Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH AL QUR’AN

MUHKAM DAN MUTASYABIH


Disusun untuk memenuhi tugas

Mata kuliah: Al-Qur’an

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT dan segala limapahan rahmatnya,


sehingga kami dapat menyelesaikan penyususnan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai acuan,petunjuk,atau pedoman bagi siapa yang membaca makalah ini.

Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Al-Qur’an
oleh Dosen kami Bapak Syahrin Pasarib,S.SOS.I,MA. Tidak lupa kami ucapkan
terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Al-Qur’an, yang telah
memberikan arahan dan bimbigan dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna , maka dari itu kami mengharapkan sehala bentuk kritikan maupun
saran dari teman teman sekalian.

Medan, 31 Oktober 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A.Latar Belakang...............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................1
BAB II...................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
A.Pengertian Muhkam dan Mutasyabih.............................................................................................2
B.Sikap para ulama terhadap ayat ayat muhkam dan mutasyabih......................................................5
C . Fawatih al suwar..........................................................................................................................5
D. Hikmah Keberadaan Ayat ayat Mutasyabihat...............................................................................7
BAB III..................................................................................................................................................8
PENUTUP.........................................................................................................................................8
A.Kesimpulan....................................................................................................................................8
B.Saran..............................................................................................................................................8
C.DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………………………………….9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Al-Qur’an adalah kalam Tuhan yang dijadikan pedoman dalam setiap


aspek kehidupan umat Islam, tentunya harus dipahami secara mendalam.
Pemahaman al-Qur’an dapat diperoleh dengan mendalami atau menguasai ilmu-
ilmu yang tercakup dalam ulum al-Qur’an. Dan menjadi salah satu bagian dari
cabang keilmuan ulum al-Qur’an adalah ilmu yang memnahas
tentang Muhkam dan Mutasyabih ayat.
Muhkam Mutasyabih ayat hendaknya dapt dipahami secara mendalam.
Hal ini dikarenakan, dua hal ini termasuk dalam objek yang urgen dalam kajian
atau pemahaman al-Qur’an. Berdalih agar tidak terjadi ketimpangan dalm
memahami ayat-ayat al-Qur’an khususnya dalam
ranah Muhkam dan Mutasyabih, maka kelompok kami menyusun makalah yang
membahas tentang kedua hal tersebut. Untuk keterangan lebih lanjut mengenai
ketentuan dan hal-hal yang berhubungan
dengan Muhkam dan Mutasyabih, akan dijelaskan dalam bab berikutnya yaitu
bab pembahasan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan muhkam dan mutasyabih?

2. Sikap para ulama terhadap ayat ayat muhkam dan mutasyabih?

3. Apa pengertian fawatih as suwar ?

4. Hikmah Keberadaan Ayat ayat Mutasyabihat?

C. Tujuan

 Agar dapat mengetahui perbedaan antara muhkam dan mutasyabih


 Agar mengetahui keuntungan mempelajari muhkam dan mutasyabih

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Muhkam dan Mutasyabih

Derivasi kata muhkam berasal dari kata ihkam, secara bahasa bermakna
kekukuhan, kesempurnaan, kesamaan, dan pencegahan. Namun semua
pengertian ini pada dasarnya kembali kepada makna pencegahan. Ahkam al-
amr berarti ia menyempurnakan suatu hal dan mencegahnya dari kerusakan.
Ahkam al-fars berarti ia membuat kekang pada mulut kuda untuk
mencegahnya dari goncangan. Kata mutasyabih berasal dari kata tasyabuh,
secara bahasa berarti keserupaan dan kesamaan. Biasanya membawa pada
kesamaran antara dua hal. Tasyabaha dan isytabaha berarti dua hal yang
masing- masing menyerupai lainnya.' Dalam Al-Qur'an terdapat ayat- ayat
yang menggunakan kedua kata ini, atau kata jadiannya. Pertama, firman
Allah SWT:

‫كتاب أحكمت آياته‬

Sebuah kitab yang disempurnakan (dijelaskan) ayat-ayatnya (QS. Hud (11).

Kedua, firman Allah SWT:

‫ِكَتًبا ُّم َتَش ِبها َّم َثاِنَي‬


Yaitu Al-Qur'an yang serupa (mutasyabih) lagi berulang-ulang. (QS. al-Zumar
[39]: 23)

Ketiga, firman Allah SWT:

QS. Ali 'Imran Ayat 7

‫ُهَو اَّلِذ ْٓي َاْنَز َل َع َلْيَك اْلِكٰت َب ِم ْنُه ٰا ٰي ٌت ُّم ْح َك ٰم ٌت ُهَّن ُاُّم اْلِكٰت ِب َو ُاَخ ُر ُم َتٰش ِبٰه ٌت ۗ َفَاَّم ا اَّلِذ ْيَن ِفْي ُقُلْو ِبِهْم َز ْيٌغ‬
‫َفَيَّتِبُعْو َن َم ا َتَش اَبَه ِم ْنُه اْبِتَغ ۤا َء اْلِفْتَنِة َو اْبِتَغ ۤا َء َتْأِو ْيِلٖۚه َو َم ا َيْع َلُم َتْأِو ْيَلٓٗه ِااَّل ُهّٰللاۘ َو الَّراِس ُخ ْو َن ِفى اْلِع ْلِم َيُقْو ُلْو َن ٰا َم َّنا‬
‫ِبٖۙه ُك ٌّل ِّم ْن ِع ْنِد َر ِّبَناۚ َو َم ا َيَّذ َّك ُر ِآاَّل ُاوُلوا اَاْلْلَباِب‬

7. Dialah yang menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad). Di


antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok Kitab (Al-Qur'an)
dan yang lain mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong
pada kesesatan, mereka mengikuti yang mutasyabihat untuk mencari-cari fitnah
2
dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui
takwilnya kecuali Allah. Dan orang-orang yang ilmunya mendalam berkata,
“Kami beriman kepadanya (Al-Qur'an), semuanya dari sisi Tuhan kami.” Tidak
ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang yang berakal.

Sepintas, ketiga ayat ini menimbulkan pemahaman yang bertentangan.


Karena itu, Ibn Habib al-Nisaburi menceritakan adanya tiga pendapat tentang
masalah ini. Pertama, yang berpendapat bahwa Al-Qur'an seluruhnya muhkam
berdasar- kan ayat pertama. Kedua, yang berpendapat bahwa Al-Qur'an
seluruhnya mutasyäbih berdasarkan ayat kedua. Ketiga, ber- pendapat bahwa
sebagian ayat Al-Qur'an muhkam dan lain-nya mutasyâbih berdasarkan ayat
ketiga. Tetapi pendapat ketiga inilah yang lebih valid. Adapun ayat pertama
dimak- sudkan dengan muhkam-nya Al-Qur'an adalah kesempur- naannya dan
tidak adanya pertentangan antarayat-ayatnya. Adapun maksud mutasyabih
dalam ayat kedua adalah men- jelaskan segi kesamaan ayat-ayat Al-Qur'an
dalam kebenaran, kebaikan, dan kemukjizatannya. Sehubungan dengan ini, para
penulis 'Ulum Al-Qur'an belakangan ini, seperti al-Zarqâni, Shubhi al-Shâlih,
dan 'Abd al-Mu'im al-Nâmir, memandang tidak ada pertentangan antar-ketiga
ayat tersebut. Lebih dari itu, mereka menegaskan bahwa yang menjadi perhatian
dalam pembahasan ini adalah ayat yang ketiga, dan bukan ayat yang pertama
dan kedua." Secara istilah, para ulama berbeda pendapat dalam merumuskan
definisi muhkam dan muta- syabih. Al-Suyuthi misalnya, mengemukakan
delapan belas definisi mahkam dan mutasyabih yang diberikan pada ulama." Al-
Zarqani mengemukakan sebelas definisi yang sebagiannya dikutip dari al-
Suyuthi. Di antara definisi yang dikemukakan al-Zarqani berikut ini:1

Pertama, muhkam ialah ayat yang jelas maksudnya dan nyata, tidak
mengandung kemungkinan naskh. Mutasyabih ialah ayat yang tersembunyi
maknanya, tidak diketahui maknanya baik secara rasional, 'agli maupun naqli.
Inilah ayat-ayat yang hanya Allah SWT yang mengetahuinya, seper- ti ayat-ayat
tentang datangnya Hari Klamat, dan huruf-huruf terputus di awal surah-surah.
Pendapat ini dikaitkan kepada al-Alust, bagi para pemimpin mazhab Hanaf

Kedua,muhkam ialah ayat yang diketahui maksudnya. baik secara nyata


maupun melalui takwil. Mutasyäbih ialah ayat yang hanya Allah SWT yang
mengetahui maksudnya, seperti datangnya Hari Kiamat, keluarnya dajal, dan
huruf-huruf yang terputus di awal surah-surah. Pendapat ini dibang- sakan
kepada ahli sunnah sebagai pendapat yang dianggap tepat menurut mereka.

1
http://repository.uinsu.ac.id/2300/1/ulumul%20qur%27an%20full.pdf

3
Ketiga, muhkam ialah ayat yang tidak mengandung, ke- cuali satu
kemungkinan makna takwil. Adapun mutasydbih ialah ayat yang mengandung
banyak kemungkinan makna takwil. Pendapat ini dibangsakan kepada Ibn
'Abbas dan ke- banyakan ahli ushul fiqh mengikutinya.

Keempat, muhkam ialah ayat yang berdiri sendiri dan ti- dak memerlukan
keterangan. Mutasyäbih ialah ayat yang tidak berdiri sendiri, tetapi mempunyai
ambiguitas pemaknaan se- hingga memerlukan keterangan penjelas lain.
Kadang-kadang diterangkan dengan ayat atau keterangan tertentu, dan kali lain
diterangkan dengan ayat atau keterangan yang lain pula, karena terjadinya
perbedaan dalam menakwilnya. Pendapat ini diceritakan dari Imam Ahmad.

Kelima, muhkam ialah ayat yang saksama susunannya dan urutannya


yang membawa kepada kebangkitan makna yang tepat tanpa pertentangan.
Sementara mutasydbih ialah ayat yang makna seharusnya tidak terjangkau dari
segi bahasa. kecuali bila ada terdapat indikasi atau melalui konteksnya. Jika
pengertian ini yang dipedomani, maka lafal musytarak ter- masuk ke dalam lafal
mutasyabih. Pendapat ini dibangsakan kepada Imam al-Haramain.

Keenam, muhkam ialah ayat yang jelas maknanya dan tidak terdapat
unsur isykal (kepelikan atau kerumitan). Mu- tasyblh ialah lawannya, yaitu
mengandung unsur yang pelik dan rumit. Mukkam terdiri atas lafal naskh dan
lafal zhahir. Mutasyabih terdiri atas isim-isim (kata-kata benda) musytarak dan
lafal-lafal mubhamát (samar-samar). Ini adalah pendapat al-Thibi.

Ketujuh, muhkam ialah ayat yang menunjukkan makna- nya kuat, yaitu
lafal naskh dan lafal shahir. Mutasyabih ialah ayat yang tunjukkan maknanya
tidak kuat, yaitu lafal mujmal (lafal yang bersifat global dan memerlukan
perincian), mus wal (lafal yang perlu ditakwilkan agar dipahami), dan
musykil(maknanya mengandung kepelikan dan maknanya sulit di-ketahui).
Pendapat ini dibangsakan kepada Imam al-Razi Sesudah mengemukakan
berbagai definisi ini, al-Zarqani berkomentar bahwa definisi-definisi tersebut
tidak saling bertentangan. Di antara definisi tersebut terdapat persamaan dan
kedekatan makna. Menurutnya, pendapat al-Razi lebih Jelas, karena masalah
ihkam dan tasyabuh kembali pada jelas dan tidaknya makna yang dimaksud
Allah SWT dari wahyu yang diturunkan-Nya. Dari sudut pandang pemaknaan
ini. definisi yang diberikan al-Razi lebih jam!" (mencakup per- son-personnya)
dan mani (menolak segala yang di luar per- son personnya), dengan demikian
tidak akan masuk pada muhkam ayat atau lafal yang maknanya tersembunyi,
dan tidak masuk ke mutasyabih ayat atau lafal yang maknanya jelas. Dari

4
paparan di atas, akan menemui kesulitan, karena jelas maknanya. Adapun ayat
mutasyabih perlu kajian lebih lanjut.2

B. Sikap para ulama terhadap ayat ayat muhkam dan mutasyabih

Sikap para ulama teehadap ayat ayat mutasyabihat terbagi dalam dua
kelompok yaitu:

Pertama, Madzhab Salaf, yaitu orang-orang yang mempercayai dan


meyakini sifat-sifat mutasyabih dan menyerahkan hakekatnya kepada Allah
nsendiri. Karena mereka menyerahkan urusan mengetahui hakekat maksud
ayat-ayat mutasyabihat kepada Allah. Oleh karenanya, mereka disebut
Mufawidah atau Tafwid. Sistem penafsiran tersebut secara umum digunakan
Madzhab Salaf dalam memahami ayat-ayat mutasyabihah. Dalam
aplikasinya mereka menggunakan argumen aqli dan naqli. 3

Kedua, Madzhab Khalaf yaitu ulama yang menakwilkan lafal yang


makna lahirnya mustahil dengan makna yang sesuai dan laik untuk dzat
Allah. Oleh sebab itu mereka disebut Muawwilah atau Madzhab Takwil.
Seperti mereka memaknakan istiwa dengan ketinggian yang abstrak, berupa
pengendalian Allah terhadap alam. Kedatangan Allah diartikan dengan
kedatangan perintahnya. Allah berada diatas hamba-Nya dengan Allah Maha
Tinggi, bukan berada suatu tempat. Sisi Allah dengan hak Allah. Wajah
dengan dzat mata dengan pengawasan, tangan dengan kekuasaan dan diri
dengan siksa.

C. Fawatih al suwar

Secara bahasa kata fawatih merupakan bentuk jama' dari kata fatih yang
artinya pembuka. Dan kata suwar adalah bentuk jama' dari surah yang
maksudnya adalah surat-surat di dalam Al-Quran.

Jadi Fawatihus-Suwar itu bisa dipahami sebagai berbagai pembukaan


surat-surat di dalam Al-Quran. Kajian tentang fawatihus-suwar ini termasuk
salah satu cabang ilmu Al-Quran yang dibahas oleh As-Suyuthi di dalam
2
Ibid.
3
https://mushafjournal.com/index.php/mj/article/download/31/41/64

5
kitabnya Al-Itgan fi Ulum Al-Quran yaitu pembahasan yang ke-60,¹Beliau
menyebutkan bahwa di antara yang telah melakukan penelitian terkait
dengan tema ini adalah Ibnu Abi Al-Ashba'. Beliau kemudian menuliskan
hasil penelitiannya itu dalam buku berjudul Al-Khawathir wa As-Sawanih fi
Asrari Al-Fawatih (al wall goally stol stull ). As-Suyuthi kemudian
meringkasnya dan. menuangkannya di dalam Al-Itqan.Sebagaimana urutan
ayat dan surat, pembukaan setiap surat di dalam Al-Quran adalah sesuatu
yang sifatnya tauqifi, sesuatu yang datang dari Allah SWT, bukan hasil
ijtihad manusia. As-Suyuthi menyebutkan bahwa pembukaan tiap surat itu
punya makna tersendiri serta mengandung banyak hikmah dan informasi
berharga yang perlu dikorek dan dipelajari.4

Digambarkan pada ujung awal suatu syair pasti dipersiapkan dengan


sangat matang oleh penyairnya, karena ujungnya itu akan jadi bagian yang
pertama kali akan didengar oleh orang-orang.

Ibarat film, openingnya akan punya makna tersendiri yang tidak bisa
diabaikan begitu saja. Apalagi ini adalah Al-Quran yang merupakan
kalamullah (perkataan Allah SWT) yang kekal abadi. Tentu ujung awal surat
tidak sekedar ujung awal, tetapi punya pertimbangan tertentu.

a. jenis fawatiih al suwar

As- Suyuthi menyebutkan bahwa alllah SWT telah memulai tiap surat
di dalam al-qur’an dengan salah satu dari 10 hal, yaitu:

no Jenis pembukaan Jumlah


surat
1 ats-Tsana’(pujian) 14
2 Huruf Tahajji(hijaiyah) 29
3 An-Nida(panggilan) 10
4 Kalimat Khabariyah(kalimat berita) 23
5 Qasam(sumpah) 15
6 Syarat 7
7 Amr (perintah) 6
8 istifham (pertanyaan) 6
9 Vonis celaka-Doa 3
10 Ta’lil 1
jumlah 114

4
https://rumahfiqih.com/sf/pdf/10708.pd

6
D. Hikmah Keberadaan Ayat ayat Mutasyabihat

Hikmah ayat-ayat muhkamat, yaitu:

 Menjadikan kemudahan bagi manusia untuk mengetahui arti dan


maksudnya pada ayat-ayat muhkamat
 Mendorong umat Islam untuk segera mengamalkan isi kandungan al-
Qur'an, karena lafadz ayat-ayat-Nya telah mudah diktahui dan
dipahami.
 Menjadi rahmat bagi manusia khususnya orang yang lemah dalam
berbahasa arab, 36

Hikmah ayat-ayat mutasyabihat, yaitu:


 Menunjukan kemukjizatan al-Qur'an dan ketinggian satra serta
balaghagnya, agar manusia menyadari sepenuhnya bahwa al-Qur'an
merupakan wahyu ilahi.
 Ujian pada umat manusia, apakah dengan adanya ayat-ayat
mutasyabihat manusia masih tetap beriman atau tidak.
 Menambah pahala bagi yang benar benar mengkajinya, sebab semakin
sulit pekerjaan, semakin pula besar pahalanya.
 Memperlihatkan kelemahan akal manusia agar manusia tidak
sombong.

Mendorong umat Islam untuk giat belajar dan tekun, meneliti serta
bertindak menalar."5

5
https://www.academia.edu/39262224/MAKALAH_Muhkam_Mutasyabih_B

7
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Muhkam adalah ayat-ayat yang maknanya sudah jelas, tidak samar lagi
dan tidak menimbulkan pertanyaan jika disebutkan. Sedang mutasyabih adalah
ayat-ayat yang maknanya belum jelas.
Ulama’ berbeda pendapat dalam hal memahami ayat-
ayat mutasyabih, yaitu antara bisa tidaknya manusia memahami atau memaknai
ayat-ayat mutasyabihat. Terdapat hikmah adanya ayat-
ayat muhkamat dan mutasyabihat yang secara garis besar masuk pada tataran
pemahaman dan penggunaan logika akal.

B.Saran

Dalam memahami ayat-ayat muhkamat dan mutasyabihat tentunya akan


menemui perbedaan antara ulama’ satu dengan yang lainnya. Maka dari itu kita
sebagai mahasiswa tidak sepantasnya saling salah menyalahkan pendapat satu
dengan yang lainnya. Karena asetiap pendapat yang dikeluarkan oleh para
ulama’ tentunya semuanya memiliki dasar. Kita harus lebih bijak dalam
mengatasi perbedaan.

8
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.uinsu.ac.id/2300/1/ulumul%20qur%27an%20full.pdf

https://mushafjournal.com/index.php/mj/article/download/31/41/64

https://rumahfiqih.com/sf/pdf/10708.pd

https://www.academia.edu/39262224/MAKALAH_Muhkam_Mutasyabih_B

9
10

Anda mungkin juga menyukai