Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

DETEKSI DINI KOMPLIKASI DAN PENANGANAN AWAL


KEGAWATDARURATAN PADA BAYI BARU LAHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan
dan BBL di Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Tasikmalaya

Dosen Pengampu: Sri Gustini, SST, M.Keb

Oleh:
Eliani
Hilda Nurul Fauziah
Ineu Rahmawati
Santi Alawiyah
Kelas AJ B RPL

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Illahi Rabbi yang telah

memberikan nikmat dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan

makalah dengan judul “Deteksi Dini dan Penanganan Awal Kegawatdaruratan

Bayi Baru Lahir”. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi

Muhammad SAW.

Dalam penyusunan makalah ini, penyusun banyak mendapat bimbingan,

bantuan, dorongan dan semangat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penyusun

mengucapkan terimakasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada :

1. Nunung Mulyani, APP, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan.

2. Dr. Meti Widaya Lestari, SST, M.Keb selaku Ketua Program Studi Sarjana

Terapan Kebidanan Tasikmalaya.

3. Sri Gustini, SST, M.Keb selaku dosen pengampu.

4. Pihak-pihak terkait yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu yang turut

berperan serta membantu penyusunan makalah ini.

Penyusun menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak

kekurangan, baik dalam penyusunan maupun tata bahasa. Oleh karena itu,

tanggapan, kritik, dan saran yang sifatnya membangun sangat penyusun harapkan

untuk perbaikan makalah di masa yang akan datang.

Tasikmalaya, September

2023

Penyusun

1
2
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR....................................................................................1

DAFTAR ISI...................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................3

B. Rumusan Masalah...........................................................................3

C. Tujuan.............................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi............................................................................................5

B. Tujuan.............................................................................................5

C. Waktu Pelaksanaan.........................................................................5

D. Prinsip-prinsip Bayi Baru Lahir......................................................6

E. Deteksi Dini dan Penanganan Awal Komplikasi BBL...................6

BAB III PENUTUP

A. Simpulan.........................................................................................17

B. Saran...............................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian perinatal yang terdiri atas jumlah yang tidak
menunjukkan tanda-tanda hidup waktu di lahirkan, penurunan jumlah
kematian perinatal dapat dicapai disamping dengan membuat persalinan
seaman-amannya bagi bayi juga dengan mengusahakan agar janin dan ibu
kondisinya baik-baik saja.
Periode setelah lahir merupakan awal kehidupan yang tidak
menyenangkan bagi bayi. Hal itu disebabkan oleh lingkungan kehidupan
sebelumnya (intrauterus) dengan kehidupan sekarang (ekstrauterus) yang
sangat berbeda. Bayi yang dilahirkan prematur ataupun bayi yang dilahirkan
dengan penyulit/komplikasi, tentu proses adaptasi kehidupan tersebut menjadi
lebih sulit untuk dilaluinya. Bahkan sering kali menjadi pemicu timbulnya
komplikasi lain yang menyebabkan bayi tersebut tidak mampu melanjutkan
kehidupan ke fase berikutnya(meninggal). Bayi seperti ini yang disebut
dengan istilah bayi resiko tinggi.(surasmi,dkk.2003) Faktor-faktor lain seperti
afiksia neonatorum, letak sungsang dan lain-lain.
Dua hal yang banyak terjadinya angka kematian perinatal ialah tingkat
kekurangan gizi ibu dan janin serta pelayanan petugas kesehatan. Dengan
demikian kemampuan untuk deteksi dini sangat diperlukan untuk para bidan
agar meminimalisir terjadinya komplikasai dan kegawatdaruratan pada bayi
batu lahir sehingga bidan dapat mengantisipasi serta meiliki keterampilan
dalam menangani kegawatdaruratan bayi baru lahir.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas adapun rumusan masalah yang dapat dibuat
adalah sebagai berikut:
1. Apa definisi bayi baru lahir?
2. Apa tujuan pelayanan bayi baru lahir?

4
3. Kapan waktu pelaksanaan pelayanan bayi baru lahir?
4. Apa saja prinsip-prinsip bayi baru lahir?
5. Bagaimana deteksi dini komplikasi dan penanganan awal
kegawatdaruratan bayi baru lahir?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas maka tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi bayi baru lahir.
2. Untuk mengetahui tujuan pelayanan bayi baru lahir.
3. Untuk mengetahui waktu pelaksanaan pelayanan bayi baru lahir.
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip bayi baru lahir.
5. Untuk mengetahui deteksi dini komplikasi dan penanganan awal
kegawatdaruratan bayi baru lahir.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Bayi Baru Lahir

Bayi Baru Lahir (BBL) adalah bayi yang baru mengalami proses
kelahiran, berusia 0-28 hari (Herman, 2020). Pelayanan kesehatan neonatus
adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang di berikan oleh tenaga
kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 4 kali, selama periode
0 sampai 28 hari setelah lahir baik di fasilitas maupun melalui kunjungan
rumah.

B. Tujuan Pelayanan Bayi Baru Lahir


Resiko terbesar kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama
kehidupannya. Sehingga bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat di anjurkan
untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan tersebut selama 24 jam setelah
kelahirannya. Kunjungan neonatal bertujuan :
1. Untuk meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar.
2. Mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan atau masalah kesehatan
pada neonatus.

C. Waktu Pelaksanaan Pelayanan Neonatus


Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial dilakukan terhadap Bayi Baru Lahir.
Pelayanan tersebut meliputi pemeriksaan fisik pada BBL. Petugas melakukan
pemeriksaan lengkap untuk memastikan bayi dalam keadaan baik, dan harus
memberikan konseling tanda bahaya dan perawatan bayi baru lahir serta memberi
tahu jadwal kunjungan neonatus 1, 2 dan 3.
Waktu pemeriksaan BBL:
1. Setelah lahir saat bayi stabil (sebelum 6 jam)
2. Pada usia 6 - 48 jam (kunjungan neonatal 1)
3. Pada usia 3 - 7 hari (kunjungan neonatal 2)
4. Pada usia 8 - 28 hari (kunjungan neonatal 3).

6
D. Prinsip-prinsip Bayi Baru Lahir
Jika bayi di lahirkan oleh seorang ibu yang mengalami komplikasi dalam
persalinan, penangan bayi tersebut bergantung pada:
 Apakah bayi mepunyai kondisi atau masalah yang perlu kebutuhan segera?
 Apakah kondisi ibu memungkinkan merawat bayi secara penuh, sebagian
atau tidak sama sekali?
Seorang bayi dengan tanda bahaya merupakan masalah yang serius, bayi
dapat meninggal bila tidak di tangani segera. Nilailah secepat mungkin setiap
bayi yang datang dengan tanda kegawatan.
Penilaian cepat
Letakkan bayi pada permukaan yang hangat, di bawah pemancar dan
dengan pencahayan yang cukup. Periksa bayi dengan segera adakah tanda
bahaya di bawah ini :
 Megap-megap (merintih) atau tidak bernafas atau frekuensi napas
kurang dari 20 kali/ menit
 Perdarahan
 Syok (pucat, dingn, denyut jantung >180 x/menit, tidak sadar atau
kesadaran menurun)

E. Deteksi Dini Komplikasi pada Bayi Baru Lahir


1. Prematur dan BBLR
a. Klasifikasi BBLR
BBLR Bayi Berat Lahir Rendah dibedakan menjadi:
 BBLSR Bayi Berat Lahir Sangat Rendah bila lahir berat lahir
kurang dari 1.500 gram.
 BBLR Bayi Berat Lahir Rendah bila berat lahir antara 1.501-
2.499 gram. Sedangkan bayi prematur adalah bayi yang
dilahirkan kurang dari usia kehamilan 37 minggu.
b. Penyebab BBLR

7
Penyebab BBLR dan kelahiran prematur sangatlah multifaktorial,
antara lain asupan gizi ibu sangat kurang pada masa kehamilan,
gangguan pertumbuhan dalam kandungan (janin tumbuh lambat),
faktor plasenta, infeksi, kelainan rahim ibu, trauma, dan lainnya
c. Komplikasi BBLR
 Asfiksia atau gagal untuk bernapas secara spontan dan teratur saat
atau beberapa menit setelah lahir.
 Sindrom gawat napas salah satu disebabkan karena faktor paru
yang belum matang karena adanya cairan paru yang berlebihan
bayi baru lahir
 hiportemia (suhu tubuh <36,5).
d. Penanganan
Penanganan umum perawatan BBLR atau prematur setelah lahir
adalah mempertahankan suhu bayi agar tetap normal, pemberian
minum, dan pencegahan infeksi. Bayi dengan BBLR juga sangat
rentan terjadinya hiportemia, karena tipisnya cadangan lemak di
bawah kulit dan masih belum matangnya pusat pengatur panas di otak.
Untuk itu, BBLR harus selalu dijaga kehangatan tubuhnya
Upaya yang paling efektif mempertahankan suhu tubuh normal
adalah sering memeluk dan menggendong bayi. Ada suatu cara yang
disebut metode kangguru atau perawatan bayi lekat, yaitu bayi selalu
didekap ibu atau orang lain dengan kontak langsung kulit bayi dengan
kulit ibu atau pengasuhnya dengan cara selalu menggendongnya. Cara
lain, bayi jangan segera dimandikan sebelum berusia enam jam
sesudah lahir , bayi selalu diselimuti dan ditutup kepalanya, serta
menggunakan lampu penghangat atau alat pemancar panas
Minum sangat diperlukan untuk BBLR dan prematur, selain
untuk pertumbuhan juga harus ada cadangan kalori untuk mengejar
ketinggalan beratnya. Minuman utama dan pertama adalah air susu ibu
(ASI) yang sudah tidak diragukan lagi keuntungan atau kelebihannya.
Disarankan bayi menyusu ASI ibunya sendiri, terutama untuk bayi

8
prematur. ASI ibu memang paling cocok untuknya, karena di
dalamnya terkandung kalori dan protein tinggi serat elektrolit
minimal.
BBLR dan bayi prematur sangat rentan terhadap terjadinya
infeksi sesudah lahir. Karena itu, tangan harus dicuci bersih sebelum
dan sesudah memegang bayi, segera membersihkan bayi bila kencing
atau buang air besar, tidak mengizinkan menjenguk bayi bila sedang
menderita sakit, terutama infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dan
pemberian imunisasi sesuai dengan jadwal.
Untuk tumbuh dan berkembang sempurna bayi BBLR dan
prematur harus mendapat asupan nutrien berupa minuman
mengandung karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin yang lebih dari
bayi bukan BBLR. Penting dipertahikan agar zat tersebut betul-betul
dapat digunakan hanya untuk tumbuh, tidak dipakai untuk melawan
infeksi. Biasanya BBLR dapat mengejar ketinggalannya paling lambat
dalam enam bulan pertama.
2. Asfiksi
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh
hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-
faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi
lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan
bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan
pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan
membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul.
a. Penyebab
1) Faktor ibu meliputi: hipoksia pada ibu yang terjadi karena
hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika atau anastesia
dalam, usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun,
gravida empat atau lebih, sosial ekonomi rendah, setiap penyakit
pembuluh darah ibu yang mengganggu pertukaran gas janin

9
seperti: kolesterol tinggi, hipertensi, hipotensi, jantung, paru-paru /
TBC, ginjal, gangguan kontraksi uterus dan lain-lain.
2) Faktor plasenta meliputi: solusio plasenta, perdarahan plasenta,
plasenta kecil, plasenta tipis, plasenta tidak menempel pada
tempatnya.
3) Faktor janin atau neonatus meliputi tali pusat menumbung, tali
pusat melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir,
gemeli, IUGR, premature, kelainan kongenital pada neonatus dan
lain-lain.
4) Faktor persalinan meliputi partus lama, partus dengan tindakan,
dan lain-lain (Jumiarni et al., 2016)
b. Gejala
Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung
kurang dari 100 x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun,
tidak ada respon terhadap refleks rangsangan (Sembiring, 2017)

c. Penanganan
1) Peralatan yang dibutuhkan pada resusitas neonatus:
− Ruang yang hangat & terang
− Meja / tempat resusitasi
− Sumber pemancar panas

10
− Kain : bersih, kering, hangat
− Sarung tangan & pelindung lain
− Jam
− Plester
− Penghisap manual,
− Balon resusitasi
− Sumber oksogen dg flowmeter
2) Alur Resusitasi

11
3) Resusitasi berhasil
 Konseling

12
Bicara dengan ibu dan keluarga mengenai tindakan resusitasi
yang telah dilakaukan dan ajari ibu dan keluarga yaitu dengan
cara: menialai pernafasan, tetap menjaga kehangatan bayi,
serta waspadai tanda bahaya.
 Asuhan neonatal
Minimal 2 jam pertama
o Pernafasan, warna kulit normal, berikan bayi kepada ibu
o Pemantauan sekasama 2 jam pertama
o Jaga bayi tetap hangat dan kering
o Waspadai apabila Kondisi bayi memburu
4) Bayi perlu rujukan
 Ventilasi 2 menit tetapi tetap tidak bernapas / megap – megap
 Frekuensi napas < 40 / menit atau > 60 / menit
 Tarikan dinding dada
 Merintih (napas bunyi saat ekspirasi) atau megap – megap
(napas bunyi saat
 inspirasi)
 Tubuh bayi pucat atau kebiruan
 Bayi lemas
5) Resusitasi tidak berhasil
Ventilasi 10 menit tetapi bayi tidak bernapas makan hentikan
resusitasi, berikan:
 Konseling berupa dukungan moral kepada ibu dan keluarga
 Asuhan ibu
 Asuhan tindak lanjut
 Pencatatan
3. Kejang
Kejang, spasme, atau tidak sadar dapat di sebabkan oleh asfiksia
neonatorum, hipoglikemi atau merupakan tanda meningitis atau masalah
pada susunan syaraf. Diantara episode kejang yang terjadi, bayi mungkin

13
tidak sadar, letargi, rewel atau masih normal. Spasme pada tetanus
neonatorum hamper mirip dengan kejang, tetapi kedua hal tersebut harus
dibedakan karena manajemen keduanya berbeda.
4. Ikterus
a. Definisi
Ikterus neonatorum adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai
dengan pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi
bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih. Ikterus secara klinis mulai
tampak pada bayi baru lahir bila kadar bilirubin darah 5-7 mg/dL
b. Klasifikasi
Ikterus diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi yaitu sebagai
berikut:
1) Ikterus Fisiologis adalah ikterus yang timbul pada hari ke dua dan
hari ke tiga yang tidak mempunyai dasar patologik, kadarnya tidak
melewati kadar yang membahayakan atau yang mempunyai
potensi menjadi kern ikterus dan tidak menyebabkan suatu
morbiditas pada bayi. Ikterus fisiologis ini juga dapat dikarenakan
organ hati bayi belum matang atau disebabkan kadar penguraian
sel darah merah yang cepat. Ikterus fisiologis ini umumnya terjadi
pada bayi baru lahir dengan kadar bilirubin tak terkonjugasi pada
minggu pertama >2 mg/dL. Pada bayi cukup bulan yang
mendapatkan susu formula kadar bilirubin akan mencapai
puncaknya sekitar 8 mg/dL pada hari ke tiga kehidupan dan
kemudian akan menurun secara cepat selama 2-3 hari diikuti
dengan penurunan yang lambat sebesar 1 mg/dL selama satu
sampai dua minggu. Sedangkan pada bayi cukup bulan yang
diberikan air susu ibu (ASI) kadar bilirubin puncak akan mencapai
kadar yang lebih tinggi yaitu 7-14 mg/dL dan penurunan akan
lebih lambat. Bisa terjadi dalam waktu 2-4 minggu, bahkan sampai
6 minggu.

14
2) Ikterus Patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar patologi
atau kadar bilirubinnya mencapai suatu nilai yang disebut
hiperbilirubinemia. Ikterus yang kemungkinan menjadi patologik
atau dapat dianggap sebagai hiperbilirubinemia adalah Ikterus
terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran, peningkatan
konsentrasi bilirubin 5 mg% atau lebih setiap 24 jam, masa gestasi
kurang dari 35 minggu, asfiksia, hipoksia, syndrome gangguan
pernapasan, infeksi, hipoglikemia, hiperkopnia, hiperosmolitas.
3) Kern ikterus adalah sindrom neurologik akibat dari akumulasi
bilirubin indirek di ganglia basalis dan nuklei di batang otak.
c. Gejala
Gejala pada bayi yang mengalami ikterik neonatorum yaitu warna
kulit pada bayi menjadi warna kuning atau yang sering disebut dengan
bayi kuning. Warna kadang-kadang dimulai pada wajah dan kemudian
menyebar ke dada, perut, kaki, dan telapak kaki. Terkadang, bayi
dengan ikterus parah bertubuh lemah dan tidak mau menyusu.

d. Penanganan
Penatalaksanaan ikterus fisiologis yaitu dengan memberikan
ASI sedini mungkin serta sesering mungkin, dan melakukan

15
penjemuran bayi dibawah paparan sinar matahari pagi.
Penatalaksanaan pada ikterus patologis yaitu dengan pemberian
fototerapi.
5. Hipotermi
a. Definisi
Hipotermi pada bayi baru lahir adalah suhu tubuh dibawh 36,5 oC
pengukuran dilakukan pada ketiak selama 3-5 menit. Hipotermi
disebabkan oleh :
 Evaporasi, terjadi apabila bayi lahir tidak segera dikeringkan.
 Konduksi, terjadi apabila bayi diletakkan ditempat dengan alas
yang dingin, seperti pada waktu menimbang bayi.
 Radiasi, terjadi apabila bayi diletakkan diudara lingkungan
dingin.
 Konveksi, terjadi apabila bayi berada dalam ruangan ada aliran
udara karena pintu, jendela terbuka.
b. Cara Mengatasi Hipotermi
 Ganti pakain yang dingin dan basah dengan pakain yang hangat
dan kering, memakai topi dan selimut yang hangat.
 Bila ada ibu/ pengganti ibu anjurkan menghangatkan bayi dengan
melakukan kontak kulit dengan kulit.
 Periksa ulang suhu bayi 1 jam kemudian, bila suhu naik pada
batas normal (36,5 -37,5o C), berarti usaha meenghangatkan
berhasil.
 Anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering. Bila bayi tidak dapat
menyusu, berikan ASI peras.
c. Rujuk apabila terdapat salah satu keadaan :
1) Jika setelah menghangatkan selama 1 jam tidak ada kenaikan
suhu (membaik).
2) Bila bayi tidak dapat minum
3) Terdapat gangguaan nafas atau kejang.

16
4) Bila disertai salah satu tanda tanpak mengantuk/ letargis atau ada
bagian tubuh bayi yang mengeras.
Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan
baik serta tidak ada masalah lain yang memerlukan pengawasan, bayi
tidak perlu dirujuk. Nasihati ibu cara merawat bayi lekat/ metode
Kanguru dirumah. (Depkes RI, 2009)
6. Tetanus Neonatorum
Tetanus Neonatorum adalah penyakit yang diderita oleh bayi baru
lahir (neonatus). Tetanus neonatorum penyebab kejang yang sering
dijumpai pada BBL yang bukan karena trauma Kelahiran atau asfiksia,
tetapi disebabkan infeksiselama masa neonatal, yang antara lain terjadi
akibat pemotongan tali pusat atau perawatan tidak aseptic
(IlmuKesehatanAnak, 1985)
7. Sindroma Gangguan Pernafasan Nafas
Sindroma gangguan pernafasan nafas merupakan kumpulan gejala
yang terdiri dispnea, frekuensi pernafasan yang lebih dari 60 kali per menit
,adanya sianosis, adanya rintihan bayi saat ekspirasi serta adanya retraksi
suprasternal,interkostal,epigastrium saat inspirasi.Penyakit ini merupakan
penyakit membrane hialin,dimana terjadi perubahan atau kurangnya
komponen surfaktan pulmoner komponen ini merupakan suatu zat aktif
pada alveoli yang dapat mencegah kolapnya paru.
a. Ciri – ciri bayi yang mengalami gangguan pernafasan
 Nafas bayi berhenti lebih 20 detik
 Bayi dengan sianosis sentral ( biru pada lidah dan bibir )
 Frekuensi nafas bayi kurang 30 kali / menit
 Frekuensi nafas bayi lebih 60 kali /menit , mungkin menunjukan
tanda tambahan gangguan nafas.
b. Penatalaksanaan
Tindakan Yang Harus Dilakukan Pada Bayi Yang Mengalami
Gangguan Pernafasan Antara Lain:
1. Beri oksigen dengan kecepatan sedang

17
2. Jika bayi menglami apnea :
 Bayi dirangsang dengan mengusap dada atau punggung bayi
 Bila bayi tidak mulai bernafas atau mengalami sianosis
sentral , nafas megap – megap atau bunyi jantung menetap
kurang dari 100 kali /menit,lakukan resusitasi dengan
memakai balon dan sungkup.
3. Kaji ulang temuan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik
4. Periksa kadar glukosa darah.Bila kadar glukosa kurang dari 40
mg, tangani sebagai hipoglikemia .
5. Berikan perawatan selanjutnya dan tentukan gangguan nafas berat
manejemen spesifik menurut jenis gangguan nafasnya
6. Tentukan apakah gangguan nafas berat,sedang atau ringan.

18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terjadinya kematian bayi baru lahir masih tinggi di indonesia oleh
karena itu kita sebagai petugas kesehatan harus mampu mendeteksi dini
adanya komplikasi pada bayi baru lahir sehingga kita dapat membuat
perencanaan dan penatalaksanaan dari komplikasi tersebut dan dapat
memberikan pertolongan segera serta dapat mencegah terjadinya kematian.
B. Saran
Dalam penetapan manajemen kebidanan diharapkan bidan dapat
melakukan pengkajian yang lebih lengkap untuk mendapatkan hasil yang
optimal dan mampu memberikan asuhan yang kompeten bagi pasien dengan
mengikuti pelatihan-pelatihan kebidanan.

19
DAFTAR PUSTAKA
Herman, S., & Joewono, H.T. (2020). Buku Acuan Persalinan Kurang Bulan
(Prematur). Kendari: Yayasan Avicenna Kendari
Kementerian Republik Indonesia. 2015. Buku Saku Pelayanan Kesehatan
Neonatal Esensial. Jakarta: Bakti Husada
Surasmi, A, dkk.. 2003. Perawatan Bayi Risiko Tinggi. Jakarta: EGC
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2310/3/BAB%20II.pdf
https://dinkes.tegalkota.go.id/berita/detail/pelayanan-kesehatan-bayi-baru-lahir--
kunjungan-neonatal-

20

Anda mungkin juga menyukai