yang dihitung dari ibu hari
pertama haid terakhir (HPHT) pada ibu sampai dengan bayi
lahir (Novieastari et al., 2020).
1) Bayi kurang bulan: bayi yang lahir <259 hari (37 minggu).
2) Bayi cukup bulan: bayi yang lahir antara 259–293 hari (37
minggu–42 minggu).
3) Bayi lebih bulan: bayi yang lahir >294 hari (>42 minggu).
b) Neonatus menurut berat badan saat lahir
Bayi lahir ditimbang berat badannya dalam satu jam
pertama jika bayi lahir di fasilitas kesehatan dan jika bayi lahir
di rumah maka penimbangannya dilakukan dalam waktu 24
jam pertama setelah kelahiran (Novieastari et al., 2020).
1) Bayi berat badan lahir rendah: bayi yang lahir dengan berat
badan <2,5 kg.
2) Bayi berat badan lahir cukup: bayi yang lahir dengan berat
badan antara 2,5 kg–4 kg.
3) Bayi berat badan lahir lebih: bayi yang lahir dengan berat
badan >4 kg.
3. Tanda-tanda Neonatus Normal

Bayi baru lahir dikatakan normal jika termasuk dalam kriteria


sebagai berikut :
a) Berat badan lahir bayi antara 2.500-4.000 gram
b) Panjang badan bayi 48-50 cm
c) Lingkar dada bayi 32-34 cm
d) Lingkar kepala bayi 33-35 cm
e) Bunyi jantung dalam menit pertama ± 180 kali/ menit, kemudian
turun sampai 140-120 kali/ menit pada saat bayi berumur 30
menit
f) Pernafasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80 kali/
menit disertai pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan

4
intercostal, serta rintihan hanya berlangsung 10-15 menit
g) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup
terbentuk dan dilapisi verniks kaseosa
h) Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik
i) Kuku telah agak panjang dan lemas
j) Genetalia : testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia
mayora telah menutupi labia minora (pada bayi perempuan)
k) Refleks isap, menelan, dan moro telah terbentuk
l) Eliminasi, urine, dan meconium normalnya keluar pada 24 jam
pertama. Meconium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan
lengket.
4. Perubahan Fisiologi Bayi Baru Lahir
a. Sistem pernafasan
Masa yang paling kritis neonatus adalah ketika harus mengatasi
resistensi paru pada saat pernapasan janin atau bayi pertama. Pada
saat persalinan kepala bayi menyebabkan badan khususnya toraks
berada di jalan lahir sehingga terjadi kompresi dan cairan yang
terdapat dalam percabangan trakheobronkial keluar sebanyak 10-28
cc. Setelah torak lahir terjadi meka nisme balik yang menyebabkan
terjadinya beberapa hal sebagai berikut yaitu:
1) Inspirasi pasif paru karena bebasnya toraks dari jalan lahir
2) Perluasan permukaan paru yang mengakibatkan perubahan
penting: pembuluh darah kapiler paru makin terbuka untuk
persiapan pertukaran oksigen dan karbondioksida, surfaktan
menyebar sehingga memudahkan untuk menggelembungnya
alveoli, resistensi pembuluh darah paru makin menurun sehingga
dapat meningkatkan aliran darah menuju paru, pelebaran toraks
secara pasif yang cukup tinggi untuk menggelembungkan
seluruh alveoli yang memerlukan tekanan sekitar 25 mm air.
3) Saat toraks bebas dan terjadi inspirasi pasif selanjutnya terjadi
dengan ekspirasi yang berlangsung lebih panjang untuk
meningkatkan pengeluaran lender (Sinta B 2019).

5
b. Sistem kardiovaskuler

Terdapat perbedaan prinsip antara sirkulasi janin dan


sirkulasi bayi yang sangat khas karena paru paru mulai
berkembang dan sirkulasi tali pusat putus.Bayi baru lahir
dilahirkan dengan nilai hematocrit atau hemoglobin yang tinggi.
Pada bayi baru lahir,darah bayi baru lahir harus melewati
paru paru untuk mengambil oksigen dengan mengandalkan
sirkulasi tubuh guna menghantarkan orsigen ke jaringan lainnya
sehingga harus terjadi hal penutupan fornamen ovale dan
penutupan duktus arteriotus antara arteri paru paru serta aorta
(Sinta B, 2019)
c. Pengaturan Suhu
Bayi kehilangan panas melalui empat cara, yaitu:
a) Konveksi: pendinginan melaui aliran udara di sekitar bayi.
Suhu udara di kamar bersalin tidak boleh kurang dari 20 C
dan sebaiknya tidak berangin. Tidak boleh ada pintu dan
jendela yang terbka. Kipas angin dan AC yang kuat harus
cukup jauh dari area resusitasi. Troli resusitasi harus
mempunyai sisi untuk meminimalkan konveksi ke udara
sekitar bayi.
b) Evaporasi: kehilangan panas melalui penguapan air pada kulit
bayi yang basah. Bayi baru lahiryang dalam keadaan basah
kehilangan panas dengan cepat melalui cara ini. Karena itu,
bayi harus dikeringkan seluruhnya, termasuk kepala dan
rambut,sesegera mungkin setelah dilahirkan.
c) Radiasi: melalui benda padat dekat bayi yang tidak berkontak
secara langsung dengan kulit bayi. Panas dapat hilang secara
radiasi ke benda padat yang terdekat,misalnya jendela pada
musim dingin. Karena itu , bayi harus diselimuti, termasuk
kepalanya, idealnya dengan handuk hangat.
d) Konduksi: melalui benda-benda padat yang berkontak dengan
kulit bayi.

6
Cara Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi Normal adalah sebagai
berikut :
Pencegahan kehilangan panas Bayi baru lahir tidak dapat
mengatur tubuhnya secara memadai, dan dapat dengan cepat
kedinginan jika kehilangan panas tidak segera dicegah.
1) Keringkan bayi secara seksama.
2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan
hangat.
3) Tutupi kepala bayi.
4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan memberikan ASI.
5) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir,
lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian
6) Jangan memandikan bayi setidak-tidaknya 6 jam setelah
lahir.
7) Tempatkan bayi di lingkungan hangat.

d. Perubahan Sistem Gastro Intestinal

Sebelum lahir janin cukup bulan akan mulai menghisap


dan menelan. Refleks gumoh dan batuk yang matang sudah
terbentuk dengan baik pada saat lahir. Kemampuan menelan
dan mencerna selain susu bayi baru lahir cukup bulan masih 52
terbatas. Hubungan antara esofagus bawah dan lambungmasih
belum sempurna yang menyebabkan gumoh pada bayi baru
lahir dan neonatus.

Kapasitas lambung sangat terbatas, kurang dari 30 cc untuk


bayi baru lahir cukup bulan. Waktu pengosongan lambung
adalah 2,5-3 jam, itulah sebabmya bayi memerlukan ASI
sesering mungkin. Pada saat makanan masuk kelambung
terjadilah gerakan peristaltik cepat. Ini berarti bahwa
pemberian makanan sering diikuti dengan refleks pengosongan
lambung. Bayi yang diberi ASI dapat bertinja 8-10 kali sehari
atau paling sedikit 2-3 kali sehari. Bayi yang diberi minum

7
PASI bertinja 4-6 kali sehari, tetapi terdapat kecenderungan
mengalami konstipasi.

e. Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh

Sistem imunitas bayi belum matang, sehingga


menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan
alergi. Oleh karena itu, pencegahan terhadap mikroba dan
deteksi dini infeksi menjadi sangat penting. Kekebalan alami
dari struktur kekebalan tubuh yang mencegah infeksi. Jika bayi
disusui ASI terutama kolostrum memberi bayi kekebalan pasif

f. Sistem Ginjal

Ginjal bayi belum matur sehingga menyebabkan laju filtrasi


glomerulus rendah dan kemampuan reabsorbsi tubular
terbatas. Urin pertama keluar dalam 24 jam pertama dan
dengan frekuensi yang semakin sering sesuai intake.

g. Sistem Pencernaan

Secara struktur sudah lengkap tapi belum sempurna,


mukosa mulut lembab dan pink. Lapisan keratin berwarna
pink, kapasitas lambung sekitar 15-30 ml, feses pertama
berwarna hijau kehitaman.

h. Perubahan Sistem Peredaran Darah

Setelah lahir darah bayi baru lahir harus melewati paru-paru


untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui
tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk membuat
sirkulasi yang baik pada bayi baru lahir terjadi dua perubahan
besar:

1) Penutupan Foramen ovale pada atrium jantung

2) Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan

8
aorta

Perubahan siklus ini terjadi akibat perubahan tekanan pada


seluruh sistem pembuluh tubuh. Oksigenasi menyebabkan
sistem pembuluh mengubah tekanan dengan cara mengurangi
atau meningkatrkan resistensinya sehingga mengubah aliran
darah. Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem
pembuluh darah, adalah:

a) Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik


meningkat dan tekanan atrium kanan menurun. Tekanan
atrium kanan menurun karena berkurangnya aliran darah ke
atrium kanan. Hal ini menyebabkan penurunan volume
dan tekanan atrium tersebut. Kedua kejadian ini
membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit
mengalir ke poaru-paru untuk menjalani proses oksigenasi
ulang.

b) Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah


paru-paru dan meningkatkan tekanan atrium kanan.
Oksigen pada pernafasan pertama ini menimbulkan
relaksasi dan sedikit terbukanya sistem pembuluh darah
paru-paru. Peningkatana sirkulasi ke paru-paru
mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan
pada atrium kanan. Dengan peningkatan tekanan atrium
kanan dan penurunan tekanan pada atrium kiri, foramen
ovale secara fungsional akan menutup.
5. Kebutuhan Dasar Bayi Baru Lahir
a. Pemberian Asi
Memberikan ASI sesering mungkin sesuai keinginan ibu
(jika payudara penuh) dan tentu saja ini lebih berarti pada
menyusui sesuai kehendak bayi atau kebutuhan bayi setiap 2-3 jam
(paling 75 sedikit setiap 4 jam), bergantian antara payudara kiri
dan kanan. Seorang bayi yang menyusu sesuai dengan

9
permintaannya bisa menyusu sebanyak 12-15 kali dalam 24 jam.
Biasanya, ia langsung mengosongkan payudara pertama dalam
beberapa menit. Frekuensi menyusui itu dapat diataur sedemikian
rupa dengan membuat jadwal rutin, sehingga bayi akan menyusu
sekitar 5-10 kali dalam sehari
b. Kebutuhan Buang Air Besar (BAB) Pada Bayi Baru Lahir
Bayi yang minum ASI ekslusif sebaliknya bisa saja tidak
BAB selama 2-4 hari bahkan bisa 7 hari sekali, bukan berate
mengalami gangguan sembelit tapi bisa saja karena memang tidak
ada ampas makanan yang harus dikeluarkan. Semuanya dapat
diserap dengan baik, feses yang keluar setelah itu juga harus tetap
normal seperti pasta. Tidak cair yang disertai banyak lender atau
berbau busuk dan disertai demam dan penurunan berat badan bayi.
Jadi yang penting lihat pertuumbuhannya pakah anak tidak rewel
dan minumnya bagus, kalau 3 hari belum BAB, dan bayinya
anteng-anteng saja mungkin belum waktunya BAB.
Bayi yang pencernaannya normal akan BAB pada 24 jam
pertama setelah lahir. BAB pertama ini disebut mekonium.
Biasanya berwarna hitam kehijauan dan lengket seperti aspal yang
merupakan produk dari sel-sel yang diproduksi dalam saluran
cerna selama bayi berada dalam kandungan. BAB pertama dalam
24 jam penting artinya, karena menjadi indikasi ataukah
pencernaanya normal atau tidak. Frekuensi BAB yang sering
bukan berarti pencernaanya terganggu. Waspadai nilai warnanya
putih atau disertai darah .
c. Kebutuhan Buang Air Besar (BAK) Pada Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir cenderung sering BAK yaitu 7-10 x sehari.
Untuk menjaga bayi tetap bersih, hangat dan kering maka setelah
BAK harus diganti popoknya. Bayi mulai memiliki fungsi ginjal
yang sempurna selama 2 tahun pertama kehidupannya
Biasanya terdapat urine dalam jumlah yang kecil pada
kandungan kemih bayi saat lahir, tetapi ada kemungkinan urine

10
tersebut tidak dikeluarkan selama 12-24 jam. Jika urine pucat,
kondisi ini menunjukan masukan cairan yang cukup. Umumnya
bayi cukup bulan akan mengeluarkan urine 15-16 ml/kg/hari.
Untuk menjaga bayi tetap bersih, hangat dan kering, maka setelah
BAK harus diganti popoknya minimal 4-5/hari .
d. Kebutuhan Istirahat
Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya
sering tidur, bayi baru lahir sampai usia 3 bulan rata-rata tidur
selama 16 jam sehari. Pada umumnya bayi terbangun samapai
malam hari sampai usia 3 bulan. Sebaiknya ibu selalu
menyediakan selimut dan ruangannya yang hangat, serta
memastikan bayi tidak terlalu panas atau terlalus diingin.
Jumlah waktu tidur bayi akan berkurang seiring dengan
bertambahnya usia bayi. Pola tidur bayi masih belum tertur
karena jam biologis yang belum matang. Tetapi perlahan-lahan
kan bergeser sehingga lebih banyak waktu tidur dimalam hari
dibandingkan dengan siang hari.
6. Pemantauan Bayi Baru Lahir
Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui
aktivitas normal atau tidak normal dan identifikasi masalah kesehatan
bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong
persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.
i. Dua jam pertama sesudah lahir
Hal-hal yang dinilai waktu pemantauan bayi pertama
sesudah lahir meliputi kemampuan bayi menghisap kuat atau
lemah, bayi tampak aktif atau lunglai, bayi kemerahan atau
biru.
ii. Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya.
Penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian
terhadap ada tidaknya masalah kesehatan yang memerlukan
tindak lanjut. Seperti : bayi kecil untuk masa kehamilan, atau
bayi kurang bulan, gangguan pernapasan, hipotermia, infeksi,

11
cacat bawaan dan trauma lahir.
7. Prinsip Asuhan Bayi Baru Lahir
Saat bayi baru lahir maka kita melakukan prinsip asuhan sebagai
berikut:
1. Pencegahan infeksi
2. Penilaian segera setelah lahir
3. Pencegahan kehilangan panas
4. Asuhan tali pusat
5. Inisiasi menyusui dini
6. Manajemen laktasi
7. Pencegahan infeksi mata
8. Pemberian vit K1
9. Pemberian imunisasi
10. Pemeriksaan BBL.
8. Pelayanan Asuhan Bayi Baru Lahir
Pelayanan kesehatan neonatal esensial dilakukan terhadap bayi
baru lahir, meliputi tatalaksana bayi baru lahir :
a. Pada saat lahir 0 (nol) sampai 6 (enam) jam, asuhan yang
diberikan :
1) Menjaga bayi tetap hangat, dengan cara keringkan bayi
secara seksama, lakukan imd, selimuti bayi dengan
selimut bersih, kering dan hangat, tutupi kepala bayi,
anjurkan ibu memeluk dan memberikan asi, jangan segera
menimbang atau memandikan bayi, tempatkan bayi di
lingkungan yang hangat.
2) Inisiasi menyusu dini
3) Pemotongan dan perawatan tali pusat, cara merawat tali
pusat bayi sesudah melakukan dengan benar, jika punting
tali pusat kotor bersihkan (hati-hati) dengan air DTT dan
sabun dan keringkan dengan menggunakan kain bersih.
4) Pemberian suntikan vitamin KI 1 mg intramuscular di
paha kiri anterolateral setelah inisiasi menyusu dini.

12
5) Pemberian salep mata antibiotik, berikan sebelum 12 jam
setelah persalinan.
6) Pemberian imunisasi hepatitis B, imunisasi HB0
dilakukan boleh dilakukan pada 0-7 hari usia bayi.
7) Pemeriksaan fisik bayi baru lahir
8) Pemantauan tanda bahaya
9) Pemberian tanda identitas diri.
b. Setelah lahir 6 (enam) jam sampai 28 (dua puluh delapan)
hari, dilakukan paling sedikit 3 (tiga) kali kunjungan, yang
meliputi:
1) 1 (satu) kali pada umur 6-48 jam
2) 1 (satu) kali pada umur 3-7 hari
3) 1 (satu) kali pada umur 8-28 hari. (10) Dengan yang
diberikan:
a) Menjaga bayi tetap hangat;
b) Perawatan tali pusat;
c) Pemeriksaan bayi baru lahir;
d) Perawatan dengan metode kanguru pada bayi berat
lahir rendah;
e) Pemeriksaan status vitamin Kl profilaksis dan
imunisasi;
f) Penanganan bayi baru lahir sakit dan kelainan
bawaan; dan
g) Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam
kondisi stabil, tepat waktu ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang lebih mampu.

13
B. Konsep Dasar Manajemen dan Asuhan Kebidanan
Manajemen asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah
yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dan
rangkaian / tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang
berfokus pada klien.
1. Proses Manajemen Kebidanan
Proses manajemen kebidanan sesuai dengan stándar yang
dikeluarkan oleh American College of nurse midwife terdiri dari :
1. Secara sistematis menguimpulkan dan memperbaharui data yang
lengkap dan relevan dengan melakukan pengkajian yang
komprehensif terhadap kesehatan setiap klien, termasuk
mengumpulkan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
2. Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosa berdasarkan
interpretasi data dasar
3. Mengidentifikasi kebutuhab terhadap asuhan kesehatan dalam
menyelesaikan masalah dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan
bersam klien
4. Memberikan informasi dan support sehingga klien dapat menbuat
keputusan dan bertanggung jawab kesehatannya
5. Membuat rencana yang komprehensif bersama klien
6. Secara pribadi bertanggunhg jawab terhadap implementasi rencana
individual
7. Melakukan konsultasi, perencanaan dan melaksanakan manajemen
dengan berkolaborasi dan merujuk klien untuk mendapatkan
asuahn selanjutnya
8. Merencanakan manajemen terhadap komplikasi tertentu, dalam
situasi darurat dan bila ada penyimpangan dari keadaan normal
9. Melaukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan
kesehatan dan merevisi rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan

2. Sasaran Manajemen Kebidanan Ditujukan Baik Kepada Individu


Ibu Dan Anak, Keluarga Maupun Kelompok Masyarakat.

14
Manajemen asuhan kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang
berurutan yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir
dengan evaluasi. Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang
lengkap yang bisa diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap
langkah tersebut bisa dipecah-pecah ke dalam tugas-tugas tertentu dan
semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi klien.

Jadi manajemen asuhan kebidanan adalah suatu pendekatan


pemecahan masalah yang digunakan oleh setiap bidan dalam pengambilan
keputusan klinik pada saat mengelola klien; ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas, bayi baru lahir dan balita dimanapun tempatnya.

Proses ini akan membantu para Bidan dalam berpraktek


memberikan asuhan yang aman dan bermutu.

Manajemen kebidanan adalah suatu metoda pengaturan,


pengorganisasian pikiran dan tindakan dalam urutan yang logis, efektif
dan efisien baik bagi pasien maupun bidan sebagai petugas kesehatan.

Pelayanan kebidanan yang bermutu adalah pelayanan yang


berdasarkan standar, dan kode etik bidan serta hubungan interpersonal
yang adekuat. Dalam memberikan pelayanan kebidanan yang sesuai
dengan standar, bidan menggunakan metoda atau pendekatan manejemen
kebidanan.

Penatalaksanaan kebidanan adalah proses pemecahan masalah


yang digunakan sebagai metoda untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dan
rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang
berfokus pada klien.

3. Tujuan Asuhan Kebidanan

Tujuan Asuhan Kebidanan :

1. Ibu & bayi sehat,selamat,keluarga bahagia, terjamin kehormatan


martabat manusia

15
2. Saling menghormati,penerima &pemberi asuhan

3. Kepuasan ibu, keluarga dan bidan

4. Kekuatan diri perempuan dalam menentukan dirinya

5. Rasa percaya diri dari perempuan sebagai penerima asuhan

6. Terwujudnya keluarga sejahtera dan berkualitas.

4. Prinsip-Prinsip Asuhan Kebidanan

Asuhan kebidanan merupakan metode pemberian asuhan yang


berbeda dengan model praktik kedokteran. Diharapkan mahasiswa dapat
memahami apa perbedaannya dan bisa menjelaskan prinsip-prinsip yang
memberi batasan tentang asuhan kebidanan. Bidan-bidan di seluruh dunia
sependapat bahwa prinsip asuhan kebidanan adalah sebagai berikut:

1. Memahami bahwa kehamilan, persalinan dan kelahiran anak


merupakan suatu proses alamiah dan fisiologis.

2. Menggunakan cara-cara yang sederhana, tidak melakukan intervensi


tanpa adanya indikasi sebelum menggunakan teknologi canggih.

3. Aman, berdasarkan fakta, dan memberi kontribusi pada keselamatan


jiwa ibu.

4. Terpusat pada ibu, bukan terpusat pada pemberi asuhan kesehatan /


lembaga (Sayang Ibu).

5. Menjaga privasi serta kerahasiaan ibu.

6. Membantu ibu agar merasa aman, nyaman, dan didukung secara


emosional.

7. Memastikan bahwa kaum ibu mendapatkan informasi, penjelasan dan


konseling yang cukup

8. Mendorong ibu dan keluarga agar menjadi peserta aktif dalam


membuat keputusan setelah mendapat penjelasan mengenai asuhan
yang akan mereka dapatkan.

16
9. Menghormati aspek budaya setempat, kebiasaan, praktik-praktik adat,
dan keyakinan agama.

10. Memantau kesejahteraan fisik, psikologis, spiritual dan sosial


ibu/keluarganya selama kehamilan, persalinan / kelahiran anak dan
sampai 40 hari pasca salin.

11. Memfokuskan perhatian pada peningkatan kesehatan dan pencegahan


penyakit

5. Filosofi Asuhan Kebidanan

1. Kehamilan & persalinan suatu proses alamiah dan bukan penyakit.

2. Perempuan:pribadi yg unik (hak, kebutuhan & keinginan)


berpartisipasi aktif dalam asuhan.

3. Dalam memastikan kesejahteraan perempuan,janin/bayi tetap


menghargai proses alamiah

4. Pengambilan keputusan bersama:perempuan,keluarga &Bidan

5. Tujuan utama asuhan: menyelamatkan ibu & bayi

6. Prevensi promosi yang holistik dg kreatif, fleksible, suportif,


peduli, bimbingan, monitor dan berpusat pada perempuan. Asuhan
berkesinambungan sesuai dengan keinginan, menghormati pilihan
klien.

7. Kemitraan dengan perempuan alami & holistik

8. Menghargai proses fisiologis, bila timbul penyulit digunakan


teknologi & rujukan efektif

6. Langkah Manajemen Kebidanan

1. Mengumpulkan data klien

2. Interpretasi data untuk mengidentifikasi diagnosa masalah

3. Mengidentifikasi diagnosa/masalah potensial dan mengantisispasi


penanganannya

17
4. Menetapkan kebutuhan tindakan segera,melakukan
tindakan,konsultasi,kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya

5. Menyusun rencana asuhan

6. Implementasi asuhan sesuai dg rencana

7. Mengevaluasi keefektifan asuhan dan modifikasi asuhan

7. Proses Manajemen Kebidanan

Penatalaksanaan kebidanan adalah proses pemecahan masalah


yang digunakan sebagai metoda untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan
dan rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan
yang berfokus pada klien.

Penatalaksanaan kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang


berurutan yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir
dengan evaluasi. Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang
lengkap yang bisa diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi,
setiap langkah tersebut bisa dipecah-pecah ke dalam tugas-tugas
tertentu dan semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi klien.

Jadi manajemen kebidanan ini suatu pendekatan pemecahan


masalah yang digunakan oleh setiap bidan dalam pengambilan
keputusan klinik pada saat mengelola klien; ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas, bayi baru lahir dan balita dimanapun tempatnya. Proses ini akan
membantu para Bidan dalam berpraktek memberikan asuhan yang
aman dan bermutu.

Langkah I : Pengkajian

Pada langkah pertama ini bidan mengumpulkan semua informasi


yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien, baik dari hasil anamnesa dengan klien, suami/keluarga,
hasil pemeriksaan, dan dari dokumentasi pasien/catatan tenaga
kesehatan yang lain. Untuk memperoleh data dapat dilakukan dengan

18
cara :

1. Menanyakan riwayat kesehatan, haid, kehamilan,


persalinan, nifas dan sosial

2. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan

3. Pemeriksaan khusus

4. Pemeriksaan penunjang

5. Melihat catatan rekam medik pasien

Langkah ini merupakan langkah yang akan menentukan langkah


pengambilan keputusan yang akan diambil pada langkah berikutnya,
sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi akan
menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap
selanjutnya, oleh sebab itu dalam pendekatan ini harus yang
komperehensif meliputi data subjektif, objektif, dan hasil pemeriksaan
sehingga dapat menggambarkan kondisi/menilai kondisi klien yang
sebenarnya dan pasti.

Setelah mengumpulkan data, kaji ulang data yang sudah


dikumpulkan apakah sudah tepat, lengkap dan akurat. Sebagai contoh
informasi yang perlu digali ada pada Formulir pengkajian terlampir
(Formulir ini merupakan bagian yang tidak terpisah dari catatan rekam
medik yang ada pada rumah sakit, Puskesmas ataupun tempat
pelayanan kebidanan yang lain)

Langkah II : Merumuskan Diagnosa/Masalah Kebidanan

Pada langkah ini bidan menganalisa data dasar yang didapat pada
langkah pertama, menginterpretasikannya secara akurat dan logis,
sehingga dapat merumuskan diagnosa atau masalah kebidanan.

Rumusan diagnosa merupakan kesimpulan dari kondisi klien,


apakah klien dalam kondisi hamil, inpartu, nifas, bayi baru lahir?
Apakah kondisinya dalam keadaan normal? Diagnosa ini dirumuskan
menggunakan nomenklatur kebidanan. Sedangkan masalah

19
dirumuskan apabila bidan menemukan kesenjangan yang terjadi pada
respon ibu terhadap kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir.
Masalah ini terjadi pada ibu tetapi belum termasuk dalam rumusan
diagnosa yang ada, karena masalah tersebut membutuhkan
penanganan/intervensi bidan, maka dirumuskan setelah diagnosa.
(Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita
yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah
tersebut juga sering menyertai diagnosa).

Langkah III; Mengantisipasi Diagnosa/masalah potensial

Langkah ini merupakan langkah antisipasi, sehingga dalam


melakukan asuhan kebidanan bidan dituntut untuk mengantisipasi
permasalahan yang akan timbul dari kondisi yang ada/sudah terjadi.
Dengan mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial
yang akan terjadi berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah ada, dan
merumuskan tindakan apa yang perlu diberikan untuk mencegah atau
menghindari masalah /diagnosa potensial yang akan terjadi.

Pada langkah antisipasif ini diharapkan Bidan selalu waspada dan


bersiap-siap mencegah diagnosa/masalah potensial ini menjadi benar-
benar tidak terjadi. Langkah ini, penting sekali dalam melakukan
asuhan yang aman. Dan langkah ini perlu dilakukan secara cepat,
karena sering terjadi dalam kondisi emergensi

Langkah IV : Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera.

Pada saat ini bidan mengidentifikasi perlunya tindakan segera, baik


tindakan intervensi , tindakan konsultasi, kolaborasi dengan dokter
lain, atau rujukan berdasarkan Kondisi Klien.

Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses


penatalaksanaan kebidanan yang terjadi dalam kondisi emergensi.
Dapat terjadi pada saat mengelola ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi
baru lahir. Berdasarkan hasil analisa data, ternyata kondisi klien
membutuhkan tindakan segera untuk menangani/mengatasi diagnosa/

20
masalah yang terjadi.

Pada langkah ini mungkin saja diperlukan data baru yang lebih
spesifik sehingga mengetahui penyebab langsung masalah yang ada,
sehingga diperlukan tindakan segera untuk mengetahui penyebab
masalah. Jadi tindakan segera bisa juga berupa observasi/ pemeriksaan.

Beberapa data mungkin mengidentifikasikan situasi yang gawat


dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan
jiwa ibu atau anak (misalnya menghentikan perdarahan kala III, atau
mengatasi distosia bahu pada kala II).

Pada tahap ini mungkin juga klien memerlukan tindakan dari


seorang dokter, misalnya terjadi prolaps tali pusat, sehingga perlu
tindakan rujukan dengan segera.

Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari pre-eklamsi,


kelainan panggul, adanya penyakit jantung, diabetes atau masalah
medik yang serius, maka bidan perlu melakukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter.

Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan


memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim
kesehatan lain seperti pekerja sosial, ahli gizi. Dalam hal ini bidan
harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan
kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang tepat dalam
penatalaksanaan asuhan klien.

Pada penjelasan diatas menunjukan bahwa dalam melakukan


tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah / kebutuhan yang
dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu
dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa / masalah potensial pada step
sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan emergency /
segera yang harus dirumuskan untuk menyelamatkan ibu dan bayi.
Dalam rumusan ini tindakan segera meliputi tindakan yang dilakukan
secara mandiri , kolaborasi atau rujukan.

21
Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan Secara Menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan


oleh langkahlangkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi, baik yang sifatnya segera ataupun rutin.

Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat


dilengkapi dengan merumuskan tindakan yang sifatnya
mengevaluasi/memeriksa kembali. Atau perlu tindakan yang sifatnya
follow up.

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi


penanganan masalah yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau
dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga tindakan yang
bentuknya antisipasi (dibutuhkan penyuluhan, konseling).

Begitu pula tindakan rujukan yang dibutuhkan klien bila ada


masalah-masalah yang berkaitan dengan social ekonomi-kultural atau
masalah psikologis. Dengan perkataan lain asuhan terhadap wanita
tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua
aspek asuhan kesehatan.

Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak,


yaitu oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif
karena klien juga akan melaksanakan rencana tersebut (Informed
Consent).

Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan
rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana asuhan
bersama klien kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum
melaksanakannya, baik lisan ataupun tertulis contoh format inform
conversal tertulis .

Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh


ini harus rasional dan benar-benar nyata berdasarkan pengetahuan dan
teori yang up to date serta telah dibuktikan bahwa tindakan tersebut

22
bermanfaat/efektif berdasarkan penelitian (Evidence Based).

Contoh : Rencana komprehensif pada kasus dengan peradarahan ante


partum diatas :

1. Beri tahu kondisi klien dan hasil pemeriksaan

2. Berikan dukungan bagi ibu dan keluarga

3. Berikan infus RL

4. Observasi tanda-tanda vital , perdarahan, DJA dan tanda-


tanda syok

5. Chek kadar HB

6. Siapkan darah

7. Rujuk klien ke RS / kolaborasi dengan dokter

8. Follow up ke rumah ( kunjungan rumah )

Kaji ulang apakah rencana asuhan sudah meliputi semua aspek asuhan
kesehatan terhadap klien.

Langkah VI : IMPLEMENTASI

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang


telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien,efektif
dan aman. Pelaksanaan dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
bersama-sama dengan klien, atau anggota tim kesehatan lainnya kalau
diperlukan.

Apabila ada tindakan yang tidak dilakukan oleh bidan tetapi


dilakukan oleh dokter atau tim kesehatan yang lain, bidan tetap
memegang tanggung jawab untuk mengarahkan kesinambungan
asuhan berikutnya.(misalnya memastikan langkah-langkah tersebut
benar-benar terlaksana, dan sesuai dengan kebutuhan klien).

Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk


menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan
dalam penatalaksanaan asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung

23
jawab terhadap terlaksananya rencana bersama yang menyeluruh
tersebut. Penatalaksanaan yang efisien akan menyangkut waktu dan
biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien.

Kaji ulang apakah semua rencana asuhan telah dilaksanakan.

Langkah VII: Mengevaluasi

Pada langkah terakhir ini dilakukan evaluasi keefektifan dari


asuhan yang sudah diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan akan
bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana telah diidentifikasikan didalam diagnosa dan masalah.
Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif
dalam pelaksanaannya.

Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif


sedangkan sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses
penatalaksanaan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan
maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak
efektif melalui pengkajian ulang (memeriksa kondisi klien). Proses
avaluasi ini dilaksanakan untuk menilai mengapa proses
penatalaksanaan efektif/tidak efektif serta melakukan penyesuaian
pada rencana asuhan tersebut.

C. Model Dokumentasi

Model dokumentasi Kebidanan adalah metode untuk merekam


semua informasi tentang klien ke dalam catatan sesuai dengan protokol
dan format untuk memberikan laporan yang lengkap dan akurat tentang
perawatan yang diberikan.

Dokumentasi kebidanan dalam bentuk catatan tersebut dapat


dimanfaatkan untuk mempelajari segala sesuatu tentang tindakan
kebidanan yang dilakukan, mulai dari siapa yang melakukan pencatatan,
dimana dan kapan dilakukan, bagaimana catatan tersebut dihasilkan, dan
seperti apa bentuknya.

1. POR (Problem Oriented Record)

24
Model pendokumentasian ini mengembangkan pencatatan dan
pelaporan yang menekankan pada pasien dan segala pemecahannya.

1) Model dokumentasi ini terdiri dari 5 komponen yaitu :

1. Data dasar

2. Daftar masalah

3. Evaluasi dan penyelesaian masalah di catat secara jelas

4. Daftar awal rencana asuhan

5. Catatan perkembangan

2) Keuntungan POR :

1. Lebih menekankan pada masalah klien

2. Pencatatan tentang kontinuitas asuhan. Data di susun


berdasarkan masalah klien yang spesifik

3. Daftar masalah yang akan membantu mengingatkan


petugas untuk Perhatian

4. Daftar yang perlu di intervensi di jabarkan dalam rencana


tindakan

5. Pencatatan tentang kontinuitas atau kesinambungan dari


asuhan ke bidanan.

3) Kerugian POR :

1. Penekanan hanya pada masalah, penyakit dan


ketidakmampuan sehingga mendekatkan pada pengobatan

2. Kemungkinan adanya kesulitan jika daftar masalah belum


di lakukan akan timbul masalah baru

3. SOAPIER dapat menimbulkan pengulangan yang tidak


perlu

4. Pencatatan yang rutin mungkin di abaikan dalam


pencatatannya jika flowsheet untuk pencatatan tidak

25
tersedia.

5. Dapat menimbulkan kebingungan jika setiap hal harus


masuk dalam daftar masalah.

4) Format Pendokumentasian POR

DATA DASAR DAFTAR RENCANA CATATAN


MASALAH TINDAKAN PERKEMBANGAN

Data Subyektif: S:
……
O:
Data Obyektif:
A:
……..
P:

2. SOR (Source Oriented Record)

Model ini menempatkan catatan atas disiplin orang atau sumber


yang mengelola pencatatan, berpusat / berfokus pada tenaga Kesehatan

yang melakukan pencatatan.

1) SOR ini terdiri dari 5 komponen yaitu :

1. Lembar biodata pasien

2. Lembar order dokter

3. Lembar riwayat medic/ penyakit

4. Catatan perawat / bidan

5. Catatan dan laporan kasus

2) Keuntungan :

1. Menyajikan data yang secara berurutan dan mudah


diidentifikasi

26
2. Memudahkan perawat untuk cesara bebas bagaimana
informasi akan dicatat

3. Format Dapat menyederhanakan proses pencatatan


masalah, kejadian, perubahan intervensi dan respon klien
atau hasil

3) Kerugian

1. Potensial terjadinya pengumpulan data yang


terfragmentasi, karena tidak berdasarkan urutan waktu.

2. Kadang-kadang mengalami kesulitan untuk mencari data


sebelumnya,tanpa harus mengulang pada awal

3. Superficial pencatatan tanpa data yang jelas.Memerlukan


pengkajian data dari beberapa sumber untuk menentukan
masalah dan tindakan kepada klien

4. Memerlukan pengkajian data dari beberapa sumber untuk


menentukan masalah dan tindakan kepada klien.

5. Waktu pemberian asuhan memerlukan waktu yang


banyak.

6. Data yang berurutan mungkin menyulitkan dalam


interpretasi/analisa.

7. Perkembangan klien sulit di monitor.

3. CBE (Charting By Exception)

Sistem dokumentasi yang hanya mencatat secara naratif dari hasil


atau penemuan yang menyimpang dari keadaan normal atau standar.
Komponen CBE yaitu:

1. Flowsheet

2. Dokumentasi

3. Formulir dokumentasi yang di letakkan di tempat tidur pasien

27
1) Format CBE meliputi :

1. Data dasar (riwayat dan pemriksaan fisik)

2. Intervensi flow sheet

3. Grafik record

4. Catatan bimbingan pasien

5. Catatan pasien pulang

6. Format catatan perawatan (menggunakan format SOAPIER)

7. Daftar diagnose

8. Diagnosa dengan standar rencana tindakan perawatan dasar

9. Profil perawatan pasien dengan sistem kardeks

2) Keuntungan CBE :

1. Tersusunnya standar minimal untuk pengkajian dan intervensi.

2. Data yang tidak normal nampak jelas.

3. Data yang tidak normal secara mudah ditandai dan dipahami.

4. Data normal atau respon yang diharapkan tidak mengganggu


informasi lain.

5. Menghemat waktu karena catatan rutin dan observasi tidak


perlu dituliskan.

6. Pencatatan dan duplikasi dapat dikurangi.

7. Data klien dapat dicatat pada format klien secepatnya.

8. Informasi terbaru dapat diletakkan pada tempat tidur klien.

9. Jumlah halaman lebih sedikit digunakan dalam dokumentasi.

10. Rencana tindakan keperawatan disimpan sebagai catatan yang


permanen.

3) Kerugian CBE

28
1. Pencatatan secara narasi sangat singkat. Sangat tergantung
pada checklist.

2. Kemungkinan ada pencatatan yang masih kosong atau tidak


ada.

3. Pencatatan rutin sering diabaikan.

4. Adanya pencatatan kejadian yang tidak semuanya


didokumentasikan.

5. Tidak mengakomodasikan pencatatan disiplin ilmu lain.

6. Dokumentasi proses keperawatan tidak selalu berhubungan


dengan adanya suatu kejadian.

4. KARDEKS

Model ini merupakan pendokumentasian tradisional di


pergunakan berbagai sumber informasi pasien yang di susun dalam
satu buku. Bias juga disebut sebagai system kartu. Contohnya : kartu
Ibu, kartu Anak, kartu KB, dll.

1) Komponen kardeks yaitu :

a. Data pasien meliputi

 Nama, alamat, status perkawinan

 Tanggal lahir

 Social secuirity sumber

 Agama dan kepercayaan

b. Diagnose Kebidanan, Berupa Daftar Prioritas Masalah

c. Pengobatan sekarang atau yang sedang di lakukan

 perawatan dan pengobatan

 diet

 intravenous therapy

29
 konsultasi

 tes diagnostic

d. Kegiatan atau tindakan

2) Keuntungan

Keuntungan menggunakan system kardeks karena


memungkinkan mengkomunikasi informasi yang berguna kepada
sesama anggota tim kebidanan tentang kebutuhan klien terkait,
diet, cara melakukan tindakan penganggulangan, cara
meningkatkan peran serta klien atau waktu yang tepat untuk
melakukan kegiatan keperawatan.

3) Kerugian

Informasi hanya terbatas untuk tim kebidanan saja, tidak


cukup tempat untuk menulis rencana kebidanan bagi klien dalam
memasukkan data yang di perlukan dengan banyak masalah, tidak
up to date.

5. System komputerisasi

Teknik pendokumentasian dengan komputerisasi adalah system


computer yang berperan dalam menyimpulkan, menyimpan proses,
memberikan informasi yang diperlukan dalam kegiatan pelayanan
kebidanan,penelitian dan pendidikan. Secara umum dokumentasi
dengan system komputerisasi mempunyai beberapa keuntungan,
antara lain:

meningkatkan pelayanan pada pasien, meningkatkan


pengembangan protocol, meningkatkan penatalaksanaan data dan
komunikasi dan meningkatkan proses edukasi dan konseling pada
pasien.

Keuntungan dokumentasi dengan system komputerisasi secara


spesifik,antara lain: akurasi lebih tinggi, menghemat biaya,
meningkatkan kepuasan pasien, memperbaiki komunikasi antar

30
bagian/anggota tim kesehatan, menambah kesempatan untuk belajar,
meneliti dan jaminan kualitas, meningkatkan moral kinerja petugas.
Beberapa kelemahan dokumentasi dengan system komputerisasi,
adalah: malfunction, impersonal effect, privacy, informasi tidak
akurat, kosa kata terbatas, penyimpanan bahan cetakan dan biaya
yang harus disediakan cukup besar untuk pengadaan beberapa unit
computer. Aplikasi system komputerisasi dalam system informasi
dirumah sakit, meliputi seluruh kegiatan untuk mendokumentasikan
keberadaan pasien sejak pasien masuk rumah sakit sampai pulang,
sejak registrasi pasien, pengkajian data pasien, rencana pengobatan,
rencana perawatan, rencana asuhan dan KIE,pengobatan dan
pelaksanaan asuhan, laporan hasil pengobatan, klasifikasi pasien
dan catatan perkembangan pasien. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam penyediaan system komputerisasi ini, antara lain:
perencanaan perlunya system computer, pemilihan produk,pelatihan
petugas pengguna, pemakaian system computer, keamanan data,
legalitas data (perlunya tanda tangan dokter), kebutuhan perangkat dan
evaluasi keuntungan sitem computer bagi pengguna, klien dan
administrasi.

31
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN BAYI SEGERA SETELAH LAHIR BAYI NY. T
JENIS KELAMIN LAKI-LAKI USIA 0 HARI DI PUSKESMAS
KARANGPANDAN, KARANGANYAR

No/Kode Keterampilan : No. Dokumen :

Tempat Praktek : Puskesmas Karangpandan, Karanganyar

No Reg : 449.15XXX

Tanggal, Jam : Rabu, 12 April 2023/ 13.20 WIB

32
Oleh : Sausan Aulia Fatiha

A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Bayi
a. Nama : Bayi Ny T
b. Tanggal, jam lahir : Rabu, 12 April 2023
c. Jenis kelamin : Laki-laki

Orang Tua (ayah dan Ibu)


a. Nama ibu : Ny T a. Nama ayah : Tn S
b. Umur : 43 Tahun b. Umur : 44 Tahun
c. Agama : Islam c. Agama : Islam
d. Pekerjaan : Wiraswasta d. Pekerjaan : Wiraswasta
e. Alamat : Toh kuning 01/011 Tohkuning Karangpandan
f. Jamkes : JKN PBI

2. Data Ibu
a. Riwayat Obstetric : G3P2A0 UK: 37+2 Minggu
b. Frekuensi ANC : 6 Kali/ 3 kali di bidan dan 3 kali di dokter
c. Imunisasi TT : Lengkap
d. Obat – obatan/jamu yang diminum:
Ibu mengatakan mengkonsumsi Obat-obatan yang diberikan dengan
bidan yaitu besi sulfat, Vit c, kalk dan ibu mengatakan tidak minum
jamu
e. Kenaikan Berat Badan
 Sebelum hamil : 52 kg
 Kunjungan lalu : 63kg
 Kunjungan ini : 63,5 kg
 IMT : 26,4
f. Riwayat penyakit penyerta :
Ibu mengatakan tidak memiliki penyakit penyerta seperti TBC, DM,
Malaria, Hipertensi dsb.

33
g. Komplikasi selama hamil :
Ibu mengatakan jika selama hamil tidak ada komplikasi
h. Riwayat Persalinan Terakhir
 Tanggal/jam : 12 April 2023/ 13.20 Wib
 Jenis persalinan : Spontan
 Penolong : Bidan
 Tempat persalinan : Puskesmas Karangpandan/ Ruang VK
 Komplikasi : Tidak ada

3. Keadaan Bayi Baru Lahir


a. Antropometri
 Berat Badan Lahir : 3300 gram
 Panjang Badan Lahir : 53 cm
 Lingkar Keepala : 30 cm
 Lingkar Dada : 32 cm

b. APGAR SCORE

Tanda 0 1 2 Jumlah Nilai

Frekuensi Tidak ada <100 ≥ 100 2


jantung

Dada bernafas Tidak ada Lambat Menagis 1


kuat

Tonus otot Lumpuh Ekstremitas Gerakan 2


sedikit sedikit

Refleksi Tidak Gerakan Aksi 2

34
bereaksi sedikit Melawan

Warna Biru/ Tubuh Kemerahan 1


Pucat kemerahan
tangan dan
kaki biru

Total: 8

c. Keadaan Fisik : Baik


d. Penanganan awal : Penilaian sepintas (Bayi lahir spontan,
Menangis kuat, warna kulit kemerahan, tonus otot baik

B. DATA OBJEKTIF
1) Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda Vital
 Suhu : 36,6°
 Pernapasan : 45x/ menit
 Denyut Jantung :155x/ Menit

d. Berat Badan : 3300 gram

2) Pemeriksaan Fisik
a. Kepala :
Rambut berwarna hitam, bersih, tidak ada kaput, ubun-ubun
besar sudah menutup, tidak ada kelainan kongenital.
b. Mata :
Simetris, Konjungtiva berwarna merah muda, Sklera berwarna
putih.
c. Hidung :

35
Bersih tidak ada secret, tidak ada benjolan, tidak ada
pernafasan cuping hidung.
d. Mulut :
Bibir dan langit-langit normal
e. Telinga :
Bersih tidak ada secret dan serumen.
f. Leher :
Tidak ada pembesaran vena/kelenjar, pergerakan leher aktif
g. Dada :
Simetris, tidak ada tarikan dinding dada
h. Bahu, Lengan dan Tangan :
Simetris, jari tangan lengkap, tidak ada kelainan, pergerakan
aktif.
i. Perut :
Bulat, tali pusat bersih.
j. Genetalia dan Anus :
Normal, tidak ada kelainan, anus berlubang.
k. Tungkai dan Kaki :
Simetris, jari kaki lengkap, pergerakan aktif
l. Punggung :
Tidak ada kelainan, tidak ada spina bifida
m. Kulit :
Kemerahan

n. Refleks :
1) Menghisap (sucking) :
Baik (ketika ibu menyentuhkan puting susu ke mulut bayi,bayi
reflek menghisap puting ibu)
2) Menggenggam (grasping) :
Baik (ketika jari telunjuk ibu disentuhkan ke telapak tangan
bayi,dengan reflek bayi menggenggam).
3) Refleks morro :

36
Baik (bayi seperti kaget ketika mendengar suara benda jatuh
secara tiba-tiba)
4) Reflek rooting :
(+) ketika tangan mengusap pinggir mulut,bayi memalingkan
kepala ke arah benda yang menyentuhnya
5) Reflek glabela :
(+) ketika dahi bayi diketuk pelan, bayi berkedip
6) Reflek tonic neck :
(+) ketika kepala bayi digerakkan kesamping, lengan pada sisi
tersebut akan lurus dan lengan yang berlawanan akan menekuk
7) Refleks babinski :
(+) ketika bayi diusap dibagian telapak kaki,jari – jari nya
mencengkram
1) Pola Pemenuhan Kebutuhan Dasar
a. Nutrisi
Jenis : ASI
Cara Pemberian : Disusui
Keluhan : Tidak ada
b. Eliminasi
BAK pertama : ± 3 x setelah persalinan
BAB pertama : 1 kali sehari
a. Hygiene (memandikan bayi) : 1 kali sehari
b. Perawatan tali Pusat : Menggunakan kasa kering diganti setelah
selesai mandi atau jika basah.
2) Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan

C. ANALISA DATA
a. Diagnosis Kebidanan
Bayi Ny T neonatus lahir cukup bulan 0 hari dengan dalam batas
normal
b. Masalah

37
Tidak ada masalah

c. Kebutuhan
Perawatan bayi baru lahir

D. PERENCANAAN

(Tanggal : 12 April 2023, Jam 13.20 WIB)

1. Bersihkan jalan napas bayi

2. Lakukan pemeriksaan sepintas segera setelah lahir

3. Pemotongan dan perawatan tali pusat

4. Pertahankan suhu bayi

5. Lakukan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir

6. Lakukan penilaian APGAR Score

E. PENATALAKSANAAN

(Tanggal : 12 April 2023, Jam 13.20 WIB)

1. Membersihkan jalan napas

Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila bayi
tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan napas
dengan cara:

38
a. Letakkan bayi pada posisi telentang di tempat yang keras dan hangat.

b. Gulung sepotong kain dan letakkan dibawah bahu sehingga leher bayi
lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus
sedikit tengadah ke belakang.

c. Bersihkan hidung, rongga mulut, dan tenggorokan bayi dengan jari


tangan yang dibungkus kasa steril.

d. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit
bayi dengan kain kering dan kasar. Dengan rangsangan ini biasanya
bayi akan segera menangis. (Saefudin, 2007)

2. Pemeriksaan Sepintas

Segera setelah lahir, letakkan bayi di atas kain bersih dan kering yang
disiapkan pada perut ibu. Bila hal itu tidak memungkinkan, maka
letakkan bayi dekat ibu (diantara kedua kaki atau disebelah ibu) tetapi
harus dipastikan bahwa area tersebut bersih dan kering. Segera lakukan
penilaian:

a. Apakah bayi menangis kuat dan / atau bernapas tanpa kesulitan?

b. Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas?

Jika bayi tidak bernapas atau bernapas megap–megap atau lemah,


maka segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir. (APN,
2008)

3. Memotong dan merawat tali pusat

Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak begitu
menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi
kurang bulan. (Saefudin, 2007). Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu
dinilai stabil maka lakukan pengikatan puntung tali pusat atau jepit
dengan klem plastik tali pusat.

39
4. Mempertahankan suhu bayi

Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu
badannya, dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya
tetap hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus hangat. (Saefudin, Abdul
Bari. 2007. hal: 134-135). Suhu BBL normal antara 36-37°C.
(Prawiroharjo, 2007). Hipotermia pada BBL adalah suhu di bawah
36,5°C. Hipertermi adalah

peningkatan suhu tubuh > 37,5°C. (IDAI, 2008)

5. Penilaian APGAR Score

Keadaan umum bayi dimulai 1 menit setelah lahir dengan penggunaan


nilai APGAR. Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi
menderita asfiksia atau tidak. Setiap penilaian diberi angka 0,1 dan 2
dari hasil penilaian tersebut apakah bayi normal (vigorous baby = nilai
apgar 7-10), asfiksia sedang-ringan (nilai apgar 4-6) atau asfiksia berat
(nilai apgar 0-3). Bila nilai apgar dalam 2 menit belum mencpai nilai 7,
maka harus dilakukan tindakan resasitasi lebih lanjut. Oleh karena bila
bayi menderita asfiksia lebih dari 5 menit, kemungkinan terjadi gejala-
gejala neurologik lanjutan kemudian hari lebih besar. Berhubungan
dengan itu, menurut apgar dilakukan selain pada umur 1 menit juga pada
umur 5 menit.

F. EVALUASI

(Tanggal 12 April 2023, Jam 13.20 WIB)

1. Bayi menangis spontan segera setelah lahir.

2. Bayi menangis kuat dan bergerak aktif

40
3. Melakukan pemotongan tali pusat setelah plasenta lahir dan kondisi
ibu stabil maka melakukan pengikatan puntung tali pusat atau jepit
dengan klem plastik tali pusat

4. Bayi dibungkus dengan handuk lalu diletakkan di dada ibu

5. Nilai APGAR Score pada bayi yaitu 10

 Apperance (warna kulit) : 2 (seluruh tubuh bayi


kemerah-merahan)

 Pulse Rate (frekuensi nadi) : 2 (nadi lebih dari 100x per


menit)

 Grimance (rangsangan) : 2 (batuk/bersin)

 Activity (tonus otot) : 2 (bergerak aktif)

 Respiration (pernapasan) : 2 (baik,menangis)

BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan uraian asuhan bayi yang telah dilakukan pada bayi Ny. T dari
pengkajian data subjektif dan objektif didapatkan diagnosis bayi baru lahir Ny. T
normal dan tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus.

41
Penatalaksanaan asuhan sudah sesuai dengan standar asuhan kebidanan pada bayi
baru lahir yaitu :

1. Melakukan penilaian awal bayi baru lahir

Bayi Ny.T lahir spontan, segera menangis, warna kulit kemerahan, tonus
otot baik.

2. Melakukan perawatan bayi baru lahir

Menjaga kehangatan, membersihkan jalan napas, mengeringkan sambal


merangsang taktil, menjepit dan memotong tali pusat

3. Melakukan perawatan tali pusat

Mengganti kassa setiap hari agar tali pusat tetap kering dan terhindar dari
infeksi. . perawatan tali pusat bertujuan untuk menjaga agar tali pusat tetap
kering dan bersih , mencegah infeksi pada bayi baru lahir,membiarkan tali
pusat terkena udara agar cepat kering dan lepas (Paisal,2008)

4. Nilai APGAR Score pada bayi yaitu 10

 Apperance (warna kulit) : 2 (seluruh tubuh bayi kemerah-merahan)

 Pulse Rate (frekuensi nadi) : 2 (nadi lebih dari 100x per menit)

 Grimance (rangsangan) : 2 (batuk/bersin)

 Activity (tonus otot) : 2 (bergerak aktif)

 Respiration (pernapasan) : 2 (baik,menangis)

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir melalui pendekatan holistic dengan
tahap-tahap manajemen asuhan kebidanan terdiri dari pengkajian, analisis

42
data, penatalaksanaan berupa perencanaan, implementasi dan evaluasi, serta
pendokumentasian asuhan dalam bentuk SOAP notes. Berdasarkan tinjauan
kasus yang telah dibuat asuhan kebidanan bayi baru lahir pada bayi Ny.T
cukup bulan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pada pengkajian didapatkan data subyektif dan dari data objektif


berdasarkan data yang telah didapat melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan observasi pada bayi Ny.T

2. Pada analisis data didapatkan diagnosa kebidanan bayi baru lahir pada bayi
Ny.T dengan keadaan sehat. Dan tidak ada masalah yang terjadi.

3. Pada kasus tersebut, perencanaan yang dibuat berdasarkan diagnosa,


perencanaan ini dibuat untuk memberikan asuhan kepada bayi baru lahir
yaitu memandikan bayi, menjaga kehangatan bayi, dan perawatan tali
pusat.

4. Pada kasus tersebut, pelaksanaan telah dilakukan sesuai dengan perencanaan


yang telah dibuat.

5. Pada kasus tersebut, evaluasi yang didapatkan dari perencanaan yang telah
dilakukan, dimana evaluasi yang ada untuk menilai perencanaan apa yang
telah dilakukan dan bagaimana hasilnya. Dan telah diberikan asuhan bayi
baru lahir pada bayi Ny.T sesuai rencana yang telah dibuat.

B. SARAN

1. Bagi Institusi Pendidikan

Agar menjadi tambahan sumber kepustakaan dan perbandingan pada


asuhan kebidanan pada bayi baru lahir fisiologis.

43
2. Bagi Klien dan Keluarga

Agar Klien lebih mengetahui dan memahami asuhan yang diberikan pada
bayi baru lahir secara fisiologis maupun psikologis serta masalah yang
terjadi.

3. Bagi Lahan Praktik

Hasil penulisan dapat memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan


untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dan selalu
menjaga mutu pelayanan.

4. Bagi Masyarakat

Agar menambah informasi kepada masyarakat tentang asuhan bayi baru


lahir.

44
45
DAFTAR PUSTAKA

Wahyuni ED. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia, 2018.
Yulizawati, Aldina Ayunda Insani, Lusiana El Sinta B, Feni Andriani. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan pada Persalinan.Penerbit Indomedia Pustaka, Sidoarjo 2019.
Sulis Diana, M.Kes., Erfiani Mail, M.Kes., dan Zulfa Rufaida, M.Sc. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan, Persalinan, dan Bayi Baru Lahir. 2019
Hj. Satriani G., S.St., M.Kes. Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan Dan Menyusui. 2021
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kebutuhan Tidur Sesuai Usia. 2018
Aura,Zenith Sabillah,Asuhan Kebidanan Neonatus,Bogor 2021
Sinta B,Andriani ,Yulizawati & Insani. (2019). Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi
dan Balita. Sidoarjo: Indomedia Pustaka.
Salsabil,Fakhriya,Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir Normal,Bengkulu 2021
Yulizawati. 2021. Konsep Kebidanan. Sidoarjo : Indomedia pustaka
Khoiriya,Nurin.Model Pendokumentasian Kebidanan,2019
Vivian Nanny. 2019. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Penerbit Salemba
Medika
Syilvi Nur Amelia. 2019. Asuhan Kebidanan Kasus Kompleks Maternal dan Neonatal.
Yogyakarta: Penerbit Pustaka Baru Press

46
LAMPIRAN

47

Anda mungkin juga menyukai