Disusun oleh:
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kita Kehadiran Allah SWT Yang Telah Melimpahkan Nikmat
Kesehatan Dan Kesempatan Kepada Teman Sekalian Sehingga Penulis Mampu
Menyelesaikan Tugas Makalah Mata Kuliah Pengantar Manajemen Tentang
Perencanaan Strategis kependidikan. Sholawat Serta Salam Semoga Tercurah
Kepada Junjungan Kita Nabi Besar Baginda Muhammad SAW Yang Telah
Menjadi Suri Tauladan Bagi Umat Diseluruh Alam.
khairul ibnu
i
DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar..............................................................................i
Daftar Isi.......................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................2
C. Tujuan Masalah............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Manthuq Dan Macam-Macamnya..............................3
B. Pengertian Mafhum Dan Macam-Macamnya...............................5
C. Pengertian Mafhum Muwafaqah Dan Bentuk-Bentuknya..........5
D. Pengertian Mafhum Muhkolafah Dan Jenis-Jenisnya................6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ketika kita berbicara mengenai ayat-ayat yang terkandung di dalam Al-
Qur’an, sebenarnya dari semua ayat yang ada didalam Al-Qur’an tersebut tidak
semuanya memberikan arti/pemahaman yang jelas terhadap kita. Jika kita mau
telusuri, ternyata banyak sekali ayat-ayat yang masih butuh penjelasan yang lebih
mendalam mengenai hukum yang tersimpan dalam ayat tersebut. Ini menunjukkan
bahwa ternyata ayat-ayat Al-Qur’an itu tidak hanya memberikanpemahaman
secara langsung dan jelas, tetapi ada ayat yang maknanya tersirat didalam ayat
tersebut. Begitu juga dengan ayat Mujmal, yang mana ayat ini belum jelas
maksudnya, apabila tidak ada keterangan lain yang menjelaskannya. Dan ayat ini
berlawanan dengan ayat mubayyan. Oleh karena itu, agar kita semua dapat
memahami dan mengetahui hukum/makna yang terdapat didalam ayat-ayat Al-
Qur’an, penulis akan memaparkan sedikit penjelasan guna menambah pemahaman
pembaca mengenai ushul fiqih. Sebagian aspek tersebut yaitu mengenai Mantuq
dan Mafhum, meliputi pengertian serta pembagian-pembagiannya atau macam-
macamnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Manthuq Dan Macam-Macamnya.
2. Apa Pengertian Mafhum Dan Macam-Macamnya.
3. Apa Pengertian Mafhum Muwafaqah Dan Bentuk-Bentuknya.
4. Apa Pengertian Mafhum Mukholafah Dan Jenis-Jenisnya.
1
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Pengertian Manthuq Dan Macam-Macamnya.
2. Untuk Mengetahui Pengertian Mafhum Dan Macam-Macamnya.
3. Untuk Mengetahui Pengertian Mafhum Muwafaqah Dan Bentuk-Bentuknya.
4. Untuk Mengetahui Mafhum Mukholafah Dan Jenis-Jenisnya.
BAB II
2
PEMBAHASAN
A. Pengerian Manthuq Dan Macam-Macamnya
1. Pengertian Manthuq
Mantuq adalah isim maf’ul dari kata nuthqu. Pengertian mantuq secara
bahasa Manthuq memiliki arti yang di ucapkan atau di yang dikatakan. Dalam
ushul fiqih manthuq adalah bagian teori dalam menetapkan hukum (istimbatul
hukmi). Pengertian manthuq secara istilah oleh ulama’ di definisikan sebagai
berikut:
Contoh manthuq:
ّ ُفَاَل َت ُق ْل هَّلَُمآ ا
ف
Artinya: “Janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah”. ( QS.
Al-Isra’, 17: 23).
Ayat ini menjelaskan larang berkata “ah” kepada orang tua. Keharaman berkata
“ah” ini di tetapkan dari teks al-Quran berikut.
2. Macam-Macam Manthuq
Ulama’ ushul fiqih membagi membagi manthuq dalam dua kategori, yaitu
nash, dhahir dan muawwal. Berikut ini penjelasannya:
1. Nash
Nash adalah teks-teks al-Quran atau hadis yang hanya mengandung satu
makna dan tidak mengandung makna yang lain selain makna tersebut. Misalnya
tsalasati ayyamin dalam firman Allah Swt.:
3
ٌك َع َشَرةٌ َك ِاملَة ِ
َ صيَ ُام َث ٰلثَِة اَيَّ ٍام ىِف احْلَ ِّج َو َسْب َع ٍة ا َذا َر َج ْعتُ ْم ۗ تِْل
ِ َۗ فَمن مَّل جَيِ ْد ف
ْ َْ
Artinya: “Barang siapa yang tidak mendapatkannya, dia (wajib) berpuasa tiga
hari dalam (masa) haji dan tujuh (hari) setelah kamu kembali. Itulah sepuluh hari
yang sempurna.” (QS. Al-Baqarah: 196).
Lafadh tsalasati ayyamin dalam ayat tersebut hanya mengandung satu makna,
yaitu puasa tiga hari pada saat haji sebagai pengganti dam tamatu’. Begitu juga
sab’atin idza raja’tum, kalimat ini juga mengandung satu makna, yaitu puasa tujuh
hari ketika kembali ketempat tinggalnya.
2. Dhahir
Aydiyahuma dalam ayat di atas memiliki dua makna, yaitu tangan (makna hakikat)
dan kemampuan untuk mencuri (makna majaz). Namun aydiyahuma dalam ayat
tersebut makna yang di ambil makna tangan bukan kekuasaan, karena dalam
tersebut tidak ada qorinah yang menunjukkan kepada kemapuan.
3. Muawwal
4
Lafadh yadullah dalam ayat tersebut tidak menggunakan makna hakikatnya
(tangan), tetapi menggunakan makna majaznya. Dalam hal ini ulama’ ada yeng
memaknainya dengan kekuasaan Allah ada juga yang menafsirinya dengan
pengawasan Allah.
Mafhum secara bahasa berarti yang di pahami. Kata ini adalah bahasa arab
yang bershighat isim maf’ul, kata asalnya adalah fahm, (kepahaman), dan fahama,
(memahami).
ّ ُفَاَل َت ُق ْل هَّلَُما ا
ف
Artinya: “Janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” “.
(QS. Al-Isra’, 17: 23).
Ayat ini secara manthuq melarang berkata ah kepada orang tua, selain itu
secara mafhum ayat ini juga dapat melarang memukul, mencaci dan menyakiti
kepada orang tua.
2. Pembagian Mafhum
Mafhum juga tebagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Mafhum Muwafaqah
b. Mafhum Mukholafah
5
C. Pengertian Mafhum Muwafaqah Dan Bentuk-Bentuknya
1. Pengertian Mafhum Muwafaqah
Mafhum muwafaqah ini terbagi menjadi dua, yaitu fatwal kitab dan lahnal
kitab.
1. Fatwal kitab adalah mafhum yang illat-nya lebih tinggi dari manthuq. Misalnya
memukul orang tua. Memukul orang tua di haramkan karena memiliki illat yang
lebih tinggi dari berkata “ah” yang di larang atas dasar manthuq ayat di bawah ini:
ّ ُفَاَل َت ُق ْل هَّلَُمآ ا
ف
Artinya: “Janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” “.
(QS. Al-Isra’, 17: 23).
2. Lahnal kitab adalah mafhum yang illat-nya sama dengan manthuq. Misalnya
membakar harta anak yatim. Membakar harta anak yatim hukum haram karena
memiliki kesamaan illat dengan memakan harta anak yatim yang di larang
berdasarkan manthuq ayat di bawah ini:
6
Contoh, ketika Allah memerintahkan makhluknya untuk menikahi wanita-wanita
muslim, maka mafhum mukhalafahnya adalah Allah melarang kita menikahi
wanita-wanita non muslim.
a. Mafhum sifat
Mafhum sifat dari boleh menikahi wanita hamba sahaya yang “beriman” adalah
tidak boleh menikahi wanita hamba sahaya yang tidak beriman (kafir).
b. Mafhum Syarat
“Jika mereka dengan senang hati menyerahkan kepadamu sebagian dari maskawin
itu, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi
baik akibatnya.” (QS An-Nisa: 4)
c. Mafhum Ghayah
Adalah berlakunya hukum yang disebut sampai pada batas tertentu, dan
berlaku kebalikan hukum bila hal tersebut terlampaui.
7
“Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam,
yaitu fajar...” (QS. Al-Baqarah: 187)
Kebolehan makan dan minum pada bulan Ramadhan adalah sampai terbitnya fajar.
Mafhumnya ghayahnya adalah, larangan makan dan minum apabila fajar telah
terbit.
d. Mafhum Hasr
Misal dalam hadis Nabi dikatakan, “Riba itu hanya pada Nasiah.” (Al-Hadis)
Nasiah adalah pembayaran biaya di akhir dengan disertai biaya tambahan. Dengan
demikian, mafhumnya adalah selain pada Nasiah, unsur riba tidak akan berlaku
atau tidaklah ada.
e. Mafhum Laqab
Adalah mafhum dari nama yang menyatakan zat, baik nama diri, seperti
Ahmadi, Amin Abdullah, berbentuk nama jenis, seperti emas, padi dan lainnya.
Selain yang disebutkan berlaku hukum kebalikannya.
“(Menukar) emas dengan emas, perang dengan perak, bur dengan bur, syair
dengan syair, kurma dengan kurma, garam dengan garam. (Hendaklah) yang
serupa (sifatnya) sama (jumlahnya) suka sama suka.” (Al-Hadis)
Dari segi mantuq, keenam barang di atas apabila penukarannya sama dan
atas suka sama suka, maka tidak dianggap riba. Bila penukaran barang itu “tidak”
sejenis baik sifat dan jumlahnya sebagaimana hadis terbut, maka jelas dihukumi
riba. Mafhum laqabnya adalah, selain enam jenis barang tersebut, hukum tidak riba
meskipun dalam penukarannya terjadi perbedaan jumlah maupun sifat.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Manthuq Adalah Mantuq Adalah Isim Maf’ul Dari Kata Nuthqu. Pengertian
Mantuq Secara Bahasa Manthuq Memiliki Arti Yang Di Ucapkan Atau Di Yang
Dikatakan. Dalam Ushul Fiqih Manthuq Adalah Bagian Teori Dalam Menetapkan
Hukum.
3. Mafhum Adalah Mafhum Secara Bahasa Berarti Yang Di Pahami. Kata Ini
Adalah Bahasa Arab Yang Bershighat Isim Maf’ul, Kata Asalnya Adalah Fahm,
(Kepahaman), Dan Fahama, (Memahami). Dan Mafhum Terbagi Menjadi Dua
Yaitu Mafhuf Muwafaqah Dan Mafhum Mukholafah.
9
DAFTAR PUSTAKA
Khalaf Abdul Wahab. 2003. Kaidah Hukum Islam, Jakarta: Pustaka Amani
10