الرحيــم
ّ الرمحن
ّ بــسم هللا
Puji Syukur Kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan karunia, rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya kepada kita semua. Dan tak lupa pula sholawat serta
salam kita haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad saw., beserta
para sahabat dan pengikut beliau hinga akhir zaman. Alhamdulillah berkat rahmat
dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan penulisan buku yang berjudul
“Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi”. Semoga buku ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi para
pembaca.
Dalam buku ini terdapat sebanyak dua belas bab materi kajian dan mencakup
standar kompetensi pelajaran bahasa Indonesia. Oleh karena itu, kami sebagai
penulis mengharapkan semoga buku ini dapat membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca yang ingin mengembangkan kemapuan
berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Buku ini, kami akui masih banyak
kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu
kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan penulisan maupun isi materi dari buku
ini. Dan semoga kedepannya bisa lebih baik lagi.
Tim Penyusun
Kelompok 5,6,7,8
ii
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ................................................................................................. vi
iii
D. Kerancuan Penggunaan Kata Ulang........................................................... 27
iv
A. Pengertian Daftar Pustaka .......................................................................... 61
v
PENDAHULUAN
vi
BAB I
HURUF KAPITAL
1
Ainia Prihantini, EYD Bahasa Indonesia Terbaru & Terlengkap, (Yogyakarta: B first,
2015), hlm. 3.
2
Samhis Setiawan, Huruf Kapital, diakses pada Mei 29, 2021 dari
https://www.gurupendidikan.co.id/huruf-kapital/
1
Selamat Datang, Yang Mulia.
5. Huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata bin atau
binti
Contoh : Rahmat bin Bahri
7. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama pada de, van, dan der
(dalam nama Belanda), von (dalam nama jerman) atau da (dalam nama
Portugal).
Contoh : Johann Wolfgang von Goethe banyak menghabiskan waktu
untuk melukis dan menulis karya sastra pada usia 16 tahun.
8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat
yang diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat
Contoh : Kami berusaha menemui Sekretaris Jenderal Departemen
Kehutanan untuk meminta penjelasan mengenai penggunaan lahan.
9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama
instansi yang merujuk pada bentuk lengkapnya.
Contoh : Acara bertajuk “100 Tahun Tambora Menyapa Dunia”
diresmikan oleh Gubernur Nusa Tenggara Barat.
10. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan
pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.
Contoh: Ia tidak pernah bercita-cita menjadi presiden.3
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur
kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah
serta nama majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari,
dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.
Contoh : Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke
Roma.
Dia agen surat kabar Sinar Pembangunan.
3
Ibid., hlm. 3-5.
2
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat atau sapaan.
Contoh : S.H = sarjana hukum
S.K.M = sarjana kesehatan masyarakat
M.Si = magister sains
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman, serta kata atau
ungkapan lain yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan.
Contoh : “Kapan Bapak berangkat?” Tanya Hasan.
Dendi brtanya, “Itu apa, Bu?
“Silakan duduk, Dik!” kata orang itu
“Hai, Kutu Buku, sedang membaca apa?”
15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama Negara,
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi
kecuali kata seperti dan.
Contoh : Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama kata yang bukan
nama resmi negara, lembaga pemerintah, dan nama dokumen resmi,
misalnya :5
a. Kehidupan berbangsa dan bernegaraakan berjalan baik kalau semua
menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Negara akan makmur jika pemerintah dan rakyatnyasaling
mendukung.
16. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama orang,
misalnya : Khalil Gibran, Joko Pamungkas, dan lain-lain.
Akan tetapi, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang
yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran, misalnya ikan
mujaer, lampu 5 watt dan lain-lain.
4
PUEBI Daring. Diakses pada Mei 29, 2021, dari
https://puebi.readthedocs.io/en/latest/huruf/huruf-kapital/
5
Retno Purwandari dan Qoni’ah, Buku Pintar Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Familia,
2015), hlm. 47-48.
3
17. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama suku bangsa, bahasa, dan
bangsa, misalnya : suku Bugis, bangsa Jerman, bangsa Belanda
Akan tetapi, huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama nama
suku bangsa, bahasa dan bangsa yang berupa bentuk dasar kata turunan,
misalnya : mengindonesiakan istilah-istilah asing, dan keinggris-
inggrisan.
18. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari,
hari raya dan peristiwa sejarah, misalnya : bulan Maret, hari Sabtu, hari
Waisak, perang Diponegoro, dan lain-lain.
Akan tetapi, huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama
peristiwa sejarah yang tidak dimanfaatkan sebagai nama misalnya :
Untuk memproklamasikan kemerdekaan, para generasi
muda harus berjuang sampai titik darah penghabisan.
19. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama geografi, misalnya :
Jalan Pattimura, Karang Anyar, Sungai Opak, Gunung Merapi, Selat
Sunda dan lain-lain.
Akan tetapi, huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama nama
geografi yang tidak menjadi unsur nama diri, misalnya :
a. Sekarang ini tidak mudah menemukan sungai yang masih bersih tidak
dipenuhi sampah.
b. Hidupnya habis untuk mengarungi samudra.
Begitu pula, huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama
nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis, misalnya : kunci
inggris, rambutan aceh, gula jawa dan lain-lain.6
6
Retno Purwandari dan Qoni’ah, Buku Pintar Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Familia,
2015), hlm. 45-47.
4
Kata Penataan dan Alokasi Kursi pada kalimat di atas merupakan
kesalahan penggunaan huruf kapital, karena penggunaan huruf kapital yang
sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, yaitu huruf kapital
dipakai pada huruf pertama pada awal kalimat, bukan dipakai pada
pertengahan kalimat.7
7
Riri Ariyanti, “Analisis Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital, Tanda Baca, Dan
Penulisaan Kata Pada Koran Mercusuar”, Jurnal Bahasa dan Sastra Vol 4, No 4, 2019, hlm. 21.
5
BAB II
CETAK MIRING
3. Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa
daerah atau bahasa asing. 10
Misalnya :
8
Indonesia and Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Pedoman umum ejaan
bahasa Indonesia, 2016, hlm. 13.
9
Ibid.
10
“Huruf Miring - PUEBI Daring,” accessed May 30, 2021,
https://puebi.readthedocs.io/en/latest/huruf/huruf-miring/.
6
a. Upacara peusijuek (tepung tawar) menarik perhatian wisatawan asing
yang berkunjung ke Aceh.
b. Nama ilmiah dari buah anggur ialah Vitis vinifera.
c. Cogito Ergo Sum bermakna 'Aku berpikir maka aku ada'.
d. Ungkapan bhinneka tunggal ika dijadikan semboyan negara Indonesia.
6. Huruf miring digunakan untuk menuliskan alamat website atau sebuah link
dalam sebuah kalimat.13
Misalnya :
a. Untuk mencari berbagai informasi yang mudah dan cepat, kalian bisa
mencarinya di kamus elektronik pintar yang bernama google pada link
berikut www.google.com.
b. Ingin mengetahui info-info menarik, hangat dan sedang banyak
dibicarakan. Mari berkunjung ke jejaring media sosial Twitter dengan
mengklik link https://twitter.com.
11
Agus Buono dkk, Op.Cit, hlm. 18.
12
Ratna Sumarni S.Pd, “10 Penggunaan Huruf Miring Yang Benar dan Contohnya,”
DosenBahasa.com, November 1, 2016, https://dosenbahasa.com/penggunaan-huruf-miring.
13
Zulmiyetri, Nurhastuti, and Safaruddin, Penulisan Karya Tulis Ilmiah Edisi Pertama
(Jakarta: Kencana, 2020), hlm. 17.
7
C. Kesalahan Penggunaan Huruf Cetak Miring
Kesalahan penggunaan huruf cetak miring dapat terjadi karena kita
tidak melakukan cetak miring pada kata ataupun beberapa kata yang
seharusnya menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia atau disingkat
PUEBI seharusnya dicetak miring. Dalam subbab sebelumnya sudah kami
jelaskan macam-macam kata yang seharusnya dicetak miring seperti kata
dalam ungkapan Bahasa daerah atau Bahasa asing, nama buku, majalah
ataupun surat kabar, alamat website atau sebuah link, dan lain-lain. Yang
dimana seharusnya macam-macam kata tadi dicetak miring.
Berikut kami berikan beberapa contoh kesalahan dalam penggunaan
huruf miring :
a. Kutipan berita dari Tribunnews : Terkait motif pelaku, Ali menyebut
berdasarkan hasil BAP, AM mengaku kesal lantaran ia dimarahi pelaku
sewaktu sedang bermain game online.
Kesalahan : Terkait motif pelaku, Ali menyebut berdasarkan hasil BAP,
AM mengaku kesal lantaran ia dimarahi pelaku sewaktu sedang bermain
game online.
Perbaikan: setelah kata bermain seharusnya game online menggunakan
huruf miring yang merupakan bahasa asing. Kalimat berbunyi terkait
motif pelaku, Ali menyebut berdasarkan hasil BAP, AM mengaku kesal
lantaran ia dimarahi pelaku sewaktu sedang bermain game online.14
b. Kutipan berita dari Detiknews : Kutipan berita : “Tapi tokoh-tokoh kunci
seperti al-Qahtani luput dari penyelidikan karena tidak masuk daftar
tersangka. Intelijen Turki mengatakan, al-Qahtani terhubung via Skype
dengan tim di konsulat Istanbul, ketika Khashoggi diinterogasi dan
akhirnya tubuhnya dipotong-potong”.
Kesalahan: kata Skype dalam kutipan tersebut tidak dicetak miring.
Perbaikan: setelah kata via seharusnya Skype menggunakan huruf miring
yang merupakan Bahasa asing.15
c. Kutipan berita dari Detiknews : “Dalam kasus yang tidak biasa ini, lima
pembunuh bayaran melakukan 'outsourcing' secara berantai terhadap
perintah pembunuhan yang diberikan seorang pengusaha lokal untuk rival
bisnisnya”.
Kesalahan: Kata outsourching tidak dicetak miring dalam kalimat
tersebut.
Perbaikan: setelah kata melakukan seharusnya outsourcing dicetak miring
karena merupakan bahasa asing.16
14
Anisa Yuli Rahma Fitriani and Laili Etika Rahmawati, “Analisis kesalahan penggunaan
tanda baca dan huruf miring dalam teks berita online detiknews dan tribunnews,” BAHASTRA 40,
no. 1 (April 30, 2020): 10, https://doi.org/10.26555/bahastra.v40i1.14695, hlm. 13-14.
15
Anisa Yuli Rahma Fitriani and Laili Etika Rahmawati, Op.Cit, hlm. 15.
8
d. Dalam majalah Pandawa IAIN Surakarta edisi 2018 didapati beberapa
kesalahan ejaan. Dimana kata yang seharusnya dicetak miring sesuai
dengan ketentuan PUEBI tidak dicetak miring oleh mereka. Beberapa
diantaranya ialah : (1) kata ‘games’ seharusnya ditulis ‘games’ yang
berarti permainan; (2) kata berbahasa Inggris ‘gigabyte’ seharusnya
ditulis ‘gigabyte’; dan yang terakhir kata ‘sinau’ yang merupakan kata
yang berasal dari bahasa Jawa, maka seharusnya ditulis ‘sinau’ yang
berarti belajar.17
16
Ibid.
17
Nur Endah Permatasari and Ika Maiatun Khasanah, “KESALAHAN BERBAHASA
DALAM MAJALAH PANDAWA IAIN SURAKARTA EDISI 2018 PADA TATARAN EJAAN
DAN SINTAKSIS” 2 (2019): 12, hlm. 110.
9
BAB III
CETAK TEBAL
18
Narabahasa. Fungsi Huruf Tebal. Diakses pada Mei 30, 2021 dari
https://narabahasa.id/ejaan/fungsi-huruf-tebal
19
Ratna Sumarni. 4 Penggunaan Huruf Tebal yang Benar sesuai EYD dalam Bahasa
Indonesia. Diakses pada Mei 30, 2021 dari
https://www.google.com/amp/s/dosenbahasa.com/penggunaan-huruf-tebal/amp
20
Jonter Pandapotan Sitorus. “Mengenal Tata Bahasa Indonesia”. (Malang: Penerbit
Evernity 2019). hlm. 139
21
Narabahasa. Fungsi Huruf Tebal. Diakses pada Mei 30, 2021 dari
https://narabahasa.id/ejaan/fungsi-huruf-tebal
10
C. Penggunaan Huruf Tebal Sesuai Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Dalam bahasa Indonesia, tata cara penulisan juga sangat
diperhatikan. Tata cara penulisan sangat penting karena makna yang
ditimbulkan akan berbeda jika menggunakan tata cara penulisan yang salah.
Oleh karena itu pemerintah, khususnya kementerian pendidikan, menyusun
pedoman tentang tata tulis dalam bahasa Indonesia. Tata tulis ini ditujukan
agar adanya keseragaman dalam penulisan, yang bahasan ini tentunya
tentangpenggunaan huruf tebal.
Pada mulanya penggunaan huruf tebal diatur sesuai Peraturan
Menteri Pendidikan Republik Indonesia No. 46 Tahun 2009
tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan. Akan tetapi belum lama ini telah disusun pedoman ejaan
yang telah diperbaharui. Pedoman tersebut tertuang dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Republik Indonesia No. 50 Tahun 2015 tentang
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Secara ringkas, beberapa
pedoman dalam penulisan huruf tebal adalah:22
1. Huruf tebal dapat dipakai untuk menegaskan bagian-bagian karangan,
seperti judul buku, bab, atau subbab. Pembagian semacam ini bisa
membuat pembaca lebih mudah mengerti batasan dari pembahasan dan
membuat tulisan lebih terstruktur.
Misalnya:
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Kondisi kebahasaan di Indonesia yang diwarnai oleh satu bahasa
standar dan ratusan bahasa daerah—ditambah beberapa bahasa asing,
terutama bahasa Inggris— membutuhkan penanganan yang tepat dalam
perencanaan bahasa. Agar lebih jelas, latar belakang dan masalah akan
diuraikan secara terpisah seperti tampak pada paparan berikut.
1.1.1 Latar Belakang
Masyarakat Indonesia yang heterogen menyebabkan
munculnya sikap yang beragam terhadap penggunaan bahasa yang
ada di Indonesia, yaitu (1) sangat bangga terhadap bahasa asing, (2)
sangat bangga terhadap bahasa daerah, dan (3) sangat bangga
terhadap bahasa Indonesia.
1.1.2 Masalah
Penelitian ini hanya membatasi masalah pada sikap bahasa
masyarakat Kalimantan terhadap ketiga bahasa yang ada di Indonesia.
Sikap masyarakat tersebut akan digunakan sebagai formulasi kebijakan
22
Ratna Sumarni. 4 Penggunaan Huruf Tebal yang Benar sesuai EYD dalam Bahasa
Indonesia. Diakses pada Mei 30, 2021 dari
https://www.google.com/amp/s/dosenbahasa.com/penggunaan-huruf-tebal/amp
11
perencanaan bahasa yang diambil.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengukur
sikap bahasa masyarakat Kalimantan, khususnya yang tinggal di
kota besar terhadap bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa
asing.23
3. Huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis
miring. Misalnya:
- Huruf dh, seperti pada kata Ramadhan, tidak terdapat dalam Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
- Kata et dalam ungkapan ora et labora berarti 'dan'.25
23
Permendikbud. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). (PUEBI
Daring. 2015). hlm. 24-25
24
Ratna Sumarni. 4 Penggunaan Huruf Tebal yang Benar sesuai EYD dalam Bahasa
Indonesia. Diakses pada Mei 30, 2021 dari
https://www.google.com/amp/s/dosenbahasa.com/penggunaan-huruf-tebal/amp
25
Permendikbud. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). (PUEBI
Daring. 2015). h. 24
12
Kemudian PUEBI 2015 memperbaharui klausul ini menjadi
“Huruf tebal tidak dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata, atau kelompok kata dalam kalimat. Untuk tujuan ini,
gunakan huruf miring”
Contoh:
26
Ratna Sumarni. 4 Penggunaan Huruf Tebal yang Benar sesuai EYD dalam Bahasa
Indonesia. Diakses pada Mei 30, 2021 dari
https://www.google.com/amp/s/dosenbahasa.com/penggunaan-huruf-tebal/amp
13
BAB IV
KATA DEPAN (PREPOSISI)
B. Fungsi Preposisi
Gorys Keraf (1991:10) menjelaskan fungsi preposisi sebagai
berikut:
1. Preposisi di, ke, dari digunakan untuk merangkaikan kata-kata yang
menyatakan tempat atau sesuatu yang dianggap tempat. Misalnya, di
Jakarta, di rumah, dari sawah, dari sekolah dan sebagainya.
2. Bagi kata-kata yang menyatakan orang, nama orang atau nama
binatang, nama waktu atau kiasan dipergunakan kata pada untuk
menggantikan di, atau kata-kata depan lain yang digabungkan
dengan pada, misalnya: daripada, kepada.
Berikut beberapa fungsi kata depan pada umumnya:
1. Untuk menyatakan tempat berada/berlangsung
2. Untuk menyatakan arah asal
3. Untuk menyatakan arah tujuan
4. Untuk menyatakan pelaku
5. Untuk menyatakan alat
6. Untuk menyatakan perbandingan
7. Untuk menyatakan hal atau masalah
14
8. Untuk menyatakan sebab-akibat
9. Untuk menyatakan maksud atau tujuan
27
I Nengah Laba dan Ni Made Rinayanthi, Buku Ajar Bahasa Indonesia Berbasis Karya
Tulis Ilmiah (Yogyakarta: CV BUDI UTAMA, 2018), hlm. 48.
15
tersebut sebaiknya preposisi di diganti dengan preposisi pada.
Contohnya :
o Kunci lemari itu ada di ayah
(sebaiknya : kunci lemari itu ada pada ayah)
o Barang yang kau cari itu ada di Hasan.
(sebaiknya : barang yang kau cari ada pada Hasan)
o Di malam itu kami tidak ada di rumah.
(sebaiknya : pada malam itu kami tidak ada di rumah)
e. Preposisi di yang digunakan di depan kata benda yang
menyatakan karangan, buku, majalah atau koran dapat diganti
dengan preposisi dalam atau di dalam. Contohnya :
o Makna kata itu dapat kamu cari di kamus.
(dapat diganti dengan : makna kata itu dapat kamu cari
dalam kamus,
atau : makna kata itu dapat kamu cari di dalam kamus)
o Berita itu dimuat di majalah tempo.
(dapat diganti dengan: berita itu dimuat dalam majalah
tempo,
atau: berita itu dimuat di dalam majalah tempo)
2. Pada
Preposisi pada dipergunakan dengan ketentuan :
a. Untuk menyatakan tempat berada digunakan di depan kata benda
yang menyatakan orang. Contohnya :
o Kunci lemari ini ada pada ayah.
o Bukumu ada pada anak itu.
o Pada saya ada sejumlah buku tentang sastra.
b. Untuk menyatakan tempat digunakan di depan kata benda atau
frase benda yang bukan menyatakan tempat yang sebenarnya,
sebagai varian dari kata depan di.
o Suaminya bekerja pada Dapertemen Luar Negeri.
o Perasaan gembira masih terbayang pada wajahnya.
o Pada tiap-tiap kecamatan akan didirikan sebuah puskesmas.
Sebagia varian dari preposisi di, dapat digunakan preposisi
pada untuk menyatakan tempat yang tidak sebenarnya, berbeda
dengan preposisi di yang hanya digunakan untuk menyatakan
tempat yang sebenarnya. Umpamanya dalam kalimat Suaminya
bekerja pada Dinas Penerangan Kota di Jakarta.
c. Preposisi pada sebaiknya tidak digunakan di depan objek dalam
kalimat yang predikatnya mengandung pengertian tertuju terhadap
16
sesuatu. Dalam hal ini, kedudukan pada sebaiknya diganti dengan
preposisi kepada.
o Mereka minta tolong pada polisi. (sebaiknya : mereka minta
tolong kepada polisi).
o Surat itu kau tujukan pada siapa? (sebaiknya: surat itu kau
tujukan kepada siapa?).
o Buku ini kami berikan sebagai tanda kenang-kenangan pada
mereka. (sebaiknya : buku ini kami berikan sebagai tanda
kenang-kenangan kepada mereka).
d. Preposisi pada untuk menyatakan waktu tertentu atau saat
digunakan di muka kata benda waktu yang menyatakan saat atau
masanya sangat terbatas.
o Pada jam lima tepat pesawat kami mendarat di Medan.
o Bantuan diharapkan akan datang pada malam ini.
o Pada hari ini rapot akan dibagikan.
3. Dalam
Preposisi dalam digunakan dengan aturan:
a. Untuk menyatakan tempat berada digunakan di muka kata benda
yang beruangan atau dianggap mempunyai ruang, sebagai varian
dari preposos di dalam. Contohnya :
o Buku itu kusimpan dalam lemari.
o Berapa orang yang ada dalam rumah itu ?
o Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat.
Preposisi dalam pada ketiga contoh tersebut dapat diganti dengan
preposis di dalam, sehingga menjadi :
o Buku itu kusimpan di dalam lemari.
o Berapa orang yang ada di dalam rumah itu ?
o Di Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat.
4. Atas
Preposisi di atas digunakan dengan aturan:
a. Untuk menyatakan tempat digunakan di muka beberapa kata
benda tertentu sebagai varian dari kata depan di atas. Contohnya :
o Berbagai musibah telah menimpa atas diri kami.
o Kami berdiri atas keadilan dan kebenaran.
o Beban yang dipikulkan atas pundak pemain terlalau berat.
Preposisi atas pada contoh-contoh di atas dapat diganti dengan
preposisi di atas.
o Berbagai musibah telah menimpa di atas diri kami.
17
o Kami berdiri di atas keadilan dan kebenaran.
o Beban yang dipikulkan di atas pundak pemain terlalau berat.
b. Untuk menggabungkaan predikat intransitif dengan pelengkapnya.
Contohnya :
o Kami turut berdukacita atas musibah yang menimpa pesawat
Adam Air.
o Sebenarnya saya berhak atas barang-barang itu.
o Saya menyesal sekali atas kejadian itu.
c. Untuk menyatakan alasan atau dasar perbuatan digunakan di muka
frase benda yang berisi perbuatan, keinginan atau kekurangan
orang atau lembaga. Contohnya :
o Perselisihan itu dapat didamaikan atas usaha kedua Rt kami.
o Kami datang secepat ini atas anjuran beliau.
o Atas kehendak yang mahakuasa segalanya telah berakhir.
5. Kepada
Preposisi kepada digunakan dengan aturan :
a. Untuk menyatakan tempat yang dituju digunakan di muka kata
benda orang atau yang diorangkan sedangkan predikat kalimatnya
berupa kata kerja yang mengandung pengertian tertuju terhadap
sesuatu. Contohnya :
o Kalian harus melapor dulu kepada beliau.
o Kami akan minta bantuan kepada polisi.
o Kamu harus minta maaf kepada kami.
b. Untuk menyatakan arah tempat yang tidak sebenarnya digunakan
di muka kata benda yang menyatakan asas atau ajaran. Contoh:
o Kembali kepada UUD 1945.
o Berpegang teguh kepada ajaran agama.
o Pernyataan itu merujuk kepada pancasila dan UUD 1945.
c. Dapat digunakan sebagai varian preposisi akan yakni sebagai
pengantar pelengkap dalam kalimat yang predikatnya berupa kata
pengalaman. Contohnya :
o Dia takut sekali kepada saya.
o Saya selalu ingat kepada ibunya.
o Dia sudah lupa kepada saya.
6. Dari
Preposisi dari digunakan dengan aturan:
18
a. Untuk menyatakan asal tempat digunakannya di muka kata benda
yang menyatakan tempat, baik tempat sebenarnya maupun yang
tidak sebenarnya. Contohnya :
o Mereka baru datang dari desa.
o Ibunya berasal dari kendari.
o Tindak tanduknya sudah keluar dari ajaran islam.
b. Untuk menyatakan asal tempat dengan lebih seksama preposisi
dari dapat diikuti dengan kata yang menyatakan bagian mana dari
tempat yang dimaksud. Umpamanya, kata-kata dalam, atas dan
sudut pada contoh berikut :
o Satu per satu mereka keluar dari dalam pesawat itu.
o Kamus itu saya ambil dari atas meja ayah.
o Pot bunga itu akan kami pindahkan dari sudut ruangan itu.
c. Dapat menyatakan asal atau awal waktu digunakan di muka kata
benda waktu. Dalam hal ini preposisi dari dapat diganti dengan
sejak. Contohnya :
o Saya menunggu dari kemarin.
o Saya selalu ingat kepada ibunya.
o Dia sudah lupa kepada saya.
19
Kata depan “atas” juga digunakan dalam beberapa ungkapan yang
sudah tetap
Contoh : atas nama, atas kehendak.
20
Kata depan “oleh” digunakan sebagai berikut:
Untuk menyatakan pelaku perbuatan. Contohnya: Jembatan yang
menghubungkan dua kabupaten itu dulunya diresmikan oleh
Presiden SBY.
Untuk menyatakan sebab. Contohnya : Kemejaku basah oleh
keringat.
21
1) Kelas tambahan itu diadakan guna membantu para siswa kelas 3
melakukan persiapan dalam menghadapi ujian nasional nantinya.
Buah jeruk memiliki kegunaan yang sangat banyak untuk
kesehatan dan kecantikan.
22
BAB V
KATA ULANG (REDUPLIKASI)
28
Marnetti, Reduplikasi dan Maknanya dalam Novel Jamal Jamilah Karya Boma
Kampau, Jurnal Madah, Vol. 5 No.2, 2014, hlm. 200-201.
29
Irsyadi Shalima, Tata Bahasa Membuka Wawasan Bahasa Indonesia, (Klaten : PT Intan
Pariwara, 2018), hlm. 37.
30
Marnetti, Reduplikasi dan Maknanya dalam Novel Jamal Jamilah Karya Boma
Kampau, Jurnal Madah, Vol. 5 No.2, 2014, hlm. 201.
23
b. Menyatakan ‘bermacam-macam’.
Misalnya: pohon-pohonan, buah-buahan, bunga-bungaan, minum-
minuman.
c. Menyatakan ‘meskipun’.
Misalnya:
Pahit-pahit sedikit, minum sajalah!
Malam-malam bekerja.
Hujan-hujan berangkat.
d. Menyatakan ‘menyerupai’.
Misalnya: mobil-mobilan, kuda-kudaan, rumah-rumahan, burung-
burungan.
h. Menyatakan ‘sangat’.
Misalnya:
Berteriaklah keras-keras.
Berpeganglah kuat-kuat.
j. Menyatakan ‘agak’.
Misalnya: kemerah-merahan, kekuning-kuningan, kehijau-hijauan,
keheran-heranan.
24
k. Menyatakan ‘tingkat yang paling tinggi atau superlatif’.
Misalnya: sekuat-kuatnya, sejauh-jauhnya, seindah-indahnya, sebanyak-
banyaknya.
C. Jenis Pengulangan
Kata ulang (reduplikasi) adalah kata yang mengalami proses
pengulangan, baik sebagian ataupun seluruhnya dengan disertai perubahan-
perubahan bunyi ataupun tidak.32 Berdasarkan cara mengulang bentuk
dasarnya, pengulangan dapat di golongkn menjadi beberapa golongan,
yaitu:33
1. Penggulangan seluruh
Yaitu penggulangan seluruh bentuk dasar, tanpa perubahan fonem
dan tidak berkombinsi dengan proses pembubuhan afiks, misalnya:
Rumah : rumah-rumah
Buku : buku-buku
Pagi : pagi-pagi
Lari : lari-lari
Kebaikan : kebaikan-kebaikan
2. Pengulangan sebagian
Yaitu pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya, disini bentuk
dasarnya tidak diulang seluruhnya. Hampir semua bentuk dasar
pengulangan golongan ini berupa bentuk kompleks, misalnya:
31
Asul Wiyanto , Kitab Bahasa Indonesia, ( Yogyakarta: Galangpress,2012 ) hlm. 19-20.
32
Abdul Chaer. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Edisi Revisi. (Jakarta: Rineka
Cipta. 2006)
33
Anfia Agustina "Proses Pengulangan kata",
http://anifiaagustina.blogspot.com/2019/01/proses-pengulangan-kata-atau.html?m=1 (Diakses
pada 3 Juni Pukul 19.07)
25
a. Bentuk me-
Mengambil : mengambil-ambil
Membaca : membaca-baca
Menjalankan : menjalan-jalankan
Memukul : pukul-memukul
b. Bentuk di-
Diusai : diusai-usai
Ditarik : ditarik-tarik
Dikemasi : dikemas-kemasi
c. Bentuk ber-
Berjalan : berjalan-jalan
Berlari : berlari-lari
Bertemu : bertemu-temu
Bermain : bermain-main
d. Bentuk ter-
Terbatuk : terbatuk-batuk
Terbentur : terbentur-bentur
Terjatuh : terjatuh-jatuh
e. Bentuk ber-an
Berlarian : berlari-larian
Berjauhan : berjauh-jauhan
Berdekatan : berdekat-dekatan
f. Bentuk –an
Minuman : minum-minuman
Makanan : makan-makanan
Sayuran : sayur-sayuran
g. Bentuk ke-
Kedua : kedua-dua
Ketiga : ketiga-tiga
26
Kata ulang dwilingga salin suara adalah kata yang dibentuk dari
pengulangan bentuk dasar yang disertai perubahan salah satu fonemnya,
bisa berupa fonem vokal maupun fonem konsonan, contoh:
a. Perubahan vokal
Gerak : gerak-gerik
Balik : bolak-balik
Warna : warna-warni
b. Perubahan konsonan
Sayur : sayur-mayur
Cerai : cerai-berai
5. Dwipurwa
Kata ulang dwipurwa yaitu kata yang dibentuk dari pengulangan
suku pertama dari bentuk dasar, contoh:
Tamu-tetamu
Tangga-tetangga
Luhur-leluhur
Jaka-jejaka
27
Pada kata ulang utuh yang unsur jenis kata benda seperti yang di
contohkan diatas, mengandung pengertian jamak,menunjukkan jumlah yang
lebih dari satu. Dalam bahasa Indonesia, unntuk menyatakan suatu jumlah
yang banyak tentang benda bisa digunakan dengan dua cara:
1. Mengulangi kata itu seperti: rumah-rumah, guru-guru
2. Menggunakan kata pendahulu yang mengandung pengertian jamak
contoh: banyak, beberapa, segala dan lain sebagainya. Bila dipakai kata
pendahulu jamak, tak perlu lagi kata bendanya diulang hal ini akan
menimbulkan kerancuan dan penghamburan kata-kata sehingga sifatnya
pleonasti (berlebihan), contoh:
semua-rumah (benar)
rumah-rumah (benar)
semua rumah-rumah (salah)
Khusus untuk penggunaan kata ulang yang menyatakan bahwa suatu
pekerjaan di lakukan secara berbalasan oleh dua belah pihak, dapat
dinyatakan dengan dua cara yakni:
Mereka tarik-menarik hingga jatuh
Atau:
Mereka bertarik-tarikan hingga jatuh
Kedua macam kata ulang yang di gunakan dalam kalimat tersebut
menyatakan saling. Oleh kerena itu akan menjadi salah apabila didepan kata
ulang tersebut dibubuhkan lagi kata saling. Sebab akan menyebabkan
kerancuan kata dan penghamburan kata (pleonastis). Contoh:
Mereka saling tarik-menarik sehingga jatuh (salah)
Mereka saling bertarik-tarikan sehingga jatuh (salah)
Bentuk kesalahan lain pada kata ulang ialah, pada kata ulana yang
menyatakan saling, terkandung pengertian bahwa subjjeknya lebih dari satu,
misalnya:
Persoalan itu kait mengait antara satu dengan yang lain (benar)
Akan menjadi salah bila subjeknya dijadikan kata ulang yang
maksudnya untuk menyatakan jamak, bukankah bentuk perulangan kata kerja
pun sudah menyatakan subjeknya lebih dari satu (saling). Misalnya:
Persoalan-persoalan itu kait-mengait antara satu dengan yang lain (salah)
Dengan demikian, pada penggunaan kata ulang yang meyatakan
saling, tidak perlu subjeknya dijadikan kata ulang, kerena di dalam kalimat
tersebut akan mengandung sifat yang berlebihan.34
34
Malik Ghaisan "Kata Ulang" https://maalikghaisan.blogspot.com/2017/09/kata-
ulang.html?m=1 (Diakses pada 3 Juni Pukul 17.39)
28
BAB VI
KATA BAKU & TIDAK BAKU
35
Ainia Prihantini, EYD Bahasa Indonesia Terbaru & Terlengkap, (Yogyakarta: B first,
2015), hlm. 28.
36
Sukirman Nurdjan, dkk. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, (Makassar:
Aksara Timur, 2016), hlm. 32.
37
Ainia Prihantini, EYD Bahasa Indonesia Terbaru & Terlengkap, (Yogyakarta: B first,
2015), hlm. 28.
38
Sukirman Nurdjan, dkk. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, (Makassar:
Aksara Timur, 2016), hlm. 32-33.
39
Dini Fitri, Pedoman Kata Baku & Tidak Baku, (Jakarta: PT Kawah Media, 2017), hlm.
76.
29
2. Pemberi kekhasan, pemakaian bahasa baku dapat menjadi pembeda
dengan masyarakat pemakai bahasa lainnya.
3. Pembawa kewibawaan, pemakaian bahasa baku dapat memperlihatkan
kewibawaan pemakainya.
4. Kerangka acuan, bahasa baku menjadi tolok ukur bagi benar tidaknya
pemakaian bahasa seseorang atau sekelompok orang.
40
Ainia Prihantini, EYD Bahasa Indonesia Terbaru & Terlengkap, (Yogyakarta: B first,
2015), hlm. 28-29.
30
Suka dengan Suka akan
41
Alffian dan Khusnul Fathonah, , “ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT
BAKU DAN KALIMAT EFEKTIF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA SMA KELAS XII
PPLS DI BKB NURUL FIKRI KRANGGAN BEKASI”, Eduscience: Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 5,
No 2, 2020, h. 60.
31
d. Hemat kata
e. Menggunakan tanda baca yang benar
f. Menggunakan huruf kapital yang benar42
5. Kerancuan bentuk
Contoh :
Mereka saling pandang-memandang (Kalimat ini tidak baku)
Mereka saling memandang (Kalimat ini baku)44
42
Parta Ibeng, “Kalimat Baku & Tidak Baku : Pemgertian , ciri, syarat dan contohnya”.
https://pendidikan.co.id/kalimat-baku-tidak-baku-pengertian-ciri-syarat-dan-contohnya/ (Diakses
pada 27 Maret Pukul 20:23)
43
Agnyana Aguna, “Penyebab Ketidakbakuan Kalimat Dalam Bahasa Indonesia”,
https://siswaberpikir.blogspot.com/2016/03/penyebab-ketidakbakuan-kalimat-dalam.html?m=1
(Diakses pada 28 Maret Pukul 08:03)
44
Dewinita, “Kalimat Baku dan Tidak Baku”,
http://d3winit4.blogspot.com/2009/12/kalimat-baku-dan-tidak-baku.html?m=1 (Diakses Pada
Tanggal 28 Maret Pukul 17:10)
32
6. Kesalahan ejaan
Contoh :
Silahkan makan, dik! (Kalimat ini tidak baku)
Silahkan makan, Dik! (Kalimat ini baku)
33
BAB VII
PARAGRAF
A. Pengertian Paragraf
Di dalam sebuah tulisan atau karangan biasanya terdapat bagian yang
agak menjorok ke dalam. Bagian yang secara fisik sudah tampak dengan
nyata karena adanya tanda menjorok itu disebut paragraf. ke sekian dari
margin kiri). Hakikat paragraf sebenarnya tidak sesederhana itu. Paragraf
merupakan miniatur dari suatu karangan. Syarat-syarat sebuah karangan ada
pada paragraf.
Pada dasarnya paragraf merupakan seperangkat kalimat yang saling
berhubungan yang secara bersama dipakai untuk menyatakan atau
mengembangkan sebuah gagasan. Paragraf merupakan inti penuangan buah
pikiran dalam sebuah karangan dan didukung oleh himpunan kalimat yang
saling berhubungan untuk membentuk sebuah gagasan.45
Paragraf terdiri dari beberapa kalimat yang berhubungan antara satu
dengan yang lain dalam suatu rangkaian yang menghasilkan sebuah
imformasi. Paragraf juga dapat di sebut sebagai penuangan ide dari penulis
melalui beberapa kalimat yang berkaitan dan memiliki satu tema.
B. Unsur-Unsur Paragraf
Ada beberapa unsur yang pembangun paragraf, sehingga paragraf
tersebut tersusun secara logis dan sistematis. Unsur-unsur paragraf itu ada
empat macam, memang tidak semua paragraf mengandung keempat unsur ini.
Adakalanya sebuah paragraf mengandung empat unsur, tiga unsur atau dua
unsur. Bahkan hanya mengandung satu unsur saja46 :
1. Transisi
Sebuah tulisan/karangan tidak hanya terdiri atas satu paragraph.
Ada puluhan bahkan ratusan paragraf. Paragraf-paragraf itu tidak berdiri
sendiri, tetapi harus berhubungan dengan yang lainnya sehingga menjadi
padu.47 Supaya menjadi sebuah paragraf yang padu, kalimat – kalimat di
dalam paragraf disusun dengan menggunakan transisi atau konjungsi.
Ada dua macam konjungsi yang biasa dipakai, yakni konjungsi antar
kalimat dan konjungsi intra kalimat.
Konjungsi intra kalimat yaitu kata sambung yang menghubungkan
antara induk kalimat dan anak kalimat. Contohnya yaitu “dan”,
“tetapi”, “karena”, “agar”, dan lain sebagainya.
45
Suladi, Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia, (Jakarta, 2015), hlm. 1-2
46
Asul Wiyanto, Terampil Menulis Paragraf, (Jakarta, Grasindo, 2004), hlm. 20
47
Ibid.,
34
Konjungsi antar kalimat yaitu sebuah konjungsi yang
menghubungkan antara kalimat – kalimat yang ada di dalam
paragraf. Contohnya yaitu ; “Lagi pula”, “Oleh karena itu”,
“Terlebih lagi”, “Namun”, “Disamping itu”, dan lain – lain.
2. Kalimat Topik
Topik atau gagasan utama yaitu unsur yang paling penting karena
unsur inilah yang menjadi jiwa atau isi dari keseluruhan paragraf. Unsur
– unsur ini biasanya berupa masalah atau gagasan pengarang yang ingin
disampaikan kepada para pembacanya.
3. Kalimat Utama
Unsur pembangun paragraf adalah kalimat utama. Kalimat ini
adalah kalimat yang mengandung suatu gagasan utama yang diletakkan
secara tersirat. Kalimat utama adalah sebuah kalimat yang sifatnya
umum. Hal ini dikarenakan supaya dapat dikembangkan kembali dengan
kalimat-kalimat penjelas.
4. Kalimat Pendukung
Kalimat pendukung yaitu suatu kalimat yang mengandung
gagasan-gagasan penjelas. Kalimat ini mempunyai fungsi untuk
menguatkan atau mendukung gagasan utama yang ada pada kalimat
utama dengan cara memberikan data berupa fakta, contoh, opini, dan
lain-lain.
5. Kalimat Penegas
Unsur yang terakhir yaitu penegas. Unsur ini tidak terlalu penting
di dalam sebuah pargraf karena tidak semua paragraf mempunyai
penegas. Fungsi dari penegas ini yaitu untuk menambah daya tarik
sebuah paragraf , menghindari kebosanan saat membacanya, dan sebagai
penegas atau pengulang gagasan utama.
C. Ciri-Ciri Paragraf
Beberapa ciri-ciri paragraf diantaranya;
1. Paragraf ditulis dengan memberikan beberapa ketukan spasi agar baris
pertama sedikit masuk ke bagian dalam (diberi tanda inden). Biasanya,
paragraf diberi 5 ketukan untuk karangan biasa.
2. Berisi satu ide pokok yang akan dijelaskan dalam sebuah karangan.
3. Berisi beberapa kalimat topik yang dapat menjelaskan dan menerangkan
ide pokok karangan tersebut secara rinci.
4. Beberapa paragraf berisi opini penulis yang dinyatakan dalam kalimat
penjelas. Paragraf memakai pikiran penjelas yang dinyatakan dalam
kalimat penjelas. Kalimat tersebut berisi mengenai detail-detail kalimat
topik. Paragraf bukanlah kumpulan kalimat topik. Paragraf hanya
35
berisikan satu kalimat topik dan juga beberapa kalimat penjelas. Setiap
kalimat penjelas berisi mengenai detail yang sangat spesifik serta tidak
mengulang pikiran penjelas lainnya.48
48
Monica Anggen, https://www.qubisa.com/article/pengertian-paragraf (Diakses pada 2
Juni 2021 pukul 20:43)
36
topik. Gagasan pengembang dikemukakan ke dalam kalimat
pengembang. Kalimat satu dengan yang lain saling berhubungan.49
Kesatuan paragraf ialah semua kalimat yang membangun paragraf
secara bersama-sama menyatakan suatu hal atau suatu tema tertentu.
Kesatuan di sini tidak boleh diartikan bahwa paragraf itu memuat satu hal
saja.
2. Pengembangan
Gagasan dasar dinyatakan ke dalam kalimat topik dan gagasan
pengembang dinyatakan ke dalam kalimat-kalimat penjelas/lanjutan.50
3. Kepaduan atau Koherensi
Kepaduan /koherensi adalah keserasian hubungan antargagasan
dalam paragraph yang berarti pula keserasian hubungan antarkalimat
dalam paragraf. Pembentukan paragraf berasal dari kalimat-kalimat yang
saling mendukung satu dengan lainnya. Hubungan kalimat-kalimat itu
agar terlihat serasi maka harus dipadukan. Kepaduan tersebut diwujudkan
dalam hubungan antarkalimat yang membentuk paragraf. Ada beberapa
cara/syarat kepaduan paragraf, yaitu menggunakan repetisi dan kata
ganti, kata penghubung, dan urutan pikiran (Rahayu, 2007:100).
4. Kekompakan atau Kohesi
Persyaratan kekompakan mengatur hubungan antarkalimat yang
diwujudkan oleh adanya bentuk-bentuk kalimat atau bagian kalimat yang
cocok dalam paragraf. Kekompakan tersebut dikelompokkan menjadi
dua, yaitu kekompakan struktural dan leksikal. Kekompakan struktural
ditandai oleh adanya hubungan struktur kalimat kalimat yang digunakan
dalam paragraf dan kekompakan leksikal ditandai oleh adanya kata-kata
yang digunakan dalam paragraf untuk menandai hubungan antarkalimat
atau bagian paragraf.
5. Pengembangan Paragraf
Menurut Suparno (2007: 96), pengembangan paragraf adalah
pembentukan paragraf dalam teks dikaitkan dengan paragraf yang lain.
Hasil pengembangan ini ialah untaian paragraf yang menunjukkan
paragraf yang cocok dengan paragraf yang lain.
49
Soeisniwati Lidwina, ,”PENULISAN PARAGRAF DALAM KARYA ILMIAH
MAHASISWA”, Jurnal STIE Semarang, Vol 5, No 1, Februari 2013, h. 39-40
50
Ibid.,
37
F. Jenis-Jenis Paragraf
1. Berdasarkan Pola Penalaran
Dalam setiap paragraf harus dipastikan ada gagasan pokok atau
gagasan utamanya, sedangkan gagasan lain yang ada di dalam paragraf
itu merupakan penjelas.
Dalam menuangkan gagasan itu, kita harus memperhatikan pola
pernalaran. Berdasarkan pola pernalaran itu, pengelompokan paragraf
didasarkan pada penempatan gagasan utama. Berdasarkan letak gagasan
utama itu, paragraf dapat dibedakan atas paragraf deduktif, induktif,
deduktif-induktif, ineratif, dan menyebar.
a. Paragraf Deduktif
Paragraf deduktif adalah paragraf yang ide pokok atau
gagasan utamanya terletak di awal paragraf dan diikuti oleh kalimat-
kalimat penjelas untuk mendukung gagasan utama. Ide pokok atau
gagasan utama berupa pernyataan umum yang dikemas dalam
kalimat topik. Kalimat topik itu kemudian diikuti oleh kalimat-
kalimat pengembang yang berfungsi memperjelas informasi yang
ada dalam kalimat topiknya.
Contoh: Tenaga kerja yang diperlukan dalam persaingan bebas
adalah tenaga kerja yang mempunyai etos kerja tinggi, yaitu
tenaga yang pandai, terampil, dan berkepribadian. Tenaga
kerja yang pandai adalah tenaga kerja yang mempunyai
kemampuan akademis memadai sesuai dengan disiplin ilmu
tertentu. Terampil artinya mampu menerapkan kemampuan
akademis yang dimiliki disertai kemampuan pendukung
yang sesuai untuk diterapkan agar diperoleh hasil maksimal.
Sementara itu, tenaga kerja yang berkepribadian adalah
tenaga kerja yang mempunyai sikap loyal, disiplin, dan
jujur.
Paragraf di atas termasuk paragraf deduktif karena kalimat
topiknya terdapat pada awal paragraf. Kalimat topik paragraf
tersebut adalah tenaga kerja yang diperlukan dalam persaingan
bebas tenaga kerja adalah tenaga kerja yang mempunyai etos kerja
tinggi, yaitu tenaga yang pandai, terampil, dan berkepribadian.
Kalimat topik itu kemudian dikembangkan dengan kalimat-kalimat
penjelas. Kalimat-kalimat penjelas itu masing-masing menguraikan
butir-butir yang diperlukan untuk mempertegas informasi dalam
kalimat topik tentang etos kerja tinggi, yang meliputi kepandaian,
keterampilan, dan kepribadian tenaga kerja.
38
b. Paragraf Induktif
Paragraf induktif adalah paragraf yang kalimat topiknya
terdapat pada bagian akhir. Secara garis besar, paragraf induktif
mempunyai ciri-ciri, yaitu a) diawali dengan penyebutan peristiwa-
peristiwa khusus yang berfungsi sebagai penjelas dan merupakan
pendukung gagasan utama dan b) kemudian menarik simpulan
berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus itu.
Untuk menjaga koherensi antarkalimat dalam paragraf, dalam
perumusan kalimat simpulan itu acap digunakan konjungsi penumpu
kalimat yang sekaligus berfungsi sebagai konjungsi antarkalimat.
Kata atau frasa yang biasa digunakan sebagai penumpu kalimat
simpulan itu adalah jadi, akhirnya, akibatnya, oleh karena itu, maka
dari itu, berdasarkan uraian di atas, dan dengan demikian.
Contoh: Salju yang turun dari langit memberikan hiasan yang indah
untuk bumi. Beberapa kota disulap dengan nuansa putih,
menghasilkan pemandangan cantik dan memikat bagi
penikmat keindahan. Hawa dinginnya semakin hari
menggigit kawasan-kawasan yang beriklim subtropic dan
sedang ini. Inilah musim dingin yang terjadi di negeri
matahari terbit.
Paragraf di atas diawali dengan perincian yang berupa
peristiwa-peristiwa khusus. Peristiwa khusus itu berupa salju yang
turun, keadaan kota yang memutih karena salju, dan hawa dingin
yang menyelimuti beberapa wilayah di Jepang. Semua peristiwa
khusus itu kemudian disimpulkan bahwa itulah keadaan Jepang saat
musim dingin. Tulisan dengan pemaparan semacam itu dapat
dikategorikan sebagai paragraf induktif, suatu paragraf yang dimulai
dengan hal khusus kemudian diakhiri dengan pernyataan umum yang
merupakan kalimat topiknya.
c. Paragraf Deduktif-Induktif (Campuran)
Paragraf deduktif-induktif adalah paragraf yang kalimat
topiknya terdapat pada bagian awal dan akhir paragraf. Meskipun
ada dua kali pemunculan kalimat topik, hal itu bukan berarti gagasan
utamanya ada dua. Adanya dua kalimat topik itu hanya merupakan
bentuk pengulangan gagasan utama untuk mempertegas informasi.
Paragraf dengan pola ini dimulai dari pernyataan yang
bersifat umum, diikuti dengan pernyataan-pernyataan yang bersifat
khusus sebagai penjelas, dan diakhiri dengan pernyataan umum lagi
yang merupakan pengulangan gagasan utama. Biasanya gagasan
39
utama pada akhir paragraf dikemas dengan kalimat topik yang agak
berbeda dengan kemasan kalimat topik pertama.
Contoh: Hasil penelitian mengungkapkan bahwa tingginya
kolesterol merupakan faktor risiko yang paling besar
yang menyebabkan seseorang terserang penyakit
jantung koroner. Hampir 80% penderita jantung koroner
di Eropa disebabkan kadar kolesterol dalam tubuh yang
tinggi. Bahkan, di Amerika hampir 90% penderita jantung
koroner disebabkan penderita makan makanan yang
berkadar kolesterol tinggi. Begitu juga di Asia, sebagian
besar penderita jantung koroner disebabkan oleh pola
makan yang banyak mengandung kolesterol. Dengan
demikian, kolesterol merupakan penyebab utama
penyakit jantung koroner.
d. Paragraf Ineratif
Paragraf ineratif adalah paragraf yang kalimat utamanya
terletak di tengah-tengah paragraf. Paragraf ini diawali dengan
kalimat-kalimat penjelas sebagai pengantar kemudian diikuti
gagasan utama dan ditambahkan lagi kalimat-kalimat penjelas untuk
menguatkan atau mempertegas informasi.
Contoh : Gunung Sinabung di Sumatera Utara meletus. Belum reda
letusan Gunung Sinabung, Gunung Kelud di Jawa Timur
juga meletus. Selain gunung berapi yang meletus itu,
banjir terjadi di beberapa daerah. Ibu kota Jakarta, seperti
tahun-tahun sebelumnya, dilanda banjir. NTT yang sering
mengalami kekeringan juga dilanda banjir. Indonesia
memang sedang ditimpa banyak musibah dan
bencana. Bencana-bencana tersebut menelan korban, baik
harta maupun jiwa. Padi di sawah-sawah yang siap panen
menjadi gagal panen. Sayur mayur yang banyak ditanam
dan dihasilkan di lereng-lereng gunung juga hancur
sehingga harga di pasar menjadi melambung.
e. Ide Pokok Menyebar
Paragraf dengan pola semacam itu tidak memiliki kalimat
utama. Pikiran utamanya menyebar pada seluruh paragraf atau
tersirat pada kalimat-kalimatnya.
Contoh: Matahari belum tinggi benar. Embun masih tampak
berkilauan. Warna bunga menjadi sangat indah diterpa sinar
matahari. Tampak kupu-kupu dengan berbagai warna
40
terbang dari bunga yang satu ke bunga yang lain. Angin pun
semilir terasa menyejukkan hati.
Gagasan utama paragraf tersebut tidak terdapat pada kalimat
pertama, kedua, dan seterusnya. Untuk dapat memahami gagasan
utama paragraf itu, pembaca harus menyimpulkan isi paragraf itu.
Dengan memperhatikan setiap kalimat dalam paragraf itu, kita dapat
menyarikan isinya, yaitu gambaran suasana pada pagi hari yang
cerah. Inti sari itulah yang menjadi gagasan utamanya.
2. Berdasarkan Gaya Ekspresi/Pengungkapan
Suatu gagasan yang disampaikan dengan maksud untuk
meyakinkan orang lain tidak mungkin diungkapkan dengan corak
deskripsi. Penulis tentu akan memilih gaya pengungkapan yang paling
sesuai, yaitu argumentasi. Gaya atau corak ekspresi meliputi narasi,
deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Adapun perincian tiap-
tiap gaya itu adalah sebagai berikut.
a. Paragraf Narasi
Narasi merupakan gaya pengungkapan yang bertujuan
menceritakan atau mengisahkan rangkaian kejadian atau peristiwa--
baik peristiwa kenyataan maupun peristiwa rekaan--atau pengalaman
hidup berdasarkan perkembangannya dari waktu ke waktu sehingga
tampak seolah-olah pembaca mengalami sendiri peristiwa itu.
Paragraf narasi dimaksudkan untuk memberi tahu pembaca atau
pendengar tentang sesuatu yang diketahui atau dialami penulis
supaya pembaca terkesan.
Ciri utama paragraf narasi adalah adanya peristiwa atau
kejadian, baik yang benar-benar terjadi atau berupa imajinasi
maupun gabungan keduanya, yang dirangkai dalam urutan waktu. Di
dalam peristiwa itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik.
Konflik itulah yang dapat menambah daya tarik cerita. Jadi, ketiga
unsur yang berupa kejadian, tokoh, dan konflik merupakan unsur
pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur itu
disebut plot atau alur.
Narasi, berdasarkan tujuannya, dapat dibedakan atas narasi
ekspositoris, artistik, dan sugestif. Narasi ekspositoris berisi
penyampaian informasi secara tepat tentang suatu peristiwa
berdasarkan data yang sebenarnya dengan tujuan memperluas
pengetahuan orang tentang kisah seseorang (biasanya satu orang).
Pelaku diceritakan mulai dari kecil sampai saat ini atau sampai
terakhir dalam kehidupannya. Narasi artistik berusaha untuk
memberikan suatu maksud tertentu atau menyampaikan suatu
41
amanat terselubung kepada para pembaca atau pendengar sehingga
tampak seolah-olah melihat. Narasi sugestif berusaha untuk
memberikan suatu maksud tertentu dan menyampaikan suatu amanat
secara terselubung kepada para pembaca atau pendengar sehingga
tampak seolah-olah melihat. Berdasarkan sifat informasinya, ada
narasi yang berupa fakta dan narasi yang berupa fiksi.
Contoh : Jam istirahat Roy tengah menulis sesuatu di buku agenda
sambil menikmati bekal dari rumah. Sesekali kepalanya
menengadah ke langit-langit perpustakaan, tersenyum dan
kembali menulis. Asyik sekali, seakan diruang
perpustakaan hanya ada dia.
b. Paragraf Deskripsi
Paragraf deskripsi berisi gambaran mengenai suatu objek atau
suatu keadaan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera.
Paragraf ini bertujuan untuk memberikan kesan/impresi kepada
pembaca terhadap objek, gagasan, tempat, peristiwa, dan
semacamnya yang ingin disampaikan penulis. Melalui pengesanan
ini pembaca seolah-olah berada di suatu tempat dan dapat melihat,
mendengar, meraba, mencium, atau merasakan apa yang tertulis
dalam paragraf tersebut. Paragraf deskripsi mempunyai beberapa
pola pengembangan, yaitu (1) pola deskripsi spasial, (2) pola
deskripsi sudut pandang, (3) pola deskripsi pengamatan (observasi),
dan (4) pola deskripsi fokus.
Contoh : Gadis itu menatap Doni dengan seksama. Hati Doni
semakin gencar memuji gadis yang mempesona di
hadapanya. Ya, karena memang gadis didepannya itu
sangat cantik. Rambutnya hitam lurus hingga melewati
garis pinggang. Matanya bersinar lembut dan begitu
dalam, memberikan pijar mengesankan yang misterius.
Ditambah kulitnya yang bersih, dagu lancip yang
menawan, serta bibir berbelah, dia sungguh tampak
sempurna.
c. Paragraf Eksposisi
Paragraf eksposisi merupakan paragraf yang bertujuan untuk
menginformasikan sesuatu sehingga memperluas pengetahuan
pembaca. Paragraf eksposisi bersifat ilmiah/nonfiksi. Sumber untuk
penulisan paragraph ini dapat diperoleh dari hasil pengamatan,
penelitian atau pengalaman.
Paragraf eksposisi tidak selalu terbagi atas bagian-bagian
yang disebut pembukaan, pengembangan, dan penutup. Hal ini
42
sangat bergantung pada sifat tulisan dan tujuan yang hendak dicapai.
Adapun ciri-ciri paragraf eksposisi, antara lain, adalah (a) berusaha
menjelaskan sesuatu, (b) gaya tulisan bersifat informatif, (c) fakta
dipakai sebagai alat kontribusi, dan (d) fakta dipakai sebagai alat
untuk mengonkretkan informasi. Paragraf eksposisi dapat
dikembangkan melalui klasifikasi, ilustrasi,
perbandingan/pertentangan, laporan, proses, atau definisi. Dalam
pengembangan dengan klasifikasi, kalimat-kalimat penjelasnya
merupakan bentuk pengelompokan dari gagasan utamanya.
Contoh : Para pedagang daging sapi di pasar-pasar tradisional
mengeluhkan dampak pemberitaan mengenai impor
daging ilegal. Sebab, hampir seminggu terakhir mereka
kehilangan pembeli sampai 70 persen. Sebaliknya,
permintaan terhadap daging ayam dan telur kini melejit
sehingga harganya meningkat.
d. Paragraf Persuasif
Paragraf persuasi adalah paragraf yang berisi ajakan. Paragraf
persuasi bertujuan untuk membujuk pembaca agar mau melakukan
sesuatu sesuai dengan keinginan penulisnya. Agar tujuannya dapat
tercapai, penulis harus mampu menyampaikan bukti dengan data dan
fakta pendukung. Contoh paragraf persuasi yang sering kita temukan
adalah propaganda yang dilakukan oleh berbagai lembaga, badan,
atau organisasi serta iklan yang disampaikan dalam berbagai media
untuk menarik perhatian konsumen dan mempromosikan suatu
produk. Untuk mengajak atau mengimbau pembaca, penulis dapat
menggunakan ungkapan persuasif, seperti ayo atau mari.
Contoh : Dalam diri setiap bangsa Indonesia harus tertanam nilai
cinta terhadap sesama manusia sebagai cerminan rasa
kemanusiaan dan keadilan. Nilai-nilai tersebut di
antaranya adalah mengakui dan memperlakukan manusia
sesuai dengan harkat dan martabatnya, mengembangkan
sikap tenggang rasa dan nilai-nilai kemanusiaan. Sebagai
sesama anggota masyarakat, kita harus mengembangkan
sikap tolong-menolong dan saling mencintai. Dengan
demikian, kehidupan bermasyarakat dipenuhi oleh suasana
kemanusian dan saling mencintai.
e. Paragraf Argumentasi
Paragraf argumentasi atau paragraf bahasan adalah suatu
corak paragraf yang bertujuan membuktikan pendapat penulis agar
pembaca menerima pendapatnya. Dalam paragraf ini penulis
43
menyampaikan pendapat yang disertai penjelasan dan alasan yang
kuat dan meyakinkan dengan maksud agar pembaca bisa
terpengaruh.
Dasar tulisan argumentasi adalah berpikir kritis dan logis
berdasarkan fakta-fakta yang dapat dipertanggungjawabkan. Fakta-
fakta tersebut dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara lain,
bahan bacaan (buku, majalah, surat kabar, atau internet), wawancara
atau angket, penelitian atau pengamatan langsung melalui observasi.
Selain itu, paragraf ini harus dijauhkan dari emosi dan unsur
subjektif. Paragraf argumentasi dapat dikembangkan dengan pola
sebab-akibat, yakni menyampaikan terlebih dahulu sebab-sebabnya
dan diakhiri dengan pernyataan sebagai akibat dari sebab tersebut.
Dalam penggunaannya, pola sebab-akibat dapat disajikan menjadi
akibat-sebab, yaitu menyampaikan terlebih dahulu akibatnya
kemudian dicari sebab-sebabnya. Kata penghubung antarkalimat
yang dapat digunakan dalam paragraf ini, antara lain, adalah oleh
karena itu, dengan demikian, oleh sebab itu.
Contoh : Sebagian anak Indonesia belum dapat menikmati
kebahagiaan masa kecilnya. Pernyataan demikian pernah
dikemukakan oleh seorang pakar psikologi pendidikan
Sukarton (1992) bahwa anak-anak kecil di bawah umur
15 tahun sudah banyak yang dilibatkan untuk mencari
nafkah oleh orang tuanya. Hal ini dapat dilihat masih
banyaknya anak kecil yang mengamen atau mengemis di
perempatan jalan atau mengais kotak sampah di TPA,
kemudian hasilnya diserahkan kepada orang tuanya
untuk menopang kehidupan keluarga. Lebih-lebih sejak
negeri kita terjadi krisis moneter, kecenderungan orang
tua mempekerjakan anak sebagai penopang ekonomi
keluarga semakin terlihat di mana-mana.
G. Macam-Macam Paragraf
1. Berdasarkan Tujuannya
Jenis paragraf berdasarkan tujuannya terbagi menjadi tiga antara
lain paragraf pembuka, penghubung dan penutup. Dari ketiga jenis
paragraf tersebut akan dibahas satu persatu.
a. Paragraf Pembuka
Paragraf pembuka biasanya memiliki sifat ringkas, menarik,
dan bertugas menyiapkan pikiran pembaca kepada masalah yang
akan diuraikan.
44
Contoh paragraf pembuka : Pemilu baru saja usai. Sebagian
orang, terutama caleg yang sudah pasti jadi, merasa bersyukur
karena pemilu berjalan lancar seperti yang diharapkan. Namun, tidak
demikian yang dirasakan oleh para caleg yang gagal memperoleh
kursi di parlemen. Mereka mengalami stress berat hingga tidak bias
tidur dan tidak mau makan.
b. Paragraf Penghubung
Paragraf penghubung berisi inti masalah yang hendak
disampaikan kepada pembaca. Secara fisik, paragraf ini lebih
panjang dari pada paragraf pembuka. Sifat paragraf-paragraf
penghubung bergantung pola dari jenis karangannya. Dalam
karangan-karangan yang bersifat deskriptif, naratif, eksposisi,
paragraf-paragraf itu harus disusun berdasarkan suatu perkembangan
yang logis. Bila uraian itu mengandung pertentangan pendapat, maka
beberapa paragraf disiapkan sebagai dasar atau landasan untuk
kemudian melangkah kepada paragraf-paragraf yang menekankan
pendapat pengarang.
c. Paragraf Penutup
Paragraf penutup biasanya berisi simpulan (untuk
argumentasi) atau penegasan kembali (untuk eksposisi) mengenai
hal-hal yang dianggap penting.
Contoh paragraf penutup : Demikian proposal yang kami
buat. Semoga usaha kafe yang kami dirikan mendapat ridho
dari Tuhan Yang Maha Esa serta bermanfaat bagi sesama. Atas
segala perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.
2. Berdasarkan Isi
a. Paragraf Deskripsi
Paragraf deskripsi ditandai dengan kalimat utama yang tidak
tercantum secara nyata dan tema paragraf tersirat dalam keseluruhan
paragraf. Biasanya dipakai untuk melakukan sesuatu, hal, keadaan,
situasi dalam cerita.
Contoh paragraf deskripsi : Dari balik tirai hujan sore hari,
pohon-pohon kelapa di seberang lembah itu seperti perawan mandi
basah, segar penuh gairah dan daya hidup. Pelepah-pelepah yang
kuyup adalah rambut basah yang tergerai dan jatuh di belahan
punggung. Batang-batang yang ramping dan meliuk-liuk oleh
hembusan angin seperti tubuh semampai yang melenggang tenang
dan penuh pesona.
b. Paragraf Proses
45
Paragraf proses ditandai dengan tidak terdapatnya kalimat
utama dan pikiran utamanya tersirat dalam kalimat-kalimat penjelas
yang memaparkan urutan suatu kejadian atau proses, meliputi waktu,
ruang, klimaks dan antiklimaks.
c. Paragraf Efektif
Paragraf efektif adalah paragraf yang memenuhi ciri paragraf
yang baik. Paragrafnya terdiri atas satu pikiran utama dan lebih dari
satu pikiran penjelas. Tidak boleh ada kalimat sumbang, harus ada
koherensi antar kalimat.
2. Cara Analogi
Analogi adalah bentuk pengungkapan suatu objek yang dijelaskan
dengan objek lain yang memiliki suatu kesamaan atau kemiripan,
biasanya dilakukan dengan bantuan kiasan.
Kata-kata kiasan yang digunakan yaitu ibaratnya, seperti dan
bagaikan.
Contoh :
Bahasa bukan merupakan tujuan dalam penulisan karangan
ilmiah.Bahasa hanya sebagai alat (komunikasi) agar gagasan ilmiah
yang diungkapakan dalam karangan tersebut dapat dipahami oleh
pembaca dengan baik. Oleh sebab itu,sebelum karangan itu sampai
ketangan pembaca,penulis karang tersebut harus memeriksa bahasa
yang digunakannya, baik dari segi ketetapan pemilihan kata dan istilah
46
maupun dari segi gramatikal satuan-satuan struktur bahasa,
misalnyastuktur satuan kata, frasa klausa, kalimat, dan alinea atau
paragraph dan juga pemakaiaan ejaan dan tanda baca secara tepat. Jika
terjadi gangguan atau kerusakan pada unsur-unsur bahasa
tersebut,besar kemungkinan pembaca tidak dapat memahami gagasan
ilmiah yang disampaikannya itu dengan baik. Hal ini
dapat diibaratkan dengan kendaraan yang digunakan untuk mencapai
tujuan perjalanan yang jauh. Sebelum berangkat,orang yang akan
bepergian dengan kendaraan tersebut harus memeriksa kondisi
kendaraannya, baik yang berkaitan dengan rem, versneling, roda, ban,
bensin dan sebagainya.kalau perlu orang itu harus membawa
kendaraannya ke bengkel untuk diperiksa agar yang bersangkutan
selamat sampai ketempat tujuan.
3. Cara Contoh-Contoh
Contoh-contoh disajikan sebagai gagasan penjelas untuk
mendukung atau memperjelas gagasan umum agar mudah dipahami oleh
pembaca.
Kata, seperti, misalnya, contohnya dan lain-lain merupakan
ungkapan-ungkapan dalam pengembangan dalam mengembangkan
paragraf dengan contoh.
Contoh :
Tak ada seorang pun yang tak ingin kaya, apalagi kaya dengan rejeki
yang halal, tapi didunia ini berlaku hukum keseimbangan, kaya dengan
halal harus kerja keras, kerja cerdas dan kerja waras. Kekayaan hasil
korupsi tidak akan pernah membuahkan kebahagiaan. Contohnya :
Bapak G memimpin sebuah lembaga negara, yang asalnya biasa
sekarang jadi superkaya, rumahnya bak istana, setiap anak punya mobil
dan apartemen, tetapi anehnya ketiga anak laki-lakinya tidak ada yang
lulus kuliah, anak perempuannya hobi kawin cerai dan dua cucunya
mengalami keterbelakangan mental.
47
Pertama kali pindah kekota ia adalah anak yang baik, tahun pertama ia
masuk Kuliah, ia mulai merokok, malam minggu kumpul ditempat
tongkrongan langganan, disuguhi minuman beralkohol, mulailah mabuk-
mabukan. Kini rokoknya diganti dengan lintingan ganja, uang transport
sering dipakai beli ganja, kuliah sering bolos, akibatnya hasil ujian
jelek, badan kurus dan sekarang mulai berani menjual barang-barang
rumah untuk membeli si daun haram itu.
5. Cara Perbandingan
Cara perbandingan merupakan sebuah pengembangan paragraf
yang dilakukan dengan membandingkan guna memperjelas suatu
paparan.
Biasanya menggunakan ungkapan seperti, serupa dengan, seperti
halnya, demikian juga, sama dengan, sejalan dengan, akan tetapi,
sedangkan, dan sementara itu.
Contoh :
Tata cara kehidupan masyarakat primitif berbeda dengan modern.
Masyarakat primitif dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dari bahan-
bahan yang tersedia dilingkungannya tanpa membelinya. Jika barang
yang diperlukannya tidak ada dilingkungannya,maka mereka dapat
memperolehnya dari masyarakat tetangganya dengan sistem barter
(saling menukar barang). Alat-alat yang diperluka untuk memenuhi
kebutuhannya juga diperoleh dari lingkungannya, yaitu berupa batu,
tanah liat, atau pun dahan pohon yang diolah secara manual.
Sedangkan masyarakat modern memperoleh kebutuhannya dengan cara
membeli barang atau membayar jasa. Alat-alat yang diperlukan
merupakan olahan dari pabrik yang juga harus dibeli untuk
memeperolehnya.
6. Cara Pertentangan
Yaitu cara pengembangan paragraf yang biasanya menggunakan
ungkapan-ungkapan seperti berbeda dengan, bertentangan dengan,
sedangkan, lain halnya dengan, akan tetapi, dan bertolak belakang dari.
Contoh :
Sekolah tinggi (umum) berbeda dengan sekolah swasta.Perbedaan itu
dapat dilihat dari segi biaya sekolah, fasilitas, standar sekolah serta
kualitas pengejarannya.Untuk sekolah umum biayanya mampu dicapai
bagi semua kalangan masyarakat. Akan tetapi, fasilitas yang ditawarkan
kurang memadai bagi kelangsungan sistem belajar mengajar.
Sedangkan, sekolah swasta biaya yang ditawarkan hanya mampu
48
mencapai batas keuangan beberapa kalangan masyarakat, artinya
kalangan orang mampu.Hal ini sejalan dengan fasilitas, standar sekolah
sertakualitas pengajarnya.Sehingga sekolah swasta mampu bersaing
dengan sekolah-sekolah unggulan.
7. Cara Klasifikasi
Cara klasifikasi adalah pengembangan paragraf melalui
pengelompokan berdasarkan ciri-ciri tertentu.
Kata-kata ungkapan yang lazim digunakan yaitu dibagi menjadi,
digolongkan menjadi, terbagi menjadi, dan mengklasifikasikan.
Contoh :
Penyelidikan tentang tempramen dan watak manuia telah dilakukan
sejak dahulu kala. Hippo Crate dan Galenus mengemukakan bahwa
manusia dapat dibagi menjadi empat golongan menurut keadaan zat-zat
cair yang ada dalam tubuhnya. Empat golong tersebut yaitu sanguinis (
banyak darah ) yang sifatnya periang, gembira, optimis, dan lekas
berubah-ubah. Kemudian kolerik ( banyk empedu kuning ) adalah
manusia yang memiliki sifat garang, hebat, lekas mrah, dan agresif.
Selanjutnya, flegmatis ( banyak lendirnya ) adalah manusia yang
sifatnya tenang, tidak mudah berubah, dan lamban. Terakhir, melankolis
( banyak empedu hitam ) memiliki sifat muram, tidak gembira, dan
pesimis.
49
BAB VIII
MENYUSUN KERANGKA KARANGAN
51
Suyatno dkk, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (membangun Karakter
Mahasiswa melalui Bahasa), ( Bogor: IN Media. 2017), hlm.111-112.
50
logis, jelas, terstruktur, dan teratur.52 Mengarang adalah suatu kegiatan yang
kompleks, karena melibatkan serangkaian aktivitas seseorang dalam
mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya kepada pembaca melalui
bahsaa tulis.53
Kerangka karangan (outline) adalah kerangka tulisan yang
menggambarkan bagian-bagian atau butir-butir isi karangan dalam tataan
yang sistematis.54 Kerangka karangan merupakan rencana penulisan yang
mengandung ketentuan bagaimana kita menyusun karangan itu. Kerangka
karangan juga akan menjamin bahwa penulisan akan bersifat konseptual,
menyeluruh, terarah, dan bersasaran bagi target pembacanya. Selain itu,
kerangka karangan akan dapat menghindarkan kemungkinan kesalahan
terutama dalam mengembangkan detail- detailnya.
Sebuah kerangka karangan mengandung rencanan kerja, memuat
ketentuan pokok bagaimana suatu topik harus terperinci dan dikembangkan.
Kerangka karangan menjamin suatu penyusunan yang logis dan teratur, serta
memungkinkan seorang penulis membedakan gagasan-gagasan utama dari
gagasan tambahan. Sebuah kerangka karangan tidak boleh diperlakukan
sebagai suatu pedoman yang kaku, tetapi selalu dapat mengalami perubahan
dan perbaikan untuk mencapai suatu bentuk yang semakin lebih sempurna.
Kerangka karangan dapat berbentuk catatan catatan sederhana, tetapi dapat
juga berbentuk mendetail, dan dianggap dengan sangat cermat.55
52
Widjono, Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Grasindo, 2007), hlm. 253.
53
Afnita dan Zelvi Iskandar, Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, ( Jakarta:
Kencana, 2019), hlm. 145.
54
Mulyati, Terampil Berbahasa Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2015), hlm. 80.
55
Syihaabul Hudaa, Estetika Berbahasa: Mengapresiasi Bahasa Indonesia, (Sukabumi:
CV Jejak, 2018), hlm. 152.
51
8. Penomoran tidak melebihi empat angka(digit), dan
9. Kerangka karangan tidak sama dengan daftar isi.56
56
Widjono HS, Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Grasindo, 2005) hlm. 234.
57
Widjono, Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Grasindo, 2007) hlm. 253.
58
Mulyati, Terampil Berbahasa Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2015) hlm. 84.
52
E. Pola Penyusunan Kerangka Karangan
Untuk memperoleh suatu susunan kerangka karangan yang teratur
biasanya digunakan beberapa tipe susunan, pola alamiah dan pola logis.
1. Pola Alamiah
Pola alamiah adalah suatu urutan unit-unit kerangka karangan
sesuai dengan keadaan yang nyata di alam, sebab itu susunan alamiah
itu didasarkan pada ketiga atau keempat dimensi dalam kehidupan
manusia : atas – bawah, melintang – menyebrang, sekarang – nanti,
,dulu - sekarang, timur – barat, dan sebagainya. Oleh sebab itu susunan
alamiah dapat dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu :
a. Urutan waktu atau urutan kronologis
Urutan yang di dasarkan pada runtunan peristiwa atau tahap-
tahap kejadian. Biasanya tulisan seperti ini kurang menarik minat
pembaca. Contohnya : Topik (riwayat hidup seorang penulis)
asal usul penulis
pendidikan si penulis
kondisi kehidupan penulis
keinginan penulis
karir penulis
b. Urutan ruang (sposial)
Landasan yang paling penting, bila topik yang di uraikan
mempunyai pertalian yang sangat erat dengan ruang atau tempat .
Urutan ini biasanya di gunakan dalam tulisan–tulisan yang bersifat
deskriptif. Contohnya : Topik (hutan yang sering mengalami
kebakaran)
Di daerah Kalimantan
Di daerah Sulawesi
Di daerah Sumatra
c. Topik yang ada
Suatu pola peralihan yang dapat di masukkan dalam pola
alamiah adalah urutan berdasarkan topik yang ada . Suatu peristiwa
sudah di kenal dengan bagian–bagian tertentu . Untuk
menggambarkan hal tersebut secara lengkap, mau tidak mau
bagian–bagian itu harus di jelaskan berturut–turut dalam karangan
itu, tanpa mempersoalkan bagian mana lebih penting dari lainnya,
tanpa memberi tanggapan atas bagian–bagiannya itu.
2. Pola Logis
Manusia mempunyai suatu kesanggupan dimana manusia lebih
sempurna dari makhluk yang lain, yaitu sanggup menghadapi segala
sesuatu yang berada di sekitarnya dengan kemampuan akal budinya.
53
Urutan logis sama sekali tidak ada hubungannya dengan suatu ciri yang
intern dalam materinya, tetapi kiat dengan tanggapan penulis.
Tanggapan yang sesuai dengan jalan pikiran untuk menemukan
landasan bagi setiap persoalan, mampu di tuang dalam suatu susunan
atau urutan logis. Dinamakan pola logis karena memakai pendekatan
berdasarkan jalan pikir atau cara pikir manusia yang selalu mengamati
sesuatu berdasarkan logika.
Macam-macam, urutan logis yang dikenal adalah :
a. Urutan klimaks dan anti klimaks
Urutan ini timbul sebagai tanggapan penulis yang
berpendirian bahwa posisi tertentu dari suatu rangkaian merupakan
posisi yang paling tinggi kedudukannya atau yang paling menonjol.
Contoh : Topik (turunnya Suharto)
1) Keresahan masyarakat
2) Merajalela nya praktek KKN
3) Keresahan masyarakat
4) Kerusuhan social
5) Tuntutan reformasi menggema
b. Urutan kausal
Mencakup dua pola yaitu urutan dari sebab ke akibat dan
urutan akibat ke sebab . Pada pola pertama suatu masalah di anggap
sebagai sebab, yang kemudian di lanjutkan dengan perincian–
perincian yang menelusuri akibat– akibat yang mungkin terjadi.
Urutan ini sangat efektif dalam penulisan sejarah atau dalam
membicarakan persoalan–persoalan yang di hadapi umat manusia
pada umumnya. Contoh : Topik (krisis moneter melanda tanah air)
1) Tingginya harga bahan pangan
2) Penyebab krisis moneter
3) Dampak terjadi krisis moneter
4) Solusi pemecahan masalah krisis moneter
c. Urutan pemisahan masalah
Dimulai dari suatu masalah tertentu, kemudian bergerak
menuju kesimpulan umum atau pemecahan atas masalah tersebut.
Sekurang- kurangnya uraian yang mempergunakan landasan
pemecahan masalah terdiri dari tiga bagian utama, yaitu deskripsi
mengenai peristiwa atau persoalan tadi, dan akhirnya alternatif–
alternatif untuk jalan keluar dari masalah yang di hadapi tersebut.
Contoh : Topik (virus flu babi / H1N1 dan upaya
penanggulangannya)
1) Apa itu virus H1N1
54
2) Bahaya virus H1N1
3) Cara penanggulangannya
d. Urutan umum – khusus
Dimulai dari pembahasan topik secara menyeluruh (umum),
lalu di ikuti dengan pembahasan secara terperinci (khusus). Contoh
: Topik (pengaruh internet)
1) Para pangguna internet
a) Anak–anak
b) Remaja
c) Dewasa
2) Manfaat internet
a) Media informasi
b) Bisnis
c) Jaringan social
e. Urutan familiaritas
Urutan familiaritas dimulai dengan mengemukakan sesuatu
yang sudah di kenal, kemudian berangsur–angsur pindah kepada
hal–hal yang kurang di kenal atau belum di kenal. Dalam keadaan–
keadaan tertentu cara ini misalnya di terapkan dengan
mempergunakan analogi.
f. Urutan akseptabilitas
Urutan akseptabilitas mirip dengan urutan familiaritas. Bila
urutan familiaritas mempersoalkan apakah suatu barang atau hal
sudah dikenal atau tidak oleh pembaca, maka urutan akseptabilitas
mempersoalkan apakah suatu gagasan di terima atau tidak oleh para
pembaca, apakah suatu pendapat di setujui atau tidak oleh para
pembaca.
Pada dasarnya, untuk menyusun karangan dibutuhkan
langkah-langkah awal untuk membentuk kebiasaan teratur dan
sistematis yang memudahkan kita dalam mengembangkan
karangan.59
59
Agustyawan Rully dkk, “makalah kerangka karangan”,
https://dokumen.tips/documents/makalah-kerangka- karangan.html (diakses pada 26 April 2021,
pukul 22.48).
55
berupa kalimat lengkap. Pemakaian kalimat lengkap menunjukkan
diperlukan pemikiran yang lebih luas dan lebih rinci dari kerangka
topik. Tanda baca titik harus di pakai pada akhir setiap kalimat untuk
menuliskan judul bab dan sub bab. Kerangka kalimat banyak dipakai
pada proses awal penyusunan outline. Bila outline telah selesai, keranga
kalimat itu dipadatkan menjadi kerangka topik demi kepraktisan
(Suparno dan Yunus, 2008). Perhatikan contoh kerangka kalimat seperti
di bawah ini.
Judul karangan: Pupuk Alam
Kerangka kalimat:
- Pupuk alam dapat dikategorikan menjadi dua macam, yakni pupuk
kandang dan pupuk daun.
- Pupuk alam memiliki keuntungan
- Pupuk kandang lebih murah daripad pupuk buatan
- Pupuk alam tidak merusak daya kesuburan tanah
- Pipuk alam tidak memastikan organisme di lahan.
- Pupuk alam berguna untuk mengharmoniskan sistem ekologi
(Suparno dan Yunus, 2008).
2. Kerangka topik
Kerangka topik terdiri atas kata, frasa, dan klausa yang di tandai
dengan kode yang sudah lazim untuk menyatakan hubungan antar
gagasan. Tanda baca akhir atau titik tidak diperlukan karena kalimat
lengkap tidak dipakai dalam karangan topik.
Kerangka topik dapat saja berbentuk gabungan kerangka kalimat
dan kerangka topik. Walaupun pemakaian kerangka topik lebih
dominan, tidaklah dipantangkan untuk dicampur dengan kerangka
kalimat, meski hanya untuk penulisan judul-judul bab. Dalam praktik
pemakaiannya, yang banyak dipakai adalah kerangka topik (Suparno
dan Yunus, 2008). Contoh kerangka topik dapat dilihat seperti di bawah
ini.
Judul: Proses Mengarang
Kerangka Topik: Kegiatan Prapenulisan
1. Penentuan topik karangan
2. Penentuan tujuan karangan
3. Penyusunan kerangka karangan
Kegiatan Penulisan
1. Penulisan draf bagian karangan
2. Penulisan draf karangan utuh
Kegiatan pasca penulisan
1. Pemeriksaan kesalahan draf karangan
56
2. Revisi draf karangan
3. Penyuntingan draf karangan
4. Penerbitan karangan (Suparno dan Yunus, 2008)
Kerangka dibentuk dalam sistem tanda, atau dengan kode
tertentu. Hubungan di antara gagasan yang ditunjukkan oleh kerangka
dinyatakan dengan serangkaian kode berupa huruf dan angka. Judul
biasanya didahului angka tertentu, misalnya angka romawi, sedangkan
sub bab menggunakan huruf kapital, lalu untuk anak bab menggunakan
angka Arab, ada juga kerangka yang hanya menggunakan angka Arab
jika karangannya singkat.
Angka Arab juga dapat digabung dengan huruf kecil atau lower
case jika karangannya tidak terlalu panjang, misalnya makalah atau
artikel sederhan. Kode-kode itu akan lebih kompleks dalam karangan
yang besar seperti skripsi, tesis, disertasi dan buku.
Dalam mengarang hendaknya selalu diingat tema yang hendak
digunakan. Jangan banyak berputar-putar, bercerita tentang hal-hal yang
tidak menyangkut tema itu. Sejak paragraf pertama hendaknya tema
terus dapat ditangkap oleh pembaca dan berkembang dalam paragraf-
paragraf selanjutnya sampai saatnnya kita mengakhiri cerita atau uraian
(Finoza, 2008: 123).
60
Syihaabul Hudaa, op. cit. hlm. 154-155.
57
kita peroleh.
Judul adalah perincian atau penjabaran dari topik yang lebih
spesifik dan sering telah menyiratkan permasalahan atau variabel yang
akan dibahas.
a. Judul tidak harus sama dengan topik.
b. Jika topik sekaligus menjadi judul, biasanya karangan akan bersifat
umum dan ruang lingkupnya sangat luas.
c. Judul dibuat setelah selesai menggarap tema, sehingga bisa terjamin
bahwa judul itu cocok dengan temanya.
d. Sebuah judul yang baik akan merangsang perhatian pembaca dan
akan cocok dengan temanya.
e. Judul hanya menyebut ciri-ciri yang utama atau yang terpenting
dari karya itu, sehingga pembaca sudah dapat membayangkan apa
yang akan diuraikan dalam karya itu.
f. Ada judul yang mengungkapkan maksud pengarang, misalnya
dalam sebuah laporan eksposisi.
Contohnya: “Suatu Penelitian tentang Korelasi antara
Kejahatan Anak-anak dan Tempat Kediaman yang Tidak Memadai”.
Syarat judul yang baik :
a. Harus relevan, judul harus mempunyai pertalian dengan temanya,
atau dengan beberapa bagian yang penting dari tema tersebut.
b. Judul harus dapat menimbulkan keingintahuan pembaca terhadap
isi buku atau karangan.
c. Harus singkat, tidak boleh mengambil bentuk kalimat atau frasa
yang panjang, tetapi harus berbentuk kata atau rangkaian kata yang
singkat. Bila harus membuat judul yang panjang, ciptakanlah judul
utama yang singkat dengan judul tambahan yang panjang.
d. Tidak provokatif.
Judul karangan yang baik:
a. singkat dan padat
b. menarik perhatian
c. menggambarkan garis besar (inti) pembahasan.
d. Contoh : Upaya menurunkan risiko kemacetan di DKI
Jakarta.Tujuan dapat diungkapkan dengan kata operasional:
menanggulangi, mengurangi, menemukan, meningkatkan,
mengoptimalkan, mengevaluasi, mengendalikan.
2. Mengumpulkan bahan
Sebelum melanjutkan menulis, perlu ada bahan yang menjadi
bekal dalam menunjukkan eksistensi tulisan. Perlu ada dasar bekal
dalam melanjutkan penulisan. Untuk membiasakan, kumpulkanlah
58
kliping-kliping masalah tertentu (biasanya yang menarik penulis) dalam
berbagai bidang dengan rapi. Hal ini perlu dibiasakan calon penulis agar
ketika dibutuhkan dalam tulisan, penulis dapat membuka kembali
kliping yang tersimpan sesuai bidangnya. Banyak cara
memngumpulkannya, masing-masing penulis mempunyai cara masing-
masing sesuai juga dengan tujuan tulisannya.
3. Menyeleksi bahan
Agar tidak terlalu biasa dan abstrak, perlu dipilih bahan-bahan
yang sesuai dengan tema pembahasan. polanya melalui klarifikasi
tingkat urgensi bahan yang telah dikumpulkan dengan teliti dan
sistematis. Berikut ini petunjuk -petunjuknya:
a. Hal penting semampunya.
b. Jadikan membaca sebagai kebutuhan.
c. Banyak diskusi, dan mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah.
4. Membuat kerangka
Kerangka karangan menguraikan tiap topik atau masalah
menjadi beberapa bahasan yang lebih fokus dan terukur. Kerangka
karangan belum tentu sama dengan daftar isi atau uraian per bab.
Kerangka ini merupakan catatan kecil yang sewaktu-waktu dapat
berubah dengan tujuan untuk mencapai tahap yang sempurna. Berikut
fungsi kerangka karangan:
a. Memudahkan pengelolaan susunan karangan agar teratur dan
sistematis
b. Memudahkan penulis dalam menguraikan setiap permasalahan.
c. Membantu menyeleksi materi yang penting maupun yang tidak
penting
Tahapan dalam menyusun kerangka karangan:
a. Mencatat gagasan. Alat yang mudah digunakan adalah pohon
pikiran (diagram yang menjelaskan gagasan-gagasan yang timbul)
b. Mengatur urutan gagasan.
c. Memeriksa kembali yang telah diatur dalam bab dan subbab
d. Membuat kerangka yang terperinci dan lengkap
Kerangka karangan yang baik adalah kerangka yang urut dan
logis. Karena bila terdapat ide yang bersilangan, akan mempersulit
proses pengembangan karangan. (karangan tidak mengalir).
5. Mengembangkan kerangka karangan
Proses pengembangan karangan tergantung sepenuhnya pada
penguasaan materi yang hendak di tulis. Jika benar-benar memahami
materi dengan baik, permasalahan dapat diangkat dengan kreatif,
mengalir dan nyata. Terbukti pula kekuatan bahan materi yang
59
dikumpulkan dalam menyediakan wawasan untuk mengembangkan
karangan. pengembangan karangan juga jangan sampai menumpuk
dengan pokok permasalahan yang lain. Untuk itu pengembangannya
harus sistematis, dan terarah. Begitu juga dengan pengembangannya.61
61
Amalina, “makalah penyusunan kerangka karangan”, http://amalina-
in.blogspot.com/2014/05/makalah- penyusunan-kerangka-karangan.html (diakses pada 26
April 2021, pukul 23.45).
62
Mulyati, Terampil Berbahasa Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2015) hlm. 90-91.
60
BAB IX
DAFTAR PUSTAKA
63
Mulyati, Terampil Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana,
2015), hlm.129-130.
64
Kholiq, Makalah Pengertian Daftar Pustaka, diakses dari
http://hikmadarisebuahcerita.blogspot.co.id/2013/03/makalah-pengertian-daftar.
65
Novita Lusiana, Rika Andriyani dan Miratu Megasari, Buku Ajar Metodologi
Penelitian Kebidanan (Yogyakarta: Depublish, 2015), hlm. 79.
61
3. Apabila pembaca mau lebih mendalami pernyataan yang dikutip, dapat
membaca sendiri buku/majalah yang menjadi sumber kutipan untuk
penelusuran kepustakaan.66
4. Memberikan apresiasi atau penghargaan terhadap penulis buku yang
telah membantu kita dalam penulisan karya tulis yang kita selesaikan.
5. Menjaga profesionalitas penulis terhadap karya tulis yang telah dia
buat.67
66
Haryanto.A.G., Hartono Ruslijanto dan Datu Mulyono, Metode Penulisan dan
Penyajian Karya Ilmiah: Buku Ajar untuk Mahasiswa (Jakarta: EGC, 2000), hlm. 70.
67
Kholiq, Makalah Pengertian Daftar Pustaka, diakses dari
http://hikmadarisebuahcerita.blogspot.co.id/2013/03/makalah-pengertian-daftar
68
Tika Hatikah, dkk, Membina Kompetensi Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk
Kelas XI Semester 1, (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2007), hlm. 82-83.
62
Gleason, H. A. An Introduction to Descriptive Linguistics. Rev. ed. New
York: Holt. Rinehart and Winston. 1961.
69
Admaji (2007). Bibliography, from http://www.anneahira.com/daftar-pustaka-karya-
tulis.htm
70
Mulyati, Terampil Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana,
2015), hlm.130-131.
63
3. Daftar pustaka diurut berdasarkan abjad huruf pertama nama keluarga
penulis.
4. Jika penulis yang sama menulis beberapa karya ilmiah yang dikutip,
nama penulis itu harus dicantumkan ulang, sebagai berikut:
a. Nama penulis ditulis dengan urutan nama akhir, nama awal, dan
nama tengah, tanpa gelar akademik.
b. Tahun penerbitan.
c. Judul, termasuk anak judul (subjudul).
d. Kota tempat penerbitan.
e. Nama penerbit.
Jika penulisnya lebih dari satu, cara penulisan namanya sama
dengan penulis pertama. Nama penulis yang terdiri dari dua bagian
ditulis dengan urutan:
Nama akhir diikuti koma, nama awal (disingkat atau tidak disingkat,
tetapi harus konsisten dalam suatu karya ilmiah) diakhiri dengan titik.
Apabila sumber yang dirujuk ditulis oleh tim (lebih dari tiga penulis),
maka cukup ditulis nama penulis pertama saja, dan ditambah dkk. (dan
kawan-kawan).
Berikut ini teknik penulisan daftar pustaka dari berbagai rujukan:
1. Rujukan dari buku
Tahun penerbitan setelah penulis, diakhiri dengan titik. Judul
buku ditulis dengan huruf miring dengan huruf besar pada awal setiap
kata, kecuali kata hubung. Tempat penerbitan dan nama penerbit
dipisahkan dengan titik dua (:).
Contoh:
Buhannudin, S.1990. Teori Akuntansi dan Pengembangannya dalam
Jurnal. Jakarta: Bina Aksara.
Jika ada dua atau tiga penulis, maka cara penulisannya sama dengan
buku yang dirujuk oleh satu penulis.
Contoh:
Newman WH and E. Kirby Warren. 1997. The Process of Management,
Concept, Behaviour and Paratice. New Delhi: Prentice Hall of
India Private Ltd.
Jujuk, Ariyanti S., Arsjad, M.G., & Ridwan, S.H. 1989. Penyusunan
Jurnal Modern dan Benar. Jakarta : Erlangga.
Whitten, J.L., Bentley, L.D., Dittaman, K.C. 2004. System Analysis and
Design Methods. Indianapolis : McCraw-Hiil Education.
64
Jika ada beberapa buku yang dijadikan sumber ditulis oleh orang
yang sama dan diterbitkan dalam tahun yang sama pula, data tahun
penerbitan diikuti oleh lambang a,b,c, dan seterusnya yang urutannya
ditentukan secara kronologis atau berdasarkan abjad judul bukunya.
Contoh:
Cornet, L. & Weeks, K. 1985a. Career Ladder Plans: Trends and
Emergig Issuse-1985. Atlanta: Career Ladder Clearing-house.
71
Ibid., hlm. 132.
65
Barthes, Roland. 1992. “Unsur-unsur Semiologi: Langue dan Parole”
dalam Panuti Sujiman dan Van Zoest, (Eds.) Serba-Serbi
Semiotika. Jakarta: Gramedia. (hlm.80-88).
72
Ibid., hlm. 133-134.
73
Ibid., hlm. 134.
66
Alwasilah, Chaedar, “ Meluruskan Pengajaran Sastra” Media Indonesia,
20 Juni 2001 “Perlunya Meluruskan Pengajaran Sastra” Media
Indonesia, 26 Juli 2001. Hlm 4.
74
Ibid., hlm. 135.
75
Ibid., hlm. 135.
67
Luxemburg, Jan van. et.al. 1963. Pengantar Ilmu sastra. Terjemahan
Dick Hartono. Jakarta: Gramedia.
12. Rujukan Berupa Makalah yang Disajikan dalam Seminar, Penataran, atau
Lokakarya
Nama penulis ditulis paling depan, dilanjutkan dengan tahun
judul, judul makalah ditulis dengan cetak miring, kemudian diikuti
pernyataan “Makalah disajikan dalam...”, nama pertemuan, lemabga
penyelenggara, tempat penyelenggara dam tanggal serta bulannya.
Contoh:
Wahab, Abdul. 2002. “Komet Api Sakadom”. Makalah yang disajikan
dalam acara Sastrawan Bicara Mahasiswa Membaca yang
diselengarakan Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
tanggal 2 September 2002.
Pawley, A., and Syder F. (1976). “The One Clause Hypothesis”. Makalah
disampaikan pada kongres Masyarakat Linguistik New Zealand
Pertama, Auckland tanggal 5-7 juni 1976.
76
Ibid., hlm. 136.
68
Nama Penulis ditulis seperti rujukan dari bahan cetak, diikuti
secara berturut-turut oleh tahun judul karya tersebut (dicetak miring)
dengan diberi keterangan dalam kurung (Online), dan diakhiri dengan
alamat sumber rujukan tersebut disertai keterangan kapan diakses di
antara tanda kurung.77
Contoh:
Hitchock, S. Carr, L. & Hall,W.1996. A Survey of STM On Fine-Jornals,
1990-195: The Calm before the Strom, (Online),
(http://journal.ecs.soton.ac.uk/survey/survey.html. Diakses 12
Juni 1996).
77
Ibid., hlm. 137.
78
Ibid., hlm. 138.
69
BAB X
TATA CARA MENGUTIP
A. Pengertian Mengutip
Kutipan adalah kalimat, paragraf, atau pendapat dari seseorang
pengarang, ahli, ucapan orang terkenal, pejabat pemerintah maupun alim
ulama karena keahlianya, baik yang terdapat dalam buku,jurnal maupun
media tulis atau lisan.79 Pengutipan adalah proses peminjaman kalimat atau
pendapat seseorang pengarang atau ucapan seseorang yang ahli dalam bidang
yang sedang ditulis.
Kutipan terdiri atas kutipan langsung dan kutipan tidak langsung.
Kutipan langsung adalah salinan yang sama persis dengan sumbernya, atau
kutipan yang dipindahkan langsung dari sumbernya. Kutipan tidak langsung
adalah kutipan yang mengambil dari sebuah referensi yang ditulis oleh
penulis karya ilmiah menggunakan gaya bahasa sendiri berdasarkan
pemahamannya sendiri. Kutipan bertujuan untuk menegaskan uraian,
memperkuat, dan kejujuran penulis menggunakan sumber-sumber
penulisan.80
B. Fungsi Kutipan
Tindakan mengutip bukan semata-mata meniru teks orang lain.
Tindakan mengutip bukan untuk kesombongan, bahwa penulis memajang
sejumlah pustaka yang dikuasai. Akan
tetapi, sebenarnya, penulis telah melakukan tindakan dengan itikad
baik, sebab penulis telah meneliti informasi yang ada dan telah ditulis oleh
orang lain.
Fungsi kutipan diantaranya:
1. Sebagai landasan teori
2. Penguat pendapat penulis
3. Penjelasan suatu uraian
4. Bahan bukti untuk menunjang pendapat
Sedangkan fungsi utama kutipan dalam karya ilmiah adalah
menegaskan isi uraian atau membuktikan kebenaran yang diajukan oleh
penulis berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh dari literatur, pendapat
seseorang atau atau pakar, bahkan pengalaman empiris.81
79
(Gorys keraf, 1993., hlm.179)
80
Mulyani, Trampil Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, ( Jakarta : Kencana ,
2005 ) hlm. 126.
81
https://kikikecilitsme.blogspot.com/2011/12/makalah-bahasa-indonesiakutipan-
dan.html diakses : 13 MEI 2021
70
C. Jenis-Jenis Kutipan
Adapun jenis-jenis kutipan diantaranya yaitu :
1. Kutipan langsung
Kutipan langsung ialah kutipan yang sama persis dengan teks
aslinya, tidak boleh ada perubahan, kalau ada yang dinilai
salah/meragukan kita beri tanda “sic !”, yang artinya kita sekedar
mengutip sesuai dengan aslinya dan tidak bertanggung jawab atas
kesalahan itu. Demikian juga kalau kita menyesuaikan ejaan,
memberikan huruf kapital, garis bawah atau huruf miring kita harus
menjelaskan hal tersebut misal “huruf miring dari pengutip” “ ejaan
sesuai dengan EYD” dll. Bila dalam kutipan tersebut terdapat huruf atau
kata yang salah satu dibetulkan oleh pengutip harus digunakan dengan
huruf siku.
2. Kutipan tidak langsung” kutipan isi”
Dalam kutipan tidak langsung kita hanya mengambil intisari
pendapat yang kita kutip, kutipan tidak langsung ditulis menyatu dengan
teks yang kita buat dan tidak usah diapit dengan tanda petik. Penyebutan
sumber dapan dengan sistem catatan kaki, dapat juga dengan sistem
catatan langsung “ catatan perut”
3. Kutipan pada catatan kaki.
Kutipan selalu ditempatkan pada spasi rapat, meskipun kutipan
itu singkat saja. Kutipan diberi tanda kutip, dikutip seperti dalam teks asli
4. Kutipan atas ucapan lisan.
Harus dilegalisir oleh pembicara atau sekretariatnya (bila
pembicara seorang pejabat). Dapat dimasukan dalam teks sebagai kutipan
langsung atau tidak langsung
5. Kutipan dalam kutipan :
Kadang-kadang terjadi bahwa dalam kutipan terdapat kutipan.
Dapat dilakukan dengan dua cara:
- Bila kutipan asli tidak memakai tanda kutip, kutipan dalam kutipan
dapat mempergunakan tanda kutip tunggal atau tanda kutip ganda.
- Bila kutipan asli menggunakan tanda kutipan tunggal, kutipan dalam
kutipan memakai tanda kutip ganda. Sebaliknya bila kutipan asli
memakai tanda kutipan ganda, kutipan dalam kutipan memakai tanda
kutip tunggal.
6. Kutipan langsung dalam materi
Kutipan langsung dimulai dengan materi kutipan hingga hingga
penghentian terdekat (dapat berupa koma,titik koma, atau titik) disusul
dengan sisipan penjelasan siapa yang berbicara.
71
D. Tata Cara Pengutipan
Pada Prinsipnya tata cara pengutipan dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu pengutipan secara langsung dan tidak langsung (parafrase).
1. Sistem pengutipan secara langsung
Sistem pengutipan langsung dilakukan dengan cara mengutip suatu
pendapat atau sejenisnya seperti sumber aslinya, tanpa melakukan
perubahan sistem bahasa yang digunakan sumber. Oleh karena itu,
sistem ini disebut dengan “kutipan bahasa”. Sistem ini memiliki satu
kelebihan, yakni memungkinkan terjadi kesalahan adalah sangat kecil.
Kutipan langsung dilihat berdasarkan bentuknya memiliki dua jenis,
yaitu kutipan langsug pendek dan panjang
a. Kutipan langsung pendek
Kutipan langsung pendek adalah kutipan yang tidak melebihi tiga
baris. Oleh karena itu sistem pengutipan ini langsung dijalin
menjadi satu teks dengan bahasa pengutip. Kemudian diapit tanda
kutip (“…”).
Contoh :
Sudah barang tentu bahwa “jasa yang diinginkan oleh pelanggan
atau stakeholder adalah sesuatu produk yang bermutu”82 Oleh
karena itu, konsep TQME ini dalam operasionalisasinya harus
membutuhkan sistem manajemen yang mampu memberdayakan
suatu institusi pendidikan melalui optimalisasi semua unsur/ sektor
secara sinergis agar lembaga pendidikan itu menjadi lebih bermutu.
b. Kutipan langsung panjang
Kutipan langsung panjang adalah kutipan yang secara kuantitatif
melebihi tiga baris. Kutipan jenis ini harus ditulis secara terpisah
dari bahasa pengutip dengan cara baris pertama menjorok kedalam
sekitar tujuh huruf dan baris kedua serta baris-baris selanjutnya
ditulis menjorok ke dalam sebanyak empat huruf. Kemudian spasi
yang digunakan adalah satu, dan tidak perlu diapit tanda kutip,
karena dilihat dari segi bentuknya sudah berbeda dengan bahasa
pengutip. Jangan lupa pada akhir kutipan diberi catatan sumber.
Contoh :
Secara filosofis, TQME menekankan pada cara pencarian yang
amat konsisten terhadap segala upaya perbaikan yang
berkelanjutan dalam rangka mencapai kebutuhan dan kepuasan
pelanggan. Adapun strategi yang digunakan dalam TQME adalah:
Bahwa pendidikan harus memposisikan dirinya sebagai institusi
industri yang bergerak dalam bidang jasa, dengan kata lain menjadi
82
(Shallis., 2006 hlm.5)
72
sebuah “industri jasa”. Yakni sebuah institusi yang harus
memberikan pelayanan sesuai dengan apa “yang diinginkan oleh
pelanggan atau stakeholder yang dalam kontek manajemen umum
disebut dengan customer”. Sudah barang tentu bahwa jasa yang
diinginkan oleh pelanggan atau stakeholder adalah sesuatu produk
yang bermutu83
Oleh karena itu, konsep TQME ini dalam operasionalisasinya
harus membutuhkan sistem manajemen yang mampu
memberdayakan suatu institusi pendidikan melalui optimalisasi
semua unsur/sektor secara sinergis agar lembaga pendidikan itu
menjadi lebih bermutu.
2. Sistem pengutipan secara tidak langsung (parafrase)
Sistem pengutipan secara tidak langsung adalah suatu cara
mengutip yang dilakukan dengan cara mengambil konsepnya saja.
Kemudian konsep itu dibahasakan kembali oleh pengutip dengan gaya
bahasa pengutip. Yang perlu diperhatikan di sini adalah bahwa pengutip
harus betul-betul cerdas dan cermat dalam mengolah bahasanya,
sehingga konsep yang diambil tidak mengalami pembiasan dari sumber
aslinya. Kelebihan jenis pengutipan ini adalah bahwa pengutip akan
tampil kreatif. Namun, yang perlu diperhatikan adalah kemungkinan
terjadi kesalahan menjadi sangat besar. Sehubungan dengan sifatnya,
maka kutipan jenis ini disebut dengan “kutipan konsep” atau “parafrase”
Secara kuantitatif kutipan konsep dibagi menjadi dua, yaitu
kutipan konsep pendek dan kutipan konsep panjang
a. Kutipan konsep pendek
Kutipan konsep pendek adalah kutipan yang jumlahnya tidak
melebihi satu paragraf. Tata cara penulisanya langsung dijalin jadi
satu dengan bahsa pengutip. Sehingga spasinya pun sama dengan
bahasa pengutip. Sedangkan catatan sumber refrensi dapat dilakukan
dengan dua model, yaitu di belakang kutipan atau di depan kutipan.
Contoh :
Konsep kurikulum dibagi menjadi empat, yaitu (1) Kurikulum
sebagai produk, (2) Kurikulum sebagai Program (3) Kurikulum
sebagai hasil belajar yang diinginkan, dan (4) Kurikulum sebagai
pengalaman belajar bagi peserta didik84. Pemahaman yang benar
tentang kurikulum sangat penting karena ikut menentukan arah
pembelajaran yang terkait dengan proses maupun substansinya. Jika
kurikulum hanya di pandang dalam arti sempit, maka jangan
83
(Shallis., 2006 hlm.10)
84
(Beane 1986 hlm.29) membagi kutipan konsep pendek
73
diharapkan kalau pendidikan dan pengajaran yang akan dilaksanakan
dapat membuahkan hasil sesuai dengan apa yang diharapkan.
b. Kutipan konsep panjang
Kutipan konsep panjang adalah kutipan yang melebihi dari
satu paragraf. Sistem penulisannya pun tidak jauh berbeda dengan
kutipan konsep pendek85
Contoh :
Semua itu tidak dapat dilepaskankan dari sebuah sistem atau model
manajemen yang dipilih oleh tim manajemen sebuah institusi.
Berkaitan dengan hal ini, Freddy Rangkuti mengatakan bahwa tim
manajerial pimpinan suatu suatu lembaga setiap hari kerjanya harus
melakukan pengamatan terhadap berbagai konsep atau literatur,
teknik analisis, temuan-temuan empiris, serta paradigma yang dapat
dipakai sebagai landasan untuk menyusun suatu perencanaan
strategis. Perencanaanperencanaan strategis lebih lanjut harus
didasarkan pada kekuatan-kekuatan internal lembaga sekaligus
kekuatankekuatan eksternalnya yang dapat berupa berbagai peluang
dan ancaman atau tantangan. Kegiatannya meliputi pengamatan
secara hati-hati terhadap kompetitor, peraturan, siklus, keinginan dan
harapan pengguna (stakeholder), serta faktor-faktor yang dapat
digunakan untuk melakukan identifikasi peluang dan ancaman
tersebut.
Untuk itu paling tidak terdapat dua konsep strategis
perencanaan lembaga pendidikan yang harus dilakukan, yaitu: a)
Distinctive competence, maksudnya adalah tindakan yang dilakukan
oleh sebuah lembaga agar dapat menyusun dan melakukan kegiatan
yang labih baik dibandingkan dengan apa yang dilakukan oleh para
pesaing (kompetitor)nya. Aspek ini dapat diidentifikasi melalui dua
aspek pokok, yaitu keahlianstaf dan kemampuan sumberdaya, b)
Competitive Advantage, yaitu suatu kegiatan spesifik yang
dikembangkan oleh lembaga agar lebih unggul dibandingkan dengan
pesaingnya. Terdapat tiga komponen strategi yang dapat dilakukan
untuk memperoleh keunggulan dalam bersaing, yaitu: 1) Cost
leadership, 2) Diferensiasi, dan 3) adalah Fokus. (2005: 1-32).
85
Purwirto,dkk, Cinta Bahasa Indonesia, Cinta Tanah Air, Bantul :Institut Seni
Indonesia, (yogyakarta ,2016, hlm 63-68.
74
E. Prinsip-Prinsip Mengutip
1. Penulis harus menahan diri agar tidak mengutip terlalu banyak sehingga
tulisan yang disusun menjadi suatu himpunan kutipan.
2. Penulis harus memahami bahwa kutipan hanya menjadi bukti penunjang
pendapat penulis.
3. Kutipan dianggap benar jika penulis menunjukkan tempat atau asal
kutipan sehingga pembaca dapat mencocokkan kutipan dengan sumber
aslinya.
4. Kutipan hendaknya diambil seperlunya agar tidak merusak uraian
sebenarnya.86
5. Pada kutipan langsung, penulis tidak boleh mengubah apapun dan andai
kata penulis tidak menyetujui apa yang dikutipnya atau menemukan
kesalahan, ia dapat memberi tanda : [. . .. ] atau [ sic]. Sic berasal dari
kata latin sicut yang berarti “dengan demikian”, “jadi..”, “ seperti itu”. 87
86
NASUCHA,DKK, Bahasa Indonesia Untuk Penulisan Karya Ilmiyah: Mata Kuliah
Kepribadian, ( Yogyakarta : Media Perkasa, 2010)
87
Sabarti Akhadiah,dkk. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia, ( Jakarta :
Erlangga, 2003)
75
BAB XI
MENYUSUN LAPORAN
A. Pengertian Laporan
Laporan dalam istilah bahasa Inggris yaitu “report” berasal dari
bahasa latin yaitu “portare” yang berarti membawa atau menyangkut dan
“re” yang berarti mundur atau kembali. Prayudi mengartikan laporan yaitu
setiap tulisan yang berisi hasil pengolahan data-informasi atau laporan
sebagai produk perkantoran oleh pimpinan. Sementara Charles E. Redfield,
mendefisikan laporan sebagai “administrative communication” atau ada juga
yang berpendapat laporan adalah bentuk penyajian fakta tentang suatu
keadaan atau kegiatan.88
Laporan merupakan suatu bentuk penyajian dari suatu fakta mengenai
keadaan atau suatu kegiatan. Dan pada dasarnya suatu fakta yang disajikan itu
adalah tanggung jawab yang ditugaskan kepada si pelapor. Sedangkan fakta
yang disajikan adalah bahan ataupun keterangan dari informasi yang
dibutuhkan. Dan berdasarkan dari suatu objektif yang dialaminya sendiri oleh
si pelapor atau dilihat, didengar, dirasakan sendiri.89
Menurut Widyamartaya penulisan laporan adalah penyampaian
informasi yang bersifat faktual tentang sesuatu dari satu pihak ke pihak yang
lain. Penulisan laporan menyangkur tiga hal yaitu apa yang dilaporkan, siapa
yang melaporkan, dan kepada siapa laporan tersebut disampaikan. Fakta yang
disajikan dalam sebuah laporan merupakan bahan atau keterangan untuk
informasi yang dibutuhkan berdasarkan keadaan objektif yang dialami sendiri
oleh si pelapor (dilihat, didengan, atau dirasakan sendiri) ketika pelapor telah
melakukan kegiatan atau pekerjaan.90
88
Denny Meirawan, Teknik Penulisan Laporan, Direktori Fakultan Pendidikan Tehnik
Sipil, (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia), hlm. 2.
89
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2020/12/laporan-adalah.html diakses pada 05
Juni 2021 pukul 15.23 wita.
90
Waslam, Silvia Ratna Juwita, dkk. Bahasa Indonesia Modul Pengajaran bahasa
Indonesia Aplikatif untuk Universitas. (Jakarta: Universitas Esa Unggul. 2017), hlm. 65.
76
B. Fungsi Laporan
Fungsi laporan dapat ditinjau dari dua aspek, pertama dalam
organisasi yaitu:
1. Alat komunikasi keatas
2. Alat manajerial dalam melaksanakan tugas atau fungsi, rencana,
pengawasan dan pengendalian, serta dalam mengambil kebutusan.91
Kedua dalam administrasi komunikasi laporan berfungsi sebagai:
1. Sebagai bahan pertanggungjawaban.
2. Alat menyampaikan informasi.
3. Alat pengawasan.
4. Bahan penilaian.
5. Bahan pegambilan keputusan.92
C. Ciri-Ciri Laporan
1. Ringkas, Penulisan laporan umunya dilakukan dengan ringkas dan hanya
kepada pokok-pokoknya saja. Laporan kemudian diringkas dan
dikualifikasikan berdasarkan tema dan tugasnya.
2. Logis, laporan juga bersifat logis, di mana segala keterangan yang
dituliskan dapat ditelusuri oleh pimpinan dengan dasar yang masuk akal.
3. Lengkap. Sebuah laporan juga harus lengkap dan dirangkai sesempurna
mungkin tanpa menghilangkan poin-poin penting.
4. Sistematis, sebuah laporan juga harus memenuhi unsur sistematis yang
disusun secara rapi dan saline memiliki koherensi (keterkaitan).93
5. Bahasa yang digunakan formal yaitu menggunakan bahasan yang jelas,
baik, dan juga sesuai dengan kaidah EYD.
6. Objektif, laporan dibuat harus dibuat sesuai dengan fakta yang terjadi.
7. Diminta dan dibaca oleh pohak tertentu, laporan biasanya dibuat atas
permintaan pihak tertentu yang akan dibaca dan digunakan oleh pihak
tertentu pula. Misal laporan keungan perusahaan terbuka laporan
keungan akan diminta oleh Bursa Efek Indonesia dan dibaca oleh
berbagai pihak seperti investor.94
91
Denny Meirawan, Teknik Penulisan Laporan, Direktori Fakultan Pendidikan Tehnik
Sipil, (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia), hlm.3.
92
Waslam, Silvia Ratna Juwita, dkk. Bahasa Indonesia Modul Pengajaran bahasa
Indonesia Aplikatif untuk Universitas. (Jakarta: Universitas Esa Unggul. 2017), hlm.65.
93
https://ajaib.co.id/pengertian-laporan-fungsi-ciri-ciri-dan-jenis-jenisnya diakses pada 05
Juni 2021 pukul 15.42 wita
94
Helma Wadratun Nisa, Penulisan Laporan,,
https://hilmawarn.blogspot.com/2019/10/makalah-penulisan-laporan.html. Diakses pada 5 juni
2021 Jam 15.45 WITA
77
D. Syarat-Syarat Laporan
Agar laporan yang dibuat dapat dengan mudah dibaca dan dimengerti
maka laporan tersebut harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut 95 :
1. Laporan harus benar
Isi laporan mungkin berbeda-beda, akan tetapi isi laporan harus
dapat dimengerti oleh si penerima. Disamping itu laporan harus dapat
memenuhi keinginan yang memintanya. Agar laporan dapat memenuhi
fungsinya maka laporan harus memuat informasi yang benar dan
objektif. Hal ini berarti bahwa informasil yang dituangkan dalam laporan
harus berhubungan dengan masalah yang akan dikemukakan. Bahan yang
dikumpulkan untuk penyusunan laporan mungkin banyak sekali. Untuk
itu diperlukan kemampuan serta ketelitian pembuat laporan dalam
menentukan bahan mana yang akan dimasukkan untuk bahan
penyusunan laporan.
Di samping itu, dalam penyusunan laporan pembuat laporan harus
menempatkan dirinya sebagai pembaca atau penerima laporan, serta
menggunakan pandangan sebagai pembaca. Maksudnya agar ia sendiri
benar-benar mengerti materi, maupun susunan kalimat, serta istilah-
istilah yang digunakan dalam laporan tersebut. Dalam laporan hendaknya
digunakan istilahistilah yang umum dan sederhana tetapi jelas
maksudnya. Penggunaan kalimat hendaknya jangan terlalu panjang. Hal
ini sangat perlu diperhatikan untuk menjamin fungsi daripada laporan
tersebut.
2. Laporan harus langsung pada sasaran.
Agar hendaknya kita harus mengusahakan agar laporan yang
dibuat tidak terlalu panjang sehingga tidak terlalu menyita waktu si
pembaca. Hindari penggunaan kata-kata kiasan yang hanya sekedar
untuk memberi kesan bahwa laporan tersebut tebal. Sebaliknya, laporan
harus diusahan singkat, tepat, padat dan jelas serta langsung mengenai
persoalannya.
3. Laporan harus lengkap
Kelengkapan suatu laporan banyak ditentukan oleh kemampuan
penyusun dalam mengorganisir data yang mencakup semua segi masalah
yang dilaporkan. Penyajian dalam bentuk uraian akan lebih lengkap
kalau ditunjang dengan supporting data ( data penunjan) misalnya data
statistik, grafik, skema dan sebagainya.
95
Ida Royandiah. Bahasa Indonesia Modul 1 Pengertian, Tujuan, Jenis dan Bentuk
Laporan. (Jakarta : Univerisutas Terbuka, 2014) hlm. 8.
78
4. Laporan harus tegas dan konsisten
Laporan hendaknya dibuat sedemikian rupa sehingga tidak
memberikan kesemptan timbulnya masalah atau persoalan baru. Ini
berarti bahwa uraian yang dikemukakan harus tegas dan konsisten antara
bagian laporan yang satu dengan bagian yang lain.
5. Laporan harus tepat pada waktunya
Ketepatan waktu penyampaian laporan harus benar-benar
dperhatikan, laporan harus diusahakan secepat-cepatnya dibuat dan
disampaikan. Tidak tepatya waktu penyampaian suatu laporan berarti
tindakan korektif yang harus diambil ataupun follow up-nya akan
mengalami keterlambatan. Hal ini akan mengakibatkan hal yang negatif
pada organisasi.
6. Laporan harus tepat penerimanannya
Laporan pada dasarnya mengandung pengertian komunikasi
timbal balik antara yang memberi laporan dengan penerima laporan atau
antara atasan dan bawahan. Oleh karena itu, laporan harus benar-benar
sampai kepada yang memintanya. Laporan yang tidak sampai kepada
sasarannya dan sampai kepada orang tidak berhak membacanya, akan
menimbulkan masalah yang tidak diinginkan, misalnya terjadi kebocoran
rahasia, laporan bagi yang memintanya sudah tidak ada nilainya lagi dan
penilaian negatif oleh atasan terhadap bahawan bersangkutan.
E. Jenis-Jenis Laporan
1. Berdasarkan klasifikasi yang terbagi menjadi 2 diantaranya :
a. Menurut formalitasnya, yaitu dimana suatu laporan dapat dibedakan
atas dasar apakah bersifat formal atau bersifat informal. Laporan
formal biasanya sangat menekankan objektivitas, organisasi
pelaporan harus dibuat sesuai aturan tertentu, data dan fajta yang
ditampilkan harus lengkap dan jelas. Sedangkan laporan informal
biasanya hanya singkat dan menggunakan bahasa tidak baku.
Contohnya laporan memorandum, laporan surat, laporan dalam
bentuk cetakan bisa dikelompokan dalam sebuah bentuk laporan
informal.
b. Panjang dan pendeknya laporan, dimana ada laporan yang hanya
ditulis dalam selembar kertas, misalnya memo intern. Tapi ada juga
sebuah laporan ditulis dalam 30 halaman, misalnya laporan
penelitian. Panjang pendeknya laporan berkaitan erat dengan formal
dan tidak formalnya laporan. Untul laporan yang infornal cukup
79
ditulis dalam selembar kertas sedangkan untuk laporan yang formal
paling tidak ditulis dalam 30 lembar kertas.96
2. Laporan berdasarkan bentuk
a. Laporan berbentuk surat adalah laporan yang dibuat secara tertulis
dalam bentuk surat, isinya antara satu sampai empat halaman.
Contoh : laporan jumlah siswa yang keluar dari suatu sekolah.
b. Laporan berbentuk naskah adalah laporan disampaikan dalam bentuk
naskah, baik naskah pendek maupun panjang. Contoh : laporan
kegiatan kepanitian atau notulen rapat.
c. Laporan berbentuk memo adalah laporan yang ditulis menggunakan
memo. Umunya isi laporan pendek, untuk keperluaan intern dan
dilakukan antar pejabat/pimpinan.
3. Laporan berdasarkan sifat
a. Laporan biasa adalah lapotan yang isinya bersifat biasa dan tidak
rahasia, sehingga jika laporan terbaca orang lain tidak menimbulkan
dampak negatif.
b. Laporan penting adalah laporan yang isinya bersifat penting dan
rahasia, sehingga hanya orang tertentu saja yang boleh
mengetahuinya.
4. Laporan berdasarkan isinya
a. Laporan informatif adalah laporan yang isinya hanya berisi
informasi saja.
b. Laporan rekomendasi adalah laporan yang isinya bersifat penilaian
sekilas tanpa adanya pembahasan lebih lanjut.
c. Laporan analisa adalah laporan yang isinya berupa hasil analisa
secara mendalam.
d. Laporan kelayakan adalah laporan yang isinya berupa berisi tentang
hasil penentuan kelayakan atau pemilihan mana yang terbaik.
e. Laporan pertanggungjawaban adalah laporan yang berisi
pertanggungjawaban tugas seseorang atau kelompok kepada atasan
yang memberi tugas tersebut. 97
96
Ibid., hlm.14.
97
Waslam, Silvia Ratna Juwita, dkk. Bahasa Indonesia Modul Pengajaran Bahasa
Indonesia Aplikatif Untuk Universitas. (Jakarta : Universitas Esa Unggul. 2017), hlm. 68.
80
Menurut Keraf jenis laporan terbagi menjadi 3 yaitu berdasarkan
penyampian, waktu dan isi. 98
1. Berdasarkan penyampaian
a. Laporan yang disampaikan secara lisan ialah bentuk laporan yang
langsung dilakukan oleh seorang kepada orang lain secara lisan.
Pada dasarnya bentuk laporan lisan tidak jauh berbeda dengan
laporan tertulis. Perbedaannya hanya terletak pada proses
penyajiannya. Dalam penyajian lisan, perlu diperhatikan gerak-gerik
sikap dan hubungan langsunng dengan lawan bicara.99 Contohnya :
seorang wakil kepala sekolah melaporkan kondisi sekolah saatkepla
sekolah tidak berada di sekolah karena ada pelatihan di luar kota.
b. Laporan yang disampaikan secara tertulis ialah laporan yang
disajikan dalam bentuk uraian secara tertulis. Contohnya : dalam
sebuah diskusi, seorang notulen akan membuat laporan hasil diskusi
yang akan diberikan kepada pihak tertentu.
c. Laporan visual adalah laporan yang disampaikan melalui
penglihatan. Contoh : disampaikan melalui presentasi (power point).
5. Berdasarkan Waktu
a. Laporan berkala
Lapopran berkala disampaikan laporan periodik sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan dalam perencanaan, misalnya
tiap minggu, tiap bulan, tiap semester atau tiap tahun. Contoh :
laporan kehadiran karyawan setiap bulan.
b. Laporan insidental
Laporan insidental disusun setiap kali di minta oleh pejabat
penilai di luar jadwal yang telah ditetapkan.
F. Sistematika Laporan
Agar laporan yang akan disampaikan kepada atasan dapat digunakan
sesuai dengan fungsinya, maka laporan harus disusun secara tepat. Laporan
dapat disusun secara tepat apabila prosuder atau langkah-langkah yang
dilakukan dalam penyusunannya tepat pula. Menurut keraf langkah-langkah
menyusun laporan yaitu :
1. Menentukan topik dan tema.
2. Menyusun kerangka laporan, menyusun kerangka bearti memecahkan
topik ke dalam subsub topik, dimana kerangka itu harus logis, sistematik
dan konsisten.
98
Gorys Keraf. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. (Jakarta : Nusa
Indah.1993) hlm.284.
99
Gorys Keraf. Komposisi. (Ende Flores : Nusa Indah. 1980) hlm. 315.
81
3. Mengumpulkan data merupakan tahap semua data yang akan dilaporkan
dikumpul dan di olah dan disusun lebih lanjut.
4. Mengembangkan kerangka laporan, pada hakikatnya adalah
merencanakan paragraf-paragraf dari laporan yang akan dibuat.
5. Menentukan judul yaitu judul harus singkat, relevan dan provokatif
(membuat pembaca ingin lebih jauh mengetahui isi laporan tersebut).
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun laporan
diantaranya apa yang dipaparkan, siapa yang melaporkan dan bahasa laporan.
Adanya langkah-langkah pembutan laporan agar laporan yang dibuat menjadi
laporan yang baik dan inofatif. Proses pembuatan laporan akan menjadi lebih
mudah jika diransang dengan pertanyaan sebanyak-banyaknya mengenai
berbagai segi dari hal yang hendak di laporkan. Pertanyaan-pertanyaan itu
berkisar seputar 5W+1H (what, who, when, where, why dan how) atau biasa
disebut dengan 3A+3M (Apa, si-Apa, meng-Apa, di-Mana, bila-Mana, bagai-
Mana).100
G. Pokok-Pokok Laporan
Lazimnya laporan terdiri atas beberapa bagian yang saling
berhubungan, agar isi laporan mudah dipahami, hubungan bagian-bagian
lapotan itu harus jelas, logis dan sistematis sehingga merupakan suatu
organisasi yang baik. Agar laporan itu kohesif dan koheren seperti tampak
sederhana pada bagan terdapat beberapa pokok diantara nya:
1. Pendahuluan
Fungsi pendahuluan adalah sebagai penganta informatif tentang
materi laporan secara menyeluruh yang disusun secara sitematik dan
terarah, sehingga memberikan gambaran dan justifikasi yang jelas.
2. Tubuh dan isi (body and text)
Bagan terpanjang dari sebuah laporan adalah tubun dan isi atau
teks. Dalam bagian ini dikembangkan dan diuraikan hal-hal yan penting
secara rinci. Penulis laporan yang baim harus mencakup temuan fakta
yang penting dan relevan serta membuang hal-hal yang tidak perlu dan
tidak relevan dengan maksud penulis laporan tersebut.
3. Penutup
Bagian penutup berfungsi merangkum laporan secra menyeluruh,
mengambil kesimpulan atau rekomendasi. Pengambilan kesimpulan
harus didasarkan pada isi dan teksnya dan tidak memasukkan bahan-
bahan yang baru, yang sama sekali belum dibahas dalambagian tubuh
atau isi. Bagian penutup pada informational report disebut rangkuman,
100
Sudiati, Vero ; Lic. Phil, Widyamartaya. Mahir Menulis Berbagai Laporan.
(Yogyakarta : Kanisius, 2005) hlm.12.
82
rangkuman berisi ringkasan pembahasan secara menyeluruh atau berisi
poin-poin yang penting. Bagian penutup pada analitycal report disebut
simpulan, rekomendasi atau simpulan dan rekomendasi. Selain
kesimpulan, dapat juga dimasukkan saran. Saran diberikan kepada
pembaca pada umumnya, pihak-pihak terkait yang berkepentingan
dengan topik laporan berikutnya untuk pengembangan laporan
selanjutnya.
4. Lampiran
Laporan harus menyertakan lampiran yang memuat tabel,
gambar, dan keteranganlain yang menunjang isi laporan, semua lampiran
tersebut harus dicantumkan dalam daftar lampiran. Dalam hal ini nomor
lampiran dan halamannya harus dicantumkan dengan teratur dan jelas.101
101
I Ketut Wijaya, Buku Ajar Bahasa Indonesia dan Tata Tulis Karya Ilmiah. ( Bukit
Jimbaran : Universitas Udayana, 2016) hlm. 31.
83
BAB XII
PENULISAN KARYA ILMIAH
102 Agus Pramoto Andi Widodo, Penulisan Karya Tulis Ilmiah, (Sidoarjo: Nizamia
Learning Center, 2018), hlm.2.
103
Nirwana dan Abd. Rahim Ruspa, “Kemampuan Menulis Karya Tulis Ilmiah
Mahasiswa Prodi Informatika Universitas Cokroaminoto Palopo,” Jurnal Onoma: Pendidikan,
Bahasa dan Sastra Vol.6, No.1 (t.t.): hlm.559.
84
gejala, dan peristiwa, ditelaah secara menyeluruh hubungan dengan fakta
dengan lainnya.104
85
Suatu karya ilmiah harus apa adanya sesuai dengan kenyataan adapun
syarat – syarat penulisan karya ilmiah adalah prinsip ilmiah dan sesuai
dengan tatatulis baku (EYD). Syarat penulisan karya ilmiah mencakup
bebarapa hal sebagai berikut :
1. Objektivitas berhubungan dengan sikap penulis
Dalam hal ini, penulis harus bersikap objektif dalam
mengemukan pendapatannya, apa adanya, tidak dibuat–buat. Sehingga
hasil tulisannya dapat dipertanggung jawabkan berdasarkan data yang
ada.
2. Pola berfikir deduktif – induktif
Dalam mengemukakan atau menarik kesimpulan, penulis harus
menggunakan pola berfikir yang logis (runtut dan sesuai dengan nalar)
ada dua pola berfikir logis yaitu : dedukatif dan indukatif. Pola berfikir
deduktif bertolak dari teori atau hal yang umum untuk menarik
kesimpulan yang khusus. Contoh : Secara umum dikatakan semua dokter
tulisannya jelek, lalu fakta khusus ayahku seorang dokter, maka dapat
ditarik kesimpulan ayahku tulisannya jelek.
Sedangkan pola berfikir induktif yaitu cara berfikir atau menarik
kesimpulan dari fakta – fakta khusus kepada fakta umum atau kalimat
utamanya berupa kalimat yang bersifat umum. Contoh : Fakta – fakta
khusus menyatakan manusia membutuhkan oksigen.
Hewan membutuhkan oksigen. Tumbuhan membutuhkan
oksigen, maka dapat disimpulkan bahwa “semua mahluk hidup
membutuhkan oksigen”.
3. Sistematika
Karya tulis ilmiah harus disusun secara sistematika, artinya
menuruti alur pemahaman yang runtut dari masalah sampai pada
kesimpulan. Tata tulis baku berhubungan dengan sistematika penulisan
karya tulis ilmiah, biasanya masing – masing lembaga mempunyai
peraturan tata tulis yang berbeda. Akan tetapi, pada dasarnya peraturan
tersebut mempunyai patokan yang sama. Tata tulis baku ini diperlukan
karena :
a. Dapat memperlancar komunikasi hasil penelitian.
b. Memudahkan penilaian atau pertanggung jawabannya.
c. Mempercepat penyebarluasan tanpa membutuhkan penyusunan
kembali.
Tata Cara Penulisan Ilmiah terdiri dari: penulisan kutipan, catatan
kaki, dan daftar pustaka.
a. Kutipan
86
Kutipan merupakan penulisan kembali pendapat atau hasil
karya tulis orang lain,baik langsung maupun tidak langsung. Pada
umumnya kutipan dibedakan menjadi dua,yaitu: Kutipan langsung
dan kutipan tidak langsung.
1) Kutipan Langsung ditulis persis dengan aslinya (baik kata,
ejaan, maupun tanda bacanya). Kutipan seperti ini biasanya
digunakan untuk mengutip: rumus, peraturan hukum, surat
keputusan, peribahasa, difinisi, dan lain-lain. Secara umum
kutipan langsung dibedakan menjadi dua:kutipan langsung
panjang dan kutipan langsung pendek. Kutipan langsung
panjang, ditulis lebih darti tiga baris, ditulis sendiri dalam alinea
baru dengan perubahan spasi. Baris pertama kutipan dituluskan
pada ketukan kedelapan dari margin kiri, baris berikutnya
dimulai pada ketukan ke-lima.
Kutipan langsung pendek tidak lebih dari tiga baris, dituliskan
langsung dalam kalimat penulis diantara tanda petik (“…”) dan
tanpa perubahan spasi.
2) Kutipan tak langsung ini merupakan uraian penulis dengan kata-
kata sendiri berdasarkan pendapat atau hasil karya penulis lain.
Tetapi pendapat pribadi tidak boleh dikemukakan
didalamnya.penulisanya tanpa tanda petik dan spasi.Sumber asal
kutipan dapat dituliskan langsung dengan mencantumkan nama
penulis,tahun terbit,dan halaman buku.
b. Catatan Kaki
Catatan kaki yaitu keterangan-keterangan atas teks karangan
yang ditempatkan pada kaki halaman karangan yang bersangkutan.
Apabila ditempatkan pada akhir bab atau akhir karangan maka
catatan semacam itu disebut keterangan. Jenis catatan kaki terdiri
dari penunjukkan sumber, catatan penjelas, dan gabungan sumber
dan penjelas. Tujuan penulisan catatan kaki adalah:
1) Menyusun pembuktian
2) Menyampaikan keterangan tambahan
3) Merujuk bagian teks lain.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penuisan catatan kaki
meliputi sebagai berikut:
1) Hubungan catatan kaki dan teks menggunakan nomor urut dan
penunjukkan.
2) Untuk memudahkan catatan kaki, hal yang perlu dihindari ialah
memulai nomor urut baru pada setiap bab.
87
3) Dalam penulisan catatan kaki yang menggunakan mesin tik atau
komputer perlu diperhatikan teknik penempatannya (spasi).
Untuk menghindari pencatatan sumber yang diulang–ulang,
digunakan singkatan-singkatan dari bahasa Latin sebagai pengganti
sumber. Pemakaian sumber tersebut sebagai berikut:
1) Ibid dari kata Ibidem, artinya sama. Maksudnya menyatakan
bahwa kutipan itu diambil dari sumber dan halaman yang sama
yang datanya telah dicantumkan dengan lengkap sebelum
kutipan tersebut. Jadi, di antara kutipan itu dengan kutipan
sebelumnya tidak ada sumber lain. Bila halamannya saja yang
berbeda dipakai Ibid halaman.
2) Loz. Cit. dari kata loco cotato, artinya pada tempat yang sama
dengan sumber yang telah mendahuluinya. Begitu pula
halamannya sama, hanya telah diselingi sumber lain. Contoh:
Jauhari, Loz. Cit.
3) Op. Cit. dari opera citato, maksudnya karya yang telah dikutip
terlebih dahulu. Contoh: Muttaqin, Op. Cit. hlm.207.
c. Daftar Pustaka
Daftar pustaka berisi semua sumber bacaan yang digunakan
dalam penulisan.Komponen yang harus ada dalam daftar pustaka
adalah,nama pengarang,tahun terbit,judul buku,kota penerbit,nama
penerbit.106
106
Heri Jauhari, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010),
hlm.24.
88
mengambil inti sari dari mata kuliah atau ceramah yang diajarkan
oleh dosen. Penulisan paper agak di perdalam dengan beberapa bab
antara lain, bab 1: pendahuluan bab 2 :pemaparan data, bab 3:
pembahasan atau analisis, dan bab 4: penutup yang terdiri dari
kesimpulan dan saran.
b. Praskripsi
Adalah karya ilmiah pendidikan yang digunakan sebagai persyaratan
mendapatkan gelar sarjana muda. Karya ilmiah ini disyaratkan bagi
mahasiswa pada jenjang akademik atau setingkat diploma 3 atau
D3. Format tulisannya terdiri atas: Bab 1 pendahuluan (latar belakag
pemikiran, pemasalahan, tujuan penelitian atau manfaat penelitian
dan metode penelitian). Bab 2 gambaran umum (menceritakan
keadaan lokasi penelitian yang dikaitkan dengan permaslahan
penelitian). Bab 3 deskripsi data ( memaparkan data yang diperoleh
dari lokasi penelitian). Bab 4 analisis ( pembahasan data untuk
menjawab masalah penelitian. Dan bab 5 penutup ( kesimpulan
penelitian dan saran).
c. Sekripsi adalah karya ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis
berdasarkan pendapat orang lain, pendapat yang diajukan harus
didukung oleh data dan fata-fakta empiris yang objektif, baik yang
berdasarkna penelitian langsung (observasi lapangan) maupun
penelitian tidak langsung (study perpustakaan). Sekripsi ditulis
sebagai syarat mendapatkan gelar sarjana atau S1. Pembahasan
dalam sekripsi harus di lakukan menikuti alur pemikiran ilmiah,
yaitu logis dan empiris.
d. Tesis
Adalah suatu karya ilmiah yang sifatnya lebih mendalam dari pada
sekripsi. Tesis merupakan syarat untuk mendapatkan gelas magister
atau S2. Penulisan tesis bertujuan mensintesiskan ilmu yang di
peroleh dari perguruan tinggi guna memperluas kazanah ilmu yang
telah didapatkan dari bangku kuliah master. Kazanah ini terutama
berupa temuan-temuan baru dari hasil suatu penelitian secara
mendalam tentang suatu hal yang menjadi tema tesis tersebut.
e. Disertas
Yaitu suatu karya ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat
dibuktikan oleh penulis berdasarkan data dan fakta akurat dengan
analisis terinci. Dalil yang dikemukakan biasanya dipertahankan
oleh penulisanya dari sanggahan-sanggahan senat guru besar atau
penguji pada suatu perguruan tinggi. Disertasi berisi hasil
penemuanpenemuan penulis dengan menggunakan penelitian yang
89
lebih mendalam terhadap suatu hal yang dijadikan tema dari disertasi
tersebut. Penemuan tersebut bersifat orisinil dari penulis sendiri.
Penulis disertasi berhak menyandang gelar doctor.
2. Karya Ilmiah Penelitian
Terdiri dari beberapa jenis karya ilmiah. Jenis karya ilmiah
penelitian sebagai berikut:
a. Makalah Seminar
Meliputi naskah seminar dan naskah bersambung.
1) Naskah seminar adalah karya ilmiah yang berisi uraian dari
topik yang membahas dari suatu permasalahan yang akan di
sampaikan kedalam forum seminar.
2) Naskah bersambung, bentuk tulisan bersambung ini mempunyai
judul dengan pokok bahasan atau topik yang sama, hanya
penyajiannya saja yang dilakukan secara bersambung atau bisa
juga saat pengumpulan data penelitian dalam waktu yang
berbeda.
b. Laporan Hasil Penelitian adalah bagian dari bentuk karya ilmiah
yang cara penulisanya dilakukan relatif singkat. Laporan ini bisa di
kelompokan sebagai karya tulis ilmiah karena berisikan hasil dari
suatu kegiatan penelitian meskipun dari tahap awal.
c. Jurnal penelitian adalah buku yang terdiri atas karya ilmiah yang
isinya berupa hasil penelitian dan resensi buku. Jurnal penelitian ini
harus ditulis secara teratur dan sebaiknya mendapatkan nomer dari
suatu perpustkaan nasional berupa ISSN (internasional standart serial
number).
90
pengetahuannya melalui sebuah tulisan yang diperoleh dari penelitian serta
ditulis secara sistematis.
A. BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Menurut fakta-fakta atau sebab yang relevan sebagai titik tolak
dalam merumuskan masalah penulisan dan mengemukakan alasan
penentuan masalah. Penulis dapat mengutip atau mengemukakan
pendapat para ahli, berita melalui media massa, peraturan perundang-
undangan yang mendukung terhadap fakta atau fenomena yang akan
ditulis. Setiap peraturan dan perundang-undangan yang dikutp tidak ada
91
catatan kaki, sedangkan pendapat para ahli, berita melalui media massa
harus sesuai disertai catatan kaki.
2. Rumusan masalah
Menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan apa yang ingin
dicari jawabannya. Perumusan masalah menggunakan pertanyaan yang
lengkap dan terperinci mengenai ruang lingkup permasalahan yang
dibahas, di akhir pertanyaan harus memberikan tanda Tanya (?).
3. Tujuan dan manfaat
a. Tujuan penulisan: Menyebutkan secara spesifik maksud yang ingin
dicapai dalam penulisan.
b. Manfaat penulisan: Konstribusi hasil penulisan bagi pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
92
C. BAB III PEMBAHASAN (judul bab harus sesuai dengan topik yang
diangkat)
1. Deskripsi kasus
Mengidentifikasi kasus-kasus yang terdapat pada bidang system
informasi (sesuai dengan khususan bidang ilmu penulis). Kasus yang
diidentifikasi dimulai dengan kasus sederhana sampai pada pada kasus
kompleks dan rumit sesuai dengan urgensi fenomena yang diangkat pada
perumusab masalah. Kasus yang diangkat merupakan kasus yang
ditemukan di perusahaan dan penulis terlebih dahulu melakukan
konfirmasi dengan pihak perusahaan (guna menjamin keshahihan kasus).
Kasus-kasus yang bersifat rahasia tidak disarankan untuk dibahas oleh
penulis. Kasus yang diangkat dapat berupa point-point uraian penjelasan
atau berupa tabel, diagram dan sebagainya.
2. Analisis kasus
Penulis melakukan pengkajian terhadap kasus yang dipilih sesuai
urgensi permasalahan dan berusaha mengakaitkan dengan konsep teori
dan temuan-temuan lain yang dianggap perlu. Untuk mendapatkan solusi
atau pemecahan terhadap kasus yang dibahas, penulis dapat juga
menggunakan model-model analisis seperti analisis SWOT, EOQ dan
sebagainya sesuai kebutuhan.
107
Siti Kholipah dan Heni Subagiharti, Teknik Penulisan Karya Ilmiah, (Lampung:
Swolava Publishing, 2018), hlm.37–42.
93
DAFTAR PUSTAKA
Afnita dan Zelvina Iskandar (2019). Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta: Kencana
Buono, Agus, and dkk. Pedoman Penulisan dan Penyajian Karya Tulis Ilmiah.
IPB Press, 2001.
Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Edisi Revisi. Jakarta:
Rineka Cipta.
Dewinita, Kalimat Baku dan Tidak Baku. Diakses Pada Tanggal 28 Maret Pukul
17:10, dari http://d3winit4.blogspot.com/2009/12/kalimat-baku-dan-
tidak-baku.html?m=1
Fitriani, Anisa Yuli Rahma, and Laili Etika Rahmawati. “Analisis kesalahan
penggunaan tanda baca dan huruf miring dalam teks berita online
94
detiknews dan tribunnews.” BAHASTRA 40, no. 1 (April 30, 2020): 10.
https://doi.org/10.26555/bahastra.v40i1.14695.
Fitri, Dini. 2017. Pedoman Kata Baku & Tidak Baku. Jakarta: PT Kawah Media.
G, Haryanto A. dkk. 2000. Metode Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah: Buku
Ajar untuk Mahasiswa. Jakarta: EGC.
https://ajaib.co.id/pengertian-laporan-fungsi-ciri-ciri-dan-jenis-jenisnya diakses
pada 05 Juni 2021 pukul 15.42 wita.
https://kikikecilitsme.blogspot.com/2011/12/makalah-bahasa-indonesiakutipan-
dan.html [13 Mei 2021]
Ibeng, Parta. 2021. Kalimat Baku & Tidak Baku : Pemgertian , ciri, syarat dan
contohnya. Diakses pada 27 Maret Pukul 20:23, dari
https://pendidikan.co.id/kalimat-baku-tidak-baku-pengertian-ciri-syarat-
dan-contohnya/
Kholipah, Siti, dan Heni Subagiharti. Teknik Penulisan Karya Ilmiah. Lampung:
Swolava Publishing, 2018.
Lusiana, Novita., Rika Andriyani dan Miratu Megasari. 2015. Buku Ajar
Metodologi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta: Depublish.
95
Marnetti, 2014. Reduplikasi dan Maknanya dalam Novel Jamal Jamilah Karya
Boma Kampau. Jurnal Madah, Vol. 5 No.2.
Narabahasa. Fungsi Huruf Tebal. Diakses pada Mei 30, 2021 dari
https://narabahasa.id/ejaan/fungsi-huruf-tebal.
Nirwana dan Abd. Rahim Ruspa. “Kemampuan Menulis Karya Tulis Ilmiah
Mahasiswa Prodi Informatika Universitas Cokroaminoto Palopo.” Jurnal
Onoma: Pendidikan, Bahasa dan Sastra Vol.6, No.1 (t.t.).
Purwirto dkk, 2016. Cinta Bahasa Indonesia, Cinta Tanah Air.Bantul: Insitut Seni
Indonesia. Yogyakarta.
96
Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan. 2003. Pembinaan
Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Saputra, Edi dan Junaida. 2016. Bahasa Indonesia. Medan: Perdana Publishing.
Setiawan, Samhis. Huruf Kapital, diakses pada Mei 29, 2021 dari
https://www.gurupendidikan.co.id/huruf-kapital/
Sumarni, Ratna. 4 Penggunaan Huruf Tebal yang Benar sesuai EYD dalam
Bahasa Indonesia. Diakses pada Mei 30, 2021 dari
https://www.google.com/amp/s/dosenbahasa.com/penggunaan-huruf-
tebal/amp
Sumarni, Ratna. “10 Penggunaan Huruf Miring Yang Benar dan Contohnya.”
DosenBahasa.com, November 1, 2016.
https://dosenbahasa.com/penggunaan-huruf-miring.
Waslam, Silvia Ratna Juwita, dkk. 2017. Bahasa Indonesia Modul Pengajaran
bahasa Indonesia Aplikatif untuk Universitas. Jakarta: Universitas Esa
Unggul.
Widodo, Agus Pramoto Andi. Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Sidoarjo: Nizamia
Learning Center, 2018.
Widyamartaya, Lic. Phil dan Vero Sudiati. 2005. Mahir Menulis Berbagai
Laporan. Yogyakarta : Kanisius.
Wijaya, I Ketut. 2016.Buku Ajar Bahasa Indonesia dan Tata Tulis Karya Ilmiah.
Bukit Jimbaran : Universitas Udayana.
97
Zulmiyetri, Nurhastuti, and Safaruddin. Penulisan Karya Tulis Ilmiah Edisi
Pertama. Jakarta: Kencana, 2020.
98