Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR


PADA BAYI Ny. I 2 HARI POST PARTUM
Di RUMAH NY.I

Disusun oleh :
Anggraini Larasati
P27224018005
DIII Reguler Semester III

KEMENTRIAN KESEHATAN REPRUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2019

HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KASUS

i
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR
PADA BAYI Ny.I 2 HARI POST PARTUM
Di RUMAH NY.N

Disusun Oleh :

Nama : Anggraini Larasati

NIM : P27224018005

Kelas : D III Kebidanan Semester III

Tanggal pemberian Asuhan

Disetujui :

Pembimbing Lapangan

Tanggal : ______________________

Di : ______________________ Yuni Harianti S.ST

NIP.

Dosen Pembimbing

Tanggal : ______________________

Di : ______________________ Anik Kurniawati, S.Si.T.,M.Keb

NIP. 19810607 200604 2 003

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan penulis kemudahan sehingga
dapat menyelesaikan “Laporan Kasus Asuhan Kebidanan Neonatus”. Tanpa
pertolongan-Nya mungkin penulis tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan
baik.
Laporan ini disusun agar dapat memperluas ilmu tentang bagaimana
memberikan asuhan pada neonatus/ bayi baru lahir 1 hari. Laporan ini bukan hanya
memuat tataran konseptual atau teoritis dari eksistensi sebuah pendampingan asuhan,
tetapi juga sebagai pedoman dalam mengimplementasikan praktik pendampingan
pelayanan neonatus dalam meningkatkan kesejahteraan ibu dan mengurangi risiko-
risiko yang mungkin terjadi didalam masa nifas. Penulis berharap laporan inidapat
memberi kontribusi dan manfaat bagi kalangan akademis maupun praktisi dalam
mengimplementasikan pendampingan pelayanan neonatus.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Almamater Poltekkes
Kemenkes Surakarta Jurusan DIII Kebidanan, dosen pembimbing yaitu Ibu Anik
Kurniawati, S.Si.T.,M.Keb. serta teman-teman yang telah mendukung penuh dalam
proses penyusunan laporan ini dan awal sampai akhir penyelesaian.

Pacitan, November 2019

Anggraini Larasati

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ i


DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................
B. Tujuan .............................................................................................
C. Manfaat ...........................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Neonatus .......................................................................
B. Bayi Baru Lahir ...............................................................................
C. Bayi, Balita dan Anak Prasekolah ...................................................
BAB III TINJAUAN KASUS .....................................................................
BAB IV PEMBAHASAN ...........................................................................
BAB V PENUTUP ......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asuhan pada neonates, bayi, balita, dan anak prasekolah merupakan suatu asuhan
komprehensif yang diberikan bidanyang akan mempengaruhi tumbuh kembang anak
untuk kedepannya. Seorang bayi ataupun balita dan anak prasekolah akan mengalami
perubahan dalam perkembangannya. Bahkan ada pula yang mengalami beberapa
gangguan perkembangan. Masalah-masalah tersebut dapat disebabkan dari tenaga
kesehatan yang kurang memperhatikan pelayanan kesehatan atau kurangnya pengetahuan
dan ketrampilan dan sang Ibu dalam merawat anaknya.
Jika masalah tersebut masih bisa ditangani di rumah, maka bidan memberi
pendidikan kesehatan pada Ibu tentang cara penyelesaian masalah tersebut. Namun jika
tidak bisa diselesaikan baik di rumah maupun di tempat bidan maka permasalahan
tersebut dibawa ke tingkat pelayanan kesehatan yang lebih tinggi seperti puskesmas atau
Rumah Sakit.
Bayi baru lahir memerlukan asuhan yang segera, cepat, tepat, aman dan bersih.
Hal tersebut merupakan bagian esensial bayi baru lahir. Sebagian besar proses persalinan
terfokus pada ibu, tetapi sehubungan dengan proses pengeluaran hasil kehamilan (bayi)
maka penatalaksanaan persalinan baru dikatakan berhasil jikalau ibu dan bayinya dalam
kondisi yang optimal, sehingga selain ibunya bayi yang dilahirkanjuga harus dalam
keadaan sehat. (Sholeh, 2003).
Bayi Baru Lahir kecil atau yang mempunyai masalah berat yang mengancam
kehidupannya (dalam keadaan emergency) memerlukan diagnosa dan pengelolaan segera.
Terlambat dalam pengenalan masalah atau managemen yang tidak tepat akan
mengakibatkan kematian.
Setiap tahun diperkirakan 4 juta bayi meninggal pada bulan pertama
kehidupannya, 2/3nya meninggal pada minggu pertama. Penyebab utama kematian pada
minggu pertama adalah komplikasi kehamilan dan persalinan seperti asfiksia, sepsis
neonatorum, dan komplikasi BBLR.
Oleh karena itu, bidan sebagai tenaga kesehatan yang berperan langsung kepada
masyarakat harus mampu memberikan pelayanan yang komprehensif sesuai dengan peran
dan fungsi bidan.

5
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis dapat melakukan asuhan kebidanan kepada pasien secara kompeherensif
sesuai kompetensi standar pelayanan kebidanan.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dan penulisan makalah ini adalah :
a. Untuk mengetahui pengertian dan batasan Neonatus, bayi, balita, dan anak
prasekolah
b. Untuk mengetahui ciri-ciri bayi baru lahir normal
c. Untuk mengetahui masa adaptasi bayi baru lahir
d. Untuk mengetahui perubahan fisik bayi baru lahir
e. Untuk mengetahui pemeriksaan fisik bayi baru lahir
f. Untuk mengetahui pemantauan tanda-tanda vital
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan dan asuhan bayi baru lahir
h. Untuk mengetahui kebutuhan imunisasi
i. Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan
j. Untuk mengetahui asuhan pada bayi dan balita
k. Mahasiswa mampu menjelaskan metode pendokumentasian SOAP

C. Manfaat
Adapun manfaat dan laporan ini yaitu:
1. Bagi Klien dan Keluarga
Agar klien mengetahui dan memahami perubahan fisiologis dan psikologis yang
terjadi pada masa neonatus serta masalah pada masa neonatus sehingga timbul
kesadaran bagi klien untuk memperhatikan masa perkembangan neonates, balita dan
anak prasekolahnya.
2. Bagi Mahasiswa Calon Bidan
Menambah pengetahuan yang lebih luas tentang asuhan kebidanan neonatus serta
sebagai penerapan ilmu yang didapat selama perkuliahan.
3. Bagi Lahan Praktik
Hasil penulisan dapat memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan untuk lebih
meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dan selalu menjaga mutu
pelayanan.

6
4. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan sumber kepustakaan dan perbandingan pada asuhan kebidanan
pada bayi baru lahir, balita dan anak prasekolah.

7
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari) sesudah
kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 1 bulan
sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7 hari. Neonatus lanjut adalah bayi
berusia 7-28 hari. (Muslihatun, 2010)
Menurut Dep. Kes. RI, (2005) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir
dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2.500 gram sampai
4.000 gram.
Menurut M. Sholeh Kosim, (2007) Bayi baru lahir normal adalah berat lahir
antara 2.500-4.000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan
congenital (cacat bawaan) yang berat
Bawah Lima Tahun atau sering disingkat sebagai Balita merupakan salah satu
periode usia manusia setelah bayi dengan rentang usia dimulai dari dua sampai dengan
lima tahun, atau biasa digunakan perhitungan bulan yaitu usia 24- 60 bulan. Periode usia
ini disebut juga sebagai usia prasekolah.
Pada saat anak mencapai tahapan prasekolah (3-6 tahun) ada ciri yang jelas
berbeda antara anak balita dan anak prasekolah. Perbedaannya terletak dalam penampilan,
proporsi tubuh, berat, tinggi badan, dan keterampilan yang mereka miliki.

B. Bayi Baru Lahir


1. Ciri-ciri bayi normal antara lain sebagai berikut:
a. Berat badan : 2.500-4.000 gram
b. Panjang badan : 48-52 cm
c. Lingkar dada : 30-38 cm
d. Lingkar kepala : 33-35 cm
e. Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180 x/menit kemudian menurun
sampai 120-160 x/menit.
f. Pernapasan pada menit pertama kira-kira 80 x/menit kemudian turun sampai 40
x/menit.
g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan terbentuk dan diliputi
verniks caeseosa.

8
h. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut tampak sempuma.
i. Kuku agak panjang dan lemas.
j. Testis sudah turun (pada anak laki-laki), genitalia labio mayora telah menutupi
Alabia minora (pada anak perempuan).
k. Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
l. Refleks Moro sudah baik, bayi dikagetkan akan memperlihatkan gerakan tangan
seperti memeluk.
m. Graff reflek sudah baik, bila diletakkan suatu benda ke telapak tangan maka akan
menggenggarn.
n. Eliminasi, urin dan mekoneum akan keluar dalam 24 jam, pertarna mekonium
berwarna kecoklatan. (Saifuddin, 2006)

2. Masa adaptasi bayi baru lahir


Setiap bayi baru lahir harus rnenyesuaikan diri dan kehidupan intra uterin ke
kehidupan ekstrauterin. Proses ini dapat berjalan lancar tetapi dapat juga terjadi
berbagai hambatan, yang bila tidak segera diatasi dapat berakibat fatal.
Terdapat tiga periode dalam masa transisi bayi baru lahir:
a. Periode reaktivitas I: (30 menit pertama setelah lahir)
Selama periode ini setiap usaha harus dibuat untuk memudahkan kontak bayi dan
ibu. Membiarkan ibu untuk memegang bayi untuk mendukung proses pengenalan.
Beberapa bayi akan disusui selama periode ini. Selama periode ini detak jantung
cepat dan pulsasi tali pusat jelas. Selama periode ini mata bayi membuka dan bayi
memperlihatkan perilaku siaga. Bayi mungkin menangis, terkejut atau terpaku.
(Varney Midwifery. 2004).
Pada awal stadium ini aktivitas sistem saraf simpatif menonjol, yang ditandai
oleh:
1) Sistem kardiovaskuler
a) Detak jantung cepat tetapi tidak teratur, suara jantung keras dan kuat.
b) Tali pusat masih berdenyut.
c) Wama kulit masih kebiru-biruan, yang diselingi warna merah waktu
menangis.
2) Traktur respiratorrus
a) Pernapasan cepat dan dangkal.
b) Terdapat ronchi dalam paru.

9
c) Terlihat napas cuping hidung, merintih dan terlihat penarikan pada dinding
thorax.
3) Suhu tubuh cepat turun.
4) Aktivitas
a) Mulai membuka mata dan melakukan gerakan explorasi.
b) Tonus otot meningkat dengan gerakan yang makin mantap.
c) Ektrimitas atas dalam keadaan fleksi erat dan extrimitas bawah dalam
keadaan extensi.
5) Fungsi usus
a) Peristaltik usus semula tidak ada.
b) Meconium biasanya sudah keluar waktu lahir.
6) Menjelang akhir stadium ini aktivitas sistem para simpatik juga aktif, yang
ditandai dengan:
a) Detak jantung menjadi teratur dan frekuensi menurun.
b) Tali pusat berhenti berdenyut.
c) Ujung extremitas kebiru-biruan.
d) Menghasilkan lendir encer dan jernih, sehingga perlu dihisap
e) Selanjutnya terjadi penurunan aktivitas sistem saraf otonom baik yang
simpatik maupun para simpatik hingga kita harus hati-hati karena relatif
bayi menjadi tidak peka terhadap rangsangan dari luar maupun dari dalam.
7) Secara klinis akan terlihat:
a) Detak jantung menurun.
b) Frekuensi pernapasan menurun.
c) Suhu tubuh rendah.
d) Lendir mulut tidak ada.
e) Ronchi paru tidak ada.
f) Aktivitas otot dan tonus menurun.
g) Bayi tertidur.
Pada saat ini kita perlu berhati-hati agar suhu tubuh tidak terus menurun.
b. Periode reaktifitas II (periode ini berlangsung 2 sampai 5 jam)
Pada periode ini bayi terbangun dan tidur yang nyenyak, sistem sarafotonom
meningkat lagi. Pemberian makan awal juga menyediakankolonisasi bakteri isi
perut yang mengarahkan pembentukan vitamin Koleh traktus intestinal. Imunisasi
Hepatitis B diberikan selama 24 jampertama. Periode ini ditandai dengan:

10
1) Kegiatan sistem sarafparasimpatik dan simpatik bergantian teratur.
2) Bayi menjadi peka terhadap rangsangan dari dalam maupun luar.
3) Pernapasan terlihat tidak teratur kadang cepat dalam atau dangkal.
4) Detakjantung tidak teratur.
5) Reflek gag/gumoh aktif
Neonatus mungkin bereaksi terhadap makanan pertama dengan cara
memuntahkan susu bersama mucus. Ibu harus diajari cara menyendawakan
bayinya.
6) Periode ini berakhir ketika lendir penapasan berkurang.
c. Periode III stabilisasi (periode ini berlangsung 12 sampai 24 jam)
Kedua pengkajian keadaan fisik tersebut untuk memastikan bayi dalam keadaan
normal/mengalami penyimpangan.

3. Perubahan Fisiologi Bayi Baru Lahir


a. Adaptasi Sistem Pernapasan
1) Awal Pernapasan
Pada saat lahir bayi berpindah tempat dan suasana hangat dilingkungan rahim
ke dunia luar tempat dilakukannya peran eksistensi mandiri. Bayi harus dapat
melakukan transisi hebat ini dengan tangkas. Untuk mencapai hal ini
serangkaian fungsi adaptif dikembangkan untuk mengakomodasi perubahan
drastis dari lingkungan di dalam kandungan ke lingkungan diluar kandungan.
(Myles, 2009).
2) Perkembangan Paru-Paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dan faring yang bercabang
cabang membentuk struktur percabangan bronkus. Proses ini berlanjut setelah
kelahiran sampai usia 8 tahun, sampai jumlah bronchiolus dan alveolus akan
sepenuhnya berkembang, walaupun janinmemperlihatkan bukti gerakan napas
sepanjang trimester kedua dan ketiga. Kematangan paru-paru akan
mengurangi peluang kelangsungan hidup bayi baru lahir sebelum usia
kehamilan 24 minggu, yang disebabkan oleh keterbatasan permukaan
alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru tidak mencukupinya
jumlah surfaktan.
3) Awal Adanya Napas
Dua faktor yang berperan pada rangsangan pertama napas bayi:

11
a) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim
yang merangsang pusat pernapasan diotak.
b) Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena kompresi paru-paru
selama persalinan yang merangsang masuknya udara kedalam paru-paru
secara mekanis.
Upaya pernapasan pertama seorang bayi berfungsi untuk mengeluarkan cairan
paru-paru dan mengembangkan jaringan alveolus dalam paru-paru untuk
pertama kali.
4) Adaptasi Paru
Hingga saat lahir tiba, janin bergantung pada pertukaran gas daerah maternal
melalui paru maternal dan placenta. Setelah pelepasan placenta yang tiba-tiba
setelah pelahiran, adaptasi yang sangat cepat terjadi untuk memastikan
kelangsungan hidup. Sebelum lahir janin melakukan pernapasan dan
menyebabkan paru matang, menghasilkan surfaktan, dan mempunyai alveolus
yang memadai untuk pertukaran gas. Sebelum lahir paru janin penuh dengan
cairan yang diekskresikan oleh paru itu sendiri. Selama kelahiran, cairan ini
meninggalkan paru baik karena dipompa menuju jalan napas dan keluar dari
mulut dan hidung, atau karena bergerak melintasi dinding alveolar menuju
pembuluh limfe paru dan menuju duktus toraksis. (Myles, 2009)
Sebelum lahir, janin hanya bergantung pada placenta untuk semua pertukaran
gas dan ekskresi sisa metabolik. Dengan pelepasan placenta pada saat lahir,
sistern sirkulasi bayi harus melakukan penyesuaian mayor guna mengalihkan
darah yang tidak mengandung oksigen menuju paru untuk direoksigenasi. Hal
ini melibatkan beberapa mekanisme, yang dipengaruhi oleh penjepitan tali
pusat dan juga oleh penurunan resistensi bantalan vaskular paru.
b. Adaptasi Sistem Kardiovaskuler
Selama kehidupan janin hanya sekitar 10% curah jantung dialirkan menuju paru
melalui arteri pulmonalis. Dengan ekspansi paru dan penurunan resistensi
vaskular paru, hampir semua curah jantung dikirim menuju paru. Darah yang
berisi oksigen menuju ke jantung dan paru meningkatkan tekanan di dalam atrium
kiri. Pada saat yang hampir bersamaan, tekanan di atrium kanan berkurang karena
darah berhenti mengalir melewati tali pusat. Akibatnya, terjadi penutupan
fungsional foramen ovale. Selama beberapa hari pertama kehidupan, penutupan
ini bersifat reversibel, pembukaan dapat kembali terjadi bila resistensi vaskular

12
paru tinggi, misalnya saat menangis, yang menyebabkan serangan sianotik
sementara pada bayi. Septum biasanya menyatu pada tahun pertama kehidupan
dengan membentuk septum intra atrial, meskipun pada sebagian individu
penutupan anatomi yang sempurna tidak pernah terjadi.
1) Fungsi sistem pernapasan dalam kaitannya dengan fungsi kardiovaskular
Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam
mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Peningkatan aliran darah paru-
paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan menghilangkan
cairan paru-paru. Peningkatan aliran darah ke paru-paru akan mendorong
terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan membantu menghilangkan cairan
paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar
rahim. (PUSDIKNAKES, 2003, hal. 4-5)
2) Perubahan Sistem Sirkulasi
Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru, untuk mengambil
oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen
ke jaringan.
Untuk mengadakan sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan luar
rahim, harus terjadi 2 perubahan, yaitu:
a) Penutupan foramen ovale pada atrium jantung
Foramen Ovale adalah defek (katup) yang memisahkan antara atrium
kanan dan kiriyang akan memungkinkan darah dari atrium kanan mengalir
ke atrium kiri dan foramen ovale ini adalah anatomi jantung pada janin,
keadaan ini adalah normal. Karena janin masih menggunakan sirkulasi dan
ibunya. Pada saat bayi lahir maka seiring dipotongnya tali pusat, foramen
oval akan tertutup dengan sendirinya. Foramen tersebut ditutup karena
akibat dan pemotongan tali pusat yang akan mempengaruhi suplai darah ke
atrium kanan kemudian karena penurunan tekanan atrium kanan otomatis
tekanan atrium kiri lebih besar dari atrium kanan yang akan menyebabkan
penutupan foramen ovale.
b) Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta
(PUSDIKNAKES, 2003)
Duktus arteriosus adalah pembuluh darah yang menghubungkan
arteri pulmonalis (arteri yang membawa darah ke paru-paru) dengan aorta
(pembuluh arteri besar yang mengangkut darah keseluruh tubuh), yang

13
merupakan bagian dari peredaran darah yang normal pada janin. Saat
masih dalam kandungan, duktus arteriosus memungkinkan darah untuk
tidak melewati paru-paru. Pada janin, fungsi ini penting karena janin tidak
menghirup udara sehingga darah janin tidak perlu beredar melewati paru-
paru agar mengandung banyak oksigen. Janin menerima oksigen dari zat
makanan dan plasenta (ari-ari). Tetapi pada saat lahir, ketika bayi mulai
bernapas, duktus arteriosus akan menutup karena darah harus mengalir ke
paru-panu agar bisa mendapatkan oksigen.
Dengan berkembangnya paru-paru, tekanan oksigen didalam alveoli
meningkat. Sebaliknya, tekanan karbondioksida turun. Hal-hal tersebut
mengakibatkan turunnya resistensi pembuluh-pembuluh darah paru-paru,
sehingga aliran darah ke alat tersebut meningkat. Ini rnenyebabkan darah
dari arteria pulmonalis mengalir ke paru-paru dan duktus arteriosus
menutup.
Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh
darah, yaitu:
(1) Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik meningkat
dan tekanan atrium kanan menunun. Tekanan atrium kanan menurun
karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan tersebut. Hal ini
menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan itu sendiri.
Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit
mengalir ke paru-paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang.
(2) Pernapasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru
dan meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada pernapasan
pertama ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya sistem pembuluh
darah paru-paru (menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru).
Peningkatan sirkulasi keparu-paru mengakibatkan peningkatan volume
darah dan tekanan pada atrium kanan dengan peningkatan tekanan
atrium kanan ini dan penurunan tekanan pada atrium kiri, foramen
ovale secara fungsional akan menutup (PUSDIKNAKES, 2003, hal.7).
c. Adaptasi Suhu Tubuh
1) Pengaturan Suhu
Suhu dingin ingkungan luar menyebabkan air ketuban menguap melalui
kulit sehingga mendinginkan darah bayi. Pembentukan suhu tanpa menggigil

14
merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan
panas kembali panas tubuhnya melalui penggunaan lemak coklat untuk
produksi panas. Lemak coklat tidak diproduksi ulang oleh bayi dan akan akan
habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin.

2) Mekanisme Kehilangan
Panas Bayi dapat kehilangan panas tubuhnya melalui:
a) Evaporasi, yaitu penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh bayi
sendini karena setelah lahir tidak segera dikeningkan dan diselimuti.
b) Konduksi, yaitu melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin.
c) Konveksi, yaitu pada saat bayi terpapar udara yang lebih dingin (misalnya
melalui kipas angin, hembusan udara, atau pendingin ruangan).
d) Radiasi, yaitu ketika bayi ditempatkan didekat benda ± benda yang
mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi (walaupun tidak
bersentuhan secara langsung). (JNPK-KR, 2007)
Bayi memasuki suasana yang jauh Iebih dingin pada saat pelahiran,
dengan suhu kamar bersalin 21°C yang sangat berbeda dengan suhu dalam
kandungan, yaitu 3 7,7°C. ini menyebabkan pendinginan cepat pada bayi saat
cairan amnion menguap dan kulit. Setiap mililiter penguapan tersebut
memindahkan 560 kalori panas. Perbandingan antara area permukaan dan
masa tubuh bayi yang luas menyebabkan kehilangan panas, khususnya dan
kepala, yang menyusun 25% masa tubuh. Lapisan lemak subkutan tipis dan
memberikan insulasi tubuh yang buruk, yang berakibat cepatnya perpindahan
panas inti ke kulit, kemudian lingkungan, dan juga mempengaruhi
pendinginan darah. Selain kehilangan panas melalui penguapan, kehilangan
panas melalui konduksi saat bayi terpajan dengan permukaan dingin, dan
melalui konveksi yang disebabkan oleh aliran udara dingin pada permukaan
tubuh.
Saat lahir, bayi baru lahir harus beradaptasi dan keadaan yang sangat
tergantung menjadi mandiri. Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi
yang semula berada dalam lingkungan interna ke lingkungan eksterna. Saat ini
bayi tersebut harus dapat oksigen melalui sistem sirkulasi Pernapasannya
sendiri, mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula yang

15
cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit. Periode adaptasi
terdahadap kehidupan diluar rahim disebut “periode trarisisi”. Periode ini
berlangsung hingga 1 bulan atau iebih setelah kelahiran untuk beberapa sistem
tubuh. Transisi yang paling nyata dan cepat terjadi adalah pada sistem
pernapasan dan sirkulasi, sistem termoregulasi dan dalam kemampuan
mengambil serta menggunakan glukosa.
d. Adaptasi Metabolisme Glukosa
Untuk memfungsikan otak memeriukan glukosa dalam jumlah tertentu. Pada
bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1-2 jam). Bayi baru
lahir yang tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah yang cukup akan
membuat glukosa dan glikogen dalam hal ini terjadi bila bayi mempunyai
persediaan glikogen cukup yang disimpan dalam hati. Koreksi penurunan kadar
gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu:
1) Melalui penggunaan ASI
2) Melalui penggunaan cadangan glukosa
3) Melalui penggunaan glukosa dan sumberlain terutama lemak.
e. Adaptasi Sistem Gastrointestinal
Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai rnenghisap dan menelan.
Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk pada saat lahir.
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna
makanan (selain susu) masih terbatas. Hubungan antara esofagus bawah dan
lambung masih belum sempurna yang mengakibatkan “gumoh” pada bayi baru
lahir dan neonatus. Kapasitas lambung sendiri sangat terbatas, kurang dan 30 cc
untuk seorang bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah
secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru lahir. Pengaturan makan
yang sering oleh bayi sendiri penting.
Usus bayi belum matang, sehingga tidak mampu melindungi dirinya sendiri
sehingga tidak mampu melindungi dirinya sendin dan zat-zat berbahaya. Pada
bayi baru lahir kurang efisien dalam mempertahankan air dibanding orang
dewasa, sehingga rnenyebabkan diare yang lebih serius pada neonatus
(PUSDIKNAKES, 2003).
f. Adaptasi kekebalan tubuh

16
Sistern imunitas bayi baru lahir masih belurn matang, sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistern
imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang didapat.
Kekebalan alami terdiri dan struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau
meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan alami meliputi yaitu:
1) Perlindungan oleh kulit membran mukosa
2) Fungsi saringan saluran napas
3) Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus
4) Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung
Kekebalan alami juga disebabkan pada tingkat sel oleh sel darah yang
membantu bayi baru lahir membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada bayi
baru lahir sel-sel darah ini masih belum matang, artinya bayi baru lahir tersebut
belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien.
Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. Bayi baru lahir yang lahir
dengan kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi
antibodi keseluruhan terhadap antigen asing masih belum bisa dilakukan sampai
akhir kehidupan anak. Salah satu tugas utama selama masa bayi dan balita adalah
pembentukan sistem kekebalan tubuh (PUSDIKNAKES, 2003, hal.11).

4. Pemeriksaan pada Bayi Baru Lahir


a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada BBL dilakukan paling kurang 3 kali yaitu pada saat
lahir, periksaan yang dilakukan dalam 24 jam di ruang perawatan, dan
pemeriksaan pada waktu pulang.
Pemeriksaan pertama pada BBL harus dilakukan di kamar bersalin,
tujuannya adalah untuk menilai gangguan adaptasi BBL dan kehidupan
intrauterine ke ekstrauterin yang memerlukan resusitasi dan untuk menemukan
kelainan seperti cacat bawaan yang perlu tindakan segera (misalnya atresia ani,
atresia esophagus), trauma lahir.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara bayi dalam kondisi telanjang akan tetapi
diletakkan dibawah lampu yang terang supaya tidak kehilangan panas serta
dilakukan 24 jam setelah lahir
Pemeriksaan yang dilakukan menurut (Hamilton, 2005):
1) Kulit

17
Kulit bayi sangat halus, merah kehitaman karena tipis dan lapisan lemak
subkutan belum melapisi kapiler. Karakteristik pada kulit bayi berupa:
a) Vemik kaseosa
Berupa pasta seperti keju yang melindungi kulit selama kehidupan di intra
uterin dalam cairan amnion, setelah lahir vernik kaseosa hilang dalam 2
atau 3 han.
b) Milla
Bintik keputihan khas pada hidung, pipi dan dahi bayi baru lahir, milla
bertahap hilang sekitar 2 minggu.
c) Lanugo
Adalah rambut halus yang terdapat pada bahu, bokong, dan extremitas dan
menghilang selama minggu pertama kehidupan.
d) Eritema toksikum
Ini adalah jenis dan “alergi kemerahan” yang terlihat sebagai bercak-
bercak kemerahan pada kulit bayi normal dan menghilang secara bertahap.
e) Ikterik
Warna kuning pada kulit atau sklera mata disebabkan karena bilirubin
berlebihan dalam darah dan janngan, imaturitas hepar bayi baru lahir,
menghilang sekitar hari ke tujuh yang biasa disebut ikterik neonatum.
2) Pemeriksaan rambut
Memeriksa keadaan, jumlah dan warna rambut di kepala bayi serta rambut
lanugo terutarna pada punggung dan bahu bayi
3) Pemeriksaan kepala
Merupakan deteksi apakah terjadi jejas persalinan seperti Caput
suksedanium atau cephal hematorna. Kepala neonatus ¼ dan panjang tubuh
keseluruhan. Lingkar kepala bayi berkisar 12½ inci – 4 inci (31-35,5 cm),
pada tulang kepala dapat terjadi saling tindih yang disebut molding.
Diantara 2 tulang atau Iebih yang menjadi satu terdapat ruang yang
disebut pontanela (ubun-ubun kecil) denyutan kadang terlihat. Fontanela
anterior Iebih besar (bregma) tertutup sampai usia 18 bulan. Fontanela
posterior tertutup bulan kedua pontanela anterior cekung menandakan
dehidrasi, fontanel menonjol menunjukkan peningkatan tekanan intra kranial.
4) Telinga

18
Dilakukan untuk menilai gangguan pendengaran dengan membunyikan
suara, normal jika ada refleks terkejut
5) Pemeriksaan hidung
Dengan cara melihat pola pernapasan, jika bayi bernapas dengan mulut
kemungkinan bayi mengalami obstruksi jalan napas. Atau jika bayi bernapas
dengan cuping hidung kemungkinan menderita gangguan paru atau mukosa
hidung terlalu banyak, sekret mukopuruien dan berdarah, pastikan
kemungkinan lainnya.
6) Mata
Periksa adakah strabismus, yaitu koordinasi gerakan mata yang belum
sempurna. Apabila mata jarang berkedip atau sensitivitas cahaya kurang, maka
curigai adanya kebutaan. Jika pada Epicantus melebar maka kemungkinan
terjadi downsyndrom. Lihat apakah komea keruh untuk mendeteksi glaukorna
kongenetal, apabila Pupil putih, dicurigai adanya katarak kongenetal waspadai
terdarahan konjungtiva dll.
7) Payudara
Payudara pada bayi laki-laki dan perempuan mungkin terlihat membesar
karena banyaknya pengaruh hormon wanita dan darah ibu, kadang mensekresi
colostrom.
8) Genetalia
Pada laki-laki testis normalnya turun selama kehidupan intrauterin dan
telah berada pada kantung skrotum pada saat lahir. Pada bayi perempuan labia
minora dan klitorisnya mungkin membengkak saat lahir akibat tingginya
hormon wanita dalam darah ibu. Keluaran lendir putih pada vagina kadang
dengan darah (perdarahan withdrawal).
9) Anus
Dibuka lipatannya berlubang/ tidak (atresia ani), lihat posisi, apakab
megacolon, waspadai meconium plug syndrome.
10) Tali Pusat
Untuk menilai apakah terjadi kemerahan, berbau, bengkak, berananah.
Keadaan tali pusat normal berwarna putih kebiruan pada hari pertama dan
lepas hari ke 7-10.

19
11) Ekstremitas
Pemeriksaan ekstremitas dilakukan untuk menilai kesimetrisan
ekstremitas, posisi dan gerakan yang abnormal (menghadap kedalam atau
keluar garis tangan dan memeriksan jumlah jari.
12) Pemeriksaan tonus atau kesadaran bayi
Dilakukan untuk melihat penurunan kesadaran pada bayi Pemeriksaan
kedua harus dilakukan kembali dalam waktu 24 jam, yaitu sesudah bayi
berada diruang perawatan. Tujuannya agar kelainan yang luput dan
Pemeriksaan pada pemeriksaan pertama akanditemukan pada pemeriksaan ini.
Bayi tidak boleh dipulangkan sebelum pemeriksaan terakhir. (IDAI, 2008)
Semua bayi harus dinilai adanya tanda-tanda kegawatan / kelainan yang
menunjuk suatu penyakit. Bayi baru lahir dinyatakan sakit apabila mempunyai
salah satu atau beberapa tanda antara lain sesak napas, frekuensi Pernapasan
60x/menit, adanya gerakan retraksi di dada, malas minum, panas atau suhu
badan bayi rendah, kurang aktif, berat lahir rendah (1500-2500 gr) dengan
kesulitan minum
Tanda bayi sakit berat apabila, sulit minum, sianosis sentral (lidah biru),
perut kembung, periode apneu, kejang / periode kejang-kejang kecil, merintih,
perdarahan, warna kulit sangat kuning, berat badan lahir < 1500 gram
(Saefudin, 2007)
b. Pemeriksaan Sepintas
Segera setelah lahir, letakkan bayi di atas kain bersih dan kering yang
disiapkan pada perut ibu. Bila hal itu tidak memungkinkan, maka letakkan bayi
dekat ibu (diantara kedua kaki atau disebelah ibu) tetapi harus dipastikan bahwa
area tersebut bersih dan kering. Segera lakukan penilaian:
1) Apakah bayi menangis kuat dan / atau bernapas tanpa kesulitan?
2) Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas?
Jika bayi tidak bernapas atau bernapas megap-megap atau lemah, maka segera
lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir. (APN, 2008)
c. Penilaian APGAR Score

20
Keadaan umum bayi dimulai 1 menit setelah lahir dengan penggunaan nilai
APGAR. Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia
atau tidak. Setiap penilaian diberi angka 0,1 dan 2 dan hasil penilaian tersebut
apakab bayi nornial (vigorous baby nilai apgar 7-10), asfiksia sedang-ringan (nilai
apgar 4-6) atau asfiksia berat (nilai apgar 0-3). Bila nilai apgar dalam 2 menit
belum mencpai nilai 7, maka harus dilakukan tindakan resasitasi Iebih lanjut. Oleh
karena bila bayi menderita asfiksia lebih dan 5 menit, kemungkinan terjadi gejala-
gejala neurologik lanjutan kemudian hari lebih besar. Berhubungan denganitu,
menurut apgar dilakukan selain pada umur I menit juga pada umur 5 menit.
APGAR 0 1 2

Apperance (Warna kulit) Pucat Badan merah, Seluruh tubuh


ekstremitas kemerah-
biru merahan

Pulse rate (Frek. Nadi) Tidak Kurang dari Lebih dari 100
ada 100

Grimance (Reaksi Tidak Sedikit Batuk / bersin


Rangsangan) ada gerakan
mimik
(grimance)

Activity (Tonus Otot) Tidak Ekstremitas Gerakan aktif


ada dalam sedikit
flexi

Respiration (Pernafasan) Tidak Lemah / tidak Baik /


ada teratur menangis

Jumlah

d. Pemeriksaan Refleks pada Bayi Baru Lahir Refleks Primitif Pada Bayi
1) Refleks Moro (refleks peluk / terkejut.)
Refleks dapat dimunculkan dengan cara memukul tempat tidur bayi, suara
ribut, dsb. Tetapi paling baik dengan cara memegang dan rneletakkan lengan

21
pemeriksa sepanjang punggung dan kepala bayi. Kemudian, jika tiba-tiba
kepala bayi dijatuhkan sesaat beberapa centimeter kebelakang. Respon bayi
baru lahir berupa menghentakkan tangan dan kaki lurus kearah ke luar, lutut
fleksi dan lengan melakukan gerak fleksi seperti memeluk, bayi mungkin
menangis. (Ladewidg, 2005)

2) Refleks Tonik neck


Refleks otot lahir posisi tertengkurap bayi akan menoleh kekananl kekiri.
Reflek tonik leher atau reflek “angguk” diobservasi pada neonatus dalam
posisi terlentang. Ketika kepala bayi digerakkan ke kiri atau kanan, bayi
membentangkan tangannya kemana kepalanya digerakkan dan rnenekukkan
tangan yang berlawanan. Reflek yang terus menerus pada bayi yang melebihi
usia 4 bulan menunjukkan adanya kelumpuhan pada otak. (Bobak and Jensen,
2000)
3) Refleks Rooting
Stimulasi taktil pada pipi dan mulut mencari rangsangan. Rooting reflex
terjadi ketika pipi bayi diusap (dibelai) atau di sentuh bagian pinggir mulutnya
dengan tangan atau puting. Sebagai respons, bayi itu memalingkan kepalanya
ke arah benda yang menyentuhnya, dalam upaya menemukan sesuatu yang
dapat dihisap. (Ladewidg,2005)
4) Refleks Sucking
Reflek menghisap. Didapat saat sisi mulut bayi baru labir atau dagu disentuh.
Sebagai respon bayi akan menoleh dan membuka mulut untuk menghisap
obyek. (Ladewidg, 2005).

5) Refleks Grasping/refleks genggam.


Didapat dengan cara menstimulasi telapak tangan bayi dengan sebuah obyek
atau jari. Respon bayi berupa menggenggam dan memegang erat, dengan
genggaman tersebut bayi dapat diangkat, bahkan pada bayi kurang bulan
genggaman tersebut juga sudah cukup kuat. (Ladewidg, 2005).
6) Refleks Babinsky
Refleks pada telapak kaki, dengan cara melakukan goresan ujung jan pada
telapak kaki dan arah tumit ke arah jan melalui sisi lateral. Bayi normal akan

22
memberikan resopn fleksi jari-jari dan penarikan tungkai, respon jempol kaki
akan dorsofleksi, sedangkan jari-jari lain akan menyebar atau membuka
7) Refleks Stapping (refleks melangkah)
Jika ibu atau seseorang menggendong bayi dengan posisi berdini dan telapak
kakinya menyentuh permukaan yang keras, ibu/orang tersebut akan melihat
refleks berjalan, yaitu gerakan kaki seperti melangkah ke depan.
5. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
a. Menghitung frekuensi napas
Pada bayi normal, akan bernafas antara 30-60 kali/menit tanpa retraksi di dinding
dada dan tanpa suara rintihan. Sedangkan bayi dengan berat badan < 2500 gram
dan UK < 37 minggu mungkin terjadi sedikit retraksi dinding dada.
b. Denyut jantung
Menghitung denyut jantung memiliki tujuan yaitu menilai adakah kondisi bayi
yang menyebabkan ganguan jantung spt panas atau perdarahan. Denyut jantung
normal antara 100-160 kali/menit.
c. Suhu aksila antara 36,5-37,5°C

6. Penatalaksanaan Awal dan Asuhan Segera Setelah Bayi Lahir


a. Membersihkan jalan napas
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila bayi tidak
langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan napas dengan cara:
1. Letakkan bayi pada posisi telentang ditempat yang keras dan hangat.
2. Gulung sepotong kain dan letakkan dibawah bahu sehingga leher bayi lebih
lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke
belakang.
3. Bersihkan hidung, rongga mulut, dan tenggorokan bayi dengan jan tangan
yang dibungkus kasa steril.
4. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan
kain kering dan kasar. Dengan rangsangan ini biasanya bayi akan segera
menangis. (Saefudin, 2007)
Oksigenasi yang adekuat adalah factor yang sangat penting dalam
mempertahankan pertukaan udara yang adekuat. Delam keadaan hipoksia, system

23
pembuluh darah paru vasokontriksi sehingga udara tidak dapat diangkut ke
pembuluh darah untuk oksigenasi area tubuh lainnya. (Vamey, 2007)
b. Memotong dan merawat tali pusat
Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak begitu
menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi kurang bulan.
(Saefudin, 2007)
Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu dinilai stabil maka lakukan pengikatan
puntung tali pusat atau jepit dengan klem plastik tali pusat.
1) Celupkan tangan (masih menggunakan sarung tangan) kedalam larutan klorin
0,5%, untuk membersihkan darah atau sekresi lain.
2) Bilas tangan dengan air DTT
3) Keringkan tangan dengan handuk kering
4) Ikat puntung tali pusat dengan jarak sekitar 1cm dan dinding perut bayi
(pusat). Gunakan benang atau klem plastic penjepit tali pusat DTT atau steril.
Kunci ikatan tali pusat dengan simpul mati atau kuncikan penjepit plastic tali
pusat.
5) Jika pengikatan dilakukan dengan benang tali pusat, lingkarkan benang
disekeliling putung tali pusat dan ikat untuk kedua kalinya dengan simpul mati
dibagian yang berlawanan.
6) Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan klorin
0,5 %.
7) Selimuti kembali tubuh dan kepala bayi dengan kain bersih kering. (APN,
2008)
c. Mempertahankan suhu bayi
Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya,
dan membutuhkan pengaturan dan luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi baru
lahir harus dibungkus hangat.
(Saefudin, Abdul Bari. 2007. hal: 134-135).
Suhu BBL nomial antara 36-37°C. (Prawiroharjo, 2007). Hipotermia pada
BBL adalah suhu di bawah 36,5°C. Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh>
37,5°C. (IDAI, 2008)
d. Nutrisi
Banyak bayi akan menyusu selama periode reaktivitas pertama ini, Menyusu
harus dianjurkan ketika bayi baru lahir berada pada tahap terjaga penuh sebagai

24
perlindungan terhadap hipoglikemi fisiologis yang terjadi setelah bayi lahir.
(Varney, 2007)
Prinsip pemberian ASI adalah sedini mungkin dan eksklusif. Bayi baru lahir
harus mendapat ASI dalam waktu satu jam setelah lahir. Anjurkan ibu untuk
merneluk bayinya dan mencoba segera menyusukan bayi setelah tali pusat diklem
dan dipotong. (APN. 2008). Pemberian makan segera sangat penting untuk
mencegah hipoglikemi. (Varney,2007).

e. Memberi vitamin K
Untuk mencegah perdarahan, semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu
diberi vitamin K11 mg intramuskular, dipaha kiri anterolateral setelah IMD.
(Saefudin, 2007)
f. Memberi obat tetes/ salep mata
Perawatan mata harus dikerjakan segera. Tindakan ini dapat dikerjakan setelah
bayi selesai dengan perawatan tali pusat, dan harus dicatat dalam status termasuk
obat apa yang digunakan. Yang lazirn dipakai adalah tetrasiklin 1% dan dioles
pada konjungtiva mata bayi segera setelah lahir. (Saefudin, 2007)
g. Kebersihan Kulit
Memandikan bayi terlalu dini (24 jam pertama) dapat menyebabkan hipotermi,
sebaiknya memandikan bayi setelah 24 jam.

C. Bayi, Balita, dan Anak Pra-sekolah


1. Pemberian Imunisasi
Imunisasi adalah pemberian zat anti/imunitas kedalam tubuh untuk mencegah
penyakit tertentu sehingga tubuh terhindar dan penyakit tertentu. Upaya yg dilakukan
dengan sengaja memberikan kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga
terhindar dan penyakit (DepKes, 2000).
Vaksin atau imunisasi aktif adalah antigen baik bakteri/kuman yang diberikan
kepada orang untuk membentuk/merangsang pembentukan anti bodi yg spesifik/khas
(sel limfosit T).
a. Tujuan imunisasi
Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi (PD3I).
1) Mencegah terjadinya penyakit infeksi tententu

25
2) Bila terjadi penyakit tidak terlalu parah/berat
3) Dapat mencegah gejala yang dapat menimbulkan cacat/ kematian.

b. Cara Kerja Imunisasi


1) Imunisasi dimaksudkan untuk melindungi anak-anak dan serangan penyakit
menular, dengan cara membantu tubuh mereka melawan berbagai penyakit
tersebut.
2) Dalam proses Imunisasi, bayi atau anak akan diberi vaksin dan biasanya
dengan cara disuntik. Vaksin ini sebenarnya mengandung kuman dan penyakit
tertentu yang sudah dilemahkan. Ketika kuman lemah tersebut disuntikkan ke
dalam tubuh bayi/anak, maka tubuhnya akan bereaksi dengan mernproduksi
antibodi untuk melawannya.
3) Dengan demikian, nantinya ketika kuman penyakit yang sebenarnya
menyerang sang bayi/anak, antibodi yang sudah diproduksi sebelumnya akan
dapat mengalahkaimya.
c. Sasaran
1. Seluruh bayi mendapatkan imunisasi dasar
2. Seluruh anak sekolah mendapatkan imunisasi lanjutan (Campak, DT dan TT)
3. Kelompok berisiko tinggi
d. Syarat Pemberian
1) Pada bayi/anak yang sehat
2) Vaksin harus baik
3) Pemberian imunisasi dengan teknik yang tepat
4) Mempertahankan dosis
5) Mengetahui jadwal umur dan jenis inlunisasi yang diterima
e. Jenis Vaksin
Vaksi bakteri Vaksin virus

 BCG  Campak  Varisella


 Parotitis  OPV
Hidup

 Rubella  Yellow
Fever

26
 Difteria  Meningo  Influenza  Rebies
 Tetanus  Pneumo  IPV  Hepatitis A

Inaktif
 Pertussis  HiB  Hepatitis B
 Kolera  Typhoid Vi

f. Macam Imunisasi
1) Imunisasi BCG
Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
tuberkulosis (TBC). BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan.
BCG ulangan tidak dianjurkan karena keberhasilannya diragukan. Vaksin
disuntikkan secara intrakutan pada lengan atas, untuk bayi berumur kurang
dan 1 tahun diberikan sebanyak 0,05 mL dan untuk anak berumur lebih dan 1
tahun diberikan sebanyak 0,1 mL. Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus
Calmette-Guen-in hidup yang dilemahkan, sebanyak 50.000-1.000.000
partikel/dosis. Kontraindikasi untuk vaksinasi BCG adalah penderita gangguan
sistem kekebalan (misalnya penderita leukemia, penderita yang menjalani
pengobatan steroid jangka panjang, penderita infeksi HIV).
2) Imunisasi polio
Memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis. Polio bisa
menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua
lengan/tungkai. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot
pernafasan dan otot untuk menelan. Polio bisa menyebabkan kematian.
Terdapat 2 macam vaksin polio: IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk),
mengandung virus polio yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan
OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang
telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan. Bentuk trivalen
(TOPV) efektif melawan semua bentuk polio, bentuk monovalen (MOPV)
efektif melawan 1 jenis polio.
Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio 1,II, III, dan IV) dengan interval
tidak kurang dan 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun setelah
imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat
meninggalkan SD (12 tahun). Di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin.

27
Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 mL) langsung ke mulut anak atau
dengan menggunakan sendok yang berisi air gula.

3) Imunisasi campak
Memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak (tampek).
Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan
atau lebih. Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur 6 bulan dan
diulangi 6 bulan kemudian. Vaksin disuntikkan secara subkutan dalam
sebanyak 0,5 mL.
4) Imunisasi MMR
Memberi perlindungan terhadap campak, gondongan dan campak
Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali. Vaksin MMR adalah vaksin 3-in-1
yang melindungi anak terhadap campak, gondongan dan campak Jerman.
Suntikan pertama diberikan pada saat anak berumur 12-15 bulan. Suntikan
pertama mungkin tidak memberikan kekebalan seumur hidup yang adekuat,
karena itu diberikan suntikan kedua pada saat anak berumur 4-6 tahun
(sebelum masuk SD) atau pada saat anak berumur 11-13 tahun (sebelum
masuk SMP).
Pada 90-98% orang yang rnenerimanya, suntikan MMR akan
memberikan perlindungan seumur hidup terhadap campak, campak Jerman
dan gondongan. Suntikan kedua diberikan untuk memberikan perlindungan
adekuat yang tidak dapat dipenuhi oleh suntikan pertama.
5) Imunisasi Hib
Membantu mencegah infeksi oleh Haemophiius influenza tipe b.
Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi
tenggorokan berat yang bisa menyebabkan anak tersedak. Vaksin Hib
diberikan sebanyak 3 kali suntikan, biasanya pada saat anak benimur 2, 4 dan
6 bulan.
6) Imunisasi varisella
Memberikan perlindungan terhadap cacar air. Cacar air ditandai dengan
ruam kulit yang membentuk lepuhan, kemudian secara perlahan mengering
dan membentuk keropeng yang akan mengelupas. Setiap anak yang berumur
12-18 bulan dan belum pernah menderita cacar air dianjurkan untuk menjalani

28
imunisasi variselia. Anak-anak yang mendapatkan suntikan varisella sebelum
berumur 13 tahun hanya memerlukan 1 dosis vaksin.
Kepada anak-anak yang berumur 13 tahun atau lebih, yang belum pernah
mendapatkan vaksinasi variselia dan belum pernah menderita cacar air,
sebaiknya diberikan 2 dosis vaksin dengan se1ang aktu 4-8 minggu. Cacar air
disebabkan oleh virus varicella-zoster dan sangat menular.
7) Imunisasi HBV membenkan kekebalan terhadap hepatitis B.
Dosis pertama diberikan segera setelah bayi lahir atau jika ibunya
memiliki HBsAg negatif, bisa diberikan pada saat bayi berumur 2 bulan.
lmunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan antara
suntikan HBV I dengan HBV II, serta selang waktu 5 bulan antara suntikan
HBV II dengan HBV III. Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun setelah suntikan
HBV III. Sebelum memberikan imunisasi ulangan dianjurkan untuk
memenksa kadar HBsAg. Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau paha.
Kepada bayi yang lahir dan ibu dengan HBsAg positif, diberikan vaksin
HBV pada lengan kiri dan 0,5 mL HBIG (hepatitis B immune globulin) pada
lengan kanan, dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada
saat anak berumur 1- 2 bulan, dosis ketiga diberikan pada saat anak berumur 6
bulan. Kepada bayi yang lahir dan ibu yang status HBsAgnya tidak diketahui,
diberikan HBV I dalam waktu 12 jam setelah lahir. Pada saat persalinan,
contoh darah ibu diambil untuk menentukan status HBsAgnya; jika positif,
maka segera diberikan HBIG (sebelum bayi berumur lebih dan 1 minggu).

g. Jadwal Imunisasi

Gambar 1. Jadwal Imunisasi

29
h. Dosis dan Cara Pemberian
Rute Pemberian &
Vaksin Dosis
Lokasi

BCC 0,05 cc IC

Pentavalen
a. Difetri IM antero lateral paha

b. Tetanus atas pada bayi


0,5 cc
c. Hepatitis Lengan kanan pada anak

d. Meningitis 1,5 tahun

e. Batuk rejan
Polio 2 tetes Ditetes di Mulut

Campak 0,5 cc SC lengan kiri atas

2. Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan


Menurut Depkes RI, pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besamya set
seluruh bagian tubuh yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur; sedangkan
perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi dan alat tubuh. Dalam upaya
menurunkan masalah tumbuh kembang seorang anak harus dilakukan upaya
pencegahan sedini mungkin, yakni sejak pembuahan, janin di dalam kandungan ibu,
pada saat persalinan sampai dengan masa-masa kritis proses tumbuh kembang
manusia yaitu masa di bawah usia lima tahun.
f. Deteksi dini tumbuh kembang Balita
Merupakan upaya penjaringan yang dilaksanakan secara komprehensif untuk
menemukan penyimpangan tumbuh kembang dan mengetahui serta mengenal
faktor risiko (fisik, biomedik, psikososial) pada balita.
g. Kegunaan deteksi dini tumbuh kembang Balita
Kegunaannya adalah untuk mengetahui penyimpangan tumbuh kembang balita
secara dini, sehingga upaya pencegahan, upaya stimulasi dan upaya penyembuhan
serta pemulihan dapat diberikan dengan indikasi yang jelas sedini mungkin pada
masa-masa kritis proses tumbuh kembang. Upaya-upaya tersebut diberikan sesuai

30
dengan umur perkembangan anak, dengan demikian dapat tercapai kondisi
tumbuh kembang yang optimal.

h. Pelaksanaan deteksi dini


Upaya deteksi dini dilaksanakan oleh tenaga professional, kader dan orang tua
atau anggota keluarga lainnya yang mampu dan terampil dalam melakasanakan
deteksi dini. Kegiatan ini dapat dilakukan di pusat-pusat pelayanan kesehatan, di
posyandu, disekolah-sekolah dan dilingkungan rumah tangga.
i. Alat untuk melakukan deteksi dini
Alat untuk deteksi dini berupa tes skrining yang telah terstandarlisasi untuk
menjaring anak yang mempunyai kelainan dan mereka yang terlihat normal.
Macam-macam tes skrining yang digunakan adalah:
1) Berat badan menurut umur
2) Pengukuran lingkaran kepala anak
3) Denver Development Screening Test (DDST)
4) Kuisioner perilaku Anak Prasekolah (KPAP)
5) Tinggi/panjang badan (TB) terhadap umur
j. Jadwal Kegiatan Deteksi Dini
Tabel 4 kegiatan deteksi dini
No Kelompok Umur Jadwal Deteksi Dini

1 Bayi a. Pada bayi umur 0-28 hari


b. Pada bayi umur 1-11 bulan
Deteksi dini dilakukan saat umur 3
bulan dan 9 bulan

2 Anak balita Deteksi dini dilakukan setiap 6 bulan

a. 12 bulan e. 36 bulan
b. 18 bulan f. 42 bulan
c. 24 bulan g. 48 bulan
d. 30 bulan h. 54 bulan
3 Anak pra sekolah Deteksi dini dilakukan setiap 6 bulan

31
a. 48 bulan d. 66 bulan
b. 54 bulan e. 72 bulan
c. 60 bulan

Deteksi dini tumbuh kembang anak/ balita adalah kegiatan atau pemeriksaan
untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita
dan anak pra sekolah. Dengan ditemukan secara dini penyimpangan atau masalah
tumbuh kembang anak, maka intervensi akan lebih mudah dilakukan. Pertumbuhan
adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan struktur tubuh dalam arti sebagian
atau seluruhnya karena adanya multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel tubuh dan juga
karena bertambah besarnya sel, jadi pertumbuhan lebih ditekankan pada pertambahan
ukuran fisik seseorang yaitu menjadi lebih besar atau lebih matang bentuknya, seperti
pertambahan ukuran berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala. (IDAI, 2002).
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
interseluler berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau
keseluruhan sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat (Depkes RI,
2005).
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur / fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan, dan diramalkan
sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ - organ dan sistemnya
yang terorganisasi (IDAI, 2002)
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta
sosialasi dan kemandirian (Depkes RI, 2005).
k. Cara deteksi tumbuh kembang anak
Mendeteksi tumbuh kembang pada anak diantaranya;
1) Pengukuran antropometri
Pengukuran antropometri ini dapat meliputi pengukuran berat badan, tinggi
badan, lingkar kepala dan lingkar lengan atas.
2) Pengukuran berat badan
Pengukuran berat badan ini bagian dan antropometn yang digunakan untuk
menilai hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada
tubuh.
3) Pengukuran tinggi badan
32
Pengukuran ini merupakan bagian dan pengukuran antropometrik yang
digunakan untuk menilai status perbaikan gizi di samping factor genetik.
l. Pertumbuhan dan perkembangan anak:
1) Anak pada usia 3-6 bulan mengangkat kepala dengan tegak pada posisi
telungkup.
2) Anak pada usia 9-12 bulan berjalan dengan berpegangan.
3) Anak pada usia 12-18 bulan minum sendiri dan gelas tanpa tumpah.
4) Anak pada usia 18-24 bulan mencorat-coret dengan alat tulis.
5) Anak pada usia 2-3 tahun berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan,
melepas pakaian sendiri
6) Anak pada usia 3-4 tahun mengenal dan menyebutkan paling sedikit 1 warna.
7) Anak pada usia 4-5 tahun mencuci dan mengeringkan tangan tanpa bantuan
(Depkes RI, 2005).
m. Tujuan DDTK
1) Sebagai upaya untuk menjaga dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak
baik fisik, mental dan sosial.
2) Menegakkan diagnosis dini setiap kelainan tumbuh kembang.
3) Kemungkinan penanganan yang efektif.
4) Mencari penyebab dan mencegahnya.
Ciri-ciri tumbuh kembang anak / balita
1) Perkembangan menimbulkan perubahan
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan misal, perkembangan
intelgensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut
saraf. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan
perkembangan selanjutnya setiap anak tidak akan bisa melewati tahapan
sebelumnya misal, seorang anak tidak bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan
tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat karena
perkembangan awal merupakan masa kritis untuk menentukan perkembangan
selanjutnya.
2) Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan berbeda
Sebagairnana pertumbuban, perkembangan mempunyai kecepatan berbeda
baik perkembangan fisik maupun fungsi organ.

33
3) Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan
Anak sehat, bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta
bertambah kepandaiannya.
4) Perkembangan rnempunyai pola yang tetap
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut 2 hukum:
1) Perkembangan terjadi dahulu di daerah kepala kemudian menuju arah
anggota tubuh.
2) Perkembangan antropometri terjadi lebih dahulu di daerah proksima 1
(gerak kasar) lalu berkernbng ke bagin distal seperti jari-jari yang
mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimosdital).
5) Perkembangan memiliki tahap yan berurutan
Misalnya anak terlebih dabulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu
membuat gambar kotak anak mampu berdiri sebelum berjalan. (Depkes,
2005).
3. Asuhan pada Bayi dan Balita
Secara umum, WHO merekomendasikan bahwa, kesehatan bayi baru lahir
sangat ditentukan pelayanan kesehatan dengan pninsip sebagai berikut:
a. Persalinan bersih dan aman
b. Mulai pernafasan spontan
c. Mempertahankan suhu tubuh dengan mencegah hipotermi
d. Menyusui segera setelah lahir
e. Pencegahan dan keadaan sakit dan penyakit
Sedangkan menurut Wafi Nur Muslihatun tahun 2010, rencana disusun dan
dilaksanakan berdasarkan basil interpretasi data yang tertulis di assasment. Dalam
pembenan asuhan primer pada bayi, bidan harus melakukan beberapa pendidikan
kesehatan melalui komunikasi, informasi dan edukasi (KIE), serta konseling. Bidan
perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang perawatan bayi,
antara lain:
a. Pemilihan tempat tidur yang tepat
Tempat tidur bayi harus hangat, diletakkan di dekat tempat tidur ibu.
Tempat tidur bayi dan ibu yang bersamaan atau bayi dan ibu tidur pada satu
tempat yang sama, dapat menyebabkan kematian bayi yang tidak disengaja.
Ruang perawatan bayi di bagian kebidanan di sebuah rumah sakit atau institusi

34
pelayanan kesehatan, adalah tempat untuk merawat bayi bermasalah, dan bukan
tempat yang tepat bagi bayi sehat.
b. Memandikan bayi
Bayi lebih baik dimandikan setelah minggu pertarna yang bertujuan untuk
mempertahankan verniks caseosa dalam tubuh bayi yang berguna stabilisasi suhu
tubuh. Bayi harus tetap di jaga kebersihannya dengan menyekanya secara lembut
dan memperhatikan lipatan kulitnya. Sabun dengan kandungan cholorophene
tidak dianjurkan karena diserap kulit dan menyebabkan racun bagi sistem saraf
bayi.
c. Mengenakan pakaian bayi
Penggunaan pakaian bayi bertujuan untuk membuat bayi tetap hangat.
Pakaian berlapis-lapis tidak dibutuhkan oleh bayi. Hindari kain yang menyentuh
leher, karena bisa mengakibatkan gesekan yang mengganggu. Selama musim
panas bayi membutuhkan pakaian dalam dan popok.
d. Perawatan tali pusat
Perawatan tali pusat yang benar dengan tidak membubuhkan sesuatu pada
pusar bayi. Menjaga pusar bayi agar tetap kering. Puntung bayi akan segera lepas
pada minggu pertama.
e. Perawatan hidung
Kotoran bayi akan membuat hidung bayi tersumbat dan sulit bernafas
hindari memasukkan gumpalan kapas ke dalam hidung bayi.

f. Perawatan mata dan telinga


Telinga harus dibersihkan setiap kali sehabis mandi. Jangan membiasakan
menuangkan minyak hangat ke dalam kanal/lubang telinga karena akan lebih
menambah kotoran dalam telinga.
g. Perawatan kuku
Jaga kuku bayi agar tetap pendek. Kuku dipotong setiap tiga atau empat hari
sekali. kuku yang panjang akan mengakibatkan luka pada mulut atau lecet pada
kulit bayi.
h. Kapan membawa bayi ke luar rumah
Di bawa keuar selama satu atau dua jam sehari.

35
i. Imunisasi
Pada 6 minggu pertama, pastikan bayi telah mendapatkan beberapa
imunisasi dasar. Imunisasi BCG harus diberikan sebelum bayi berusia 2 bulan.
imunisasi hepatitis B1 sudah diberikan segera setelah bayi lahir. Imunisasi
hepatitis B2 diberikan dengan interval minimal 4 minggu setelah imunisasi
hepatitis B1, yaitu pada usia I bulan. Imunisasi polio oral dosis awal telah
diberikan setelah lahir, sebelum bayi pulang dan rumah sakit. Imunisasi oral ke 2
diberikan dengan interval minimal 4 minggu setelah imunisasi polio oral pertama
yaitu 1 bulan. Apabila imunisasi polio diberikan dengan innactivated polio
vaccine (IPV), maka diberikan pada saat bayi berusia dua bulan nanti.
j. Pemeriksaan
Selama 1 tahun pertarna bayi dianjurkan melakukan pemeriksaan rutin.
k. Perawatan intensif
Bayi pada usia 6 minggu pertama yang mengalami komplikasi atau
permasalahan membutuhkan perawatan intensif sesuai dengan
komplikasi/masalah yang menyertai bayi.
l. Perawatan lain
Perawatan lain yakni perawatan kulit, kebutuhan bermain dan pernantauan
berat badan. Bayi yang sehat akan mengalami penambahan berat badan setiap
bulan.

36
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR


Pada Bayi Ny.I 2 HARI POST PARTUM
Di RUMAH NY.I

Hari / Tanggal : Sabtu, 9 November 2020


Jam : 15.00 WIB
Tempat : Rumah Ny. I
Oleh : Anggraini Larasati

A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
a. Pasien
Nama : Bayi Ny.I
Umur : 2 hari post partum
Tanggal /jam lahir :07 November 2020, pukul 21.30 WIB
b. Orang Tua
Nama ibu : Ny. I Nama Ayah : Tn. R
Umur : 31 tahun Umur : 37 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/ bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/lndonesia
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Guru
Alamat : Klagen,Ketepung
2. Riwayat Intranatal
Tanggal lahir 7 November 2020
Jam : 21.30 WIB
Jenis persalinan : Spontan
Penolong : Bidan
Tempat persalinan : Ruang Bersalin BPM Yuni Harianti S.ST
Lama persalinan : Kala I : 12 jam
Kala II : 45 jam
Kala III : 10 menit

37
3. Keadaan bayi baru lahir
a. Jenis kelamin : perempuan
b. BB : 4100 gram
c. PB : 51cm
d. LK : 34cm
e. LD : 32cm
f. APGAR : Menit 1 :7
Menit 5 :8
Menit 10 : 9

B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Kesadaran : Composmentis
b. Keadaan umum : Baik
c. Tanda-tanda vital
1) Suhu : 36,4°C
2) HR : 143 kali/ menit
3) RR : 44 kali/ menit
d. Warna kulit : Kemerahan
e. Tonus otot : Baik dan bergerak dengan aktif
f. Ekstermitas : Aktif
2. Pemeriksaan antripometri
a. BB : 4100 gram
b. PB : 51 cm
c. Lingkar kepala : 34 cm
d. Lingkar dada : 32 cm
3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : Rambut hitam tipis, ada ubun-ubun, tidak ada pembengkakan,
tidak ada caput succedanum dan tidak ada cephal hernatoma.
b. Muka : Simetns, tidak pucat
c. Mata : Simetris, konjungtiva merah, sklera putih.
d. Hidung : Simetris, tidak ada polip, pernapasaan melalui hidung.
e. Telinga : Simetris, tidak ada pengeluaran cairan.

38
f. Mulut : Simetris, tidak bibir sumbing, tidak ada kecacatan.
g. Leher : Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan limfe.
h. Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada wheezing.
i. Abdomen : Tali pusat basah, tidak ada benjolan.
j. Punggung : Simetris, lurus dan tidak ada kelainan.
k. Genetalia : Testis sudah turun dan terbungkus oleh skrotum, lubang
kencing berada pada ujung penis.
l. Anus : Lubang anus (+).
m. Ekstermitas : Simetris, jumlah jari tangan dan kaki normal
4. Refleks
a. Refleks moro : Baik, saat dikejutkan, kedua tangan dan kaki
memperlihatkan gerakan seperti memeluk
b. Refleks sucking : Baik, dapat menghisap puting susu dengan kuat
c. Refleks grasping : Baik, bayi dapat menggenggam erat saat diletakkan
kelingking di telapak tangannya
d. Refleks rooting : Baik, bayi menoleh saat pipinya disentuh
e. Refleks babinsky : Baik, ketika tumit digores kearah ujung jan kaki, jari-jari
membuka dan jempol dorsofleksi
f. Refleks walking : Baik, apabila bayi menangis gerakan kaki bayi seperti
mengayuh.
5. Bayi menyusu dengan kuat
6. Eliminasi Bayi sudah BAB 2-5 kali dan BAK 5 kali
7. Pemeriksaan penunjang Tidak dilakukan

C. ANALISIS
Bayi Ny.I perempuan umur 2 hari post partum NCB SMK ( Neonatus Cukup Bulan
Sesuai Masa Kehamilan)

D. PENATALAKSANAAN
1. Membenitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa suhu bayi 36,0 °C, HR bayi
144x/menit, respirasi 42x/menit. Ibu dan keluarga mengetahui kondisi bayi dan
merasa tenang.
2. Melakukan pencegahan kehi1angan panas pada bayi dengan cara tidak meletakkan
bayi di atas benda yang suhunya lebih rendah dan suhu tubuhnya, menutup pintu dan

39
jendela rapat-rapat, mengganti pakaian bayi jika basah, membedong bayi dan
menyelimuti tubuh bayi, serta tetap meletakkan bayi ke dalam box penghangat. Bayi
tetap hangat.
3. Melakukan perawatan tali pusat untuk mencegah infeksi. Melakukan perawatan tali
pusat menggunakan air yang sudah matang dan dikeningkan, lalu ganti balutan kassa
tali pusat dengan kassa steril. Bayi terhindar dan infeksi.
4. Menjaga kebersihan tubuh bayi dengan Memandikan bayi, mengganti popok bayi
setelah bayi BAK/BAB, mengganti baju bayi, jika bayi basah. Bayi bersih dan merasa
lebih nyaman.
5. Memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dengan memberikan ASI minimal 8 x sehari (20 -
30cc). Bayi telah disusukan.
6. Dokumentasi

40
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Bayi Ny. “I” usia 2 hari post partum dengan
Bayi Baru Lahir Normal di BPM Yuni Harianti S.ST melalui tahap pengumpulan data dengan
wawancara, observasi, pemeriksaan umum dan pemeriksaan fisik. Antara asuhan yang ada di
teori pada dasarnya sama. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori prakteknya.
Dalam kasus bayi Ny. “I” diperoleh data-data bahwa bayi lahir. cukup bulan yaitu
dengan BB 4100 gram, PB 51 cm. Bayi lahir langsung menangis, tidak ada kelainan.
Intervensi dan kasus ini yaitu bungkus bayi dengan selimut hangat dan letakkan bayi didekat
ibu. Ganti segera pakaian yang basah dengan pakaian yang kering dan bersih. Observasi suhu
tubuh bayi, pantau intake dan KIE ibu tentang cara menyusui yang baik dan benar. Saat
dilakukan evaluasi terbukti bahwa dalam asuhan kebidanan yang diberikan pada bayi Ny. “I”
ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kenyataan di lapangan dimana dalam
praktiknya sesuai dengan teori yang ada.
Menurut penulis, perawatan bayi baru lahir sangat diperlukan karena bayi baru lahir
sangat rentan terhadap infeksi dan hipotermi. Pada umumnya kelahiran bayi normal cukup
dihadiri oleh bidan yang dapat diberi tanggung jawab penuh terhadap keselamatan ibu dan
bayi pada persalinan normal. Oleh karena kelainan pada ibu dan bayi dapat terjadi beberapa
saat sesudah persalinan yang dianggap normal, maka seorang bidan harus mengetahui dengan
segera timbulnya perubahanperubahan pada ibu dan bayi dan bila perlu memberikan
pertolongan pertama seperti menghentikan perdarahan, memberikan jalan napas, memberikan
oksigen dan melakukan pernapasan buatan sampai ibu dan bayi tersebut dibawa ke rumah
sakit untuk dilakuakan perawatan yang lebih intesif.
Menurut Sarwono 2005, pada waktu lahir bayi sangat aktif. Bunyi jantung dalam
menit-menit pertama kira-kira 180 x /menit yang kemudian turun sampai 10 x /menit - 120 x
1 menit pada waktu bayi berumur 30 menit. Pernapasan cepat pada menit-menit pertama
(kira-kira 80 x /menit). Disertai dengan pernapasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan
interkostal serta rintihan hanya berlangsung 10 – 15 menit. Kelanjutan keaktifan yang
berlebihan ialah bayi menjadi tegang dan relatif tidak memberi reaksi terhadap rangsangan
dan dalam dan luar. Dalam keadaan ini bayi tertidur untuk beberapa menit sarnpai 4 jam.
Pada saat bayi pertama kali bangun dan tidurnya ia menjadi mudah terangsang, dengan
frekwensi jantung meningkat dan dengan perubahan wama serta kadang - kadang keluar
lender dan mulut. Setelah masa ini dilampaui, keadaan bayi mulai stabil, daya isap serta

41
refleksi telah mulai diatur sehingga bayi dapat bernapas dengan spontan dan keadaan bayi
segera normal kembali.

42
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dalam pembuatan asuhan kebidanan pada bayi Ny.
“I” usia 2 hari Post partum bayi baru lahir normal yaitu pada tahap pengkajian data yang
terdiri atas data subyektifdiperoleh data secara Iengkap. Data yang didapatkan dalam
pengkajian digunakan sebagai dasar dalam menentukan identifikasi diagnosa atau
masalah terhadap keadaan yang dirasakan oleh bayi. Pasien tidak mengalami keadaan
yang gawat darurat, sehingga untuk penulisan identifikasi kebutuhan segera tidak perlu
dalam penulisan asuhan kebidanan.
Pada penatalaksanaan rencana tindakan disusun berdasarkan keadaan yang dialami
oleh bayi dan juga disesuaikan dengan kebutuhan bayi setelah rencana tindakan telah
tersusun dengan baik maka tahap selanjutnya adalah melaksanakan rencana tindakan yang
telah disusun sebelumnya.
Evaluasi yang didapat berdasarkan asuahan kebidanan yang diberikan, bayi
mengalami kemajuan dalam keadaan kesehatannya, terutama dalam hal berat badannya.

B. Saran
1. Bagi petugas kesehatan
Dalam memberikan asuhan kebidanan diharapkan tetap mempertahankan untuk
menjaga komunikasi dalam upaya menjalin kerjasama antara petugas dengan klien
untuk keberhasilan asuhan yang diberikan. Selain itu dalam melakukan semua
tindakan petugas kesehatan harus benar-benar memperhatikan kebersihan dan kesteril
itasan. Memberi waktu kepada klien dan keluarga untuk bertanya serta memberikan
keterangan dan informasi yang jelas dan tepat.
2. Bagi masyarakat
a) Keluarga diharapakan selalu bekerjasama dengan petugas kesehatan dalam proses
pelayanan kesehatan sehingga asuhan dapat berjalan dengan baik.
b) Melaksanakan saran dan petunjuk yang diberikan oleh petugas kesehatan.
c) Segera datang memeriksakan diri kepada petugas kesehatan jika mengalami suatu
kelainan atau mempunyai keluhan tertentu.

43
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1993. Asuhan Kesehatan Dalam Kontek Keluarga. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI.

Anonim. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Klinik Kesehatan Reproduksi.

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1: Jakarta, EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka

Saifudin, Abdul Bari. 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Vamey, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume I. Jakarta: EGC

44
45

Anda mungkin juga menyukai