Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

KALIMAT EFEKTIF & KATA SERAPAN


BAHASA INDONESIA
Makalh ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pembimbing : Nensy Septiana Kencana Wulan, S.Pd

Disusun Oleh : Nadia Nur Salsabila (P1337424619001)

PROGRAM STUDI KEBIDANAN BLORA


PROGRAM DIPLOMA TIGA
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan YME karena atas berkat rahmat dan
kasih sayang-Nya makalah yang berjudul “Kalimat Efektif dan Kata Serapan
Bahasa Indonesia” ini dapat terselesaikan.
Dan terimakasih penulis sampaikan kepada Dosen pengampuh mata kuliah Bahasa
Indonesia, Ibu Nensy Septiana Kencana Wulan, S.Pd yang telah mengarahkan dan
membimbing pembuatan makalah yang baik dan benar.
Dalam makalah ini dibahas tentang beberapa materi yang meliputi pengertian
kalimat efektif, ciri-ciri kalimat efektif, kesepadanan struktur, kepararelan bentuk,
kecermatan, ketegasan, kepaduan, dan kelogisan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, walaupun penulis telah berusaha menyajikan yang terbaik bagi
pembaca. Oleh karena itu, kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini
dengan senang hati penulis terima. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Aamiin.

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I ...................................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG ................................................................................. 4
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................. 5
C. TUJUAN ...................................................................................................... 5
BAB II ..................................................................................................................... 6
A. PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF ........................................................ 6
B. UNSUR-UNSUR KALIMAT ...................................................................... 6
C. CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF .............................................................. 12
D. SYARAT KALIMAT EFEKTIF ............................................................... 18
E. STRUKTUR KALIMAT ........................................................................... 19
F. PENGERTIAN KATA SERAPAN ........................................................... 19
G. PROSES MASUKNYA KATA SERAPAN.............................................. 19
H. MACAM-MACAM KATA SERAPAN .................................................... 20
I. DAMPAK PENGGUNAAN KATA SERAPAN BAGI BANGSA
INDONESIA ..................................................................................................... 25
BAB III ................................................................................................................. 26
A. KESIMPULAN .......................................................................................... 26
B. SARAN ...................................................................................................... 26

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan oleh anggota
masyarakat dengan anggota masyarakat lain. Bahasa yang digunakan itu
hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan,
diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau
pembaca. Dalam bahasa terdapat ide, gagasan pikiran, dan perasaan yang
mewakili diri seseorang. Setiap gagasan pikiran atau konsep yang dimiliki
seseorang pada prakteknya harus dituangkan kedalam bentuk kalimat.
Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada
sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang
diucapkan atau yang dituliskan. Supaya kalimat yang dibuat dapat
mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur kalimat yang
digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat
seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang
seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan. Kelengkapan dan keeksplisitan
semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan komunikasi dan
kesesuaiannya dengan kaidah.
Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak
memenuhi syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh, antara lain,
mungkin kalimat-kalimat yang dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau
bertele-tele. Dengan adanya kenyataan itu, pembaca sukar mengerti maksud
kalimat yang kita sampaikan karena kalimat tersebut tidak efektif. Berdasarkan
kenyataan inilah penulis tertarik untuk membahas kalimat efektif dengan
segala permasalahannya.
Dalam berkomunikasi dengan orang lain, kita mengenal bahasa lisan dan
bahasa tulisan. Kedua bahasa ini sering menimbulkan kesalahpahaman.
Penggunaan kalimat yang baik dan benar (yang disebut kalimat efektif) akan
memudahkan pemahanam orang lain sehingga kesalahpahaman yang sering
terjadi dapat terhindarkan.
Untuk menjadikan kalimat yang diucapkan atau ditulis mudah dimengerti
oleh orang lain, ada dua syarat yang harus dipenuhi. Pertama, kalimat tersebut
secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis.
Kedua, kalimat tersebut sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya
dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara
atau penulis. Faktor yang menjadikan gagasan diterima dengan baik adalah
penggunaan kalimat yang baik dan benar serta penggunaan huruf dan tanda
baca yang sesuai dengan kaidah tata bahasa.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?
2. Apa saja unsur-unsur kalimat?
3. Apa ciri-ciri kalimat efektif?
4. Apa syarat yang mendasari kalimat efektif?
5. Bagaimana struktur kalimat efektif?
6. Apa yang dimaksud kata serapan?
7. Bagaimana proses masuknya kata serapan ke dalam bahasa Indonesia?
8. Apa saja macam-macam kata serapan?
9. Apa dampak dari penggunaan kata serapan bagi bangsa Indonesia?

C. TUJUAN
1. Agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunakan bahasa Indonesia
sehingga menjadi baik dan benar
2. Mengetahui apa dan bagaimana penggunaan kalimat efektif dalam
berbahasa
3. Menjaga kemurnian Bahasa Indonesia

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF


Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan
penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh
pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran
kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada
pendengar atau pembaca.
Beberapa definisi kalimat efektif menurut beberapa ahli bahasa :
1. Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat
komunikatif, gramatikal, dan sintaksis saja, tetapi juga harus hidup, segar,
mudah dipahami, serta sanggup menimbulkan daya khayal pada diri
pembaca.
2. Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan mudah
dipahami orang lain secara tepat.
3. Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan
kaidah, ringkas, dan enak dibaca.
4. Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan
informasi dan informasi tersebut mudah dipahami oleh pembaca.

B. UNSUR-UNSUR KALIMAT
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa
Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam
kalimat, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan
keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri
atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap,
dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau
wajib tidak hadir.
1. Subjek (S)
Adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu
hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek
biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa
verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh sebagai berikut ini:
a. Ayahku sedang melukis.
b. Meja direktur besar.
c. Yang berbaju batik dosen saya.
d. Berjalan kaki menyehatkan badan.
e. Membangun jalan layang sangat mahal.
Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang
diisi oleh kata dan frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan (b), contoh S yang
diisi oleh klausa terdapat pada kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh frasa
verbal terdapat pada kalimat (d) dan (e).
Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu
merujuk pada benda (konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun
jenis kata yang mengisi S pada kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda, namun
hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda. Bila kita menunjuk pelaku pada
kalimat (c) dan (d), yang berbaju batik dan berjalan kaki tentulah orang
(benda). Demikian juga membangun jalan layang yang menjadi S pada kalimat
(e), secara implisit juga merujuk pada “hasil membangun” yang tidak lain
adalah benda juga. Di samping itu, kalau diselami lebih dalam, sebenarnya ada
nomina yang lesap, pada awal kalimat (c) sampai (e), yaituorang pada awal
kalimat (c) dan kegiatan pada awal kalimat (d) dan (e).
Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan
memakai kata tanya siapa (yang)… atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada
jawaban yang logis atas pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata
jawabannya tidak ada dan atau tidak logis berarti kalimat itu tidak mempunyai
S. Inilah contoh “kalimat” yang tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak jelas
pelaku atau bendanya.
a. Bagi siswa sekolah dilarang masuk.
b. Di sini melayani obat generic.
c. Memandikan adik di pagi hari.
Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak
mempunyai S. Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh
(a) siapa yang melayani resep pada contoh (b) dan siapa yang memandikan

7
adik pada contoh (c), tidak ada jawabannya. Kalaupun ada, jawaban itu terasa
tidak logis.

2. Predikat (P)
Adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa atau
dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu
kalimat). Selain memberitahu tindakan atau perbuatan subjek (S), P dapat pula
menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri S. termasuk juga sebagai P
dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S.
predikat dapat juga berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau
adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan
contoh berikut:
1. Kuda meringkik.
2. Ibu sedang tidur siang.
3. Putrinya cantik jelita.
4. Kota Jakarta dalam keadaan aman.
5. Kucingku belang tiga.
6. Robby mahasiswa baru.
7. Rumah Pak Hartawan lima.
Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. Kata
meringkik pada kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok kata
sedang tidur siang pada kalimat (b) memberitahukan melakukan apa ibu,cantik
jelita pada kalimat (c) memberitahukan bagaimana putrinya, dalam keadaan
aman pada kalimat (d) memberitahukan situasi kota Jakarta, belang tiga pada
kalimat (e) memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada kalimat (f)
memberitahukan status Robby, dan lima pada kalimat (g) memberitahukan
jumlah rumah Pak Hartawan.
Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata
menunjuk pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau bendanya.
a. Adik saya yang gendut lagi lucu itu.
b. Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto.
c. Bandung yang terkenal kota kembang.
Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal, yaitu
diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, namun di dalamnya
tidak ada satu kata pun yang berfungsi sebagai P. Tidak ada jawaban atas
pertanyaan melakukan apa adik yang gendut lagi lucu (pelaku) pada contoh (a),
tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada apa dengan kantor di Jalan Gatot
Subroto dan Bandung terkenal sebagai kota kembang itu pada contoh (b) dan (c).
karena tidak ada informasi tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang dituntut oleh
P, maka contoh (a), (b), (c) tidak mengandung P. Karena itu, rangkaian kata-kata
yang cukup panjang pada contoh (a), (b), (c) itu belum merupakan kalimat,
melainkan baru merupakan kelompok kata atau frasa.

3. Objek (O)
Adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya diisi oleh
nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa
verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O, seperi pad contoh
di bawah ini.
1. Nurul menimang …
2. Arsitek merancang …
3. Juru masak menggoreng …
Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh
tersebut adalah P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan
melengkapi P pada ketiga kalimat itulah yang dinamakan objek. Jika P diisi oleh
verba intransitif, O tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat O dalam kalimat
dikatakan tidak wajib hadir. Verba intransitive mandi, rusak, pulang yang
menjadi P dalam contoh berikut tidak menuntut untuk dilengkapi.
1. Nenek mandi.
2. Komputerku rusak.
3. Tamunya pulang.
Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya
dipasifkan. Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan
ubahan posisinya bila kalimatnya dipasifkan.

9
1) Martina Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O)
2) Yayuk Basuki (S) dikalahkan oleh Martina Hingis.

1) Orang itu menipu adik saya (O)


2) Adik saya (S) ditipu oleh oran itu.

4. Pelengkap (pel)
Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P.
letak Pelengkap umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu
juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu
dapat berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O
terdapat perbedaan. Perhatikan cnntoh di bawah ini:
a. Ketua MPR membacakan Pancasila.
S P O
b. Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.
S P Pel
Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi oleh
nomina Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya
kalimat (a) yang menempatkan Pancasila sebagai O.

5. Keterangan (ket)
Adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian
kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan
Pel. Posisinya bersifat bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat.
Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa preporsisional, adverbia, atau klausa.
Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam-macam Ket dalam kalimat. Para
ahli membagi keterangan atas Sembilan macam (Hasan Alwi dkk, 1998:366)
yaitu seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.
JENIS KETERANGAN DAN CONTOH PEMAKAIANNYA
No. Jenis keterangan Posisi/penghubung Contoh pemakaian
1. Tempat Di Di kamar, di kota
Ke Ke Surabaya, ke
Dari rumahnya
Pada Dari Manado, dari
sawah
Pada permukaan
2. Waktu - Sekarang, kemarin
Pada Pada pukul 5 hari ini
Dalam Dalam 2 hari ini
Se- Sepulang kantor
Sebelum Sebelum mandi
Sesudah Sesudah makan
Selama Selama bekerja
Sepanjang Sepanjang perjalanan
3. Alat Dengan Dengan pisau, dengan
mobil
4. Tujuan Supaya/agar Supaya/agar kamu
Untuk faham
Bagi Untuk kemerdekaan
Demi Bagi masa depan
Demi orang tuamu
5. Cara Secara Secara hati-hati
Dengan cara Dengan cara damai
Dengan jalan Dengan jalan berunding
6. Kesalingan - Satu sama lain
7. Similatif Seperti Seperti angin
Bagaikan Bagaikan seorang dewi
Laksana Laksana bintang di
langit
8. Penyebab Karena Karena perempuan itu
Sebab Sebab kegagalannya
9. Penyerta Dengan Dengan adiknya
Bersama Bersama orang tuanya
Beserta Beserta saudaranya

11
C. CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF
Untuk dapat mencapai keefektifan suatu kalimat harus memenuhi setidaknya
enam syarat, yaitu:
1) Kesepadanan
Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan)
dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh
kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini:
• Sebuah kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.
Ketidakjelasan subjek
atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan
subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan
pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai,
menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.
(Salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.(Benar)
• Tidak terdapat subjek yang ganda.
Contoh:
a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :
a. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu bagi saya kurang jelas.
• Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh:
a. Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli sepeda
motor Suzuki.
Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama,
ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan
penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai
berikut:
a. kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pertama. Atau
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor
Suzuki.
Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda
motor Suzuki.
• Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
a. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
Perbaikannya adalah sebagai berikut:
a. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.
2) Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan
dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau
bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.

Contoh:
a. Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
b. Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,
memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata
ruang.
Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili
predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat
itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.

13
Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak
sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan.
Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai
berikut:
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,
pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata
ruang.
3) Ketegasan
ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah
kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau
penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan
dalam kalimat.
Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan
kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada anak-anak terlantar.
Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.
4) Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat
mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu.
Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah
kejelasan kalimat. Peghematan di sini mempunyai arti penghematan terhadap kata
yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan
subjek.
Perhatikan contoh:
Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang.
Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut.
Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian
superordinat pada hiponimi kata.
Perhatikan contoh:
a. Ia memakai baju warna merah.
b. Di mana engkau menangkap burung pipit itu?
Kata merah sudah mencakupi kata warna.
Kata pipit sudah mencakupi kata burung.
Kalimat itu dapat diubah menjadi
a. Ia memakai baju merah.
b. Di mana engkau menangkap pipit itu?

15
Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman
dalam satu kalimat.
Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.
a. Dia hanya membawa badannya saja.
b. Sejak dari pagi dia bermenung.
Kata naik bersinonim dengan ke atas.
Kata turun bersinonim dengan ke bawah.
Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi
a. Dia hanya membawa badannya.
b. Sejak pagi dia bermenung.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata
yang berbentuk jamak.
Misalnya:
Bentuk tidak baku : para tamu-tamu, beberapa orang-orang
bentuk baku : para tamu, beberapa orang.
5) Kecermatan
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan
tafsiran ganda.
Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
a. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
b. Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat (a) memilikimakna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau
perguran tinggi.
Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah
atau dua puluh lima ribu rupiah.
Perhatikan kalimat berikut.
✓ Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang,
dan para menteri.
Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu
diceritakan dan menceritakan. Kalimat itu dapat diubah menjadi
Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
6) Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan
dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir
yang tidak
simetris.Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang
telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar
bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang
adil dan beradab

b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib
dalam
kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
Contoh:
Surat itu saya sudah baca.
Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.
Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan
verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk
a. Surat itu sudah saya baca.
b. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.

c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada
atau tentang
antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan kalimat ini :
a. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:
a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
7) Kelogisan

17
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima
oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.

D. SYARAT KALIMAT EFEKTIF


1. Koherensi Adalah Hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara unsur
- unsur (kata atau kelompok kata) yang membentuk kata itu.
2. Kesatuan, Suatu kalimat efektif harus mempunyai struktur yang baik.
Artinya, kalimat itu harus memiliki unsur - unsur subyek dan predikat, atau
bisa ditambah dengan obyek, keterangan, dan pelengkap yang bisa
melahirkan arti yang merupakan ciri - ciri keutuhan kalimat.
3. Kehematan adalah kehematan dalam pemakain kata, frase atau bentuk
lainnya yang dianggap tidak diperlukan. Kehematan tersebut menyangkut
soal gramatikal dan makna kata. Namun, dalam hal ini tidak berarti bahwa
kata yang menambah kejelasan kalimat boleh dihilangkan.
4. Paralelisme atau kesejajaran Adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan
yang digunakan dalam kalimat itu Jika pertama menggunakan verba, maka
bentuk kedua juga menggunakan verba. Lalu, jika kalimat pertama
menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya juga
harus menggunakan kata kerja berimbuhan me-, juga.
5. Penekanan Gagasan pokok atau misi yang ingin ditekankan oleh pembicara
biasanya dilakukan dengan memperlambat ucapan, melirihkan suara, dan
sebagainya pada bagian kalimat tadi.
6. Kevariasian, untuk menghindari kebosanan dan keletihan saat membaca,
diperlukan variasi dalam teks. Ada kalimat yang dimulai dengan subyek,
predikat atau keterangan. Ada kalimat yang pendek dan panjang.
7. Logis/Nalar, suatu kalimat dikatakan logis apabila informasi dalam kalimat
tersebut dapat diterima oleh akal atau nalar. Logis atau tidaknya kalimat
dilihat dari segi maknanya, bukan strukturnya. Suatu kalimat dikatakan
logis apabila gagasan yang disampaikan masuk akal, hubungan antar
gagasan dalam kalimat masuk akal, dan hubungan gagasan pokok serta
gagasan penjelas juga masuk akal.
E. STRUKTUR KALIMAT
1. Struktur kalimat dasar terdiri dari,
Pola kalimat dasar
Tipe kalimat
2. Struktur kalimat tunggal terdiri dari,
Pola kalimat tunggal
3. Struktur kalimat majemuk terdiri dari,
Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk campuran

F. PENGERTIAN KATA SERAPAN


Kata serapan adalah kata yang berasal dari bahasa lain (bahasa daerah atau
bahasa luar negeri) yang kemudian ejaan, ucapan, dan tulisannya disesuaikan
dengan penuturan masyarakat Indonesia untuk memperkaya kosa kata.
Masyarakat Indonesia sekarang, telah banyak menggunakan kata-kata
serapan. Mereka berpendapat bahwa menggunakan kata-kata serapan adalah
suatu hal yang dapat menjadikan mereka dianggap sebagai orang yang
terpelajar, gaul, modern dan lain-lain. Padahal, disisi lain penggunaan kata
serapan tidak hanya menimbulkan dampak positif, namun juga akan
menimbulkan dampak negatif yang tidak disadari oleh masyarakat. Sejumlah
ahli yang mempelajari kata serapan bahasa asing yang ada pada bahasa
indonesia lebih mementingkan karakteristik bahasa asing tersebut ketimbang
bahasa penerima dan kaidah linguistiknya serta yang menyangkut
pelafalannya. Bahasa indonesia adalah bahasa yang terbuka. Maksudnya ialah
bahwa bahasa ini banyak menyerap kata-kata dari bahasa lainnya.

G. PROSES MASUKNYA KATA SERAPAN


Ada beberapa proses atau cara masuknya bahasa asing ke dalam
bahasa Indonesia sehingga bisa terserap yaitu dengan cara :
1. Adopsi
Proses adopsi adalah proses terserapnya bahasa asing karena
pemakai bahasa tersebut mengambil kata bahasa asing yang memiliki
makna sama secara keseluruhan tanpa mengubah lafal atau ejaan dengan
bahasa Indonesia.
Contoh: Hotdog, Shuttle cock, reshuffle, plaza, supermarket.

19
2. Adaptasi
Proses adaptasi adalah proses diserapnya bahasa asing akibat
pemakai bahasa mengambil kata bahasa asing, tetapi ejaan atau cara
penulisannya berbeda dan disesuaikan dengan aturan bahasa Indonesia.
Contoh:
Option = Opsi
Fluctuate = Fluktuatif
Organization = Organisasi
Maximal = maksimal
3. Pungutan
Masuknya bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia terjadi akibat
pemakai bahasa mengambil konsep dasar yang ada dalam bahasa
sumbernya, kemudian dicarikan padanan katanya dalam bahasa
Indonesia. Cara ini dapat disebut juga dengan konsep terjemahan dimana
kata serapan dihasilkan dengan cara menerjemahkan kata atau istilah
tersebut tanpa mengubah makna kata tersebut.
Contoh:
Spare part = Suku cadang
Try out = Uji coba
Overlap = Tumpang tindih
Shuttle ship = Pesawat ulang-alik

H. MACAM-MACAM KATA SERAPAN


Ada beberapa bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia
diantaranya yaitu :
1. Bahasa Inggris
Karena bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang
digunakan oleh seluruh bangsa di dunia untuk berkomunikasi, bahasa ini
dapat dengan mudah masuk dan diterima oleh pemakai bahasa Indonesia.
Di bawah ini adalah contoh kata-kata bahasa Inggris yang telah diserap
ke dalam bahasa Indonesia.
Application = Aplikasi
Actor = Aktor
Aquarium = Akuarium
Allergy = Alergi
Account = Akun
Aerobic = Aerobik
Ballpoint = Bolpen
Bomb = Bom
Bus = Bis
Boss = Bos
Balloon = Balon
Business = Bisnis
Book = Buku
Calculator = Kalkulator
Cartoon = kartun
Cellular = Seluler
Coin = Koin
Coffee = Kopi
Community = Komunitas
Copy = Salin
Conglomerate = Konglomerat
Conducive = Kondusif
Detail = Detail
Data = Data
Design = Desain
Discount = Diskon
Director = Direktur
Dimension = Dimensi
Edition = Edisi
Ecology = Ekologi
Embryo = Embrio
Erosion = Erosi

21
Export = Ekspor
Essay = Esai
Enzyme = Enzim
2. Bahasa Belanda
Belanda telah menjajah Indonesia selama tiga ratus lima puluh
tahun. Lamanya bangsa Belanda menduduki Indonesia memungkinkan
bahasa Belanda terserap ke dalam bahasa Indonesia dan secara tidak
sadar kita telah mengambil dan menggunakan kata-kata dari bahasa
Belanda tersebut. Bahasa Belanda merupakan bahasa yang paling banyak
terserap ke dalam bahasa Indonesia. Berikut ini adalah contoh kata
serapan yang diambil dari bahasa Belanda.
Amateur = Amatir
Acclamatie = Aklamasi
Akte = Akte
Atleet = Atlet
Berichten = Berita
Bombarderen = Bombardir
Boetiek = Butik
Bezoek = Besuk
Chocolade = Coklat
Debiteur = Debitur
Dieet = Diet
Docent = Dosen
Egoistisch = Egois
Ijs = Es
Etnisch = Etnis
Etiquette = Etiket
Hotel = Hotel
3. Bahasa Jawa Kuno
Bahasa Indonesia juga menyerap kata-kata Jawa kuno atau bahasa
Sansekerta dikarenakan kebudayaan jawa merupakan pusat
perkembangan kebudayaan di Indonesia pada zaman dahulu .
Penyerapan ini juga akibat masih lekatnya orang-orang jawa dengan
bahasa mereka sehingga mereka tetap menggunakan bahasanya
walaupun zaman telah berekembang. Oleh karena seringnya penggunaan
bahasa Jawa, bahasa ini menjadi umum dimasyarakat dan secara tak
sadar digunakan secara luas. Berikut ini adalah contoh-contoh kata
serapan dari bahasa jawa kuno.
Cuba = Coba
Cahya = Cahaya
Dhenger = Denger
Garem = Garam
Duraka = Durhaka
Phala = Pahala
Bhasa = Bahasa
Ajian = Mantra
Angkara = Murka
Aniaya = Menyiksa
Diwasa = Dewasa
4. Bahasa Arab
Ada dua faktor yang menjadi penyebab diserapnya bahasa arab ke
dalam bahasa Indonesia, yaitu bangsa arab sering melakukan
perdagangan di Indonesia dan berinteraksi dengan penduduk pribumi dan
Arab adalah Negara tempat berasalnya agama mayoritas di Indonesia.
Berikut ini adalah contoh-contoh kata serapan dari bahasa Arab.
Abad = Abad
Abadi = Abadi
Bakhil atau Baligh = Baligh
Halal = Halal
Haram = Haram
Ilmu = Ilmu
Lafazh = Lafal
Zhalim = Lalim
Maqalatun = Makalah

23
Rizqi = Rezeki
Zakarotil = Sekarat
Almanak = Almanak
Awal = Awal
Akhir = Akhir
Kahabar = Kabar
5. Bahasa-Bahasa Lain
Bahasa lain adalah bahasa-bahasa yang terserap ke dalam bahasa
Indonesia dengan porsi yang sedikit dibandingkan dengan bahasa-bahasa
di atas. Bahasa-bahasa tersebut merupakan bahasa China, Portugis,
Tamil, Parsi.
Contoh:
Bakiak = Bakiak (Bahasa China)
Cincau = Cincau (Bahasa China)
Encang = Paman (Bahasa China)
Encing = Tante (Bahasa China)
Armada = Armada (Bahasa Portugis)
Algoz = Algojo (Bahasa Portugis)
Banco = Bangku (Bahasa Portugis)
Bolo = Bolu (Bahasa Portugis)
Petti = Peti (Bahasa Tamil)
Ulogam = Logam (Bahasa Tamil)
Kadai = Kedai (Bahasa Tamil)
Acar = Acar (Bahasa Parsi)
Anggur = Anggur (Bahasa Parsi)
Istana = Istana (Bahasa Parsi)
I. DAMPAK PENGGUNAAN KATA SERAPAN BAGI BANGSA
INDONESIA
Seringnya masyarakat menggunakan kata-kata serapan, dapat menimbulkan
dampak positif dan juga dampak negatif sebagai berikut.
1. Dampak positif penggunaan kata serapan
Masyarakat lebih bangga menggunakan kata-kata serapan karena dinilai
lebih modern. Para remaja juga senang memakai kata-kata atau istilah-
istilah asing agar dikatakan lebih gaul, dan sebagainya. Selain itu,
dampak positif lain adalah pengucapan kata-kata serapan terkenal lebih
singkat dari pada pengucapan kata Bahasa Indonesia. Seperti, kata
“discon” yang dalam Bahasa Indonesianya berarti “potongan harga”.
2. Dampak negatif penggunaan kata serapan
Menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang rendah dimata
masyarakat, dan kecintaan masyarakat terhadap Bahasa Indonesia,
bahkan Bangsa Indonesia berkurang

25
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat berfungsi mengungkapkan
informasi secara tepat, cepat, dan mudah dipahami dan mempunyai hubungan
kalimat, penekanan dan pengucapannya. Di dalam penyusunan kalimat efektif
sangat perlu diperhatikan struktur kalimat, kelugasan penyusunan kata serta
faktor-faktor lainnya agar kalimat yang disusun menjadi kalimat utuh yang
efektif. Unsur-unsur dalam kalimat efektif, ialah: subjek (S), predikat (P),
objek (O), pelengkap (Pel) dan keterangan (Ket) dan mengenai syarat-syarat
kalimat efektif meliputi: koherensi, kesatuan, kehematan, paralelisme atau
kesejajaran, penekanan, kevariasian dan logis/nalar.
Berdasarkan taraf integrasinya unsur serapan dalam bahasa Indonesia
dapat dibagi atas, unsur serapan yang belum sepenuhnya terserap ke dalam
bahasa Indonesia dan unsur serapan yang pengucapan dan penulisannya
disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.

B. SARAN
Sebagai anak-anak Bangsa Indonesia kita seharusnya lebih mencintai
Bahasa Indonesia. Walupun, dalam komunikasi sehari-hari kita menggunakan
bahasa yang tidak terdapat dalam kaidah Bahasa Indonesia yang benar. Tapi,
setidaknya kita menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar saat
berada dalam forum-forum resmi. Kepada para pengajar, pendidik, dan
pembimbing, diharapkan dapat lebih menumbuhkan rasa nasionalisme
terhadap Bangsa Indonesia kepada anak-anaknya dengan salah satu cara
mengajarkan mereka Bahasa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
• Ali, Lukman dkk. 1991. Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia. Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
• Badudu, J.S. 1983. Membina Bahasa Indonesia Baku. Bandung: Pustaka
Prima.
• Finoza, Lamuddin. 2002. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan
Mulia.
• Razak, Abdul. 1985. Kalimat Efektif. Jakarta: Gramedia.
• Dewi, Ponco, Dra. Rr K, MM. 2015. Modul Bahasa Indonesia. Jakarta:
Fakultas Ekonomi.
• https://www.academia.edu/28990388/Bahasa_Indonesia_Kata_Serapan_da
lam_Bahasa_Indonesia

27

Anda mungkin juga menyukai