Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN ILMIAH

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS FISIOLOGIS

NY. N UMUR 20 TAHUN 6 JAM POST PARTUM FASE TAKING IN

DI UPTD PUSKESMAS NGAWEN

Disusun Oleh :

NADIA NUR SALSABILA

P1337424619001

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN BLORA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

TAHUN 2021/2022

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Ilmiah Asuhan Kebidanan Nifas Fisiologis telah disahkan dan


disetujui pada :

Hari :

Tanggal :

Disetujui oleh :

Pembimbing Akademik Praktikan

Dina Dewi Anggraeni S.S.T.Keb.M.Kes Nadia Nur Salsabila

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Laporan Ilmiah Asuhan
Kebidanan yang berjudul “Laporan Ilmiah Asuhan Kebidanan Nifas Fisiologis ”.

            Adapun maksud dan tujuan dari penulisan laporan ilmiah ini, untuk
memenuhi upaya penulis dalam mengembangkan dan meningkatkan ilmu
pengetahuan tentang materi yang sedang penulis pelajari.
Pada kesempatan ini, tak lupa penulis sampaikan terimakasih kepada:

1. Dina Dewi Anggraeni S.S.T.Keb.M.Kes, yang telah memberi bimbingan


serta dukungan secara penuh terhadap mahasiswa dalam rangka
pengembangan metode pembelajaran yang ilmiah.
2. Sri Hriyanti S.ST selaku Pembimbing Klinik yang telah memberikan
pengarahan serta masukan dalam menyelesaikan laporan ini.
3. Orang Tua penulis yang telah memberikan dorongan serta motivasi dalam
penyelesaian karya ilmiah ini.
4. Teman-teman yang telah mendukung terselesaikannya laporan ini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
perbaikan menuju kesempurnaan karya tulis ini. Akhir kata, penulis berharap
karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Blora, Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan.................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI...................................................................3

A. Tinjauan Teori Medis..................................................................3


1. Pengertian Masa Nifas .........................................................3
2. Tujuan......................................................................................... 3
3. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas................................5
4. Perubahan Psikologis Pada Masa Nifas...............................6
5. Ketidaknyamanan Pada Masa Nifas.....................................
6. Kebutuhan Dasar Masa Nifas...............................................

BAB III KASUS......................................................................................19

BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................26

BAB V PENUTUP..................................................................................27

A. Kesimpulan..................................................................................27
B. Saran............................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................29

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tingginya AKI (Angka Kematian Ibu) dan AKB (Angka Kematian
Balita) di Indonesia masih menjadi masalah prioritas utama yang harus
diselesaikan. Menurut Dewi dalam Yulfira Media 2014, tingginya AKI
dan AKB disebabkan karena masih banyaknya ibu hamil yang tidak
melakukan pemeriksaan kehamilan, dan tidak mendapatkan pemeriksaan
sesuai standar program ibu dan anak dari tenaga professional karena belum
sepenuhnya dimanfaatkan oleh masyarakat.
Menurut Organisasi Kesahatan Dunia (WHO) pada tahun 2019,
tingginya angka kematian ibu di beberapa wilayah di dunia mencerminkan
ketidaksetaraan dalam akses kelayanan kesehatan yang berkualitas dan
menyoroti kesenjangan antara si kaya dan si miskin. AKI di Negara
berpenghasilan rendag pada tahun 2017 adalah 462 per 100.000 kelahiran
hidup dibandingkan dengan negara berpenghasilan tinggi yaitu 11 per
100.000 kelahiran hidup. Setiap hari di tahun 2017, sekitar 810 wanita
meninggal karena penyebab yang dapat dicegah terkait kehamilan dan
persalinan.
Berdasarkan Kementerian Kesehatan tahun 2019, jumlah kematian
ibu menurut provinsi tahun 2018-2019 terdapat penurunan dari 4.226
menjadi 4.221 kematian ibu di Indonesia berdasarkan data yang
dilaporkan. Pada tahun 2019 penyebab kematian ibu terbanyak asalah
perdarahan (1.280 kasus), hipertensi dalam kehamilan (1.066 kasus),
infeksi (207 kasus).
Berdasarkan dari uraian diatas penulis merasa tertarik melakukan
asuhan kebidanan persalian pada Ny. M usia 20 tahun 6 jam post partum
fase taking in di UPTD Puskesmas Ngawen.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam
studi kasus ini adalah Bagaimana Asuhan Kebidanan Komprehensif pada
Ny. N P1A0 umur 20 tahun 6 jam post partum di UPTD Puskesmas
Ngawen.

C. Tujuan
1) Tujuan umum
Mendapatkan gambaran nyata dalam pelaksanaan Asuhan
Kebidanan Komprehensif pada Ny. N P1A0 umur 20 tahun 6 jam post
partum fase taking in.
2) Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian data dasar, baik secara subyektif maupun
obyektif secara komprehensif pada klien Ny. N dengan nifas
fisiologis.
b. Melakukan analisa data sesuai dengan data dasar yang dimuncul
pada klien Ny. N dengan nifas fisiologis.
c. Melakukan perencanaan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa
dan masalah yang ditegakkan pada klien Ny.N dengan nifas
fisiologis.
d. Melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif,
efektif, efisien, aman, dan berdasarkan evidence based pada klien
Ny.N dengan nifas fisiologis.

2
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori Medis
1. Pengertian
Masa nifas berasal dari bahasa latin, yaitu puer artinya bayi dan
parous artinya melahirkan atau masa sesudah melahirkan. Asuhan
kebidanan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang diberikan
pada pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan
kembalinya tubuh dalam keadaan seperti sebelum hamil atau mendekati
keadaan sebelum hamil (Saleha, 2013).
Pendapat lain mengemukakan bahwa masa nifas (puerperium)
adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung kira-kira 6 minggu (Rukiah Ai Yeyeh, dkk. 2011).
Masa nifas dimulai setelah 2 jam postpartum dan berakhir ketika
alat-alat kandungan seperti keadaan sebelum hamil, biasanya
berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan
baik secara fisiologis maupun psikologis akan [ulih dalam waktu 3 bulan
(Nurjanah, dkk. 2013).
Menurut Nurjanah, dkk (2013). Masa nifas dibagi dalam 3 tahap,
yaitu puerperium dini (immediate puerperium), puerperium intermedial
(early puerperium), dan remote puerperium (later puerperium). Adapun
penjelasannya sebagai berikut :
1) Puerperium dini (immediate puerperium), yaitu pemulihan dimana ibu
telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan (waktu 0-24 jam
postpartum).
2) Puerperium Intermedial (early puerperium), suatu masa dimana
pemulihan dari organ-organ reproduksi secara menyeluruh selama
kurang lebih 6-8 minggu.
3) Remote puerperium (later puerperium), waktu yang diperlukan untuk
pulih dan sehat kembali dalam keadaan yang sempurna secara

4
bertahap terutama jika selama masa kehamilan dan persalinan ibu
mengalami komplikasi, waktu untuk sehat bisa berminggu-minggu,
bulan bahkan tahun.
2. Tujuan
Selama bidan memberikan asuhan sebaiknya bidan mengetahui apa
tujuan dari pemberian asuhan pada ibu masa nifas, tujuan diberikannya
asuhan pada ibu selama masa nifas antara lain untuk :
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis
dimana dalam asuhan pada masa ini peranan keluarga sangat penting,
dengan pemberian nutrisi, dukungan psikologis masa kesehatan ibu
dan bayi selalu terjaga.
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif (menyeluruh) dimana
bidan harus melakukan manajemen asuhan kebidanan pada ibu masa
nifas secara sistematis yaitu mulai pengkajian data subyektif, obyektif
maupun penunjang.
c. Setelah bidan melaksanakan pengkajian data maka bidan harus
menganalisa data tersebut sehingga tujuan asuhan masa nifas ini dapat
mendeteksi masalah yang terjadi pada ibu dan bayi.
d. Mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya, yakni setelah masalah ditemukan maka bidan dapat langsung
masuk kelangkah berikutnya sehingga tujuan diatas dapat
dilaksanakan
e. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi pada
bayinya dan perawatan bayi sehat serta memberikan pelayanan
keluarga berencana (Rukiyah, 2014)
3. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas
1. Sistem Kardiovaskular
Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat segera
setelah melahirkan karena terhentinya aliran darah ke plasenta yang
mengakibatkan beban jantung meningkat yang dapat diatasi dengan

5
haemokonsentrasi sampai volume darah kembali normal, dan
pembuluh darah kembali ke ukuran semula.
2. Sistem Reproduksi
a. Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi)
sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
1. Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000gr
2. Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah
pusat dengan berat uterus 750gr
3. Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba pertengahan
pusat simpisis dangan berat uterus 500gr
4. Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas
simpisis dengan berat urterus 350gr
5. Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan
berat uterus 50gr
b. Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri
dan vagina dalam masa nifas. Macam-macam lochea:
Tabel 1.
Perubahan Lochea berdasarkan Waktu dan Warna Lochea Waktu

Lochea Waktu Warna Ciri-cirinya


Rubra (cruenta) 1-3 hari Merash Berisi darah
postpartum segar dan sisa-
sisa selaput
ketuban, sel-
sel desidua,
verniks
kaseosa,
lanugo, dan
meconium.

6
Sanguinolenta 3-7 hari Merah Berisi darah
postpartum kekuningan dan lender
Serosa 7-14 hari Merah jambu Cairan serum,
postpartum kemudian jaringan
kuning desidua,
leukosit dan
eritrosit.
Alba 2 minggu Putih Cairan
postpartum berwarna
putih seperti
krim terdiri
dari leukosit
dan sel-sel
desidua
Purulenta Terjadi
infeksi, keluar
cairan seperti
nanah berbau
busuk
Locheastatis Lochea tidak
lancer
keluarnya.

Sumber : Saleha (2013)


c. Serviks
Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendur,
terkulai dan berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus
uteri berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga
perbatasan antara korpus dan serviks uteri berbentuk cincin.

7
Warna serviks merah kehitam-hitaman karena penuh
pembuluh darah. Segera setelah bayi lahir, tangan pemeriksa masih
dapat dimasukkan 2-3 jari dan setelah 1 minggu hanya 1 jari saja
yang dapat masuk. Namun demikian, selesai involusi, ostium
eksternum tidak sama seperti sebelum hamil (Rukiyah, 2014).
d. Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan
yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam
beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini
tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan
vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam
vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara
labia menjadi lebih menonjol. (Walyani, 2015).
e. Payudara
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi
terjadi secara alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme
fisiologis, yaitu produksi susu dan sekresi susu (let down). Selama
sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh menyiapkan
fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru lahir.
Setelah melahirkan, ketika hormon yang dihasilkan plasenta tidak
ada lagi untuk menghambat kelenjar pituitary akan mengeluarkan
prolaktin (hormon laktogenik). Ketika bayi menghisap puting,
reflek saraf merangsang lobus posterior pituitary untuk menyekresi
hormon oksitosin. Oksitosin merangsang reflek let down
(mengalirkan), sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus
aktiferus payudara ke duktus yang terdapat pada puting. Ketika
ASI dialirkan karena isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel acini
terangsang untuk menghasilkan ASI lebih banyak (Saleha, 2013).
3. Perubahan Sistem Pencernaan
Setelah kelahiran plasenta, maka terjadi pula penurunan
produksi progesteron. Sehingga hal ini dapat menyebabkan

8
heartburn dan konstipasi terutama dalam beberapa hari pertama.
Kemungkinan terjadi hal ini karena kurangnya keseimbangan cairan
selama persalinan dan adanya reflek hambatan defekasi dikarenakan
adanya rasa nyeri pada perineum karena adanya luka episiotomi
(Bahiyatun, 2016).
4. Perubahan Sistem Perkemihan
Diuresis dapat terjadi setelah 2-3 hari postpartum. Dieresis
terjadi karena saluran urinaria mengalami dilatasi. Kondisi ini akan
kembali normal setelah 4 minggu postpartum. Pada awal
postpartum, kandung kemih mengalami edema, kongesti, dan
hipotonik. Hal ini disebabkan oleh adanya overdistensi pada saat
kala dua persalinan dan pengeluaran urine yang tertahan selama
proses persalinan. Sumbatan pada uretra disebabkan oleh adanya
trauma saat persalinan berlangsung dan trauma ini dapat berkurang
setelah 24 jam postpartum (Bahiyatun, 2016).
5. Perubahan Tanda-tanda Vital
Perubahan Tanda-tanda Vital terdiri dari beberapa, yaitu:
(Nurjanah, 2013)
a. Suhu Badan
Satu hari (24 jam) postpartum suhu badan akan naik sedikit
(37,5oC-38oC) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan,
kehilangan cairan (dehidrasi) dan kelelahan karena adanya
bendungan vaskuler dan limfatik. Apabila keadaan normal suhu
badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik
lagi karena adanya pembentukan ASI, payudara menjadi
bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu
tidak turun kemungkinan adanya infeksi endometrium, mastitis,
tractus genetalis atau system lain.
b. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa antara 60-80 kali
per menit atau 50-70 kali per menit. Sesudah melahirkan

9
biasanya denyut nadi akan lebih cepat. Denyut nadi yang
melebihi 100 kali per menit, harus waspada kemungkinan
infeksi atau perdarahan postpartum.
c. Tekanan Darah
Tekanan darah meningkat pada persalinan 15 mmHg pada
systole dan 10 mmHg pada diastole. Biasanya setelah bersalin
tidak berubah (normal), kemungkinan tekanan darah akan
rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan
darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya
preeklamsi pada masa postpartum.
d. Pernapasan
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan
suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal,
pernapasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada
gangguan khusus pada saluran napas contohnya penyakit asma.
Bila pe rnapasan pada masa postpartum menjadi lebih cepat,
kemungkinan ada tanda-tanda syok.
6. Perubahan Sistem Kardiovaskular
Curah jantung meningkat selama persalinan dan
berlangsung sampai kala tiga ketika volume darah uterus
dikeluarkan. Penurunan terjadi pada beberapa hari pertama
postpartum dan akan kembali normal pada akhir minggu ke-3
postpartum (Bahiyatun, 2016).

4. Perubahan Psikologis Nifas


Periode Postpartum menyebabkan stress emosional terhadap ibu
baru, bahkan lebih menyulitkan bila terjadi perubahan fisik yang hebat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi suksenya masa transisi ke masa
menjadi orang tua pada masa postpartum yaitu :
1. Respon dan dukungan dari keluarga dan teman
2. Hubungan antara pengalaman melahirkan dan harapan serta aspirasi

10
3. Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lain
4. Pengaruh budaya

Dalam menjalani adaptasi psikososial menurut Rubin setelah melahirkan,


ibu akan melalui fase-fase sebagai berikut: (Nurjanah, 2013)

a) Masa Taking In (Fokus pada Diri Sendiri)


Masa ini terjadi 1-3 hari pasca-persalinan, ibu yang baru
melahirkan akan bersikap pasif dan sangat tergantung pada dirinya
(trauma), segala energinya difokuskan pada kekhawatiran tentang
badannya. Dia akan bercerita tentang persalinannya secara berulang-
ulang.
b) Masa Taking On (Fokus pada Bayi)
Masa ini terjadi 3-10 hari pasca-persalinan, ibu menjadi khawatir
tentang kemampuannya merawat bayi dan menerima tanggung
jawabnya sebagai ibu dalam merawat bayi semakin besar. Perasaan
yang sangat sensitive sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya
kurang hati-hati.
c) Masa Letting Go (Mengambil Alih Tugas sebagai Ibu Tanpa Bantuan
NAKES) Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan
peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu
mengambil langsung tanggung jawab dalam merawat bayinya, dia
harus menyesuaikan diri dengan tuntutan ketergantungan bayinya dan
terhadap interaksi social. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan
ketergantungan. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat
pada fase ini.

11
7. Ketidaknyamanan Masa Nifas
Terdapat beberapa ketidaknyamanan pada masa nifas. Meskipun
dianggap normal, ketidaknyamanan tersebut dapat menyebabkan distres
fisik yang bermakna. Menurut Islami, dkk tahun 2015, menyatakan
bahwa ketidaknyamanan masa nifas terbagi menjadi berikut ini:
a. Nyeri Setelah Melahirkan
Nyeri setelah melahirkan disebabkan oleh kontraksi dan
relaksasi uterus yang berurutan yang terjadi secara terus menerus.
Nyeri ini lebih umum terjadi pada paritas tinggi dan pada wanita
menyusui. Alasan nyeri yang lebih berat pada wanita dengan paritas
tinggi adalah penurunan tonus otot uterus secara bersamaan,
menyebabkan relaksasi intermiten. Berbeda pada wanita primipara
yang tonus ototnya masih kuat dan uterus tetap berkontraksi tanpa
relaksasi intermiten. Pada wanita menyusui, isapan bayi menstimulasi
produksi oksitosin oleh hipofise posterior. Pelepasan oksitosin tidak
hanya memicu refleks let down (pengeluaran ASI) pada payudara,
tetapi juga menyebabkan kontraksi uterus. Nyeri setelah melahirkan
akan hilang jika uterus tetap berkontraksi dengan baik saat kandung
kemih kosong. Kandung kemih yang penuh mengubah posisi uterus ke
atas, menyebabkan relaksasi dan kontraksi uterus lebih nyeri.
b. Keringat Berlebih
Wanita postpartum mengeluarkan keringat berlebihan karena
tubuh menggunakan rute ini dan diuresis untuk mengeluarkan
kelebihan cairan interstisial yang disebabkan oleh peningkatan normal
cairan intraselular selama kehamilan. Cara 81 menguranginya sangat
sederhana yaitu dengan membuat kulit tetap bersih dan kering.
c. Pembesaran Payudara
Diperkirakan bahwa pembesaran payudara disebabkan oleh
kombinasi akumulasi dan stasis air susu serta peningkatan vaskularitas
dan kongesti. Kombinasi ini mengakibatkan kongesti lebih lanjut
karena stasis limfatik 9 dan vena. Hal ini terjadi saat pasokan air susu

12
meningkat, pada sekitar hari ketiga postpartum baik pada ibu
menyusui maupun tidak menyusui dan berakhir sekitar 24 hingga 48
jam.
d. Nyeri Perineum
Beberapa tindakan dapat mengurangi ketidaknyamanan atau
nyeri akibat laserasi atau luka episiotomi dan jahitan laserasi atau
episiotomi tersebut. Sebelum tindakan dilakukan, penting untuk
memeriksa perineum untuk menyingkirkan komplikasi seperti
hematoma. Pemeriksaan ini juga mengindikasikan tindakan lanjutan
apa yang mungkin paling efektif.
e. Konstipasi
Rasa takut dapat menghambat fungsi bowel jika wanita takut
bahwa hal tersebut dapat merobek jahitan atau akibat nyeri yang
disebabkan oleh ingatannya tentang tekanan bowel pada saat
persalinan. Konstipasi lebih lanjut mungkin diperberat dengan 82
longgarnya abdomen dan oleh ketidaknyamanan jahitan robekan
perineum derajat tiga atau empat.
f. Haemorroid
Jika wanita mengalami haemorroid, mungkin mereka sangat
merasakan nyeri selama beberapa hari. Haemorroid yang terjadi
selama masa kehamilan dapat menimbulkan traumatis dan menjadi
lebih edema selama kala dua persalinan. (Islami, dkk. 2015)

7. Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas


1. Nutrisi Dan Cairan
Pada mereka yang melahirkan secara normal, tidak ada
pantangan diet. Dua jam setelah melahirkan perempuan boleh minum
dan makan seperti biasa bila ingin. Namun perlu diperhatikan jumpal
kalori dan protein ibu menyusui harus lebih besar daripada ibu hamil,
kecuali apabila si ibu tidak menyusui bayinya. Kebutuhan pada masa
menyusui meningkat hingga 25% yaitu untuk produksi ASI dan

13
memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat tiga kali dari biasanya.
Penambahan kalori pada ibu menyusi sebanyak 500 kkal tiap hari.
1. Sumber Tenaga (Energi)
Sumber tenaga yang diperlukan untuk membakar tubuh dan
pembentukan jaringan baru. Zat nutrisi yang termasuk sumber
energy adalah karbohidrat dan lemak. Karbohidrat berasal dari
padi-padian, kentang, umbi, jagung, sagu, tepung roti, mie, dan
lain-lain. Lemak bias diambil dari hewani dan nabati.lemak hewani
yaitu mentega dan keju. Lemak nabati berasal dari minyak kelapa
sawit, minyak sayur dan margarine.
2. Sumber Pembangun (Protein)
Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan pergantian sel-
sel yang rusak atau mati. Sumber protein dapat diperoleh dari
protein hewani dan protein nabati. Protein hewani antara lain telur,
daging, ikan, udang kering, susu dan keju. Sedangkan protein
nabati banyak terkandung dalam tahu, tempe, kacang-kacangan,
dan lain-lain.
3. Sumber pengatur dan pelindung ( mineral, air dan vitamin)
Mineral, air dan vitamin digunakan untuk melindungi tubuh
dari serangan penyakit dan mengatur kelancaran metabolisme di
dalam tubuh. Sumber zat pengatur bias diperoleh dari semua jenis
sayur dan buahbuahan segar.
Untuk kebutuhan cairannya, ibu menyusui harus meminum
sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan untuk ibu minum setiap
kali menyusui) Kebutuhan pada masa menyusui meningkat hingga
25% yaitu untuk produksi ASI dan memenuhi kebutuhan cairan
yang meningkat tiga kali dari biasanya. Penambahan kalori pada
ibu menyusi sebanyak 500 kkal tiap hari. Makanan yang
dikonsumsi ibu berguna untuk melaksanakan aktivitas,
metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses produksi ASI serta
sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk

14
pertumbuhan dan perkembangannya. Makanan yang dikonsumsi
juga perlu memenuhi syarat, seperti susunanya harus seimbang ,
porsinya cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak,
tidak mengandung alcohol, nikotin serta bahan pengawet dan
pewarna. Menu makanan yang seimbang mengandung unsur-unsur,
seperti sumber tenaga, pembangunan, pengatur dan perlindung.
Anjurkan makanan dengan menu seimbang, bergizi untuk
mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup,
memperoleh tambahan 500 kalori setiap hari, berguna untuk
produksi ASI dan mengembalikan tenaga setelah persalinan. Tidak
mengonsumsi makanan yang mengandung alcohol. Minum air
mineral 2 liter setiap hari. Tablet zat besi diminum minimal 40 hari
pasca persalinan.
2. Ambulasi
Pada masa nifas, perempuan sebaiknya melakukan ambulasi
dini. Yang dimaksud dengan ambulasi dini adalah beberapa jam
setelah melahirkan, segera bangun dari tempat tidur dan segera
bergerak, agar lebih kuat dan lebih baik. Gangguan kemih dan buang
air besar juga dapat teratasi. Mobilisasi sangat bervariasi, tergantung
pada komplikasi persalinan, nifas, atau sembuhnya luka (jika ada
luka). Jika tidak ada kelainan , lakukan mobilisasi sedini mungkin,
yaitu dua jam setelah persalian normal. Ini berguna untuk
memepercepat sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan vagina
(lochea). Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur
terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-
miring kekanan dan kekiri untuk mencegah terjadinya thrombosis dan
tromboemboli. Pada hari ke 2 diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-
jalan, dan hari ke 4 atau 5 sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi
diatas mempunyai variasi, bergantung pada komplikasi
persalinan,nifas dan sembuhnya luka.

15
3. Eliminasi
Rasa nyeri kadangkala menyebabkan keengganan untuk
berkemih, tetapi usahakanlah untuk berkemih secara teratur, karena
kantung kemih yang penuh dapat menyebabkan gangguan kontraksi
rahim, yang dapat menyebabkan timbulnya perdarahan dari rahim.
Seperti halnya dengan berkemih, perempuan pasca persalinan sering
tidak merasakan sensasi ingin buang air besar, yang dapat disebabkan
pengosongan usus besar (klisma) sebelum melahirkan atau ketakutan
menimbulkan robekan pada jahitan dikemaluan. Sebenarnya kotoran
yang dalam beberapa hari tidak dikeluarkan akan mengeras dan dapat
menyulitkan dikemudian hari. Pengeluaran air seni akan meningkat
24-48 jam pertama sampai hari ke-5 setelah melahirkan. Hal ini terjadi
karena volume dara meningkat pada saat hamil tidak diperlukan lagi
setelah persalinan. Oleh karena itu, ibu perlu belajar berkemih secara
spontan dan tidak menahan buang air kecil ketika ada rasa sakit pada
jahitan. Menahan buang air kecil akan menyebabkan terjadinya
bendungan air seni dan gangguan kontraksi rahim sehingga
pengeluaran cairan vagina tidak lancar. Sedangkan buang air besar
akan sulit karena ketakutan akan rasa sakit, takut jahitan terbuka atau
karena adanya haemoroid (wasir). Kesulitan ini dapat dibantu dengan
mobilisasi dini, mengonsumsi makanantinggi serat dan cukup minum.
4. Miksi
Pengeluaran air seni (urin) akan meningkat 24-48 jam pertama
sampai hari ke-5 setelah melahirkan. Hal ini terjadi karena volume
dara meningkat pada saat hamil tidak diperlukan lagi setelah
persalinan. Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya.
Kadang-kadang wanita mengalami sulit kencing, karena sfingter
uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi m.sphincer ani
selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit
kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi.

16
5. Defekasi Sulit
BAB (konstipasi) dapat terjadi karena ketakutan akan rasa sakit,
takut jahitan terbuka atau karena adanya haemoroid. Buang air besar
harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit buang air
besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan obat
laksans per oral atau per rectal.
6. Menjaga Kebersihan Diri
Menjaga kebersihan diri secara keseluruhan untuk menghindari
infeksi, baik pada luka jahitan maupun kulit.
1. Kebersihan alat Genitalia
Setelah melahirkan biasanya perineum menjadi agak
bengkak/memar dan mungkin ada luka jahitan bekas robekan atau
episiotomi. Anjuran : a. Menjaga kebersihan alat genetalia dengan
mencucinya menggunakan air dan sabun, kemudian daerah vulva
sampai anus harus kering sebelum memakai pembalut wanita,
setiap kali setelah bunag air besar atau kecil, pembalut diganti
minimal 3 kali sehari. b. Cuci tangan dengan sabun dan iar
mengalir sebelum dan sesudah membersikan daerah genetalia. c.
Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan cara
membersihkan daeran disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan
kebelakang, baru kemudian membersikan daerah sekitar anus.
Bersihkan vulva setiap kali buang air kecil atau besar. d. Sarankan
ibu untuk menganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua
kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan
baik dan telah dikeringkan dibawah matagari atau disetrika. e.
Sarankan ibu mencuci tangan dengan sabun dan iar mengalir
sebelum dan sesudah membersikan daerah kelaminnya. f. Jika ibu
mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu
untuk menghindari menyentuh luka, cebok dengan air dingin atau
cuci menggunakan sabun.

17
2. Pakaian
Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap
keringat karena produksi keringat menjadi banyak. Produksi keringat
yang tinggi berguna untuk menghilangkan ekstra volume saat hamil.
Sebaiknya, pakaian agak longgar di daerah dada agar payudara tidak
tertekan dan kering. Demikian juga degan pakain dalam, agar tidak
terjadi iritasi ( lecet) pada daerah sekitarnya akibat lochea.
3. Menjaga Kebersihan Vagina
Vulva harus selalu dibersikan dari depan kebelakang. Tidak
perlu khwatir jahitan akan terlepas. Justru vulva yang tidak
dibersihkan akan meningkatkan terjadinya infeksi. Apabila ada
pembengkakan dapat di kompres dengan es dan untuk mengurangi
rasa tidak nyaman dapat dengan duduk berendam di air hangat setelah
24 jam pasca persalinan. Bila tidak ada infeksi tidak diperlukan
penggunaan antiseptic, cukup dengan air besih saja.
Langkah-langkah untuk menjaga kebersihan vagina yang benar yaitu:
1. Siram mulut vagina hingga bersih dengan air setiap kali habis BAK
dan BAB. Air yang digunakan tak perlu matang asal bersih. Basuh
dari depan kebelakang sehingga tidak ada sisa-sisa kotoran yang
menempel disekitar vagina baik dari air seni maupun feses yang
mengandung kuman dan bias menyebabkan infeksi pada luka jahit.
2. Vagina boleh di cuci menggunakan sabun atau cairan antiseptic
karena dapat berfungsi sebagai penghilang kuman. Yang penting
jangan takut memegang daerah tersebut dengan seksama.
3. Bila ibu benar-benar takut menyentu lukah jahitan, upaya menjaga
kebersihan vagina dapat dilakukan dengan cara duduk berendam
dalam cairan antiseptic selama 10 menit. Lakukan setelah BAK atau
BAB.
4. Yang kadang terlupakan, setelah vagina dibersihkan, pembalutnya
tidak diganti. Bila seperti ini caranya maka akan percuma saja.
Bukankan pembalut tersebut sudah dinodai darah dan kotoran? Berarti

18
bila pembalut tidak diganti, maka vagina akan tetap lembab dan kotor.
5. Setelah dibasuh, keringkan perineum dengan anduk lembut, lalu
gunakan pembalut baru. Ingat pembalut harus diganti setiap habis
BAK atau BAB atau maksimal 3 jam setelah atau bila sudah
ditarasaka tidak nyaman.
6. Setelah semua langkah tadi dilakukan, perineum dapat diolesi salep
antibiotic yang diresepkan oleh dokter.
7. Istirahat
Wanita pasca persalinan harus cukup istirahat. Delapan jam
pasca persalinan, ibu harus tidur terlentang untuk mencegah
perdarahan. Sesudah 8 jam, ibu boleh miring kekiri atau kekanan
untuk mencegah trombisis. Ibu dan bayi ditempatkan pada satu kamar.
Pada hari kedua, bila perlu dilakukan latihan senam. Pada hari ketiga
umumnya sudah dapat duduk, hari keempat berjalan dan hari kelima
sudah dapat dipulangkan. Anjurkan untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan, usahakan untuk rileks dan istirahat yang cukup, terutama
saat bayi sedang tidur.
8. Seksual
Setelah persalinan pada masa ini ibu menghadapi peran baru
sebagai orang tua sehingga sering melupakan perannya sebagai
pasagan. Namun segera setelah ibu merasa percaya diri dengan peran
barunya dia akan menemukan waktu dan melihat sekelilingnya serta
menyadari bahwa dia telah kehilangan aspek lain dalam kehidupannya
yang juga penting. Oleh karena itu perlu memahami perubahan yang
terjadi pada istri sehingga tidak punya perasaan diabaikan.

19
BAB III

KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS FISIOLOGIS

NY. M P1AO USIA 20 TAHUN 6 JAM POST PARTUM FASE TAKING IN

DI UPTD PUSKESMAS NGAWEN

I. PENGKAJIAN
Tanggal : 28 Februari 2021
Waktu : 06.35 WIB
Tempat : UPTD Puskesmas Ngawen
II. BIODATA
Penanggung Jawab : Suami

Nama ibu : Ny. N Nama : Tn. D

Umur : 20 tahun Umur : 31 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMP Pendidikan : Perguruan Tinggi

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Suku bangsa : Jawa, Indonesia Suku bangsa : Jawa, Indonesia

Alamat : Punggurejo Alamat : Punggurejo

III. DATA SUBYEKTIF


1. Alasan Datang : Ibu mengatakan telah melahirkan 6 jam yang lalu.
Keluhan Utama : Ibu mengatakan perutnya mulas.
2. Riwayat Kesehatan
Dahulu : Ibu mengatakan tidak pernah menderita riwayat penyakit
menurun seperti asma, diabetes militus, hipertensi dan
penyakit menular seperti hepatitis, TBC (tuberculosis),

20
HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/ Acquired
Immune Deficiency Syndrom), serta penyakit menahun
seperti jantung dan ginjal.
Sekarang : Ibu mengatakan tidak sedang menderita riwayat penyakit
menurun seperti asma, diabetes militus, hipertensi dan
penyakit menular seperti hepatitis, TBC (tuberculosis),
HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/ Acquired
Immune Deficiency Syndrom), serta penyakit menahun
seperti jantung dan paru-paru.
Keluarga : Ibu mengatakan di dalam keluarganya tidak ada menderita
riwayat penyakit menurun seperti asma, diabetes militus,
hipertensi dan penyakit menular seperti hepatitis, TBC
(tuberculosis), HIV/AIDS (Human Immunodeficiency
Virus/ Acquired Immune Deficiency Syndrom), serta
penyakit menahun seperti jantung dan paru-paru.
3. Riwayat Perkawinan
Status nikah : Sah
Usia nikah pertama : 19 tahun
Lama nikah : 1 tahun
Perkawinan ke : Pertama
4. Riwayat Obstetri :
a. Riwayat menstruasi
Menarche : 12 tahun
Lama : 6-7 hari
Banyak : Hari ke 1-2 ganti pembalut 3-4x/hari
Hari ke 3-5 ganti pembalut 2-3x/hari
Hari ke 4-7 ganti pembalut 2x/hari
Siklus : 28 hari
Dismenorhea : tidak
b. Riwayat Kehamilan/Persalinan
Yang lalu : Ibu mengatakan ini adalah anak pertamanya.

21
Sekarang :
P1A0
Tempat persalinan : UPTD Puskesmas Ngawen
Jenis persalinan : Spontan
Komplikasi persalinan : Tidak ada
Keadaan plasenta dan tali pusat : Lengkap
Lama persalinan :
- Kala I : 5 jam 30 menit
- Kala II : 10 menit
- Kala III : 15 menit
- Kala IV : 2 jam
Jumlah perdarahan :

- Kala I : 50 cc
- Kala II : 100 cc
- Kala III : 100 cc
- Kala IV : 50 cc
+
Total : 300 cc

Keadaan bayi :

Ditolong oleh : Bidan

Jenis kelamin : Perempuan

Tanggal/jam lahir : 28 Februari 2021, 00.35

BB = 2700 gram, PB = 49cm, LK = 32cm, LD = 34cm

APGAR score : 8,9,9

Kelainan bawaan : Tidak ada

5. Riwayat KB :
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi.

22
6. Pola Kebutuhan Dasar Sehari-hari
Pola Nutrisi :
Ibu mengatakan makan terakhir pukul 05.00 dengan nasi dan lauk,
meminum teh manis anget 1gelas dan meminum air putih 2 gelas.
Pola Eliminasi :
Ibu mengatakan sudah BAK 1x pada pukul 05.30 WIB warna kuning
jernih, bau khas.
Pola istirahat
Ibu mengatakan sudah tidur sebentar-sebentar.
Pola aktivitas :
Ibu mengatakan saat ini sudah bisa duduk, berdiri, berjalan-jalan, dan
menggendong bayinya.
Pola sexual :
Ibu mengatakan sampai saat ini belum melakukan hubungan seksual
Pola personal hygiene :
Ibu mengatakan saat ini belum mandi, ganti baju 2x, ganti pembalut dan
celana dalam.
Pola kebiasaan hidup sehat :
Ibu mengatakan saat ini mengkonsumsi makanan bergizi seimbang, tidak
merokok, tidak mengkonsumsi obat terlarang.
Pola menyusui :
Ibu mengatakan menyusui bayinya, segera setelah lahir.
Psiko, sosial, spiritual, cultural :
- Tanggapan ibu terhadap dirinya : ibu mengatakan merasa senang
dengan kelahiran anaknya/bayinya. Ibu mengatakan masih terfokus pada
dirinya.
- Tingkat pengetahuan ibu terhadap kondisinya : Ibu mengatakan
keluarga dan suami senang atas kelahiran bayinya yang normal.
- Tanggapan keluarga terhadap kelahiran bayi : Ibu mengatakan keluarga
dan suami atas kelahiran bayinya yang normal.

23
- Ketaatan beribadah : Ibu mengatakan sholat 5 waktu dan saat ini tidak
melakukan sholat.
- Koping : Ibu mengatakan setiap ada masalah selalu cerita kepada suami
dan keluarga.
- Pengambil keputusan : Ibu mengatakan pengambilan keputusan dalam
keluarganya adalah suami.
- Lingkungan yang berpengaruh : Ibu mengatakan tidak percaya terhadap
mitos yang berkemnbang seperti tidak boleh makan ikan, telur, dan
minum es.
- Ekonomi : Ibu mengatakan penghasilan suami sudah mencukupi
kebutuhan sehari-harinya.
IV. DATA OBYEKTIF
1. Keadaan umum: Baik
Kesadaran : Composmenthis
2. Tanda-tanda vital
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 80x/mnt
RR : 22x/mnt
T : 36,6°C
3. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Simetris, tidak ada bejolan, tidak ada nyeri tekan, rambut
hitam, tidak rontok.
Muka : Simetris
Mata : Konjungtiva merah muda, reflek pupil baik, sklera putih.
Hidung : Simetris, tidak ada sekret, tidak ada kelainan.
Telinga : Simetris, tidakada serumen, fungsi pendengaran baik.
Mulut : Simetris, bibir merah muda, tidak stomatitis, tidak karies
gigi.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tiroid, dan vena
jugularis.

24
Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada bekas
luka
Abdomen : Tidak lesi, tidak nyeri tekan, tidak ada bekas luka
Ekstremitas :
Atas : Simetris, jumlah jari lengkap, capillary refill baik, turgor
kulit baik.
Bawah : Simetris, jumlah jari lengkap, capillary refill baik, turgor
kulit baik, tidak odem.
Anus : bersih, tidak hemoroid
4. Pemeriksaan Obstetri
Muka :
- Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih, reflek
pupil normal.
- Edema wajah : Tidak ada, tidak pucat
Payudara :
- Pembesaran mammae : Simetris
- Areola mammae : Berwarna kehitaman
- Putting susu : Menonjol
- ASI : Keluar ASI kolostrum
Abdomen :
- Pembesaran : TFU 2 jari dibawah pusat
- Bekas luka : Tidak ada
Genetalia :
- PPV : Lochea
- Jumlah :300 cc
- Jenis : Lochea rubra
- Warna : merah segar
- Bau : khas darah
Ekstremitas :
Simetris, tidak ada odem, tidak ada kelainan, tidak ada tromboflebitis.
5. Pemeriksaan Penunjang

25
Tidak dilakukan

V. ANALISA
Ny. N P1A0 umur 20 tahun 6 jam post partum fase taking in.

VI. PLANNING
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan
normal.
TD : 110/80 mmHg RR: 22x/mnt
N : 80x/mnt S: 36,6°C
Hasil : Ibu mengerti dan senang akan hasil pemeriksaan bahwa
kondisinya normal.
2. Menjelaskan kepada ibu bahwa mules yang dirasakan adalah hal yang
wajar dikarenakan involusi uterus atau uterus kembali ke ukuran semula.
Hasil : Ibu mengerti akan penjelasan bidan.
3. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi diri seperti miring ke kiri, ke kanan,
duduk, berdiri, dan berjalan-jalan.
Hasil : Ibu mengerti dan besedia melakukan anjuran bidan.
4. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang tinggi protein
seperti telur, ikan, dan kacang-kacangan untuk membantu proses
pemulihan.
Hasil : Ibu mengerti dan besedia melakukan anjuran bidan.
5. Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu tentang tanda bahaya nifas
yaitu Perdarahan lebih dari 500 cc/ hingga ganti pembalut 2x dalam 30
menit, nyeri ulu hati, pandangan kabur, sakit kepala menetap.
Hasil : Ibu mengerti dan paham akan penjelasan bidan.

26
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan menguraikan proses Asuhan Kebidanan Nifas
Fisiologis pada Ny. N P1A0 usia 20 tahun di UPTD Puskesmas Rembang.
Pengkajian dilakukan pada tanggal 28 Februari 2022 pada pukul 06.35 WIB.
Setelah dilakukan pengkajian pada Ny “N” didapatkan diagnosa P1A0 di ruang
Mampu Bersalin (Mp) UPTD Puskesmas Ngawen . Pada pengkajian data
Subyektif Ny. N berusia 20 tahun, mengatakan telah melahirkan 6 jam yang
lalu. Keluhan yang ibu rasakan perutnya mulas. Menurut teori Islami dkk,
(2015) menyebutkan bahwa nyeri setelah melahirkan disebabkan oleh
kontraksi dan relaksasi uterus yang berurutan yang terjadi secara terus
menerus. Maka hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik.

Pada data obyektif didapatkan hasil pemeriksaan fisik yaitu keadaan


umum baik, kesadaran composmenthis, TTV normal, kontraksi baik, TFU 2
jari dibawah pusat, lochea rubra, perdarahan 1x ganti pembalut, ibu sudah
berkemih, bisa miring ke kanan dan kiri, sudah bisa duduk dan berjalan ke
kamar mandi.

Pada pukul 06.35 WIB dilakukan tindakan memberitahu ibu tentang hasil
pemeriksaan bahwa ibu sudah berada pada masa nifas, melakukan asuhan pada
ibu nifas 6 jam post partum fisiologis. Hal ini sesuai dengan teori Islami dkk,
2015. Maka tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek.

27
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
S : Ibu mengatakan masih merasakan mulas di bagian perutnya.
O : keadaan umum baik, kesadaran composmenthis, TD 110/80
mmHg, N : 80x/mnt, T : 36,6°C, RR : 22x/mnt, kontraksi baik,
TFU 2 jari dibawah pusat dan lochea rubra.
A : Ny. M P1A0 usia 20 tahun 6 jam postpartum fase taking in.
P : - Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan
- Menjelaskan kepada ibu bahwa mules nya adalah hal wajar.
- Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini
- Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan berprotein
tinggi
- Memberikan penkes tentang tanda bahaya nifas
Saran
Pengkajian terhadap studi kasus tentang Nifas Fisiologis penulis
mengemukakan saran yaitu :
1. Bagi tenaga kesehatan khususnya bidan
Diharapkan selalu berkoordinasi dengan pasien dalam memberikan
asuhan kebidanan pada klien agar pasien tau apa saja yang harus
diperhatikan, khususnya pada ibu bersalin. Bidan diharapkan dapat
memberikan pelayanan professional dan komprehensif.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih
berkualitas dan professional, sehingga dapat tercipta tenaga kesehatan
yang inovatif, terampil, bermutu berdasarkan kode etik.
3. Bagi Klien dan Keluarga
Diharapkan klien dapat mengetahui dan memahami perawatan yang
dapat dilakukan pada ibu nifas.

28
4. Bagi Penulis
Diharapkan penulis dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta
mendapatkan pengalaman dalam melaksanakan asuhan kebidanan
secara langsung.

29
DAFTAR PUSTAKA

Islami dan Noveri Aisyaroh. 2015. Efektifitas Kunjungan Nifas Terhadap


Pengurangan Ketidaknyamanan Fisik yang Terjadi pada Ibu Selama Masa
Nifas. Bahan Ajar.

Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Kementerian

Kesehatan RI : Jakarta ; 2020

Rukiah, A.Y; Yulianti L; dkk. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: Trans Info

Media; 2014.

Saleha, S. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika.

WHO. Maternal Mortality. WHO ; 2019.

30

Anda mungkin juga menyukai