Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MUHKAM dan MUTASYABIH


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“ULUMUL QUR’AN”

Oleh: Kelompok 4

Muhammad Akbar Ramadhani: 180105010333


Muhammad Khairi Nazri : 180105010305
Rahmad Apriadi : 180105010

Dosen Pengampu:
Drs. H. M. Amin Djamaluddin, MA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PRODI EKONOMI SYARIAH
2020
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Muhkam dan mutasyabih adalah salah satu pokok bahasan dalam kajian-
kajian Al-Qur’an dan tafsir yang penting dan kontroversial sepanjang sejarah.
Sangat banyak karya tulis yang secara khusus membahas masalah ini. Seperti
kitab Al Fihtris, Kasyfuzh Zhanun, dan Al Itqan. Selain dalam kitab-kitab
tersebut, pembahsan tentang terma muhkan dan mutasyabih juga ditemukan
dalam kitab-kitab tafsir, terutama ketika mengulas firman Allah dalam surat
Ali Imran (3):7 yang artinya : “dialah yang telah menurunkan Al-Qur’an
kepadamu, diantaranya ada ayat-ayat muhkam yang merupakan induk dan
lainnya mutasyabih. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong
kepada kesesatan, maka mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabih untuk
menimbulkan fitnah dan mencari-cari takwilnya kecuali Allah. Dan orang-
orang yang mendalam ilmunya berkata: kami beriman kepada ayat-ayat
yang mutasyabih; semuanya itu dari sisi tuhan kami” (QS 3:7).

Muhkam dan mutasyabih yang terdapat pada ayat diatas menjadi titik
sentral dari berbagai perdebatan, baik dari segi pengertian, kriteria, bentuk-
bentuk tasybihnya dan lain sebagainya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu muhkam dan mutasyabih?

2. Apa saja kriteria ayat muhkam dan mutasyabih?

3. Bagaimana ulama menyikapi ayat muhkam dan mutasyabih?

4. Apa hikmah dibalik adanya ayat muhkam dan mutasyabih?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian muhkam dan mutasyabih


2

2. Untuk mengetahui apa saja kriteria ayat muhkam dan mutasyabih

3. Untuk mengetahui bagaimana para ulama menyikapi ayat muhkam dan


mutasyabih

4. Untuk mengetahui hikmah dibalik adanya ayat muhkam dan mutasyabih

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Muhkam dan Mutasyabih

Muhkam secara lughawi berasal dari kata hakama kata hakm berarti
memutuskan antara dua hal atau lebih perkara, maka hakim adalah orang yang
mencegah yang zhalim dan memisahkan dua pihak yang sedang bertikai.
Sedangkan muhkam adalah sesuatu yang dikokohkan, jelas, fasih dan
membedakan antara yang hak dan yang bathil. Dengan pengertian inilah Allah
mensifati Al-Qur’an dengan muhkam, sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya,

=ْ =َ‫ص= ل‬
=ٍ‫ت= ِم= ْ=ن= لَ= ُد= ْ=ن= َ=ح= ِك= ي= ٍ=م= َ=خ= بِ= ي=ر‬ =ْ =‫ب= أُ= ْ=ح= ِك= َم‬
ِّ =ُ‫ت= آ=يَ= ا=تُ= هُ= ثُ= َّم= ف‬ =ٌ =‫ا=ل=ر= ۚ= ِك= تَ= ا‬

Artinya : inilah suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta
dijelaskan secara terperinci yang diturunkan dari sisi Tuhan yang Maha
Bijaksana lagi Maha Tahu.(QS. 11 : 1).

Mutasyabih secara lughawi berasal dari kata syabaha, yakni bila salah satu
dan dua hal serupa dengan yang lain. Syubhah ialah keadaan di mana satu dari dua
hal itu tidak dapat dibedakan dari yang lain karena adanya kemiripan di antara
keduanya secara kongkrit atau abstrak. Dengan pengertian ini Allah menyebut Al-
Qur’an sebagai kitaban mutasyabihan matsani, yang tertera dalam Al-Qur’an
surat Az-Zumar 23:
3

ِ =‫هَّللا ُ= نَ= َّز= َل= أَ= ْ=ح= َس= َ=ن= ا= ْل= َ=ح= ِد= ي‬
=‫ث= ِك= تَ= ا=بً= ا= ُم= تَ= َش= ا=بِ= هً= ا= َم= ثَ= ا=نِ= َي= تَ= ْق= َش= ِع= ر=ُّ= ِم= ْن= هُ= ُج= لُ=و= ُد= ا=لَّ= ِذ= ي= َ=ن= يَ= ْ=خ= َش= ْ=و= َن‬
=‫َر= ب=َّ=هُ= ْم‬

Artinya : Allah yang menurunkan perkataan yang paling baik, yaitu Al-Qur’an
yang mutasyabih dan berulang-ulang yang karenanya bergetarlah kulit orang
yang takut kepada Tuhan mereka. (QS. 39 : 23).

Maksud mutasyabih dalam ayat diatas bahwa sebagian kandungannya


serupa dengan yang lain dalam kesempurnaannya. Sebagian membenarkan
sebagian yang lain serta sesuai pula maknanya.

Dalam khazanah intelektual klasik maupun modern, ditemukan berbagai


variasi tentang makna istilah kedua terma di atas. As suyuthi dalam karya
monumentalnya Al Itqan merekam beberapa pendapat sekitar pengertian muhkam
dan mutasyabih yang terfokus pada QS. 3 : 7. Ada yang memberi pengertian,
bahwa muhkam adalah ayat-ayat Al-Qur’an yang ketahui maksudnya, penjelasan
dan pentakwilannya. Sedangkan mutasyabih adalah ayat-ayat yang hanya Allah
yang mengetahui maknanya, seperti kapan terjadinya hari kiamat, keluarnya dajjal
dan harf muqathatha’ah di awal surat. Ada yang memberi pengertian muhkam
dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang jelas maknanya, sedangkan mutasyabih adalah
sebaliknya. Ada juga yang mendefinisikan muhkam sebagai ayat-ayat yang
mengandung pentakwilan hanya dari satu segi. Sedangkan mutasyabih adalah ayat
yang mengandung kemungkinan ditakwilkan dari beberapa segi. Yang lain
memberikan pengertian bahwa muhkam adalah ayat-ayat yang ma’qul al ma’na.
Sedangkan mutasyabih adalah ayat-ayat yang ghairu ma’qul al-ma’na. Dan masih
banyak yang lain mengenai makna istilah kedua terma tersebut.

Subhi Ash Shalih merangkum pendapat ulama dan menyimpulkan bahwa


muhkam adalah ayat-ayat yang bermakna jelas. Sedangkan mutasyabih adalah
ayat-ayat yang maknanya tidak jelas, dan untuk memastikan pengertiannya tidak
ditemukan dalil yang kuat.
4

Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menyatakan bahwa muhkam adalah


ayat-ayat yang jelas maknanya yang tidak ada keraguan dan kesamaran di
dalamnya. Sedangkan mutasyabih adalah ayat-ayat yang mengandung kesamaran
arti sehingga orang-orang yang memiliki keraguan akan menempatkan pada hal-
hal yang tidak semestinya kepada Allah kitab-kitab-Nya, Rasul-Nya.

Thabathaba’i mengemukakan dua pengertian yang berbeda antara


golongan sunni dan syi’ah tentang mutasyabih. Menurut golongan Sunni,
mutasyabih adalah ayat yang makna hakikinya yang merupakan takwilnya tidak
ada yang dapat mengetahui maknanya selain Allah. Oleh sebab itu dia hanya
boleh diimani tetapi tidak boleh diamalkan. Menurut Syi’ah, hampir sama dengan
Sunni, tetapi Rasulullah dan Ahlul Bait juga dapat mengetahui makna hakikinya
dengan tepat, sehingga selain diimani ayat itu juga harus diamalkan.

Dari berbagai pengertian yang telah ditawarkan oleh para ulama di muka,
dapat ditarik kesimpulan bahwa muhkam adalah kata yang dipakai oleh Al-Qur’an
untuk menunjuk ayat yang terang makna dan lafalnya yang diletakkan untuk suatu
makna yang kuat dan mudah dipahami. Sedangkan mutasyabih adalah kata yang
dipakai Al-Qur’an untuk menunjuk ayat yang bersifat global (mujmal) yang
membutuhkan takwil (mu’awal) dan sukar dipahami (musykil), sebab ayat-ayat
yang mujmal membutuhkan rincian; ayat-ayat yang mu’awal baru dapat diketahui
maknanya setelah ditakwilkan dan ayat-ayat yang musykil samar maknanya dan
sukar dimengerti.

B. Kriteria ayat-ayat Muhkamat dan Mutasyabihat

Terdapat tiga masalah mengenai ayat-ayat mutasyabihat. Pertama,


mengenai boleh tidaknya melakukan takwil terhadap ayat-ayat mutasyabihat.
Kedua jika boleh siapa sajakah yang diperbolehkan melakukan interpretasi
terhadap ayat-ayat mutasyabihat. Ketiga, tentang kriteria ayat yang dimasukkan
kedalam katagori ayat-ayat muhkamat dan kedalam kategori ayat-ayat
mutasyabihat.
5

Dengan tiadanya kata sepakat tentang pengertian muhkam dan


mutasyabih, maka sulitlah kiranya untuk membuat patokan kriterianya, karena
sebagaimana disinggung di muka, mungkin ayat-ayat ini disebut muhkamoleh
suatu kelompok, tetapi dipandang mutasyabih oleh kelompok lain.firman-firman
yang berkenaan dengan surga neraka misalnya, bagi kebanyakan kaum muslimin
disebut muhkamat, tapi bagi sebagian yang lain ada yang menyebut mutasyabihat,
karena gambaran tentang surga dan neraka itu dipahami sebagai metafor-metafor
yang tidak tentu menunjuk pada hakikatnya.

Ali ibnu abi thalhah meemberikan kriteria ayat-ayat muhkamat sebagai


berikut, yakni ayat-ayat yang membatalkan ayat-ayat yang lain;ayat-ayat yang
menghalalkan; ayat-ayat yang mengharamkan; ayat-ayat yang berisi ketentuan;
ayat-ayat yang mengandung kewajiban; ayat-ayat yang harus diimani dan
diamalkan.

Sedangkan ayat-ayat mutasyabihat adalah ayat-ayat yang telah dibatalkan;


ayat-ayat yang dipertukarkan antara yang dahulu dan yang kemudian; ayat-ayat
yang berisi beberapa variable; ayat-ayat yang mengandung sumpah; ayat-ayat
yang hanya boleh diimani dan tidak boleh diamalkan.

Adapun Ar Raghib Al Ashfani memberikankriteria ayat-ayat


mutasyabihat sebagai ayat atau lafal yang tidak diketahui maknanya, seperti
tibanya hari kiamat; ayat-ayat AlQur’an yang hanya bisa diketahui maknanya
dengan sarana bantu, baik dengan ayat-ayat muhkamat, hadis-hadis sahih,
maupun ilmu pengetahuan, seperti ayat-ayat yang lafalnya terlihat aneh dan
hukum-hukumnya tertutup; ayat-ayat yang hanya bisa diketahui oleh orang-orang
yang dalam ilmunya, sebagaimana diisyaratkan oleh doa Rasulullah untuk Ibnu
Abbas, Ya Allah karuniailah ia ilmu yang mendalam mengenai agama dan
limpahkanlah pengetahuan tentang ta’wil kepadanya.

Ar Raghib Al Ashfahani sebagaimana dikutip As Suyuthi,


mengelompokkan ayat-ayat mutasyabihat menjadi 3 macam, yaitu mutasyabihat
dari segi lafaz, mutasyabihat dari segi makna dan mutasyabihat dari segi lafaz dan
6

makna. Mutasyabihat dari segi lafaz dapat dibagi mufrad dan murakkab.
Mutasyabih lafaz mufrad adalah tinjauan dari segi kegharibannya, seperti kata
yaziffun, al abu; isytirak seperti al yadu al yamin.

Mutasyabih dari segi makna menckup sifat-sifat Allah dan berita ghaib.
Sedangkan mutasyabih darisegi lafaz dan makna ditinjau dari segi kalimat, seperti
umum dan khusus, misalnya: “uqtulul musyrikiina” dari segi cara seperti wujub
dan nadb, misalnya: “fankihu man thaba lakum minannisa’i”, dari segi waktu
misalnya nasikh dan mansukh misalnya: “ittaqullaha haqqa tuqatihi”, dari segi
tempat dan hal-hal lain yang turun disana, seperti: “laisal birra an ta’tul buyuta
min zhuhuriha innaman nasi’u ziyadatun fil kufri”, segi syarat-syarat yang
mengesahkan dan membatalkan suatu perbuatan, seperti syarat-syaratshalat dan
nikah

C. Pandangan Para Ulama dalam menyikapi ayat-ayat Mutasyabihat

Subhi Al Salih membedakan pendapat para ulama kedaalam dua mazhab, yaitu:

1. Mazhab Salaf, yaitu orang-orang yang mempercayai dan mengimani sifat-


sifat mutasyabihat dan menyerahkan hakikatnya kepada Allah sendiri.
Mereka mensucikan Allah dari pengertian-pebgertian lahir yang mustahil
ini bagi allah dan mengimaninya sebagaimana yang diterangkan dalam Al
Qur’an serta menyerahkan urusan mengetahui hakikatnya kepada Allah
sendiri. Karena mereka menyerahkan urusan mengetahui hakikat maksud
ayat-ayat ini kepada Allah, mereka disebut pula mazhab mufawwidhah
atau tafwidh.
2. Mazhab khalaf yaitu orang-orang yang mentakwilkan lafalyang mustahil
zahirnya kepada makna yang layak dengan zat Allah. Dalam memahami
QS Ali Imran : 7 mazhab ini mewakafkan bacaan mereka pada lafal
“warrasikhuuna fil ilmi”. Hal ini memberikan pengertian bahwa yang
mengetahui takwil dari ayat-ayat mutasyabih adalah Allah dan orang-
orang yang Rasikh. Mazhab ini disebut juga mazhab muawwilah atau
mazhab takwil.
7

Berikut ini adalah beberapa contoh sifat-sifat mutasyabihat yang


menjadikan perbedaan pendapatantara mazhab salaf dan mazhab khalaf:
1. Lafal istawa pada Al qur’an surah Thaha ayat 5 Allah berfirman :
‫العرش استوى‬
ِ ‫الرّحمنُ علي‬
Artinya: Yaitu tuhan yang maha pemurah yang bersemayam diatas
arsy.
Dalam ayat ini diterangkanbahwa pencipta langit dan bumi ini adalah
Allah yang maha pemurah yang bersemayam diatas arsy.
Menurut imam malik Mazhab salaf, ketika ia ditanya tentang
makna istiwa, dia berkata: istiwa itu maklum, caranya tidak diketahui,
mempertanyakannya adalah bid’ah (mengada-ada) saya duga engkau
ini orang jahat keluarlah dari majlis saya.
Sedangkan mazhab khalaf memaknai kata istiwa dengan ketinggian
yang abstrak, berupa pengendalian Allah terhadap alam ini tanpa
merasa kepayahan.
2. Lafal yadun pada Al Qur’an surah Al Fath ayat 10:
‫ق ايدي ِهم‬
َ ‫يد هللاِ فو‬
Artinya: tangan Allah diatas tangan mereka
Pada ayat tersebut terdapat lafal yadun yang secara bahasa berarti
tangan. Para ulama salaf mengartikan sebagaimana adanya dan
menyerahkan hakikat maknanya kepada Allah. Sedangkan ulama
khalaf memaknai lafal yadun dengan kekuasaan karena tidak mungkin
allah itu mempunyai tangan seperti halnya pada makhluk.

D. Macam-macam Ayat Mutasyabihat


Sesuai dengan sebab-sebab adanya ayat mutasyabihat dalam Al Qur’an, maka
macam-macam ayat mutasyabihat itu ada 3 macam, sebagai berikut:
a. Ayat-ayat Mmutasyabihat yang tidak dapat diketahui oleh seluruh umat
manusia, kecuali Allah SWT.
8

Contohnya, seperti zat Allah SWT, Hakikat sifat-sifat Nya, waktu


datangnya hari kiamat, dan sebagainya. Hal-hal ini termasuk urusan-
urusan ghaib yang hanya diketahui Allah SWT, seperti keterangan ayat 59
surah Al An’am:

ِ ‫َو ِع ْن َدهُ َمفَاتِ ُح ْال َغ ْي‬


‫ب اَل يَ ْعلَ ُمهَا إِاَّل هُ َو‬
Artinya: “dan pada sisi Allah lah kunci-kunci semua yang ghaib; taka da
yang mengetahuinya, kecuali dia sendiri.”
Dan seperti isi ayat 34 Surah Lukman:

‫ْث َويَ ْعلَ ُم َما فِي اأْل َرْ َح ِام ۖ َو َما تَ ْد ِري نَ ْفسٌ َما َذا‬
َ ‫إِ َّن هَّللا َ ِع ْن َدهُ ِع ْل ُم السَّا َع ِة َويُن َِّز ُل ْال َغي‬
‫وت‬ُ ‫ض تَ ُم‬ ٍ ْ‫تَ ْك ِسبُ َغدًا ۖ َو َما تَ ْد ِري نَ ْفسٌ بِأَيِّ أَر‬

Artinya: “sesungguhnya Allah, hanya pada sisinya sajalah pengetahuan


tentang hari kiamat; dan dialah yang menurunkan hujan, dan mengetahui
apa yang ada dalam Rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat
mengetahuinya (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan
tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.”
b. Ayat-ayat Mutasyabihat yang dapat diketahui oleh semua orang dengan
jalan pembahasan dan pengkajian yang mendalam.
Contohnya seperti merinci yang mujmal, menentukan yang musytarak,
mengqoyyidkan yang mutlak, menertibkan yang kurang tertib, dan
sebagainya.
c. Ayat-ayat Mutasyabihat yang hanya dapat diketahui oleh para pakar ilmu
dan sains, bukan oleh semua orang, apalagi orang awam. Hal-hal ini
termasuk urusan-urusan yang hanya diketahui oleh Allah SWT dan orang-
orang yang rosikh (mendalam) ilmu pengetahuannya, seperti keterangan
ayat 7 surah Ali Imran :

‫َو َما يَ ْعلَ ُم تَأْ ِويلَهُ إِاَّل هَّللا ُ ۗ َوالرَّا ِس ُخونَ فِي ْال ِع ْل ِم‬
9

Artinya: “padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah


dan orang-orang yang mendalam ilmunya.”

Mengenai apakah ayat-ayat mutasyabihat itu dapat diketahui arti maksudnya


atau tidak, para ulama masih berlainan paham.

E. Hikmah dibalik adanya Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat

Rahasia terbaginya ayat ayat Alquran menjadi muhkamah dan mutasyabihat,


pertama,andai kata seluruh ayat Alquran terdiri dari ayat ayat muhkamat, maka
akan sirnalah ujian keimanan dan amal lantaran pengertian ayat yang jelas.

Yang kedua, seandainya seluruh ayat Alquran mutasyabihat, niscaya akan


lenyap kedudukannya penjelas dan petunjuk manusia. Orang yg benar keimanan
nya yakin bahwa Alquran seluruhnya dari sisi Allah, segala yang datang dari sisi
Allah pasti hak dan tidak mungkin bercampur dengan kebatilan.

)42 ‫يم حمي ٍد (فصلت‬


ٍ ‫ين يَدَي ِه وال ِمن خلفِه تنزي ُل ِمن ح ِك‬
ِ َ‫اليأ تيه الباط ُل من ب‬

Artinya: tidak akan datang kepadanya (Alquran) kebatilan baik dari depan
maupun dari belakang, ,yang diturunkan dari Tuhan yang Maha Bijaksana lagi
Maha Terpuji”.(QS.41:42 ).

Ketiga, Al Qur’an yang berisi ayat ayat muhkamat dan ayat ayat mutasyabihat,
menjadi motifasi bagi ummat islam utuk terus menerus menggali berbagai
kandungan nya sehingga mereka akan terhindar dari taklod, bersedia membaca
Alquran denga khusyu sambil merenung dan berfikir.

Dari uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan, pertama belum ada
sepakat tentang pengertian istilah muhkamat dan mutasyabihat disebabkan
karena rumitnya masalah ini. Secara garis besar, muhkamat adalah ayat yang
maknanya jelas lagi terang, sedangkan mutasyabihat adalah ayat ayat yang
maknanya kurang tahu atau tidak jelas atau hanya diketahui oleh Allah semata.
Sebagian mutasyabihat dapat diketahui maknanya dengan merujuk pada ayat ayat
muhkamah. Kedua, kriteria mutasyabihat ialah ayat atau lafal yang sama sekali
10

tidak dapat diketahui hakikatnya; ayat ayat yang hanya bisa diketahui maknanya
dengan sarana bantu, ayat ayat yang hanya bisa dipahami oleh orang orang yang
memiliki ilmu yang mendalam. Yang ketiga, hikmah dibalik ayat ayat muhkamat
dan mutasyabihat ialah, sebagai media ujian keimanan bagi hamba Allah. Sebagai

motivasi pengerahan potensi diri sebagai anugrah Allah.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Muhkam berarti ayat-ayat yang jelas maknanya dan tidak memerlukan


keterangan dari ayat-ayat lain. Mutasyabih berarti ayat-ayat yang belum
jelas maksudnya dan mempunyai banyak kemungkinan takwilnya, atau
maknanya yang tersembunyi, dan memerlukan keterangan tertentu, atau
hanya Allah yang mengetahuinya. Hikmah dibalik ayat ayat muhkamat dan
mutasyabihat ialah, sebagai media ujian keimanan bagi hamba Allah.

Sebagai motivasi pengerahan potensi diri sebagai anugrah Allah.


11

DAFTAR PUSTAKA

Drs. H. Ramli Abdul wahid, M.A, Ulumul Qur’an, Rajawali Pers, Jakarta,1993.

Drs. Muhammad Chirzin, Al Qur’an dan Ulumul Qur’an,Yogyakarta, 1998.

Anda mungkin juga menyukai