Anda di halaman 1dari 19

KALIMAT EFEKTIF DALAM BAHASA INDONESIA

Makalah

Disusun oleh :

Iqhbal Putra Pratama(Nim.0205202048)

Sem.I/JINAYAH 1-B

Untuk mata kuliah :

BAHASA INDONESIA

Dosen pengampu :

Indra Sahputra,S.Pd,M.Si

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Allah SWT. Karena berkat rahmat dan karunia-Nya
makalah BAHASA INDONESIA iini dapat diselesaikan . Sholawat dan salam semoga tetaap
tercurahkan kepada baginda Muhammad SAW . Makalah ini disusun dengan harapan dapat
menunjang dan memenuhi pencapaian tugas yang diberikan oleh dosen pengampu.

Pada kesempatan kali ini saya mengucapkan terima kasih kpada beberapa pihak yang
telah berjasa dalam menyusun makalah ini. Semoga Allah membalas dengan balasan yang
baik.Aamiin.

Saya menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna oleh karena itu,saya
menharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya selanjutnya.

Akhir kata,saya berharap agar makalah ini dapat diterima oleh dosen pengampu dan
dapat berguna bagi pembaca dan siapa yang memerlukan dimasa yang akan datang.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................1
1.2Tujuan...........................................................................................................................................1
BAB II...................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
2.1Pengertian Kalimat Efektif...........................................................................................................2
2.2Unsur-Unsur Kalimat Efektif........................................................................................................4
JENIS KETERANGAN DAN CONTOH PEMAKAIANNYA.....................................................9
2.3Ciri Kalimat Efektif....................................................................................................................11
BAB III................................................................................................................................................13
PENUTUP...........................................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................13
3.2 Saran..........................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................14

iii
0
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan oleh anggota masyarakat dengan anggota
masyarakat lain. Bahasa yang digunakan itu hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar
apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau
pembaca. Dalam bahasa terdapat ide, gagasan pikiran, dan perasaan yang mewakili diri seseorang.
Setiap gagasan pikiran atau konsep yang dimiliki seseorang pada prakteknya harus dituangkan
kedalam bentuk kalimat.

Kalimat yang digunakan dalam berkomunikasi haruslah kalimat yang jelas dan mudah dipahami oleh
pendengar atau pembaca yaitu kalimat efektif. Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai.
Misalnya, ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau
yang dituliskan. Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat,
unsur kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya
ada yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu
dimunculkan.

Ketika membaca sering sekali kita menemukan beberapa kalimat yang tidak memenuhi syarat sebagai
kalimat yang baik dan benar. Hal ini bisa disebabkan oleh kalimat yang tidak logis, kacau ataupun
bertele-tele. Dengan adanya kenyataan itu, pembaca akan kesulitan dalam memahami maksud kalimat
yang disampaikan karena kalimat tersebut tidak efektif. Berdasarkan kenyataan inilah penulis
membahas  kalimat efektif, syarat kalimat efektif, dan ciri-ciri kalimat yang efektif. Agar  kita semua
mengetahui dan tidak lagi salah pengucapan kalimat agar lebih efektif dan dapat dimengerti .

1.2 Rumusan Masalah.

1. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif ?


2. Apa saja syarat yang harus ada dipenuhi agar menjadi kalimat yang efektif ?
3. Bagaimana ciri-ciri kalimat efektif ?

1.2Tujuan.

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud kalimat efektif.


2. Untuk mengetahui syarat apa saja yang harus ada dipenuhi agar menjadi kalimat yang efekti
3. Untuk mengetahui bagaimana ciri-ciri kalimat efektif .

1
BAB II

PEMBAHASAN
2.1Pengertian Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulisnya secara tepat

sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah

ukuran kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada pendengar atau

pembaca. Dengan kata lain, kalimat efektif  adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau

pembicara secara tepat sehingga pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan

mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.

Pengertian Kalimat Efektif Menurut Para Ahli

Beberapa definisi kalimat efektif menurut beberapa ahli bahasa :

  Menurut (Rahayu: 2007)

Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat komunikatif, gramatikal,

dan sintaksis saja, tetapi juga harus hidup, segar, mudah dipahami, serta sanggup menimbulkan daya

khayal pada diri pembaca.

  (Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan:2001) Mengatakan

Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan mudah dipahami orang lain

secara tepat.

 (Arifin: 1989) Mengatakan 

Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan enak

dibaca.

  Menurut (Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi: 2009)

Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan informasi dan informasi tersebut

mudah dipahami oleh pembaca.

2
 Menurut  (Arif HP: 2013)

Kalimat efektif di pahami sebagai sebuah kalimat yang dapat membantu menjelaskan sesuatu

persoalan secara lebih singkat jelas padat dan mudah di mengerti serta di artikan 1.

1
Arifin, E. Zaenal dan Arman Tasai. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Cetakan IV. Jakarta: Akademika Pressindo.

3
2.2Unsur-Unsur Kalimat Efektif

Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa Indonesia lama lazim

disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat, yaitu subjek (S), predikat (P), objek

(O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya

terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan)

dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.

1. Subjek (S)

Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu hal, suatu

masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda

(nominal), klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh sebagai berikut ini:

 Ibuku sedang melukis.

 Kursi direktur besar.

 Yang berpakaian batik dosen saya.

 Berjalan kaki itu membuat sehat badan.

 Membangun jalan layang sangat mahal.

         Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang diisi oleh kata dan

frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan (b), contoh S yang diisi oleh klausa terdapat pada kalimat

(c), dan contoh S yang diisi oleh frasa verbal terdapat pada kalimat (d) dan (e).

         Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu merujuk pada benda

(konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun jenis kata yang mengisi S pada kalimat (c), (d)

dan (e) bukan kata benda, namun hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda. Bila kita menunjuk

pelaku pada kalimat (c) dan (d), yang berpakaian batik dan berjalan kaki tentulah orang (benda).

 Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan memakai kata tanya siapa

(yang)… atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada jawaban yang logis atas pertanyaan yang diajukan,

4
itulah S. Jika ternyata jawabannya tidak ada dan atau tidak logis berarti kalimat itu tidak mempunyai
2
S. Inilah contoh “kalimat” yang tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak jelas pelaku atau

bendanya.

1. Bagi siswa sekolah dilarang masuk.

2. Di sini melayani obat generic.

3. Memandikan adik di pagi hari.

Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak mempunyai S. Kalau

ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh (a) siapa yang melayani resep pada contoh

(b) dan siapa yang memandikan adik pada contoh (c), tidak ada jawabannya. Kalaupun ada, jawaban

itu terasa tidak logis.

2. Predikat (P)

            Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa atau dalam

keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat). Selain memberitahu

tindakan atau perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri S.

termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki oleh

S. predikat dapat juga berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi

dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan contoh berikut:

1. Anjing

2. Ibu sedang tidur siang.

3. Putrinya cantik jelita.

4. Kota Jakarta dalam keadaan aman.

5. Kucingku belang tiga.

6. Robby mahasiswa baru.

7. Rumah Pak Hartawan

2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Bahasa Indonesia. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan

5
Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. kata mengendus pada kalimat (a)

memberitahukan perbuatan anjing. Kelompok kata sedang tidur siang pada kalimat (b)

memberitahukan melakukan apa ibu, cantik jelita pada kalimat (c) memberitahukan bagaimana

putrinya, dalam keadaan aman pada kalimat (d) memberitahukan situasi kota Jakarta, belang tiga pada

kalimat (e) memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada kalimat (f) memberitahukan status

Robby, dan lima pada kalimat (g) memberitahukan jumlah rumah Pak Hartawan.

Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata menunjuk pada

perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau bendanya.

1. Adik saya yang gendut lagi lucu itu.

2. Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto.

3. Bandung yang terkenal kota kembang.

Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal, yaitu diawali dengan

huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, namun di dalamnya tidak ada satu kata pun yang

berfungsi sebagai P. Tidak ada jawaban atas pertanyaan melakukan apa adik yang gendut lagi lucu

(pelaku) pada contoh (a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada apa dengan kantor di

Jalan Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai kota kembang itu pada contoh (b) dan (c).

karena tidak ada informasi tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang dituntut oleh P, maka contoh (a),

(b), (c) tidak mengandung P. Karena itu, rangkaian kata-kata yang cukup panjang pada contoh (a), (b),

(c) itu belum merupakan kalimat, melainkan baru merupakan kelompok kata atau frasa.

3. Objek (O)

            Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya diisi oleh nomina,

frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba yang

menuntut wajib hadirnya O, seperi pada contoh di bawah ini.

1. Nurul menimang …

2. Arsitek merancang …

3. Juru masak menggoreng …

6
Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh tersebut adalah P yang menuntut

untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P pada ketiga kalimat itulah yang dinamakan objek.

Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat O dalam kalimat dikatakan

tidak wajib hadir. Verba intransitive mandi, rusak, pulang yang menjadi P dalam contoh berikut tidak

menuntut untuk dilengkapi.

1. Nenek mandi.

2. Komputerku rusak.

3. Tamunya pulang.

            Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan. Perhatikan

contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan ubahan posisinya bila kalimatnya

dipasifkan.

1. Martina Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O)

2. Yayuk Basuki (S) dikalahkan oleh Martina Hingis.

3. Orang itu menipu adik saya (O)

4. Adik saya (S) ditipu oleh oran itu.

4. Pelengkap (pel)

            Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. letak Pelengkap

umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis kata

yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Namun,

antara Pel dan O terdapat perbedaan. Perhatikan contoh di bawah ini:

 Ketua MPR membacakan Pancasila.

                          S                  P             O

 Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.

7
                          S                    P            Pel

            Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi  oleh nomina Pancasila,

jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a) yang menempatkan Pancasila sebagai O.

Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat pasif adalah sebagai berikut:

            Pancasila dibacakan oleh ketua MPR.

               S                     P               O

Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke depan menjadi S dalam kalimat

pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak gramatikal.

            Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.

            Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh nomina dan

frasa nominal, Pelengkap dapat juga diisi oleh frasa adjectival dan frasa preposisional.

            Di samping itu, letak Pelengkap tidak selalu persis di belakang P. Apabila dalam kalimatnya

terdapat O, letak pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan bagian kalimat menjadi S-P-O-

Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.

 Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.

 Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.

 Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.

 Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.

 Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.

5. Keterangan (ket)

            Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian k

alimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisinya bersifat

bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa

preporsisional, adverbia, atau klausa.

8
            Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam-macam Ket dalam kalimat. Para ahli membagi

keterangan atas Sembilan macam (Hasan Alwi dkk, 1998:366) yaitu seperti yang tertera pada tabel di

bawah ini.

JENIS KETERANGAN DAN CONTOH PEMAKAIANNYA

No Jenis keterangan Posisi/penghubung Contoh pemakaian

Di Di kamar, di kota

Ke Ke Surabaya, ke rumahnya
1 Tempat
Dari Dari Manado, dari sawah

Pada Pada permukaan

Pada Pada pukul 5 hari ini

Dalam Dalam 2 hari ini

Se- Sepulang kantor

Sebelum Sebelum mandi


2 Waktu
Sesudah Sesudah makan

Selama Selama bekerja

sepanjang Sepanjang perjalanan

Sekarang, kemarin  

3 Alat Dengan Dengan pisau, dengan mobil

4 Tujuan Supaya/agar Supaya/agar kamu faham

9
Untuk Untuk kemerdekaan

Bagi Bagi masa depan

Demi Demi orang tuamu

Secara Secara hati-hati

5 Cara Dengan cara Dengan cara damai

Dengan jalan Dengan jalan berunding

6 Kesalingan

Seperti Seperti angin

7 Similatif Bagaikan Bagaikan seorang dewi

Laksana Laksana bintang di langit

Karena Karena perempuan itu


8 Penyebab
Sebab Sebab kegagalannya

Dengan Dengan adiknya

9 Penyerta Bersama Bersama orang tuanya

Beserta Beserta saudaranya

10
2.3 Ciri Kalimat Efektif

Jika ditelusuri, kalimat efektif memiliki ciri yang sama dalam pembentukannya, sehingga kita dapat
mereplika ciri tersebut untuk membuat kalimat efektif pada teks yang kita tulis. Sebagai tambahan
konteks apa itu kalimat efektif, Arifin & Tasai (2008, hlm. 99) mengungkapkan bahwa kalimat efektif
memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1. Kesepadanan struktur

Berarti terdapat keseimbangan antara gagasan dan struktur bahasa yang digunakan. Kesepadanan
struktur dapat dilihat dari: kejelasan subjek, predikat, dan penggunaan kata hubung yang tepat untuk
gagasan yang dibawakan. Misalnya: konjungsi sebab-akibat digunakan untuk menjelaskan suatu
penyebab terjadinya sesuai, atau konjungsi (kata hubung) kronologis digunakan untuk menyampaikan
suatu urutan kejadian.

2. Keparelalan bentuk (Kesejajaran)

Keparalelan adalah kesejajaran bentuk kata yang digunakan dalam kalimat, maksudnya jika bentuk
pertama menggunakan nomina, bentuk kedua dan seterusnya juga akan menggunakan nomina.
Contoh:
Korban bencana alam membutuhkan bimbingan dan bantuan untuk menghadapi cobaan tersebut.

3. Kehematan kata

Tidak menggunakan kata yang berulang atau tidak dibutuhkan. Contohnya meliputi:
Tidak efektif: Pemuda itu segera mengubah rencananya setelah dia bertemu dengan atasannya
Efektif: Pemuda itu segera mengubah rencana setelah bertemu dengan atasannya

Seperti penjelasan Tim Kemdikbud di atas, kehematan kata dapat dicapai dengan cara:

1. Tidak mengulang subjek


2. Menghindari hiponim
3. Penghilangan bentuk sinonim
4. Menghilangkan makna jamak yang ganda

4. Kecermatan penalaran

Berarti teliti dalam menggunakan kata atau ungkapan sehingga dapat meyakinkan bahwa kalimat
tidak menimbulkan tafsir atau arti ganda bagi pembacanya.

11
Contoh penalaran yang tidak cermat:3

Istri kepala desa yang baik itu telah pergi.

Siapa yang baik? Istri kepala desa atau kepala desanya?

5. Kepaduan gagasan

Kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya
tidak terpecah-pecah. Kepaduan memiliki kriteria seperti di bawah ini.

Kepaduan gagasan adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat sehingga informasi yang disampaikan
tidak tampak terpecah-pecah atau tidak bersatu (tidak konsisten). Terdapat dua aspek yang
diperhatikan untuk membuat kalimat yang padu gagasannya, berikut adalah caranya.

1. Kalimat padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan pemikiran yang tidak simetris.
Contoh kalimat bertele-tele:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang terlanjur
meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak ke luar dari kepribadian
manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab.
Seharusnya:
Kita harus bisa mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa
kemanusiaan dan secara tidak sadar menyimpang dari kepribadian bangsa Indonesia yang adil dan
beradab.
2. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat
yang berpredikat pasif persona.
Contoh kalimat tidak padu:
Buku yang kamu pinjamkan aku akan simpan.
Contoh kalimat padu:
Buku yang kamu pinjamkan akan aku simpan.

6. Kelogisan bahasa

Kelogisan bahasa berarti kalimat dapat diterima akal sehat dan penulisan sesuai dengan kaidah yang
berlaku. Kalimat dikatakan logis jika logika mendukung wujud kalimatnya. Berikut adalah contohnya:

Tidak logis:

Waktu dan tempat, kami persilakan.

Mengapa waktu dan tempat yang dipersilakan? Seharusnya pembicaranya yang dipersilakan.

3
Suyanto, Edi. 2011. Membina, Memelihara, dan Menggunakan Bahasa Indonesia Secara Benar. Yogyakarta:
Ardana Media

12
Seharusnya:

Bapak Kepala Guru, kami persilakan.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan.
            Kalimat Efektif merupakan kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa, jelas
maknanya, dan mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca. Suatu kalimat dapat
dikatakan kalimat efektif apabila memiliki beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu, Mudah
dipahami oleh pendengar atau pembacanya, Tidak menimbulkan kesalahan dalam
menafsirkan maksud sang penulis, Menyampaikan pemikiran penulis kepada pembaca atau
pendengarnya dengan cepat, dan Sistematis tidak bertele-tele.

            Suatu kalimat efektif harus memiliki ciri-ciri yaitu, kesepadanan struktur, kepararelan
bentuk, kehematan kata, kecermatan, ketegasan, kepaduan serta kelogisan.

3.2 Saran
Dengan kerendahan hati, penulis merasakan tulisan ini sangat sederhana
dan jauh dari sempurna. Saran, kritik sangat diperlukan demi
kesempurnaan tulisan ini. Demikian pula, perlu penyempurnaan di agar
tulisan ini menjadi lebih lengkap dan lebih bermanfaat bagi pembaca dan pecinta
bahasa Indonesia.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Arifin, E. Zaenal dan Arman Tasai. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Cetakan IV. Jakarta: Akademika Pressindo.
2. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Bahasa Indonesia. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
3. Suyanto, Edi. 2011. Membina, Memelihara, dan Menggunakan Bahasa Indonesia Secara Benar.
Yogyakarta: Ardana Media.

15

Anda mungkin juga menyukai