Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Disusun Oleh:
Ibalgis 11150820000002
Maulida Sari 11150820000021
Nisrina Afifah 11150820000023
Rifqoh Maulidiah 11150820000025
Achmad Rifai 11150820000035
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Shalawat serta salam tak lupa kami sampaikan kepada junjungan
baginda Nabi Muhammad Saw. beserta para keluarganya, sahabatnya, dan para
pengikutnya hingga akhir zaman. Dan juga penulis berterima kasih kepada Ibu
Didah Nurhamidah, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia
yang telah memberikan tugas ini.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang..........................................................................................1
A. Simpulan .................................................................................................25
B. Saran .......................................................................................................25
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa adalah alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi
dengan manusia yang lainnya dengan tujuan menyampaikan maksud dari
si pembicara. Bahasa tentu memiliki unsur atau aturan yang digunakan
agar dapat lebih mudah di pahami oleh lawan bicara. Kalimat efektif
adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara
tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau
gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat
memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa
yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.
Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya,
ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud
yang diucapkan atau yang dituliskan. Supaya kalimat yang dibuat dapat
mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur kalimat yang
digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat
seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur
yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan. Kelengkapan dan
keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan komunikasi
dan kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim, 1994:86).
Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang
tidak memenuhi syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan karena
mungkin kalimat-kalimat yang dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau
bertele-tele. Dengan adanya kenyataan itu, pembaca sukar mengerti
maksud kalimat yang kita sampaikan karena kalimat tersebut tidak efektif.
Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik untuk membahas kalimat
efektif dengan segala permasalahannya.
1
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam
makalah ini, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan kalimat dan kalimat efektif?
2. Bagaimana pola dan unsur di dalam kalimat efektif?
3. Bagaimana cara penulisan kalimat efektif?
4. Apa saja ciri-ciri dalam kalimat efektif?
C. Tujuan makalah
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan makalah ini,
yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian dari kalimat dan kalimat efektif.
2. Untuk mengetahui pola dan unsur yang digunakan dalam kalimat
efektif.
3. Untuk mengetahui cara penulisan kalimat efektif.
4. Untuk mengetahui ciri-ciri kalimat efektif.
D. Manfaat makalah
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
mahasiswa dan pembaca lainnya untuk menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan mengenai kalimat efektif.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat kita simpulkan bahwa
salah satu faktor yang dijadikan penanda untuk melihat efektivitas
suatu kalimat adalah ketersampaikan pesan penulis atau pembicara
pada pembaca maupun pendengar.
Kalimat efektif sebagai kalimat yang dapat menyampaikan
informasi dan informasi tersebut mudah dipahami oleh pembaca.
(Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi: 2009)
Jika pesan yang diterima oleh pembaca atau pendengar sama
dengan yang ditulis oleh penulis maupun yang dibicarakan oleh
pembicara maka kalimat-kalimat tersebut merupakan kalimat efektif.
Kesalahan yang sering menyebabkan kalimat tidak efektif adalah
penggunaan kata-kata yang keterangan atau penjelasan bermakna
ganda. Kata-kata yang menimbulkan makna ganda, seringkali
menyebabkan pembaca atau pendengar kebingungan. Bahkan sampai
salah paham atas yang disampaikan oleh penulis atau pembicara.
Maka dari itu, kalimat efektif biasanya menghindari penggunaan
kata-kata yang bisa menimbulkan makna ganda atau biasanya disebut
ambigu. Dalam membuat kalimat efektif gunakanlah kata-kata yang
jelas dan logis. Sehingga proses penyampaian dan penerimaan gagasan
berlangsung dengan sempurna.
4
UNSUR KALIMAT
a. Subjek (S)
Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku,
tindakan, keadaan, sesuatu hal, suatu masalah yang menjadi pokok
pembicaraan dan dapat diterangkan oleh Predikat (P). Fungsi
Subjek (S) ini dapat diisi oleh kata benda atau frasa nomina,
klausa, maupun frasa verba. Berikut contohnya:
(1) Afifah sedang menyanyi.
(2) Laptop Rico bagus
(3) Yang memakai kebaya ibu saya
(4) Berjalan kaki menyehatkan badan
(5) Membangun jalan layang sangat mahal
Kata-kata yang dicetak tebal pada contoh di atas merupakan
Subjek (S). Contoh (1), Subjek (S) diisi oleh kata benda yaitu
Afifah. Contoh (2), Subjek (S) diisi oleh frasa nomina yaitu
Laptop rico. Contoh (3), Subjek (S) diisi oleh frasa yaitu Berjalan
kaki. Sedangkan untuk contoh (4) dan (5), Subjek (S) diisi oleh
frasa verba, yakni Berjalan kaki, dan membangun jalan layang.
Sebenarnya dalam kaidah bahasa Indonesia yang baik
mensyaratkan fungsi Subjek (S) baik berupa kata, frasa, atau klausa
harus merujuk pada benda yang konkret atau abstrak. Namun,
kalau kita perhatikan di contoh (3), (4), dan (5) walaupun bukan
kata benda, tetapi hakikat bentuk fisiknya masih tetap merujuk
pada kata benda, Contoh (3) dan (4) misalnya, walaupun Subjek
5
(S) diisi oleh bukan kata benda, namun kata yang memakai
kebaya dan berjalan kaki tentulah pelakunya adalah berupa orang
(benda). Demikian juga membangun jalan layang yang menjadi
Subjek (S) pada kalimat (5), secara implisit merujuk pada “Hasil
membangun” yang tidak lain adalah benda juga. Disamping itu,
kalau ditelaah lebih dalam, sebenarnya ada nomina yang dilesapkan
atau dihilangkan, pada awal kalimat (3) yaitu orang dan pada (4)
dan (5) yaitu perbuatan.
Subjek (S) juga dapat dilihat atau dikenali dengan cara
bertanya menggunakan kata tanya Siapa (yang)…. atau Apa
(yang)… kepada Predikat (P). Kalau terdapat jawaban yang logis
atas pertanyaan yang diajukan, maka jawaban itu ialah Subjek (S).
Namun jika ternyata tidak ada dan tidak logis berarti kalimat
tersebut tidak mempunyai Subjek (S). Dibawah ini ialah contoh
“kalimat” yang tidak mempunyai Subjek (S) karena tidak ada
pelaku atau bendanya :
(1) Bagi mahasiswa diwajibkan untuk memakai seragam dan
atribut lengkap.
(2) Di sini mengadakan pengobatan gratis.
(3) Menyapu tiap pagi hari.
Kalau kita bertanya siapa yang diwajibkan memakai
seragam dan atribut lengkap pada kalimat (1), maka jawabannya
bagi mahasiswa. Perlu diingat, kalimat yang efektif ialah kalimat
yang jelas dan hemat, untuk itu pada contoh (1) akan lebih efektif
bila kata bagi dihilangkan sehingga menjadi Mahasiswa
diwajibkan untuk memakai seragam dan atribut yang lengkap.
Sehingga, Subjek pada kalimat (1) akan lebih jelas yaitu
Mahasiswa.
Lalu pada kalimat (2), jika bertanya siapa yang
mengadakan pengobatan gratis, maka jawabannya di sini. Jawaban
tersebut tidak logis, untuk itu agar dapat lebih logis kata di
6
sinidapat diganti dengan kata kami sehingga kalimat tersebut
menjadi Kami mengadakan pengobatan gratis. Selanjutnya, jika
bertanya siapa yang menyapu pagi hari pada kalimat (3), kami
tidak akan menemukan jawabannya, karena kalimat (3) itu tidak
memiliki Subjek (S). Oleh karena itu, perlu kita tambahkan atau
sertakan nomina atau pronominal pada awal kalimat (3) misalnya
Afifah atau Dia. Sehingga kalimat (3) akan menjadi Afifah
menyapu tiap pagi hari.
b. Predikat (P)
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang berfungsi
memberitahu atau menerangkan tindakan atau melakukan
perbuatan Subjek (S) dalam sebuah kalimat. Bukan hanya
menerangkan keadaan Subjek (S), Predikat (P) juga berfungsi
untuk menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jati diri Subjek
(S), termasuk untuk pernyataan jumlah sesuatu yang dimiliki oleh
Subjek (S). Satuan bentuk yang dapat mengisi Predikat tidak hanya
kata, tapi dapat juga berupa frasa. Berikut contohnya:
(1) Anjing menggonggong.
(2) Laki-laki itu ganteng sekali.
(3) Bandung dalam keadaan kondusif.
(4) Oman mahasiswa baru.
(5) Rumah Pak Hepi lima.
Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah
Predikat (P). Pada kalimat (1), kata menggonggong memberi tahu
sebuah kebiasaan dari seekor anjing. Kalimat (2), kata ganteng
sekali memberi tahu keadaan Laki-laki. Kalimat (3), kata dalam
keadaan kondusif memberi tahu situasi keadaan Bandung. Kalimat
(4), kata mahasiswa baru memberi tahu status Oman yang seorang
mahasiswa baru. Sedangkan kalimat (5), kata lima memberi tahu
jumlah rumah yang dimiliki oleh Pak Hepi. Kalau diperhatikan
7
pada kalimat (1) – (5), fungsi Predikat (P) tidak hanya berbentuk
kata, tetapi juga berbentuk frasa seperti pada kata ganteng sekali,
dalam keadaan kondusif, dan mahasiswa baru.
Lima kalimat diatas adalah contoh kalimat yang memiliki
Predikat (P) sebagai pembentuk kalimatnya. Sedangkan berikut ini
contoh kalimat yang belum memiliki Predikat (P) karena tidak ada
kata-kata menunjuk pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status
pelaku atau bendanya. Contoh:
(1) Makassar yang terkenal dengan kota Daeng.
(2) Kampus kami yang terletak di Jln. Ir. H. Juanda.
Walaupun contoh (1) dan (2) ditulis persis seperti layaknya
kalimat normal, yaitu diawali dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan tanda titik, namun di dalamnya tidak ada satu kata pun
yang berfungsi sebagai Predikat (P). Tidak ada penjelasan atau
jawaban dari pertanyaan pada kalimat Makassar yang terkenal
dengan kota Daeng. Sama halnya dengan contoh (1), pada contoh
(2) juga tidak terdapat penjelasan dari kenapa atau ada apa dengan
kantor di Jln. Ir. H. Juanda. Karena tidak ada penjelasan tentang
tindakan, sifat, serta keadaan yang dituntut pada (1) dan (2), maka
kedua contoh itu bukan merupakan sebuah kalimat, melainkan
berbentuk frasa.
c. Objek (O)
Objek (O) merupakan bagian kalimat yang menjadi sasaran
tindakan Subjek (S) dan melengkapi fungsi dari Predikat (P).
Biasanya Objek (O) diisi oleh nomina atau frasa nomina dan juga
klausa. Dikarenakan sebagai pelengkap predikat, maka biasanya
Objek (O) selalu di belakang Predikat (P) yang berupa verba
transitif, yaitu verba yang memang menuntut wajib hadirnya Objek
(O), seperti pada contoh dibawah ini:
8
(1) Koki itu menggoreng....
(2) Anggota DPR merancang....
Verba transitif menggoreng,, danmerancang pada contoh
tersebut adalah Predikat (P) yang menuntut untuk dilengkapi.
Unsur yang akan melengkapi Predikat (P) pada ketiga kalimat
itulah yang dinamakan Objek (O). Jika Predikat diisi oleh verba
intransitif, Objek (O) tidak diperlukan. Itulah sebabnya kenapa
sifat O ini dalam kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Contohnya
sebagai berikut:
(1) Jam dindingnya mati.
(2) Laptopku rusak
Lalu Objek (O) dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi
S jika kalimatnya dipasifkan. Perhatikan contoh dari kalimat
berikut yang letak Objek (O) dibelakang dan perubahan posisi jika
kalimat tersebut dipasifkan.
(1) (a) Pak Amilin mengajar Metodologi Penelitian.
(b) Metodologi Penelitian diajarkan oleh Pak Amilin.
(2) (a) Agus Yudhoyono mengunjungi korban bencana alam.
(b) Korban bencana alam dikunjungi oleh Agus Yudhoyono.
d. Keterangan (Ket)
Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan lebih
lanjut tentang Subjek (S), Predikat (P), dan juga Objek (O) dalam
sebuah kalimat. Posisinya besifat bebas, dapat di awal, di tengah,
atau di akhir kalimat. Pengisi Keterangan (Ket) ini berupa frasa
nominal, frasa proporsional, adverbial, atau klausa. Walaupun
Keterangan (Ket) dapat diletakkan dimana saja namun jangan
sampai merubah makna dari sebuah kalimat. Contohnya berikut
ini:
(1) Mahasiswa mengikuti Tes TOEFL siang itu.
9
(2) Mahasiswa siang itu mengikuti Tes TOEFL.
(3) Siang itu mahasiswa mengikuti Tes TOEFL.
Frasa siang itu pada ketiga kalimat di atas berfungsi
sebagai Keterangan (Ket) yang berbentuk frasa nomina. Kalau
dilihat, frasa siang itu dapat menempati posisi dimana saja dan
tidak mengubah makna sedikitpun pada kalimat tersebut.
Para ahli mengatakan ada beberapa jenis keterangan dalam
kalimat berdasarkan makna. Para ahli tersebut membagi
Keterangan (Ket) menjadi sembilan (9) macam diantaranya:
10
Keterangan Sebab Karena Karena uang itu
Sebab Sebab kesalahannya
Keterangan Dengan Dengan sodaranya
Bersama Bersama gurunya
Kesalingan atau
Beserta Beserta adik dan
Penyerta
kakaknya
Sumber : Prof. Dr. Ahmad H. P. 2016. Bahasa Indonesiai. Jakarta: Erlangga
e. Pelengkap (Pel)
Pelengkap (Pel) adalah bagian kalimat berfungsi sebagai
pelengkap Predikat (P). Unsur Predikat (P) hampir sama dengan
Objek (O) hanya saja kalau Objek (O) dapat berfungsi sebagai
Subjek (S), namun kalau Pelengkap (Pel) tidak dapat berfungsi
sebagai Subjek (S) dalam kalimat pasif. Contoh:
(1) Kepala sekolah membacakan pancasila
S P O
(2) Indonesia berlandaskan pancasila dan UUD 1945
S P Pel
Kedua kalimat aktif (1) dan (2) yang Pelengkap (Pel) dan
Objek (O) sama-sama diisi oleh nomina pancasila, jika hendak
dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (1) yang menempatkan
Pancasila sebagai Objek. Ubahan kalimat (1) menjadi kalimat pasif
adalah sebagai berikut:
11
Hal lain yang membedakan Pelengkap (Pel) dan Objek (O)
adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh nomina dan frasa
nominal, Pelengkap (Pel) dapat juga diisi oleh frasa adjektival dan
frasa preposisional. Di samping itu, letak Pelengkap (Pel) tidak
selalu persis di belakang Predikat (P). Apabila dalam kalimatnya
terdapat Objek (O), letak Pelengkap (Pel) tidak selalu persis di
belakang Objek (O) sehingga urutan penulisan bagian kalimat
menjadi Subjek (S) – Objek (O) – Pelengkap (Pel). Berikut adalah
contoh pelengkap dalam kalimat:
12
unsur Subjek (S) dan Objek (O) untuk melengkapinya. Jika salah
satu unsur tidak ada, maka kalimat menjadi tidak efektif. Berikut
contohnya:
(1) Polisi menangkap para tersangka
S P O
(2) Thailand mengalahkan tuan rumah Indonesia
S P O
13
(1) Bagas membelikan ayahnya sepatu baru
S P O Pel
(2) Pak Hepi memerintahkan mahasiswanya untuk belajar lebih
S P O Pel
rajin
14
mendekati apa yang dibayangkan oleh pengarang, maka dapatlah
dikatakan bahwa kalimat-kalimat yang mendukung gagasan itu sudah
cukup efektif, cukup baik dalam menjalankan tugasnya.
Kalimat merupakan suatu bentuk bahasa yang merupakan gagasan
yang telah disusun dan dituangkan oleh seseorang secara terbuka untuk
dikomunikasikan kepada orang lain. Kalimat yang baik harus memenuhi
persyaratan gramatikal. Artinya, kalimat tersebut haruslah disusun
berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku, yang berkaitan dengan:
a. Unsur-unsur penting yang harus ada dalam suatu kalimat,
b. Aturan-aturan tentang ejaan (Ejaan yang Disempurnakan), dan
c. Cara-cara memilih kata dalam kalimat (diksi).
Kelengkapan unsur kalimat menentukan kejelasannya, setidaknya
sebuah kalimat memiliki unsur fungsi subjek dan predikat. Kalimat yang
lengkap juga harus ditulis sesuai dengan ejaan yang berlaku, disamping
pilihan kata-katanya juga harus tepat. Kalimat yang jelas dan baik akan
mudah dipahami oleh orang lain secara tepat. Kalimat yang demikian itu
disebut kalimat efektif, yang secara tepat dapat mewakili pikiran dan
keinginan penulisnya.
Menurut Fuad (2009;58) kalimat efektif adalah kalimat yang
disusun secara sadar untuk mencapai daya informasi yang diinginkan oleh
penulis terhadap pembacanya. Lebih jauh Dalman (2012:61) menyebutkan
bahwa kalimat efektif merupakan kalimat yang mampu membuat isi dan
maksud yang disampaikannya tergambar lengkap dalam pikiran si
penerima (pembaca) persis seperti yang disampaikan. Senada dengan
Dalman, Akhadiah (1997:116) menyebutkan kalimat juga memiliki
kemampuan atau tenaga untuk menimbulkan kembali gagasan pada
pikiran pendengar atau pembaca identik dengan apa yang dipikirkan
pembicara atau penulis.
Dari penjelasan di atas mengidentifikasikan bahwa kalimat
dikatakan efektif apabila gagasan yang disampaikan oleh penulis dari
kalimat tersebut dapat diterima secara utuh dan tepat oleh
15
pembaca. Kalimat efektif juga kalimat yang tidak berlebih-lebihan dalam
penulisannya. Artinya kalimat tersebut lugas, hemat, dan apa adanya.
Dalam hal ini, hendaknya dipahami pula bahwa situasi terjadinya
komunikasi juga sangat berpengaruh. Kalimat yang dipandang cukup
efektif dalam pergaulan, belum tentu dipandang efektif jika dipakai dalam
situasi resmi, demikian pula sebaliknya. Misalnya kalimat yang diucapkan
kepada tukang becak, “Berapa Bang ke Pasar Rebo?”.Kalimat tersebut
jelas lebih efektif daripada kalimat lengkap, “Berapa saya harus
membayar Bang, bila saya menumpang becak Abang ke Pasar Rebo?”.
Menurut Arifin (2004: 98-99) ada beberapa contoh penulisan
kalimat-kalimat yang efektif dan tidak efektif. Perhatikanlah kalimat-
kalimat pada Tabel 1.2 dibawah ini.
16
D. Ciri Kalimat Efektif
Menurut Zainal Arifin (2008), sebuah kalimat dikatakan efektif
apabila mengandung beberapa ciri khusus, yaitu:
1. Kesepadanan Struktur
Kesepadanan merupakan keseimbangan pikiran atau gagasan, dan
struktur bahasa yang digunakan. Kesepadanan kalimat dapat dilihat
dari kesatuan pokok pikiran suatu kalimat yang kompak dan perpaduan
pikiran yang baik. Ciri-ciri kesepadanan struktur suatu kalimat, yaitu:
a. Sebuah kalimat mempunyai subjek dan predikat yang jelas
Ketidakjelasan subjek atau predikat sebuah kalimat akan
membuat kalimat itu menjadi tidak efektif. Kejelasan subjek dan
predikat sebuah kalimat dapat dilakukan dengan menghindari
pemakaian kata depan di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai,
tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
(1) Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar
uang kuliah. (salah)
(2) Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang
kuliah. (benar)
b. Tidak terdapat subjek ganda
Contoh:
(1) Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen. (salah)
(2) Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
(benar)
c. Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat
tunggal
Contoh:
(1) Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia
membeli sepeda motor Suzuki. (salah)
(2) Kakanya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia
membeli sepeda motor Suzuki. (benar)
17
d. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang
Contoh:
(1) Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu. (salah)
(2) Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. (benar)
2. Keparalelan
Keparalelan merupakan kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang
digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama
menggunakan nomina, maka bentuk kedua juga menggunakan nomina.
Begitu pun dengan verba, jika bentuk pertama menggunakan verba,
maka bentuk kedua juga menggunakan verba. Contoh:
(1) Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
(salah)
(2) Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan.
(benar)
3. Ketegasan
Ketegasan merupakan penekanan terhadap ide pokok suatu
kalimat. Cara dalam membentuk penekanan ide pokok dalam suatu
kalimat, yaitu:
a. Meletakkan kata yang ditekankan pada awal kalimat.
Contoh:
(1) Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan
negaranya.
Penekanannya, yaitu kata Harapan presiden.
b. Membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh:
(1) Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah,
telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (salah)
(2) Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah,
telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (benar)
18
c. Melakukan pengulangan kata.
Contoh:Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.
d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
e. Menggunakan partikel penekanan (penegasan) seperti partikel –lah,
-pun, dan –kah.
Contoh:Saudaralah yang harus bertanggung jawab.
4. Kehematan
Kehematan merupakan hemat dalam penggunaan kata, frasa, atau
bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan bukan berarti
menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat
tersebut, tetapi kehematan terhadap kata-kata yang memang tidak
diperlukan, selama tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Ada beberapa
kriteria kehematan yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan
pengulangan subjek.
Contoh:
(1) Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
(salah)
(2) Karena tidak diundang, ia tidak datang ke tempat itu. (benar)
b. Menghindari pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
Contoh:
(1) Rina memakai baju warna merah. (salah)
(2) Rina memakai baju merah. (benar)
c. Menghindari pemakaian kesinoniman dalam satu kalimat.
Contoh:
(1) Sejak dari pagi dia bermenung. (salah)
(2) Sejak pagi dia bermenung. (benar)
d. Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak
19
Contoh:
(1) Para tamu-tamu datang dari Jakarta kemarin. (salah)
(2) Para tamu datang dari Jakarta kemarin. (benar)
5. Kepaduan
Kepaduan atau kesatuan merupakan kepaduan pernyataan dalam
suatu kalimat sehingga informasi yang disampaikan tidak terpecah-
pecah. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menciptakan
perpaduan kalimat, yaitu:
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara
berpikir yang tidak simetris.
Contoh:
(1) Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita
orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa
kemanusiaan itu. (salah)
(2) Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang
sudah meninggalkan rasa kemanusiaan. (benar)
b. Menggunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam
kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
Contoh:
(1) Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan. (salah)
Kalimat diatas tidak menunjukan kepaduan sebab aspek
terletak antara agen dan verbal. Seharusnya kalimat tersebut
berbentuk:
(2) Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan. (benar)
c. Tidak perlu menyisipkan kata seperti daripada, atau tentang antara
predikat kata kerja dan objek penderita.
Contoh:
(1) Makalah ini membahas tentang teknologi fiber optik. (salah)
(2) Makalah ini membahas teknologi fiber optik. (benar)
20
6. Kelogisan
Kelogisan artinya masuk akal, maksudnya ide kalimat dapat
dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang
berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam suatu kalimat harus memiliki
hubungan yang logis atau masuk akal. Contoh:
(1) Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (salah)
(2) Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (benar)
21
Berikut ini dikemukakan beberapa contoh menurut Semi (1990:
145-149) kalimat yang rancu, yang tidak efektif, yang seharusnya
disunting, yaitu;
1. Contoh kesalahan struktur
a. Kepada mahasiswa yang belum membayar uang ujian diharap
mendaftarkan diri pada sekretariat. (salah)
b. Diharapkan para mahasiswa yang belum membayar uang ujian
mendaftarkan diri pada sekretariat. (benar)
22
5. Pengungkapan yang kurang padu
Contoh:
a. (1) Saya telah menyatakan persetujuan saya tentang keputusan
tersebut. (salah)
(2) Saya telah menyetujui keputusan tersebut. (benar)
b. (1) Yang menjadi sebab terhadap rusaknya hutan adalah
perdagangan liar. (salah)
(2) Yang menyebabkan rusaknya hutan adalah perladangan liar.
(benar)
23
(2)Yang merupakan masalah pokok yang meminta pemecahan
adalah penghentian pemborosan dan penyelewengan, dan
memobilisasi potensi nasional. (benar)
24
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang kalimat efektif
dan permasalah-permasalahannya. Berdasarkan pada pembahasan di atas,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Kalimat efektif ialah kalimat yang disusun sesuai dengan kaidah
bahasa baik ejaan maupun tanda bacanya sehingga mudah dipahami
oleh pembaca atau pendengarnya.
2. Pola dan unsur kalimat efektif disusun menggunakan S – P – O – Pel –
Ket yang jelas, rinci dan dapat dipahami oleh pembaca atau pendengar
sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.
3. Penulisan kalimat efektif harus diperhatikan karena kelengkapan unsur
kalimat menentukan kejelasannya, sebuah kalimat setidaknya memiliki
unsur fungsi subjek dan predikat. Sehingga kalimat tersebut dapat
secara tepat mewakili pikiran dan keinginan penulisnya.
4. Ciri-ciri kalimat efektif merupakan syarat-syarat atau hal-hal yang
harus diperhatikan dan dimiliki oleh sebuah kalimat efektif.
5. Membuat kalimat efektif tidaklah mudah karena jangan sampai
penggunaan kalimat efektif membuat hilangnya ide atau gagasan
sebuah kalimat tersebut, maka setelah membuat sebuah kalimat,
hendaknya dilakukan penyuntingan sehingga menjadi kalimat efektif
dan tidak menghilangkan ide atau gagasan pokok kalimat tersebut.
B. Saran
Makalah ini diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan dan
wawasan mengenai kalimat efektif kepada seluruh pembaca khususnya
mahasiswa Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah agar dapat meningkatkan
keterampilan dalam membuat kalimat yang efektif.
25
Penulis berharap adanya kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan makalah ini di masa yang akan datang karena penulis menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini.
26
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal dan Amran Tasai. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademi Pressindo
Prof. Dr. Ahmad H. P. 2016. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta: Erlangga
Semi, M. Atar. 1990. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya
https://id.wikibooks.org/wiki/Subjek:Bahasa_Indonesia/Materi:kalimat#Pe
ngertian_KalimatDiakses pada hari Kamis, 15 Maret 2018 Pukul
19.00
http://www.rumpunnektar.com/2014/02/ciri-ciri-kalimat-efektif-dan.html
Diakses pada hari Kamis, 15 Maret 2018 Pukul 19.30
27