i
KATA PENGANTAR
Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Al-Qur’an
oleh Dosen kami Bapak Syahrin Pasarib,S.SOS.I,MA. Tidak lupa kami ucapkan
terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Al-Qur’an, yang telah
memberikan arahan dan bimbigan dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna , maka dari itu kami mengharapkan sehala bentuk kritikan maupun
saran dari teman teman sekalian.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A.Latar Belakang...............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................1
BAB II...................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
A.Pengertian Muhkam dan Mutasyabih.............................................................................................2
B.Sikap para ulama terhadap ayat ayat muhkam dan mutasyabih......................................................5
C . Fawatih al suwar..........................................................................................................................5
D. Hikmah Keberadaan Ayat ayat Mutasyabihat...............................................................................7
BAB III..................................................................................................................................................8
PENUTUP.........................................................................................................................................8
A.Kesimpulan....................................................................................................................................8
B.Saran..............................................................................................................................................8
C.DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………………………………….9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Derivasi kata muhkam berasal dari kata ihkam, secara bahasa bermakna
kekukuhan, kesempurnaan, kesamaan, dan pencegahan. Namun semua
pengertian ini pada dasarnya kembali kepada makna pencegahan. Ahkam al-
amr berarti ia menyempurnakan suatu hal dan mencegahnya dari kerusakan.
Ahkam al-fars berarti ia membuat kekang pada mulut kuda untuk
mencegahnya dari goncangan. Kata mutasyabih berasal dari kata tasyabuh,
secara bahasa berarti keserupaan dan kesamaan. Biasanya membawa pada
kesamaran antara dua hal. Tasyabaha dan isytabaha berarti dua hal yang
masing- masing menyerupai lainnya.' Dalam Al-Qur'an terdapat ayat- ayat
yang menggunakan kedua kata ini, atau kata jadiannya. Pertama, firman
Allah SWT:
ُهَو اَّلِذ ْٓي َاْنَز َل َع َلْيَك اْلِكٰت َب ِم ْنُه ٰا ٰي ٌت ُّم ْح َك ٰم ٌت ُهَّن ُاُّم اْلِكٰت ِب َو ُاَخ ُر ُم َتٰش ِبٰه ٌت ۗ َفَاَّم ا اَّلِذ ْيَن ِفْي ُقُلْو ِبِهْم َز ْيٌغ
َفَيَّتِبُعْو َن َم ا َتَش اَبَه ِم ْنُه اْبِتَغ ۤا َء اْلِفْتَنِة َو اْبِتَغ ۤا َء َتْأِو ْيِلٖۚه َو َم ا َيْع َلُم َتْأِو ْيَلٓٗه ِااَّل ُهّٰللاۘ َو الَّراِس ُخ ْو َن ِفى اْلِع ْلِم َيُقْو ُلْو َن ٰا َم َّنا
ِبٖۙه ُك ٌّل ِّم ْن ِع ْنِد َر ِّبَناۚ َو َم ا َيَّذ َّك ُر ِآاَّل ُاوُلوا اَاْلْلَباِب
Pertama, muhkam ialah ayat yang jelas maksudnya dan nyata, tidak
mengandung kemungkinan naskh. Mutasyabih ialah ayat yang tersembunyi
maknanya, tidak diketahui maknanya baik secara rasional, 'agli maupun naqli.
Inilah ayat-ayat yang hanya Allah SWT yang mengetahuinya, seper- ti ayat-ayat
tentang datangnya Hari Klamat, dan huruf-huruf terputus di awal surah-surah.
Pendapat ini dikaitkan kepada al-Alust, bagi para pemimpin mazhab Hanaf
1
http://repository.uinsu.ac.id/2300/1/ulumul%20qur%27an%20full.pdf
3
Ketiga, muhkam ialah ayat yang tidak mengandung, ke- cuali satu
kemungkinan makna takwil. Adapun mutasydbih ialah ayat yang mengandung
banyak kemungkinan makna takwil. Pendapat ini dibangsakan kepada Ibn
'Abbas dan ke- banyakan ahli ushul fiqh mengikutinya.
Keempat, muhkam ialah ayat yang berdiri sendiri dan ti- dak memerlukan
keterangan. Mutasyäbih ialah ayat yang tidak berdiri sendiri, tetapi mempunyai
ambiguitas pemaknaan se- hingga memerlukan keterangan penjelas lain.
Kadang-kadang diterangkan dengan ayat atau keterangan tertentu, dan kali lain
diterangkan dengan ayat atau keterangan yang lain pula, karena terjadinya
perbedaan dalam menakwilnya. Pendapat ini diceritakan dari Imam Ahmad.
Keenam, muhkam ialah ayat yang jelas maknanya dan tidak terdapat
unsur isykal (kepelikan atau kerumitan). Mu- tasyblh ialah lawannya, yaitu
mengandung unsur yang pelik dan rumit. Mukkam terdiri atas lafal naskh dan
lafal zhahir. Mutasyabih terdiri atas isim-isim (kata-kata benda) musytarak dan
lafal-lafal mubhamát (samar-samar). Ini adalah pendapat al-Thibi.
Ketujuh, muhkam ialah ayat yang menunjukkan makna- nya kuat, yaitu
lafal naskh dan lafal shahir. Mutasyabih ialah ayat yang tunjukkan maknanya
tidak kuat, yaitu lafal mujmal (lafal yang bersifat global dan memerlukan
perincian), mus wal (lafal yang perlu ditakwilkan agar dipahami), dan
musykil(maknanya mengandung kepelikan dan maknanya sulit di-ketahui).
Pendapat ini dibangsakan kepada Imam al-Razi Sesudah mengemukakan
berbagai definisi ini, al-Zarqani berkomentar bahwa definisi-definisi tersebut
tidak saling bertentangan. Di antara definisi tersebut terdapat persamaan dan
kedekatan makna. Menurutnya, pendapat al-Razi lebih Jelas, karena masalah
ihkam dan tasyabuh kembali pada jelas dan tidaknya makna yang dimaksud
Allah SWT dari wahyu yang diturunkan-Nya. Dari sudut pandang pemaknaan
ini. definisi yang diberikan al-Razi lebih jam!" (mencakup per- son-personnya)
dan mani (menolak segala yang di luar per- son personnya), dengan demikian
tidak akan masuk pada muhkam ayat atau lafal yang maknanya tersembunyi,
dan tidak masuk ke mutasyabih ayat atau lafal yang maknanya jelas. Dari
4
paparan di atas, akan menemui kesulitan, karena jelas maknanya. Adapun ayat
mutasyabih perlu kajian lebih lanjut.2
Sikap para ulama teehadap ayat ayat mutasyabihat terbagi dalam dua
kelompok yaitu:
C. Fawatih al suwar
Secara bahasa kata fawatih merupakan bentuk jama' dari kata fatih yang
artinya pembuka. Dan kata suwar adalah bentuk jama' dari surah yang
maksudnya adalah surat-surat di dalam Al-Quran.
5
kitabnya Al-Itgan fi Ulum Al-Quran yaitu pembahasan yang ke-60,¹Beliau
menyebutkan bahwa di antara yang telah melakukan penelitian terkait
dengan tema ini adalah Ibnu Abi Al-Ashba'. Beliau kemudian menuliskan
hasil penelitiannya itu dalam buku berjudul Al-Khawathir wa As-Sawanih fi
Asrari Al-Fawatih (al wall goally stol stull ). As-Suyuthi kemudian
meringkasnya dan. menuangkannya di dalam Al-Itqan.Sebagaimana urutan
ayat dan surat, pembukaan setiap surat di dalam Al-Quran adalah sesuatu
yang sifatnya tauqifi, sesuatu yang datang dari Allah SWT, bukan hasil
ijtihad manusia. As-Suyuthi menyebutkan bahwa pembukaan tiap surat itu
punya makna tersendiri serta mengandung banyak hikmah dan informasi
berharga yang perlu dikorek dan dipelajari.4
Ibarat film, openingnya akan punya makna tersendiri yang tidak bisa
diabaikan begitu saja. Apalagi ini adalah Al-Quran yang merupakan
kalamullah (perkataan Allah SWT) yang kekal abadi. Tentu ujung awal surat
tidak sekedar ujung awal, tetapi punya pertimbangan tertentu.
As- Suyuthi menyebutkan bahwa alllah SWT telah memulai tiap surat
di dalam al-qur’an dengan salah satu dari 10 hal, yaitu:
4
https://rumahfiqih.com/sf/pdf/10708.pd
6
D. Hikmah Keberadaan Ayat ayat Mutasyabihat
Mendorong umat Islam untuk giat belajar dan tekun, meneliti serta
bertindak menalar."5
5
https://www.academia.edu/39262224/MAKALAH_Muhkam_Mutasyabih_B
7
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Muhkam adalah ayat-ayat yang maknanya sudah jelas, tidak samar lagi
dan tidak menimbulkan pertanyaan jika disebutkan. Sedang mutasyabih adalah
ayat-ayat yang maknanya belum jelas.
Ulama’ berbeda pendapat dalam hal memahami ayat-
ayat mutasyabih, yaitu antara bisa tidaknya manusia memahami atau memaknai
ayat-ayat mutasyabihat. Terdapat hikmah adanya ayat-
ayat muhkamat dan mutasyabihat yang secara garis besar masuk pada tataran
pemahaman dan penggunaan logika akal.
B.Saran
8
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.uinsu.ac.id/2300/1/ulumul%20qur%27an%20full.pdf
https://mushafjournal.com/index.php/mj/article/download/31/41/64
https://rumahfiqih.com/sf/pdf/10708.pd
https://www.academia.edu/39262224/MAKALAH_Muhkam_Mutasyabih_B
9
10